Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 21

Aktivitas Manajemen Laba:AnalisisPeran Komite Audit, Kepemilikan

Institusional, Persentasi Saham PublikdanLeverage

Dani Rahman Raja, RitaAnugerah, Desmiyawati, Kamaliah(Universitas Riau)

Abstract
Earnings management activity is always associated with negative behavior
because earnings management causes financial information figure does not
reflect the real situation. Mechanism of Good Corporate Governance (GCG)
hasmentioned the need forthe existence ofan auditcommittee as an extension
of the board of commissioner to perform oversight duties.
Besidesallegedlyeffective institutional ownership to oversee the company,
including the percentage of public shares would make management more
cautiousinearnings management activities. Nevertheless leverage company
level could be expected togive rise toearnings managementactivities.
This study aimedtoanalyzethe effect ofaudit committees, institutional
ownership, the percentage ofpublic sharesandleverage onearnings
managementactivities. The populationin this study wereallcompanies
listedon theIndonesia Stock Exchange(IDX) yearperiodfrom 2008 to 2011.
Purposive sampling method is used to determine the sample. To test the all
of hypothesis linearregressionanalysis is used.The results prove that the
audit committee, the percentage of institutional and institutional ownership
gives effect to the reduction of earnings management activities.Meanwhile
the higher the level of leverage that would lead to earnings management
activities. The implications of this study emphasize the need for the
existence of an independent audit committee to exercise oversight functions
effectively.
Keywords: earnings management, audit committee, institutional ownership,
percentage of public shares, leverage.
1. PENDAHULUAN
Manajemen laba (earnings management) merupakan masalah agensi yang
sering terjadi di lingkungan bisnis (Palestin 2008).Perilaku manajemen laba berawal
dari konflik kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen
(agent).Pemilikberkepentingan untuk mendapatkan profit yang selalu meningkat dan
pengembalian saham yang optimal.Sementara mananjemen berkepentingan untuk
memperoleh kompensasi kontrak yang maksimal agar tercapai
kemakmurannya.Masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan
tingkat kemakmuran yang dikehendaki.Hal ini mendorong manajemen untuk
melakukan manajemen laba.
Perilaku manajemen laba selalu diasosiasikan dengan perilaku yang negatif
karena manajemen laba menyebabkantampilan informasi keuangan tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya (Putra, 2009), padahalinformasi laba menjadi
perhatian utama stakeholdersdimana informasi laba tersebut akan digunakannya untuk
menaksir kinerja dan membuat keputusan yang bersifat ekonomi.Dalam praktiknya,
manajemen laba adalah tindakan memanipulasi akuntansi dengan tujuan menciptakan
kinerja perusahaan agar terkesan lebih baik dari yang sebenarnya (Mulford, 2010:81).
Menurut Antonia (2008) manajemen laba diduga muncul atau dilakukan oleh
manajer atau para pembuat laporan keuangan dalam proses pelaporan keuangan suatu
organisasi. Meskipun secara prinsip praktek manajemen laba ini tidak menyalahi
prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum, namun adanya praktek manajemen laba
dapat mengikis kepercayaan masyarakat terhadap laporan keuangan eksternal dan
menghalangi kompetensi aliran modal.
Putra (2009) mengemukakan manajemen laba terbagi menjadi dua, yaitu
Pertama, dilihat sebagai perilaku oportunistic manajer untuk memaksimumkan
utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontak utang, dan political costs
(Opportunistic Earnings Management).Kedua, dengan memandang manajemen laba
dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), di mana
manajemen labamemberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka
danperusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terdugauntuk
keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.
Sementara itu, Tiswiyanti (2012) mengemukakan bahwaManajemen laba dapat
diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu: fraudalent accounting, manajemen laba
(accruals management) dan manajemen laba rill (real earning management).
Fraudalent accounting merupakan pilihan akuntansi yang melanggar general accepted
accounting principles (GAAP).Manajemen laba akrual (GAAP) meliputi aneka pilihan
dalam GAAP yang menutupi kinerja ekonomi yang sebenarnya.Manajemen laba rill
dilakukan ketika manajer melakukan tindakan yang menyimpang dari praktek yang
sebenarnya untuk meningkatkan laba yang dilaporkan.Tiswiyanti (2012) juga
menemukan bukti bahwa alasan manajemen melakukan manajemen laba adalah: (1)
skema kompensasi manajemen yang dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang
disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan, serta (2) fluktuasi dalam manajemen
dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan
pengambilalihan secara langsung.
Disamping itu terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
manajemen laba atau bahkan faktor yang dapat mengurangkan terjadinya manajemen
laba.Keberadaan Komite Audit sebagai mekanisme Tata Kelola Perusahaan yang baik
(GCG) dan adanya kepemilikan institusional (Tiswiyanti, 2012), menurut penelitian
terdahulu dapat mengurangkan manajemen laba (Palestin 2008).Sebaliknya persentase
saham publik yang dikeluarkan pada saat IPO dan leverage (Antonia, 2008) diduga
menjadi penyebab meningkatnya aktivitas manajemen laba, padahal persentase saham
publik yang relatif besar seharusnya memberikan insentif kepada manajemen untuk
lebih meningkatkan reliabilti laporan keuangannya.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh komite audit dan kepemilikan
institusional terhadap berkurangnya manajemen laba, dan untuk mengetahui pengaruh
presentase saham publik dan leverage terahadap praktek manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang tedaftar di BEI periode tahun 2008-2011. Bagian pertama
tulisan ini dimulai dengan pendahuluan, diikuti dengan pembahasan mengenai konsep
manajemen laba, komite audit, presentasi saham publik, leverage dan pembentukan
hipotesis penelitian pada bahagian kedua. Bahagian ketiga menjelaskan metodologi
penelitian yang dipakai pada penelitain ini, diikuti dengan pembahasan hasil penelitian
pada bahagian keempat dan diakhiri dengan kesimpulan dan saran.

II. KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN


Manajemen Laba
Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principaldan
agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada
principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja
agent.Hal ini memicu agent untuk memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut
dapat digunakan sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya.Salah satu
bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut sebagai earningsmanagement atau
manajemen laba (Widyaningdyah, 2001).
Banyak definisi yang diberikan untuk manajemen laba.Sugiri (1998) membagi
definisi earnings management menjadi dua, yaitu definisi sempit dan luas.Secara sempit
manajemen laba adalah perilaku manajer untuk “bermain” dengan komponen
discretionary accruals dalam menentukan besarnya earnings.Secara luas manajemen
laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan atau mengurangi laba yang
dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa
mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit
tersebut.Sementara itu Razaee (2009: 172) menambahkan definisi manajemen laba
sebagai praktekdiskresimanajerialpada saatstrategis dankeputusan operasinya(misalnya,
mempercepatpenjualan, menundapenelitian dan pengembangan) atau
memilihperkiraanakrual(cadangan berlebihan) untuk mengelolalaba jangka pendek juga
merupakan tindakan manajemen laba.
Perilaku manajemen yang demikian menurut Surifah (1999) adalah suatu
tindakan yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan apabila digunakan untuk
pengambilan keputusan.Manajemen laba dengan tujuan menciptakan informasi
keuangan yang menyesatkanataukekeliruan dalamkinerja keuangandapatdikategorikan
sebagai tindakan curang. Manajemen laba dimungkinkan dan sering sah dilakukan
dalam fleksibilitas GAAP daripada melalui ketidak patuhan terhadap GAAP.
Komite Audit dan Manajemen Laba
Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris sebagai
perpanjangan tangan komisaris melakukan tugas pengawasan (oversight) perusahaan
sesuai dengan Kep. 29/PM/2004. Komite audit mempunyai tanggung jawab utama yaitu
menjalakan tugas yang berhubungan dengan kebijakan akuntansi perusahaan,
pengawasan internal, dan sistem pelaporan keuangan. Komite audit merupakan salah
satu elemen Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan yang Baik) yang
diharapkan dapat mengatasi kecenderungan meningkatnya berbagai skandal
penyelewengan dan kelalaian pihak manajemen akhir-akhir ini.Komite audit memiliki
peran dalam mengawasi pihak manajemen dan memberikan pendapat professional yang
independen kepada dewan komisaris terhadap laporan keuangan atau hal-hal yang
disampaikan oleh direksi.Hal ini dilakukan dengan tujuan agar pihak manajemen tidak
melakukan tindakan yang dapat menguntungkan dirinya sendiri sehingga dapat
merugikan pemilik perusahaan.Salah satu dari karakteristik komite audit yang dapat
meningkatkan fungsi pengawasan adalah independensi. Anggota komite audit yang
independen akan memastikan pelaporan keuangan yang lebih berkualitas (Anugerah
et.al 2011).
Tiswiyanti (2012) menemukan dengan adanya komite audit dapat
mempengaruhi manajemen untuk lebih berhati-hati dalam menjalankan tugasnya karena
manajemen merasa kinerjanya diawasi oleh komite audit. Semakin besar jumlah
anggota komite audit maka semakin memperkecil terjadinya tindakan manajemen laba.
Dengan demikian, diharapkan dengan adanya komite audit dalam suatu perusahaan
akan meningkatkan pengawasan sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya
tindakan manajemen laba.Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini
mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H1: Komite audit berpengaruh signifikan terhadap berkurangnya manajemen laba.

