Professional Documents
Culture Documents
Akal Dan Agama Perempuan
Akal Dan Agama Perempuan
Abstract
This article is a reinterpretation of the meaning of Hadith with the interconnection-
integration paradigm, focused on the study of the Hadith about women's reason and religion
through psychological approach. In the Hadith, Rasulullah stated that most of the
inhabitants of hell are women, their minds are less (na>qis}a>t 'aql), their religion is also
less (na>qis}a>t di>n). Textually, the word looks nuanced in gender discrimination. It
seems to mean that women's intelligence is not as good as men's intelligence, neither
religion nor faith-women are not as good as male religion. Therefore, it is understandable if
the feminists call the element of misogyny in it. However, if examined contextually, based
on the search asba>b al-wuru>d, the psychological study of women's reasoning and the
study of the reality of their lives, it will come to the conclusion that there is no misogynous
element in it. On the contrary, there are scientific cues that need further study behind the
word. Some things that need further study as well as the formulation of the problem of this
article is about to the reality of social life of women who attracted the attention of the
Prophet, so he had a will to them to say istighfar more, a woman's brain changes with some
sense function that distinguishes it from the male brain; including differences in hormonal
changes and its adjustment to the menstrual cycle affecting some sense functions and
diminish their role in spiritual activity.
Artikel ini merupakan reinterpretasi terhadap makna Hadis dengan paradigma integrasi-
interkoneksi, difokuskan pada kajian Hadis tentang akal dan agama perempuan melalui
pendekatan psikologi. Dalam Hadis tersebut, Rasulullah menyatakan bahwa sebagian besar
penghuni neraka adalah perempuan, akal mereka kurang (na>qis}a>t ‘aql), agama mereka
juga kurang (na>qis}a>t di>n). Secara tekstual, sabda tersebut tampak bernuansa
diskriminasi gender. Seakan-akan mengandung makna bahwa kecerdasan perempuan tidak
sebaik kecerdasan laki-laki, demikian juga agama –atau keimanan- perempuan tidak sebaik
agama laki-laki. Karena itu, dimaklumi jika para kaum feminis menyebut adanya unsur
misogini di dalamnya. Akan tetapi, jika dikaji secara kontekstual, berdasarkan penelusuran
asba>b al-wuru>d, kajian psikologi akal perempuan dan telaah atas realitas kehidupan
mereka, maka akan sampai pada simpulan bahwa tidak ada unsur misogini di dalamnya.
Sebaliknya, ada isyarat keilmuan yang perlu kajian lebih lanjut dibalik sabda tersebut.
Beberapa hal yang perlu kajian lebih lanjut sekaligus menjadi rumusan masalah dari artikel
ini adalah terkait realitas kehidupan sosial perempuan yang menarik perhatian Rasulullah,
sehingga beliau berwasiat agar mereka lebih banyak beristighfar; perubahan otak
perempuan berkaitan dengan beberapa fungsi akal yang membedakannya dengan otak laki-
laki; termasuk perbedaan perubahan hormonal dan penyesuaiannya dengan siklus haid
yang memengaruhi sebagian fungsi akal dan mengurangi peran mereka dalam aktivitas
spiritual.
1
Istilah tersebut didasarkan pada Al-Qur’an surat al-Najm ayat 3—5 yang
melegitimasi kebenaran sabda Nabi. Beliau tidak bersabda atas dorongan hawa
nafsu, apa yang beliau sampaikan adalah wahyu dari Allah. Wahyu gyayr matluw
memuat pengertian sebagai wahyu yang tidak dibacakan, namun diilhamkan.
Berbeda dengan Al-Qur’an yang secara keseluruhan –bermula dari ayat pertama
surat al-‘Alaq ayat 1—5 sampai ayat terakhir surat al-Baqarah ayat 281- merupakan
wahyu yang dibacakan. Oleh karena itu, Al-Qur’an disebut dengan Wahyu Matluw.
Jika dipahami secara tekstual, hadis tersebut tampak
berdimensi misoginis.2 Kandungan maknanya seakan-akan
mengisyaratkan adanya diskriminasi gender. Akan tetapi, jika
diperhatikan lebih saksama, tidak ada unsur misogini dalam hadis
tersebut. Sebaliknya, kandungan maknanya memancing beberapa
pertanyaan yang membuka pintu kajian dari pelbagai disiplin
keilmuan. Oleh karena itu, lebih tepat jika sabda tersebut dipahami
melalui pendekatan konteksutal. Dalam hal ini, penulis memilih
pendekatan psikologi, yaitu dengan mengkajinya melalui pemahaman
psikologi akal perempuan terkait fisiologi dan fungsi hormonal yang
memengaruhinya.
Dalam kajian relogio-psikologis 3 dijelaskan bahwa setiap
manusia dibekali dengan komponen kejiwaan berupa akal, hati dan
nafsu.4 Ketiganya sama-sama berpotensi untuk menjadi buruk
(fuju>r), juga berpotensi untuk menjadi baik (taqwa>), sebagaimana
disebutkan dalam surat al-Shams ayat 7—10.5 Dalam hal menjadi
buruk ataupun baik, perempuan tidak dibedakan dengan laki-laki,
kendati secara fisiologis keduanya diciptakan tidak sama, namun
keduanya berpeluang yang sama untuk menjadi s}a>lih}i>n dan
s}a>lih}a>t atau sebaliknya. Dalam hal peran, kaum perempuan juga
tidak dilarang untuk berprofesi sesuai tingkat keahliannya.6
2
Kajian hadis misoginis menjadi topik yang mencuat ke permukaan seiring dengan
hangatnya topik tentang kesetaraan gender dan hak asasi manusia. Banyak hadis
yang dinilai misoginis oleh kalangan feminis terutama hadis yang berkaitan dengan
kehidupan rumah tangga, sehingga patut untuk dikaji ulang. Hanya kaum feminis
yang merasa dan menilai bahwa hadis-hadis tersebut misoginis sehingga dikatakan
bias gender, yakni adanya konsep, pemikiran, dan kecenderungan yang kurang
berpihak kepada perempuan melainkan hanya pada kepentingan laki-laki saja.
