Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 23

AKAL DAN AGAMA PEREMPUAN

Dalam Hadis Nabi dan Psikologi

Ibnu Hajar Ansori


Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri
Ibnuhajar93@iainkediri.ac.id

Abstract
This article is a reinterpretation of the meaning of Hadith with the interconnection-
integration paradigm, focused on the study of the Hadith about women's reason and religion
through psychological approach. In the Hadith, Rasulullah stated that most of the
inhabitants of hell are women, their minds are less (na>qis}a>t 'aql), their religion is also
less (na>qis}a>t di>n). Textually, the word looks nuanced in gender discrimination. It
seems to mean that women's intelligence is not as good as men's intelligence, neither
religion nor faith-women are not as good as male religion. Therefore, it is understandable if
the feminists call the element of misogyny in it. However, if examined contextually, based
on the search asba>b al-wuru>d, the psychological study of women's reasoning and the
study of the reality of their lives, it will come to the conclusion that there is no misogynous
element in it. On the contrary, there are scientific cues that need further study behind the
word. Some things that need further study as well as the formulation of the problem of this
article is about to the reality of social life of women who attracted the attention of the
Prophet, so he had a will to them to say istighfar more, a woman's brain changes with some
sense function that distinguishes it from the male brain; including differences in hormonal
changes and its adjustment to the menstrual cycle affecting some sense functions and
diminish their role in spiritual activity.

Artikel ini merupakan reinterpretasi terhadap makna Hadis dengan paradigma integrasi-
interkoneksi, difokuskan pada kajian Hadis tentang akal dan agama perempuan melalui
pendekatan psikologi. Dalam Hadis tersebut, Rasulullah menyatakan bahwa sebagian besar
penghuni neraka adalah perempuan, akal mereka kurang (na>qis}a>t ‘aql), agama mereka
juga kurang (na>qis}a>t di>n). Secara tekstual, sabda tersebut tampak bernuansa
diskriminasi gender. Seakan-akan mengandung makna bahwa kecerdasan perempuan tidak
sebaik kecerdasan laki-laki, demikian juga agama –atau keimanan- perempuan tidak sebaik
agama laki-laki. Karena itu, dimaklumi jika para kaum feminis menyebut adanya unsur
misogini di dalamnya. Akan tetapi, jika dikaji secara kontekstual, berdasarkan penelusuran
asba>b al-wuru>d, kajian psikologi akal perempuan dan telaah atas realitas kehidupan
mereka, maka akan sampai pada simpulan bahwa tidak ada unsur misogini di dalamnya.
Sebaliknya, ada isyarat keilmuan yang perlu kajian lebih lanjut dibalik sabda tersebut.
Beberapa hal yang perlu kajian lebih lanjut sekaligus menjadi rumusan masalah dari artikel
ini adalah terkait realitas kehidupan sosial perempuan yang menarik perhatian Rasulullah,
sehingga beliau berwasiat agar mereka lebih banyak beristighfar; perubahan otak
perempuan berkaitan dengan beberapa fungsi akal yang membedakannya dengan otak laki-
laki; termasuk perbedaan perubahan hormonal dan penyesuaiannya dengan siklus haid
yang memengaruhi sebagian fungsi akal dan mengurangi peran mereka dalam aktivitas
spiritual.

Keyword: akal, agama, perempuan, psikologi, hadis


Pendahuluan
Hadis merupakan wahyu ghayr matluw1 yang kebenarannya
tidak diragukan. Namun, dalam memahaminya diperlukan proses
pendekatan yang sesuai dengan isyarat pesan terkandung. Pada
jamak teks hadis –untuk tidak disebut semua- diperlukan pendekatan
interkonektif agar diperoleh pemahaman yang menyeluruh dan
integratif. Tidak jarang, ketika sebuah hadis dipahami secara tekstual
saja akan menghasilkan pemahaman yang reduktif terhadap hadis
tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pula pendekatan yang berbeda
pada Hadis yang kandungan maknanya kontekstual.
Untuk membedakan kategori tekstual dan atau kontekstualnya
kandungan makna hadis, setidak-tidaknya dapat dilihat dari beberapa
hal. Pertama, dari isyarat makna yang terkandung dalam matan;
Kedua, dari kandungan matan dikaitkan dengan kapasitas Muhammad
sebagai Nabi dan Rasul, sebagai kepala negara atau sebagai hakim;
Ketiga, Bisa juga dilihat dari korelasi antara Hadis tersebut dengan
konteks asba>b al-wuru>d atau realitas sosial masyarakat saat ini.
Satu diantara beberapa Hadis yang semestinya dipahami secara
kontekstual adalah hadis tentang akal dan agama perempuan. Dalam
hadis tersebut, Rasulullah menyampaikan bahwa sebagian besar
penghuni neraka adalah dari kaum perempuan. Ketika dimintai
penjelasan terkait sabda tersebut, beliau menjawab bahwa
penyebabnya adalah banyaknya mereka yang suka melaknat dan
sering tidak berterimakasih atas pemberian suami.
Kemudian Rasulullah melanjutkan dengan pernyataan bahwa
sebagian besar mereka kurang akal (na>qis}a>t ‘aql) dan kurang
agama (na>qis}a>t di>n). Ketika ditanya tentang maksud dari
pernyataan tersebut, beliau menjelaskan bahwa yang dimaksud
kurang akal adalah terkait dengan perbandingan jumlah perempuan
dan laki-laki dalam kesaksian, yakni satu laki-laki berbanding dua
perempuan. Sedangkan yang dimaksud kurang agama adalah terkait
dengan siklus haid yang berdampak pada kurangnya peran mereka
dalam aktivitas spiritual.

1
Istilah tersebut didasarkan pada Al-Qur’an surat al-Najm ayat 3—5 yang
melegitimasi kebenaran sabda Nabi. Beliau tidak bersabda atas dorongan hawa
nafsu, apa yang beliau sampaikan adalah wahyu dari Allah. Wahyu gyayr matluw
memuat pengertian sebagai wahyu yang tidak dibacakan, namun diilhamkan.
Berbeda dengan Al-Qur’an yang secara keseluruhan –bermula dari ayat pertama
surat al-‘Alaq ayat 1—5 sampai ayat terakhir surat al-Baqarah ayat 281- merupakan
wahyu yang dibacakan. Oleh karena itu, Al-Qur’an disebut dengan Wahyu Matluw.
Jika dipahami secara tekstual, hadis tersebut tampak
berdimensi misoginis.2 Kandungan maknanya seakan-akan
mengisyaratkan adanya diskriminasi gender. Akan tetapi, jika
diperhatikan lebih saksama, tidak ada unsur misogini dalam hadis
tersebut. Sebaliknya, kandungan maknanya memancing beberapa
pertanyaan yang membuka pintu kajian dari pelbagai disiplin
keilmuan. Oleh karena itu, lebih tepat jika sabda tersebut dipahami
melalui pendekatan konteksutal. Dalam hal ini, penulis memilih
pendekatan psikologi, yaitu dengan mengkajinya melalui pemahaman
psikologi akal perempuan terkait fisiologi dan fungsi hormonal yang
memengaruhinya.
Dalam kajian relogio-psikologis 3 dijelaskan bahwa setiap
manusia dibekali dengan komponen kejiwaan berupa akal, hati dan
nafsu.4 Ketiganya sama-sama berpotensi untuk menjadi buruk
(fuju>r), juga berpotensi untuk menjadi baik (taqwa>), sebagaimana
disebutkan dalam surat al-Shams ayat 7—10.5 Dalam hal menjadi
buruk ataupun baik, perempuan tidak dibedakan dengan laki-laki,
kendati secara fisiologis keduanya diciptakan tidak sama, namun
keduanya berpeluang yang sama untuk menjadi s}a>lih}i>n dan
s}a>lih}a>t atau sebaliknya. Dalam hal peran, kaum perempuan juga
tidak dilarang untuk berprofesi sesuai tingkat keahliannya.6
2
Kajian hadis misoginis menjadi topik yang mencuat ke permukaan seiring dengan
hangatnya topik tentang kesetaraan gender dan hak asasi manusia. Banyak hadis
yang dinilai misoginis oleh kalangan feminis terutama hadis yang berkaitan dengan
kehidupan rumah tangga, sehingga patut untuk dikaji ulang. Hanya kaum feminis
yang merasa dan menilai bahwa hadis-hadis tersebut misoginis sehingga dikatakan
bias gender, yakni adanya konsep, pemikiran, dan kecenderungan yang kurang
berpihak kepada perempuan melainkan hanya pada kepentingan laki-laki saja.
termasuk dalam hal ini adalah hadis tentang akal perempuan. Penyematan tanda
misoginis pada hadis tersebut tentunya sangat berlebihan. Allah tidak menjadikan
nabi dari golongan perempuan. Hal itu bukan berarti meniadakan fungsi
perempuan, akan tetapi menempatkan perempuan pada posisi yang semestinya,
tidak membebani mereka dengan sesuatu yang melampaui fitrahnya.
3
Meminjam istilah yang digunakan oleh Darwis Huda dalam bukunya yang berjudul
Emosi: Pendekatan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia di dalam Al-Qur’an.
4
Baharuddin membagi stratifikasi psikis manusia berdasarkan Al-Qur’an ke dalam
lima bagian: al-Nafs, al-‘Aql, al-Qalb, al-Ru>h dan al-Fit}rah. Lihat Baharuddin,
Paradigma Psikologi Islami: Studi tentang Elemen Psikologi dari Al-Qur’an, II
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 91–146.