Kepemilikan Institusional dan Manajemen Laba


Kepemilikan institusional adalah persentase hak suara yang dimiliki pihak
institusional terhadap suatu perusahaan (Tiswiyanti, 2012).Pihak institusional tersebut
seperti perusahaan investasi, pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum,
institusi luar negri, bank, lembaga asuransi dan institusi lainnya, diwakilkan dengan
investor institusional.Dengan kepemilikan saham yang besar, investor institusional
memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan dan mengoptimalkan nilai
perusahaan. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk
kepentingan pemegang saham.
Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen
terutama sebagai agen pengawas. Menurut Jama’an (2008) investor institusional dapat
melakukan peranan pengawasan dan monitoring antara lain dengan cara; 1)
Mengarahkan dan memonitor kegiatan bisnis perusahaan (directing and control).
Dengan kepemilikan sahamnya yang relatif besar mereka mempunyai kemampuan
untuk memonitor kegiatan bisnis pada perusahaan tersebut. Banyak investor
institusional dilengkapi dengan sarana (termasuk keahlian dan dana) untuk ikut
mengendalikan operasi bisnis perusahaan dimana mereka mengivenstasikan
dananya.Disamping itu investor intitusional dapat 2) menjadi sumber informasi
perusahaan (source of company’s information) yaitu dengan menjadi sumber informasi
perusahaan bagi investor lain yang mempunyai hubungan dekat dengan mereka. Dengan
adanya investor institusional akan membuat kecendrungan terjadinya asimetri informasi
antara principal dan agent berkurang.Investor institusi dapat mempengaruhi atau
mengawasi kelangsungan hidup suatu perusahaan melaluivoting yang merupakan salah
satu sarana untuk memonitor kegiatan Board of Director dan manajemen perusahaan.
Semakin besar kepemilikan institusi, maka akan semakin besar kekuatan suara
dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk mengawasi manajemen. Untuk
menjamin integritas laporan keuangan diperlukan proses monitoring secara efektif
melalui kepemilikan institusional terhadap pihak manajemen.Adanya kepemilikan
institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang optimal terhadap kinerja
manajemen.Pozen (2004) mengungkapkan ada beberapa metode yang digunakan oleh
investor institusional untuk mempengaruhi pengambilan keputusan manajerial, mulai
dari diskusi informal dengan manajemen, sampai dengan pengendalian seluruh kegiatan
operasional perusahaan.Signifikansi institusional ownership sebagai agen pengawas
ditekankan melalui investasi mereka yang cukup besar dalam pasar modal. Apabila
institusional merasa tidak puas atas kinerja manajemen maka mereka akan menjual
sahamnya ke pasar. Perilaku institusional ownership yang aktif dapat meningkatkan
akuntabilitas manajerial sehingga manejer akan bertindak lebih hati-hati dalam
pengambilan keputusan dan hal tersebut akan mempengaruhi integritas laporan
keuangan yang dihasilkan Vina (2010) dalam Annisa (2008). Siregar (2005)
menemukan bahwa dengan besarnya presentase kepemilikan intitusional maka akan
semakin memperkecil terjadinya tindakan manajemen laba yang dilakukan manajer,
karena manajer merasa kinerjanya diawasi oleh pihak institusi tersebut. Berdasarkan
penjelasan di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Kepemilikan Institusional berpengaruh signifikan terhdap berkurangnya
manajemen laba.

Presentase Saham Publik dan Manajemen Laba


Presentase saham publik adalah presentase saham yang ditawarkan kepada
publik saat IPO (initial public offering).IPO dilakukan manajemen dengan tujuan untuk
menawarkan investasi kepada publik.Dengan melakukan IPO, menunjukkan bahwa
akan adaprivate information yang harus di-sharing-kan manajer kepada publik.
Besarnya presentase saham yang ditawarkan ke publik biasanya memberi pengaruh
kepada jumlah informasi yang akan di-sharing kepada publik.Informasi yang di-sharing
tersebut berupa private information, yaitu informasi internal yang semula hanya
diketahui oleh manajer, seperti: standar yang dipakai dalam pengukuran kinerja
perusahaan, keberadaan perencanaan bonus, dan sebagainya. Semakin tinggi presentase
saham yang ditawarkan kepada publik maka semakin besar pula informasi yang harus
di-sharing-kan manajer kepada publik.Jadi manajer dituntut untuk menyajikan informasi
yang baik sehingga menarik minat investor untuk melakukan investasi.Biasanya para
manajer melakukan manajemen laba agar laba terlihat stabil dengan cara menaikan atau
menurunkan laba saat itu.Namun, dengan adanya public investor mengakibatkan
manajer berkewajiban memberikan informasi internal secara berkala sebagai bentuk
pertanggungjawabannya.Sehingga kemungkinan dapat mengurangi intensitas terjadinya
manajemen laba karena adanya pengawasan dari public investortersebut.Namun
Budihardjo (2009) menemukan bahwa perusahaan yang melakukan aktivitas IPO
memiliki pengaruh positif terhadap manajemen laba. Ini berarti semakin sering
perusahaan melakukan aktivitas IPO, maka akan meningkatkan terjadinya tindakan
manajemen laba. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penelitian ini mengajukan
hipotesis sebagai berikut :
H3 : Persentase saham publik berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Leverage dan Manajemen Laba


