Makalah Biasa

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 93

ANALISIS EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

MENGGUNAKAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA


PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MAJENE

SKRIPSI

HASRAENI
1492140007

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
ANALISIS EFEKTIVITAS PENAGIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
MENGGUNAKAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA
PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MAJENE

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar


untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

HASRAENI
1492140007

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
i
ii
iii
MOTTO

Tidak ada masalah yang tidak bisa


diselesaikan selama ada komitemen bersama
untuk menyelesaikan (Hamka)

Banyak orang yang tahu apa yang harus dilakukan, tetapi

hanya sedikit yang melakakukan apa yang mereka ketahui.

Sekedar tahu tidaklah cukup tetapi mengambil tindakanlah hal

yang paling utama

(Penulis)

iv
ABSTRACT

Hasraeni. 2018. Effectiveness Billing Tax Added Value Using Forced Warning
Letter and Letter Service Office Tax Primary Majene. Thesis. Faculty Economy
Makassar State University .

Research this aiming for knowing effectiveness billing Tax Added Value
Using Forced Warning Letter and Letter Service Office Tax Primary Majene.
Variable in research this is effectiveness Billing Tax Value Added with a
Reprimand Letter, measured with formula effectiveness with unit percent, and
effectiveness billing Tax Value Added with Forced Securities, which is measured
use formula effectiveness with use unit percent. population that is all over billing
Tax Value Added uses a Letter of Reprimand and Forced Letter. Data collection is
done with technique documentation and interviews. Data collected processed with
use ratio effectiveness billing tax with letters of reprimand and ratio effectiveness
billing tax with Forced Letter.

Based on results research Effectiveness Billing Tax Added Value Using


Forced Warning Letter and Letter Service Office Tax Primary Majene, level
effectiveness Billing Tax Using the Value Added Warning Letter on the Year 2015
by sheet and nominal amounting to 56 percent and 75.24 percent with criteria not
effective and lacking effective, in 2016 level effectiveness based on sheet and
nominal amounted to 93.3 percent and 90.86 percent with criteria effective 2017
levels effectiveness based on sheet and nominal amounting to 58.3 percent and 85.1
percent with criteria not effective and sufficient effective. While level effectiveness
billing Tax Value Added uses a Forced Letter years 2015-2017 by sheet and
nominal at 100 percent with criteria very effective.

v
ABSTRAK

Hasraeni. 2018. Analisis Efektivitas Penagihan Pajak Pertambahan Nilai


Menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Majene. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas penagihan


Pajak Pertambahan Nilai Menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Majene. Variabel dalam penelititian ini adalah efektivitas
Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran, yang diukur dengan
rumus efektivitas dengan satuan persen, dan efektivitas penagihan Pajak
Pertambahan Nilai dengan Surat Paksa, yang diukur menggunakan rumus
efektivitas dengan menggunakan satuan persen. Populasinya yakni seluruh
penagihan Pajak Pertambahan Nilai menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokumentasi dan wawancara. Data
yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan rasio efektivitas penagihan pajak
dengan Surat Teguran dan rasio efektivitas penagihan pajak dengan Surat Paksa.

Berdasarkan hasil penelitian Efektivitas Penagihan Pajak Pertambahan


Nilai Menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Majene, tingkat efektivitas Penagihan Pajak Pertambahan Nilai
Menggunakan Surat Teguran pada Tahun 2015 berdasarkan lembar dan nominal
sebesar 56 persen dan 75,24 persen dengan kriteria tidak efetif dan kurang efektif,
pada tahun 2016 tingkat efektivitas berdasarkan lembar dan nominal sebesar 93,3
persen dan 90,86 persen dengan kriteria efektif, tahun 2017 tingkat efektivitas
berdasarkan lembar dan nominal sebesar 58,3 persen dan 85,1 persen dengan
kriteria tidak efektif dan cukup efektif. Sedangkan tingkat efektivitas penagihan
Pajak Pertambahan Nilai menggunkan Surat Paksa tahun 2015-2017 berdasarkan
lembar dan nominal sebesar 100 persen dengan kriteria sangat efektif.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis persembahkan atas kehadirat Allah

SWT Tuhan semesta alam atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat

akademik dalam rangka menyelesaikan Studi pada Program studi S1 Akuntansi,

akhirnya dapat dirampungkan dengan baik. Salam dan Shalawat semoga tetap

tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta para keluarga dan

sahabat-sahabatnya, serta para ummatnya yang senantiasa berada di atas kebenaran

hingga akhir zaman. Adapun judul skripsi ini adalah “Analisis Efekktivitas

Penagihan Pajak Pertambahan Nilai Menggunakan Surat Teguran dan Surat

Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene”.

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang tersusun secara sistematis, yaitu Bab I

Pendahuluan, Bab II Tinjauan Pustakan dan Kerangka Pikir, Bab III Metode

Penelitian, Bab IV Hasil dan Pembahasan, dan Bab V Penutup.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan menemui banyak hambatan.

Namun dengan kesabaran dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini

dapat terselesaikan. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis tidak lupa

menyampaikan penghargaan atas segala bantuan yang telah disumbangkan kepada

penulis serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

vii
1. Ibu Samirah Dunakhir, SE, M.Bus., Ph.D., Ak., CA sebagai Ketua Program

Studi Akuntansi Universitas Negeri Makassar sekaligus sebagai Penasehat

Akademik dan Pembimbing I atas kesediaan beliau meluangkan waktu, tenaga

dan pikiran dalam memberikan bimbingan, petunjuk, arahan serta saran kepada

penulis.

2. Bapak M. Ridwan Tikollah, S.Pd., M.SA sebagai pembimbing II atas

kesediaan beliau meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan

bimbingan, arahan, saran serta semangat kepada penulis selama penyusunan

skripsi ini.

3. Bapak-Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Makassar, khususnya

pada Program Stusi Akuntansi yang telah memberikan bimbingan dan bantuan

berupa ilmu pengetahuan kepada penulis selama dalam proses Pendidikan.

4. Bapak Dr. H. Muhammad Aziz, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Makassar, serta para Pembantu Dekan yang telah

memberikan kemudahan dalam rangka penyusunan skripsi ini

5. Bapak Rektor Universitas Negeri Makassar yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan Pendidikan di

Universitas Negeri Makassar.

6. Pimpinan Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Wilayah Sulawesi Selatan, Barat,

dan Tenggara beserta para stafnya yang telah memberikan izin penelitian untuk

penulisan skripsi ini.

7. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene beserta para stafnya

khususnya Seksi Penagihan yang telah memberikan kesempatan kepada

viii
penulis untuk melakukan penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Prtama

Majene.

8. Keluarga besarku tercinta, yang selama ini memberikan dukungan moril dan

materil, khususnya untuk ayahanda yang telah membesarkan, mendidik,

memberikan bimbingan dan kasih sayang yang tiada henti dan senantiasa

mendo’akan penulis agar sukses dalam meraih impian.

9. Semua teman-teman Akuntansi S1 2014 yang telah menemani dari awal

perkuliahan, serta memberikan bantuan dan saran dalam penyusunan skripsi ini

sampai penyelesaian studi. Semoga segala bantuan yang diberikan memperoleh

pahala dari Allah SWT.

Terlalu banyak orang berjasa kepada penulis dalam menempuh Pendidikan

di Universitas Negeri Makassar, sehingga tidak akan sempat bila dituturkan dalam

ruangan yang terbatas ini. Kepada mereka semua tanpa terkecuali, penulis

mengucapkan terima kasih yang teramat dalam.

Hanya kepada Allah SWT penulis memohon ridha semoga segala dukungan

serta bantuan dari semua pihak medapat pahala yang berlipat ganda di sisi-Nya.

Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan mendapat ridha dari Allah

SWT. Amin

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Makassar, Januari 2019


Penulis

HASRAENI

ix
DAFTAR ISI

PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI....................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..............................................................................ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................................... iii

MOTTO .............................................................................................................................. iv

ABSTRACT.........................................................................................................................v

ABSTRAK .......................................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI........................................................................................................................ x

DAFTAR TABEL.............................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ................................ 9

A. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 9


B. Penelitian Terdahulu ............................................................................................. 24
C. Kerangka Pemikiran.............................................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................... 30

A. Variabel dan Desain Penelitian ............................................................................. 30


B. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................................... 30
C. Pupulasi dan Sampel ............................................................................................. 32
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 33

x
E. Teknik Analisis Data............................................................................................. 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 35

A. Gambaran Umum Perusahaan ............................................................................... 35


B. Penyajian Data ...................................................................................................... 43
C. Analisis Data ......................................................................................................... 49
D. Hasil dan Pembahasan .......................................................................................... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 56

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 56
B. Saran ..................................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 58

RIWAYAT HUDUP ......................................................................................................... 77

xi
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman

Data Penagihan Pajak Pertambahan Nilai Menggunakan


1 Surat Teguran pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama 5
Majene Tahun 2012-2014.

Data Penagihan Pajak Pertambahan Nilai Menggunakan


2 Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene 6
Tahun 2012-2014

3 Klasifikasi Pengukuran Efektivitas 34

Data Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat


4 44
Teguran pada KPP Pratama Majene tahun 2015-2017.

Data Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat


5 47
Paksa pada KPP Pratama Majene tahun 2015-2017.

Data Efektivitas Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan


6 49
Surat Teguran pada KPP Pratama Majen e tahun 2015-2017.

Data Efektivitas Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan


7 51
Surat Paksa pada KPP Pratama Majen e tahun 2015-2017.

xii
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1 Skema Kerangka Pikir 29

2 Skema Desain Penelitian 31

3 Struktur Organisasi KPP Pratama Majene 39

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1. Lampiran Penagihan Pajak Pertambahan Nilai Menggunakan Surat


Teguran dan Surat Paksa pada KPP Pratama Majene Tahun 2015-
2017

2. Pengesahan Judul Skripsi dan Pembimbing

3. Permintaan Izin Melaksanakan Pra Penelitian

4. Permintaan Izin Melakukan Penelitian

5. Izin/Rekomendasi Penelitian dari Kanwil DJP Sulawasi Selatan,


Barat, dan Tenggara

6 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penerimaan Indonesia terdiri dari beberapa sektor mulai dari sektor

pertambangan, sektor migas (minyak dan gas bumi), penerimaan sektor pariwisata,

penerimaan sektor industri dan perdagangan, serta penerimaan dari sektor Pajak

dan bukan pajak lainnya. Namun dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,

sumber pendapatan yang paling dominan adalah pendapatan dari sektor perpajakan.

Pernyataan ini didukung dengan adanya data penerimaan perpajakan tahun 2017

sebesar Rupiah 1.472,7 Triliun atau 84,83%, sedangkan penerimaan bukan

perpajakan hanya 260,2 Triliun atau 15% dan penerimaan hibah 3,108 Miliar atau

0,17%. (https://www.kemenkeu.go.id/apbn2017).

Penerimaan dari sektor perpajakan di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu

Pajak Negara dan Pajak Daerah. Pajak Negara yang sampai saat ini masih berlaku

adalah Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan

Atas Barang Mewah (PPnBM), Bea Materai, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Sedangkan untuk Pajak

Daerah dibagi menjadi 2 bagian yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota.

Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi

Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang ditanggung oleh pemakai barang

atau jasa tersebut dan dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak. Pajak Pertambahan

Nilai dikenakan apabila terjadi transaksi terhadap Barang Kena Pajak (BKP) atau

Jasa Kena Pajak (JKP). Penjual atau pengusaha sebagai pihak yang bertanggung

1
2

jawab atas pemungutan PPN, hal ini dimaksudkan untuk melindungi pembeli dari

tindakan sewenang-wenang pihak lain termasuk negara yang dalam hal ini

dipersonifikasikan sebagai fiskus. Dasar hukum yang mengatur pengenaan Pajak

Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)

adalah Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.

Apabila waktu jatuh tempo pembayaran pajak dan wajib pajak belum

melunasi utang pajaknya maka akan dilakukan proses penagihan. Penagihan pajak

merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak dengan

tujuan wajib pajak dapat melunasi utang pajaknya. Penagihan dimulai dengan

menerbitkan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Sita Serta Penyitaan, dan apabila

wajib pajak atau PKP belum melunasi utang pajaknya maka akan dilakukan

Penyitaan.

Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur

atau memperingatkan kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya. Surat

Teguran Pajak diterbitkan apabila utang pajak tidak dilunasi setelah lewat 7 hari

dari tanggal jatuh tempo pembayaran. Namun jika lewat dari dua puluh satu hari

dari diterbitkannya Surat Teguran dan utang pajak belum dilunasi maka akan

diterbitkan Surat Paksa.

Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya

penagihan pajak. Apabila wajib pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar

pajak dalam waktu sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran maka penagihan

selanjutnya dilakukan oleh juru sita pajak. Surat sita diterbitkan apabila utang pajak
3

dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita

pajak tidak dilunasi, Jurusita pajak dapat melakukan tindakan penyitaan. Namun

dalam jangka waktu paling singkat empat belas hari setelah tindakan penyitaan,

utang pajak belum juga dilunasi akan dilanjutkan dengan pengumuman lelang

melalui media massa.

Tingginya angka tunggakan pajak menggambarkan bahwa masih banyak

wajib pajak yang belum taat terhadap aturan perpajakan sehingga menyebabkan

tidak tercapainya target penerimaan pajak. Tunggakan pajak menyebabkan adanya

tagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa. Apabila penagihan dengan

Surat Teguran dan Surat Paksa menyebabkan wajib pajak membayar utang

pajaknya, dapat dikatakan bahwa tindakan tersebut efektif dilakukan sehingga

angka tunggakan pajak berkurang dan meningkatkan angka penerimaan pajak.

Namun sebaliknya apabila penagihan pajak menggunakan Surat Teguran dan Surat

Paksa tidak menyebabkan wajib pajak melunasi utang pajaknya, dapat dikatakan

bahwa tindakan tersebut tidak efektif dilakukan.

Efektivitas merupakan hubungan antara apa yang telah dilakukan dan hasil

untuk mencapai suatu tujuan dalam organisasi. Menurut Najoan, Morasa, & Wokas

(2015) “Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh

tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditingkatkan”. Menurut Hastuti &

Imansyah (2016) “Formula untuk mengukur efektivitas yang terkait dengan

perpajakan adalah perbandingan antara realisasi penerimaan pajak dengan potensi

atau target pajak”. Potensi atau target pajak merupakan sasaran penerimaan pajak

yang telah ditetapkan pada periode tertentu, sedangkan realisasi penerimaan pajak
4

merupakan jumlah penerimaan pajak yang benar-benar diterima pada periode

tertentu. Menurut Permana (2017) “Formula yang digunakan untuk mengukur

tingkat efektivitas yang terkait dengan penagihan pajak adalah perbandingan antara

jumlah penagihan yang dibayar dengan jumlah penagihan yang diterbitkan

diterbitkan.”

Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan unsur pelaksana dibawah

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang merupakan salah satu dibawah

Kementerian Keuangan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama melaksanakan

penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak dibidang Pajak Penghasilan,

Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, dan pajak tidak

langsung lainnya dalam wilayah wewenang berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Seperti halnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang ada di Indonesia

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene juga melakukan penagihan pajak

menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa. Penagihan tersebut dilakukan apabila

wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya yang sudah jatuh tempo. Berikut data

penagihan pajak menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa yang diterbitkan

oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene tahun 2012-2014.


5

Tabel 1 Penagihan Pajak Pertambahan Nilai Menggunakan Surat Teguran pada


Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene

Penerbitan Pencairan Efekti


Tahun Kriteria
Lbr Nominal Lbr Nominal vitas

Tidak
2012 12 Rp. 655.502.658 3 Rp. 4. 200.000 0,64%
Efektif
Tidak
2013 30 Rp. 181.659.249 11 Rp. 23.595.201 13%
Efektif
Kurang
2014 77 Rp. 703.741.834 20 Rp 488.046.182 69%
Efektif

Total 119 Rp.1.640.903.741 34 Rp 515.841.383

Sumber: Seksi Penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene, 2018


Berdasarkan data pada tabel 1, efektivitas penagihan pajak dengan Surat

Teguran dari tahun 2012-2014 terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan

tersebut belum mencapai kriteria efektif. Pada tahun 2012 tingkat efektivitas hanya

0,64% dengan kriteria tidak efektif. Pada tahun tahun 2013 tingkat efektivitas

meningkat menjadi 13%, namun peningkatan tersebut masih dalam kriteria tidak

efektif. Pada tahun 2014 tingkat efektivitas mengalami peningkatan yang cukup

signifikan yang ditunjukkan dengan tingkat efektivitas sebesar 69%, namun angka

tersebut masih menunjukkan kriteria kurang efektif.

Bersdasarkan data Penagihan dengan Surat Teguran tahun 2012-2013 sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Monita (2015) Hasil dari penelitian

menunjukkan penagihan tunggakan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran

tahun 2012-2014 pada KPP Pratama Kotamobagu berdasarkan pengujian dengan

rumus efektivitas dan klasifikasi pengukuran efektivitas, tergolong tidak efektif


6

karena memiliki persentase efektivitas berada di bawah 60%. Namun penelitian

Monita (2015) tidak sesuai dengan data 2014 yang menunjukkan tingkat efektivitas

berada di atas 60%.

Tabel 2 Data Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Paksa pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Majene Tahun 2012-2014.

Penerbitan Pencairan
Tahun Efektivitas Ket
Lbr Nominal Lbr Nominal

Sangat
2012 205 Rp. 730.776.747 205 Rp. 730.776.747 100%
Efektif
Sangat
2013 93 Rp. 120.781.162 93 Rp. 120.781.162 100%
Efektif
2014 81 Rp. 249.321.319 78 Rp. 232.140.355 93% Efektif

Total 375 Rp.1.100.879.228 660 Rp.1.083.698.264

Sumber: Seksi Penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene, 2018


Berdasarkan data pada tabel 2, efektivitas penagihan Pajak Pertambahan

Nilai menggunakan Surat Paksa dari tahun 2012-2014 dapat dikatakan telah efektif.

Hal tersebut dapat diliat dari data pada tahun 2012-2013 dengan angka efektivitas

100% dan termasuk kriteria sangat efektif. Namun pada tahun 2014 tingkat

efektivitas mengalami penurunan menjadi 93%, namun tingkat efektivitas tersebut

masih dalam kriteria efektif.

Berdasarkan data penagihan pajak dengan Surat Paksa sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Putri dkk (2016) yang mengatakan bahwa penagihan

pajak dengan Surat Paksa pada KPP Pratama di Balikpapan berada dalam kriteria

cukup efektif yaitu diatas 80%. Namun Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Paul (2017), penelitian tersebut menyimpulkan bahwa penagihan


7

pajak dengan Surat Paksa pada KPP Singaraja periode 2010-2015 tergolong tidak

efektif karena tingkat efektivitas dibawah tingkat 60%.

Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis tertarik mengambil judul

“Analisis Efektivitas Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat

Teguran dan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah dan penelitian-penelitian terdahulu

yang telah diuraikan sebelumnya maka penulis bermaksud menguji hal-hal berikut:

1. Bagaimana efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat

Teguran pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene?

2. Bagaimana efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat

Paksa pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai

dengan Surat Teguran pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene.

2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai

dengan Surat Paksa pada Kantor Pelayanan pajak Pratama Majene.


8

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat membantu KPP Pratama Majene

dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan penagihan pajak

menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa.

b. Dapat menjadi pertimbangan bagi KPP Pratama Majene untuk mengukur

tingkat efektivitas penagihan pajak menggunakan Surat Teguran dan Surat

Paksa yang diukur dengan tingkat persentasi.

2. Manfaat Teoritis

Bagi peneliti, berguna untuk menambah ilmu pengetahuan, pengalaman,

pemahaman mengenai efektivitas penagihan Pertambahan Nilai

menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka

1. Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Menurut Pekei (2016:69) “Pengertian efektivitas adalah hubungan antara

output dan tujuan atau dapat juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh

tingkat output, kebijakan dan prosedur dari organisasi”. (Mardiasmo:2009:134)

mengemukakan “Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi

mencapai tujuannya.” Sedangkan menurut Najoan, Morasa, & Wokas (2015)

“Pengertian efektivitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh

tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditingkatkan.”

Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan mencapai

tujuan sasaran akhir kebijakan. Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan

akibat dan dampak dari hasil dan masukan program dalam mencapai tujuan tertentu.

Semakin besar kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau

sasaran yang telah ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu organisasi.

Berdasarkan Penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa efektivitas

merupakan hubungan antara apa yang telah dilakukan dan hasil untuk mencapai

suatu tujuan dalam organisasi.

9
10

b. Pengukuran Efektivitas

Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Pekei (2016:70) “Efektif merupakan

pencapaian hasil dari program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan

cara membandingkan keluaran dengan hasil.” Sedangkan menurut Hastuti &

Imansyah (2016) “Formula untuk mengukur efektivitas yang terkait dengan

perpajakan adalah perbandingan antara realisasi penerimaan pajak dengan potensi

atau target pajak”. “Formula yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas

yang terkait dengan penagihan pajak adalah perbandingan Realisasi Pencairan

Tunggakan Pajak dengan Target Pencairan Tunggakan Pajak.” (Permana, 2017),

dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah Penagihan Pajak yang dibayar


Efektivitas = x 100%
Jumlah Penagihan yang diterbitkan

Dapat dikatakan bahwa pengukuran efektivitas yakni membandingkan

antara usaha dan hasil yang telah dicapai. Dalam penagihan pajak efektivitas diukur

dengan cara membandingkan antara pencairan tunggakan pajak dengan jumlah

penagihan pajak yang telah dilakukan.

c. Faktor Penentu Efektivitas

Menurut Pekei (2016:70) Faktor penentu efektivitas sebagai berikut:

1) Faktor sumber daya manusia seperti tenaga kerja, kemampuan kerja,


maupun sumber daya fisik seperti peralatan kerja, tempat bekerja serta
dana keuangan.
2) Faktor struktur organisasi yaitu susunan yang stabil dari jabatan-jabatan
baik itu structural maupun fungsional.
3) Faktor tekhnologi pelaksanaan pekerjaan.
4) Faktor dukungan kepada aparatur dan pelaksananya baik pimpinan
maupun masyarakat.
11

5) Faktor pimpinan dalam arti kemampuan untuk mengkombinasikan


keempat faktor tersebut kedalam suatu usaha yang berdaya guna dan
berhasil guna untuk mencapai sasaran yang dimaksud.
Dapat disimpulkan bahwa faktor penentu efektivitas terbagi menjadi dua

yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi hubungan antar

sesama dalam organisasi, sedangkan faktor eksternal meliputi segala hal yang

dibutuhkan untuk mencapai efektivitas.

2. Penagihan Pajak

a. Pengertian Penagihan Pajak

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa disebutkan penagihan pajak adalah

serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya

penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan

seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan,

melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang.

Menurut Rahayu (2017:295) “Penagihan pajak adalah proses yang

dilakukan Direktur Jendral Pajak dalam hal memberikan tekanan kepada wajib

pajak untuk melunasi utang pajaknya.” Sedangkan menurut Ayza (2017:189)

“Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi

utang pajak dan biaya penagihan pajak.”

Kegiatan penagihan pajak oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) merupakan

salah satu kegiatan penegakan hukum dibidang perpajakan. Kegiatan penagihan

pajak tidak hanya dilakukan oleh otoritas pajak di Indonesia, namun juga

merupakan kegiatan yang lazim di negara yang menerapkan pajak sebagai sumber
12

penerimaan negara. Penagihan pajak ada yang bersifat pasif dan ada juga yang

bersifat aktif.

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penagihan pajak

merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak dengan

tujuan wajib pajak dapat melunasi utang pajaknya.

b. Tindakan Penagihan Pajak

Menurut Pandiangan (2014:229) dalam pelaksanaan penagihan pajak oleh

DJP kepada wajib pajak atau penanggung pajak, sesuai perundang-undangan

perpajakan maka tindakan yang dilakukan terdiri dari:

1) Surat Teguran
2) Penagihan Seketika dan Sekaligus
3) Surat Paksa
4) Surat Perintah Pelaksanakan Penyitaan
5) Lelang
6) Pemblokiran Rekening
7) Pencegahan Berpergian Keluar Negeri
8) Penyanderaan

Dapat disimpulkan bahwa tindakan penagihan pajak yang dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Pajak kepada wajib pajak atau penanggung pajak mulai dari

penerbitan Surat Teguran, dan apabila penanggung pajak belum melunasi utang

pajaknya maka akan dilakukan tindakan selanjutnya sampai dengan Penyanderaan.

Tindakan tersebut dilakukan dengan harapan bahwa wajib pajak atau penanggung

pajak dapat melunasi utang pajaknya.


13

3. Penagihan Pajak dengan Surat Teguran

a. Pengertian Penagihan Pajak dengan Surat Teguran

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa disebutkan Surat Teguran, surat peringatan

atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh pejabat untuk

menegur atau memperingatkan kepada wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya.