5
‫ونفس وما سواها فألمهها فجورها وتقواها قد أفلح من زكاها وقد خاب من دساها‬
6
Muhammad Biltaji, Maka>nah Al-Mar’ah fi Al-Qur’a>n Al-Kari>m wa Al-Sunnah Al-
S{ahi>hah (Kairo: Da>r al-Sala>m, 2005), 255.
Allah telah memberi perhatian khusus untuk perempuan,
sebagai seorang ibu yang harus dihormati, saudara perempuan yang
harus dijaga dan diperhatikan, juga sebagai anak perempuan yang
harus disayangi dan diperlakukan dengan baik. Hal itu tampak jelas
dengan adanya dua nama surat di dalam Al-Qur’an yang terkait
langsung dengan perempuan, yaitu Al-Nisa>’ yang berarti perempuan
dan Al-Muja>dilah yang berarti perempuan yang mengajukan
gugatan. Demikian juga Rasulullah, beliau telah menunjukkan
perhatian khusus terhadap perempuan. Pada masa jahiliyah, berlaku
tradisi yang menganggap perempuan tidak banyak memberi
sumbangsih bagi kehidupan masyarakat, secara fisik maupun psikis
mereka dianggap lemah dan tidak bisa berperang. Lebih dari itu, para
suami akan malu jika istri mereka melahirkan anak perempuan.
Kondisi tersebut berubah pasca diutusnya Muhammad sebagai Nabi
dan Rasul. Peran perempuan semakin dihargai, harkat dan martabat
mereka lebih diperhatikan, para kaum ibu semakin mendapat posisi
yang terhormat bagi suami dan anak-anak mereka.
Contoh lain dari bentuk perhatian Rasulullah kepada perempuan
adalah dalam beberapa riwayat yang berkaitan dengan isi khutbah
hari raya, dapat kita lihat bahwa penutup dari khutbah tersebut
adalah wasiat untuk kaum perempuan. Rasulullah tidak segan
berwasiat kepada perempuan agar banyak bersedekah dan
beristighfar, karena secara fitrah, perempuan diciptakan dengan
struktur fisiologis otak pada area verbal yang berbeda dengan laki-
laki. Perbedaan tersebut kemudian berpengaruh pada fungsi akal
yang memicu perbedaan sedikit atau banyaknya jumlah kata yang
keluar dari lisan perempuan dan laki-laki dengan skala perbandingan
satu berbanding dua atau tiga.

Banyaknya potensi untuk berbicara tersebut, menyebabkan


semakin besarnya peluang bagi perempuan untuk menggunjing,
melaknat, atau menggerutu. Karena itu, Rasulullah berwasiat agar
mereka banyak bersedekah dan beristighfar. Dua aktivitas positif
tersebut akan menjadi kontrol atau setidak-tidaknya menjadi
penyeimbang dari aktivitas yang negatif. Perbedaan fisiologis tersebut
juga berpengaruh pada siklus bulanan. Berbeda dengan laki-laki,
perempuan akan mengalami haid setiap bulannya. Sebagai
konskuensi, mereka terhalang untuk melakukan beberapa aktivitas
spiritual.
Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis berusaha mengkaji
hadis yang berkaitan dengan akal dan agama perempuan dengan
pendekatan psikologi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
seputar bagaimana realitas kehidupan sosial perempuan yang
menarik perhatian Rasulullah, sehingga beliau berwasiat agar mereka
lebih banyak beristighfar; bagaimana perubahan otak perempuan
berkaitan dengan beberapa fungsi akal yang membedakannya
dengan otak laki-laki dan bagaimana perbedaan perubahan hormon
estrogen, progresteron, testosteron dan penyesuaiannya dengan
siklus haid yang memengaruhi sebagian fungsi akal dan mengurangi
peran mereka dalam aktivitas spiritual keagamaan.

Akal dan Agama Perempuan dalam Hadis Nabi

Kata akal berasal dari bentuk fi’il ma>d}i> “’aqala” yang


berarti “mengikat” atau “menahan”. Orang yang berakal adalah
orang yang dapat mengikat dirinya, menahan amarahnya dan
mengendalikan hawa nafsunya sehingga dapat mengambil sikap dan
tindakan bijaksana dalam menghadapi segala persoalan yang
dihadapinya.7 Kata “akal” dalam bentuk kata benda (isim) “’aql” tidak
ditemukan dalam al-Quran. Akan tetapi, bisa ditemukan dalam Hadis
Nabi, sebagaimana yang akan kita kaji pada uraian selanjutnya.

Dalam bentuk fi’il mud}a>ri’ kata akal ditemukan sekira 50 kali,


tersebar pada beberapa surat. Dalam Al-Quran juga disebutkan kata
yang menunjukkan arti terkait fungsi akal, yaitu berfikir seperti
naz}ara (terdapat 120 ayat), tafakkara (terdapat 18 ayat), faqiha
(terdapat 20 ayat), dan tadabbara (terdapat 100 ayat). Orang-orang
yang berfikir atau berakal sering juga disebut dengan ulu> al-alba>b
yang disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak empat belas kali.
Penyebutan tersebut tidak hanya terbatas kepada untuk laki-laki saja,
tetapi juga untuk perempuan.8

7
Hasan Sadiliy dan dkk., Ensiklopedi Indonesia (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1990), 98.
8
Secara terinci, karakteristik ulu> al-alba>b telah disebutkan dalam QS. Ali Imran
[3]: 191-195 sebagai berikut:

‫ت به ببذَا بببباططلل‬ ‫البب بطذَيَن يَب بقذَركروبن اللب به قطيامب بال وقربع ببودال وعلبب بى جنرببوطبطم ويَبتَبببفبكب بروبن طفب ب خقلب بطق البسب بمهاوا ط‬
‫ت بوالبقر ط‬
‫ض برببنبببا بم ببا بخلبقب ب ب‬ ‫بب‬ ‫ب‬ ‫ب ب ب ر ب ب ب ر ق بب ر‬ ‫بب ر‬
‫ برببنببا إطنببنببا‬-١٩٢- ‫صبار‬ ‫ط‬ ‫ط‬
‫ك من ترقدطخطل النببار فبببقبقد أبخزيَبتَببه ومبا للظببالطمه ط‬ ‫ط‬ ‫ط‬
‫ي مبقن بأن ب‬ ‫ب‬ ‫ق بق ر ب ب‬ ‫ب‬ ‫ بربببنا إنب ب ب‬-١٩١- ‫ب البناطر‬ ‫ك فبقبنا بعبذَا ب‬ ‫رسقببحانب ب‬
‫ بر بببنا‬-١٩٣- ‫بطسقعبنا رمبناطديَال يَبربناطديِ لططلبياطن أبقن آطمنرواق بطبربيركقم بفآَبمبنا بر بببنا فبباقغطفقر لبنببا ذررنوببببنا بوبكيفبقر بعنببا بسبيبئاتطبنا بوتبببوفببنببا بمببع البقببراطر‬
‫ب بل برقم بر ببره بقم أبين ب لب أرطضببيرع‬ ‫ك لب رتقلطب ط‬ ‫ط‬
‫ك بولب رتقطزنبببا يَببقوبم الققبيابم بطة إطنبب ب‬
‫ط‬
‫بوآتطنبببا بمببا بوبعببدتبببنا بعلبببى رررس بل ب‬
‫ بفاقس بتَببجا ب‬-١٩٤- ‫ف القمهيبعببابد‬ ‫ر‬
Sedangkan kata Agama dalam Bahasa Arab -yang kemudian
digunakan juga dalam Al-Qur’an maupun Hadis- disebut dengan kata
di>n atau millah.9 Kata tersebut menunjukkan arti suatu ajaran,
sistem yang mengatur keimanan atau kepercayaan (akidah) dan
peribadatan (syariat) kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah
(akhlak) yang mengatur hubungan menusia dengan Tuhannya dan
pergaulan dengan sesama manusia atau lingkungannya. Jika kata
agama dinisbatkan pada kata samawi, maka dapat dipahami sebagai
agama yang bersumber dari wahyu yang diterima oleh Nabi melalui
perantara malaikat pembawa wahyu.

Agama memiliki fungsi yang berkaitan erat dengan akal. Agama


-yang bersumber dari wahyu tersebut- berfungsi sebagai pengendali
sistem kerja akal agar tetap berada pada jalan yang semestinya.
Sedangkan akal sebagai perangkat untuk memroses informasi-
informasi teologis dalam agama yang bersumber dari wahyu tersebut.
Wahyu dalam bingkai agama disampaikan sebagai pesan-pesan

‫ض بفالببطذَيَبن بهببابجررواق بوأرقخطررج بواق طمببن طديَببباطرطهقم بورأوذرواق طف ب بس بطبيطليِ بوقببباتببلرواق‬


‫ض بركم يمببن بببقع ب ر‬ ‫ط‬
‫بعبمه ببل بعام برل يمنركببم يمببن ذببك بر أبقو رأنثبببى بببقع ر‬
-‫ب‬ ‫ت بقتبطريِ طمبن بقتتَطهبا البنقبهبار ثببواببال يمبن طعنبطد اللبطه واللبهر طعنببده حسبن الثببوا ط‬ ‫وقرتَطلرواق لربكيفربن عقنبهم سيئاطتطم ولرقدطخلبنببهم جبنا ر‬
‫ر رقر ب‬ ‫ب‬ ‫بر ب‬ ‫ب‬ ‫رق ب‬ ‫ب ب رق بب ق ب‬ ‫ب‬
-١٩٥
“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami,
sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka
sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim
seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan)
yang menyeru kepada iman (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu", maka
kamipun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan
hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta
orang-orang yang berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau
janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah
Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji."
Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman),
"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di
antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah
turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari
kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang
dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku
masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya
sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik."
9
Kata di>n dan millah memiliki keumuman makna yang sama, yakni agama. Lihat
Said Abdullatif Fudah, al-Sharh} al-Kabi>r ’ala> al-’Aqi>dah al-T{ah}a>wiyyah
(Beirut: Da>r al-Dakha>ir, 2014), 28.
ketuhanan kepada manusia. Sedangkan akal berfungsi sebagai
sarana untuk memahami wahyu tersebut. Wahyu sebagai sumber
naqli dan akal yang akan melahirkan pemahaman konseptual dan
atau teoritis berperan sebagai sumber aqli. Masing-masing dari
keduanya selanjutnya menjadi petunjuk (baca: dalil) bagi ilmu
pengetahuan.10

Dalam hal berakal dan beragama, setiap manusia, laki-laki


maupun perempuan diberi kesempatan yang sama. Akan tetapi,
keduanya diciptakan dengan fitrah yang berbeda. Struktur otak
perempuan dan laki-laki diciptakan berbeda. Hal itu, menjadi satu
diantara beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan pada fungsi
tertentu. Demikian juga dengan perbedaan peran terkait jenis
kelamin yang berkonskuensi pada perbedaan takli>f dalam
beragama. Ditambah lagi dengan siklus haid yang dialami
perempuan, menjadi penyebab adanya rukhs}ah (dispensasi) untuk
aktivitas-aktivitas keagamaan.