Leverage adalah penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk meningkatkan
profitabilitas (Horne, 2007:181-216). Apabila tingkat utang pada suatu perusahaan itu
tinggi, biasanya akan menyebabkan penurunan laba. Penurunan laba ini akan
memancing manajemen untuk menaikan laba agar terlihat stabil.Widyaningdyah (2001)
menemukan perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi akibat besarnya jumlah
utang dibandingkan dengan asset yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan
manajemen labakarena perusahaan terancam default yaitu tidak dapat memenuhi
kewajiban pembayaran utang tepat pada waktunya. Biasanya perusahaan akan berusaha
menghindarinya dengan membuat kebijaksanaan yang dapat meningkatkan pendapatan
maupun laba yaitu dengan memberikan posisi bargaining yang relatif lebih baik dalam
negosiasi atau penjadwalan ulang utang perusahaan. Dengan demikian, semakin tinggi
tingkat leverage suatu perusahaan, maka akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
tindakanmanajemen laba untuk menstabilkan kondisi laba perusahaan. Berdasarkan
penjelasan di atas, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba
III. METODE PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2011, yang berjumlah 148 perusahaan (lihat tabel 1
pada lampiran). Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metodepurposive sampling (pemilihan sampel bertujuan), yaitu
penentuan sampel atas dasarkesesuaian karakteristik dan kriteria tertentu (Trihendradi,
2013:3-5). Adapun kriteria dalam pemilihan sampel sebagai berikut: (1) perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa EfekIndonesia (BEI) dengan periode tahun 2008-
2011, (2) menerbitkan laporan keuangan selama periode tahun 2008-2011, (3)
perusahaan yang paling aktif dan memiliki laporan keuangan lengkap dalam empat
tahun berturut-turut selama periode tahun2008-2011, (4) perusahaan yang mengalami
kenaikan laba dari tahun ke tahun mulai periode tahun 2008-2011.Berdasarkan kriteria-
kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh sampel sebanyak 26 perusahaan.Dengan 4
tahun periode pengamatan maka jumlah sampel penelitian adalah 104.
Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah manajemen laba
sebagai variabel dependen, komite audit, kepemilikan institusional, persentase saham
publik, dan leverage sebagai variabel independen. Adapun definisi operasional dan
pengukuran masing-masing variabel dijelaskan sebagai berikut:

Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap
proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh keuntungan
pribadi. Pengukuran manajemen laba menggunakan discretinary accrual (DAC).Dalam
penelitian ini discretonary accrual digunakan sebagai proksi karena merupakan
komponen yang dapat dimanipulasi oleh manajer seperti penjualan kredit dan produksi
secara besar-besaran.Untuk mengukur DAC, terlebih dahulu akan di ukur total akrual.
Total akrual diklasifikasikan menjadi komponen discretionary dan nondiscretionary
(Novario, 2012), dengan tahapan:
a. Mengukur total accrual dengan menggunakan metode modifikasi Jones (Novario,
2012).
Total Accrual(TAC) = laba bersih setelah pajak (net income) – arus kas operasi (cash
flow from operating)
b. Menghitung nilai accrual yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary
Least Square):
TAC t / A t-1 = α1(1/ A t-1 ) + α2((ΔREV t - ΔREC t ) / A t-1 ) + α3(PPEt / A t-1 )+ e
Dimana :
TAC t : total accruals perusahaan i pada periode t
A t-1 : total aset untuk sampel perusahaan i pada akhit tahun t-1
REV t : perubahan pendapatan perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
REC t : perubahan piutang perusahaan i dari tahun t-1 ke tahun t
PPE t : asset tetap (gross property plant and equipment) perusahaan tahun t
e : Error
c. Menghitung nondiscretionary accruals model (NDA) adalah sebagai berikut:
NDA t = α1(1/ A t-1 ) + α2((ΔREV t - ΔREC t ) / A t-1 ) + α3(PPEt / A t-1 )
Dimana
NDA t : nondiscretionary accruals pada tahun t
α : fitted coefficient yang diperoleh dari hasil regresi pada perhitungan total accruals
d. Menghitung discretionary accrualssebagai berikut:
DAC t : (TAC t / A t-1 ) - NDA t
Dimana:
DAC t :discretionary accruals perusahaan i pada periode t

Komite Audit
Merupakan suatu komite yang terdiri dari tiga atau lebih anggota yang bukan
merupakan bagian dari manajemen atau perusahaan untuk melalukan pengujian dan
penilaian atas kewajaran laporan yang dibuat oleh perusahaan.Komite audit ini diukur
menggunakan variabel dummy, bila perusahaan sampel memiliki komite audit maka
dinilai 1, dan jika tidak maka dinilai 0(Nasution, 2007).

Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah persentase saham yang dimiliki oleh pihak
institusi. Kepemilikan institusional diukur dengan persentase jumlah saham yang
dimiliki oleh institusi terhadap seluruh modal saham perusahaan.
Persentase Saham Publik
Persentase saham publik adalah persentase saham yang ditawarkan kepada publik
saat IPO (initial public offering). Persentase saham publik diukur dengan melihat
besarnya persentase-persentase saham yang ditawarkan kepada masyarakat saat IPO).
Leverage
Leverage adalah penggunaan biaya tetap dalam usaha untuk meningkatkan
profitabilitas (Horne, 2007:181-216). Apabila tingkat utang pada suatu perusahaan itu
tinggi, biasanya akan menyebabkan penurunan laba. Penurunan laba ini akan
memancing manajemen untuk menaikan laba agar terlihat stabil (Horne, 2007:181-216).
Dalam penelitian ini leverage diukur dengan perbandingan total utang yang dimiliki
perusahaan dengan total asset perusahaan.
Teknik analisis data menggunakan Regresi Linier Berganda. Sebelum dilakukan
analisis regresi berganda, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian normalitas,
multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen dan
independen dalam model regresi tersebut terdistribusi secara normal (Ghozali,
2005).Pada penelitian ini, pengujian normalitas datanya menggunakan kolmogorov-
Smirnov.Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi
antar variabel independen dalam model regresi.Untuk mendeteksi adanya
multikolinearitas digunakan nilai tolerance ≤ 0,01 dan Variance Inflation Factor (VIF)
≥ 10.Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan
varians dari residual.Pengujian heteroskedastisitas menggunakan grafik
Scatterplot.Pengujian autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi
antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya. Untuk
data time series autokorelasi sering terjadi. Tapi untuk data yang sampelnya crossection
jarang terjadi karena variabel pengganggu satu berbeda dengan yang lain. Pengujian
autokorelasi.menggunakan uji Durbin Watson (D-W). Jika nilai DW berada diantara -2
dan +2 berarti tidak terdapat autokorelasi.
Pengujian hipotesis dalam penelitan ini menggunakan regresi linier berganda yang
berguna untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap dependen dengan
bantuan SPSS versi 17. Berikut persamaan regresi yang digunakan:
DA = α 0 + β 1 KA + β 2 KI + β 3 PSP + β 4 Lev + e

Keterangan :
DA = discretionary accrual(proksi dari manajemen laba)
α0 = konstanta
β 1,2,3,4,5 = Koefisien variabel
KA = Komite Audit
KI = Kepemilikan Institusional
PSP = Presentase Saham Publik
Lev = Leverage
e = error

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 26 perusahaan


manufaktur dengan 4 tahunpengamatan (2008-2011) sehingga diperoleh total sampel
104.Hasil perhitungan statistik deskriptif pada tabel 2 (lampiran) diketahui nilai rata-rata
manajemen laba sebesar 0,4037 dengan standar deviasi sebesar 0,30283, nilai minimum
sebesar 0,05 dan nilai maksimum sebesar 3,28. Komite audit menghasilkan nilai rata-
rata sebesar 0,4712 dengan standar deviasi sebesar 0,50158, nilai minimum sebesar 0
dan nilai maksimum sebesar 1. Nilai rata-rata kepemilikan institusional sebesar 74,7649
dengan standar deviasi sebesar 16,13980,nilai minimum kepemilikan institusional
sebesar 10,55 dan nilai maksimum nya sebesar 97,32. Nilai rata-rata presentase saham
publik sebesar 24,2335, standar deviasi sebesar 14,62209,nilai minimum sebesar 2,68
dan nilai maksimum sebesar 49,95. Leverage menghasilkan nilai rata-rata leverage
sebesar 0,4328 dengan standar deviasi sebesar 0,17598, nilai minimum sebesar 0,10 dan
nilai maksimum sebesar 0,90.
Hasil pengujian normalitas data denganKolmogorov-Smirnovdiketahui data tidak
normal dengan nilai residual data sebesar 0,000 (< 0,05), sehingga diperlukan
perbaikanterhadap model regresi, yaitu dengan menggunakan model Log-Linear
(Ghozali, 2005),sehingga model regresi yang baru menjadi:
LnDA = α 0 + β 1 KA + β 2 LnKI + β 3 LnPSP + β 4 LnLev + e
Dari pengujian diketahui data nomor 43 merupakan data outlier dan dikeluarkan,
sehingga sampel menjadi 103, selanjutnya diadakan pengujian ulang. Hasil pengujian
menunjukkan nilai residual sebesar 0,977(> 0,05)yang dapat dilihat pada tabel 3
(lampiran).,sehinggadisimpulkan data telah memenuhi normalitas data.
Setelah data berdistribusi normal dilakukan pengujian asumsi klasik. Hasil
pengujian multikolonearitas pada tabel 4 (lampiran) menunjukkan bahwa keempat
variabel independen tersebut memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, jadi
disimpulkan model regresi bebas dari multikolinearitas.Hasil pengujian heterokedastisitas
pada Gambar 2 (lampiran) menunjukkan bahwa diagram pencar tidak membentuk pola
tertentu (titik-titik menyebar diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y), berarti
tidak ada heterokedastisitas.Hasil pengujian autokorelasi menunjukkan nilai Durbin-
Watsonsebesar 1.890 atau berkisar antara -2 dan +2,hal ini membuktikan bahwa model
analisis bebas autokorelasi.
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variabel dependen.Nilai koefisien determinasi antara nol dan
satu.Hasil pengujian koefisien determinasi pada tabel 5 (lampiran) menunjukkan
koefisien determinasi atau AdjustedR Square sebesar 0.626, hal ini menunjukkan
bahwa62.6% variasi perubahan manajemen laba dijelaskan oleh komite audit,
kepemilikan institusional, persentase saham publik dan leverage, sedangkan variasi
lainnya 37.4% dijelaskan oleh variabel lainnya.
Hasil perhitungan uji F pada tabel 6 (lampiran) menunjukkan bahwa model fit,
dimana nilai F sebesar 43,641 dan nilai signifikansi ANOVA adalah sebesar 0,000 atau
lebih kecil dari α =0,05 yang artinya bahwa komite audit, kepemilikan institusional,
persentase saham publik dan leverage dapat menjelaskan manajemen laba.
Hasil pengujian masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen
pada tabel 7 (lampiran) dijelaskan sebagai berikut:

