Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Berkala Perikanan Terubuk, Juli 2012, hlm 20 – 33 Vol. 40. No.

2
ISSN 0126 - 4265

ANALISIS WAVELET DAN VARIABILITAS TEMPORAL


HIDROKLIMATOLOGI DAERAH ALIRAN SUNGAI (STUDI KASUS
SUB-DAS CISANGKUY KABUPATEN BANDUNG)

Dadang Subarna1, M. Yanuar J. Purwanto2, Kukuh Murtilaksono2,


Wiweka1

Diterima : 12 Mei 2012 Disetujui: 2 Juni 2012

ABSTRACT

The research was conducted in the Sub Watershed Cisangkuy of the


Upper Citarum Watershed in the Bandung regency. Cisangkuy river plays
important role in the water supply to the population of Bandung regency and
Bandung city. In the last ten years, the debit of the river was decreased at dry
season but increased at rainy season that causes of flood in some places. It is
needed to research the variability of hydroclimatology at the region. The monthly
rainfall and debit in range of 2001-2011 was processed using the coefficient of
variation (CV), wavelets and moving average analysis. The result of the
coefficient of variation and wavelets analysis show the monthly rainfall of four
weather stations: Cileunca, Kertamanah, Cipanas and Ciherang have the CV of
78%, 82%, 84%, 70% respectively and show the dominant oscillation around 8-16
months. The debit of two hydrology stations: Pataruman and Kamasan have the
CV of 97%, 86% respectively and show the dominant oscillation around 128
months and 64 months. The analysis of moving average with the simple,
exponential, adaptive methods show the increase of five yearly debit significantly
in the range of observed data which cause of the flood in the Kamasan Banjaran
region. The 8-16 months oscillation is associated with the apparent position of the
Sun between the Tropics of Cancer and Capricorn which cause regional variations
in the intensity of monsoon and it’s called annual oscillation. The 128 months
oscillation of debit is associated with the ten to twelve (TTO) years oscillation in
the tropical tropospheric temperature. While 64 months oscillation is associated
with the the tropical Pacific phenomena El Niño (warm condition) and La Niña
(cold conditions) are the cause of 2-7 years oscillations which famous with ENSO
cycle.

Keywords: Watershed, Rainfall, Debit, Variability, Hidroclimatology, Wavelets,


Moving Average, Oscillation.

PENDAHULUAN1 Sungai Cisangkuy sangat


berperan penting dalam memasok
1)
kebutuhan air baku untuk konsumsi
Staf Penelitian Lembaga Penerbangan dan penduduk kabupaten dan kota
Antariksa Nasional
2)
Staf Pengajar di Institut Pertanian Bogor,
Bandung masing-masing sebesar 500
Bogor l/dt dan 1800 l/dt (UPTD, 2011).