Perbedaan tersebut, mendapat perhatian khusus dari Rasulullah


s}alla> Alla>h ‘alayh wa sallama, sebagaimana hadis yang beliau
sabdakan yang berkaitan dengan akal dan agama perempuan
sebagai berikut.

‫عبن عببد الب ببن عمهبر عبن رسببول الب صلى الب عليبه وسبلم أنبه قبال يَبا معشبر النسباء تصبدقن‬
‫وأكثرن الستَغفار فبإن رأيَتَكبن أكبثر أهبل النبار فقبالت امبرأة منهبن جزلبه ومبا لنبا يَبا رسببول الب‬
‫أكثر أهل النار؟ قال تكبثرن اللعبن وتكفببرن العشبي ومبا رأيَبت مبن ناقصبات عقبل وديَبن أغلبب‬
‫ قببالت يَببا رسببول الب ب ومببا تقصببان العقببل والب بديَن؟ قببال أمببا نقصببان العقببل‬.‫لببذَيِ لببب منكببن‬
‫فشببهادة امرأتيب تعببدل شببهادة رجببل فهببذَا نقصببان العقببل وتكببث الليببال مببا تصببليِ وتفطببر فب‬
.‫رمضان فهذَا نقصان الديَن‬
Dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah s{alla> Alla>h ‘alaihi wa
sallama, bahwasannya Beliau bersabda: “Hai kaum perempuan,
bersedekahlah dan perbanyalah memohon ampunan karena aku
melihat kamu sekalian menjadi sebagian besar penghuni
neraka. Lalu salah satu seorang perempuan di antara mereka
yang cerdas dan kritis bertanya: “Wahai rasulullah, mengapa
kami menjadi sebagian besar penghuni neraka?” Rasulullah
menjawab: “kamu sekalian banyak melaknat dan tidak
10
Fudah, 26.
berterima kasih atas kebaikan suami. Saya tidak melihat
perempuan-perempuan yang kurang akal dan agamanya yang
bisa mengalahkan laki-laki yang berakal, selain kamu.”
Perempuan itu bertanya lagi: “Apa kekurangan akal dan agama
perempuan itu?” Rasulullah menjawab: “Adapun kekurangan
akalnya adalah kesaksian dua orang perempuan itu sama
dengan kesaksian satu orang laki-laki. Ituilah kekurangan akal
itu, dan perempuan itu (haid) berhari-hari dengan tidak shalat
dan tidak berpuasa di bulan Ramadhan. Inilah kekurangan
agama itu.”

Bentuk lafal Sanad dan matan Hadis tersebut merupakan


redaksi dari Imam Muslim (204–261 H). 11 Beliau meriwayatkannya dari
Muhammad ibn Rumh ibn Muhajir al-Misri (Wafat 12 Shawwal
242/243H)12 dari Al-Layth ibn Sa’ad (94-175 H)13 dari Yazid ibn al-Had
11
Nama lengkapnya Muhammad ibn al-Hajjaj ibn Muslim al-Qusairi, Abu al-Hasan al-
Naisaburi. Dia menerima hadis dari Ibrahim ibn Khalid al-Yashkari, Ibrahim ibn Dinar,
Ibn Sulaiman al-Hadrami, Muhammad ibn Rumh al-Misri, Muhammad ibn Rafi’ al-
Naisaburi, Muhammad ibn Ma’mar al- Bahrani dan lainnya. Dia meriwayatkan hadis
kepada al-Tirmidhi, Muhammad ibn Ishaq al-Sairafi, Ibrahim ibn Abi Talib, Ibrahim
ibn Muhammad ibn Hamzah, dan lainnya. Pernyataan para kritikus hadis tentang
dirinya: Abu Bakar al-Jazudi : Dia adalah wadah ilmu; Maslamah ibn Qasim : Dia
adalah thiqah, mulia kedudukannya dan termasuk imam-imam hadis; Ibn Abi Hatim:
Dia adalah thiqah; Bandar : Al-Huffaz ada 4, yaitu; Abu Zar’ah, Muhammad ibn
Ismail, al-Darimy dan Muslim. Lihat Al-Mizzi, Tahdhi>b al-Kama>l, juz XXVII, 499-
507; al-Asqalani, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, juz X, 115
12
Nama lengkapnya Muhammad ibn Rumh ibn Muhajir ibn al-Muharrar ibn Salim al-
Tajibi. Dia menerima hadis dari Abdullah ibn Luhai’ah, al-Laith ibn Sa’d, Maslamah
ibn ‘Ali al-Khushani, al-Mufaddal ibn Fadalah dan Na’im ibn Hamad. Dia
meriwayatkan hadis kepada Imam Muslim, Ibn Majah, Ibrahim ibn Samurah,
Ahmad ibn Dawud ibn Abi Salih Abd al-Ghaffar ibn Dawud al-Harani, Ahmad ibn ‘Abd
al-Warith ibn Jarir al-‘Assal, Ahmad ibn Muhammad ibn Najdah al-Tanukhy dan
lainnya. Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya: ‘Ali ibn al-Husain ibn al-
Junaid: Dia lebih terpercaya (authaq) dibanding ibn Zaghbah; Ibn Dawud: Dia
adalah thiqah, hanya aku belum menulis satu hadispun darinya; Imam al-Nasai :
Tidak pernah salah dalam satu hadispun. Kalau saja Dia menulis dari Malik, maka
Dia akan di letakkan pada tingkatan pertama dari sahabat-sahabat Malik; Abu Nasr
ibn Makula: Dia adalah thiqah terpercaya; Ibn Hibban menyebutnya dalam kitab al-
thiqa>t; Abu Sa’id ibn Yunus: Dia adalah thiqah, kuat hadisnya. Lihat Al-Mizzi,
Tahdhi>b al-Kama>l, juz XXV, 203—206.
13
Nama lengkapnya Al-Layth ibn Sa’ad ibn Abdurrahman al-Fahmi. Dia menerima
hadis dari Na>fi’, ibn Abi Mulaikah, Yazid ibn Abi Habib, Yahya ibn Sa’id al-Ansari,
Abd Rabbih ibn Sa’id, Ibn ‘Ajlan, al-Zuhri, Hisham ibn ‘Urwah, ‘Ata’ ibn Abi Rabah,
Yazid ibn al-Had, Abu Zubair al-Makky dan lainnya. Dia meriwayatkan hadis
kepada Shu’aib, Muhammad ibn ‘Ajlan, Hisham ibn Sa’ad, Ibn Luhai’ah, Hashim ibn
Bashir, Qais ibn al-Rabi’, ‘Attaf ibn Khalid, ibn al-Mubarak, ibn Wahb, Marwan ibn
Muhammad, Qutaibah ibn Sa’id, Muhammad ibn Rumh ibn al-Muhajir dan
lainnya. Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya: Imam Ahmad menilainya
thiqah dan tidak ada penduduk Mesir yang lebih s}ah>ih} hadisnya dibandingkan
(w. 139H)14 dari ‘Abdullah ibn Dinar (w. 127H) 15 dari ‘Abdullah ibn
‘Umar (w. 74 H)16 dengan sanad yang muttas}il dan marfu>’. Dalam
sahih Muslim Hadis tersebut dapat ditemukan pada pasal al-I<ma>n
bab baya>n nuqs}a>n al-I<ma>n binaqs}i al-T{a>’a>t wa baya>n
it}la>q lafzi al-kufr.17