Pengaruh komite audit terhadap manajemen laba


Hasil pengujian menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba dengan koefisen regresi sebesar -0,109 dengan signifikansi sebesar
0,000 yang lebih kecil dari α = 0.05.Dari hasil pengujian tersebut diketahui bahwa
keberadaan komite audit dapat menurunkan aktivitas manajemen laba. Salah satu
karakteristik komite audit yang dapat meningkatkan fungsi pengawasan (oversight)
adalah independensinya. Anggota komite audit yang independen akan memastikan
pelaporan keuangan yang disajikan berkualitas, hal ini mengakibatkan manajemen laba
dapat diminimalisir. Hasil penelitian ini konsisten dengan Tiswiyanti (2012) yang
menemukan komite audit dapat mempengaruhi manajemen untuk lebih berhati-hati
dalam menjalankan tugasnya karena manajemen merasa kinerjanya diawasi oleh komite
audit. Semakin besar jumlah anggota komite audit yang independen maka semakin kecil
tindakan manajemen laba.

Pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba


Hasil pengujian menunjukkan bahwakepemilikan institusionalberpengaruh negatif
terhadap manajemen laba dengan koefisen regresi sebesar -0,002 dengan signifikansi
sebesar 0,000 yang lebih kecil dari α = 0.05.Hal ini berarti semakin besar kepemilikan
institusional, maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi
keuangan tersebut untuk mengawasi manajemen. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Siregar (2005) yang menemukan bahwa semakin besar presentase
kepemilikan intitusional maka semakin kecil tindakan manajemen laba yang dilakukan
manajer, karena manajer merasa kinerjanya diawasi oleh pihak institusi tersebut.

Pengaruh persentase saham publik terhadap manajemen laba


Hasil pengujian menunjukkan bahwapersentase saham publikberpengaruh
negatif terhadap manajemen laba dengan koefisen regresi sebesar -0,003 dengan
signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari α = 0.05.Hal ini menunjukkan jika
persentase saham semakin besar ditawarkan kepada publik saat IPO, maka aktivitas
manajemen laba akan menurun akibat meningkatnya pengawasan dari pihak publik
terhadap informasi yang disajikan manajemen perusahaan.Biasanya para manajer
melakukan manajemen laba agar laba terlihat stabil dengan cara menaikan atau
menurunkan laba saat itu.Namun, dengan adanya public investor mengakibatkan
manajer berkewajiban memberikan informasi internal secara berkala sebagai bentuk
pertanggungjawabannya.Sehingga kemungkinan dapat mengurangi intensitas terjadinya
manajemen laba karena adanya pengawasan dari public investortersebut.

Pengaruh leverage terhadap manajemen laba


Hasil pengujian menunjukkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap
manajemen laba dengan koefisen regresi sebesar 0,066 dengan signifikansi sebesar
0,049 yang lebih kecil dari α = 0.05.Hal ini berarti semakin tinggi leverage maka
semakin tinggipula manajemen laba. Tingkat utang yang tinggi biasanya akan
menyebabkan penurunan laba, penurunan laba ini akan memancing manajemen untuk
menaikan laba agar terlihat stabil.Hasil penelitian ini sejalan dengan Widyaningdyah
(2001) yang menemukan bahwa perusahaan yang mempunyai rasio leverage tinggi
diduga melakukan earnings management karena perusahaan terancam default yaitu tidak
dapat memenuhi kewajiban pembayaran utang tepat pada waktunya.