termasuk dalam hal ini adalah hadis tentang akal perempuan. Penyematan tanda
misoginis pada hadis tersebut tentunya sangat berlebihan. Allah tidak menjadikan
nabi dari golongan perempuan. Hal itu bukan berarti meniadakan fungsi
perempuan, akan tetapi menempatkan perempuan pada posisi yang semestinya,
tidak membebani mereka dengan sesuatu yang melampaui fitrahnya.
3
Meminjam istilah yang digunakan oleh Darwis Huda dalam bukunya yang berjudul
Emosi: Pendekatan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur’an.
4
Baharuddin membagi stratifikasi psikis manusia berdasarkan Al-Qur’an ke dalam
lima bagian: al-Nafs, al-‘Aql, al-Qalb, al-Ru>h dan al-Fit}rah. Lihat Baharuddin,
Paradigma Psikologi Islami: Studi tentang Elemen Psikologi dari Al-Qur’an, II
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 91–146.
5
ونفس وما سواها فألمهها فجورها وتقواها قد أفلح من زكاها وقد خاب من دساها
6
Muhammad Biltaji, Maka>nah Al-Mar’ah fi Al-Qur’a>n Al-Kari>m wa Al-Sunnah Al-
S{ahi>hah (Kairo: Da>r al-Sala>m, 2005), 255.
Allah telah memberi perhatian khusus untuk perempuan,
sebagai seorang ibu yang harus dihormati, saudara perempuan yang
harus dijaga dan diperhatikan, juga sebagai anak perempuan yang
harus disayangi dan diperlakukan dengan baik. Hal itu tampak jelas
dengan adanya dua nama surat di dalam Al-Qur’an yang terkait
langsung dengan perempuan, yaitu Al-Nisa>’ yang berarti perempuan
dan Al-Muja>dilah yang berarti perempuan yang mengajukan
gugatan. Demikian juga Rasulullah, beliau telah menunjukkan
perhatian khusus terhadap perempuan. Pada masa jahiliyah, berlaku
tradisi yang menganggap perempuan tidak banyak memberi
sumbangsih bagi kehidupan masyarakat, secara fisik maupun psikis
mereka dianggap lemah dan tidak bisa berperang. Lebih dari itu, para
suami akan malu jika istri mereka melahirkan anak perempuan.
Kondisi tersebut berubah pasca diutusnya Muhammad sebagai Nabi
dan Rasul. Peran perempuan semakin dihargai, harkat dan martabat
mereka lebih diperhatikan, para kaum ibu semakin mendapat posisi
yang terhormat bagi suami dan anak-anak mereka.
Contoh lain dari bentuk perhatian Rasulullah kepada perempuan
adalah dalam beberapa riwayat yang berkaitan dengan isi khutbah
hari raya, dapat kita lihat bahwa penutup dari khutbah tersebut
adalah wasiat untuk kaum perempuan. Rasulullah tidak segan
berwasiat kepada perempuan agar banyak bersedekah dan
beristighfar, karena secara fitrah, perempuan diciptakan dengan
struktur fisiologis otak pada area verbal yang berbeda dengan laki-
laki. Perbedaan tersebut kemudian berpengaruh pada fungsi akal
yang memicu perbedaan sedikit atau banyaknya jumlah kata yang
keluar dari lisan perempuan dan laki-laki dengan skala perbandingan
satu berbanding dua atau tiga.
7
Hasan Sadiliy dan dkk., Ensiklopedi Indonesia (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1990), 98.
8
Secara terinci, karakteristik ulu> al-alba>b telah disebutkan dalam QS. Ali Imran
[3]: 191-195 sebagai berikut:
ت به ببذَا بببباططلل البب بطذَيَن يَب بقذَركروبن اللب به قطيامب بال وقربع ببودال وعلبب بى جنرببوطبطم ويَبتَبببفبكب بروبن طفب ب خقلب بطق البسب بمهاوا ط
ت بوالبقر ط
ض برببنبببا بم ببا بخلبقب ب ب بب ب ب ب ب ر ب ب ب ر ق بب ر بب ر
برببنببا إطنببنببا-١٩٢- صبار ط ط
ك من ترقدطخطل النببار فبببقبقد أبخزيَبتَببه ومبا للظببالطمه ط ط ط
ي مبقن بأن ب ب ق بق ر ب ب ب بربببنا إنب ب ب-١٩١- ب البناطر ك فبقبنا بعبذَا ب رسقببحانب ب
بر بببنا-١٩٣- بطسقعبنا رمبناطديَال يَبربناطديِ لططلبياطن أبقن آطمنرواق بطبربيركقم بفآَبمبنا بر بببنا فبباقغطفقر لبنببا ذررنوببببنا بوبكيفبقر بعنببا بسبيبئاتطبنا بوتبببوفببنببا بمببع البقببراطر
ب بل برقم بر ببره بقم أبين ب لب أرطضببيرع ك لب رتقلطب ط ط
ك بولب رتقطزنبببا يَببقوبم الققبيابم بطة إطنبب ب
ط
بوآتطنبببا بمببا بوبعببدتبببنا بعلبببى رررس بل ب
بفاقس بتَببجا ب-١٩٤- ف القمهيبعببابد ر
Sedangkan kata Agama dalam Bahasa Arab -yang kemudian
digunakan juga dalam Al-Qur’an maupun Hadis- disebut dengan kata
di>n atau millah.9 Kata tersebut menunjukkan arti suatu ajaran,
sistem yang mengatur keimanan atau kepercayaan (akidah) dan
peribadatan (syariat) kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah
(akhlak) yang mengatur hubungan menusia dengan Tuhannya dan
pergaulan dengan sesama manusia atau lingkungannya. Jika kata
agama dinisbatkan pada kata samawi, maka dapat dipahami sebagai
agama yang bersumber dari wahyu yang diterima oleh Nabi melalui
perantara malaikat pembawa wahyu.