Imam al-Bukhari (194-256 H)18 juga meriwayatkan dari Said ibn


Abi Maryam (144 -224 H)19 dari Muhammad ibn Ja’far20 dari Zaid ibn

dengan dia; Al-Darimi berkata; “Aku bertanya kepada Ibn Ma’in mana yang lebih
engkau sukai, Al-Layth atau Yahya ibn Ayyub?”Dia menjawab;” Al-Layth lebih aku
sukai dan Yahya adalah thiqah’; Ibn al-Madiny menilainya thiqah; Al-‘Ajily al-Misri
juga menilainya thiqah demikian juga Al-Nasai, Abu. Zar’ah; Ibnu Kharras
menilainya s}adu>q s}ah}i>h al-h}adi>th. Lihat al-Asqalani, Tahdhi>b al-
Tahdhi>b, juz VIII, 412—416.
14
Nama lengkapnya adalah Yazid ibn ‘Abdillah ibn Usamah ibn al-Had Al-Laythi, Abu
‘Abdillah al-Madani. Dia menerima hadis dari Tha’labah ibn Abi Malik al-Qardi,
‘Umair, Muhammad ibn Ibrahim al-Tayammi, Fuhaid ibn Mut}rif, Abdullah ibn
Khabbab, Abdullah ibn Dinar, Ziyad ibn Abi Ziyad, Abi Hazim ibn Dinar dan
lainnya. Dia meriwayatkan hadis kepada Yahya ibn Sa’id al-Ansari, Ibrahim ibn Sa’d,
Malik, Al-Layth ibn Sa’ad, ‘Abd al-‘Aziz ibn Abi Hazim, Bakr ibn Mudar, Nafi’ ibn
Yazid dan lainnya. Terkait penilaian para kritikus hadis tentang dirinya, Imam Ahmad
menilainya la> a’lamu bihi ba’than; Ibn Ma’in dan al-Nasai menilainya thiqah; Ibn
Hibban menyebutnya dalam kelompok thiqa>t; Ya’qub ibn Sufyan menyebutnya
madaniyyun thiqah h}usn al-hadi>th; Al-‘Ajily : Dia adalah madaniyyun thiqah.
Lihat al-Asqalani, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, juz XI, 297
15
Nama lengkapnya adalah Abdullah ibn Dinar al-Qurashy al-‘Adawi, Abu
Abdurrahman al-Madani. Dia menerima hadis dari Anas ibn Malik, Khalid ibn Khallad
ibnSa’ib ibn Khallad, Dhakwan Abi Salih al Saman, Sulaiman ibn Yasar, Abdullah
ibn Umar, dan lainnya. Dia meriwayatkan hadis kepada Ismail ibn Ja’far al-Mudni,
al-Hasan ibn Salih ibn Hayyi, Rabi’ah ibn Abi Abdirrahman, Yahya ibn Sa’id al-Ansari,
Yazid ibn ‘Abdillah ibn al-Had dan lainnya. Imam Ahmad menilainya thiqah,
Mustaqi>m al-Hadi>th. Demikian juga Yahya ibn Ma’in, Abu Zar’ah, Abu Hatim,
Muhammad ibn Sa’d dan al-Nasai menilainya thiqah. Al-‘Ajily pun
menyebutkannya dalam kelompok al-thiqa>t dan berkata: Dia adalah madaniyyun
ta>bi’iyyun thiqah. Lihat al-Mizzi, Tahdhi>b al-Kama>l, juz XIV, hlm 471—473.
16
Nama lengkapnya adalah Abdullah ibn ‘Umar ibn al-Khattab al-Qurashy al-‘Adawi,
Abu ‘Abdirrahman. Dia menerima hadis dari Nabi Muhammad, Bilal, Rafi’ ibn Judhaij,
Zaid ibn Thabit, Sa’d ibn Abi Waqqas, Suhab ibn Sinan, Abdullah ibn Mas’ud,Abu
Bakar al-Siddiq dan lainnya. Dia meriwayatkan hadis kepada Adam ibn ‘Ali al-Bakry
al-‘Ajili, Anas ibn Sirin, Junaid, Habib ibn Abi Thabit, Abdullah ibn Dinar, dan
lainnya.Dari Hafsah diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Sungguh
Abdullah ibn ‘Umar adalah lelaki yang s}a>lih; Al-Zuhry menyatakan tidak ada yang
mengingkari kecerdasan dbeliau; Ibn Mas’ud menyebutnya sebagai Pemuda Quraish
yang mampu menahan dirinya dari godaan dunia adalah Abdullah ibn ‘Umar. Tidak
diragukan lagi kesalihan Ibn ‘Umar dan kedekatan beliau dengan Nabi. Lihat al-
Mizzi, Tahdhi>b al-Kama>l, juz XV, 332—340 dan al-Asqalani, Tahdhi>b al-
Tahdhi>b, juz IV, 407—408.
Aslam (w. 136 H)21 dari ‘Iyad ibn ‘Abdullah (w. 100 H )22 dari Abu Said
al-Khudri (w. 63/65 H)23dengan sanad yang berkualitas muttas}il dan
marfu>’. Dalam Sahih al-Bukhari Hadis tersebut dapat ditemukan
pada pasal al-h}aid} bab tarki al-h}a>-id} al-s}au>ma dengan
redaksi sebagai berikut.24

17
Muslim al-Naisaburi, S{ah}i>h} Muslim, juz I (Beirut: Da>r al-A<fa>q al-
Hadi>thah, n.d.), 61
18
Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn al- Mughirah ibn
Badhdizbah, Abu ‘Abdillah ibn Abi al-Hasan al-Bukhari al-Ju’fi al-Hafidh. Dia
menerima hadis dari Ibrahim ibn Hamzah al-Zubairi, Ibrahim ibn al-Mundhir al-
Hizami, Ibrahim ibn Musa al-Razi, Ahmad ibn Hambal, Ahmad ibn Salih al-Misri,
Ahmad ibn Abi al-T{ayyib al-Marwazi, Zakaria ibn Yahya al-Balkhi, Suraij ibn al-
Nu’man al-Jauhari, Sa’id ibn al-Hakam ibn Abi Maryam, Sa’id ibn Sulaiman al-
Wasithi, Sa’id ibn Kathir ibn ‘Ufair, Sulaiman ibn Harb, Shihab ibn ‘Abbad al-‘Abdi,
S{adaqah ibn al-Fadl al-Marwazi dan lainnya. Dia meriwayatkan hadis kepada al-
Tirmidhi, Ibrahim ibn Ishaq al-Harbi, Ibrahim ibn Ma’qil al-Nasafi, Ibrahim ibn Musa
al-Jauzi, Abu Hamid Ahmad ibn Hamdun ibn Ahmad ibn Rustum al-A’mashi al-
Naisaburi, Ahmad ibn Sahl ibn Malik, Abdullah ibn Muhammad ibn Najiyah al-
Baghdadi, Muhammad ibn ‘Abdillah al-Junaid, Muhammad ibn Yusuf ibn ‘Ashim dan
lainnya. Terkait kualitas pribadinya, Hashid ibn Ismail : Ketika aku ada di Basrah, aku
dengar tentang kedatangan Muhammad ibn Ismail. Pada saat Beliau datang,
Muhammad ibn Bashshar berkata; “Hari ini telah datang sayyid al-Fuqaha>’”;
Muhammad ibn Bashshar : Huffa>z} dunia ada empat: Abu Zar’ah di Rai, Muslim
ibn al-Hajjaj di Naisabur, Abdullah ibn Abdurrahman al-Darimi di Samarkand dan
Muhammad ibn Ismail al-Bukhari di Bukhara. Ya’qub ibn Ibrahim al-Dauraqi :
Muhammad ibn Ismail adalah faqi>h umat ini. Abdan : Aku tidak pernah melihat
dengan mataku sendiri seorang pemuda yang lebih cerdas dari dia, seraya
menunjuk kepada Muhammad ibn Ismail; Yahya ibn Ja’far : Seandainya aku mampu
menambah usia Muhammad ibn Ismail sungguh akan aku lakukan. Matinya diriku
adalah matinya satu orang saja, tapi matinya Muhammadibn Ismail adalah
lenyapnya ilmu. Lihat Jamaluddin bin Yusuf al-Mizzi, Tahdhi>b al-Kama>l fi> Asma>
al-Rija>l, juz. XXIV (Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 2004), 430—460.
19
Nama lengkapnya adalah Sa’id ibn al-Hakam ibn Muhammad ibn Salim, yang
dikenal dengan ibn Abi Maryam al-Jumahi abu Muhammad al-Mishri. Dia menerima
hadis dari ‘Abdillah ibn ‘Umar al-‘Umari, Ismail ibn Ibrahim ibn ‘Uqbah, Sulaiman ibn
Bilal, Malik, Al-Layth, Muhammad ibn Ja’far ibn Abi Kathir, dan lainnya. Dia
meriwayatkan hadis kepada al-Bukhari, Muhammad ibn Yahya al-Dhuhali,
Muhammad ibn Ishaq al-Son’ani, Ahmad ibn Sa’id ibn Abi Maryam, Ishaq ibn Suwaid
al-Ramli,Yahya ibn Ma’in, Abu Hatim dan lainnya. Abu Dawud menyatakan bahwa
Ibn Abi Maryam bagiku adalah h}ujjah. Al-Hasan ibn al-Hasan al-Razi pernah
bertanya kepada Imam Ahmad tentang siapakah penulis hadis di Mesir. Belau
menjawab dialah Ibn Abi Maryam. Al-‘Ajali menyatakan bahwa adalah ‘a>qil
(cerdas) dan di Mesir, aku tidak pernah melihat orang lebih cerdas dari dia dan dari
Abdullah ibn Abd al-Hakam. Abu Hatim menilainya thiqah. Ibn Yunus menilainya
faqi>h; Ibn Hibban menyebutkannya kedalam kelompok thiqah. Ibn Ma’in
menyebutnya thiqah min al-thiqa>t dan Al-Nasai : Sa’id ibn ‘Afir s}a>lih dan Sa’id
‫ض بقطن‬ ‫بحبدثبببنا بسطعيرد بقرن أبطب بمقربيب بقابل أبقخببببربنا رمببمهرد بقرن بجقعبف ر بقابل أبقخببببرطن بزيَقدد رهبو ابقرن أبقسلببم بعبقن طعيببا ط‬
‫ضببحى أبقو فططقب ر إطبلب‬ ‫صبلى اللببهر بعلبقيبطه بوبسبلببم طفب أب ق‬ ‫ط‬
‫يِ بقابل بخبربج بررسورل اللبه ب‬ ‫بعقبطد اللبطه بعقن أبطب بسطعيرد اقلرقدطر ي‬
‫صبد قبن فببطإين أرطريَتَرركببن أبقكثبب بر أبقهبطل النبباطر فببرققلببن بوطببب يَببا‬ ‫ط‬ ‫ط‬
‫صبلى فببمهبر بعبلى النيبساء فبببقابل بيَا بمقعبشبر النيبساء تب ب‬‫القرمه ب‬
‫ب البررجبطل‬ ‫ب لطلرب ي‬ ‫ط‬
‫صبات بعقبرل بوديَبرن أبقذبهب ب‬
‫رسوبل اللبطه بقابل ترقكثطربن اللبعن وتبقكرفربن القعطشي ما رأبيَبت طمبن بناقط ط‬
‫ق قب ب ق ب ب ب بق ر ق ب‬ ‫بر‬
‫صب ط‬ ‫طط ط‬ ‫بط‬ ‫ط‬ ‫طط‬ ‫اق ط‬‫ط‬
‫ف‬ ‫س بشبهابدةر القبمهقرأبة مثقببل ن ق‬ ‫صارن ديَنبنا بوبعقلبنا بيَا بررسوبل الله بقابل أبلبقي ب‬ ‫لاطزم مقن إطقحبداركبن قربقلبن بوبما نبرق ب‬ ‫ب‬
ibn al-Hakam la> ba’sa bih tapi lebih disukai dibbandingkan dengan ibn ‘Afir. Lihat
Ibnu Hajar al-Asqalani, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, juz IV (Kairo: Da>r al-Fikr, 1984), 16—
17.
20
Nama lengkapnya adalah Muhammad ibn Ja’far ibn Abi Kathir al-Ansari. Dia
menerima hadis dari Zaid ibn Aslam, Hamid al-Tawil, Ibrahim, Musa ibn ‘Uqbah,
Hisham ibn ‘Urwah, Yahya ibn Sa’id al-Ansari dan lainnya. Dia meriwayatkan hadis
kepada Abdullah ibn Nafi’ al-Sa’igh, Ziyad ibn Yunus, Sa’id ibn Abi Maryam, Abdul
‘Aziz ibn Abdullah al-Uwaysi dan lainnya. Ibn Ma’in menilainya thiqah; Ibn al-Madini
menyatakan ma’ru>f; Al-Nasa’i menilainya s}a>lih; Ibn Hibban memasukkannya
kedalam kelompok al-thiqa>t; menurut al-‘Asqalani, selain menilainya s}a>lih, Al-
Nasa’i juga menyatakan bahwa Muhammad bin Ja’far adalah mustaqi>m al-
h}adi>th; Al-‘Ajili menyebutnya madaniyyun thiqah. Lihat di Al-Asqalani, Tahdhi>b
al-Tahdhi>b, juz IX, 83
21
Nama lengkapnya adalah Zaid ibn Aslam al-‘Adawi Abu Usamah, juga disebut Abu
‘Abdillah al-Madani al-Faqih maula ‘Umar. Dia menerima hadis dari Bapaknya (Aslam
), Ibn ‘Umar, Abu Hurairah, ‘Aishah, Jabir, Rabi’ah ibn ‘Ibad al-Daili, Salamah ibn al-
Akwa’, al-Qa’qa’ ibn Hakim, ‘Iyad ibn ‘Abdillah ibn Sa’d ibn Abi Sarh, al-A’raj
dan lainnya. Dia meriwayatkan hadis kepada ketiga anaknya yaitu Usamah,
Abdullah dan Abdurrahman. Juga kepada Malik, Ibn ‘Ajlan, Ibn Juraij, Sulaiman ibn
Bilal, Hafs ibn Maisarah, Dawud ibn Qais al-Farra’, Muhammad ibn Ja’far ibn Abi
Kathir, Ma’mar dan lainnya. Ahmad, Abu Zar’ah, Abu Hatim, Muhammad ibn Sa’d,
ibn Kharrash dan Nasa’I menilainya thiqah. Demikian juga Ya’kub ibn Shaibah
menilainya thiqah dan menyatakan bahwa Zaid bin Aslam termasuk ahli fiqh, ahli
ilmu dan dia ahli tafsir al-Qur’an. Lihat Al-Asqalani, Tahdhi>b al-Tahdhi>b, juz III,
341.
22
Nama lengkapnya adalah ‘Iyad ibn Abdullah ibn Sa’d ibn Abi Sarh ibn al-Harith ibn
Habib ibn Judhaimah ibn Malik ibn Hambal ibn ‘Amir ibn Luay al-Qurashi al-‘Amiri al-
Makki. Dia menerima hadis dari Ibn ‘Amr, Abu Hurairah, Abu Said dan Jabir. Dia
meriwayatkan hadis kepada Zaid ibn Aslam, Muhammad ibn ‘Ajlan, Sa’id al-
Muqbiri dan lainnya. Menurut Ibn Ma’in, ‘Iyad termasuk thiqah. Demikian juga al-
Nasa’I dan Ibn Hibban menilainya thiqah. Lihat Al-Asqalani, Tahdhi>b al-Tahdhi>b,
juz VIII, hlm 179—180.
23
Nama lengkapnya adalah Sa’d ibn Malik ibn Sinan ibn ‘Ubaid ibn Tha’labah ibn
‘Ubaid ibn al-Abjar Khudrah ibn ‘Auf ibn al-Harith ibn al-Khazraj al-Ansari Abu Sa’id
al-Khudri. Menerima hadis dari Rasulullah S{alla> Alla>hu ‘alaihi wa sallama,
ayahnya, saudaranya seibu Qatadah ibn Nu’man, Abu Bakar, ‘Umar, Uthman, ‘Ali,
Zaid ibn Thabit, Abu Qatadah al-Ansari, Abdullah ibn Salam, Ibn Abbas, Abu Musa al-
Ash’ari dan lainnya. Dia meriwayatkan hadis kepada anaknya Abdurrahman, istrinya
Zainab binti Ka’ad ibn ‘Ajarah, Ibn Abbas, Ibn ‘Umar, Jabir, Zaid ibn Thabit, Abu
Umamah ibn Sahl, ‘Iyad ibn Abdullah dan lainnya. Hanzalah ibn Abi Sufyan dari
‫ك طمبن نبرق ط ط‬
‫طط‬ ‫ط‬
‫صبقم قربقلببن‬
‫صبيل بوبلقب تب ر‬
‫ت بلقب تر ب‬ ‫س إطبذا بحا ب‬
‫ضب ق‬ ‫بشببهابدة البررجبطل قربقلببن بببلبببى قبببابل فبببذَل ق ب‬
‫صببان بعقلبهببا أبلبقيب ب‬
‫صاطن طديَنطبها‬ ‫طط ط‬
‫ببببلى بقابل فببذَلك مقن نبرق ب‬
Telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abu Maryam berkata,
telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ja'far berkata,
telah mengabarkan kepadaku Zaid -yaitu Ibnu Aslam- dari 'Iyadl
bin 'Abdullah dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata, "Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam pada hari raya 'Iedul Adha atau Fitri
keluar menuju tempat shalat, beliau melewati para perempuan
seraya bersabda: "Wahai para perempuan! Hendaklah kalian
bersedekahlah, sebab diperlihatkan kepadaku bahwa kalian
adalah yang paling banyak menghuni neraka." Kami bertanya,
"Apa sebabnya wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Kalian
banyak melaknat dan banyak mengingkari pemberian suami.
Dan aku tidak pernah melihat dari tulang laki-laki yang akalnya
lebih cepat hilang dan lemah agamanya selain kalian." Kami
bertanya lagi, "Wahai Rasulullah, apa tanda dari kurangnya akal
dan lemahnya agama?" Beliau menjawab: "Bukankah kesaksian
seorang perempuan setengah dari kesaksian laki-laki?" Kami
jawab, "Benar." Beliau berkata lagi: "Itulah kekurangan akalnya.
Dan bukankah seorang perempuan bila dia sedang haid dia
tidak shalat dan puasa?" Kami jawab, "Benar." Beliau berkata:
"Itulah kekurangan agamanya."

