Professional Documents
Culture Documents
Makalah Biasa
Makalah Biasa
Makalah Biasa
SKRIPSI
HASRAENI
1492140007
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
ANALISIS EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
MENGGUNAKAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MAJENE
SKRIPSI
HASRAENI
1492140007
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
i
ii
iii
MOTTO
(Penulis)
iv
ABSTRACT
Hasraeni. 2018. Effectiveness Billing Tax Added Value Using Forced Warning
Letter and Letter Service Office Tax Primary Majene. Thesis. Faculty Economy
Makassar State University .
Research this aiming for knowing effectiveness billing Tax Added Value
Using Forced Warning Letter and Letter Service Office Tax Primary Majene.
Variable in research this is effectiveness Billing Tax Value Added with a
Reprimand Letter, measured with formula effectiveness with unit percent, and
effectiveness billing Tax Value Added with Forced Securities, which is measured
use formula effectiveness with use unit percent. population that is all over billing
Tax Value Added uses a Letter of Reprimand and Forced Letter. Data collection is
done with technique documentation and interviews. Data collected processed with
use ratio effectiveness billing tax with letters of reprimand and ratio effectiveness
billing tax with Forced Letter.
v
ABSTRAK
vi
KATA PENGANTAR
SWT Tuhan semesta alam atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat
akhirnya dapat dirampungkan dengan baik. Salam dan Shalawat semoga tetap
hingga akhir zaman. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Efekktivitas
Skripsi ini terdiri dari lima bab yang tersusun secara sistematis, yaitu Bab I
Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustakan dan Kerangka Pikir, Bab III Metode
penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan menemui banyak hambatan.
Namun dengan kesabaran dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini
dapat terselesaikan. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis tidak lupa
vii
1. Ibu Samirah Dunakhir, SE, M.Bus., Ph.D., Ak., CA sebagai Ketua Program
dan pikiran dalam memberikan bimbingan, petunjuk, arahan serta saran kepada
penulis.
skripsi ini.
pada Program Stusi Akuntansi yang telah memberikan bimbingan dan bantuan
dan Tenggara beserta para stafnya yang telah memberikan izin penelitian untuk
viii
penulis untuk melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Prtama
Majene.
8. Keluarga besarku tercinta, yang selama ini memberikan dukungan moril dan
memberikan bimbingan dan kasih sayang yang tiada henti dan senantiasa
perkuliahan, serta memberikan bantuan dan saran dalam penyusunan skripsi ini
di Universitas Negeri Makassar, sehingga tidak akan sempat bila dituturkan dalam
ruangan yang terbatas ini. Kepada mereka semua tanpa terkecuali, penulis
Hanya kepada Allah SWT penulis memohon ridha semoga segala dukungan
serta bantuan dari semua pihak medapat pahala yang berlipat ganda di sisi-Nya.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan mendapat ridha dari Allah
SWT. Amin
HASRAENI
ix
DAFTAR ISI
MOTTO .............................................................................................................................. iv
ABSTRACT.........................................................................................................................v
ABSTRAK .......................................................................................................................... vi
DAFTAR ISI........................................................................................................................ x
x
E. Teknik Analisis Data............................................................................................. 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 35
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 56
B. Saran ..................................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 58
xi
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
xii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pertambangan, sektor migas (minyak dan gas bumi), penerimaan sektor pariwisata,
penerimaan sektor industri dan perdagangan, serta penerimaan dari sektor Pajak
dan bukan pajak lainnya. Namun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
sumber pendapatan yang paling dominan adalah pendapatan dari sektor perpajakan.
Pernyataan ini didukung dengan adanya data penerimaan perpajakan tahun 2017
perpajakan hanya 260,2 Triliun atau 15% dan penerimaan hibah 3,108 Miliar atau
0,17%. (https://www.kemenkeu.go.id/apbn2017).
Pajak Negara dan Pajak Daerah. Pajak Negara yang sampai saat ini masih berlaku
adalah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah (PPnBM), Bea Materai, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Sedangkan untuk Pajak
Daerah dibagi menjadi 2 bagian yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota.
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang ditanggung oleh pemakai barang
atau jasa tersebut dan dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak. Pajak Pertambahan
Nilai dikenakan apabila terjadi transaksi terhadap Barang Kena Pajak (BKP) atau
Jasa Kena Pajak (JKP). Penjual atau pengusaha sebagai pihak yang bertanggung
1
2
jawab atas pemungutan PPN, hal ini dimaksudkan untuk melindungi pembeli dari
tindakan sewenang-wenang pihak lain termasuk negara yang dalam hal ini
Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
Apabila waktu jatuh tempo pembayaran pajak dan wajib pajak belum
melunasi utang pajaknya maka akan dilakukan proses penagihan. Penagihan pajak
merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak dengan
tujuan wajib pajak dapat melunasi utang pajaknya. Penagihan dimulai dengan
menerbitkan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Sita Serta Penyitaan, dan apabila
wajib pajak atau PKP belum melunasi utang pajaknya maka akan dilakukan
Penyitaan.
Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur
atau memperingatkan kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya. Surat
Teguran Pajak diterbitkan apabila utang pajak tidak dilunasi setelah lewat 7 hari
dari tanggal jatuh tempo pembayaran. Namun jika lewat dari dua puluh satu hari
dari diterbitkannya Surat Teguran dan utang pajak belum dilunasi maka akan
Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya
pajak dalam waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran maka penagihan
selanjutnya dilakukan oleh juru sita pajak. Surat sita diterbitkan apabila utang pajak
3
dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita
pajak tidak dilunasi, Jurusita pajak dapat melakukan tindakan penyitaan. Namun
dalam jangka waktu paling singkat empat belas hari setelah tindakan penyitaan,
utang pajak belum juga dilunasi akan dilanjutkan dengan pengumuman lelang
wajib pajak yang belum taat terhadap aturan perpajakan sehingga menyebabkan
tagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa. Apabila penagihan dengan
Surat Teguran dan Surat Paksa menyebabkan wajib pajak membayar utang
Namun sebaliknya apabila penagihan pajak menggunakan Surat Teguran dan Surat
Paksa tidak menyebabkan wajib pajak melunasi utang pajaknya, dapat dikatakan
Efektivitas merupakan hubungan antara apa yang telah dilakukan dan hasil
untuk mencapai suatu tujuan dalam organisasi. Menurut Najoan, Morasa, & Wokas
tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditingkatkan”. Menurut Hastuti &
atau target pajak”. Potensi atau target pajak merupakan sasaran penerimaan pajak
yang telah ditetapkan pada periode tertentu, sedangkan realisasi penerimaan pajak
4
tingkat efektivitas yang terkait dengan penagihan pajak adalah perbandingan antara
diterbitkan.”
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan salah satu dibawah
Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan pajak tidak
menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa. Penagihan tersebut dilakukan apabila
wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya yang sudah jatuh tempo. Berikut data
penagihan pajak menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa yang diterbitkan
Tidak
2012 12 Rp. 655.502.658 3 Rp. 4. 200.000 0,64%
Efektif
Tidak
2013 30 Rp. 181.659.249 11 Rp. 23.595.201 13%
Efektif
Kurang
2014 77 Rp. 703.741.834 20 Rp 488.046.182 69%
Efektif
tersebut belum mencapai kriteria efektif. Pada tahun 2012 tingkat efektivitas hanya
0,64% dengan kriteria tidak efektif. Pada tahun tahun 2013 tingkat efektivitas
meningkat menjadi 13%, namun peningkatan tersebut masih dalam kriteria tidak
efektif. Pada tahun 2014 tingkat efektivitas mengalami peningkatan yang cukup
signifikan yang ditunjukkan dengan tingkat efektivitas sebesar 69%, namun angka
dengan penelitian yang dilakukan oleh Monita (2015) Hasil dari penelitian
Monita (2015) tidak sesuai dengan data 2014 yang menunjukkan tingkat efektivitas
Tabel 2 Data Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Paksa pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Majene Tahun 2012-2014.
Penerbitan Pencairan
Tahun Efektivitas Ket
Lbr Nominal Lbr Nominal
Sangat
2012 205 Rp. 730.776.747 205 Rp. 730.776.747 100%
Efektif
Sangat
2013 93 Rp. 120.781.162 93 Rp. 120.781.162 100%
Efektif
2014 81 Rp. 249.321.319 78 Rp. 232.140.355 93% Efektif
Nilai menggunakan Surat Paksa dari tahun 2012-2014 dapat dikatakan telah efektif.
Hal tersebut dapat diliat dari data pada tahun 2012-2013 dengan angka efektivitas
100% dan termasuk kriteria sangat efektif. Namun pada tahun 2014 tingkat
penelitian yang dilakukan oleh Putri dkk (2016) yang mengatakan bahwa penagihan
pajak dengan Surat Paksa pada KPP Pratama di Balikpapan berada dalam kriteria
cukup efektif yaitu diatas 80%. Namun Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang
pajak dengan Surat Paksa pada KPP Singaraja periode 2010-2015 tergolong tidak
Teguran dan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene”
B. Rumusan Masalah
yang telah diuraikan sebelumnya maka penulis bermaksud menguji hal-hal berikut:
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat membantu KPP Pratama Majene
2. Manfaat Teoritis
1. Efektivitas
a. Pengertian Efektivitas
output dan tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh
akibat dan dampak dari hasil dan masukan program dalam mencapai tujuan tertentu.
Semakin besar kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau
sasaran yang telah ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu organisasi.
merupakan hubungan antara apa yang telah dilakukan dan hasil untuk mencapai
9
10
b. Pengukuran Efektivitas
pencapaian hasil dari program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan
atau target pajak”. “Formula yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas
antara usaha dan hasil yang telah dicapai. Dalam penagihan pajak efektivitas diukur
yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi hubungan antar
sesama dalam organisasi, sedangkan faktor eksternal meliputi segala hal yang
2. Penagihan Pajak
serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya
dilakukan Direktur Jendral Pajak dalam hal memberikan tekanan kepada wajib
pajak tidak hanya dilakukan oleh otoritas pajak di Indonesia, namun juga
merupakan kegiatan yang lazim di negara yang menerapkan pajak sebagai sumber
12
penerimaan negara. Penagihan pajak ada yang bersifat pasif dan ada juga yang
bersifat aktif.
merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak dengan
1) Surat Teguran
2) Penagihan Seketika dan Sekaligus
3) Surat Paksa
4) Surat Perintah Pelaksanakan Penyitaan
5) Lelang
6) Pemblokiran Rekening
7) Pencegahan Berpergian Keluar Negeri
8) Penyanderaan
Direktorat Jenderal Pajak kepada wajib pajak atau penanggung pajak mulai dari
penerbitan Surat Teguran, dan apabila penanggung pajak belum melunasi utang
Tindakan tersebut dilakukan dengan harapan bahwa wajib pajak atau penanggung
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa disebutkan Surat Teguran, surat peringatan
atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk
menegur atau memperingatkan kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya.
