Naskah Publikasi PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA SIDOWARNO


KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN KLATEN

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

NINING YULIANI ROHMATUN

J 310 100 054

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
HALAMAN PERSETUJUAN
ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Pemberian


ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada Balita di
Desa Sidowarno Kecamatan Wonosari Kabupaten
Klaten

Nama Mahasiswa : Nining Yuliani Rohmatun

Nomor Induk Mahasiswa : J310 100 054

Telah Disetujui oleh Pembimbing Skripsi Program Studi Ilmu Gizi Fakuktas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 02 September 2014
dan layak untuk dipublikasikan

Surakarta, 02 September 2014

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Rustiningsih, S.KM, M.Kes Luluk Ria Rakhma, S.Gz, M.Gizi

NIP. 14008823600 NIK. 100.1553

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Setyaningrum Rahmawaty A., M.Kes., Ph.D

NIK. 744
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA SIDOWARNO
KECAMATAN WONOSARI KABUPATEN KLATEN

Nining Yuliani Rohmatun *

*Program studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammmadiyah Surakarta;
Email : niningyulianir@rocketmail.com

ABSTRACT

Introduction: Stunting is the disturbance of linear growth that may affect the risk of
increased morbidity, mortality, and delayed motor development disorders, and
mental retardation. Prevalence of Stunting in 2012 in Wonosari reached 24%, and
from routine weighing in August 2013 there were 29.5% of children stunting in the
Sidowarno village. Objective: This study is aimed to determine the relationship of
mother's education level and the incidence of exclusive breastfeeding with stunting
in children under five in the Sidowarno Village Wonosari Klaten. Method: This
method used in this research was observational with cross sectional approach. The
number of sampel in this study were 64 sampel. Criteria determined by the value of
stunting Z-score TB / U <-2 SD according to the WHO child growth standards.
Mother's education level data and exclusive breastfeeding was obtained by
interview. The analysis was performed with the Chi-Square to determine the
relationship between variables.Results: The result showed that 53.1% children under
five stunting, 62.5% of mothers have low education and 37.5% of high educated
mothers. 26.6% of mothers breastfeed exclusively and 73.4% of mothers do not
exclusively breastfeed their children. 67.5% of mothers with low education have a
children stunting while only 29.2% of highly educated have stunting children, and
there is also significant relationship between education level and the incidence of
stunting in children (p=0.007<0.05). The proportion of children stunting is higher in
children who are not exclusively breastfed (61.7%) compared to children who were
breastfed exclusively (29.4%), and there is an exclusive brestfeeding relationship
with the incidence of stunting in children (p=0.045<0.05).Conclusion: There is
significant relationship between the level of education of mothers and exclusive
breastfeeding with the incidence of stunting among children under five in the
Sidowarno Village Wonosari Klaten.