Menurut Wahyuningtyas & ariesanti (2017)

Penerbitan Surat Teguran, surat peringatan, atau surat lain yang sejenis
merupakan awal tindakan penagihan pajak sehingga hal tersebut menjadi
pedoman tindakan penagihan pajak berikutnya yaitu penyampain surat
paksa dan sebagainya.
Menurut Fitriani, Lidya & Fajriyana (2013)

Surat Teguran merupakan awal pelaksanaan tindakan penagihan oleh fiskus


untuk memperingatkan wajib pajak yang tidak melunasi hutang pajaknya
sesuai dengan keputusan penetapan (STP, SKPKB, SKPKBT) sampai
dengan saat jatuh tempo.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Surat

Teguran merupakan tidakan awal yang dilakukan oleh Pejabat untuk memperingati

wajib pajak yang belum melunasi utang pajaknya sampai jatuh tempo pembayaran

pajak sebelum dilakukan tindakan penagihan selanjutnya.

b. Dasar Penagihan dengan Surat Teguran

Berdasarkan Pasal 48 PP 74 Tahun 2011 dan PMK-24/PMK.03/2008 s.t.d.d

PMK-85/PMK.03/2010 bahwa penagihan pajak dilakukan dengan terlebih dahulu

menerbitkan Surat Teguran oleh Kepala KPP.


14

Kondisi Wajib Pajak (WP) Penyampaian Surat Teguran


WP tidak menyetujui sebagian atau Surat Teguran disampaikan setelah 7
seluruh jumlah pajak yang harus hari sejak saat jatuh tempo pengajuan
dibayar dalam Pembahasan Akhir keberatan. Jatuh tempo pengajuan
Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan keberatan 3 bulan sejak tanggal
Akhir Hasil Verifikasi dan tidak dikirimnya SKP kepada WP.
mengajukan keberatan.
WP tidak menyetujui sebagian atau Surat Teguran disampaikan setelah 7
seluruh jumlah pajak yang harus hari sejak saat jatuh tempo pengajuan
dibayar dalam Pembahasan Akhir banding. Jatuh tempo pengajuan
Hasil Pemeriksaan dan Pembahasan banding 3 bulan sejak SK Keberatan
Akhir Hasil Verifikasi dan tidak diterima.
mengajukan banding atas keputusan
keberatan
WP tidak menyetujui sebagian atau Surat Teguran disampaikan 7 hari sejak
seluruh jumlah pajak yang harus saat jatuh tempo pelunasan pajak yang
dibayar dalam pembahasan akhir hasil masih harus dibayar berdasarkan
pemeriksaan, dan WP mengajukan Putusan Banding. Jatuh tempo
permohonan banding atas keputusan pelunasan pajak berdasarkan putusan
keberatan sehubungan dengan SKPKB banding 1 bulan sejak tanggal putusan
atau SKPKBT. banding diterbitkan.
WP menyetujui seluruh jumlah pajak Surat Teguran disampaikan 7 hari sejak
yang harus dibayar dalam pembahasan saat jatuh tempo pelunasan pajak atas
akhir hasil pemeriksaan. STP, SKPKB, SKPKBT, dan SK
Pembetulan, SK Keberatan, Putusan
Banding, serta Putusan Penilaian
Kembali. Jatuh tempo pelunasan pajak
atas STP, SKPKB, SKPKBT, dan SK
Pembetulan, SK Keberatan, Putusan
Banding, serta Putusan Penilaian
15

Kembali 1 bulan sejak Surat


Ketetapan/Keputusan tersebut
diterbitkan.
WP mencabut pengajuan keberatan Surat Teguran disampaikan 7 hari sejak
atas SKPKB atau SKPKBT setelah tanggal pencabutan pengajuan
tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi keberatan.
sebelum tanggal diterima Surat
Pemberitahuan untuk hadir oleh WP
Penyampaian Surat Teguran dapat disampaikan secara langsung, melalui

pos, atau melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman

surat. Surat Teguran tidak diterbitkan terhadap Penanggung Pajak yang telah

disetujui untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

Dari pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Surat Teguran

disampaikan apabila wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya setelah lewat 7 hari

dari jatuh tempo pembayaran pajak, wajib pajak tidak menyetujui sebagian atau

seluruh jumlah pajak yang harus dibayar namun wajib pajak tidak mengajukan

keberatan atau banding atas keputusan keberatan kepada wajib pajak disampaikan

Surat Teguran setelah lewat 7 hari dari jatuh tempo pengajuan keberatan dan

pengajuan banding, wajib pajak mengajuakn permohonan banding atas keputusan

keberatan sehubungan dengan SKPKB atau SKPKBT, kepada wajib pajak

disampaikan Surat Teguran 7 hari sejak jatuh tempo pelunasan pajak yang masih

harus dibayar, serta wajib pajak mencabut pengajuan keberatan atas SKPKB atau

SKPKBT setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum tanggal diterima

Surat Pemberitahuan kepada wajib pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7 hari

dari tanggal pencabutan pengajuan keberatan.


16

4. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

a. Pengertian Penagihan Pajak dengan Surat paksa

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa disebutkan Surat Paksa adalah surat perintah

membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak. Menurut Permana (2017) “Surat

Paksa merupakan sebuah produk hukum yang bersifat eksekutorial yang diterbitkan

atas STP yang telah jatuh tempo dari terbitnya Surat Teguran”.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Surat Paksa

merupakan penagihan yang dilakukan oleh Pejabat kepada penanggung pajak yang

belum melunasi utang pajaknya setelah lewat masa tempo penagihan dari Surat

Teguran.

b. Dasar Penagihan dengan Surat Paksa

Berdasarkan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa disebutkan Surat Paksa diterbitkan apabila:

1) Penanggung pajak tidak juga melunasi utang pajak dan kepadanya telah

diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang

sejenis.

2) Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan

sekaligus

3) Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum

dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran

pajak.
17

Berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa disebutkan:

Surat Paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Jurusita pajak

kepada:

1) Penanggung pajak ditempat tinggal, tempat usaha, atau tempat lain

yang memungkinkan.

2) Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun bekerja

ditempat usaha penanggung pajak yang bersangkutan tidak dapat

dijumpai.

3) Salah satu ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta

peninggalannya apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta

warisan belum dibagi.

4) Para ahli waris, apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta

warisan telah dibagi.

Berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa disebutkan Surat Paksa terhadap badan

diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada

1) Pengurus, Kepala Perwakilan, Kepala Cabang, Penanggung Jawab,

Pemilik Modal, baik ditempat kedudukan badan yang bersangkutan, di

tempat tinggal mereka maupun ditempat lain yang memungkinkan;

atau
18

2) Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan yang

bersangkutan apabila Jurusita Pajak tidak dapat menjumpai salah

seorang sebagaimana dimaksud dalam huruf a.

Surat Paksa diterbitkan apabila lewat dari 21 hari setelah dilakukannya Surat

Teguran dan Penagihan seketika namun wajib pajak belum melunasi utang

pajaknya, serta wajib pajak tidak memenuhi persetujuan angsuran atau penundaan

pembayaran pajak. Penagihan dengan Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita pajak

kepada orang pribadi dan badan.

5. Penerimaan Pajak

a. Pengertian Penerimaan Pajak

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 Penerimaan Perpajakan

adalah semua penerimaan negara yang terdiri atas pendapatan pajak dalam negeri

dan pendapatan pajak perdagangan internasional.

Menurut Misman (2016) “Penerimaan pajak adalah sumber pembiayaan

negara dan sumber penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak

perdagangan internasional yang dilakukan melalui instrumen kebijakan dan

administrasi perpajakan”. “Penerimaan pajak merupakan sumber utama atau tulang

punggung penerimaan negara yang digunakan untuk pembiayaan pemerintah dan

pembangunan” (Rahayu & Lingga, 2009).

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penerimaan

perpajakan merupakan seluruh pengahasilan yang diperoleh negara dari pajak untuk

membiayai pengeluaran pemerintah.


19

b. Sumber Penerimaan Perpajakan

Menurut Mardiasmo (2016:113) Sumber penerimaan perpajakan terbagi

menjadi dua yakni Pajak Negara dan Pajak Daerah. Pajak Negara terdiri dari:

a) Pajak Penghasilan (PPh)


b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
c) Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)
d) Bea Materai
e) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Sedangkan Pajak Daerah terbagi menjadi 2 bagian, yakni:

a) Pajak Provinsi, terdiri dari:

(1) Pajak Kendaraan Bermotor


(2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
(3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
(4) Pajak Air Permukaan
(5) Pajak Rokok

b) Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari:


(1) Pajak Hotel
(2) Pajak Restoran
(3) Pajak Hiburan
(4) Pajak Reklame
(5) Pajak Penerangan Jalan
(6) Pajak Mineral Bukan Logam Batuan
(7) Pajak Parkir
(8) Pajak Air Tanah
(9) Pajak Sarang Burung Walet
(10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
(11) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa sumber

penerimaan pajak ada dua yakni pajak negara dan pajak daerah. Pajak negara yakni

Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas Barang Mewah,

Bea Materai, Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan

Bangunan. Sedangkan pajak daerah yakni pajak provinsi dan pajak kabupaten atau

kota.
20

6. Pajak Pertambahan Nilai

a. Definisi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009

Tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa di daerah

pabean yang dikenakan secara bertingkat disetiap jalur produksi dan distribusi.

Menurut Salman (2017:238)

Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak yang dikenakan atas penyerahan


Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan oleh
Pengusaha Kena Pajak (PKP) didalam daerah Pabean atau atas impor
Barang Kena Pajak (BKP).
Sedangkan menurut Pohan (2017:182) “Pajak Pertambahan Nilai

merupakan pajak tidak langsung yang dikenakan atas konsumsi barang atau jasa

kena pajak di dalam daerah pabean”. Pajak Pertambahan Nilai merupakan

pengganti dari pajak penjualan. Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak tidak

langsung dan Pajak atas konsumsi dalam negeri. Alasan penggantian Pajak

Penjualan menjadi Pajak Pertambahan Nilai karena Pajak Penjualan dirasa sudah

tidak lagi memadai untuk menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai

sasaran kebutuhan pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan

negara, mendorong ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Pajak

Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi Barang Kena
21

Pajak atau Jasa Kena Pajak yang ditanggung oleh pemakai barang atau jasa tersebut

dan dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak.

b. Objek Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Mardiasmo (2016:341) Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:

1) Penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh


pengusaha. Syarat-syaratnya adalah:
i) Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP
ii) Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP tidak
berwujud
iii) Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean
iv) Penyerahan dilakukan dalam ragka kegiatan usaha atau
pekerjaannya
2) Impor BKP
3) Penyerahan JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh
pengusaha. Syarat-syaratnya adalah:
i) Jasa yang diserahkan merupakan JKP
ii) Penyerahan dilakukan di dalam daerah pabean
iii) Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya
4) Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean
5) Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean
6) Ekspor BKP berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
7) Ekspor BKP tidak berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
8) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan
usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya
digunakan sendiri atau digunakan pihak lain
9) Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjual-belikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang pajak
10) masukannya dapat dikreditkan.
Objek Pajak Pertambahan Nilai terdiri dari penyerahan, ekspor dan

pemanfaatan Barang Kena Pajak, serta penyerahan dan pemanfaatan Jasa Kena

Pajak.

c. Subjek dan Bukan Subjek Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Priantara (2016:420) Subjek PPN pada dasarnya adalah wajib

pajak, namun istilah PKP selalu dipakai untuk media yang bertanggung jawab
22

terhadap pemungutan, penyetoran dan Pelaporan PPN, berikut subjek dan bukan

subjek PPN:

1) Pengusaha
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor
barang, mengekspor barang atau jasa, melaksanakan usaha perdagangan,
memanfaatkan barang jasa dari luar daerah pabean. Tidak mungkin
pengusaha tidak menjadi Wajib Pajak karena sebelum menjadi PKP harus
terdaftar sebagai Wajib Pajak.
2) Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang melakukan penyerahan BKP
atau JKP yang dikenakan Pajak berdasarkan UU PPN, tidak termasuk
pengusaha kecil yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan. Dalam hal ini pengusaha kecil sukarela memilih untuk
dikukuhkan sebagai PKP maka pengusaha kecil menjadi PKP.
3) Bukan PKP
Dijelaskan dalam UU PPN bahwa PKP adalah pengusaha yang melakukan
penyerahan BKP atau JKP yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN.
Berarti tidak semua pengusaha adalah PKP. Pengusaha yang tidak
menghasilakan BKP atau JKP meskipun tidak termasuk pengusaha kecil
adalah bukan PKP. Meskipun demikian, yang termasuk bukan PKP adalah
yang pertama pengusaha kecil, kecuali pengushaha yang bersangkutan
sukarela memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP. Kedua, pengusaha yang
menghasilkan atau menyerahkan bukan BKP atau bukan JKP.
Dapat disimpulkan bahwa subjek Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan

Undang-Undang adalah Pengusaha dan Pengusaha Kena Pajak. Sedangkan yang

bukan subjek Pajak Pertambahan Nilai yakni Bukan Pengusaha Kena Pajak.

d. Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Mardiasmo (2016:341) Untuk menghitung besarnya pajak (PPN

dan PPnBM) yang terutang perlu adanya dasar pengenaan pajak. Adapun yang

menjadi dasar pengenaan pajak adalah:

1) Harga jual
Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusya diminta oleh penjual karena peyerahan BKP, tidak termasuk
Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut UU PPN 1984 dan
potongan harga yag dicantumkan dalam faktur pajak.
23

2) Penggantian
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor
JKP, atau BKP tidak berwujud.
3) Nilai impor
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea
masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabean dan cukai untuk
impor BKP, tidak termasuk PPN dan PPnBM yang dipungut menurut
perundang-undangan PPN 1984.
4) Nilai ekspor
Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.
5) Nilai lain yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
Adapun yang menjadi dasar pengenaan Pajak Pertambahan Nilai meliputi

nilai yang menjadi acuan baik nilai dari segi harga jual, impor, ekspor, dan nilai

pengganti suatu Barang atau Jasa Kena Pajak.

e. Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009

Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Pasal

7 sebagai berikut:

1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen)

2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:

i) Ekspor barang kena pajak berwujud

ii) Ekspor barang kena pajak tidak berwujud

iii) Ekspor jasa kena pajak

3) Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi

paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen)

yang perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah.