Penerbitan Surat Teguran, surat peringatan, atau surat lain yang sejenis
merupakan awal tindakan penagihan pajak sehingga hal tersebut menjadi
pedoman tindakan penagihan pajak berikutnya yaitu penyampain surat
paksa dan sebagainya.
Menurut Fitriani, Lidya & Fajriyana (2013)
Teguran merupakan tidakan awal yang dilakukan oleh Pejabat untuk memperingati
wajib pajak yang belum melunasi utang pajaknya sampai jatuh tempo pembayaran
pos, atau melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman
surat. Surat Teguran tidak diterbitkan terhadap Penanggung Pajak yang telah
disampaikan apabila wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya setelah lewat 7 hari
dari jatuh tempo pembayaran pajak, wajib pajak tidak menyetujui sebagian atau
seluruh jumlah pajak yang harus dibayar namun wajib pajak tidak mengajukan
keberatan atau banding atas keputusan keberatan kepada wajib pajak disampaikan
Surat Teguran setelah lewat 7 hari dari jatuh tempo pengajuan keberatan dan
disampaikan Surat Teguran 7 hari sejak jatuh tempo pelunasan pajak yang masih
harus dibayar, serta wajib pajak mencabut pengajuan keberatan atas SKPKB atau
SKPKBT setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima
Surat Pemberitahuan kepada wajib pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7 hari
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa disebutkan Surat Paksa adalah surat perintah
membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Menurut Permana (2017) “Surat
Paksa merupakan sebuah produk hukum yang bersifat eksekutorial yang diterbitkan
atas STP yang telah jatuh tempo dari terbitnya Surat Teguran”.
merupakan penagihan yang dilakukan oleh Pejabat kepada penanggung pajak yang
belum melunasi utang pajaknya setelah lewat masa tempo penagihan dari Surat
Teguran.
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa disebutkan Surat Paksa diterbitkan apabila:
1) Penanggung pajak tidak juga melunasi utang pajak dan kepadanya telah
diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang
sejenis.
sekaligus
pajak.
17
kepada:
yang memungkinkan.
dijumpai.
3) Salah satu ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta
4) Para ahli waris, apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa disebutkan Surat Paksa terhadap badan
atau
18
Surat Paksa diterbitkan apabila lewat dari 21 hari setelah dilakukannya Surat
Teguran dan Penagihan seketika namun wajib pajak belum melunasi utang
pajaknya, serta wajib pajak tidak memenuhi persetujuan angsuran atau penundaan
pembayaran pajak. Penagihan dengan Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita pajak
5. Penerimaan Pajak
adalah semua penerimaan negara yang terdiri atas pendapatan pajak dalam negeri
negara dan sumber penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak
perpajakan merupakan seluruh pengahasilan yang diperoleh negara dari pajak untuk
menjadi dua yakni Pajak Negara dan Pajak Daerah. Pajak Negara terdiri dari:
penerimaan pajak ada dua yakni pajak negara dan pajak daerah. Pajak negara yakni
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah,
Bea Materai, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan. Sedangkan pajak daerah yakni pajak provinsi dan pajak kabupaten atau
kota.
20
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di daerah
pabean yang dikenakan secara bertingkat disetiap jalur produksi dan distribusi.
merupakan pajak tidak langsung yang dikenakan atas konsumsi barang atau jasa
pengganti dari pajak penjualan. Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak tidak
langsung dan Pajak atas konsumsi dalam negeri. Alasan penggantian Pajak
Penjualan menjadi Pajak Pertambahan Nilai karena Pajak Penjualan dirasa sudah
tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai
Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena
21
Pajak atau Jasa Kena Pajak yang ditanggung oleh pemakai barang atau jasa tersebut
pemanfaatan Barang Kena Pajak, serta penyerahan dan pemanfaatan Jasa Kena
Pajak.
pajak, namun istilah PKP selalu dipakai untuk media yang bertanggung jawab
22
terhadap pemungutan, penyetoran dan Pelaporan PPN, berikut subjek dan bukan
subjek PPN:
1) Pengusaha
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor
barang, mengekspor barang atau jasa, melaksanakan usaha perdagangan,
memanfaatkan barang jasa dari luar daerah pabean. Tidak mungkin
pengusaha tidak menjadi Wajib Pajak karena sebelum menjadi PKP harus
terdaftar sebagai Wajib Pajak.
2) Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP
atau JKP yang dikenakan Pajak berdasarkan UU PPN, tidak termasuk
pengusaha kecil yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan. Dalam hal ini pengusaha kecil sukarela memilih untuk
dikukuhkan sebagai PKP maka pengusaha kecil menjadi PKP.
3) Bukan PKP
Dijelaskan dalam UU PPN bahwa PKP adalah pengusaha yang melakukan
penyerahan BKP atau JKP yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN.