Keywords: mothers education, exclusive breastfeeding, Stunting


Bibliography: 44 : 1998-2013

PENDAHULUAN Menurut Aries et al. (2012) status gizi


Gizi merupakan bagian penting bayi dan balita merupakan salah satu
dalam pertumbuhan dan indikator gizi masyarakat, dan telah
perkembangan, karena terdapat dikembangkan menjadi salah satu
keterkaitan dan berhubungan dengan indikator kesehatan dan
kesehatan dan kecerdasan kesejahteraan masyarakat. Hal ini
(Proverawati dan Erna, 2010). dikarenakan kelompok bayi dan balita
sangat rentan terhadap berbagai ibu berhubungan dengan status gizi
penyakit kekurangan gizi. balita menurut indeks z-skor TB/U.
Data Riset kesehatan Dasar Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
(Riskesdas) 2013 menunjukkan merupakan faktor penting bagi
prevalensi balita stunting di Indonesia petumbuhan dan perkembangan serta
mencapai 37% (terdiri dari 18% kesehatan anak. WHO dan Unicef
sangat pendek dan 19,2% pendek) (2002) dalam Global strategy on infant
yang berarti terjadi peningkatan tahun and young child feeding tahun 2002
2010 (35.6%) dan tahun 2007 merekomendasikan 4 (empat) pola
(36,8%). Data yang diperoleh dari makan terbaik bagi anak sampai usia
Puskesmas Wonosari I dan II, 2 tahun, yaitu Inisiasi Menyusui Dini
Kecamatan Wonosari, Kabupaten (IMD) dalam 30 sampai 60 menit
Klaten bahwa prevalensi balita 24% pertama setelah lahir, memberikan
tahun 2012. (Puskesmas Wonosari, ASI eksklusif sampai bayi usia 6
2012). Jumlah balita stunting pada bulan, mulai memberikan makanan
penimbangan rutin bulan Agustus pendamping mulai usia 6 bulan dan
2013 di desa Sidowarno 29,5%. meneruskan pemberian ASI sampai
Berdasarkan prevalensi stunting anak berusia 2 tahun.
tersebut, kejadian stunting di Perilaku pemberian ASI secara
Indonesia termasuk masalah karena eksklusif sampai 6 bulan ternyata
prevalensi nasional masih diatas masih belum maksimal. Data Survei
toleransi yang ditetapkan Badan Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
Kesehatan Dunia (WHO, 2010) yang 2005 dan 2006 prevalensi pemberian
hanya 20%. ASI eksklusif di Indonesia baru
Stunting merupakan gangguan mencapai 18,1% tahun 2005 dan
pertumbuhan linier dan apabila terjadi 21,2% pada tahun 2006. Sementara
pada masa golden period hasil Survei Demografi dan kesehatan
perkembangan otak (0-3 tahun), maka Indonesia (SDKI) 2007 diperoleh
berakibat pada perkembangan otak angka pemberian ASI eksklusif
yang tidak baik. Hal tersebut di masa sampai 6 bulan hanya 8,1%. Angka ini
yang akan datang dapat berakibat sangat jauh dari target cakupan
pada penurunan kemampuan pemberian ASI eksklusif yang
intelektual dan produktivitas, ditetapkan pemerintah, yaitu 80%
peningkatan risiko penyakit pada tahun 2010.
degeneratif dan kelahiran bayi dengan Penelitian Ahmad et al. (2010)
berat lahir rendan atau prematur bahwa stunting lebih banyak
(Todaro dan Smith, 2009; Sari, et al., ditemukan pada anak yang tidak diberi