20
Analisis Wavelet dan VariabilitasTemporal Berkala Perikanan Terubuk Vol 40 No.2 Juli 2012

Kondisi pasokan tersebut tentunya sampai ke lintang menengah (Juaeni,


sangat dipengaruhi oleh variabilitas 2006).
hidroklimatologi yang menjadi Sumber dari kegagalan
imbuhan utama dalam suatu daerah prediksi pada rentang waktu bulan ke
aliran sungai. Fase ekstrim bulan terkait dengan tidak
variabilitas iklim akan menyebabkan dimasukannya variasi antar-musiman
kondisi hujan dan debit sungai yang dalam skema-skema prediksi.
berlebih di suatu daerah aliran sungai Fluktuasi fase antar musiman akan
dibandingkan kondisi normal atau mengaktifkan dan tidak mengaktifkan
kondisi kemarau yang jauh lebih curah hujan selama periode terkopel
kering dari kondisi normalnya. beberapa minggu terakhir, maju ke
Dampak variabilitas tersebut dalam awal atau akhir musim penghujan
berbagai kondisi tertentu sistem atau bahkan mengalami periode jeda.
ekonomi dan ekosistem di seluruh Fase penghujan variabilitas antar
belahan dunia akan menghasilkan musiman juga akan mengaktifkan
beberapa kasus bencana. Di dalam kejadian curah hujan tinggi dan akan
sistem iklim maka beberapa proses mengakibatkan bencana banjir dan
akan menghasilkan kejadian-kejadian tanah longsor. Oleh karena kebutuhan
bencana. Sebagaimana dipaparkan praktis untuk meningkatkan
dalam Torrence dan Compo, 1998 prediktibitas sub-musiman maka
bahwa fenomena ENSO merupakan perhatian pada mode antar-musiman
sebab dari osilasi skala waktu sekitar variabilitas iklim telah meningkat
2-7 tahun siklus variabel iklim atau dalam beberapa puluh tahun terakhir.
dikenal sebagai siklus ENSO yang Beberapa kajian telah dilakukan
dapat mengakibatkan bencana untuk mempelajari variabilitas yang
kekeringan dan banjir. Saat ini terkait dengan osilasi Madden-Julian
kebanyakan pengkajian terhadap yang merupakan mode dominan
sinyal variabilitas iklim disebabkan dalam variabilitas iklim antar
oleh ENSO, oleh karena itu maka musiman (Madden and Julian, 1994).
beberapa penelitian yang terkait Dengan memperhitungkan
dengan dampak ENSO terhadap keadaan pengetahuan tentang intra
curah hujan bulanan dilakukan di seasonal variation (ISV) dan
berbagai dunia, seperti oleh pentingnya kondisi regional dalam
Ropelewski dan Halpert, 1987; Pabón meningkatkan prediksi iklim, sistem
dan Delgado 2008 ; Peel et al., 2002; pencegahan dan peringatan dini serta
Poveda, 2004. Dengan demikian, kekuatan fenomena alam yang
skema prediksi iklim musiman menyebabkan bencana, maka perlu
didasarkan pada pengetahuan tentang dikaji keadaan kopel berbagai osilasi
fakta-fakta siklus ENSO pada daerah yang menghasilkan kejadian curah
tertentu. Oleh karena tidak hujan dan debit aliran sungai yang
dimasukannya mode variabilitas ekstrim.
iklim yang lain maka prediksi akan
sering gagal khususnya pada rentang METODE PENELITIAN
waktu dari bulan ke bulan atau kurang
(Liebmann et al., 1994). Fenomena Gambaran Umum Lokasi
ENSO di wilayah ekuatorial tepatnya Penelitian
di Lautan Pasifik mempunyai Lokasi penelitian dilakukan di
pengaruh yang amat luas, bahkan daerah aliran sungai Cisangkuy yang
terletak antara 06o 59’24” – 07o

21
Analisis Wavelet dan VariabilitasTemporal Berkala Perikanan Terubuk Vol 40 No.2 Juli 2012

13’51” LS dan 107o 28’55” – 107o kemarau yang terjadi pada DAS
39’84” BT. Topografi DAS Citarum Hulu berlangsung pada bulan
Cisangkuy bervariasi dari ketinggian Juni sampai Agustus dengan
2.054 m dari permukaan laut di September, Oktober, November
Gunung Malabar, hingga 658 m di sebagai bulan-bulan transisi dari
pertemuannya dengan sungai induk, kemarau ke penghujan dan musim
yaitu Sungai Citarum. Kondisi penghujan pada periode Desember,
hidrologi, sebaran curah hujan sampai Februari dengan Maret, April,
tahunan pada DAS Cisangkuy Mei sebagai bulan-bulan transisi dari
bervariasi dari 3.500 mm/tahun penghujan ke kemarau.
hingga 2.000 mm/tahun. Musim

A B
Gambar 1. Daerah aliran sungai Cisangkuy (A) yang merupakan sub-DAS dari
DAS Citarum hulu yang terletak di Kabupaten Bandung (B)

a. Simpangan Baku Simpangan baku untuk populasi


disimbolkan dengan σ (sigma) dan
Simpangan baku atau deviasi didefinisikan dengan rumus:
standar adalah ukuran sebaran
statistik yang mengukur bagaimana
nilai-nilai data tersebar. Bisa juga
didefinisikan sebagai, rata-rata jarak
(1)
penyimpangan titik-titik data diukur
dari nilai rata-rata data tersebut dan
Simpangan baku untuk sampel
dilambangkan dengan σ. Simpangan
disimbolkan dengan s dan didefinisikan
baku didefinisikan sebagai akar dengan rumus:
kuadrat varians. Simpangan baku
merupakan bilangan tak-negatif, dan
memiliki satuan yang sama dengan
data. Misalnya jika suatu data diukur
dalam satuan meter, maka simpangan (2)
baku juga diukur dalam meter pula.