Berarti tidak semua pengusaha adalah PKP. Pengusaha yang tidak
menghasilakan BKP atau JKP meskipun tidak termasuk pengusaha kecil
adalah bukan PKP. Meskipun demikian, yang termasuk bukan PKP adalah
yang pertama pengusaha kecil, kecuali pengushaha yang bersangkutan
sukarela memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP. Kedua, pengusaha yang
menghasilkan atau menyerahkan bukan BKP atau bukan JKP.
Dapat disimpulkan bahwa subjek Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan
bukan subjek Pajak Pertambahan Nilai yakni Bukan Pengusaha Kena Pajak.
dan PPnBM) yang terutang perlu adanya dasar pengenaan pajak. Adapun yang
1) Harga jual
Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusya diminta oleh penjual karena peyerahan BKP, tidak termasuk
Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut UU PPN 1984 dan
potongan harga yag dicantumkan dalam faktur pajak.
23
2) Penggantian
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor
JKP, atau BKP tidak berwujud.
3) Nilai impor
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea
masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabean dan cukai untuk
impor BKP, tidak termasuk PPN dan PPnBM yang dipungut menurut
perundang-undangan PPN 1984.
4) Nilai ekspor
Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.
5) Nilai lain yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
Adapun yang menjadi dasar pengenaan Pajak Pertambahan Nilai meliputi
nilai yang menjadi acuan baik nilai dari segi harga jual, impor, ekspor, dan nilai
Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Pasal
7 sebagai berikut:
3) Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi
paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen)
sebelumnya tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%, dan 0% untuk ekspor
Barang dan Jasa Kena Pajak, dan 15% untuk transaksi Barang dan Jasa Kena Pajak.
atau Jasa Kena Pajak yang dipungut oleh PKP atau penjual. Selanjutnya jika jumlah
pajak keluaran lebih besar daripada jumlah pajak masukan, selisihnya harus
disetorkan ke kas negara. Apabila selisih pajak keluaran lebih kecil daripada jumlah
B. Penelitian Terdahulu
dengan Surat Teguran dan Surat Paksa untuk peningkatan penerimaan Pajak
25
Pertambahan Nilai pada KPP Pratama Kotamobagu. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat
Paksa serta untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penagihan pajak dengan
Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap pencairan tunggakan pajak pada KPP
dengan Surat Teguran dan Surat Paksa dan rasio kontribusi penerimaan tunggakan
Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran dan Surat Paksa tergolong tidak efektif
penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap penerimaan pajak
ini adalah peneliti fokus dengan variabel efektivitas penagihan Pajak Pertambahan
penerimaan pajak.
Penelitian Putri dkk (2016) dengan judul efektivitas penagihan pajak dengan
Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak pada KPP Pratama di
penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak
analisis data menggunkaan analisis deskriptif rasio yakni rasio efektivitas dan rasio
kontribusi. Hasilnya penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa pada
KPP Pratama di Balikpapan berada dalam kriteria cukup efektif yaitu diatas 80%.
penelitian sebelumnya dan penelitian ini yakni variabel yang digunakan dalam
Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap penerimaan pajak. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Surat Teguran dan
Surat Paksa terhadap penerimaan tunggakan pajak. Variabel yang digunakan yakni
rasio efektivitas dan rasio kontribusi. Penelitian ini menghasilkan bahwa rata-rata
efektivitas penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa pada KPP
penelitian sebelumnya dan penelitian ini yakni variabel yang digunakan dalam
C. Kerangka Pemikiran
Efektivitas merupakan hubungan antara apa yang telah dilakukan dan hasil
untuk mencapai suatu tujuan dalam organisasi. Untuk mengukur tingkat efektivitas
dapat dilakukan dengan membandingkan antara hasil yang dicapai dengan target
Jedral Pajak dengan tujuan agar wajib pajak dapat melunasi utang pajaknya.
Penagihan pajak dapat dilakukan dengan menerbitkan Surat Teguran dan Surat
Paksa. Surat Teguran dan Surat Paksa diterbitkan apabila adanya tunggakan pajak
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. Pajak Pertambahan Nilai ditanggung oleh
pemakai Barang Kena Pajak atau dalam hal ini konsumen sedangkan yang
memungut Pajak Pertambahan Nilai yakni Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha Kena
Pajak wajib melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang diperoleh kepada Kantor
Efektivitas Penagihan
Pajak Pertambahan Nilai
1. Variabel Penelitian
dalam melakukan penelitian. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini
adalah efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran dan
2. Desain Penelitian
digunakan dalam penelitian ini meggunakan data sekunder berupa data yang
langsung dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene pada bagian seksi
dan Wawancara. Jenis data yang digunakan yakni data penagihan dan penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran dan Surat Paksa. Teknik analisis
data yang digunakan yakni analisis rasio efektivitas. Setelah data dianalisis
berikut:
30
31
Seksi Penagihan
Dokumentasi
Jenis Data
Data Penagihan dan Penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai
1. Definisi Operasional
pejabat agar penanggung pajak melunasi utang dan biaya penagihan pajak
2. Pengukuran Variabel
1. Populasi
tunggakan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran dan Surat Paksa pada
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini yakni semua data penagihan dan pencairan
tunggakan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran dan Surat Paksa pada
Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
dengan Surat Tegura dan Surat Paksa yang terkait dengan penelitian yang
pelaksanaan penagihan pajak oleh Jurusita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Majene.
efektivitas penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa. Menurut
Permana (2017) “Formula yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas yang
terkait dengan penagihan pajak adalah perbandingan antara jumlah penagihan yang
berikut:
Teguran
Persentase Kriteria
>100% Sangat Efektif
90 – 100% Efektif
80 – 90% Cukup Efektif
60 – 80% Kurang Efektif
<60% Tidak Efektif
Sumber : Beni Pekei 2016
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan
Pajak dibagi atas 3 jenis, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan
berdasarkan segmentasi wajib pajak, yaitu KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya,
pajak yang ditangani, sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih optimal.