24

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan seperti penjelasan

sebelumnya tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%, dan 0% untuk ekspor

Barang dan Jasa Kena Pajak, dan 15% untuk transaksi Barang dan Jasa Kena Pajak.

f. Mekanisme Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

Menurut Mardiasmo (2016:346) Mekanisme pengenaan Pajak Pertambahan

Nilai dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Pada saat membeli/memperoleh BKP/JKP, akan dipungut PPN oleh PKP/


penjual. Bagi pembeli, PPN yang dipungut oleh PKP penjual tersebut
merupakan pembayaran pajak dimuka dan disebut dengan Pajak Masukan.
Pembeli berhak menerima bukti pemungutan berupa faktur pajak.
2) Pada saat menjual/menyerahkan BKP/PKP kepada pihak lain, wajib
memungut PPN. Bagi penjual, PPN tersebut merupkan pajak keluaran.
Sebagai bukti telah memungut PPN, PKP penjual wajib membuat faktur
pajak.
3) Apabila dalam suatu masa pajak (jangka waktu yang lamanya sama dengan
satu bulan takwim) jumlah pajak keluaran lebih besar daripada jumlah pajak
masukan, selisihnya harus disetorkan ke kas Negara.
4) Apabila dalam suatu masa pajak jumlah pajak keluaran lebih kecil daripada
jumlah pajak masukan, selisihnya dapat direstitusi diminta kembali) atau
dikompensasikan ke masa pajak berikutnya.
5) Pelaporan penghitungan PPN dilakukan setiap masa pajak dengan
menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai ( SPT
Masa PPN).
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan pada pembelian Barang Kena Pajak

atau Jasa Kena Pajak yang dipungut oleh PKP atau penjual. Selanjutnya jika jumlah

pajak keluaran lebih besar daripada jumlah pajak masukan, selisihnya harus

disetorkan ke kas negara. Apabila selisih pajak keluaran lebih kecil daripada jumlah

pajak masukan selisihnya ditangguhkan untuk masa pajak berikutnya.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian Monita dkk (2015) dengan judul efektivitas penagihan pajak

dengan Surat Teguran dan Surat Paksa untuk peningkatan penerimaan Pajak
25

Pertambahan Nilai pada KPP Pratama Kotamobagu. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat

Paksa serta untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penagihan pajak dengan

Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap pencairan tunggakan pajak pada KPP

Pratama Kotamobagu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuantitatif deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan variabel penagihan pajak

dan peningkatan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Metode pengumpulan data

meggunakan studi lapangan yang meliputi observasi, interview dan dokumentasi.

Metode analisis data menggunakan analisis rasio efektivitas penagihan pajak

dengan Surat Teguran dan Surat Paksa dan rasio kontribusi penerimaan tunggakan

pajak terhadap penerimaan pajak. Hasilnya penagihan tunggakan Pajak

Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran dan Surat Paksa tergolong tidak efektif

karena memiliki persentase efektivitas berada di bawah 60%. Serta kontribusi

penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap penerimaan pajak

dan terhadap tunggakan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kotamobagu

tergolong kurang karena memiliki presentase 0,00%-10%.

Persamaan penelitian sebelumnya dengan yang peneliti lakukan yaitu sama-

sama menggunakan variabel efektivitas penagihan pajak. Peneliti juga

menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Adapun perbedaan dengan penelitian

ini adalah peneliti fokus dengan variabel efektivitas penagihan Pajak Pertambahan

Nilai menggunakan Surat Teguran dan efektivitas penagihan Pajak Pertambahan

Nilai menggunakan Surat Paksa sedangkan peneliti sebelumnya fokus kepada

peningkatan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Selain itu peneliti sebelumnya


26

melakukan analisis efektivitas hanya berdasarkan nominal sedangkan penelitian ini

berdasarkan nominal dan lembar. Perbedaan selanjutnya yakni peneliti sebelumnya

menambahkan analisis data rasio kontribusi penerimaan tunggakan pajak terhadap

penerimaan pajak.

Penelitian Putri dkk (2016) dengan judul efektivitas penagihan pajak dengan

Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak pada KPP Pratama di

Balikpapan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas

penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak

pada KPP Pratama di Balikpapan. Penelitian ini menggunakan variabel penagihan

pajak dan penerimaan pajak. Metode penelitian menggunakan studi kepustakaan

dan studi lapangan. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi. Metode

analisis data menggunkaan analisis deskriptif rasio yakni rasio efektivitas dan rasio

kontribusi. Hasilnya penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa pada

KPP Pratama di Balikpapan berada dalam kriteria cukup efektif yaitu diatas 80%.

Persamaan penelitian ini dan penelitian sebelumnya sama-sama

menggunakan variabel efektivitas penagihan pajak. Serta teknik pengumpulan data

menggunakan dokumentasi, dan menggunakan analisis rasio efektivitas. Perbedaan

penelitian sebelumnya dan penelitian ini yakni variabel yang digunakan dalam

penelitian ini fokus kepada efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai

menggunakan Surat Teguran dan efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai

menggunakan Surat Paksa, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan semua

jenis pajak. Perbedaannya selanjutnya yakni penelitian sebelumnya hanya

melakukan analisis efektivitas berdasarkan nominal sedangkan penelitian ini


27

menggunakan nominal dan lembar, dan Peneliti sebelumnya juga menambahkan

analisis rasio kontribusi.

Penelitian Paul (2017) dengan judul efektivitas penagihan pajak dengan

Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap penerimaan pajak. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Surat Teguran dan

Surat Paksa terhadap penerimaan tunggakan pajak. Variabel yang digunakan yakni

efektivitas penagihan pajak dan penerimaan tunggakan pajak. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif. Metode pengumpulan data menggunakan

observasi atau pengamatan dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan

rasio efektivitas dan rasio kontribusi. Penelitian ini menghasilkan bahwa rata-rata

efektivitas penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa pada KPP

Singaraja periode 2010-2015 tergolong tidak efektif karena rata-rata nilai

efektivitasnya dibawah 60%.

Persamaan penelitian ini dan penelitian sebelumnya sama-sama

menggunakan variabel efektivitas penagihan pajak. Serta teknik pengumpulan data

menggunakan dokumentasi, dan menggunakan analisis rasio efektivitas. Perbedaan

penelitian sebelumnya dan penelitian ini yakni variabel yang digunakan dalam

penelitian ini fokus kepada efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai

menggunakan Surat Teguran dan efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai

menggunakan Surat Paksa sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan semua

jenis pajak. Perbedaannya selanjutnya yakni penelitian sebelumnya hanya

melakukan analisis efektivitas berdasarkan nominal, sedangkan penelitian ini


28

menggunakan nominal dan lembar dan Peneliti sebelumnya juga menambahkan

analisis rasio kontribusi.

C. Kerangka Pemikiran

Efektivitas merupakan hubungan antara apa yang telah dilakukan dan hasil

untuk mencapai suatu tujuan dalam organisasi. Untuk mengukur tingkat efektivitas

dapat dilakukan dengan membandingkan antara hasil yang dicapai dengan target

tujuan yang diinginkan. Dalam perpajakan efektivitas dapat diukur dengan

membandingkan antara target penerimaan pajak dengan realisasi penerimaan pajak.

Sedangkan untuk mengukur efektivitas penagihan pajak dapat dilakukan dengan

membandingkan antara realisasi pencairan tunggakan pajak dengan target

pencairan tunggakan pajak.

Penagihan pajak merupakan segala tindakan yang dilakukan oleh Direktorat

Jedral Pajak dengan tujuan agar wajib pajak dapat melunasi utang pajaknya.

Penagihan pajak dapat dilakukan dengan menerbitkan Surat Teguran dan Surat

Paksa. Surat Teguran dan Surat Paksa diterbitkan apabila adanya tunggakan pajak

yang dilakukan oleh wajib pajak atau PKP.

Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi

Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. Pajak Pertambahan Nilai ditanggung oleh

pemakai Barang Kena Pajak atau dalam hal ini konsumen sedangkan yang

memungut Pajak Pertambahan Nilai yakni Pengusaha Kena Pajak. Pengusaha Kena

Pajak wajib melaporkan Pajak Pertambahan Nilai yang diperoleh kepada Kantor

Pelayanan Pajak yang ada di daerah tersebut.


29

Berdasarkan penjelasan sebelumnya maka kerangka pemikiran dapat

digambarkan sebagai berikut:

Efektivitas Penagihan
Pajak Pertambahan Nilai

Penagihan dengan Penagihan dengan


Surat Teguran Surat Paksa

Gambar 1 Skema Kerangka Pikir


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variabel dan Desain Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu objek yang menjadi pusat perhatian

dalam melakukan penelitian. Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini

adalah efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran dan

efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Paksa.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Adapun data yang

digunakan dalam penelitian ini meggunakan data sekunder berupa data yang

langsung dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene pada bagian seksi

penagihan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi

dan Wawancara. Jenis data yang digunakan yakni data penagihan dan penerimaan

Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran dan Surat Paksa. Teknik analisis

data yang digunakan yakni analisis rasio efektivitas. Setelah data dianalisis

selanjutnya peneliti mendapkan hasil dan disimpulkan. Untuk lebih jelasnya,

digambarkan skema pada halaman selanjutnya.

B. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Untuk menghindari terjadinya perbedaan dalam penafsiran variabel yang

akan diteliti, maka penulis merumuskan definisi operasional variabel sebagai

berikut:

30
31

Kantor Pelayanan Pajak


Pratama Majene

Seksi Penagihan
Dokumentasi

Jenis Data
Data Penagihan dan Penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai

Penagihan dengan Penagihan dengan


Surat Teguran Surat Paksa

Teknik analisis Data:


Analisis Rasio Efektivitas

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 2 Skema Desain Penelitian

1. Definisi Operasional

a. Efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran


merupakan indikator berhasil tidaknya tindakan yang dilakukan oleh
pejabat untuk menegur atau memperingatkan agar penanggung pajak
melunasi utang atas penjualan barang atau jasa kena pajak.
b. Efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Paksa

merupakan indikator berhasil tindaknya tindakan yang dilakukan oleh

pejabat agar penanggung pajak melunasi utang dan biaya penagihan pajak

atas penjualan barang atau jasa kena pajak.


32

2. Pengukuran Variabel

a. Efektivitas Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran

Untuk mengukur tingkat efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai

dengan Surat Teguran dapat digunakan formula sebagai berikut:

Jumlah Penagihan Surat teguran yang Dibayar


Efektivitas= x100%
Jumlah Penagihan Surat Teguran yang Diterbitkan

Sumber: Permana (2017)

b. Efektivitas Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Paksa Untuk

mengukur tingkat efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai dapat

digunaka formula sebagai berikut:

Jumlah Penagihan Surat Paksa yang Dibayar


Efektivitas = x100%
Jumlah Penagihan Surat Paksa yang Diterbitkan

Sumber: Permana (2017)

C. Pupulasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah data penagihan dan pencairan

tunggakan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran dan Surat Paksa pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini yakni semua data penagihan dan pencairan

tunggakan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran dan Surat Paksa pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene tahun 2015-2017.


33

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah dokumentasi berupa pengambilan data penagihan dan pencairan pajak

dengan Surat Tegura dan Surat Paksa yang terkait dengan penelitian yang

dilakukan. Serta wawancara untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan

pelaksanaan penagihan pajak oleh Jurusita Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Majene.

E. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan metode

analisis efektivitas. Analisis efektivitas digunakan untuk mengukur tingkat

efektivitas penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa. Menurut

Permana (2017) “Formula yang digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas yang

terkait dengan penagihan pajak adalah perbandingan antara jumlah penagihan yang

dibayar dengan jumlah penagihan yang diterbitkan.” Yang dirumuskan sebagai

berikut:

1. Analisis Efekvitas Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat

Teguran

Jumlah Penagihan PPN Surat Teguran yang Dibayar


Efektivitas= x100%
Jumlah Penagihan PPN Surat Teguran yang Diterbitkan
Sumber: Permana (2017)
34

2. Analisis Efektivitas Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Paksa

Jumlah Penagihan PPN Surat Paksa yang Dibayar


Efektivitas = x100%
Jumlah Penagihan PPN Surat Paksa Yang Diterbitkan
Sumber: Permana (2017)

Tabel 3 Klasifikasi Pengukuran Efektivitas

Persentase Kriteria
>100% Sangat Efektif
90 – 100% Efektif
80 – 90% Cukup Efektif
60 – 80% Kurang Efektif
<60% Tidak Efektif
Sumber : Beni Pekei 2016
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Sebagai langkah pertama, untuk memudahkan wajib pajak. Kantor

Pajak dibagi atas 3 jenis, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan

Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan

(Karipka), dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP). Struktur yang

berbasis fungsi yang diterapkan kepada KPP dengan sisitem administrasi

yang modern untuk dapat merealisasikan debirokratisasi pelayanan sekaligus

melaksanakan pengawasan terhadap wajib pajak secara lebih sistematis

berdasarkan analisis resiko unit vertikal Direktorat Jenderal Pajak dibedakan

berdasarkan segmentasi wajib pajak, yaitu KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya,

KPP Pratama. Dengan pembagian seperti ini, diharapkan strategi dan

pendekatan terhadap wajib pajak dapat disesuaikan dengan karakteristik wajib

pajak yang ditangani, sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih optimal.

Pada tahap selanjutnya, dibentuk Kantor Wilayah (Kanwil) dan 2 Kantor

Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar pada bulan Juli Tahun 2002 untuk

mengadministrasikan 300 wajib pajak badan terbesar di seluruh Indonesia

sebagai Pilot Project. Karena program modernisasi yang diterapkan pada

Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak (KPPWP) besar dianggap cukup berhasil,

maka konsep yang kurang lebih sama dicoba untuk diterapkan pada KPP

lain secara bertahap, dimana sampai akhir Tahun 2007, 22 Kanwil dan 202

35
36

KPP (3 KPP WP besar, 28 KPP Madya, dan 171 KPP Pratama) telah berhasil

dimodernisasi. Pada akhir Tahun 2006, struktur organisasi KPP Direktorat

Jenderal Pajak disempurnakan bersamaan dengan penerapan administrasi

modern.

Pada Tahun 2008, seluruh kantor diluar Jawa dan Bali akan

dimodernisasikan dengan dibentuknya 128 KPP Pratama untuk menggantikan

seluruh Kantor Pajak yang ada di daerah tersebut. Perbedaan utama antara KPP

Pratama dengan KPP Wajib Pajak Besar maupun Madya antara lain dengan

adanya seksi Ekstensifikasi pada KPP Pratama, sehingga dapat dikatakan pula

KPP Pratama merupakan ujung tombak bagi Direktorat Jenderal Pajak

untuk manambah rasio perpajakan di Indonesia.

Kantor Pelayanan Pajak adalah Instansi Vertikal Direktorat Jenderal

Pajak yang berada di bawah naungan Menteri Keuangan. KPP Pratama akan

melayani Pajak Penghasilan (PPh) Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB), dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB). Selain itu KPP Pratama juga melakukan pemeriksaan untuk menguji

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan tetapi bukan sebagai lembaga

yang memutuskan keberatan, struktur organisasin KPP Pratama berdasarkan

fungsi pajak bukan jenis pajak.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene didirikan pada tahun 2008

berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Wilayah kerja Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Majene adalah Kabupaten Majene, Kabupaten Polewali dan

Kabupaten Mamasa.
37

2. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak

Visi dari Kantor Pelayanan Pajak yakni menjadi Institusi penghimpun

penerimaan negara terbaik demi menjamin kedaulatan dan kemandirian negara.

Sedangkan misinya yakni menjamin penyelenggaraan negara yang berdaulat dan

mandiri dengan:

a. Mengumpulkan penerimaan berdasarkan kepatuhan wajib pajak sukarela

yang tinggi dan penegakan hukum yang adil.

b. Pelayanan berbasis teknologi modern untuk kemudahan pemenuhan

kewajiban perpajakan.

c. Aparatur pajak yang berintegritas, kompeten, dan professional.

d. Kompensasi yang kompetitif berbasis system manajemen kinerja.

3. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan unsur pelaksana atau instansi

vertikal dibawah Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak yang merupakan salah

satu instansi di bawah Kementerian Keuangan. Adapun tugas pokok dari Kantor

Pelayanan Pajak Pratama yaitu malaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan

pengawasan wajib pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai,

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak tidak langsung lainnya dalam wilayah

wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi

perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak.

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan.


38

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

pengelolaan surat.

d. Pemberitahuan serta penerimaan surat lainnya.

e. Penyuluhan perpajakan.

f. Pelayanan perpajakan.

g. Pelaksanaan pendaftaran wajib pajak.

h. Pelaksanaan ekstensifikasi.

i. Pengurangan sanksi pajak.

j. Pelaksanaan pemeriksaan pajak.

k. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.

l. Pelaksanaan konsultasi perpajakan.

m. Pelaksanaan administrasi kantor.

4. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene

Struktur organisasi menggambarkan bagaimana posisi tugas dan tanggung

jawab masing-masing personil yang terlibat dalam instansi tersebut. Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Majene merupakan instansi dibawah Kantor Wilayah

Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Selatan, Barat, dan Tenggara. Kepala Kantor

Pelayanan Pajak bertanggung jawab atas semua bidang yang ada pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Majene, yang terdiri dari KP2KP Polewali, KP2KP

Mamasa, Pegawai Fungsional, Seksi Pengolahan Data dan Informasi, Seksi

Pelayanan, Seksi Penagihan, Subbagian Umum, Seksi Pemeriksaan, Seksi

Pengawasan dan Konsultasi, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi


39

Pengawasan dan Konsultasi III, dan Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.

Gambaran mengenai struktur organisasi yang berlaku di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Majene adalah sebagai berikut:

Gambar 3 Struktur Organisasi KPP Pratama Majene


40

5. Tugas dan Tanggung Jawab Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene

a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene

Tugas dan tanggung jawab Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene

yakni:

1) Bertanggung jawab atas pelaksanaan semua kegiatan kantor baik

secara internal maupun eksternal.

2) Menyusun program kerja kegiatan kantor.

3) Berkoordinasi dengan semua kepala subbagian.

4) Membuat laporan evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan secara

periodik.

b. Bagian Umum

Tugas dan tanggung jawab bagian umum yakni:

1) Menangani administrasi perkantoran dan kepegawaian.

2) Kegiatan kesekretariatan.

3) Melakukan inventarisasi terhadap segala macam inventaris kantor.

4) Mengurus kenaikan gaji berkala serta pangkat dan golongan


41

c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Tugas dan tanggung jawab seksi pengolahan data dan informasi yakni:

1) Melakukan pembentukan pemanfaatan bank data.

2) Membuat dan menyampaikan Surat Perhitungan (SPH) kirim ke kantor

pelayanan lain.

d. Seksi Penagihan

Tugas dan tanggung jawab seksi penagihan yakni:

1) Menyelesaikan usulan pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.

2) Melakukan penghapusan piutang pajak.

3) Melakukan penagihan seketika dan sekaligus.

4) Melakukan penagihan surat permintaan pemblokiran rekening wajib

pajak.

5) Membuat usulan pencegahan dan penyanderaan terhadap wajib pajak

tertentu.

6) Menjawab konfirmasi data dan tunggakan pajak.

7) Melakukan penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan

Pajak.

8) Melakukan penatausahaan Surat Keputusan Keberatan/Banding.

9) Memproses dokumen yang masuk diseksi penagihan.

e. Seksi Pemeriksaan

Tugas dan tanggung jawab seksi pemeriksaan yakni:

1) Membantu tugas Kepala Kantor dalam mengkoordinasi pelaksanaan

penyusunan perencanaan pemeriksaan.


42

2) Melakukan pengawasan pemeriksaan aturan pemeriksaan.

3) Melakukan penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak

serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

f. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan

1) Menggali potensi pajak dan ekstensifikasi wajib pajak.

2) Mencari data ekstensifikasi wajib pajak serta penyusunan wajib pajak.

3) Memelihara pencairan data potensi perpajakan dalam rangka

pembuatan monografi fiskal.

g. Seksi Pelayanan

Tugas dan tanggung jawab seksi pelayanan yakni:

1) Melakukan penatausahaan dokumen wajib pajak dan surat dokumen

dan laporan wajib pajak.

2) Melakukan penelitian hasil keluaran berupa SPPT/STTS/DHKP/DHR.

3) Melakukan peminjaman pengiriman berkas.

4) Melakukan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi.

i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Tugas dan tanggung jawab seksi pengawasan dan konsultasi yakni:

1) Melakukan proses penyelesaian permohonan wajib pajak.

2) Melakukan usulan pembetulan ketetapan pajak.

3) Melakukan bimbingan dan konsultasi perpajakan kepada wajib pajak.

h. Seksi Pengawasan Konsultasi I, II, III

Tugas dan tanggung jawab seksi pengawasan dan konsultasi I, II, III.

1) Melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak.


43

2) Melakukan penyusunan profil wajib pajak.

3) Melakukan analisis kinerja wajib pajak.

4) Melakukan rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka intensifikasi dan

himbauan kepada wajib pajak.

B. Penyajian Data

1. Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran

Surat Teguran merupakan tindakan awal yang dilakukan oleh pejabat untuk

memperingati wajib pajak yang belum melunasi utang pajaknya sampai jatuh tempo

pembayaran pajak sebelum dilakukan tindakan penagihan selanjutnya. Surat

Teguran disampaikan apabila wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya setelah

lewat 7 hari dari jatuh tempo pembayaran pajak, wajib pajak tidak menyetujui

sebagian atau seluruh jumlah pajak yang harus dibayar namun wajib pajak tidak

mengajukan keberatan atau banding atas keputusan keberatan, kepada wajib pajak

disampaikan Surat Teguran setelah lewat 7 hari dari jatuh tempo pengajuan

keberatan dan pengajuan banding. Wajib pajak mengajukan permohonan banding

atas keputusan keberatan sehubungan dengan SKPKB atau SKPKBT, kepada wajib

pajak disampaikan Surat Teguran setelah 7 hari sejak jatuh tempo pelunasan pajak

yang masih harus dibayar, serta wajib pajak mencabut pengajuan keberatan atas

SKPKB atau SKPKBT setelah tanggal jatuh tempo pelunasan tetapi sebelum

tanggal diterima Surat Pemberitahuan kepada wajib pajak disampaikan Surat

Teguran setelah 7 hari dari tanggal pencabutan pengajuan keberatan.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap Kepala Seksi Penagihan pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene, Surat Teguran diterbitkan apabila wajib
44

pajak tidak melunasi utang pajaknya setelah lewat 7 hari dari jatuh tempo

pembayaran pajak, sehubungan dengan SKPKB atau SKPKBT yang diterbitkan

karena adanya sengketa atau temuan perbedaan jumlah utang pajak oleh Wajib

Pajak dan Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan atau banding, kepada wajib

pajak disampaikan Surat Teguran setelah lewat 7 hari dari jatuh tempo pengajuan

banding atau keberatan.

Adapun prosedur penerbitan Surat Teguran pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Majene dengan menggunakan sistem yang ada pada komputer yang

dioperasikan oleh admin seksi penagihan, dalam sistem tersebut secara otomatis

akan muncul piutang yang sudah jatuh tempo dan belum dibayar oleh wajib pajak.

Berdasarkan tanggal jatuh tempo tersebut akan terlihat bahwa terdapat piutang

pajak lewat dari 7 hari dari jatuh tempo pembayaran pajak. Setelah admin

mengetahui hal tersebut selanjutnya admin akan membuat Surat Teguran dengan

meminta persetujuan Kepala Seksi Penagihan kemudian diteruskan kepada Kepala

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mejene melalui sistem. Setelah Kepala Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Majene memeriksa Surat Teguran tersebut dan

menyetujui melalui sistem, selanjutnya admin mencetak Surat Teguran dan

diteruskan kepada Kepala Seksi Penagihan untuk diperiksa dan memaraf Surat

Teguran, selanjutnya Surat Teguran disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Majene untuk memeriksa dan menandatangani Surat Teguran

tersebut. Setelah ditandatangi, Surat Teguran akan disampaikan kepada wajib pajak

melalui Kurir atau Kantor Pos.