22
Analisis Wavelet dan VariabilitasTemporal Berkala Perikanan Terubuk Vol 40 No.2 Juli 2012

dimana adalah nilai


data dari sampel dan adalah rata- Rumus Weighted Moving Average
rata dari sampel. atau adaptif adalah


Rumus untuk menghitung rata-rata n
wi X ( d i ) 1
adalah Xd  i 1
,n  d (6)
i1 wi
n

(3)
Koefisien variasi (coefficient of Sedangkan untuk Exponential Moving
variation) dihitung dengan rumus: Average atau perata-rataan bergerak
CV = (100%*simpangan baku/rata- eksponensial adalah
rata) (4)
 S i 1 X ( d i ) 1
n
Secara statistik CV adalah gambaran
Xd  i 1
,n  d (7)
i 1 S i 1
dari ukuran distribusi titik-titik data n

dalam suatu deret data disekitar nilai


rata-ratanya yang dapat menunjukan
perbandingan derajat variasi dari satu Dimana wi adalah bobot ke-i dan S
data dengan yang lainnya. faktor bobot berbentuk pangkat.

b. Perata-rataan Bergerak Transformasi Wavelet


(Moving average)
Kata wavelet diberikan oleh
Moving average atau perata- Jean Morlet dan Alex Grossmann
rataan berjalan mempunyai tiga di awal tahun 1980-an, dan berasal
varian yang berbeda yaitu Simple dari bahasa Perancis, ondelette yang
Moving Average, Weighted Moving berarti gelombang kecil. Kata
Average atau adaptif dan Exponential onde yang berarti gelombang
Moving Average. Masing-masing kemudian diterjemahkan kedalam
merupakan metode perata-rataan bahasa Inggris menjadi wave, lalu
bergerak, hanya saja cara merata- digabung dengan kata aslinya
ratakannya yang berbeda satu sama sehingga terbentuk kata baru wavelet
lain. Moving Average merupakan ( Sediyono et al., 2009).
indikator yang akan memberikan nilai Suatu paket gelombang dengan
rata-rata dari pergerakan nilai data durasi terbatas dan frekuensi tertentu
dan digunakan untuk mengetahui dapat digunakan sebagai fungsi
trendnya. Simple Moving Average window untuk analisis ragam suatu
atau perata-rataan bergerak sederhana sinyal. Paket gelombang ini biasanya
dihitung dengan rumus: disebut Wavelet yang merupakan

n gelombang sinus dikalikan dengan
X ( d i ) 1
Xd  i 1
,n  d gelombang pembungkusnya biasanya
n bentuk fungsi Gauss.
(5)

23
Analisis Wavelet dan VariabilitasTemporal Berkala Perikanan Terubuk Vol 40 No.2 Juli 2012

Gambar 2. Wavelet Morlet dengan lebar dan amplitude tertentu sepanjang


sumbu x ,(a). Kontruksi gelombang wavelet (biru putus-putus)
sebagai gelombang Sinus (hijau) dimodulasi oleh Fungsi Gauss
(merah).(b). (Sumber: http://paos.colorado.edu)

Wavelet Morlet pada gambar (a)