Dari sisi sanad, hadis tersebut tidak diragukan, karena baik


silsilah sanad dari jalur Imam Muslim maupun Imam al-Bukhari
merupakan sanad yang muttas}il dan marfu>’ ila> Rasu>lilla>h.
Selain itu, setiap ta}baqah sanad ditempati oleh para periwayat
dengan kualitas terpercaya (thiqah). Dilihat dari jumlah periwayatnya,
terdapat tiga periwayat dari kalangan sahabat. Pada generasi
berikutnya meningkat lebih dari tiga, hal itu menunjukkan bahwa
hadis tersebut termasuk hadis mustafi>d yang derajat kesahihannya
berada satu tingkat di bawah mutawa>tir.25

Dengan lafal matan yang berbeda namun makna yang sama,


hadis tersebut juga dapat ditemukan pada Sahih al-Bukhari, pasal al-

guru-gurunya berkata; Tidak ada seorangpun dari Sahabat-Sahabat muda


Rasulullah yang lebih faqih (afqah ) dari Abu Sa’id. Lihat Al-Asqalani, Tahdhi>b al-
Tahdhi>b, juz III, 417.
24
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, al-Ja>mi’ al-S}ah}i>h}, Tah}qi>q:
Muh}ibbuddi>n al-Khati>b, juz. I (Kairo: al-Mat}ba’ah al-Salafiyyah, 1400), 114.
25
Al-Qasimi, Qawâ’id al-Tahdi>th min Funûn Mus}t}ala>h al-Hadî>th, 112
zaka>t bab al-zaka>t ‘ala> al-aqa>rib; Sunan al-Tirmidhi, pasal al-
i>ma>m ‘an Rasu>lilla>h bab ma> ja>-a fi> istikma>l al-i>ma>m
wa ziya>datihi wa nuqs}a>nihi; Sunan Ibn Majah, pasal al-fitan bab
fitnah al-nisa>; Musnad Ahmad, pasal musnad al-mukthiri>n min al-
s}ah}a>bah bab musnad Abdilla>h ibn ‘Umar ibn al-Khat}t}a>b dan
Sunan al-Darimi, pasal al-t}aha>rah bab al-h}a>-id} tasma’u al-
sajdah fala> tasjudu.