45

Berikut data penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran

pada KPP Pratama Majene tahun 2015-2017.

Tabel 4 Data Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran pada KPP
Pratama Majene tahun 2015-2017.

Penerbitan Pencairan
Tahun
Lbr Nominal Lbr Nominal

2015 50 Rp. 1.183.396.024 28 Rp. 890.403.774

2016 120 Rp. 769.592.988 112 Rp. 699.225.631

2017 12 Rp. 16.778.780 7 Rp. 14.278.780

Total 182 Rp. 1.969.767.792 147 Rp. 1.603.908.185

Sumber: Seksi Penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene, 2018

Berdasarkan data pada tabel 4, dapat dilihat bahwa penagihan berdasarkan

penerbitan dan pencairan Pajak Pertambahan Nilai menggunakan Surat Teguran

tahun 2015-2017 pada KPP Pratama Majene mengalami peningkatan dan

penurunan berdasarkan jumlah lembar. Penerbitan Pajak Pertambahan Nilai

menggunakan Surat Teguran berdasarkan jumlah lembar pada tahun 2015 sebanyak

50 lembar, dari jumlah penagihan tersebut hanya 28 lembar yang terbayar.

Sedangkan pada tahun 2016 bertambah sebanyak 70 lembar dari sebelumnya

sehingga menjadi 120 lembar, dari jumlah penagihan tersebut 112 lembar yang

terbayar. Sedangkan pada tahun 2017 penagihan menggunakan Surat Teguran

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yakni sebanyak 108 lembar sehingga

penagihan pada tahun 2017 hanyak sebanyak 12 lembar, dari jumlah penagihan

tersebut 7 lembar telah dibayar.


46

Penerbitan dan pencairan Pajak Pertambahan Nilai menggunakan Surat

Teguran pada KPP Pratama Majene tahun 2015-2017 berdasarkan lembar

mengalami peningkatan dan penurunan. Namun hal tersebur berbeda dengan

jumlah nominal dari penerbitan maupun pencairan yang mengalami penurunan dari

tahun 2015-2017. Penerbitan tahun 2015 sebesar Rp1.183.396.024 dan yang

dibayar sebesar Rp890.403.774. Sedangkan pada tahun 2016 penerbitan mengalami

penurunan sebesar Rp413.803.036 sehingga menjadi Rp769.592.988 dan

Rp699.225.631 telah dibayar. Pada tahun 2017 penerbitan berdasarkan nominal

mengalami penurunan yang signifikan yakni sebesar Rp752.814.208 sehingga

menjadi Rp16.778.780, dari jumlah penerbitan tersebut sebanyak Rp14.278.780

yang dicairkan.

2. Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Paksa

Surat Paksa merupakan penagihan yang dilakukan oleh Pejabat kepada

penanggung pajak yang belum melunasi utang pajaknya setelah lewat masa tempo

penagihan dari Surat Teguran. Surat Paksa diterbitkan apabila lewat 21 hari setelah

diterbitkannya Surat Teguran dan wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya. Wajib

pajak tidak memenuhi persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

Penagihan dengan Surat Paksa diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada orang

pribadi apabila penanggung pajak ditempat tinggal yang memungkinkan, salah satu

ahli waris apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum

dibagi, dan para ahli waris apabila harta warisan telah dibagi. Serta Surat Paksa

disampaikan terhadap badan diberitahukan oleh Jurusita pajak kepada penaggung


47

jawab, baik ditempat kedudukan badan yang bersangkutan, ditempat tinggal atau

tempat lain yang memungkinkan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Penagihan Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Majene, Surat Paksa disampaikan kepada wajib pajak

apabila wajib pajak tidak melunasi utang pajaknya setelah lewat 21 hari sejak

diterbitkannya Surat Teguran. Namun penerbitan Surat Paksa diutamakan kepada

wajib pajak yang diketahui mampu membayar utang pajaknya. Hal tersebut

merupkaan strategi yang diberlakukan sehubungan dengan penerbitan Surat Paksa.

Apabila wajib pajak diketahui mempunyai kemampuan untuk membayar utang

pajaknya, kepada wajib pajak disampaikan Surat Paksa sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yakni 21 hari setelah diterbitkannya Surat Teguran dan wajib

pajak belum melunasi utang pajaknya, namun jika wajib pajak diketahui tidak

mempunyai kemampuan untuk membayar utang pajaknya, kepada Wajib Pajak

disampaikan Surat Paksa setelah dianggap mampu membayar utang pajaknya

sebelum daluarsa pajak.

Adapun prosedur penerbitan Surat Paksa yakni dengan sistem informasi

yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama oleh admin bagian seksi penagihan

membuat Surat Paksa dengan persetujuan Kepala Seksi Penagihan dan diteruskan

Kepada kepala Kantor Pelayanan Pajak, setelah mendapat persetujuan selanjutnya

Surat Paksa dicetak oleh admin dan ditandatangi oleh Kepala Kantor Pelayanan

Pajak. Selanjutnya Surat Paksa diserahkan kepada jurusita pajak untuk disampaikan

langsung kepada wajib pajak. Jurusita pajak menyampaikan langsung Surat Paksa

kepada penanggung pajak dengan menyerahkan Salinan Surat Paksa. Proses


48

penyampaian Surat Paksa tersebut akan dituangkan dalam berita acara

Pemberitahuan Surat Paksa yang ditandatangani oleh Jurusita bersama wajib pajak.

Berikut data penagihan Pajak Pertambahan Nilai pada KPP Pratama Majene

tahun 2015-2017.

Tabel 5 Data Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Paksa Paksa pada

Penerbitan Pencairan
Tahun
Lbr Nominal Lbr Nominal

2015 23 Rp. 54.085.966 23 Rp. 54.085.966

2016 80 Rp.1.229.984.927 80 Rp.1.229.984.927

2017 15 Rp. 64.817.357 15 Rp. 64.817.357

Total 118 Rp.1.348.888.250 118 Rp.1.348.888.250

Sumber: Seksi Penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene, 2018

Berdasarkan data pada tabel 5, penerbitan dan pencairan Pajak Pertambahan

Nilai berdasarkan lembar maupun nominal menggunakan Surat Paksa pada KPP

Pratama Majene tahun 2015-2017 mengalami peningkatan dan penurunan. Pada

tahun 2015 penerbitan menggunakan Surat Paksa berdasarkan lembar sebanyak 23

lembar dan dari jumlah tersebut semuanya telah dicairkan. Sedangkan pada tahun

2016 penerbitan mengalami peningkatan sebanyak 57 lembar sehingga menjadi 80

lembar dan dari jumlah tersebut semuanya telah dicairkan. Sedangkan pada tahun

2017 penerbitan mengalami penurunan yang signifikan sebesar 65 lembar sehingga

menjadi 15 lembar, dari jumlah tersebut semuanya telah dicairkan.

Penerbitan dan pencairan Pajak Pertambahan Nilai menggunakan Surat

Paksa berdasarkan nominal juga mengalami peningkatan dan penurunan yang


49

signifikan. Penerbitan pada tahun 2015 sebesar Rp54.085.966, dari jumlah

nominal tersebut semuanya telah dicairkan. Sedangkan pada tahun 2016 penerbitan

mengalami peningkatan yang signifikan yakni sebesar Rp1.175.898.961 sehingga

menjadi Rp1.229.984.927, dan dari total penerbitan tersebut semuanya telah

dicairkan. Sedangkan pada tahun 2017 penerbitn mengalami penurunan yang dari

tahun sebelumnya yakni sebesar Rp1.165.167.570 sehingga menjadi

Rp64.817.357, dari total penerbitan tersebut semuanya telah dicairkan.

C. Analisis Data

1. Efektivitas Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran

Efektivitas penagihan pajak diukur dengan cara membandingkan antara

pencairan tunggakan pajak dengan jumlah penagihan pajak yang telah dilakukan.

Untuk menganalisis penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran

dengan cara membandingkan antara penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan

Surat Teguran yang dibayar dengan penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan

Surat Teguran yang diterbitkan.

Jumlah Penagihan PPN dengan ST yang Dibayar


Efektivitas = x100%
Jumlah Penagihan PPN dengan ST yang Diterbitkan

Analisis data yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah

analisis deskriptif. Teknik analisis ini yakni dengan membandingkan tingkat

efektivitas penagihan pajak dengan Surat Teguran dari tahun 2015 sampai dengan

tahun 2017 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene. Berikut data efektivitas
50

penagihan Pajak Pertambahan Nilai menggunakan Surat Teguran pada KPP

Pratama Majene tahun 2015-2017.

Tabel 6 Data Efektivitas Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran

pada KPP Pratama Majen e tahun 2015-2017.

Sumber: Seksi Penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene, 2018.

Berdasarkan data pada tabel 6, efektivitas penagihan Pajak Pertambahan

Nilai menggunakan Surat Teguran pada KPP Pratama Majene dari tahun 2015-2017

mengalami peningkatan dan penurunan berdasarkan lembar maupun nominal.

Efektivitas penagihan menggunakan Surat Teguran pada tahun 2015 berdasarkan

lembar hanya sebesar 56 persen dan termasuk dalam kriteria tidak efektif.

Sedangkan pada tahun 2016 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar

37,3 persen sehingga menjadi 93,3 persen dan termasuk dalam kriteria efektif. Pada

tahun 2017 efektivitas mengalami penurunan dari tahun sebelumnya sebesar 35

persen sehigga menjadi 58,3 persen dan termasuk dalam kriteria tidak efektif.

Tingkat efektivitas berdasarkan nominal juga mengalami peningkatan dan

penurunan. Pada tahun 2015 tingkat efektivitas penagihan menggunakan Surat

Teguran berdasarkan nominal sebesar 75,24 persen dan termasuk dalam kriteria

kurang efektif. Sedangkan pada tahun 2016 tingkat efektivitas mengalami


51

peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 15,62 persen sehingga menjadi 90,86

persen dan termasuk dalam kriteria efektif. Sedangkan pada tahun 2017 tingkat

efektivitas mengalami penurunan sebesar 5,76 persen sehingga menjadi 85,1 persen

dan termasuk dalam kriteria cukup efektif.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Majene terhadap Kepala Seksi Penagihan, hal yang mendasari terjadinya

peningkatan efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai menggunakan Surat

Teguran yakni meningkatnya kesadaran wajib pajak tentang pentingnya

pembayaran pajak dan kepatuhan wajib pajak terhadap peraturan Perpajakan.

Demikian sebaliknya apabila efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai

menggunkan Surat Teguran mengalami penurunan disebabkan karena kurangnya

kesadaran wajib pajak tentang pentingnya pembayaran pajak serta kepatuhan wajib

pajak terhadap perturan perpajakan pajak.

2. Efektivitas Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Paksa

Efektivitas dapat diukur dengan membandingkan antara usaha dan hasil

yang telah dicapai. Dalam penagihan pajak efektivitas diukur dengan cara

membandingkan antara pencairan tunggakan pajak dengan jumlah penagihan pajak

yang telah dilakukan. Untuk menganalisis penagihan Pajak Pertambahan Nilai

dengan Surat Paksa dengan cara membandingkan antara penagihan Pajak

Pertambahan Nilai dengan Surat Paksa yang dibayar dengan penagihan Pajak

Pertambahan Nilai dengan Surat Paksa yang diterbitkan.


52

Jumlah Penagihan PPN dengan SP yang Dibayar


Efektivitas = x100%
Jumlah Penagihan PPN dengan SP yang Diterbitkan

Analisis data yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah

analisis deskriptif. Teknik analisis ini yakni dengan membandingkan tingkat

efektivitas penagihan pajak dengan Surat Paksa dari tahun 2015 sampai dengan

tahun 2017 pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene.

Berikut data efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai menggunakan

Surat Paksa pada KPP Pratama Majene tahun 2015-2017.

Tabel 7 Data efektivitas Penagihan dan Pencairan Pajak Pertambahan Nilai dengan

Surat Paksa pada KPP Pratama Majene tahun 2015-2017.

Sumber: Seksi Penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene, 2018.

Berdasarkan data pada tabel 7, penagihan Pajak Pertambahan Nilai

menggunakan Surat Paksa pada KPP Pratama Majene tahun 2015-2017, yang telah

dianalisis menggunakan rumus efektivitas penagihan pajak dengan Surat Paksa

berdasarkan jumlah lembar maupun nominal termasuk dalam kriteria sangat efektif.

