Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Perbandingan mortalitas antara tindakan drainase perkutan dan

laparotomi eksplorasi pada pasien perforasi ulkus peptikum

Yenzher C. Tamuntuan
Heber B. Sapan
Jimmy Panelewen

Bagian Ilmu Bedah SubBagian Bedah Digestif BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: tyenzher@yahoo.co.id

Abstract: Perforated peptic ulcer is a serious complication of peptic ulcer and surgery is the
main selected treatment. Nowadays, conservative treatment is performed on highrisk patients
or those with poor condition to be operated. Percutaneous drainage using intraabdominal drain
under local anaesthesia combined with conservative treatment could improve the patient’s
condition and decrease the mortality rate. This was a comparative study between two
treatments: laparotomy with simple patch closure under general anesthesia and percutaneous
drainage under local anesthesia. The study was conducted at Surgery Department Prof. Dr. R.
D. Kandou Hospital Manado from Januari 2014 until the samples were completed. Subjects
were obtained by using inclusion ctriteria. The number of samples were: N1 = N2 = 21 with a
total of 42. The results showed that among patients with Boey score 3 the mortality of those
with percutaneous drainage was lower (8 out of 15 patients; 53.3%) than those with
laparotomy (4 out of 5 patients; 80%). Conclusion: Percutaneous drainage combined with
conservative treatment was the best treatment among perforated peptic ulcer patients that were
highrisk or had Boey score 3.
Keywords: perforated peptic ulcer, percutameous drainage, laparotomy, mortality

Abstrak: Perforasi ulkus peptikum merupakan komplikasi serius ulkus peptikum yang
mengancam nyawa. Pembedahan merupakan pilihan penanganan utama. Saat ini penanganan
konservatif dilakukan pada pasien berisiko tinggi atau dengan kondisi terlalu buruk untuk
dilakukan operasi. Drainase perkutan dengan memasukkan drain intraabdominal di bawah
anastesi lokal dikombinasikan dengan penanganan konservatif dapat memperbaiki kondisi
pasien dan menurunkan angka mortalitas. Jenis penelitian yang digunakan ialah studi
perbandingan dua tindakan: laparotomi disertai simple patch closure dengan anestesi umum
dan drainase perkutan dengan anestesi lokal. Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Bedah
BLU/RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado sejak bulan Januari 2014 sampai sampel
tercukupi. Subjek penelitian diambil dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi.
Besar sampel ialah: N1 = N2 = 21 dengan jumlah total 42. Hasil penelitian memperlihatkan
pada pasien dengan skor Boey 3 didapatkan mortalitas pasien drainase perkutan lebih rendah
yaitu 8 dari 15 pasien (53,3%), dibanding laparotomi dengan mortalitas 4 dari 5 pasien (80%).
Simpulan: Tindakan drainase perkutan dikombinasi dengan perawatan konservatif merupakan
tindakan yang paling baik pada pasien perforasi ulkus peptikum dengan risiko operasi yang
tinggi atau pasien dengan skor Boey 3.
Kata kunci: perforasi ulkus peptikum, drainase perkutan, laparotomi, mortalitas

S44
Tamuntuan, Sapan, Panelewen; Perbandingan mortalitas antara tindakan drainase... S45