Perbedaan redaksi matan mengindikasikan bahwa hadis


tersebut diriwayatkan bi al-ma’na>. Akan tetapi, hal itu tidak
mengurangi kualitas kesahihan matan. Keberadaannya sebagai hadis
yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan Imam Muslim setidak-
tidaknya menjadi tolok ukur tingkat otoritas dan kesahihan yang
tinggi. al-Nawawi menyatakan bahwa hadis yang diriwayatkan oleh
Shaykha>n berada pada tingkatan yang pertama, paling s}ahi>h}
dan otoritatif dibandingkan dengan kitab-kitab hadis yang lain.26

Psikologi Akal Perempuan


Dalam bukunya Female Brain, dr. Louann Brizendine27
mengungkapkan bahwa sejak dalam kandungan, otak perempuan
diciptakan berbeda dengan otak laki-laki. Pada masa janin, sel-sel
otak perempuan berkromosom XX. Hal itu menanjukkan gen untuk
perkembangan otak dan sirkuit pada perempuan lebih banyak
dibandingkan laki-laki. Pada masa kanak-kanak, otak tersebut berada
dalam rendaman estrogen dalam jumlah besar sampai masa remaja,
sirkuit verbal dan emosional mulai berkembang. Pada masa remaja
yang sering disebut masa pubertas, hormon estrogen, progresteron
dan testosteron meningkat dengan dominasi jumlah pada estrogen
dan sedikit testosteron. Hal itu berpengaruh pada meningkatnya
kepekaan dan pertumbuhan sirkuit stres, verbal, emosi dan seks.
Masa tersebut juga merupakan awal siklus bulanan bagi perempuan
dimulai.
Perempuan pada usia matang akan mengalami perubahan
estrogen, progresteron dan testosteron setiap pekan mengikuti siklus
26
Telah disepakati oleh para ahli hadis, bahwa kitab s}ah}i>h}ayn –khususnya
S{ah}i>h} al-Bukha>ri- menempati urutan pertama dalam hal otoritas
kehujjahannya. Hal itu setidaknya karena standarisasi kesahihan yang digunakan
oleh beliau dalam menetapkan kesahihan sebuah hadis termasuk yang paling ketat
diantara masha>yi>kh hadis yang lain. Lihat Muhammad Jamaluddin al-Qasimi,
Qawâ’id al-Tahdi>th min Funu>n Mus}t}ala>h al-Hadî>th (Beirut: Da>r al-Kutub al-
Ilmiyah, n.d.), 82.
27
Brizendine, Female Brain, 379–84.
haid. Dia mulai lebih fokus pada hubungan, menemukan pasangan
seumur hidup dan memilih karir atau pekerjaan yang serasi dengan
kepentingan keluarga. Perempuan mengalami perubahan otak yang
khas pada masa ini, yakni sirkuit pengambilan keputusan dan
pengendalian emosi matang lebih awal. Saat tiba masa kehamilan,
perempuan mengalamai peningkatan progresteron dan estrogen
dalam jumlah yang besar, sirkuit stres ditekan, otak ditenangkan oleh
progresteron, hormon-hormon dari janin dan plasenta mengambil
beberapa bagian dari ruang otak dan tubuh.
Pada masa menyusui, perempuan mengalami perubahan peran
hormonal dengan adanya dominasi hormon oktitosin dan prolaktin,
fokus perhatian lebih eksklusif pada bayi. Pada masa ini perempuan
mengalami perubahan otak yang khas, yakni sirkuit stres masih di
tekan, sirkuit seks dan emosi dikalahkan oleh panggilan kewajiban
merawat bayi. Pada masa membesarkan anak, perempuan
mengalami peningkatan fungsi sirkuit stres dan kecemasan, juga
pembentukan sirkuit emosi. Perubahan realitas yang dialami adalah
minat yang berorientasi pada kesejahteraan, perkembangan
pendidikan, keselamatan anak dan mengatasi stres serta pekerjaan
yang menumpuk.
Otak perempuan mengalami penurunan kepekaan terhadap
estrogen pada sirkuit-sirkuit tertentu pada masa perimenopause.
Siklus estrogen, progresteron dan testosteron mengalami perubahan
tidak menentu, lebih sering letih dan cemas, suasana hati berubah-
ubah dan mudah kesal. Perubahan tajam terkait fungsi otak terjadi
pada masa menopause, karena sirkuit-sirkuit estrogen, oksitosin dan
progresteron mulai melemah. Wahita cenderung berorientasi pada
minat untuk kesehatan dan kesejahteraan.
Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa perbedaan
kemampuan akal perempuan dan laki-laki bermula dari perbedaan
fisiologi otak dan pengaruh fungsi hormonal. Di dalam otak
perempuan, hormon estrogen, progresteron dan oksitosin berperan
dominan untuk memengaruhi fungsi otak yang kemudian membentuk
prilaku khas perempuan. Sedangkan di dalam otak laki-laki, ada
hormon testosteron, vasopresin dan MIS yang berperan dominan dan
memengaruhi fungsi otak dan membentuk prilaku khas laki-laki.
Dalam bukunya Male Brain, Brizendine juga mengungkapkan
perbedaan otak perempuan dan laki-laki terletak pada ruang otak.
Laki-laki memiliki ruang otak 2,5 % lebih luas dibandingkan dengan
perempuan. Hal itu berpengaruh pada besarnya hasrat seksual di
dalam hipotalamus (pusat kendali organ tubuh) mereka. Pemikiran
seksual selalu berkedip-kedip di bagian belakang korteks visual laki-
laki sepanjang pagi dan malam, sehingga membuat laki-laki selalu
siap untuk peluang seksual. Lebih jauh, Brizendine menyatakan
bahwa laki-laki memeiliki pusat otak yang lebih besar untuk tindakan
yang memerlukan otot dan agresi. Area otak untuk melindungi
pasangan dan mempertahankan wilayah. Laki-laki juga memiliki
pemroses lebih besar pada inti bidang otak yang paling primitif yang
berfungsi sebagai pusat utama emosi, yaitu Amigdala .28
Perbedaan selanjutnya terletak pada ruang otak yang melacak
perasaan batin. Pada perempuan, ruang tersebut berukuran lebih
besar dan cenderung lebih peka.29 Oleh karen itu, dalam proses
berfikir sampai mengambil putusan, umumnya perempuan lebih
didominasi oleh perasaan batin dibandingkan dengan fungsi yang
lain. Selain itu, performa otak kaum perempuan seiring fluktuasi
mengalami perubahan hormon dalam siklus haid. Dua pekan pertama
pascahaid, otak perempuan berada pada performa yang prima.
Cenderung lebih tajamdan aktif, pikiran lebih jernih dan daya ingat
menguat. Sebaliknya, pada dua pekan berikut performa otak
mengalami ketidakstabilan, puncaknya adalah beberapa hari
menjelang haid. Perempuan mudah stres dan mudah merasa
terganggu, sering merasa tidak enak badan, cenderung agresif dan
kejam atau merasa tidak berdaya dan tertekan.
Fakta tersebut setidak-tidaknya menjadi jawaban dari
pertanyaan mengapa dalam kesaksian satu laki-laki berbanding sama
dengan dua perempuan, sebagaimana diisyaratkan oleh Rasulullah,
sekaligus menjadi penjelas bahwa makna kurang akal pada
perempuan tidak berlaku pada fungsinya secara umum, yang
ghalibnya dipahami dengan lemahnya kecerdasan. Akan tetapi, fungsi
secara khusus yang salah satu contohnya adalah terkait dengan
perbandingan jumlah perempuan dan laki-laki dalam kesaksian di
persidangan,30 kendati skala 1 banding 2 tersebut tidak berlaku untuk
28
Louann Brizendine, Male Brain: Mengungkap Misteri Otak Laki-laki, ed. oleh Nastiti
Pudianing, trans. oleh Ati Cahyani, II (Jakarta: Phoenix Publishing Project, 2010), 16–
17.
29
Brizendine, Female Brain, 236.
30
Perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan sebagi saksi dalam persidangan
tersebut sejalan dengan makna surat al-Baqarah ayat 282. Dalam hal
menafsirkannya, terjadi perbedaan pendapat baik di kalangan ulama klasik maupun
kontemporer. Akan tetapi semua pendapat mengerucut pada kesepakatan bahwa
kesaksian perempupan dilegitimasi oleh Al-Qur’an. Terkait penafsiran terhadap
semua kasus. Misalnya ayat yang berkaitan dengan kasus li’an, yakni
surat al-Nur ayat 6—9. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa untuk
menghindarkan dirinya dari tuduhan zina yang dilontarkan oleh suami
terhadap dirinya, seorang istri diminta oleh hakim untuk bersumpah
sebanyak 4 kali, sama dengan jumlah sumpah suami yang menuduh.
31

Kecerdasan Verbal dan Kehidupan Sosial Perempuan


Sebelum Rasulullah diutus, masyarakat –khususnya Arab- masih
cenderung mengikuti pola patriarki, yakni sebuah konstruk sosial
masyarakat yang menempatkan laki-laki pada posisi penting dan
menempatkan perempuan pada posisi sebaliknya. Lebih dari itu,
sebuah keluarga akan bangga jika bisa melahirkan anak laki-laki dan
akan kecewa atau malu jika melahirkan anak perempuan, bahkan –
seperti yang terjadi pada sahabat Umar bin Khattab- anak tersebut
akan dibunuh. Rasulullah diutus sebagai rahmat, untuk mengangkat
derajat perempuan agar ditempatkan pada posisi yang semestinya
sebagai makhluk Allah yang harus disayangi, dihormati dan
dimuliakan.
Dari rahim perempuan para nabi dilahirkan, demikian juga para
wali dan orang-orang saleh. Merendahkan kaum perempuan pada
hakikatnya merendahkan kaum laki-laki yang lahir dari rahim
perempuan. Oleh karena itu, Al-Qur’an memberi perhatian khusus
kepada perempuan tersebut. Chairil Anwar mengungkapkan bahwa
ayat-ayat yang terkait dengan perempuan, istri dan ibu tidak kurang
dari 214 ayat, sedangkan yang terkait dengan laki-laki, suami dan
bapak hanya 170. lebih banyaknya porsi penyebutan kata yang
terkait perempuan tersebut menunjukkan persoalan perempuan lebih
kompleks dibandingkan dengan laki-laki.32