didefinisikan sebagai perkalian dari
gelombang eksponensial kompleks (10)
dan pembungkus Gauss: Dimana (*) menunjukkan konjugat
kompleks. Integral pada persamaan
(8) (10) dapat dievaluasi untuk berbagai
Ini adalah fungsi wavelet dasar, nilai skala s (biasanya untuk pengali
dimana ψ adalah nilai wavelet pada kemungkinan frekuensi yang
waktu tak berdimensi η dan ωo adalah terendah, juga semua nilai n antara
bilangan gelombang. tanggal mulai dan akhir. Gambaran 2-
Untuk merubah keseluruhan ukuran D dari variabilitas suatu deret waktu
agar dapat menggeser keseluruhan kemudian dapat dikontruksi dengan
wavelet sepanjang sumbu waktu memplot amplitudo dan fasa wavelet.
maka dirumuskan wavelet berskala
yaitu:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu cara untuk
(9) menggambarkan variabilitas suatu
Dimana s adalah parameter dilatasi variabel klimatologi dalam suatu data
yang digunakan untuk merubah skala deret waktu baik harian maupun
dan n adalah parameter translasi yang bulanan bahkan tahunan dari satu
digunakan untuk menggeser dalam tempat dengan tempat lain adalah
sumbu waktu. Faktor s-1/2 adalah dengan mengamati koefisien
normalisasi untuk mempertahankan variasinya. Koefisien variasi (CV)
energi total konstanta wavelet yang adalah perbandingan antara
terskala. Sehingga bila suatu deret simpangan baku atau deviasi standar
waktu X dengan nilai Xn pada indek dengan harga rata-ratanya, yang
waktu n. Setiap nilai dipisahkan biasanya dinyatakan dalam prosen.
dengan interval waktu kontan dt. Bila CV tinggi berarti perbedaan nilai
Transformasi wavelet Wn(s) adalah dari variasi bulanan besar; sebaliknya
konvolusi (perkalian bintang) dari bila CV kecil berarti perbedaan nilai
fungsi wavelet dan detet waktu dari variasi bulanan kecil. Untuk data
awalnya: curah hujan bulanan dari emapt
stasiun yang diamati dapat dilihat
pada Tabel 1. Variabilitas bulanan

24
Analisis Wavelet dan VariabilitasTemporal Berkala Perikanan Terubuk Vol 40 No.2 Juli 2012

curah hujan di daerah aliran sungai yang sangat tajam dan ralatif sangat
Cisangkuy sangat tinggi di atas 50% jauh simpangan dari keadaan rata-
yang berarti bawah konsistensi curah ratanya yang memungkinkan pada
hujan sangat rendah. Hasil ini kemunculan kejadian ekstrim.
menunjukkan bahwa keadaan variasi

Tabel 1. Koefisien variasi untuk data curah hujan di daerah aliran sungai
Cisangkuy
Nama Stasiun Curah Lokasi ( LS, BT) Coefficient of Variation
Hujan (CV)
Cileunca 07011'35", 107032'41" 78%
Kertamanah 06011'25", 107036'38" 82%
Cipanas 06049'15", 107037'59" 84%
Ciherang 0702'13", 107034'49" 70%

Beberapa data deret waktu dikembangkan berbagai metoda mulai


dalam klimatologi secara statistik dari statistik yang sederhana sampai
memperlihatkan perilaku yang non- yang rumit. Statistik sederhana
stasioner dan sinyal ini berubah baik biasanya menggunakan rata-rata atau
amplitudo maupun frekuensinya, serta ragam dan transformasi Fourier
ada juga kemungkinan mengandung dengan menggunakan ukuran window
sinyal periodik yang dominan. tertentu lalu bergeser-geser sepanjang
Sebagai contoh adalah ENSO yang sumbu waktu untuk menghitung FFT
mempunyai mode dominan pada setiap waktu di dalam window
variabilitasnya pada siklus 2-7 tahun tersebut. Masalah utama dalam FFT
dengan ditunjukkan pada loncatan berbasis window adalah
frekuensi tinggi, namun karena sinyal ketidakonsistenan perlakuan yaitu
ini bercampur dengan fluktuasi yang pada frekeunsi rendah hanya sedikit
lebih lama dari interdekadal maka osilasi di dalam window sehingga
fluktuasi interdekadal akan lokalisasi frekuensi hilang,namun
berpengaruh pada modulasi amplitudo pada frekuensi tinggi sangat banyak
dan frekuensi pada kemunculan osilasi sehingga lokalisasi waktu
ENSO (Torrence dan Compo, 1998). hilang. Oleh karena itu FFT
Untuk memisahkan osilasi menggunakan asumsi bahwa sinyal
(ada fluktuasi perulangan baik teratur dapat diuraikan ke dalam komponen-
atau tidak) periode yang lebih pendek komponen
dari yang panjang maka