Ulkus peptikum merupakan defek lokal yang steril karena asam


pada mukosa gaster atau duodenum yang - Fase 2: fase intermediet dimana setelah
menyebar hingga ke submukosa atau lebih 6-12 jam banyak pasien merasakan nyeri
dalam. Terdapat dalam bentuk akut atau yang menghilang spontan. Hal ini
kronik yang disebabkan karena ketidak- disebabkan karena dilusi konten
seimbangan antara faktor-faktor pertahanan gastroduodenal oleh peritoneal eksudat.
mukosa dan faktor-faktor yang mengagresi - Fase 3: infeksi intra-abdominal dimana
mukosa.1 Ulkus peptikum merupakan salah setelah 12-24 jam terjadi infeksi intra-
satu penyakit pada traktus gastrointestinal abdominal.
yang paling sering, dengan prevalensi
sekitar 2%.2 Di Indonesia prevalensi ulkus Pasien biasanya disertai distres hebat
peptikum berkisar 6-15%.3 Berdasarkan dengan pemeriksaan abdomen yang
profil kesehatan Indonesia 2009, angka menunjukkan tanda-tanda rangsang
prevalensi ulkus peptikum sebesar 4,9%. Di peritoneal. Dengan pemeriksaan abdomen
Manado ulkus peptikum menempati urutan yang lembut didapatkan defans muskular
ke-4 penyakit terbanyak (2012).3 Perforasi dan nyeri tekan pada seluruh abdomen.
ulkus peptikum merupakan komplikasi Pemeriksaan chest x-ray menunjukkan
serius yang mengancam nyawa dengan adanya udara bebas subdiafragma pada
rata-rata mortalitas sekitar 5-25% dan bisa sekitar 80% kasus. Setelah diagnosis
meningkat sampai 50% seiring usia.2 dibuat, pasien diresusitasi dengan cairan
Perforasi terjadi pada sekitar 2-10% kasus isotonik, diberi analgetik, antibiotik,
ulkus peptikum.1 supresi asam dan dibawa ke kamar operasi.
Dalam beberapa dekade terakhir terjadi Kadang-kadang terjadi penutupan (seal)
peningkatan pada manajemen ulkus spontan dari perforasi sehingga
peptikum khususnya sejak diperkenalkan pembedahan dapat ditunda jika keadaan
pemakaian histamine H2 antagonist pada pasien baik. Penanganan non-operatif bisa
tahun 1978, tetapi frekuensi dari bedah dilakukan hanya bila terdapat bukti
emergensi pada perforasi ulkus obyektif bahwa sudah terjadi seal perforasi
gastroduodenal tetap meningkat. Hal ini dan tidak terdapat tanda peritonitis.
terjadi karena penggunaan yang luas dari Banyak sistem skoring dibuat untuk
aspirin dan nonsteroidal anti-inflamatory menilai prognostik, mortalitas dan
drugs (NSAIDs) yang meningkat, morbiditas perforasi ulkus peptikum.
khususnya pada usia tua.5-10 Skoring yang baik seharusnya sederhana
Penelitian ini bertujuan untuk dan dapat memprediksi secara optimal
membandingkan dua jenis tindakan, yaitu: outcome pasien pada saat pasien masuk.11
tindakan pertama laparotomi dan simple Skor Boey merupakan skoring yang paling
patch closure dengan anestesi umum dan sering digunakan pada perforasi ulkus
tindakan kedua drainase perkutaneus peptikum.11-13
dengan anestesi lokal.

Perforasi ulkus peptikum Tabel 1. Risiko mortalitas perforasi ulkus


Perforasi ulkus peptikum biasanya peptikum (Boey et al, Irvin)
tampak sebagai sebuah akut abdomen. Faktor risiko Jumlah Risiko
Nyeri perut hebat disertai rasa terbakar di risiko mortalitas (%)
daerah epigastrium merupakan gejala yang Boey Irvin
khas. Terdapat tiga fase klinis dari perforasi 0 0 11
ulkus peptikum, yaitu:10 Tensi Preoperasi 1 10 27
- Fase 1: peritonitis kimiawi/kontaminasi <100 mmHg
dimana perforasi menyebabkan per- Onset >24 Jam 2 45,5 55
itonitis kimiawi. Konten gastroduodenal Komorbid 3 100 100
S46 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2 Suplemen, Juli 2016, hlm. S44-S51