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar pada bulan Juli Tahun 2002 untuk
Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak (KPPWP) besar dianggap cukup berhasil,
maka konsep yang kurang lebih sama dicoba untuk diterapkan pada KPP
lain secara bertahap, dimana sampai akhir Tahun 2007, 22 Kanwil dan 202
35
36
KPP (3 KPP WP besar, 28 KPP Madya, dan 171 KPP Pratama) telah berhasil
modern.
Pada Tahun 2008, seluruh kantor diluar Jawa dan Bali akan
seluruh Kantor Pajak yang ada di daerah tersebut. Perbedaan utama antara KPP
Pratama dengan KPP Wajib Pajak Besar maupun Madya antara lain dengan
adanya seksi Ekstensifikasi pada KPP Pratama, sehingga dapat dikatakan pula
Pajak yang berada di bawah naungan Menteri Keuangan. KPP Pratama akan
melayani Pajak Penghasilan (PPh) Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
(BPHTB). Selain itu KPP Pratama juga melakukan pemeriksaan untuk menguji
Kabupaten Mamasa.
37
mandiri dengan:
kewajiban perpajakan.
vertikal dibawah Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak yang merupakan salah
satu instansi di bawah Kementerian Keuangan. Adapun tugas pokok dari Kantor
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak tidak langsung lainnya dalam wilayah
pengelolaan surat.
e. Penyuluhan perpajakan.
f. Pelayanan perpajakan.
h. Pelaksanaan ekstensifikasi.
Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara. Kepala Kantor
Pelayanan Pajak bertanggung jawab atas semua bidang yang ada pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Majene, yang terdiri dari KP2KP Polewali, KP2KP
Pengawasan dan Konsultasi III, dan Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan. Untuk
Tugas dan tanggung jawab Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene
yakni:
periodik.
b. Bagian Umum
2) Kegiatan kesekretariatan.
Tugas dan tanggung jawab seksi pengolahan data dan informasi yakni:
pelayanan lain.
d. Seksi Penagihan
pajak.
tertentu.
Pajak.
e. Seksi Pemeriksaan
g. Seksi Pelayanan
Tugas dan tanggung jawab seksi pengawasan dan konsultasi I, II, III.
B. Penyajian Data
Surat Teguran merupakan tindakan awal yang dilakukan oleh pejabat untuk
memperingati wajib pajak yang belum melunasi utang pajaknya sampai jatuh tempo
Teguran disampaikan apabila wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya setelah
lewat 7 hari dari jatuh tempo pembayaran pajak, wajib pajak tidak menyetujui
sebagian atau seluruh jumlah pajak yang harus dibayar namun wajib pajak tidak
mengajukan keberatan atau banding atas keputusan keberatan, kepada wajib pajak
disampaikan Surat Teguran setelah lewat 7 hari dari jatuh tempo pengajuan
atas keputusan keberatan sehubungan dengan SKPKB atau SKPKBT, kepada wajib
pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7 hari sejak jatuh tempo pelunasan pajak
yang masih harus dibayar, serta wajib pajak mencabut pengajuan keberatan atas
SKPKB atau SKPKBT setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene, Surat Teguran diterbitkan apabila wajib
44
pajak tidak melunasi utang pajaknya setelah lewat 7 hari dari jatuh tempo
karena adanya sengketa atau temuan perbedaan jumlah utang pajak oleh Wajib
Pajak dan Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan atau banding, kepada wajib
pajak disampaikan Surat Teguran setelah lewat 7 hari dari jatuh tempo pengajuan
Pratama Majene dengan menggunakan sistem yang ada pada komputer yang
dioperasikan oleh admin seksi penagihan, dalam sistem tersebut secara otomatis
akan muncul piutang yang sudah jatuh tempo dan belum dibayar oleh wajib pajak.
Berdasarkan tanggal jatuh tempo tersebut akan terlihat bahwa terdapat piutang
pajak lewat dari 7 hari dari jatuh tempo pembayaran pajak. Setelah admin
mengetahui hal tersebut selanjutnya admin akan membuat Surat Teguran dengan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mejene melalui sistem. Setelah Kepala Kantor
diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan untuk diperiksa dan memaraf Surat
tersebut. Setelah ditandatangi, Surat Teguran akan disampaikan kepada wajib pajak
Tabel 4 Data Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran pada KPP
Pratama Majene tahun 2015-2017.