25
Analisis Wavelet dan VariabilitasTemporal Berkala Perikanan Terubuk Vol 40 No.2 Juli 2012

Gambar 3. Data curah hujan bulanan st. Cileunca dan Wavelet Morlet yang
digunakan (a), Spektrum daya wavelet curah hujan yang
menunjukkan periode dominan antara 8-16 bulan dan ragam wavelet
secara keseluruhan (b).

sinus saja. Analisis wavelet mencoba Data curah hujan stasiun


untuk memecahkan permasalahan Kertamanah pada Gambar 4 dan data
tersebut dengan menguraikannya ke curah hujan stasiun Cipanas Gambar
dalam domain waktu dan frekuensi 5 letaknya hanya berjarak sekitar 2
sekaligus, sehingga didapat informasi km, keduanya masih menunjukkan
amplitudo pada suatu sinyal periodik perioda 12 bulan, namun tidak
di dalam deret waktu dan bagaimana sekuat di stasiun Cileunca. Terdapat
amplitudo ini berubah terhadap pengaruh leeward pada sisi
waktu. Pada Gambar 3(a) ditunjukkan punggung gunung Malabar dan
data curah hujan bulanan stasiun Puncak Besar yang berperan sebagai
Cileunca yang berfluktuasi irregular penghalang pengaruh angin monsun
dengan amplitudo dan frekueinsi yang dibandingkan dengan stasiun
berubah-rubah sepanjang evolusinya, Cileunca yang relatif terbuka dan
ternyata dengan analisis wavelet jauh dari pengaruh pegunungan
terdapat perioda kuat dominan (warna Malabar.
merah) sekitar 12 bulan atau osilasi
tahunan .

26
Analisis Wavelet dan VariabilitasTemporal Berkala Perikanan Terubuk Vol 40 No.2 Juli 2012

Gambar 4. Data curah hujan bulanan st. Kertamanah dan Wavelet Morlet yang
digunakan (a), Spektrum daya wavelet curah hujan yang menunjukkan
periode dominan antara 8-16 bulan dan ragam wavelet secara
keseluruhan (b).

Gambar 5. Data curah hujan bulanan st. Cipanas dan Wavelet Morlet yang
digunakan (a), Spektrum daya wavelet curah hujan yang
menunjukkan periode dominan antara 8-16 bulan dan ragam wavelet
secara keseluruhan (b).

27
Analisis Wavelet dan VariabilitasTemporal Berkala Perikanan Terubuk Vol 40 No.2 Juli 2012

Variabilitas berkurang sesuai dengan daerah aliran sungai Cisangkuy


penurunan ketinggian pada stasiun ditentukan juga oleh variasi topografi.
curah hujan Ciherang yang ditunjukan Perioda dominan pada stasiun
dengan CV sebesar 70% Ciherang masih sama menunjukkan
dibandingkan pada CV pada stasiun osilasi 12 bulan atau osilasi tahunan
lain yang lebih tinggi. Dengan (Gambar 6).
demikian variabilitas curah hujan di

Gambar 6. Data curah hujan bulanan st. Ciherang dan Wavelet Morlet yang
digunakan (a), Spektrum daya wavelet curah hujan yang menunjukkan periode
dominan antara 8-16 bulan dan ragam wavelet secara keseluruhan (b).

Debit sungai Cisangkuy dari dua Pataruman CV=97% dan stasiun


stasiun hidrologi mempunyai Kamasan, CV=86% seperti
variablitas tinggi yaitu stasiun ditunjukkan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Koefisien variasi debit sungai Cisangkuy


Nama Stasiun Hidrologi Lokasi (LS,BT) Coefficient of Variation
(CV)
Pataruman 7 06' 35'', 107 32' 48'' 97%
Kamasan 7 02' 45'', 107 34' 39'' 86%

Aliran esktrim yang pernah terjadi sungai. Debit air sungai Cisangkuy
selama rentang waktu data sangat dipengaruhi oleh curah hujan
pengamatan tercatat maksimum di daerah hulunya, namun berbeda
sebesar 372,20 m3/dt terjadi pada periodisitas dominannya. Curah hujan
tanggal 30-09-2010 dan minimum mempunyai periode dominan 12
sebesar 0,065 m3/dt pada tanggal 01- bulan sedangkan debit dianalisis
01-2001. Variabilitas curah hujan untuk stasiun Pataruman mempunyai
sangat berpengaruh pada debit aliran periode 128 bulan (Gambar 8) dan

28
Analisis Wavelet dan VariabilitasTemporal Berkala Perikanan Terubuk Vol 40 No.2 Juli 2012

stasiun Kamasan mempunyai periode (Gambar 10).