2010; Caulfield et al., 2006). ASI eksklusif dibandingkan anak yang
Tingkat pendidikan dapat diberi ASI eksklusif. Terdapat
memudahkan seseorang atau kecenderungan penyakit infeksi
masyarakat untuk menyerap informasi seperti diare dan penyakit pernafasan
dan menerapkannya dalam perilaku akan lebih mudah mengenai bayi yang
hidup sehari-hari (Astari, 2006; Girma diberikan ASI yang kurang dan
et al., 2002). Berdasarkan penelitian pemberian makanan atau formula
Masithah et al.(2005) lama pendidikan yang terlalu dini dikarenakan ASI
sebagai antiinfeksi sehingga dapat
meningkatkan risiko kejadian stunting HASIL DAN PEMBAHASAN
(Rahayu, 2011; Candra et al., 2011). Karakteristik Sampel
Berdasarkan hasil uraian
diatas maka peneliti tertarik untuk Tabel 1. Distribusi Balita Berdasarkan
mengetahui hubungan tingkat Jenis Kelamin
pendidikan ibu dan pemberian ASI
eksklusif dengan kejadian stunting Jenis Kelamim Frekuensi Persentase
pada balita di Desa Sidowarno (n) (%)
Kecamatan Wonosari Kabupaten Laki-laki 31 48,4
Klaten. Perempuan 33 51,6
Jumlah 64 100
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Tabel 1 menunjukkan sebagian besar
penelitian observasional dengan balita (51,6%) berjenis kelamin
desain cross sectional, dilaksanakan perempuan. Jenis kelamin
di Desa Sidowarno Kecamatan menentukan besar kecilnya kebutuhan
Wonosari Kabupaten Klaten. gizi bagi seseorang.
Penelitian ini dilakukan pada bulan
April 2014. Populasi penelitian ini Tabel 2. Distribusi Balita Berdasarkan
adalah semua anak balita stunting Nilai TB/U
yang pada bulan April 2014 masih
berusia 12-59 bulan beserta orang tua Frekuensi
Indeks TB/U
terutama ibunya yang tinggal di Desa
Sidowarno dengan jumlah sampel
Mean (rata- -1,83
sebesar 64. Variabel yang diteliti
adalah tingkat pendidikan ibu, rata)
pemberian ASI eksklusif dan stunting. -3,62
Nilai minimum
Data yang dikumpulkan adalah
Panjang badan balita dengan 0,33
Nilai maximum
pengukuran antropometri. Data tingkat
pendidikan ibu dan pemberian ASI
Tabel 2 menunjukkan mean atau rata-
eksklusif diperoleh dengan
rata TB/U pada balita adalah -1,83.
menggunakan metode wawancara
Hal ini dapat diartikan bahwa pada
menggunakan kuesioner. Analisis penelitian ini rata-rata balita memiliki
dilakukan secara univariat dan
status normal menurut indeks Z-skor
bivariat. Analisis univariat untuk
TB/U dikarenakan nilai TB/U >-2 SD.
mengetahui distribusi masing-masing Nilai minimum untuk TB/U adalah -
variabel, sedangkan Analisis bivariat 3,62 dan dapat diartikan sebagai more
adalah analisis yang dilakukan untuk stunting karena >-3 SD. Nilai
menguji hubungan antara variabel
maximum untuk TB/U pada balita
bebas dan variabel terikat yaitu tingkat adalah 0,33 sehingga dapat diartikan
pendidikan ibu dan pemberian ASI
memiliki status normal karena >-2 SD.
eksklusif terhadap kejadian stunting
Stunting mencerminkan