Penanganan perforasi ulkus peptikum drainase perkutan tanpa sekuele.15


Pada penanganan operatif, pilihan
Penanganan perforasi ulkus peptikum penanganan untuk perforasi ulkus
terdiri dari penanganan non-operatif duodenum ialah simple patch closure,
(Taylor method) dan penanganan operatif. patch closure, dan HSV, atau patch closure
Pembedahan hampir selalu diindikasi- dan vagotomi disertai drainase. Simple
kan dan merupakan baku emas penanganan patch closure hanya dilakukan pada pasien
perforasi gastroduodenal, meskipun kadang dengan hemodinamik tidak stabil dan atau
penanganan non-operatif dapat dilakukan peritonitis eksudatif yang signifikan dengan
pada pasien yang stabil tanpa peritonitis perforasi >24 jam. Pada pasien yang lain
yang dengan pemeriksaan radiologik sudah dapat dilakukan tindakan vagotomi,
terdapat seal dari perforasi.1,15 Diperkira- meskipun saat ini terjadi tren untuk tidak
kan sekitar setengah dari perforasi akan melakukan operasi definitif karena
terjadi seal dengan sendirinya.15-17 ketersediaan dari PPI.1
Penanganan konservatif harus
Perforasi ulkus gaster mempunyai
disupervisi oleh ahli bedah yang
angka mortalitas yang lebih tinggi (10%-
berpengalaman dalam manajemen pasien
40%) oleh karena pasien dengan umur yang
dengan peritonitis. Ahli bedah harus
lebih tua, komorbid medis yang meningkat,
melakukan pemeriksaan berkala setiap 4
keterlambatan medikasi dan ukuran ulkus
jam dalam dua hari pertama perawatan.
yang lebih besar. Pada pasien yang stabil
Dilakukan pada pasien dengan perforasi
tanpa faktor-faktor risiko, perforasi ulkus
<12 jam dengan hemodinamik yang stabil,
gaster paling baik dilakukan distal gastric
usia <70 tahun, dan radiologi dengan
resection. Vagotomi biasa dilakukan untuk
pneumoperitoneum.2
ulkus gaster tipe II dan III. Patch closure
Pasien harus dipuasakan. Tube
dengan biopsi; atau eksisi lokal dan
nasogastrik (NGT) secara hati-hati
closure; atau biopsi, closure, vagotomi
dimasukkan ke bagian distal dari kurvatura
trunkal dan drainase merupakan alternatif
mayor dan elemen yang paling penting
untuk pasien tidak stabil atau risiko tinggi
pada penanganan konservatif adalah
atau pasien dengan perforasi pada tempat
menjaga gaster tetap kosong dengan
yang tidak menguntungkan (contoh pada
aspirasi berkala sehingga memberikan
juncta pylorus).1
kesempatan untuk terjadi proses sealing.
Antibiotik intravena dan antagonis reseptor
H2 atau proton pump inhibitors (PPIs) Laparoskopi
harus diberikan. Monitoring tanda vital Dalam era bedah minimal invasif,
(nadi, tekanan darah, respirasi, suhu) dan peran laparoskopi makin besar. Begitu juga
keseimbangan cairan dalam lembar pada pasien perforasi ulkus peptikum
monitoring. Pemeriksaan berkala abdomen berkembang paradigm, apakah prosedur
untuk nyeri, rigiditas dan bising usus.2 dilakukan dengan laparoskopik atau
Meskipun terdapat penelitian dengan laparotomi. Beberapa teknik laparoskopi
angka morbiditas dan mortalitas yang telah diperkenalkan, mulai dari jahitan
rendah, penanganan konservatif untuk sederhana sampai penggunaan fibrin glue.
perforasi ulkus peptikum tidak diterima Studi menunjukkan teknik laparoskopi
secara luas dan tetap menjadi kontroversial. berhubungan dengan penggunaan analgetik
Monitoring penyembuhan ulkus dengan pasca operasi yang lebih sedikit, infeksi
endoskopi dan terapi H. pylori sangat luka yang lebih rendah, insiden adhesif dan
penting.2,15 hernia insisional pasca operasi yang lebih
Komplikasi yang paling sering dari rendah, insiden infeksi respirasi yang lebih
penanganan non-operatif ialah abses rendah, masa rawat yang lebih cepat dan
peritoneal. Sebagian besar abses dapat kembali melakukan aktifitas normal yang
disembuhkan dengan antibiotik dan atau lebih cepat.2
Tamuntuan, Sapan, Panelewen; Perbandingan mortalitas antara tindakan drainase... S47