عبن عببد الب ببن عمهبر عبن رسببول الب صلى الب عليبه وسبلم أنبه قبال يَبا معشبر النسباء تصبدقن
وأكثرن الستَغفار فبإن رأيَتَكبن أكبثر أهبل النبار فقبالت امبرأة منهبن جزلبه ومبا لنبا يَبا رسببول الب
أكثر أهل النار؟ قال تكبثرن اللعبن وتكفببرن العشبي ومبا رأيَبت مبن ناقصبات عقبل وديَبن أغلبب
قببالت يَببا رسببول الب ب ومببا تقصببان العقببل والب بديَن؟ قببال أمببا نقصببان العقببل.لببذَيِ لببب منكببن
فشببهادة امرأتيب تعببدل شببهادة رجببل فهببذَا نقصببان العقببل وتكببث الليببال مببا تصببليِ وتفطببر فب
.رمضان فهذَا نقصان الديَن
Dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah s{alla> Alla>h ‘alaihi wa
sallama, bahwasannya Beliau bersabda: “Hai kaum perempuan,
bersedekahlah dan perbanyalah memohon ampunan karena aku
melihat kamu sekalian menjadi sebagian besar penghuni
neraka. Lalu salah satu seorang perempuan di antara mereka
yang cerdas dan kritis bertanya: “Wahai rasulullah, mengapa
kami menjadi sebagian besar penghuni neraka?” Rasulullah
menjawab: “kamu sekalian banyak melaknat dan tidak
10
Fudah, 26.
berterima kasih atas kebaikan suami. Saya tidak melihat
perempuan-perempuan yang kurang akal dan agamanya yang
bisa mengalahkan laki-laki yang berakal, selain kamu.”
Perempuan itu bertanya lagi: “Apa kekurangan akal dan agama
perempuan itu?” Rasulullah menjawab: “Adapun kekurangan
akalnya adalah kesaksian dua orang perempuan itu sama
dengan kesaksian satu orang laki-laki. Ituilah kekurangan akal
itu, dan perempuan itu (haid) berhari-hari dengan tidak shalat
dan tidak berpuasa di bulan Ramadhan. Inilah kekurangan
agama itu.”
dengan dia; Al-Darimi berkata; “Aku bertanya kepada Ibn Ma’in mana yang lebih
engkau sukai, Al-Layth atau Yahya ibn Ayyub?”Dia menjawab;” Al-Layth lebih aku
sukai dan Yahya adalah thiqah’; Ibn al-Madiny menilainya thiqah; Al-‘Ajily al-Misri
juga menilainya thiqah demikian juga Al-Nasai, Abu. Zar’ah; Ibnu Kharras
menilainya s}adu>q s}ah}i>h al-h}adi>th. Lihat al-Asqalani, Tahdhi>b al-
Tahdhi>b, juz VIII, 412—416.
14
Nama lengkapnya adalah Yazid ibn ‘Abdillah ibn Usamah ibn al-Had Al-Laythi, Abu
‘Abdillah al-Madani. Dia menerima hadis dari Tha’labah ibn Abi Malik al-Qardi,
‘Umair, Muhammad ibn Ibrahim al-Tayammi, Fuhaid ibn Mut}rif, Abdullah ibn
Khabbab, Abdullah ibn Dinar, Ziyad ibn Abi Ziyad, Abi Hazim ibn Dinar dan
lainnya. Dia meriwayatkan hadis kepada Yahya ibn Sa’id al-Ansari, Ibrahim ibn Sa’d,
Malik, Al-Layth ibn Sa’ad, ‘Abd al-‘Aziz ibn Abi Hazim, Bakr ibn Mudar, Nafi’ ibn
Yazid dan lainnya. Terkait penilaian para kritikus hadis tentang dirinya, Imam Ahmad
menilainya la> a’lamu bihi ba’than; Ibn Ma’in dan al-Nasai menilainya thiqah; Ibn
Hibban menyebutnya dalam kelompok thiqa>t; Ya’qub ibn Sufyan menyebutnya
madaniyyun thiqah h}usn al-hadi>th; Al-‘Ajily : Dia adalah madaniyyun thiqah.
Lihat al-Asqalani, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, juz XI, 297
15
Nama lengkapnya adalah Abdullah ibn Dinar al-Qurashy al-‘Adawi, Abu
Abdurrahman al-Madani. Dia menerima hadis dari Anas ibn Malik, Khalid ibn Khallad
ibnSa’ib ibn Khallad, Dhakwan Abi Salih al Saman, Sulaiman ibn Yasar, Abdullah
ibn Umar, dan lainnya. Dia meriwayatkan hadis kepada Ismail ibn Ja’far al-Mudni,
al-Hasan ibn Salih ibn Hayyi, Rabi’ah ibn Abi Abdirrahman, Yahya ibn Sa’id al-Ansari,
Yazid ibn ‘Abdillah ibn al-Had dan lainnya. Imam Ahmad menilainya thiqah,
Mustaqi>m al-Hadi>th. Demikian juga Yahya ibn Ma’in, Abu Zar’ah, Abu Hatim,
Muhammad ibn Sa’d dan al-Nasai menilainya thiqah. Al-‘Ajily pun
menyebutkannya dalam kelompok al-thiqa>t dan berkata: Dia adalah madaniyyun
ta>bi’iyyun thiqah. Lihat al-Mizzi, Tahdhi>b al-Kama>l, juz XIV, hlm 471—473.