pada balita. Analisis dilakukan dengan keidakmampuan untuk mencapai
uji Chi - Square.
pertumbuhan optimal yang
disebabkan oleh status kesehatan
atau status gizi yang suboptimal dan pendidikan ibu mempunyai peranan
Stunting merupakan salah satu penting terhadap status gizi balita.
masalah gizi Karena dapat Pendidikan ibu yang meningkat akan
berpengaruh terhadap meningkatnya membawa dampak pada investasi
risiko terjadinya kesakitan, kematian, sumber daya manusia yang
perkembangan motorik terlambat dan berkualitas, karena dengan
terhambatnya pertumbuhan mental pendidikan ibu status gizi balita akan
(Kusharisupeni, 2002). meningkat dan pada akhirnya dapat
menigkatkan peluang kesempatan
Tabel 3. Distribusi Balita Berdasarkan pendidikan balitanya sebagai modal
Kategori Z-Skor TB/U dasar peningkatan sumber daya
manusia yang berkualitas.
Frekuen
No Z-Skor Persentas
si
. TB/U e (%)
(orang)
1 Normal 30 46,9 Tabel 5. Distribusi Ibu Balita
Stuntin Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif
2 34 53,1
g
Jumlah 64 100 ASI Frekuen
No Persenta
Eksklus si
. se (%)
if (orang)
Tabel 3 menunjukkan sebagian besar 1 Ya 17 26,6
balita (53,1%) adalah stunting. Angka 2 Tidak 47 73,4
ini merupakan angka yang relatif tinggi Jumlah 64 100
jika dibandingkan dengan target
Millenium Development Goals (MDGs)
yaitu 15%. Menurut WHO (2010) Tabel 5 menunjukkan sebagian besar
stunting disebabkan oleh malnutrisi ibu balita (73,4%) tidak memberikan
dan atau penyakit infeksi kronis yang ASI secara eksklusif dan hanya 26,6%
berulang. Asupan gizi yang kurang ibu balita yang memberikan ASI
pada bayi dapat berisiko stunting secara eksklusif. Angka ini sangat
(Kusharisupeni, 2002). jauh dari target cakupan pemberian
ASI eksklusif yang ditetapkan
Tabel 4. Distribusi Ibu Balita pemerintah, yaitu 80% pada tahun
Berdasarkan Tingkat Pendidikan 2010. Faktor sosial budaya,
kurangnya kesadaran akan
Tingkat Frekuensi Persentase pentingnya ASI, pelayanan kesehatan
No.
Pendidikan (orang) (%) dan petugas kesehatan yang belum
1 Dasar 40 62,5 sepenuhnya mendukung Program
2 Lanjut 24 37 Peningkatan Penggunaan Air Susu
Jumlah 64 100 Ibu (PP-ASI), gencarnya promosi susu
formula, rasa percaya diri ibu yang
masih kurang, kurangnya
Tabel 4 menunjukkan sebagian besar pengetahuan ibu tentang manfaat ASI
ibu balita (62,5%) memiliki pendidikan akan diri dan anaknya menjadi
rendah. Berdasarkan penelitian penyebab utama besarnya prevalensi
Damanik et al. (2010) bahwa
bayi yang tidak memperoleh ASI pengetahuannya dalam perilaku
eksklusif (Depkes, 2005). khususnya dalam kesehatan dan gizi.
Dengan demikian, pendidikan ibu
Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu yang relatif rendah akan berkaitan
dengan Kejadian Balita Stunting dengan sikap dan tindakan ibu dalam
menangani masalah kurang gizi pada
Tabel 7. Distribusi Tingkat Pendidikan anak balitanya (Atmarita dan Fallah,
Ibu dengan Kejadian Balita Stunting 2004).