Pengalaman dari ahli bedah dengan didukung penanganan konservatif.17


laparoskopi merupakan salah satu faktor Saber et al.5 menyimpulkan drainase
yang paling penting dalam menentukan perkutan dibawah anestesi lokal kemudian
tindakan laparotomi atau laparoskopik. dikombinasikan dengan penanganan
Ketersediaan alat serta ketersediaan konservatif efektif pada pasien perforasi
personel kamar operasi juga menjadi gastroduodenal dengan risiko tinggi,
pertimbangan. dengan angka mortalitas 20,8%. Rahman et
Pilihan metode repair secara al.6 juga menyimpulkan tindakan drainase
laparoskopik tergantung dari bentuk tepi perkutaneus dapat menurunkan angka
ulkus. Jika tepi ulkus infiltrasi, friable dan mortalitas sampai 4,5% dan meskipun
nonmobil, repair dilakukan hanya dengan pasien dengan resiko tinggi dapat ditangani
jahitan omental patch. Untuk tepi ulkus di senter terpencil dengan ahli bedah yang
yang jelas dan viable prosedur pilihan kurang mahir.6 Oida et al.14 meneliti
adalah repair dengan dijahit kemudian penanganan konservatif perforasi ulkus
dibantu dengan omental patch. Tiga jahitan gastro duodenal dengan kesimpulan peng-
pada masing-masing sisi perforasi yang gunaan drainase perkutaneus jauh lebih
viable dan dikencangkan untuk menutup efektif dibanding yang tidak di drainase.
perforasi. Pedikel omentum diletakkan Pada penelitian ini, peneliti
melewati perforasi kemudian dijahit membandingkan angka mortalitas pasien
melengkapi prosedur. Pada saat omentum perforasi ulkus peptikum yang dilakukan
terlalu kecil, ligamentum falciformis dapat penanganan bedah dengan laparotomi
digunakan. Kegagalan untuk menentukan terbuka disertai simple patch closure
lokasi perforasi merupakan alasan yang dengan anestesi umum dan yang dilakukan
paling sering untuk dilakukan konversi ke drainase perkutan dengan anestesi lokal
laparotomi.10 dikombinasikan dengan penanganan
Irigasi kavum peritoneal merupakan konservatif yang di rawat di BLU RSUP
salah satu bagian penting dalam Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
pembedahan. Rekomendasi sekitar 6-10
liter normal salin, ada juga yang memakai METODE PENELITIAN
sampai 30 liter. Kavum peritoneal biasanya
Jenis penelitian yang digunakan ialah
dipasang drain. Durasi penggunaan NGT studi perbandingan dua tindakan pada
sekitar 48 jam. PPI atau antagonis reseptor pasien perforasi ulkus peptikum. Tindakan
H2 segera, antibiotik digunakan sampai 5 pertama ialah dilakukan laparotomi terbuka
hari atau sampai bebas demam.2 dan simple patch closure dengan anestesi
umum sedangkan tindakan kedua ialah
Drainase perkutan dilakukan drainase perkutan dengan
Salah satu pembedahan emergensi anestesi lokal dikombinasikan penanganan
yang paling sering dilakukan ialah konservatif. Penelitian ini dilaksanakan di
pembedahan abdomen yang mempunyai Bagian Bedah BLU/RSUP Prof. Dr. R. D.
risiko morbiditas dan mortalitas yang Kandou Manado sejak bulan Januari 2014
tinggi, khususnya pada pasien perforasi sampai sampel tercukupi.
ulkus peptikum yang usia lanjut karena Populasi penelitian ialah semua pasien
terdapat penyakit penyerta, terlambat perforasi ulkus peptikum yang dirawat di
datang ke rumah sakit dan adanya syok. Bagian Bedah BLU/RSUP Prof. Dr. R. D.
Pada pasien perforasi ulkus peptikum Kandou Manado. Subjek penelitian diambil
dengan peritonitis, pus harus didrainase dari populasi terjangkau yang memenuhi
dengan manuver yang paling minimal kriteria inklusi, yaitu: pasien perforasi
invasif. Pasien perforasi ulkus peptikum ulkus peptikum yang dilakukan tindakan
yang berisiko tinggi dapat ditangani dengan dan pasien perforasi ulkus peptikum
memasang drain intra abdominal dengan dengan skor Boey ≥2. Besar sampel ialah:
S48 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2 Suplemen, Juli 2016, hlm. S44-S51