16
Nama lengkapnya adalah Abdullah ibn ‘Umar ibn al-Khattab al-Qurashy al-‘Adawi,
Abu ‘Abdirrahman. Dia menerima hadis dari Nabi Muhammad, Bilal, Rafi’ ibn Judhaij,
Zaid ibn Thabit, Sa’d ibn Abi Waqqas, Suhab ibn Sinan, Abdullah ibn Mas’ud,Abu
Bakar al-Siddiq dan lainnya. Dia meriwayatkan hadis kepada Adam ibn ‘Ali al-Bakry
al-‘Ajili, Anas ibn Sirin, Junaid, Habib ibn Abi Thabit, Abdullah ibn Dinar, dan
lainnya.Dari Hafsah diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Sungguh
Abdullah ibn ‘Umar adalah lelaki yang s}a>lih; Al-Zuhry menyatakan tidak ada yang
mengingkari kecerdasan dbeliau; Ibn Mas’ud menyebutnya sebagai Pemuda Quraish
yang mampu menahan dirinya dari godaan dunia adalah Abdullah ibn ‘Umar. Tidak
diragukan lagi kesalihan Ibn ‘Umar dan kedekatan beliau dengan Nabi. Lihat al-
Mizzi, Tahdhi>b al-Kama>l, juz XV, 332—340 dan al-Asqalani, Tahdhi>b al-
Tahdhi>b, juz IV, 407—408.
Aslam (w. 136 H)21 dari ‘Iyad ibn ‘Abdullah (w. 100 H )22 dari Abu Said
al-Khudri (w. 63/65 H)23dengan sanad yang berkualitas muttas}il dan
marfu>’. Dalam Sahih al-Bukhari Hadis tersebut dapat ditemukan
pada pasal al-h}aid} bab tarki al-h}a>-id} al-s}au>ma dengan
redaksi sebagai berikut.24
17
Muslim al-Naisaburi, S{ah}i>h} Muslim, juz I (Beirut: Da>r al-A<fa>q al-
Hadi>thah, n.d.), 61
18
Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn al- Mughirah ibn
Badhdizbah, Abu ‘Abdillah ibn Abi al-Hasan al-Bukhari al-Ju’fi al-Hafidh. Dia
menerima hadis dari Ibrahim ibn Hamzah al-Zubairi, Ibrahim ibn al-Mundhir al-
Hizami, Ibrahim ibn Musa al-Razi, Ahmad ibn Hambal, Ahmad ibn Salih al-Misri,
Ahmad ibn Abi al-T{ayyib al-Marwazi, Zakaria ibn Yahya al-Balkhi, Suraij ibn al-
Nu’man al-Jauhari, Sa’id ibn al-Hakam ibn Abi Maryam, Sa’id ibn Sulaiman al-
Wasithi, Sa’id ibn Kathir ibn ‘Ufair, Sulaiman ibn Harb, Shihab ibn ‘Abbad al-‘Abdi,
S{adaqah ibn al-Fadl al-Marwazi dan lainnya. Dia meriwayatkan hadis kepada al-
Tirmidhi, Ibrahim ibn Ishaq al-Harbi, Ibrahim ibn Ma’qil al-Nasafi, Ibrahim ibn Musa
al-Jauzi, Abu Hamid Ahmad ibn Hamdun ibn Ahmad ibn Rustum al-A’mashi al-
Naisaburi, Ahmad ibn Sahl ibn Malik, Abdullah ibn Muhammad ibn Najiyah al-
Baghdadi, Muhammad ibn ‘Abdillah al-Junaid, Muhammad ibn Yusuf ibn ‘Ashim dan
lainnya. Terkait kualitas pribadinya, Hashid ibn Ismail : Ketika aku ada di Basrah, aku
dengar tentang kedatangan Muhammad ibn Ismail. Pada saat Beliau datang,
Muhammad ibn Bashshar berkata; “Hari ini telah datang sayyid al-Fuqaha>’”;
Muhammad ibn Bashshar : Huffa>z} dunia ada empat: Abu Zar’ah di Rai, Muslim
ibn al-Hajjaj di Naisabur, Abdullah ibn Abdurrahman al-Darimi di Samarkand dan
Muhammad ibn Ismail al-Bukhari di Bukhara. Ya’qub ibn Ibrahim al-Dauraqi :
Muhammad ibn Ismail adalah faqi>h umat ini. Abdan : Aku tidak pernah melihat
dengan mataku sendiri seorang pemuda yang lebih cerdas dari dia, seraya
menunjuk kepada Muhammad ibn Ismail; Yahya ibn Ja’far : Seandainya aku mampu
menambah usia Muhammad ibn Ismail sungguh akan aku lakukan. Matinya diriku
adalah matinya satu orang saja, tapi matinya Muhammadibn Ismail adalah
lenyapnya ilmu. Lihat Jamaluddin bin Yusuf al-Mizzi, Tahdhi>b al-Kama>l fi> Asma>
al-Rija>l, juz. XXIV (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 2004), 430—460.