Penerbitan Pencairan
Tahun
Lbr Nominal Lbr Nominal
menggunakan Surat Teguran berdasarkan jumlah lembar pada tahun 2015 sebanyak
sehingga menjadi 120 lembar, dari jumlah penagihan tersebut 112 lembar yang
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni sebanyak 108 lembar sehingga
penagihan pada tahun 2017 hanyak sebanyak 12 lembar, dari jumlah penagihan
jumlah nominal dari penerbitan maupun pencairan yang mengalami penurunan dari
yang dicairkan.
penanggung pajak yang belum melunasi utang pajaknya setelah lewat masa tempo
penagihan dari Surat Teguran. Surat Paksa diterbitkan apabila lewat 21 hari setelah
diterbitkannya Surat Teguran dan wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya. Wajib
Penagihan dengan Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada orang
pribadi apabila penanggung pajak ditempat tinggal yang memungkinkan, salah satu
ahli waris apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum
dibagi, dan para ahli waris apabila harta warisan telah dibagi. Serta Surat Paksa
jawab, baik ditempat kedudukan badan yang bersangkutan, ditempat tinggal atau
Pelayanan Pajak Pratama Majene, Surat Paksa disampaikan kepada wajib pajak
apabila wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya setelah lewat 21 hari sejak
wajib pajak yang diketahui mampu membayar utang pajaknya. Hal tersebut
pajaknya, kepada wajib pajak disampaikan Surat Paksa sesuai dengan peraturan
pajak belum melunasi utang pajaknya, namun jika wajib pajak diketahui tidak
yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama oleh admin bagian seksi penagihan
membuat Surat Paksa dengan persetujuan Kepala Seksi Penagihan dan diteruskan
Surat Paksa dicetak oleh admin dan ditandatangi oleh Kepala Kantor Pelayanan
Pajak. Selanjutnya Surat Paksa diserahkan kepada jurusita pajak untuk disampaikan
langsung kepada wajib pajak. Jurusita pajak menyampaikan langsung Surat Paksa
Pemberitahuan Surat Paksa yang ditandatangani oleh Jurusita bersama wajib pajak.
Berikut data penagihan Pajak Pertambahan Nilai pada KPP Pratama Majene
tahun 2015-2017.
Tabel 5 Data Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Paksa Paksa pada
Penerbitan Pencairan
Tahun
Lbr Nominal Lbr Nominal
Nilai berdasarkan lembar maupun nominal menggunakan Surat Paksa pada KPP
lembar dan dari jumlah tersebut semuanya telah dicairkan. Sedangkan pada tahun
lembar dan dari jumlah tersebut semuanya telah dicairkan. Sedangkan pada tahun
nominal tersebut semuanya telah dicairkan. Sedangkan pada tahun 2016 penerbitan
dicairkan. Sedangkan pada tahun 2017 penerbitn mengalami penurunan yang dari
C. Analisis Data
pencairan tunggakan pajak dengan jumlah penagihan pajak yang telah dilakukan.
Surat Teguran yang dibayar dengan penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan
efektivitas penagihan pajak dengan Surat Teguran dari tahun 2015 sampai dengan
tahun 2017 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene. Berikut data efektivitas
50
Tabel 6 Data Efektivitas Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran
Nilai menggunakan Surat Teguran pada KPP Pratama Majene dari tahun 2015-2017
lembar hanya sebesar 56 persen dan termasuk dalam kriteria tidak efektif.
Sedangkan pada tahun 2016 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar
37,3 persen sehingga menjadi 93,3 persen dan termasuk dalam kriteria efektif. Pada
persen sehigga menjadi 58,3 persen dan termasuk dalam kriteria tidak efektif.
Teguran berdasarkan nominal sebesar 75,24 persen dan termasuk dalam kriteria
peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 15,62 persen sehingga menjadi 90,86
persen dan termasuk dalam kriteria efektif. Sedangkan pada tahun 2017 tingkat
efektivitas mengalami penurunan sebesar 5,76 persen sehingga menjadi 85,1 persen
Pratama Majene terhadap Kepala Seksi Penagihan, hal yang mendasari terjadinya
kesadaran wajib pajak tentang pentingnya pembayaran pajak serta kepatuhan wajib
yang telah dicapai. Dalam penagihan pajak efektivitas diukur dengan cara
Pertambahan Nilai dengan Surat Paksa yang dibayar dengan penagihan Pajak
efektivitas penagihan pajak dengan Surat Paksa dari tahun 2015 sampai dengan
Tabel 7 Data efektivitas Penagihan dan Pencairan Pajak Pertambahan Nilai dengan
menggunakan Surat Paksa pada KPP Pratama Majene tahun 2015-2017, yang telah
berdasarkan jumlah lembar maupun nominal termasuk dalam kriteria sangat efektif.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis efektivitas berdasarkan lembar maupun
nominal mencapai angka 100% dan angka tersebut termasuk dalam kriteria sangat
efektif.
53
Pratama Majene terhadap Kepala Seksi Penagihan, hal yang mendasari sehingga
mencapai angka 100 persen dan termasuk dalam kriteria sangat efektif yakni
rekening hanya dapat dilakukan jika utang pajak telah lunas. Alasan selanjutnya
yakni melakukan penyitaan aset, dan biasanya juga dilakukan pendekatan personal
pada KPP Pratama Majene tahun 2015-2017 berdasarkan analisis dan kalasifikasi
Pada tahun 2015 tingkat efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai pada KPP
pada tahun 2015 berdasarkan lembar sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Pertambahan Nilai menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa tergolong tidak
berdasarkan lembar mencapai angka 93,3 persen. Hal tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Putri dkk (2016) yang menyatakan penagihan pajak
menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa pada KPP Pratama di Balikpapan
54
berada dalam kriteria efektif yaitu diatas 80 persen. sedangkan pada tahun 2017
angka efektivitas berdasarkan lembar hanya berada pada angka 58,3 persen. Hal
tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Monita dkk (2015).