N1 = N2 = 21, dengan sampel total 42. drainase perkutan lebih rendah yaitu 8 dari
Data yang dikumpulkan kemudian 15 pasien (53,3%), dibanding laparotomi
ditabulasikan dan diolah dengan analisis dengan mortalitas 4 dari 5 pasien (80%)
deskriptif (rata-rata, simpang baku, median, (Tabel 5).
tabel distribusi frekuensi serta analisis
statistik untuk pengujian hipotesis
2
digunakan uji X ). Tabel 4. Perbandingan mortalitas pasien
Mortalitas Uji X2
HASIL PENELITIAN Hidup Mati
Laparatomi 16 5
Penelitian dilakukan pada 42 pasien 23,8%
yang dilakukan tindakan laparotomi dan Drainase 12 9 X2=1,714
drainase perkutan. Tabel 2 memperlihatkan perkutan 42,9% (p=0,095)
sebaran usia dan jenis kelamin dari Total 28 14
keseluruhan subyek penelitian. 33,3%

Tabel 2. Data sebaran usia berdasarkan jenis Tabel 5. Perbandingan mortalitas pasien
kelamin dengan skor Boey 3
2
Pria (%) Wanita (%) Jumlah (%) Mati Total Mortalitas Uji X
<40th 2 4,8 0 0 2 4,8 Pasien
40-60th 18 42,8 2 4,8 20 47,6 Laparotomi 4 5 80 % X2=1,1111
>60th 15 35,7 5 11,9 20 47,6 PD 8 15 53,3 % (p=0,29184)
Jumlah 35 83,3 7 16,7 42 100

BAHASAN
Tabel 3 memperlihatkan sebaran letak
perforasi dengan persentase tertinggi pada Pada Tabel 2, insiden perforasi ulkus
gaster (80,9%). peptikum pada pria jauh lebih besar yaitu
35 pasien (83,3%) dibanding 7 pasien
(16,7%) pada wanita. Hal ini sesuai dengan
Tabel 3. Data sebaran letak perforasi berbagai acuan pustaka yang menyebutkan
Letak Frekuensi (%) bahwa hormon estrogen mempunyai peran
Gaster 17 80,9 proteksi pada mukosa gaster yaitu dengan
Duodenum 3 14,3 meningkatkan kadar bikarbonat. Tuo et
Tidak ditemukan 1 4,7 al.18 menyimpulkan bahwa di dalam
Total 21 100 mukosa duodenum manusia terdapat
reseptor estrogen dan estrogen tersebut
menstimulasi sekresi bikarbonat duodenum
Tabel 4 memperlihatkan jumlah pasien sehingga menjelaskan penyebab insiden
yang hidup pada tindakan laparotomi ialah ulkus peptikum sangat kecil pada wanita
16 orang (76,2%) dengan angka mortalitas yang pre menopause dibanding pria yang
5 dari 21 pasien (23,8%). Pada drainase berumur sama atau pada yang lebih tua.
perkutan terdapat mortalitas 9 orang Smith et al.19 mengatakan proteksi duodenum
(42,9%). oleh estrogen dengan menstimulasi
Uji hipotesis menunjukkan bahwa produksi bikarbonat merupakan penjelasan
tidak ada perbedaan bermakna antara yang dapat diterima mengapa terdapat
tindakan laparotomi dan drainase perkutan perbedaan gender pada ulkus peptikum.
pada pasien perforasi ulkus peptikum Pada Tabel 2 juga didapatkan insiden
dengan skor Boey ≥2. Pada pasien dengan pada usia <40 tahun sangat rendah dan
skor Boey 3 didapatkan mortalitas pasien kemudian meningkat nyata pada usia >40
Tamuntuan, Sapan, Panelewen; Perbandingan mortalitas antara tindakan drainase... S49