19
Nama lengkapnya adalah Sa’id ibn al-Hakam ibn Muhammad ibn Salim, yang
dikenal dengan ibn Abi Maryam al-Jumahi abu Muhammad al-Mishri. Dia menerima
hadis dari ‘Abdillah ibn ‘Umar al-‘Umari, Ismail ibn Ibrahim ibn ‘Uqbah, Sulaiman ibn
Bilal, Malik, Al-Layth, Muhammad ibn Ja’far ibn Abi Kathir, dan lainnya. Dia
meriwayatkan hadis kepada al-Bukhari, Muhammad ibn Yahya al-Dhuhali,
Muhammad ibn Ishaq al-Son’ani, Ahmad ibn Sa’id ibn Abi Maryam, Ishaq ibn Suwaid
al-Ramli,Yahya ibn Ma’in, Abu Hatim dan lainnya. Abu Dawud menyatakan bahwa
Ibn Abi Maryam bagiku adalah h}ujjah. Al-Hasan ibn al-Hasan al-Razi pernah
bertanya kepada Imam Ahmad tentang siapakah penulis hadis di Mesir. Belau
menjawab dialah Ibn Abi Maryam. Al-‘Ajali menyatakan bahwa adalah ‘a>qil
(cerdas) dan di Mesir, aku tidak pernah melihat orang lebih cerdas dari dia dan dari
Abdullah ibn Abd al-Hakam. Abu Hatim menilainya thiqah. Ibn Yunus menilainya
faqi>h; Ibn Hibban menyebutkannya kedalam kelompok thiqah. Ibn Ma’in
menyebutnya thiqah min al-thiqa>t dan Al-Nasai : Sa’id ibn ‘Afir s}a>lih dan Sa’id
ض بقطن بحبدثبببنا بسطعيرد بقرن أبطب بمقربيب بقابل أبقخببببربنا رمببمهرد بقرن بجقعبف ر بقابل أبقخببببرطن بزيَقدد رهبو ابقرن أبقسلببم بعبقن طعيببا ط
ضببحى أبقو فططقب ر إطبلب صبلى اللببهر بعلبقيبطه بوبسبلببم طفب أب ق ط
يِ بقابل بخبربج بررسورل اللبه ب بعقبطد اللبطه بعقن أبطب بسطعيرد اقلرقدطر ي
صبد قبن فببطإين أرطريَتَرركببن أبقكثبب بر أبقهبطل النبباطر فببرققلببن بوطببب يَببا ط ط
صبلى فببمهبر بعبلى النيبساء فبببقابل بيَا بمقعبشبر النيبساء تب بالقرمه ب
ب البررجبطل ب لطلرب ي ط
صبات بعقبرل بوديَبرن أبقذبهب ب
رسوبل اللبطه بقابل ترقكثطربن اللبعن وتبقكرفربن القعطشي ما رأبيَبت طمبن بناقط ط
ق قب ب ق ب ب ب بق ر ق ب بر
صب ط طط ط بط ط طط اق طط
ف س بشبهابدةر القبمهقرأبة مثقببل ن ق صارن ديَنبنا بوبعقلبنا بيَا بررسوبل الله بقابل أبلبقي ب لاطزم مقن إطقحبداركبن قربقلبن بوبما نبرق ب ب
ibn al-Hakam la> ba’sa bih tapi lebih disukai dibbandingkan dengan ibn ‘Afir. Lihat
Ibnu Hajar al-Asqalani, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, juz IV (Kairo: Da>r al-Fikr, 1984), 16—
17.
20
Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Ja’far ibn Abi Kathir al-Ansari. Dia
menerima hadis dari Zaid ibn Aslam, Hamid al-Tawil, Ibrahim, Musa ibn ‘Uqbah,
Hisham ibn ‘Urwah, Yahya ibn Sa’id al-Ansari dan lainnya. Dia meriwayatkan hadis
kepada Abdullah ibn Nafi’ al-Sa’igh, Ziyad ibn Yunus, Sa’id ibn Abi Maryam, Abdul
‘Aziz ibn Abdullah al-Uwaysi dan lainnya. Ibn Ma’in menilainya thiqah; Ibn al-Madini
menyatakan ma’ru>f; Al-Nasa’i menilainya s}a>lih; Ibn Hibban memasukkannya
kedalam kelompok al-thiqa>t; menurut al-‘Asqalani, selain menilainya s}a>lih, Al-
Nasa’i juga menyatakan bahwa Muhammad bin Ja’far adalah mustaqi>m al-
h}adi>th; Al-‘Ajili menyebutnya madaniyyun thiqah. Lihat di Al-Asqalani, Tahdhi>b
al-Tahdhi>b, juz IX, 83
21
Nama lengkapnya adalah Zaid ibn Aslam al-‘Adawi Abu Usamah, juga disebut Abu
‘Abdillah al-Madani al-Faqih maula ‘Umar. Dia menerima hadis dari Bapaknya (Aslam
), Ibn ‘Umar, Abu Hurairah, ‘Aishah, Jabir, Rabi’ah ibn ‘Ibad al-Daili, Salamah ibn al-
Akwa’, al-Qa’qa’ ibn Hakim, ‘Iyad ibn ‘Abdillah ibn Sa’d ibn Abi Sarh, al-A’raj
dan lainnya. Dia meriwayatkan hadis kepada ketiga anaknya yaitu Usamah,
Abdullah dan Abdurrahman. Juga kepada Malik, Ibn ‘Ajlan, Ibn Juraij, Sulaiman ibn
Bilal, Hafs ibn Maisarah, Dawud ibn Qais al-Farra’, Muhammad ibn Ja’far ibn Abi
Kathir, Ma’mar dan lainnya. Ahmad, Abu Zar’ah, Abu Hatim, Muhammad ibn Sa’d,
ibn Kharrash dan Nasa’I menilainya thiqah. Demikian juga Ya’kub ibn Shaibah
menilainya thiqah dan menyatakan bahwa Zaid bin Aslam termasuk ahli fiqh, ahli
ilmu dan dia ahli tafsir al-Qur’an. Lihat Al-Asqalani, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, juz III,
341.