64 bulan atau sekitar 5 tahunan

Debit S.Cisangkuy St. Pataruman


35
Debit
30 MV_AD(12)
25 MV_EXP(12)
MV(12)
20
m3/dt

15
10
5
0
1/1/01 1/1/02 1/1/03 1/1/04 1/1/05 1/1/06 1/1/07 1/1/08 1/1/09 1/1/10 1/1/11
-5
waktu (Tahun)

Gambar 7. Pendekatan pola debit bulanan sungai Cisangkuy dengan


menggunakan teknik perata-rataan berjalan (moving average) dari st.
Pataruman.

Kombinasi periode 12 bulan dengan menimbulkan kejadian ekstrim dan


periode 64 bulan dan 128 bulan akan banjir di daerah kamasan Banjaran,
menyebabkan debit air di sungai seperti ditunjukkan pada Gambar 7
Cisangkuy menjadi tinggi dan dan Gambar 9.

Gambar 8. Data debit bulanan sungai Cisangkuy st. Pataruman dan Wavelet
Morlet yang digunakan (a), Spektrum daya wavelet curah hujan yang
menunjukkan periode dominan antara 128 bulan dan ragam wavelet
secara keseluruhan (b).

29
Analisis Wavelet dan VariabilitasTemporal Berkala Perikanan Terubuk Vol 40 No.2 Juli 2012

Debit S.Cisangkuy St. Kamasan


60
Debit
50 MV_12
MV_Exp(12)
ADP_MV(12)
40
m3/dt

30

20

10

0
1/1/01 1/1/02 1/1/03 1/1/04 1/1/05 1/1/06 1/1/07 1/1/08 1/1/09 1/1/10 1/1/11

waktu (Tahun)

Gambar 9. Pendekatan pola debit bulanan sungai Cisangkuy dengan


menggunakan teknik perata-rataan berjalan (moving average) dari
st. Kamasan
Dari hasil analisis moving tahunan yang signifikan selama
average dengan metode simple, interval waktu pengamatan yang
exponential dan adaptive menimbulkan peristiwa banjir di
menunjukkan bahwa telah terjadi daerah Kamasan Banjaran.
peningkatan periode debit lima

Gambar 10. Data debit bulanan sungai Cisangkuy st. Kasamasan dan Wavelet
Morlet yang digunakan (a), Spektrum daya wavelet curah hujan yang
menunjukkan periode dominan antara 64 bulan dan ragam wavelet
secara keseluruhan (b).