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis efektivitas berdasarkan lembar maupun

nominal mencapai angka 100% dan angka tersebut termasuk dalam kriteria sangat

efektif.
53

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Majene terhadap Kepala Seksi Penagihan, hal yang mendasari sehingga

efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai menggunakan Surat Paksa

mencapai angka 100 persen dan termasuk dalam kriteria sangat efektif yakni

dengan diberlakukannya pemblokiran rekening wajib pajak dan buka blokir

rekening hanya dapat dilakukan jika utang pajak telah lunas. Alasan selanjutnya

yakni melakukan penyitaan aset, dan biasanya juga dilakukan pendekatan personal

melalui himbauan untuk mengansur pembayaran pajak.

D. Hasil dan Pembahasan

1. Efektivitas Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Teguran

Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan menggunakan Surat Teguran

pada KPP Pratama Majene tahun 2015-2017 berdasarkan analisis dan kalasifikasi

efektivitas yang telah dilakukan mempunyai tingkat efektivitas yang berbeda-beda.

Pada tahun 2015 tingkat efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai pada KPP

Pratama Majene berdasarkan lembar hanya 56 persen. Hasil analisis efektivitas

pada tahun 2015 berdasarkan lembar sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Monita dkk (2015) yang menyatakan bahwa penagihan tunggakan Pajak

Pertambahan Nilai menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa tergolong tidak

efektif karena presentase efektivitas berada dibawah 60 persen. Sedangkan pada

tahun 2016 penagihan Pajak Pertambahan Nilai menggunakan Surat Teguran

berdasarkan lembar mencapai angka 93,3 persen. Hal tersebut sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Putri dkk (2016) yang menyatakan penagihan pajak

menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa pada KPP Pratama di Balikpapan
54

berada dalam kriteria efektif yaitu diatas 80 persen. sedangkan pada tahun 2017

angka efektivitas berdasarkan lembar hanya berada pada angka 58,3 persen. Hal

tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Monita dkk (2015).

Penagihan menggunakan Surat Teguran berdasarkan nominal pada tahun

2015 berada pada angka 75,24 dan termasuk kriteria kurang efektif. Hal tersebut

tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Monita dkk (2015). Sedangkan

pada tahun 2016 efektivitas berdasarkan nominal mencapai angka 90,86 persen dan

termasuk dalam kriteria efektif. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Putri dkk (2016) yang menyatakan penagihan pajak menggunakan

Surat Teguran dan Surat Paksa pada KPP Pratama di Balikpapan berada dalam

kriteria efektif yaitu diatas 80 persen. Sedangkan pada tahun 2017 tingkat

efektivitas berdasarkan nominal berada pada nagka 85,1 persen dan termasuk

dalam kriteria cukup efektif. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Putri dkk (2016) yang menyatakan penagihan pajak menggunakan Surat

Teguran dan Surat Paksa pada KPP Pratama di Balikpapan berada dalam kriteria

efektif yaitu diatas 80 persen.

2. Efektivitas Penagihan Pajak Pertambahan Nilai dengan Surat Paksa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas penagihan Pajak

Pertambahan Nilai menggunakan Surat Paksa pada KKP Pratama Majene tahun

2015-2017, berdasarkan lembar maupun nominal berdasarkan analisis dan

klasifikasi efektivitas yang telah dilakukan mempunyai tingkat efektivitas yang

sama yakni berada pada angka 100 persen dan termasuk dalam kriteria sangat

efektif. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
55

Monita dkk (2015) yang menyatakan bahwa penagihan tunggakan Pajak

Pertambahan Nilai menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa tergolong tidak

efektif karena presentase efektivitas berada dibawah 60 persen, dan Putri dkk

(2016) yang menyatakan penagihan pajak menggunakan Surat Teguran dan Surat

Paksa pada KPP Pratama di Balikpapan berada dalam kriteria efektif yaitu diatas

80 persen.

Adapun yang mendasari perbedaan hasil penelitian sebelumnya dengan

penelitian ini yakni diberlakukannya sistem pemblokiran rekening wajib pajak dan

adanya strategi tertentu oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene yakni apabila

wajib pajak diketahui mempunyai kemampuan dalam membayar utang pajaknya

maka dilakukan pendekatan personal terhadap wajib pajak agar wajib pajak

membayar utang pajaknya, namun apabila diketahui wajib pajak tidak mempunyai

kemampuan membayar utang pajaknya maka penagihan menggunakan Surat Paksa

akan dilakukan saat wajib pajak diketahui telah mampu membayar utang pajaknya

dan daluarsa pajak belum berakhir sehingga daluarsa pajak terhitung sejak

diterbitkan Surat Paksa.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian dan klasifikasi efektivitas penagihan Pajak

Pertambahan Nilai menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Majene dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tingkat efektivitas Penagihan Pajak Pertambahan Nilai menggunakan Surat

Teguran pada Kantor Pelayananan Pajak Pratama Majene tahun 2015-207

berdasarkan Lembar masing-masing sebesar 56 persen, 93,3 persen, dan 58,3

persen dengan kriteria masing-masing tidak efektif, efektif, dan tidak efektif.

Sedangkan berdasarkan nominal dari tahun 2015-2017 tingkat efetivitas

masing-masing 75,24 persen, 90,86 persen, dan 85,1 persen dengan kriteria

masing-masing kurang efektif, efektif, dan cukup efektif. Adanya

peningkatan efektivitas penagihan menggunakan Surat Teguran disebabkan

karena meningkatnya kepatuhan wajib pajak terhadap aturan perpajakan,

sebaliknya menurunnya tingkat efektivitas penagihan menggunakan Surat

Teguran disebabkan karena kurangnyaa tingkat kepatuhan wajib pajak

terhadap aturan perpajakan.

2. Tingkat efektivitas Penagihan Pajak Pertambahan Nilai menggunakan Surat

Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene dari tahun 2015-2017

berada pada angka 100 persen dengan kriteria sangat efektif. Adapun yang

penyebab efektivitas penagihan Pajak Pertambahan Nilai menggunakan Surat

Paksa berada pada angka 100 persen karena diberlakukannya pemblokiran

56
57

rekening wajib pajak dan adanya strategi tertentu yang digunakan oleh Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Majene.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat memberikan

saran antara lain:

1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majene dapat mengadakan

sosialisasi-sosialisasi tentang pentingnya kepatuhan wajib pajak terhadap

hukum sehingga wajib pajak mengetahui hal tersebut dan wajib pajak

mempunyai peningkatan kepatuhan dalam membayar pajak agar angka

tunggakan pajak berkurang.

2. Bagi peneliti selanjutnya apabila tertarik untuk meneliti topik ini disarankan

tidak hanya berfokus kepada Pajak Pertambahan Nilai namun untuk semua

jenis Pajak dan diharapkan untuk menambah analisis tentang adanya

pengaruh penagihan pajak menggunakan Surat Teguran dan Surat Paksa

terhadap peningkatan penerimaan pajak.


58

DAFTAR PUSTAKA

Ayza, B. (2017). Hukum Pajak Indonesia. Jakarta: Perpustakaan Nasional.


Fitriani, E., Lidya, R., & Fajriyana, I. (2013). Pengaruh Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa Terhadap. Jurnal Akuntansi , 01-09.

Hastuti, P., & Imansyah. (2016). Analisis Efektivitas Penagihan Pajak Penghasilan
Melalui Surat Teguran Dan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Barabai. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis , 392-399.

Kemendagri, (2017). Perekonomian Indonesia dan APBN 2017. Dipetik 28 April


2018, dari https://www.kemenkeu.go.id/apbn2017#

Kuncoro, M. (2013). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Mardiasmo. (2009). Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.

Mardiasmo. (2016). Perpajakan Edisi Terbaru. Yogyakarta: Andi.

Misman, S. (2016). Pengaruh penerapan sistem self assessment. Jurnal Berkala


Ilmiah Efisiensi , 1074-1086.

Najoan, M. P., Morasa, J., & Wokas, H. (2015). Efektivitas Penagihan Pajak dengan
Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Untuk Peningkatan Penerimaan
Pajak Pertambahan Nilai Pada KPP Prtama KotaMobagu. Emba , 576-584.

Pandiangan, L. (2014). Administrasi Perpajakan . Jakarta: Erlangga.

Pekei, B. (2016). konsep dan Analisis Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah


Di Era Otonom. Jakarta: Taushia.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Penagihan Pajak

Permana, P. O. (2017). Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa, Penyitaan


dan Gijzeling Untuk Optimalisasi Penerimaan . Jurnal Ilmu dan Riset
Akuntansi , 652-666.

Pohan, C. A. (2017). Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan


Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Priantara, D. (2016). Perpajakan Indonesia. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.

Rahayu, S. K. (2017). Perpajakan Konsep dan Aspek Formal. Bandung: Penerbit


Rekayasa Sains.
59

Rahayu, S., & Lingga, I. S. (2009). Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi.


Jurnal Akuntansi , 119-138.

Salman, K. R. (2017). Perpajakan PPh dan PPN. Jakarta: Indeks Jakarta.

Suharsono, A. (2015). Ketentuan Umum Perpajakn. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sukardji, U. (2015). Pajak Pertambahan Nilai . Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara Tahun Anggaran 2018.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Denga Surat


Paksa.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan


Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Wahyuningtyas, F., & ariesanti, A. (2017). Efektivitas Penagihan Pajak Dengan