tahun. Pada wanita sudah dijelaskan di atas meninggal (53,3%). Hasil ini menunjukkan
bahwa insiden ulkus peptikum dipengaruhi bahwa tindakan drainase perkutan pada
oleh hormon estrogen yang menstimulasi pasien dengan skor Boey 3 mempunyai
produksi bikarbonat. Pada pria hal itu hasil yang lebih baik. Hal ini dikarenakan
dikarenakan pada usia >40 tahun terdapat pasien dengan skor Boey 3 merupakan
peningkatan dari kejadian penyakit- pasien yang mempunyai risiko pembedahan
penyakit degeneratif yang membutuhkan yang sangat tinggi. Pasien yang berisiko
pengobatan dengan NSAIDs seperti artritis tinggi ini tidak mampu mentolerir stres
gout, osteoarthritis, dan sebagainya. Peng- akibat pembedahan ataupun pembiusan
gunaaan NSAIDs telah diketahui menye- sehingga menekan fungsi organ-organ yang
babkan insiden perforasi ulkus peptikum memang sudah menurun sebelum
meningkat. Sangma et al.20 mengatakan dilakukan operasi.
pemberian aspirin pada hewan coba Menurut Saber et al.5 prosedur operasi
menyebabkan ulserasi pada mukosa gaster. abdomen darurat merupakan tindakan yang
Pada Tabel 3, letak perforasi ulkus sering dilakukan dengan risiko mortalitas
peptikum yang paling sering ialah pada dan morbiditas yang tinggi, terlebih pada
gaster sebanyak 17 dari 21 pasien (80,9%) pasien yang lanjut usia dengan berbagai
dibanding pada duodenum 3 pasien komorbid, terlambat memeriksakan diri,
(14,3%). Hal ini sesuai dengan acuan dan dengan peritonitis. Bagaimanapun pada
pustaka bahwa di Negara-negara Timur pasien usia lanjut yang berisiko tinggi
lebih sering terjadi ulkus peptikum pada dengan perforasi ulkus peptikum dan
gaster dibanding Negara-negara Barat yang peritonitis harus dilakukan tindakan untuk
lebih sering terjadi pada duodenum. mendrainase pus dengan manuver yang
Kopelman21 mengklaim 74% perforasi paling tidak invasif. Pasien yang berisiko
terjadi di prepilorik, yang berbanding ini dapat dilakukan tindakan dengan
terbalik dengan penelitian di Negara Barat menempatkan drain intra abdomen dengan
yang mengatakan perforasi paling sering didukung penanganan konservatif. Hasil-
terjadi di duodenum. Kopelman juga nya sangat memuaskan yaitu dengan angka
menyatakan ulkus gaster dan duodenum kematian 5 dari 24 pasien (20,8%).
mempunyai patofisiologi yang sama yaitu Rahman et al.6 melaporkan tindakan
hipersekresi asam dan infeksi H. pylori. drainase perkutan pada 66 pasien yang
Penelitian ini juga mempunyai kekurangan dilakukan pada pasien yang sebagian besar
karena data prevalensi H. Pylori pada mempunyai komorbid sehingga menolak
populasi ini tidak ada. dilakukan prosedur bedah dengan anestesi
Pada Tabel 4 didapatkan angka umum dan mendapatkan angka kematian 3
mortalitas pasien perforasi ulkus peptikum pasien (4,5%). Pasien perforasi ulkus
dengan nilai skor Boey ≥2 yang dilakukan peptikum yang berisiko tinggi untuk
laparotomi eksplorasi ialah 5 dari 21 pasien pembedahan dengan anestesi umum dapat
(23,8%), berbanding dengan angka ditangani dengan baik bahkan pada tempat
mortalitas pasien yang dilakukan drainase terpencil dengan melakukan tindakan
perkutan yaitu 9 dari 21 pasien (42,9%). drainase perkutan. Hal tersebut dapat
Hasil ini menunjukkan bahwa walaupun dilakukan oleh ahli bedah yang tidak terlalu
tindakan laparotomi mempunyai hasil yang trampil serta didukung dengan penanganan
lebih baik dibanding drainase perkutan, konservatif.
tetapi tidak berbeda bermakna. Oida et al.14 di Jepang membandingkan
Hal sebaliknya diperlihatkan khusus penanganan konservatif yang dilakukan
pasien perforasi ulkus peptikum dengan drainase perkutan dan yang tidak dilakukan
skor Boey 3. Angka mortalitas pasien yang drainase perkutan. Hasilnya didapatkan
dilakukan laparotomi ialah 4 dari 5 pasien pada kelompok dengan drainase perkutan
(80%), sedangkan yang dilakukan drainase terdapat 3 pasien (14,3%) yang meninggal
perkutaneus ialah 8 dari 15 pasien yang sedangkan pada kelompok yang tidak
S50 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 8, Nomor 2 Suplemen, Juli 2016, hlm. S44-S51