Z-Skor (TB/U) Hubungan Pemberian ASI Eksklusif


Pendidikan Jumlah
Ibu Normal Stunting N (%)
p dengan Kejadian Balita Stunting
n (%) n (%)
Dasar 13(32,5) 27 (67,5) 40 (100) Tabel 8. Distribusi Pemberian ASI
0,007
Lanjut 17(70,8) 7 (29,2) 24 (100) Eksklusif dengan Kejadian Balita
Stunting

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 40 Z-Skor (TB/U)


ASI Jumlah
balita dengan ibu berpendidikan Normal Stunting p
Eksklusif N (%)
rendah sebagian besar memiliki n (%) n (%)
indeks Z-Skor TB/U stunting (67,5%), Ya 5 (29,4) 17(100)
sedangkan dari 24 balita dengan ibu 12(70,6) 0,045
berpendidikan tinggi sebagian besar Tidak 18(38,3) 29(61,7) 47(100)
memiliki indeks Z-Skor TB/U normal
(70,8%). Berdasarkan analsis bivariat Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 17
menghasilkan p <0,05 dengan nilai
balita yang mendapatkan ASI
signifikansi 0,007 yang berarti eksklusif sebagian besar memiliki
signifikan atau bermakna. Hal ini indeks z-skor TB/U normal (70,6%)
berarti ada hubungan antara tingkat
sedangkan dari 47 balita yang tidak
pendidikan ibu dengan kejadian mendapatkan ASI eksklusif sebagian
stunting pada balita di Desa
besar memiliki indeks TB/U stunting
Sidowarno Kecamatan Wonosari (61,7%). Berdasarkan analisis bivariat
Kabupaten Klaten. Tinggi rendahnya menghasilkan p <0,05 dengan nilai
pendidikan yang ditempuh ibu sangat signifikansi 0,045 yang berarti
berkaitan dengan pengetahuan signifikan atau bermakna. Hal ini
terhadap gizi (Faiza et al., 2007).
berarti ada hubungan antara
Pengetahuan ibu tentang gizi Pemberian ASI eksklusif dengan
berpengaruh pada perilaku ibu dalam kejadian stunting pada balita di Desa
menyedikan makanan bagi anaknnya.
Sidowarno Kecamatan Wonosari
Ibu yang memiliki pengetahuan gizi Kabupaten Klaten. Penelitian ini
baik diharapkan mampu menyediakan sejalan dengan penelitian Ahmad, et
makanan dengan jenis dan jumlah al. (2010) bahwa stunting lebih banyak
yang tepat agar anak dapat tumbuh ditemukan pada anak yang tidak diberi
dan berkembang secara optimal ASI eksklusif dibandingkan anak yang
(Astari, 2006). Tingkat pendidikan diberi ASI eksklusif. Terdapat
yang lebih tinggi akan memudahkan
kecenderungan penyakit infeksi
seseorang untuk seperti diare dan penyakit pernafasan
mengimplementasikan akan lebih mudah mengenai bayi yang
diberikan ASI yang kurang dan Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
pemberian makanan atau formula sebagai berikut :
yang terlalu dini dikarenakan ASI 1. Prevalensi stunting di Desa
sebagai antiinfeksi sehingga dapat Sidowarno sangat tinggi yaitu
meningkatkan risiko kejadian stunting
(Rahayu, 2011 ; Candra et al., 2011). 53,1%. Proporsi ibu berpendidikan
Pengaruh ASI eksklusif terhadap rendah lebih tinggi (62,5%)
perubahan status stunting dibandingkan dengan ibu
dikarenakan fungsi ASI sebagai berpendidikan tinggi, sementara
antiinfeksi. Berdasarkan wawancara pemberian ASI Eksklusisf masih
dengan ibu balita sampel yang tidak rendah yaitu 26,6%.
memberikan ASI secara eksklusif,
2. Ibu berpendidikan rendah (67,5%)
sebagian besar ibu balita
memiliki balita stunting, sementara
mengombinasikan pemberian ASI
hanya 29,2% ibu berpendidikan
dengan susu formula. Pemberian ASI
tinggi yang memiliki balita stunting,
bersamaan dengan susu formula
dan terdapat hubungan signifikan
dapat memenuhi kebutuhan zat gizi
antara tingkat pendidikan ibu
bayi sehingga pertumbuhannya tidak
dengan kejadian stunting pada
terganggu. Akan tetapi, susu formula
balita .
tidak mengandung zat antibodi sebaik
3. Stunting banyak ditemukan pada
kandungan zat antibodi pada ASI
sehingga bayi lebih rentan terkena anak yang tidak diberikan ASI
penyakit (Rahayu, 2011; Anugraheni, Eksklusif (61,7%) dibandingkan
2012). dengan yang diberi ASI eksklusif
(29,4%), dan terhadap hubungan
signifikan antara pemberian ASI
KESIMPULAN eksklusif dengan kejadian stunting
pada balita.