22
Nama lengkapnya adalah ‘Iyad ibn Abdullah ibn Sa’d ibn Abi Sarh ibn al-Harith ibn
Habib ibn Judhaimah ibn Malik ibn Hambal ibn ‘Amir ibn Luay al-Qurashi al-‘Amiri al-
Makki. Dia menerima hadis dari Ibn ‘Amr, Abu Hurairah, Abu Said dan Jabir. Dia
meriwayatkan hadis kepada Zaid ibn Aslam, Muhammad ibn ‘Ajlan, Sa’id al-
Muqbiri dan lainnya. Menurut Ibn Ma’in, ‘Iyad termasuk thiqah. Demikian juga al-
Nasa’I dan Ibn Hibban menilainya thiqah. Lihat Al-Asqalani, Tahdhi>b al-Tahdhi>b,
juz VIII, hlm 179—180.
23
Nama lengkapnya adalah Sa’d ibn Malik ibn Sinan ibn ‘Ubaid ibn Tha’labah ibn
‘Ubaid ibn al-Abjar Khudrah ibn ‘Auf ibn al-Harith ibn al-Khazraj al-Ansari Abu Sa’id
al-Khudri. Menerima hadis dari Rasulullah S{alla> Alla>hu ‘alaihi wa sallama,
ayahnya, saudaranya seibu Qatadah ibn Nu’man, Abu Bakar, ‘Umar, Uthman, ‘Ali,
Zaid ibn Thabit, Abu Qatadah al-Ansari, Abdullah ibn Salam, Ibn Abbas, Abu Musa al-
Ash’ari dan lainnya. Dia meriwayatkan hadis kepada anaknya Abdurrahman, istrinya
Zainab binti Ka’ad ibn ‘Ajarah, Ibn Abbas, Ibn ‘Umar, Jabir, Zaid ibn Thabit, Abu
Umamah ibn Sahl, ‘Iyad ibn Abdullah dan lainnya. Hanzalah ibn Abi Sufyan dari
ك طمبن نبرق ط ط
طط ط
صبقم قربقلببن
صبيل بوبلقب تب ر
ت بلقب تر ب س إطبذا بحا ب
ضب ق بشببهابدة البررجبطل قربقلببن بببلبببى قبببابل فبببذَل ق ب
صببان بعقلبهببا أبلبقيب ب
صاطن طديَنطبها طط ط
ببببلى بقابل فببذَلك مقن نبرق ب
Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abu Maryam berkata,
telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja'far berkata,
telah mengabarkan kepadaku Zaid -yaitu Ibnu Aslam- dari 'Iyadl
bin 'Abdullah dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam pada hari raya 'Iedul Adha atau Fitri
keluar menuju tempat shalat, beliau melewati para perempuan
seraya bersabda: "Wahai para perempuan! Hendaklah kalian
bersedekahlah, sebab diperlihatkan kepadaku bahwa kalian
adalah yang paling banyak menghuni neraka." Kami bertanya,
"Apa sebabnya wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Kalian
banyak melaknat dan banyak mengingkari pemberian suami.
Dan aku tidak pernah melihat dari tulang laki-laki yang akalnya
lebih cepat hilang dan lemah agamanya selain kalian." Kami
bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apa tanda dari kurangnya akal
dan lemahnya agama?" Beliau menjawab: "Bukankah kesaksian
seorang perempuan setengah dari kesaksian laki-laki?" Kami
jawab, "Benar." Beliau berkata lagi: "Itulah kekurangan akalnya.
Dan bukankah seorang perempuan bila dia sedang haid dia
tidak shalat dan puasa?" Kami jawab, "Benar." Beliau berkata:
"Itulah kekurangan agamanya."
al-Bukhari, hadis tersebut bisa ditemukan pada kitab-kitab hadis yang lain, seperti
Sahih Muslim, Sunan al-Tirmidhi, Sunan Ibn Majah dan Musnad Ahmad bin Hambal.
36
Gerakan feminisme berkembang sekira abad 16—18 M.
37
Hasanatul Jannah, “Pemberdayaan Perempuan dalam Spiritualitas Islam (Suatu
Upaya Menjadikan Perempuan Produktif),” KARSA: Journal of Social and Islamic
Culture 19, no. 2 (2012): 136–45,
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.19105/karsa.v19i2.62.
38
Agung Danarta, Perempuan Periwayat Hadis, ed. oleh Saifuddin Zuhri Qudsy, I
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 5—9.
perempuan bisa berbicara sampai rata-rata 250 kata. Sedangkan laki-
laki, kemampuan berbicaranya hanya sampai 125 kata per menit.39
Lebih lanjut Brizendine mengungkapkan, bahwa tidak sedikit
dari perempuan, demi alasan biologis tersebut, mereka saling
bertukar rahasia dengan sesama perempuan, mereka bergunjing
untuk menciptakan hubungan dan keakraban dengan rekan-rekan
perempuan sebaya. Umumnya mereka juga membentuk komunitas
yang kompak berikut aturan-aturan rahasianya. Dalam komunitas
tersebut mereka saling berbicara, menceritakan hal-hal rahasia dan
bergosip. Mereka melakukan hal itu untuk menghadapi saat-saat
gembira, sedih dan stres.40 Fenomena tersebut menjadi perhatian
Rasulullah, sehingga beliau berwasiat kepada para perempuan untuk
memperbanyak sedekah dan istighfar sebagai bentuk pertaubatan,
kontrol diri atau setidak-tidaknya sebagai penyeimbang dan penebus
dosa.41
39
Louann Brizendine, Female Brain: Mengungkap Misteri Otak Perempuan, I (Jakarta:
Ufuk Press, 2010), 57–58.