ayat-ayat tentang kesaksian, Asriaty mengungkapkan bahwa penafsiran terhadap


ayat-ayat tersebut semestinya tidak hanya bersifat normatif, tapi juga secara
substantif. Lihat Asriaty, “Kontroversi Kesaksian Perempuan dalam qs Al-Baqarah
(2): 282 antara Makna Normatif dan Substantif dengan Pendekatan Hukum Islam,”
Yudisia: Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum Islam 7, no. 1 (2016): 175–98,
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/article/view/2136.
31
Henri Shalahuddin, “Konsep Kesetaraan dalam Kesaksian Perempuan: Antara
Perspektif Wahyu dan Perspektif Gender,” TSAQAFAH: Jurnal Peradaban Islam 12,
no. 2 (2016): 368–86, https://doi.org/DOI:
http://dx.doi.org/10.21111/tsaqafah.v12i2.761.
32
Said Al-Afghani, Pemimpin Perempuan di Kancah Politik (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001), viii.
Dalam rangka memperjuangkan harkat dan martabat
perempuan, beberapa studi dengan pelbagai pendekatan dilakukan.
Satu diantaranya adalah studi yang dilakukan oleh kaum feminis.
Studi tersebut kemudian menelurkan beberapa teori, seperti
feminisme liberal, feminisme Marxis, feminisme radikal dan
feminisme sosialis.33 Secara umum, teori-teori tersebut memiliki titik
singgung yang sama, yakni mengungkap fakta-fakta diskriminasi
terhadap perempuan secara individual maupun kelompok dan
mempertanyakan batas-batas perbedaan fungsi jenis kelamin serta
menuntut adanya emansipasi (kesetaraan) peran perempuan dengan
laki-laki. Hal itu bisa dipandang sebagai sesuatu yang positif selama
diorientasikan untuk menata individual dan sosial perempuan menuju
kondisi yang lebih baik, tidak mengabaikan eksistensi perempuan
sebagai bagian penting dari sistem terintegrasi bagi pertahanan
institusi keluarga dan tidak mengabaikan fitrah perempuan yang
diciptakan berbeda dengan laki-laki serta tidak mereduksi
pemahaman terhadap ajaran agama.
Pada institusi keluarga, perempuan merupakan sosok yang
penting dalam membangun sistem sosial, menjadi istri yang
suaminya bisa sakinah bersamanya, juga menjadi ibu yang
mengajarkan banyak hal kepada anak-anaknya dan menjadi sekolah
pertama (al-madrasah al-u>la>) bagi mereka. Dari keluarga tersebut
kemudian terbentuk struktur institusi masyarakat yang lebih luas
dalam konteks desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, negara dan
seterusnya. Peran penting tersebut diapresiasi positif oleh Rasulullah.
Beliau memerintahkan sekaligus mengkampanyekan agar para suami
memperlakukan istrinya dengan baik.34 Beliau juga menyebutkan
bahwa orang yang paling berhak diperlakukan baik oleh seorang anak
adalah ibunya.35
33
Jane C. Ollenburger dan Helen A. Moore, A Sociology of Women (Sosiologi
Perempuan), trans. oleh Budi Sucahyono dan Yan Sumaryana, II (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2002), 20—21.
34
Disebutkan dalam riwayat Ibn Majah dari Ibn Abbas, pasal al-nika>h bab h}usni
mu’a>sharah al-nisa>, Rasulullah bersabda: “sebaik-baik kalian adalah yang paling
baik terhadap istrinya dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku”.
35
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Hurairah, sebagaimana termaktub dalam
pasal al-adab bab min ah}aq al-na>s bi husni al-s}uh}bah, bahwa ada seorang laki-
laki datang kepada Rasulullah, dia bertanya: “wahai Rasulullah, siapa orang yang
paling berhak aku berbakti kepadanya?”. Beliau menjawab: “ibumu”. Laki-laki
tersebut bertanya lagi: “kemudian siapa?”. Rasulullah menjawab: “ibumu”. Dia
bertanya lagi: “kemudian siapa?”. Beliau menjawab: “ibumu”. Dia bertanya lagi:
“kemudian siapa?”. Rasulullah menjawab: “kemudian ayahmu”. Selain dalam Sahih
Apresiasi tersebut merupakan bentuk upaya Rasulullah untuk
mengangkat harkat dan martabat perempuan. Hal itu terjadi jauh
sebelum teori-teori feminisme muncul.36 Islam sangat menekankan
agar laki-laki maupun perempuan tumbuh dan berkembang sesuai
dengan potensinya yang mengarah pada kebaikan bersama,
kemudian melahirkan pola relasi yang harmonis, dinamis, toleran dan
tidak saling menzalimi. Pemberdayaan perempuan juga dilakukan
sebagai upaya untuk membangun sumber daya manusia yang
produktif. 37
Terkait peran kaum perempuan di luar institusi keluarga, pada
prinsipnya hal itu tidak dilarang oleh Rasulullah, selama berada pada
batas aman, baik bagi diri perempuan itu sendiri, bagi keluarga juga
bagi agamanya. Rasulullah tidak menghalangi para sahabiyah untuk
pergi ke masjid, menghadiri majelis ilmu beliau, bahkan tidak sedikit
dari mereka -Agung Danarta mencatat tidak kurang dari 132- yang
menjadi periwayat hadis.38 Beberapa diantara mereka, ada yang
diizinkan oleh Rasulullah untuk ikut berperang, seperti Khaulah binti
Azur, Nailah binti al-Farafishah, Nusaibah binti Ka’b dan Rufaidah binti
Sa’ad. Untuk berkarir, perempuan juga tidak dilarang oleh Rasulullah.
Khadijah merupakan contoh dari perempuan karir yang kaya dan
mapan secara finansial, demikian juga Fatimah, perempuan penyabar
dan pekerja keras yang membantu suaminya mencari nafkah untuk
keluarga.
Di balik peran sosial –baik di dalam maupun di luar institusi
keluarga- tersebut, ada hal menarik dalam diri perempuan yang
bersifat bawaan dan memunculkan fenomena sosial khas perempuan,
sebagaimana hasil penelitian Brizendine, bahwa area verbal dalam
otak perempuan diciptakan lebih besar. Besarnya area verbal tersebut
menyebabkan umumnya para perempuan lebih banyak berbicara dua
sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan laki-laki. Setiap menit,

al-Bukhari, hadis tersebut bisa ditemukan pada kitab-kitab hadis yang lain, seperti
Sahih Muslim, Sunan al-Tirmidhi, Sunan Ibn Majah dan Musnad Ahmad bin Hambal.
36
Gerakan feminisme berkembang sekira abad 16—18 M.
37
Hasanatul Jannah, “Pemberdayaan Perempuan dalam Spiritualitas Islam (Suatu
Upaya Menjadikan Perempuan Produktif),” KARSA: Journal of Social and Islamic
Culture 19, no. 2 (2012): 136–45,
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.19105/karsa.v19i2.62.
38
Agung Danarta, Perempuan Periwayat Hadis, ed. oleh Saifuddin Zuhri Qudsy, I
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 5—9.
perempuan bisa berbicara sampai rata-rata 250 kata. Sedangkan laki-
laki, kemampuan berbicaranya hanya sampai 125 kata per menit.39
Lebih lanjut Brizendine mengungkapkan, bahwa tidak sedikit
dari perempuan, demi alasan biologis tersebut, mereka saling
bertukar rahasia dengan sesama perempuan, mereka bergunjing
untuk menciptakan hubungan dan keakraban dengan rekan-rekan
perempuan sebaya. Umumnya mereka juga membentuk komunitas
yang kompak berikut aturan-aturan rahasianya. Dalam komunitas
tersebut mereka saling berbicara, menceritakan hal-hal rahasia dan
bergosip. Mereka melakukan hal itu untuk menghadapi saat-saat
gembira, sedih dan stres.40 Fenomena tersebut menjadi perhatian
Rasulullah, sehingga beliau berwasiat kepada para perempuan untuk
memperbanyak sedekah dan istighfar sebagai bentuk pertaubatan,
kontrol diri atau setidak-tidaknya sebagai penyeimbang dan penebus
dosa.41

Siklus Haid dan Aktivitas Spiritual Perempuan


Brizendine mengungkapkan bahwa pada perempuan remaja,
ada sejumlah reseptor estrogen yang disebut dengan suprachiasmatic
nucleus. Reseptor-reseptor tersebut bekerja aktif dalam sel selama 24
jam di dalam otak untuk mengatur irama harian, bulanan dan
tahunan tubuh, termasuk irama hormon, suhu tubuh, siklus tidur dan
suasana hati. Estrogen juga mengatur siklus haid yang terjadi setiap
bulan pada perempuan. Melalui siklus haid tersebut, estrogen
melakukan penyegaran dan pengisian kembali bagian-bagian tertentu
dalam otak. Melalui siklus haid juga, estrogen memberi semangat
otak perempuan dan membuatnya lebih santai selama dua pekan
pertama pascahaid. Selama dua pekan tersebut fungsi otak
cenderung lebih tajam dan berfungsi lebih baik, pikiran lebih jernih
dan bisa mengingat lebih banyak hal, lebih aktif, cepat dan tangkas.42

39
Louann Brizendine, Female Brain: Mengungkap Misteri Otak Perempuan, I (Jakarta:
Ufuk Press, 2010), 57–58.
40
Brizendine, 59.
41
Imam al-Tirmidhi meriwayatkan hadis dengan kualitas hasan sahih dari Abu Dhar
al-Ghifari, pasal al-birr wa al-s}illah ‘an Rasu>lilla>h bab ma> ja>-a fi>
mu’a>sharah al-na>s. Rasulullah bersabda: “bertakwalah kamu kepada Allah di
manapun kamu berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan agar dapat
menghapuskannya dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik”.
42
Brizendine, Female Brain, 75–78.
Kondisi tersebut mengalami penurunan pada dua pekan
terakhir. Peran progesteron cenderung dominan sampai beberapa hari
menjelang haid, kinerja otak cenderung lebih lambat, lebih mudah
merasa terganggu dan kurang fokus. Beberapa hari menjelang haid,
otak cenderung kacau dan mudah stres untuk beberapa saat. Dari
hasil penelitiannya, Brizendine mengungkapkan bahwa delapan puluh
persen perempuan menyatakan bahwa pada masa itu mereka lebih
mudah menangis dan serring merasa tidak enak badan. Mereka juga
mudah stres, agresif, negatif, kejam, atau bahkan tidak berdaya dan
tertekan.43
Pada saat haid, perempuan terhalang untuk melakukan
beberapa aktivitas spiritual, seperti shalat dan puasa. Halangan
tersebut di satu sisi bisa dipahami sebagai dispensasi, namun di sisi
lain, hal itu menjadi penyebab berkurangnya porsi aktivitas spiritual
mereka. Tidak seperti laki-laki yang bisa melaksanakannya sepanjang
hari, pekan, bulan dan tahun. Oleh karena itu, Rasulullah
menyematkan kata kurang agama (na>qis}a>t di>n) kepada
perempuan, maknanya adalah berkurangnya takli>f (kewajiban
syar’i) yang menyebabkan porsi peran perempuan dalam aktivitas
keagamaan berkurang. Penyebutan tersebut bukan menunjuk pada
derajat keimanan atau kualitas perempuan dalam beragama secara
umum.44 Kata na>qis}a>t di>n tidak pula berarti kurangnya nilai
ketaatan. Sebaliknya, tidak melaksanakan shalat dan puasa bagi
perempuan pada saat haid merupakan bentuk ketaatan, karena
shalat dan puasa merupakan larangan dari Allah untuk mereka pada
masa itu. Menahan diri untuk tidak melanggar larangan merupakan
bentuk ketaatan.
Tidak sedikit ayat-ayat al-Qur’an yang menunjukkan bahwa
kualitas spiritual laki-laki dan perempuan tidak dibedakan
berdasarkan jenis kelamin, namun berdasarkan keimanan dan amal
salih mereka, seperti dalam surat al-Ahzab: 35, Ali-Imran:105, al-
Hadid:12, an-Nahl:97. Bahkan al-Qur’an dengan sangat jelas
menyatakan istri Fir’aun sebagai suriteladan bagi orang-orang
mukmin, baik laki-laki maupun perempuan, 45 sebagaimana
disebutkan dalam surat al-Tahrim ayat 11.