DAFTAR PUSTAKA Anugraheni, Hana Sofia. 2012. Faktor


Risiko Kejadian Stunting pada
Ahmad, Aripin, Suryana, Yulia Fitri. Anak Usia 12-36 Bulan Di
2010. ASI Eksklusif Anemia Kecamatan Pati, Kabupaten
dan Stunting pada Anak Pati (Skripsi). Universitas
Baduta (6-24 bulan) Di Diponegoro: Semarang.
Kecamatan Darul Imarah
Kabupaten Aceh Besar. Aries, Muhammad., Hardinsyah,
Jurnal Gizi Poltekkes Hendratno Tuhiman. 2012.
Kemenkes Aceh : Aceh.. Determinan Gizi Kurang dan
Stunting Anak Umur 0-36
Atmarita dan Fallah. 2004. Analisis Bulan Berdasarkan Data
Situasi Gizi dan Kesehatan Program Keluarga Harapan
Masyarakat. Widya-karya (PKH) 2007. Jurnal Gizi dan
Nasional pangan dan gizi VIII. Pangan .
LIPI : Jakarta.
Astari, LD. 2008. Faktor-faktor yang Kota Padang . Media Gizi dan
berpengaruh terhadap kejadian Keluarga.
stunting Balita Usia 6-12 bulan
di Kabupaten Bogor (Tesis). Girma, W., Genebo, T. 2002.
Institut Pertanian Bogor : Determinants of Nutritional
Bogor. Status of Women and
Children in Ethiopia. ORC
BPS. 2005. Laporan Survei Sosial Macro : Calverton, Maryland,
Ekonomi Nasional (SUSENAS) USA.
2005. BPS. Jakarta.
Kusharisupeni. 2002. Peran Status
BPS. 2007. Survei Demografi dan Kelahiran terhadap Stunting
Kesehatan Indonesia (SDKI) pada Bayi : Sebuah Studi
2007. BPS. Jakarta. Prospektif. Jurnal Kedokteran
Trisakti .
Candra, A., Puruhita N.,Susanto JC.
2011. Risk Factor of Stunting Proverawati, Atikah., dan Erna, K.
among 1-2 years old Children 2011. Ilmu Gizi . Medical Book :
in Semarang City. Media Yogyakarta.
Medika Indonesiana.
Puskesmas Wonosari 1 dan 2. 2012.
Caulfield LE, Ricard SA, Rivera JA, Laporan Pemantauan Status Gizi :
Musgrove P, Black RE. 2010. Klaten .
Stunting, wasting and
micronutrient deficiency Rahayu, LS. 2011. Associated of
disorders. In : Jamison DT, Height of Parents With
Breman JG, Measham AR, Changes of Stunting Status
Alleyne G, Cleason M, Evans from 6-12 months to 3-4
DB, et al, editors. Disease years (Tesis). Yogyakarta :
Control Priorities in Developing Universitas Gajah Mada :
Countries. 2nd ed. The World Yogyakarta.
Bank and Oxford Universit
Pess. New York. Riskesdas. 2013. Laporan Nasional
Riset Kesehatan Dasar
Damanik, M. Rizal, Ikeu Ekayanti, (Riskesdas Tahun 2013).
Didik Hariyadi. 2010. Analisis Jakarta : Badan Penelitian
Pengaruh Pendidikan Ibu dan Pengembangan
terhadap status Gizi Balita Di Kesehatan Departemen
provinsi Kalimantan Barat. Kesehatan RI.
Jurnal Gizi dan Pangan . 5 (2)
Sari M, Pee Sd, Bloem MW, Sun K,
Faiza, R.,Elnovriza D.,Syafiznti. 2007. ThormeLyman AL,
Faktor Risiko kejadian gizi MoenchPfanner R, et al.
buruk pada anak (12-59 2010. Higher Household
bulan) di wilayah kerja expenditure on animal-source
Puskesmas Andalas and nongrain foods lowers
Kecamatan Padang Timur the risk of stunting among
children 0-59 months old in
Indonesia : Implications of Wasted di Indonesia :
Rising Food Prices. The Pendekatan Wkologi Gizi.
Journal of Nutrition 140: 196- Jurnal Gizi dan Pangan, 6 (1)
200. .

Semba, RD., De Pee, S., Sun Kai, Whitney, E., Rolfes, SR. 2008.
Sari, M., Akhter, N., Bloem, Understanding Nutrition. 11th
MW. 2008. Effect of Parental ed. USA : Thomson
Formal Education on Risk of Wadsworth.
Child Stunting in Indonesia
and Banglades : A Cross- WHO dan UNICEF. 2003. Global
Sectional Study. Lancet . Strategy of Infant and Young
Child Feeding. WHO press:
Ulfani, DH., Drajat, .M, Yayuk, FB. Geneva, Switzerland.
2011. Faktor-Faktor Sosial
Ekonomi dan Kesehatan WHO. 2010. Nutrition Landscape
Masyarakat Kaitannya Information System (NLIS)
dengan Masalah Gizi Country Profile Indicators :
Underweight, Stunted, dan Interpretation Guide. WHO
press : Switzerland.

You might also like