2015 berada pada angka 75,24 dan termasuk kriteria kurang efektif. Hal tersebut
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Monita dkk (2015). Sedangkan
pada tahun 2016 efektivitas berdasarkan nominal mencapai angka 90,86 persen dan
termasuk dalam kriteria efektif. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Putri dkk (2016) yang menyatakan penagihan pajak menggunakan
Surat Teguran dan Surat Paksa pada KPP Pratama di Balikpapan berada dalam
kriteria efektif yaitu diatas 80 persen. Sedangkan pada tahun 2017 tingkat
efektivitas berdasarkan nominal berada pada nagka 85,1 persen dan termasuk
dalam kriteria cukup efektif. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Putri dkk (2016) yang menyatakan penagihan pajak menggunakan Surat
Teguran dan Surat Paksa pada KPP Pratama di Balikpapan berada dalam kriteria
Pertambahan Nilai menggunakan Surat Paksa pada KKP Pratama Majene tahun
sama yakni berada pada angka 100 persen dan termasuk dalam kriteria sangat
efektif. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
55
Pertambahan Nilai menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa tergolong tidak
efektif karena presentase efektivitas berada dibawah 60 persen, dan Putri dkk
(2016) yang menyatakan penagihan pajak menggunakan Surat Teguran dan Surat
Paksa pada KPP Pratama di Balikpapan berada dalam kriteria efektif yaitu diatas
80 persen.
penelitian ini yakni diberlakukannya sistem pemblokiran rekening wajib pajak dan
adanya strategi tertentu oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene yakni apabila
maka dilakukan pendekatan personal terhadap wajib pajak agar wajib pajak
membayar utang pajaknya, namun apabila diketahui wajib pajak tidak mempunyai
akan dilakukan saat wajib pajak diketahui telah mampu membayar utang pajaknya
dan daluarsa pajak belum berakhir sehingga daluarsa pajak terhitung sejak
Pertambahan Nilai menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa Pada Kantor
persen dengan kriteria masing-masing tidak efektif, efektif, dan tidak efektif.
masing-masing 75,24 persen, 90,86 persen, dan 85,1 persen dengan kriteria
Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene dari tahun 2015-2017
berada pada angka 100 persen dengan kriteria sangat efektif. Adapun yang
56
57
rekening wajib pajak dan adanya strategi tertentu yang digunakan oleh Kantor
B. Saran
hukum sehingga wajib pajak mengetahui hal tersebut dan wajib pajak
2. Bagi peneliti selanjutnya apabila tertarik untuk meneliti topik ini disarankan
tidak hanya berfokus kepada Pajak Pertambahan Nilai namun untuk semua
DAFTAR PUSTAKA
Hastuti, P., & Imansyah. (2016). Analisis Efektivitas Penagihan Pajak Penghasilan
Melalui Surat Teguran Dan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Barabai. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis , 392-399.
Kuncoro, M. (2013). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Najoan, M. P., Morasa, J., & Wokas, H. (2015). Efektivitas Penagihan Pajak dengan
Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Untuk Peningkatan Penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai Pada KPP Prtama KotaMobagu. Emba , 576-584.
60
DATA PENAGIHAN PPN MENGGUNAKAN SURAT TEGURAN
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MAJENE
2015-2017
TANGGAL TANGGAL
NO PENCAIRAN NOMINAL KATEGORI
TEGUR PAKSA
61
2201 11/2/2013 25,000 PPN 4/28/2015 #N/A
62
3103 8/27/2014 75,000 PPN 3/31/2016 #N/A
63
2040 10/9/2013 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A
64
1843 9/19/2013 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A
65
5063 4/12/2016 200,000 PPN 7/27/2016 #N/A
66
6205 12/29/2017 500,000 PPN 7/24/2017 #N/A
67
DATA PENAGIHAN PPN MENGGUNAKAN SURAT PAKSA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MAJENE
2015-2017
68
4494 9/9/2015 150,000 PPN 12/5/2013 1/12/2015
4110 5/18/2015 150,000 PPN 12/5/2013 1/14/2015
5058 4/28/2016 600,000 PPN 12/5/2013 2/9/2015
3890 3/27/2015 250,000 PPN 12/5/2013 4/1/2015
6575 8/12/2017 600,000 PPN 2/4/2014 5/9/2017
6011 4/22/2016 150,000 PPN 2/4/2014 1/7/2016
6883 1/9/2017 116,820,000 PPN 4/7/2014 8/25/2016
6972 1/9/2017 127,475,000 PPN 4/7/2014 8/25/2016
6973 1/9/2017 151,320,000 PPN 4/7/2014 8/25/2016
6975 2/9/2017 84,475,000 PPN 4/7/2014 8/25/2016