43
Brizendine, 79–81.
44
Al-Aini, ’Umdat al-Qa>ri> (Kairo: al-bab al-Halabi, n.d.), 364
45
Al-Asqalani, Fath} al-Ba>ri>, Jilid VII, 177
‫ت فطمربعبموبن إطمذ قببالبمت بر ي‬
‫ب ٱمب طن طلب طعنببدبك ببميتَا طفب ٱملبجنببطة بوبنيطنب‬ ‫ط‬
‫ب ٱللبهر بمبثلا ليلبذَيَبن بءابمنربواق ٱمم برأب ب‬
‫ضبر ب‬
‫بو ب‬
‫ظط ط‬ ‫ط م‬ ‫ط‬ ‫ط ط‬
‫ي‬‫من فمربعموبن بوبعبمهلطهۦ بوبنيطن مبن ٱلبقموطم ٱلظبلمه ب‬
46

“Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-


orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku,
bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu47 dalam
firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya,
dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.”

Quraish Shihab mengemukakan, bahwa porsi aktivitas


keagamaan perempuan benar berkuarang karena siklus haid. Akan
tetapi, kuantitas waktu pelaksanaan peribadatan antara laki-laki dan
perempuan sebenarnya tidak jauh berbeda. Perempuan lebih cepat
mencapai masa baligh atau masa taklif, yakni pada usia sekitar 9
tahun sedang laki-laki baru mencapai masa tersebut sekira usia lima
belas tahun. Pada usia 50 tahun seorang perempuan akan memasuki
masa menopause dan tidak mengalami siklus haid lagi, sehingga
tidak terhalang untuk melaksanakan aktivitas peribadatan secara
penuh. Pada masa hamil dan menyusui, perempuan juga tetap dapat
melaksanakan aktivitas peribadatan tersebut.48

Penutup
Perempuan diciptakan oleh Allah dengan bekal kecerdasan
verbal yang menakjubkan. Mereka memiliki kemampuan berbicara
lebih banyak dua sampai tiga kali lipat dibandingkan laki-laki.
Kecerdasan verbal tersebut pada satu sisi menjadi keistimewaan bagi
perempuan, namun di sisi lain, juga menjadi hal yang perlu
diwaspadai oleh mereka. Jamak terjadi, kemampuan verbal yang lebih
tersebut menjadi modal bagi kaum perempuan untuk banyak
menggunjing, bergosip, melaknat dan mengeluh. Oleh karena itu,
tidak berlebihan jika Rasulullah mengungkapkan bahwa banyak dari
penghuni neraka adalah dari kaum perempuan. Sebagai antisipasi,
Rasulullah berpesan agar kaum perempuan banyak bersedekah dan
memohon ampun kepada Allah.
Selain kecerdasan verbal, perempuan juga dibekali dengan
kepekaan dan ketajaman perasaan batin, karena dalam struktur otak
46
Al-Qur-an: 66 (al-Tahrim),11.
47
Maksudnya: sebaliknya Sekalipun isteri seorang kafir apabila
menganut ajaran Allah, ia akan dimasukkan Allah ke dalam jannah.
48
Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1996), 300
perempuan, ruang untuk fungsi tersebut diciptakan lebih besar
dibandingkan dengan laki-laki. Hal itu tampaknya yang menyebabkan
–umumnya- fungsi otak perempuan lebih banyak didominasi oleh
perasaan batin dibandingkan dengan fungsi yang lain. Dominasi
perasaan batin tersebut menjadikan perempuan sebagai pribadi yang
feminis, penyayang, pemalu dan mudah menangis sekaligus
menjadikan mereka sensitif, mudah stres, cemas, depresi dan
cenderung sulit memaafkan.
Secara umum, bagian-bagian otak perempuan, baik pusat
memori (hipokampus), pusat kendali organ tubuh (hipotalamus),
maupun pusat emosi (amigdala), banyak dipengaruhi oleh hormon
estrogen dan progesteron, sehingga pola pikir perempuan lebih cepat
matang dibandingkan dengan laki-laki, tajam dan kritis sekaligus peka
terhadap stres dan mudah labil, terutama pada hari-hari menjelang
masa haid. Rasulullah mengungkapkan keunikan akal perempuan
tersebut dengan ungkapan na>qis}a>t ‘aql (kurang akal). Ungkapan
tersebut jelas bukan untuk menyebut bahwa perempuan tidak cerdas.
Akan tetapi, merupakan isyarat tentang keunikan otak wanita yang
secara fisiologis diciptakan berbeda dengan laki-laki. Juga isyarat
tentang keunikan fungsi otak dalam ‘berakal’, dominasi perasaan
batin dan kecilnya ruang otak untuk tindakan yang memerlukan otot
dan agresi.
Siklus bulanan juga merupakan keunikan perempuan yang
menjadi perhatian Rasulullah. Berkaitan dengan hal itu, beliau
menyebut kaum perempuan dengan kata na>qis}a>t di>n (kurang
agama). Maknanya bukan kurang dalam hal keimanan, ketaatan atau
kualitas spiritual secara umum. Akan tetapi, menunjuk pada siklus
haid pada perempuan yang menyebabkan –secara kuantitas- aktivitas
tertentu dalam peribadatan perempuan berkurang. Allah A’lamu

Daftar Pustaka
Afghani (Al), Said. Pemimpin Perempuan di Kancah Politik. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001.
Aini (Al). ’Umdat al-Qa>ri>. Kairo: al-Bab al-Halabi, n.d.
Asqalani (Al), Ibnu Hajar. Fath} al-Ba>ri>. 11146/1998. Kairo: Da>r
al-H{adi>th, 2004.
———. Tahdhi>b al-Tahdhi>b. Kairo: Da>r al-Fikr, 1984.
Asriaty. “Kontroversi Kesaksian Perempuan dalam qs Al-Baqarah (2):
282 antara Makna Normatif dan Substantif dengan Pendekatan
Hukum Islam.” Yudisia: Jurnal Pemikiran Hukum dan Hukum
Islam 7, no. 1 (2016): 175–98.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Yudisia/article/view/213
6.
Baharuddin. Paradigma Psikologi Islami: Studi tentang Elemen
Psikologi dari Al-Qur’an. II. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Biltaji, Muhammad. Maka>nah Al-Mar’ah fi Al-Qur’a>n Al-Kari>m wa
Al-Sunnah Al-S{ahi>hah. Kairo: Da>r al-Sala>m, 2005.
Brizendine, Louann. Female Brain: Mengungkap Misteri Otak
Perempuan. I. Jakarta: Ufuk Press, 2010.
———. Male Brain: Mengungkap Misteri Otak Laki-laki. Diedit oleh
Nastiti Pudianing. Diterjemahkan oleh Ati Cahyani. II. Jakarta:
Phoenix Publishing Project, 2010.
Bukhari (Al), Abu Abdullah Muhammad bin Ismail. al-Ja>mi’ al-
S}ah}i>h}, Tah}qi>q: Muh}ibbuddi>n al-Khati>b. Kairo: al-
Mat}ba’ah al-Salafiyyah, 1400.
Danarta, Agung. Perempuan Periwayat Hadis. Diedit oleh Saifuddin
Zuhri Qudsy. I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Fudah, Said Abdullatif. al-Sharh} al-Kabi>r ’ala> al-’Aqi>dah al-
T{ah}a>wiyyah. Beirut: Da>r al-Dakha>ir, 2014.
Jannah, Hasanatul. “Pemberdayaan Perempuan dalam Spiritualitas
Islam (Suatu Upaya Menjadikan Perempuan Produktif).” KARSA:
Journal of Social and Islamic Culture 19, no. 2 (2012): 136–45.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.19105/karsa.v19i2.62.
Mizzi (Al), Jamaluddin bin Yusuf. Tahdhi>b al-Kama>l fi> Asma> al-
Rija>l. Beirut: Da>r al-Kutub al-Ilmiyah, 2004.
Naisaburi (Al), Muslim. S{ah}i>h} Muslim. Beirut: Da>r al-A<fa>q al-
Hadi>thah, n.d.
Ollenburger, Jane C., dan Helen A. Moore. A Sociology of Women
(Sosiologi Wanita). Diterjemahkan oleh Budi Sucahyono dan Yan
Sumaryana. II. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.
Qasimi (Al), Muhammad Jamaluddin. Qawâ’id al-Tahdi>th min Funûn
Mus}t}ala>h al-Hadî>th. Beirut: Da>r al-Kutub al-'Ilmiyah, n.d.
Sadiliy, Hasan, dan dkk. Ensiklopedi Indonesia. 1 vol. Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1990.
Shalahuddin, Henri. “Konsep Kesetaraan dalam Kesaksian Perempuan:
Antara Perspektif Wahyu dan Perspektif Gender.” TSAQAFAH:
Jurnal Peradaban Islam 12, no. 2 (2016): 368–86.
https://doi.org/DOI:
http://dx.doi.org/10.21111/tsaqafah.v12i2.761.
Shihab, Quraish. Wawasan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1996.

You might also like