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASAN


Penelitian ini memberikan bukti empiris pengaruh komite audit, kepemilikan
institusional, persentase saham publik dan leverage terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 – 2011. Hasil
pengujian dengan menggunakan regresi linear berganda membuktikan bahwa terdapat
pengaruh negatif dan signifikan antara komite audit, kepemilikan institusional dan
persentase saham publik terhadap manajemen laba dengan tingkat signifikansi yang
lebih kecil dari α = 0.05. Hasil juga membuktikan terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara leverage terhadap manajemen laba dengan tingkat signifikansi yang
lebih kecil dari α = 0.05. Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas manajemen laba
dapat dikontrol secara efektif dengan keberadaan komite audit, kepemilikan institusional
yang lebih besar serta presentase saham publik yang lebih besar. Kemudian tingkat
leverage yang tinggi akan menyebabkan laba menurun sehingga pihak manajemen akan
berusaha menaikkan laba tersebut melalui aktivitas manajemen laba.
Penelitian ini mempunyai implikasi bahwa keberadaan komite audit dalam suatu
perusahaan dapat secara efektif melakukan pengawasan terhadap adanya indikasi
manajemen laba. Kepemilikan institusional yang tinggi juga berperan dalam
menurunkan manajemen laba. Begitu juga dengan persentase saham publik yang lebih
besar akan menurunkan manajemen laba. Kemudian tingkat leverage yang tinggidapat
mendorong pihak manjemen untuk melakukan tindakan yang dapat menaikkan laba
melalui manajemen laba.
Penelitian ini mempunyai keterbatasan, terutama dalam hal hasil penelitian yang
menunjukkan besarnya pengaruh keempat variabel tersebut terhadap manajemen laba
hanya sebesar 62,3%. Ini menunjukkan bahwa terdapat 37,7% variabel lain yang dapat
mempengaruhi terjadinya tindakan manajemen laba. Sampel dalam penelitian ini masih
tergolong kecil dengan hanya menggunakansebanyak 26 perusahaan manufaktur dengan
jumlah observasi sebanyak 104, hal ini karena banyakdata yang tidak tersedia dengan
lengkap sehingga mungkin kurang representatif, yangpada akhirnya menyebabkan hasil
penelitian mempunyai tingkat generalisasi yangterbatas. Penelitian selanjutnya dapat
memperluas sampel penelitianserta memperpanjang periode pengamatan supaya hasil
dapat lebih digeneralisasi.
Daftar Pustaka

Annisa, 2008, “Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Dewan Komisaris, Kepemilikan


Institusional, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan
(Studi Empiris Pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI)”,Universitas
Negeri Padang, Vol.1, No.1.
Antonia, Edgina, 2008, “Analisis Pengaruh Reputasi Auditor, Proporsi Dewan
Komisaris Independen, Leverage, Kepemilikan Manajerial dan Proporsi Komite
Audit Independen Terhadap Manajemen Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur
di Bursa Efek Indonesia periode 2004 – 2006 )”, Program Studi Magister
Manajemen, Universitas Diponegoro, 2008.
Anugerah, R.,Iskandar, T.M. and Sanusi, Z.M. 2011“Conflict of Opinion on Accounting
Policy Judgements: Independence, Knowledge and Problem-Solving Ability of
Audit Committees in Malaysia”, Int. J. Business Governance and Ethics, Vol. 6,
No. 4, pp.340–358.
Budihardjo, Otto, 2009, Mendeteksi Earnings Management dan Akun-Akun yang
Berpengaruh, Wacana Vol. 12 No. 4.
Ghozali, Imam, 2005, “ Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Cet. IV.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Horne, V. C. J, 2007, Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan Edisi 12 Buku 2, Wuriarti
(ed.), Fundamental of Financial Management, 12th ed., Penerbit Salemba Empat,
Jakarta 12610, P. 181-216.
Jama’an, 2008, “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, dan Kualitas Kantor
Akuntan Publik Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan (Studi Kasus
Perusahaan Publik Yang Listing di BEJ)”, Universitas Diponegoro, Semarang.
Mulford, W. C. and Comiskey. E. E, 2010, The Financial Numbers Game. First,
Ramelan (ed.), Harahap, S. Aurolla.and Anggraeni, D. Yudith (Penterjemah),
Deteksi Kecurangan Akuntansi. Edisi Pertama, PPM. Jakarta Pusat 10340, P. 79-
115.
Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan, 2007, “ Pengaruh Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia”, Simposium Nasional
akuntansi X, Unhas Makassar, 26-28 Juli 2007.
Novario, Niko Anggar, 2012, “Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen
Laba Perusahaan Perbankan Di BEI Periode Tahun 2007-2009”,Jurnal Akuntansi,
Perpustakaan UM.
Palestin, HalimaShatila, 2008, “Analisis pengaruh Struktur Kepemilikan, Praktek
Corporate Governance dan Kompensasi Bonus Terhadap Manajemen Laba (Studi
Empiris pada PT. Bursa Efek Indonesia)”, UNDIP Institutional Repository.
Putra, INyoman Wijana Asmara, 2009, “Manajemen Laba sebagai Perilaku Manajemen
Opportunistic atau Realistic ?”, E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol.6,
No.1.
Pozen, C.Robert, 2004, “Financial Institutions: cases, materials, and problems on
investment management, American book series”, West Pub.Co., 1978.