30
Analisis Wavelet dan VariabilitasTemporal Berkala Perikanan Terubuk Vol 40 No.2 Juli 2012

Evaluasi risiko hidrologi yang KESIMPULAN


terkait dengan pelepasan (discharge)
maksimum di DAS Cisangkuy telah - Data curah hujan dan debit
dianalisis didasarkan pada data debit bulanan dari tahun 2001-2011
harian antara tahun 2001-2011 dari telah diolah dengan menggunakan
dua stasiun hidrologi. Analisis dengan analisis Coefficient of Variation
data debit harian yang dirata-rata (CV), wavelets dan moving
setiap bulan menunjukkan bahwa average dengan metode-motode
terdapat periode dominan lima simple, exponential dan adaptive.
tahunan disamping periode tak - Hasil analisis menunjukkan bahwa
dominan tahunan (annual oscilation) data curah hujan bulanan dari
yang berimplikasi beberapa kejadian empat stasiun cuaca mempunyai
ekstrim hidrologi. Konfigurasi variabilitas tinggi yang
geofisik dari sistem tergandeng ditunjukkan dengan nilai CV yaitu
lautan-atmosfer daerah Indo-Pasifik Cileunca, Kertamanah Cipanas
dimana curah hujan disokong oleh dan Ciherang masing-masing 78%,
kolam panas Pasifik Barat merupakan 82%, 84%, 70%.
salah satu pembentuk iklim di - Curah hujan mempunyai osilasi
Indonesia (Giannini et al., 2007). dominan sekitar 8-16 bulan
Variabilitas dan prediktibilitas (annual oscillation)
musiman iklim monsun di Indoensia - Debit sungai Cisangkuy dari dua
didominasi oleh pengaruh fenomena stasiun hidrologi juga mempunyai
ENSO dengan siklus 2-7 tahun yang variablitas tinggi : Pataruman dan
berimplikasi pada peningkatan debit Kamasan, masing-masing 97%, 86%.
sungai Cisangkuy. - Debit sungai Cisangkuy
Kemampuan untuk mempunyai osilasi masing-masing
memprediksi kejadian-kejadian sekitar 128 bulan dansekitar64bulan.
ekstrim dengan akurasi yang - Dari hasil analisis metoda moving
beralasan dan logis akan sangat average degnan metode-metode
membantu dalam perencanaan untuk simple, exponential, dan adaptive
mengambil langkah-langkah menunjukkan bahwa telah terjadi
operasional yang diperlukan dalam peningkatan periode debit lima
mengantisipasi kejadian-kejadian tahunan yang signifikan selama
ekstrim tersebut. Prediksi hidrologi interval waktu pengamatan yang
secara operasional dan pengelolaan menimbulkan peristiwa banjir di
sumberdaya air memerlukan piranti- daerah Kamasan Banjaran.
piranti yang efisien untuk - Osilasi 8-16 bulan terkait erat
menyediakan estimasi yang akurat dengan pergerakan semu Matahari
tentang ketersediaan sumberdaya air. Utara-Selatan yang menyebabkan
Sehingga memahami periodesitas variasi regional untuk intensitas
curah hujan dan debit sungai dapat monsun dan disebut osilasi
membantu upaya-upaya perencanaan tahunan. Sedangkan osilasi 128
yang lebih terarah. bulan berkorelasi dengan osilasi
temperatur troposfer tropis yang
berosilasi antara 10-12 tahun
(Pabón dan Delgado, 2008:
Poveda, 2004). Osilasi 64 bulan
berhubungan erat dengan

31
Analisis Wavelet dan VariabilitasTemporal Berkala Perikanan Terubuk Vol 40 No.2 Juli 2012

fenomana El Niño (kondisi Convective Anomalies: 1979-


hangat) dan La Niña (kondisi 2002. J. of Climate, v. 17, pp.
dingin) di Pasifik Tropis yang 523-539.
berosilasi 2-7 tahun dan dikenal
dengan siklus ENSO (Peel et Jones, C., and Schemm J. -K. E.,
al.,2002: Torrence dan Compo, 2000. The influence of
1998 ) intraseasonal variations on
medium-range weather
forecasts over South America.
DAFTAR PUSTAKA Mon. Wea. Rev., 128, 486-
494.
Bantzer C H., Wallace J M., 1996.
Intraseasonal Variability in Jones C., Waliser D.E., Lau K.M.,
Tropical Mean Temperature Stern W., 2004b. Global
and Precipitation and their Occurrence of Extreme
Relation to the Tropical 40-50 Precipitation and Madden-
Day Oscillation. J. of Atmos. Julian Oscillation:
Sc., v. 53, No. 21 (Nov ), pp. Observations and
3032-3045. Predictability. J. of Climate, v.
7, pp. 4575-4589.
Barlow M., WheelerM., Lyon B.,
Cullen H., 2005. Modulation Jones C., Waliser D.E., Lau K.M.,
of Daily Precipitation over Stern W., 2004c. The Madden-
Southwest Asia by the Julian Oscillation and Its
Madden-Julian Oscillation Impact on Northern
Monthly Wea. Review, 133 Hemisphere Weather
pp3579-3594. Predictability. Mon. Wea.
Rev., 115, pp. 1462-1471.
Bond N.A., Vecchi G.A., 2003. The
Influence of the Madden- Juaeni, I dan B.Siswanto, 2006.
Julian oscillation on Variabilitas Curah Hujan di
precipitation in Oregon and Indonesia Berdasarkan Luaran
Washington. Wea. Model Area Terbatas Resolusi
Forecasting, v. 18, pp. 600- 20 km, Proseeding Seminar
613. Tahunan Himpunan Ahli
Geofisika Indonesia,
Garreaud R.D., 2000. Intraseasonal November 2006
Variability of Moisture and
Krishnamurti V., Shukla J., 2007.
Rainfall over the South
Intraseasonal and Seasonally
American Altiplano. Monthly
Persisting Patterns of Indian
Wea. Rev., 128, pp. 337-
Monsoon Rainfall. J. of
3346.
Climate, v. 20, pp. 3-20.
Http://paos.colorado.edu/ diakses Liebmann B., H. H. Hendon, and J. D.
tanggal 20 November 2012 Glick, 1994. The relationship
Jones C., Carvalho L.M.V., Higgins between tropical cyclones of
R.W., Waliser D.E., Schem the western Pacific and Indian
J.K.E., 2004a. Climatology of Oceans and the Madden-Julian
Tropical Intraseasonal oscillation. J. Meteor. Soc. Ja-
pan, 72, 401-411.