dilakukan drainase perkutan mencapai 13 Laparotomi masih merupakan pilihan


pasien (43,3%) yang meninggal. Oida utama pada penanganan kasus perforasi
menyimpulkan bahwa penanganan kon- ulkus peptikum. Angka mortalitas pasien
servatif dikombinasikan dengan drainase perforasi ulkus peptikum masih tinggi
perkutan jauh lebih efektif dibanding yang sehingga perlu dilakukan penelitian lanjut
tidak dilakukan tindakan drainase perkutan. mengenai tatalaksana pasien.
Christina22 melaporkan penanganan
perforasi ulkus peptikum di RS Saiful
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Malang pada pasien berisiko tinggi
dengan skor Boey ≥2 dan skor ASA ≥3 1. Dempsey DT. Stomach. Schwartz’s
pada 42 pasien. Terdapat 18 pasien Principles of Surgery (9th ed) Ch.23.
dilakukan drainase perkutaneus dengan 11 New York: McGraw-Hill, 2010.
2. Hanumanthappa MB, Gopinathan S,
pasien hidup (survival rate 61,11%)
Guruprasad RD, Ds ouza N. A
dibanding laparotomi pada 24 pasien Non-operative Treatment of
dengan 5 pasien hidup (survival rate Perforated Peptic Ulcer: a prospective
20,8%). Drainase perkutan bertujuan untuk study with 50 cases. JCDR. 2012;
source control dan lavage intraperitoneal, 6(4):696-9.
serta mempunyai hasil yang lebih baik pada 3. Suyono S. Ulkus Peptikum. Ilmu Penyakit
pasien perforasi ulkus peptikum berisiko Dalam (3rd ed). Jakarta: Balai
tinggi. Penerbit FKUI, 2011.
Secara umum hasil tindakan drainase 4. Dinas Kesehatan Kota Manado.
perkutan dan laparotomi eksplorasi tidak Peningkatan kejadian gastritis di
mempunyai perbedaan bermakna, tetapi Puskesmas Kota Manado. 2012
5. Saber A, Gad MA, Ellaband GM.
pada skor Boey 3 tindakan drainase
Perforated duodenal ulcer in high risk
perkutan mempunyai mortalitas yang lebih patients: is percutaneous drainage
rendah Dari hasil penelitian ini penulis justified? N Am J Med Sci.
merekomendasikan penanganan perforasi 2012;4:35-9.
ulkus peptikum dengan risiko tinggi atau 6. Rahman MM, Al Mamun A, Hossain
skor Boey 3 ialah dengan tindakan drainase MD, Das MK. Peptic ulcer
perkutan karena mempunyai hasil yang perforation: management of high risk
lebih baik (angka mortalitas 53,3%). cases by percutaneus drainage. Trop
Tindakan laparotomi eksplorasi sebaiknya Doct. 2005;35(1):30-1.
dilakukan pada pasien dengan kondisi 7. Lemaitre J, El Founas W, Simoens C,
umum yang lebih baik sehingga dapat Ngongnang C, Smets D, Mendes da
Costa P. Surgical management of
mentolerir stres karena pembiusan umum
acute perforation of peptic ulcer. A
atau bahkan oleh karena tindakan single centre experience. Acta Chir
laparotomi. Belg, 2005;105(6):588-91.
8. Kuwabara K, Matsuda S, Fushimi K,
Ishikawa KB, Horiguchi H,
SIMPULAN
Fujimori K. Reappraising the
Dari hasil penelitian dan bahasan dapat surgical approach on the perforated
disimpulkan bahwa tidak terdapat gastroduodenal ulcer: should gastric
perbedaan bermakna antara angka resection abandoned?. J Clin Med
mortalitas tindakan laparotomi dan drainase Res. 2011;3(5):213-22.
9. Lunevicius R, Morkevicius M.
perkutan pada pasien perforasi ulkus
Management strategies, early result,
peptikum dengan skor Boey ≥2. Tindakan benefit and risk factor of laparoscopic
drainase perkutan dikombinasi dengan repair of perforated peptic ulcer.
perawatan konservatif merupakan tindakan World J. Surg. 2005;29:1299-310.
yang paling baik pada pasien perforasi 10. Bertleff MJOE. Perforated peptic ulcer
ulkus peptikum dengan risiko operasi tinggi disease: a review of history and
atau pasien dengan skor Boey 3. treatment. Perforated Peptic Ulcer:
Tamuntuan, Sapan, Panelewen; Perbandingan mortalitas antara tindakan drainase... S51