Rezaee, Zabihollah, 2009, Corporate Governance and Ethics, Hoque (ed.),


Methodological Issues in Accounting Research: Theories and Methods., Jhon
Wiley & Sons, Inc., United States of America,Chapter 2 P.34-44.
Siregar, Sylvia Veronica N.P., dan Siddharta Utama, 2005, “ Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktik Corporate Governance terhadap
Pengelolaan Laba (Earning Manajement)”,Simposium Nasional Akuntansi VIII
Solo 15-16 September.
Sugiri, S, 1998, “Earning Management: Teori Model dan Bukti Empiris”, Telaah:
hal.1-18, Jakarta.
Surifah, 1999, “Informasi Asimetri dan Pengaruh Manajemen Terhadap Pelaporan
Keuangan dalam Perspektif Agency Theory”, Kajian Bisnis, hal.71-181.
Tiswiyanti, Wiwik, Dewi Fitriyani dan Wiralestari, 2012, “Analisis Pengaruh Komisaris
Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional terhadap Manajemen
Laba”, Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, Vol.14, No.1, Hal.
61-66 Januari – Juni 2012.
Trihendardi, C., 2013, “Langkah Praktis Menguasai Statistik untuk Ilmu Sosial
Kesehatan Konsep & Penerapannya Menggunakan SPSS”, Penerbit Andi Offset,
Hal.3-5, Yogyakarta 55281.
Widyaningdyah, AgnesUtari, 2001, “Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Earning Management pada Perusahaan Go Public di Indonesia”, Jurnal
Akuntansi & Keuangan, Jurusan Akuntansi - Universitas Kristen Petra, November
Vol.3 No.2.
Lampiran

Gambar 1
Model Penelitian

Komite Audit (X1)

Kepemilikan
Institusional (X2)

Manajemen Laba(Y)
Persentase Saham
Publik (X3)

Leverage (X3)

Tabel 1. Hasil seleksi sampel penelitian

No Kriteria Jumlah Observasi


1 Seluruh perusahaan Manufaktur yang listing di 148
Bursa Efek Indonesia tahun 2008 – 2011
2 Perusahaan manufaktur yang delisting periode 44
2008-2011
3 Perusahaan sampel yang tidak memiliki 78
laporan lengkap periode 2008-2011
Jumlah perusahaan sampel 26
Sumber: Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008 - 2011

Tabel 2
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


M.LABA 104 ,05 3,28 ,4037 ,30283
KEP.INST 104 10,55 97,32 74,7649 16,13980
PSP 104 2,68 49,95 24,2335 14,62209
K.AUDIT 104 ,00 1,00 ,4712 ,50158
LEVERAGE 104 ,10 ,90 ,4328 ,17598
Valid N (listwise) 104

Sumber: Data Olahan 2014

Tabel 3
Hasil Pengujian Normalitas Data Setelah Data Outlier di buang
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 103
a,,b
Normal Parameters Mean -.0006321
Std. Deviation .06195562
Most Extreme Absolute .047
Differences Positive .047
Negative -.046
Kolmogorov-Smirnov Z .477
Asymp. Sig. (2-tailed) .977
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Tabel 4
Hasil Pengujian Multikolinearitas

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics

Model B Std. Error Beta T Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) .639 .043 14.893 .000

LNKEP.INST -.002 .000 -.333 -4.677 .000 .726 1.378

LNPSP -.003 .001 -.373 -5.467 .000 .788 1.270

K.AUDIT -.109 .014 -.526 -7.872 .000 .822 1.217

LNLEVERA .066 .033 .122 1.994 .049 .974 1.026


GE
a. Dependent Variable: LNM.LABA
Gambar 2
Hasil Pengujian Heterokedastisitas

Sumber: Data Olahan 2014

Tabel 5
Koefisien Determinasi
Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson

1 .800a .640 .626 .06320 1.890


a. Predictors: (Constant), LNLEVERAGE, K.AUDIT, LNPSP, LNKEP.INST
b. Dependent Variable: LNM.LABA

Sumber: Data Olahan Tahun 2014

Tabel 6
Hasil Pengujian Kesesuain Model
ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .697 4 .174 43.641 .000a

Residual .391 98 .004

Total 1.089 102


a. Predictors: (Constant), LNLEVERAGE, K.AUDIT, LNPSP, LNKEP.INST
b. Dependent Variable: LNM.LABA

Sumber: Data Olahan Tahun 2014


Tabel 7
Hasil Pengujian Multiple Regression
Coefficientsa

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

1 (Constant) .639 .043 14.893 .000

LNKEP.INST -.002 .000 -.333 -4.677 .000 .726 1.378

LNPSP -.003 .001 -.373 -5.467 .000 .788 1.270

K.AUDIT -.109 .014 -.526 -7.872 .000 .822 1.217

LNLEVERAG .066 .033 .122 1.994 .049 .974 1.026


E
a. Dependent Variable: LNM.LABA

Sumber: Data Olahan Tahun 2014

You might also like