32
Analisis Wavelet dan VariabilitasTemporal Berkala Perikanan Terubuk Vol 40 No.2 Juli 2012

precipitation patterns
Madden R.A., Julian P.R., 1994.
associated with the El
Observations of the 40-50-day
Niño/Southern Oscillation.
tropical oscillation-a review.
Mon. Wea. Rev., 115, pp.
Mon. Weather Rev., v. 122,
1606-1626.
No. 5, pp. 814-837.
Sediyono, E., Y.Nataliani dan C.M.
Misra V., 2005. Simulation of the
Rorimpandey.2009. Klasifikasi
Intraseasonal Variance of the
Sidik Jari dengan
South American Summer
Menggunakan metoda Wavelet
Monsoon., Monthly Wea.
Symlet. Jurnal Informatika V.5
Rev., 133, pp. 663-676.
No.2
Pabón J.D., and J.D Delgado 2008.
Sultan B., Janicot S., Diedhiou A.,
Intraseasonal Variability of
2003. The West African
Rainfall over Northen South
monsoon dynamics. Part I:
America and Caribbean
Documentation of
Region Ingeniería de
intraseasonal variability. J. of
Recursos Naturales y del
Climate, 16, pp. 3389-
Ambiente, - No. 7
3406.
Peel M.C., McMahon ., T.A.,
Torrence, C. and G.P. Compo, 1998.
Finlayson B.L, 2002.
A Practical Guide to Wavelet
Variability of Annual
Analysis. Bull. Amer. Meteor.
Precipitation and Its
Soc., 79, 61-78.
Relationship to El Niño-
Southern Oscillation. J. of
Torrence, C. and G.P. Compo, A
Climate, 15 (6), pp. 545-
Practical Guide to Wavelet
551.
Analysis: With significance
and confidence testing,
Petersen W.A., Nesbitt S.W.,
http://paos.colorado.edu/resear
Blaskeslee R.J., Cifelli R.,
ch/wavelets/ diakses 1 oktober
Hein P., Rutledge S.A., 2002.
2012
TRMM Observations of
Intraseasonal Variability in
UPTD [Unit Pelaksanan teknis
Convective Regimes over the
Daerah] sub DAS Cisangkuy.
Amazon. J. of Climate, 15,
2011. PEMDA Kabupaten
pp.1278-1294.
Bandung.
Poveda G., 2004. La
Ye H., Cho H.-R., 2001. Spatial and
hidroclimatología de
temporal characteristics of
Colombia: una síntesis desde
intraseasonal oscillations of
la escala inter-decadal hasta la
precipitation over the United
escala diurna. Rev. Acad.
States. Theoretical and
Colomb. Cien., 28 (107): 201-
Applied Climatology. v.68,
222.
pp. 51-66.
Ropelewski C.F., Halpert M.S., 1987.
Global and regional scale

33

You might also like