Professional Documents
Culture Documents
Aktivitas Manajemen Laba Analisis Peran Komite Audit, Kepemilikan
Aktivitas Manajemen Laba Analisis Peran Komite Audit, Kepemilikan
Abstract
Earnings management activity is always associated with negative behavior
because earnings management causes financial information figure does not
reflect the real situation. Mechanism of Good Corporate Governance (GCG)
hasmentioned the need forthe existence ofan auditcommittee as an extension
of the board of commissioner to perform oversight duties.
Besidesallegedlyeffective institutional ownership to oversee the company,
including the percentage of public shares would make management more
cautiousinearnings management activities. Nevertheless leverage company
level could be expected togive rise toearnings managementactivities.
This study aimedtoanalyzethe effect ofaudit committees, institutional
ownership, the percentage ofpublic sharesandleverage onearnings
managementactivities. The populationin this study wereallcompanies
listedon theIndonesia Stock Exchange(IDX) yearperiodfrom 2008 to 2011.
Purposive sampling method is used to determine the sample. To test the all
of hypothesis linearregressionanalysis is used.The results prove that the
audit committee, the percentage of institutional and institutional ownership
gives effect to the reduction of earnings management activities.Meanwhile
the higher the level of leverage that would lead to earnings management
activities. The implications of this study emphasize the need for the
existence of an independent audit committee to exercise oversight functions
effectively.
Keywords: earnings management, audit committee, institutional ownership,
percentage of public shares, leverage.
1. PENDAHULUAN
Manajemen laba (earnings management) merupakan masalah agensi yang
sering terjadi di lingkungan bisnis (Palestin 2008).Perilaku manajemen laba berawal
dari konflik kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen
(agent).Pemilikberkepentingan untuk mendapatkan profit yang selalu meningkat dan
pengembalian saham yang optimal.Sementara mananjemen berkepentingan untuk
memperoleh kompensasi kontrak yang maksimal agar tercapai
kemakmurannya.Masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan
tingkat kemakmuran yang dikehendaki.Hal ini mendorong manajemen untuk
melakukan manajemen laba.
Perilaku manajemen laba selalu diasosiasikan dengan perilaku yang negatif
karena manajemen laba menyebabkantampilan informasi keuangan tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya (Putra, 2009), padahalinformasi laba menjadi
perhatian utama stakeholdersdimana informasi laba tersebut akan digunakannya untuk
menaksir kinerja dan membuat keputusan yang bersifat ekonomi.Dalam praktiknya,
manajemen laba adalah tindakan memanipulasi akuntansi dengan tujuan menciptakan
kinerja perusahaan agar terkesan lebih baik dari yang sebenarnya (Mulford, 2010:81).
Menurut Antonia (2008) manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh
manajer atau para pembuat laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan suatu
organisasi. Meskipun secara prinsip praktek manajemen laba ini tidak menyalahi
prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum, namun adanya praktek manajemen laba
dapat mengikis kepercayaan masyarakat terhadap laporan keuangan eksternal dan
menghalangi kompetensi aliran modal.
Putra (2009) mengemukakan manajemen laba terbagi menjadi dua, yaitu
Pertama, dilihat sebagai perilaku oportunistic manajer untuk memaksimumkan
utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontak utang, dan political costs
(Opportunistic Earnings Management).Kedua, dengan memandang manajemen laba
dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), di mana
manajemen labamemberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka
danperusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terdugauntuk
keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.
Sementara itu, Tiswiyanti (2012) mengemukakan bahwaManajemen laba dapat
diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu: fraudalent accounting, manajemen laba
(accruals management) dan manajemen laba rill (real earning management).
Fraudalent accounting merupakan pilihan akuntansi yang melanggar general accepted
accounting principles (GAAP).Manajemen laba akrual (GAAP) meliputi aneka pilihan
dalam GAAP yang menutupi kinerja ekonomi yang sebenarnya.Manajemen laba rill
dilakukan ketika manajer melakukan tindakan yang menyimpang dari praktek yang
sebenarnya untuk meningkatkan laba yang dilaporkan.Tiswiyanti (2012) juga
menemukan bukti bahwa alasan manajemen melakukan manajemen laba adalah: (1)
skema kompensasi manajemen yang dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang
disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan, serta (2) fluktuasi dalam manajemen
dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan
pengambilalihan secara langsung.
Disamping itu terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
manajemen laba atau bahkan faktor yang dapat mengurangkan terjadinya manajemen
laba.Keberadaan Komite Audit sebagai mekanisme Tata Kelola Perusahaan yang baik
(GCG) dan adanya kepemilikan institusional (Tiswiyanti, 2012), menurut penelitian
terdahulu dapat mengurangkan manajemen laba (Palestin 2008).Sebaliknya persentase
saham publik yang dikeluarkan pada saat IPO dan leverage (Antonia, 2008) diduga
menjadi penyebab meningkatnya aktivitas manajemen laba, padahal persentase saham
publik yang relatif besar seharusnya memberikan insentif kepada manajemen untuk
lebih meningkatkan reliabilti laporan keuangannya.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh komite audit dan kepemilikan
institusional terhadap berkurangnya manajemen laba, dan untuk mengetahui pengaruh
presentase saham publik dan leverage terahadap praktek manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang tedaftar di BEI periode tahun 2008-2011. Bagian pertama
tulisan ini dimulai dengan pendahuluan, diikuti dengan pembahasan mengenai konsep
manajemen laba, komite audit, presentasi saham publik, leverage dan pembentukan
hipotesis penelitian pada bahagian kedua. Bahagian ketiga menjelaskan metodologi
penelitian yang dipakai pada penelitain ini, diikuti dengan pembahasan hasil penelitian
pada bahagian keempat dan diakhiri dengan kesimpulan dan saran.
Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap
proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh keuntungan
pribadi. Pengukuran manajemen laba menggunakan discretinary accrual (DAC).Dalam
penelitian ini discretonary accrual digunakan sebagai proksi karena merupakan
komponen yang dapat dimanipulasi oleh manajer seperti penjualan kredit dan produksi
secara besar-besaran.Untuk mengukur DAC, terlebih dahulu akan di ukur total akrual.
Total akrual diklasifikasikan menjadi komponen discretionary dan nondiscretionary
(Novario, 2012), dengan tahapan:
a. Mengukur total accrual dengan menggunakan metode modifikasi Jones (Novario,
2012).
Total Accrual(TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas operasi (cash
flow from operating)
b. Menghitung nilai accrual yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary
Least Square):
TAC t / A t-1 = α1(1/ A t-1 ) + α2((ΔREV t - ΔREC t ) / A t-1 ) + α3(PPEt / A t-1 )+ e
Dimana :
TAC t : total accruals perusahaan i pada periode t
A t-1 : total aset untuk sampel perusahaan i pada akhit tahun t-1
REV t : perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
REC t : perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
PPE t : asset tetap (gross property plant and equipment) perusahaan tahun t
e : Error
c. Menghitung nondiscretionary accruals model (NDA) adalah sebagai berikut:
NDA t = α1(1/ A t-1 ) + α2((ΔREV t - ΔREC t ) / A t-1 ) + α3(PPEt / A t-1 )
Dimana
NDA t : nondiscretionary accruals pada tahun t
α : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total accruals
d. Menghitung discretionary accrualssebagai berikut:
DAC t : (TAC t / A t-1 ) - NDA t
Dimana:
DAC t :discretionary accruals perusahaan i pada periode t
Komite Audit
Merupakan suatu komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan
merupakan bagian dari manajemen atau perusahaan untuk melalukan pengujian dan
penilaian atas kewajaran laporan yang dibuat oleh perusahaan.Komite audit ini diukur
menggunakan variabel dummy, bila perusahaan sampel memiliki komite audit maka
dinilai 1, dan jika tidak maka dinilai 0(Nasution, 2007).
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki oleh pihak
institusi. Kepemilikan institusional diukur dengan persentase jumlah saham yang
dimiliki oleh institusi terhadap seluruh modal saham perusahaan.
Persentase Saham Publik
Persentase saham publik adalah persentase saham yang ditawarkan kepada publik
saat IPO (initial public offering). Persentase saham publik diukur dengan melihat
besarnya persentase-persentase saham yang ditawarkan kepada masyarakat saat IPO).
Leverage
Leverage adalah penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk meningkatkan
profitabilitas (Horne, 2007:181-216). Apabila tingkat utang pada suatu perusahaan itu
tinggi, biasanya akan menyebabkan penurunan laba. Penurunan laba ini akan
memancing manajemen untuk menaikan laba agar terlihat stabil (Horne, 2007:181-216).
Dalam penelitian ini leverage diukur dengan perbandingan total utang yang dimiliki
perusahaan dengan total asset perusahaan.
Teknik analisis data menggunakan Regresi Linier Berganda. Sebelum dilakukan
analisis regresi berganda, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas,
multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen dan
independen dalam model regresi tersebut terdistribusi secara normal (Ghozali,
2005).Pada penelitian ini, pengujian normalitas datanya menggunakan kolmogorov-
Smirnov.Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi
antar variabel independen dalam model regresi.Untuk mendeteksi adanya
multikolinearitas digunakan nilai tolerance ≤ 0,01 dan Variance Inflation Factor (VIF)
≥ 10.Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan
varians dari residual.Pengujian heteroskedastisitas menggunakan grafik
Scatterplot.Pengujian autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi
antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya. Untuk
data time series autokorelasi sering terjadi. Tapi untuk data yang sampelnya crossection
jarang terjadi karena variabel pengganggu satu berbeda dengan yang lain. Pengujian
autokorelasi.menggunakan uji Durbin Watson (D-W). Jika nilai DW berada diantara -2
dan +2 berarti tidak terdapat autokorelasi.
Pengujian hipotesis dalam penelitan ini menggunakan regresi linier berganda yang
berguna untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap dependen dengan
bantuan SPSS versi 17. Berikut persamaan regresi yang digunakan:
DA = α 0 + β 1 KA + β 2 KI + β 3 PSP + β 4 Lev + e
Keterangan :
DA = discretionary accrual(proksi dari manajemen laba)
α0 = konstanta
β 1,2,3,4,5 = Koefisien variabel
KA = Komite Audit
KI = Kepemilikan Institusional
PSP = Presentase Saham Publik
Lev = Leverage
e = error
Gambar 1
Model Penelitian
Kepemilikan
Institusional (X2)
Manajemen Laba(Y)
Persentase Saham
Publik (X3)
Leverage (X3)
Tabel 2
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
Tabel 3
Hasil Pengujian Normalitas Data Setelah Data Outlier di buang
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 103
a,,b
Normal Parameters Mean -.0006321
Std. Deviation .06195562
Most Extreme Absolute .047
Differences Positive .047
Negative -.046
Kolmogorov-Smirnov Z .477
Asymp. Sig. (2-tailed) .977
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Tabel 4
Hasil Pengujian Multikolinearitas
Tabel 5
Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Tabel 6
Hasil Pengujian Kesesuain Model
ANOVAb