40
Brizendine, 59.
41
Imam al-Tirmidhi meriwayatkan hadis dengan kualitas hasan sahih dari Abu Dhar
al-Ghifari, pasal al-birr wa al-s}illah ‘an Rasu>lilla>h bab ma> ja>-a fi>
mu’a>sharah al-na>s. Rasulullah bersabda: “bertakwalah kamu kepada Allah di
manapun kamu berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan agar dapat
menghapuskannya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik”.
42
Brizendine, Female Brain, 75–78.
Kondisi tersebut mengalami penurunan pada dua pekan
terakhir. Peran progesteron cenderung dominan sampai beberapa hari
menjelang haid, kinerja otak cenderung lebih lambat, lebih mudah
merasa terganggu dan kurang fokus. Beberapa hari menjelang haid,
otak cenderung kacau dan mudah stres untuk beberapa saat. Dari
hasil penelitiannya, Brizendine mengungkapkan bahwa delapan puluh
persen perempuan menyatakan bahwa pada masa itu mereka lebih
mudah menangis dan serring merasa tidak enak badan. Mereka juga
mudah stres, agresif, negatif, kejam, atau bahkan tidak berdaya dan
tertekan.43
Pada saat haid, perempuan terhalang untuk melakukan
beberapa aktivitas spiritual, seperti shalat dan puasa. Halangan
tersebut di satu sisi bisa dipahami sebagai dispensasi, namun di sisi
lain, hal itu menjadi penyebab berkurangnya porsi aktivitas spiritual
mereka. Tidak seperti laki-laki yang bisa melaksanakannya sepanjang
hari, pekan, bulan dan tahun. Oleh karena itu, Rasulullah
menyematkan kata kurang agama (na>qis}a>t di>n) kepada
perempuan, maknanya adalah berkurangnya takli>f (kewajiban
syar’i) yang menyebabkan porsi peran perempuan dalam aktivitas
keagamaan berkurang. Penyebutan tersebut bukan menunjuk pada
derajat keimanan atau kualitas perempuan dalam beragama secara
umum.44 Kata na>qis}a>t di>n tidak pula berarti kurangnya nilai
ketaatan. Sebaliknya, tidak melaksanakan shalat dan puasa bagi
perempuan pada saat haid merupakan bentuk ketaatan, karena
shalat dan puasa merupakan larangan dari Allah untuk mereka pada
masa itu. Menahan diri untuk tidak melanggar larangan merupakan
bentuk ketaatan.
Tidak sedikit ayat-ayat al-Qur’an yang menunjukkan bahwa
kualitas spiritual laki-laki dan perempuan tidak dibedakan
berdasarkan jenis kelamin, namun berdasarkan keimanan dan amal
salih mereka, seperti dalam surat al-Ahzab: 35, Ali-Imran:105, al-
Hadid:12, an-Nahl:97. Bahkan al-Qur’an dengan sangat jelas
menyatakan istri Fir’aun sebagai suriteladan bagi orang-orang
mukmin, baik laki-laki maupun perempuan, 45 sebagaimana
disebutkan dalam surat al-Tahrim ayat 11.
43
Brizendine, 79–81.
44
Al-Aini, ’Umdat al-Qa>ri> (Kairo: al-bab al-Halabi, n.d.), 364
45
Al-Asqalani, Fath} al-Ba>ri>, Jilid VII, 177
ت فطمربعبموبن إطمذ قببالبمت بر ي
ب ٱمب طن طلب طعنببدبك ببميتَا طفب ٱملبجنببطة بوبنيطنب ط
ب ٱللبهر بمبثلا ليلبذَيَبن بءابمنربواق ٱمم برأب ب
ضبر ب
بو ب
ظط ط ط م ط ط ط
يمن فمربعموبن بوبعبمهلطهۦ بوبنيطن مبن ٱلبقموطم ٱلظبلمه ب
46
Penutup
Perempuan diciptakan oleh Allah dengan bekal kecerdasan
verbal yang menakjubkan. Mereka memiliki kemampuan berbicara
lebih banyak dua sampai tiga kali lipat dibandingkan laki-laki.
Kecerdasan verbal tersebut pada satu sisi menjadi keistimewaan bagi
perempuan, namun di sisi lain, juga menjadi hal yang perlu
diwaspadai oleh mereka. Jamak terjadi, kemampuan verbal yang lebih
tersebut menjadi modal bagi kaum perempuan untuk banyak
menggunjing, bergosip, melaknat dan mengeluh. Oleh karena itu,
tidak berlebihan jika Rasulullah mengungkapkan bahwa banyak dari
penghuni neraka adalah dari kaum perempuan. Sebagai antisipasi,
Rasulullah berpesan agar kaum perempuan banyak bersedekah dan
memohon ampun kepada Allah.
Selain kecerdasan verbal, perempuan juga dibekali dengan
kepekaan dan ketajaman perasaan batin, karena dalam struktur otak
46
Al-Qur-an: 66 (al-Tahrim),11.
47
Maksudnya: sebaliknya Sekalipun isteri seorang kafir apabila
menganut ajaran Allah, ia akan dimasukkan Allah ke dalam jannah.