New Insights Chapter 2. Rotterdam: 17. Dascalescu C, Andriescu L, Bulat C,


Erasmus Universiteit Rotterdam; Danila R, Dodu L. Acornicessei M,
2010. et al. Taylor’s method: a therapeutic
11. Prabhu V, Shivani A. An overview of alternative for perforated gastro-
history, pathogenesis and treatment of duodenal ulcer. Hepatogastroenterol.
perforated peptic ulcer disease with 2006;53(70):543-6.
evaluation of prognostic scoring in 18. Tuo B, Wen G, Wei J, Liu X, Wang X,
adults. Ann Med Health Sci Res. Zhang Y, et al. Estrogen regulation
2014;4(1):22-9. of duodenal bicarbonate secretion and
12. Boey J, Wong J, Ong GB. A prospective sex-spesific protection of human
study of operative risk faktor in duodenum. J Gastro. 2011;141(3):
perforated duodenal ulcer. Ann Surg. 854-63/
1982;195:265-9. 19. Smith A, Contreras C, Ko KH, Chow J,
13. Boey J, Choi SK, Poon A, Alagaratnam Dong X, Tuo B, et al. Gender
TT. Risk stratification in perforated specific protection of estrogen against
duodenal ulcers. A prospective Gastric acid induced duodenal injury:
validation of predictive factors. Ann stimulation of duodenal mucosal
Surg. 1987;205:22-6. bicarbonate secretion. Endocrinol.
14. Oida T, Kano H, Mimatsu K, Kawasaki 2008;149(9):4554-66.
A, Kuboi Y, Fukino N, et al. 20. Sangma TK, Jain S, Mediratta PK.
Percutaneus drainage in conservative Effect of ovarian sex hormone on non
therapy for perforated gastroduodenal streroidal anti inflammatory drug-
ulcer. Hepatogastroenterol. induced gastrics lesion in female rats.
2012;59(113):168-70. Indian J Pharmacol. 2014;46(1):113-
15. Chandra SS, Kumar SS. Definitive or 62.
conservative surgery for perforated 21. Kopelman D. Perforated peptic ulcer:
gastric ulcer?- An unresolved “Developing” world versus
problem. Int J Surg. 2009;7:136-9. “Developed” world. World J Surg,
16. Lui FY, Davis KA. Gastroduodenal 2009;33:86-7.
perforation: maximal or minimal 22. Christina NN. Gastric perforation with
intervention. Scand J Surg. septic condition: Laparotomy vs non
2010;99:73-7. laparotomy. ACS Bali 2014.

You might also like