6977 2/9/2017 96,695,000 PPN 4/7/2014 8/25/2016
6979 3/14/2017 45,500,000 PPN 4/7/2014 8/25/2016
6980 3/14/2017 50,850,000 PPN 4/7/2014 8/25/2016
6981 3/14/2017 41,850,000 PPN 4/7/2014 8/25/2016
4864 12/29/2015 10,000,000 PPN 4/7/2014 3/29/2016
6907 11/9/2017 2,000,000 PPN 4/7/2014 3/29/2016
6906 12/30/2017 2,000,000 PPN 4/7/2014 3/29/2016
6037 8/31/2016 500,000 PPN 4/7/2014 12/19/2016
6006 4/21/2016 250,000 PPN 4/7/2014 11/24/2017
6183 3/14/2017 100,000 PPN 4/7/2014 11/24/2017
6143 7/19/2016 519,000 PPN 4/7/2014 7/21/2016
6144 7/19/2016 709,500 PPN 4/7/2014 7/21/2016
6145 7/19/2016 300,000 PPN 4/7/2014 7/21/2016
6146 7/19/2016 300,000 PPN 4/7/2014 7/21/2016
6147 7/19/2016 457,000 PPN 4/7/2014 7/21/2016
6148 7/19/2016 442,350 PPN 4/7/2014 7/21/2016
6149 8/20/2016 350,000 PPN 9/9/2014 7/21/2016
6151 8/20/2016 250,000 PPN 9/9/2014 7/21/2016
6152 9/20/2016 1,000,000 PPN 9/9/2014 7/21/2016
6153 9/20/2016 1,000,000 PPN 9/9/2014 7/21/2016
6154 9/20/2016 1,000,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6155 9/20/2016 1,000,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6157 9/20/2016 500,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6158 9/20/2016 500,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6116 10/20/2016 200,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6117 10/20/2016 200,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6118 10/20/2016 200,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6164 10/20/2016 200,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6165 10/20/2016 250,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6167 10/20/2016 200,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6128 12/20/2016 3,000,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
69
6171 12/20/2016 1,000,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6892 1/20/2017 2,000,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6893 1/20/2017 200,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6898 2/20/2017 400,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6899 2/20/2017 300,000 PPN 9/11/2014 7/21/2016
6982 3/21/2017 950,900 PPN 9/11/2014 7/21/2016
6983 3/21/2017 6,800,000 PPN 9/11/2014 7/21/2016
6984 3/21/2017 11,959,300 PPN 1/29/2015 7/21/2016
6985 3/21/2017 7,300,100 PPN 1/29/2015 7/21/2016
6986 3/21/2017 7,083,350 PPN 1/29/2015 7/21/2016
6987 3/21/2017 4,850,000 PPN 1/29/2015 7/21/2016
6119 10/6/2016 2,500,000 PPN 1/29/2015 8/16/2016
6120 10/6/2016 2,500,000 PPN 1/29/2015 8/16/2016
6162 10/18/2016 700,000 PPN 1/29/2015 8/16/2016
6163 10/18/2016 1,800,000 PPN 1/29/2015 8/16/2016
6121 11/22/2016 3,000,000 PPN 1/29/2015 8/16/2016
6169 12/21/2016 1,672,000 PPN 1/29/2015 8/16/2016
6172 12/21/2016 1,328,000 PPN 2/20/2015 8/16/2016
6974 1/23/2017 3,000,000 PPN 3/18/2015 8/16/2016
6978 2/20/2017 3,000,000 PPN 3/18/2015 8/16/2016
6994 3/27/2017 12,080,000 PPN 3/18/2015 8/16/2016
6990 3/29/2017 29,176,400 PPN 3/18/2015 8/16/2016
6995 3/30/2017 69,485,500 PPN 3/18/2015 8/16/2016
6996 3/30/2017 60,062,500 PPN 3/18/2015 8/16/2016
6997 3/30/2017 8,853,600 PPN 3/18/2015 8/16/2016
6900 3/31/2017 26,500,000 PPN 4/20/2015 8/16/2016
6998 3/31/2017 500 PPN 4/20/2015 8/16/2016
6999 3/31/2017 7,078,000 PPN 4/20/2015 8/16/2016
7002 3/31/2017 29,063,000 PPN 4/20/2015 8/16/2016
6507 7/25/2017 9,000,000 PPN 11/15/2016 12/19/2016
6184 3/14/2017 100,000 PPN 11/15/2016 11/24/2017
6211 12/29/2017 1,756,326 PPN 11/15/2016 11/24/2017
6508 7/14/2017 2,000,000 PPN 12/15/2016 4/10/2017
4874 10/16/2015 16,820,200 PPN 12/20/2016 1/26/2017
7014 3/29/2017 34,190,831 PPN 12/20/2016 1/26/2017
6209 12/29/2017 6,000,000 PPN 12/20/2016 5/23/2017
6210 12/29/2017 500,000 PPN 12/20/2016 5/23/2017
6206 12/29/2017 500,000 PPN 7/24/2017 12/13/2017
6208 12/29/2017 500,000 PPN 7/24/2017 12/13/2017
6213 12/29/2017 500,000 PPN 7/24/2017 12/13/2017
6214 12/29/2017 500,000 PPN 7/24/2017 12/13/2017
70
6216 12/29/2017 500,000 PPN 7/24/2017 12/13/2017
71
72
73
74
75
76
RIWAYAT HUDUP
Negeri 44 Leba-leba dan tamat pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis
dan tamat tahun 2011. Selanjutnya penulis melanjutkan Pendidikan pada Sekolah
Komputer dan Jaringan dan tamat tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis kemudian
Negeri Makassar.
77