48
Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1996), 300
perempuan, ruang untuk fungsi tersebut diciptakan lebih besar
dibandingkan dengan laki-laki. Hal itu tampaknya yang menyebabkan
–umumnya- fungsi otak perempuan lebih banyak didominasi oleh
perasaan batin dibandingkan dengan fungsi yang lain. Dominasi
perasaan batin tersebut menjadikan perempuan sebagai pribadi yang
feminis, penyayang, pemalu dan mudah menangis sekaligus
menjadikan mereka sensitif, mudah stres, cemas, depresi dan
cenderung sulit memaafkan.
Secara umum, bagian-bagian otak perempuan, baik pusat
memori (hipokampus), pusat kendali organ tubuh (hipotalamus),
maupun pusat emosi (amigdala), banyak dipengaruhi oleh hormon
estrogen dan progesteron, sehingga pola pikir perempuan lebih cepat
matang dibandingkan dengan laki-laki, tajam dan kritis sekaligus peka
terhadap stres dan mudah labil, terutama pada hari-hari menjelang
masa haid. Rasulullah mengungkapkan keunikan akal perempuan
tersebut dengan ungkapan na>qis}a>t ‘aql (kurang akal). Ungkapan
tersebut jelas bukan untuk menyebut bahwa perempuan tidak cerdas.
Akan tetapi, merupakan isyarat tentang keunikan otak wanita yang
secara fisiologis diciptakan berbeda dengan laki-laki. Juga isyarat
tentang keunikan fungsi otak dalam ‘berakal’, dominasi perasaan
batin dan kecilnya ruang otak untuk tindakan yang memerlukan otot
dan agresi.
Siklus bulanan juga merupakan keunikan perempuan yang
menjadi perhatian Rasulullah. Berkaitan dengan hal itu, beliau
menyebut kaum perempuan dengan kata na>qis}a>t di>n (kurang
agama). Maknanya bukan kurang dalam hal keimanan, ketaatan atau
kualitas spiritual secara umum. Akan tetapi, menunjuk pada siklus
haid pada perempuan yang menyebabkan –secara kuantitas- aktivitas
tertentu dalam peribadatan perempuan berkurang. Allah A’lamu
Daftar Pustaka
Afghani (Al), Said. Pemimpin Perempuan di Kancah Politik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001.
Aini (Al). ’Umdat al-Qa>ri>. Kairo: al-Bab al-Halabi, n.d.
Asqalani (Al), Ibnu Hajar. Fath} al-Ba>ri>. 11146/1998. Kairo: Da>r
al-H{adi>th, 2004.
———. Tahdhi>b al-Tahdhi>b. Kairo: Da>r al-Fikr, 1984.
Asriaty. “Kontroversi Kesaksian Perempuan dalam qs Al-Baqarah (2):
282 antara Makna Normatif dan Substantif dengan Pendekatan
Hukum Islam.” Yudisia: Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum
Islam 7, no. 1 (2016): 175–98.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/article/view/213
6.
Baharuddin. Paradigma Psikologi Islami: Studi tentang Elemen
Psikologi dari Al-Qur’an. II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Biltaji, Muhammad. Maka>nah Al-Mar’ah fi Al-Qur’a>n Al-Kari>m wa
Al-Sunnah Al-S{ahi>hah. Kairo: Da>r al-Sala>m, 2005.
Brizendine, Louann. Female Brain: Mengungkap Misteri Otak
Perempuan. I. Jakarta: Ufuk Press, 2010.
———. Male Brain: Mengungkap Misteri Otak Laki-laki. Diedit oleh
Nastiti Pudianing. Diterjemahkan oleh Ati Cahyani. II. Jakarta:
Phoenix Publishing Project, 2010.
Bukhari (Al), Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. al-Ja>mi’ al-
S}ah}i>h}, Tah}qi>q: Muh}ibbuddi>n al-Khati>b. Kairo: al-
Mat}ba’ah al-Salafiyyah, 1400.
Danarta, Agung. Perempuan Periwayat Hadis. Diedit oleh Saifuddin
Zuhri Qudsy. I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Fudah, Said Abdullatif. al-Sharh} al-Kabi>r ’ala> al-’Aqi>dah al-
T{ah}a>wiyyah. Beirut: Da>r al-Dakha>ir, 2014.
Jannah, Hasanatul. “Pemberdayaan Perempuan dalam Spiritualitas
Islam (Suatu Upaya Menjadikan Perempuan Produktif).” KARSA:
Journal of Social and Islamic Culture 19, no. 2 (2012): 136–45.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.19105/karsa.v19i2.62.
Mizzi (Al), Jamaluddin bin Yusuf. Tahdhi>b al-Kama>l fi> Asma> al-
Rija>l. Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 2004.
Naisaburi (Al), Muslim. S{ah}i>h} Muslim. Beirut: Da>r al-A<fa>q al-
Hadi>thah, n.d.
Ollenburger, Jane C., dan Helen A. Moore. A Sociology of Women
(Sosiologi Wanita). Diterjemahkan oleh Budi Sucahyono dan Yan
Sumaryana. II. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.
Qasimi (Al), Muhammad Jamaluddin. Qawâ’id al-Tahdi>th min Funûn
Mus}t}ala>h al-Hadî>th. Beirut: Da>r al-Kutub al-'Ilmiyah, n.d.
Sadiliy, Hasan, dan dkk. Ensiklopedi Indonesia. 1 vol. Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1990.
Shalahuddin, Henri. “Konsep Kesetaraan dalam Kesaksian Perempuan:
Antara Perspektif Wahyu dan Perspektif Gender.” TSAQAFAH:
Jurnal Peradaban Islam 12, no. 2 (2016): 368–86.
https://doi.org/DOI:
http://dx.doi.org/10.21111/tsaqafah.v12i2.761.
Shihab, Quraish. Wawasan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1996.