Surat Teguran Dan. Jurnal Reksa , 23-40.
LAMPIRAN

60
DATA PENAGIHAN PPN MENGGUNAKAN SURAT TEGURAN
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MAJENE
2015-2017

TANGGAL TANGGAL
NO PENCAIRAN NOMINAL KATEGORI
TEGUR PAKSA

6870 1/9/2017 108,808,221 PPN 4/20/2015 #N/A

6871 1/9/2017 135,665,368 PPN 4/20/2015 #N/A

6872 1/9/2017 25,172,691 PPN 4/27/2015 #N/A

6873 1/9/2017 53,495,636 PPN 4/27/2015 #N/A

6874 1/9/2017 56,529,573 PPN 4/27/2015 #N/A

6875 1/9/2017 15,344,918 PPN 4/27/2015 #N/A

6876 1/9/2017 82,731,641 PPN 4/27/2015 #N/A

6877 1/9/2017 56,947,346 PPN 4/27/2015 #N/A

6878 1/9/2017 21,459,527 PPN 4/27/2015 #N/A

6879 1/9/2017 54,220,382 PPN 4/27/2015 #N/A

6880 1/9/2017 49,958,627 PPN 4/27/2015 #N/A

6881 1/9/2017 85,296,709 PPN 4/28/2015 #N/A

6884 1/9/2017 5,029,200 PPN 4/28/2015 #N/A

6885 1/9/2017 138,868,935 PPN 4/28/2015 #N/A

1826 9/13/2013 25,000 PPN 4/28/2015 #N/A

6068 12/29/2016 75,000 PPN 4/28/2015 #N/A

1392 6/18/2013 75,000 PPN 4/28/2015 #N/A

1421 6/26/2013 75,000 PPN 4/28/2015 #N/A

2429 12/7/2013 25,000 PPN 4/28/2015 #N/A

3110 8/27/2014 75,000 PPN 4/28/2015 #N/A

5781 12/8/2016 75,000 PPN 4/28/2015 #N/A

61
2201 11/2/2013 25,000 PPN 4/28/2015 #N/A

3471 12/15/2014 75,000 PPN 4/28/2015 #N/A

5354 6/28/2016 50,000 PPN 4/28/2015 #N/A

6815 3/27/2017 75,000 PPN 8/27/2015 #N/A

1420 6/26/2013 75,000 PPN 12/21/2015 #N/A

6063 12/29/2016 75,000 PPN 12/21/2015 #N/A

5782 12/8/2016 75,000 PPN 12/21/2015 #N/A

2203 11/2/2013 25,000 PPN 1/27/2016 #N/A

6818 3/27/2017 75,000 PPN 1/27/2016 #N/A

3191 9/5/2014 25,000 PPN 1/27/2016 #N/A

3099 8/27/2014 75,000 PPN 1/27/2016 #N/A

5065 4/12/2016 75,000 PPN 1/27/2016 #N/A

3092 8/27/2014 75,000 PPN 1/27/2016 #N/A

966 3/6/2013 75,000 PPN 1/27/2016 #N/A

3105 8/27/2014 75,000 PPN 1/27/2016 #N/A

329 3/14/2012 50,000 PPN 2/18/2016 #N/A

1572 8/2/2013 75,000 PPN 2/18/2016 #N/A

2552 1/2/2014 25,000 PPN 2/18/2016 #N/A

3097 8/27/2014 75,000 PPN 3/31/2016 #N/A

2800 5/16/2014 75,000 PPN 3/31/2016 #N/A

3095 8/27/2014 150,000 PPN 3/31/2016 #N/A

2032 10/1/2013 50,000 PPN 3/31/2016 #N/A

5492 8/12/2016 75,000 PPN 3/31/2016 #N/A

964 3/6/2013 75,000 PPN 3/31/2016 #N/A

62
3103 8/27/2014 75,000 PPN 3/31/2016 #N/A

2031 10/1/2013 75,000 PPN 3/31/2016 #N/A

1529 7/9/2013 25,000 PPN 3/31/2016 #N/A

1573 8/2/2013 75,000 PPN 3/31/2016 #N/A

1522 7/3/2013 33,442 PPN 3/31/2016 #N/A

1698 9/19/2013 150,000 PPN 3/31/2016 #N/A

2409 12/19/2013 100,000 PPN 3/31/2016 #N/A

3194 9/5/2014 25,000 PPN 3/31/2016 #N/A

2842 5/17/2014 25,000 PPN 3/31/2016 #N/A

2028 10/1/2013 125,000 PPN 3/31/2016 #N/A

3090 8/27/2014 225,000 PPN 3/31/2016 #N/A

4490 9/16/2015 300,000 PPN 3/31/2016 #N/A

4704 12/30/2015 300,000 PPN 5/11/2016 #N/A

276 2/8/2012 50,000 PPN 5/11/2016 #N/A

1526 7/2/2013 200,000 PPN 5/11/2016 #N/A

2837 5/2/2014 100,000 PPN 5/11/2016 #N/A

1525 7/3/2013 250,000 PPN 5/11/2016 #N/A

1839 9/19/2013 300,000 PPN 5/11/2016 #N/A

3887 3/24/2015 300,000 PPN 5/11/2016 #N/A

5355 6/20/2016 300,000 PPN 5/11/2016 #N/A

390 12/6/2012 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

376 12/22/2012 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

926 2/22/2013 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

1849 9/19/2013 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

63
2040 10/9/2013 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

2205 11/6/2013 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

2543 1/17/2014 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

4310 7/10/2015 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

6010 4/22/2016 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

2653 3/7/2014 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

1823 9/10/2013 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

1847 9/19/2013 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

1851 9/23/2013 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

2368 12/10/2013 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

4224 6/18/2015 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

5424 7/20/2016 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

922 2/22/2013 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

928 2/26/2013 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

1821 9/10/2013 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

1846 9/19/2013 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

1852 9/23/2013 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

2372 12/12/2013 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

2542 1/17/2014 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

3188 9/19/2014 150,000 PPN 5/11/2016 #N/A

6009 4/22/2016 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

921 2/22/2013 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

929 2/26/2013 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

1820 9/10/2013 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

64
1843 9/19/2013 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

6008 4/22/2016 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

1153 4/22/2013 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

1527 7/2/2013 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

1854 9/23/2013 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

2369 12/10/2013 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

2373 12/12/2013 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

2541 1/17/2014 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

3189 9/19/2014 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

967 3/6/2013 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

1575 8/2/2013 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

2204 11/6/2013 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

1152 4/22/2013 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

1865 9/23/2013 150,000 PPN 6/14/2016 #N/A

2143 11/13/2013 150,000 PPN 7/27/2016 #N/A

2367 12/10/2013 150,000 PPN 7/27/2016 #N/A

2371 12/12/2013 150,000 PPN 7/27/2016 #N/A

2544 1/17/2014 150,000 PPN 7/27/2016 #N/A

215 12/22/2012 450,000 PPN 7/27/2016 #N/A

1422 6/27/2013 450,000 PPN 7/27/2016 #N/A

2803 5/16/2014 300,000 PPN 7/27/2016 #N/A

1542 7/18/2013 450,000 PPN 7/27/2016 #N/A

1107 4/24/2013 150,000 PPN 7/27/2016 #N/A

5061 4/12/2016 500,000 PPN 7/27/2016 #N/A

65
5063 4/12/2016 200,000 PPN 7/27/2016 #N/A

4546 10/28/2015 3,000,000 PPN 7/27/2016 #N/A

1387 6/14/2013 5,000,000 PPN 7/27/2016 #N/A

6813 3/27/2017 200,000 PPN 7/27/2016 #N/A

6886 1/9/2017 86,854,882 PPN 7/27/2016 #N/A

6887 1/9/2017 124,945,259 PPN 7/27/2016 #N/A

6888 1/9/2017 82,837,405 PPN 7/27/2016 #N/A

6889 1/9/2017 112,059,573 PPN 7/27/2016 #N/A

6890 1/9/2017 50,709,209 PPN 7/27/2016 #N/A

6891 1/9/2017 38,923,018 PPN 7/27/2016 #N/A

5496 8/5/2016 547,736 PPN 8/3/2016 #N/A

6049 9/22/2016 1,500,000 PPN 8/16/2016 #N/A

6050 9/22/2016 500,000 PPN 8/16/2016 #N/A

6051 9/22/2016 500,000 PPN 8/16/2016 #N/A

6052 9/22/2016 500,000 PPN 8/16/2016 #N/A

6039 9/15/2016 500,000 PPN 8/25/2016 #N/A

6161 9/8/2016 4,372,800 PPN 10/6/2016 #N/A

6053 9/29/2016 500,000 PPN 10/6/2016 #N/A

6159 9/29/2016 3,000,000 PPN 10/6/2016 #N/A

6174 11/18/2016 2,500,000 PPN 10/6/2016 #N/A

7010 3/1/2017 5,000,000 PPN 10/6/2016 #N/A

6882 1/9/2017 160,072,307 PPN 11/14/2016 #N/A

5788 12/16/2016 1,620,000 PPN 11/15/2016 #N/A

6204 12/29/2017 5,125,948 PPN 7/24/2017 #N/A

66
6205 12/29/2017 500,000 PPN 7/24/2017 #N/A

6207 12/29/2017 500,000 PPN 7/24/2017 #N/A

6212 12/29/2017 500,000 PPN 7/24/2017 #N/A

6215 12/29/2017 500,000 PPN 7/24/2017 #N/A

6202 10/23/2017 5,152,832 PPN 8/7/2017 #N/A

6203 10/23/2017 2,000,000 PPN 8/7/2017 #N/A

67
DATA PENAGIHAN PPN MENGGUNAKAN SURAT PAKSA
KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MAJENE
2015-2017

TGL TANGGAL TANGGAL


NO NOMINAL
BAYAR TEGUR PAKSA
4496 9/1/2015 500,000 PPN 5/31/2011 6/4/2015
4497 9/1/2015 500,000 PPN 5/31/2011 6/4/2015
4498 9/1/2015 1,000,000 PPN 5/31/2011 6/4/2015
4499 9/1/2015 500,000 PPN 5/31/2011 6/4/2015
6004 4/21/2016 200,000 PPN 5/31/2011 6/4/2015
5032 4/27/2016 100,000 PPN 5/31/2011 6/4/2015
5033 4/27/2016 100,000 PPN 5/31/2011 6/4/2015
5051 4/29/2016 1,000,000 PPN 5/31/2011 6/4/2015
6173 10/12/2016 5,000,000 PPN 5/31/2011 7/21/2016
7008 1/3/2017 3,000,000 PPN 8/22/2011 7/21/2016
7011 2/20/2017 10,000,000 PPN 10/10/2011 7/21/2016
7009 3/14/2017 10,000,000 PPN 10/10/2011 7/21/2016
7012 3/21/2017 7,489,056 PPN 10/10/2011 7/21/2016
7013 3/23/2017 5,712,371 PPN 10/10/2011 7/21/2016
6026 6/22/2016 6,000,000 PPN 10/10/2011 6/15/2016
6027 6/22/2016 6,000,000 PPN 10/10/2011 6/15/2016
5423 7/11/2016 6,000,000 PPN 10/10/2011 6/15/2016
4103 5/8/2015 6,310,158 PPN 10/10/2011 4/8/2015
4104 5/8/2015 2,914,160 PPN 10/10/2011 4/8/2015
4105 5/8/2015 7,156,689 PPN 10/10/2011 4/8/2015
4106 5/11/2015 4,869,778 PPN 10/10/2011 4/8/2015
6160 9/30/2016 15,000,000 PPN 10/10/2011 4/30/2015
6905 5/31/2017 5,000,000 PPN 10/10/2011 4/30/2015
7004 6/22/2017 5,000,000 PPN 10/10/2011 4/30/2015
7005 8/14/2017 265,454 PPN 11/30/2011 4/30/2015
7006 8/14/2017 369,727 PPN 6/29/2012 4/30/2015
7007 9/29/2017 2,000,000 PPN 6/29/2012 4/30/2015
6130 12/27/2016 15,000,000 PPN 6/29/2012 7/20/2016
6896 2/17/2017 8,390,000 PPN 8/6/2012 7/20/2016
6897 2/17/2017 1,520,000 PPN 8/6/2012 7/20/2016
6991 3/14/2017 20,230,000 PPN 8/6/2012 7/20/2016
6992 3/20/2017 18,255,000 PPN 8/6/2012 7/20/2016
6988 3/29/2017 19,366,500 PPN 8/28/2012 7/20/2016
6989 3/29/2017 32,166,000 PPN 8/28/2012 7/20/2016
4493 9/9/2015 150,000 PPN 12/5/2013 1/12/2015

68
4494 9/9/2015 150,000 PPN 12/5/2013 1/12/2015
4110 5/18/2015 150,000 PPN 12/5/2013 1/14/2015
5058 4/28/2016 600,000 PPN 12/5/2013 2/9/2015
3890 3/27/2015 250,000 PPN 12/5/2013 4/1/2015
6575 8/12/2017 600,000 PPN 2/4/2014 5/9/2017
6011 4/22/2016 150,000 PPN 2/4/2014 1/7/2016
6883 1/9/2017 116,820,000 PPN 4/7/2014 8/25/2016
6972 1/9/2017 127,475,000 PPN 4/7/2014 8/25/2016
6973 1/9/2017 151,320,000 PPN 4/7/2014 8/25/2016
6975 2/9/2017 84,475,000 PPN 4/7/2014 8/25/2016
6977 2/9/2017 96,695,000 PPN 4/7/2014 8/25/2016
6979 3/14/2017 45,500,000 PPN 4/7/2014 8/25/2016
6980 3/14/2017 50,850,000 PPN 4/7/2014 8/25/2016
6981 3/14/2017 41,850,000 PPN 4/7/2014 8/25/2016
4864 12/29/2015 10,000,000 PPN 4/7/2014 3/29/2016
6907 11/9/2017 2,000,000 PPN 4/7/2014 3/29/2016
6906 12/30/2017 2,000,000 PPN 4/7/2014 3/29/2016
6037 8/31/2016 500,000 PPN 4/7/2014 12/19/2016
6006 4/21/2016 250,000 PPN 4/7/2014 11/24/2017
6183 3/14/2017 100,000 PPN 4/7/2014 11/24/2017
6143 7/19/2016 519,000 PPN 4/7/2014 7/21/2016
6144 7/19/2016 709,500 PPN 4/7/2014 7/21/2016
6145 7/19/2016 300,000 PPN 4/7/2014 7/21/2016
6146 7/19/2016 300,000 PPN 4/7/2014 7/21/2016
6147 7/19/2016 457,000 PPN 4/7/2014 7/21/2016
6148 7/19/2016 442,350 PPN 4/7/2014 7/21/2016
6149 8/20/2016 350,000 PPN 9/9/2014 7/21/2016
6151 8/20/2016 250,000 PPN 9/9/2014 7/21/2016
6152 9/20/2016 1,000,000 PPN 9/9/2014 7/21/2016
6153 9/20/2016 1,000,000 PPN 9/9/2014 7/21/2016
6154 9/20/2016 1,000,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6155 9/20/2016 1,000,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6157 9/20/2016 500,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6158 9/20/2016 500,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6116 10/20/2016 200,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6117 10/20/2016 200,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6118 10/20/2016 200,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6164 10/20/2016 200,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6165 10/20/2016 250,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6167 10/20/2016 200,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6128 12/20/2016 3,000,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016

69
6171 12/20/2016 1,000,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6892 1/20/2017 2,000,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6893 1/20/2017 200,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6898 2/20/2017 400,000 PPN 9/10/2014 7/21/2016
6899 2/20/2017 300,000 PPN 9/11/2014 7/21/2016
6982 3/21/2017 950,900 PPN 9/11/2014 7/21/2016
6983 3/21/2017 6,800,000 PPN 9/11/2014 7/21/2016
6984 3/21/2017 11,959,300 PPN 1/29/2015 7/21/2016
6985 3/21/2017 7,300,100 PPN 1/29/2015 7/21/2016
6986 3/21/2017 7,083,350 PPN 1/29/2015 7/21/2016
6987 3/21/2017 4,850,000 PPN 1/29/2015 7/21/2016
6119 10/6/2016 2,500,000 PPN 1/29/2015 8/16/2016
6120 10/6/2016 2,500,000 PPN 1/29/2015 8/16/2016
6162 10/18/2016 700,000 PPN 1/29/2015 8/16/2016
6163 10/18/2016 1,800,000 PPN 1/29/2015 8/16/2016
6121 11/22/2016 3,000,000 PPN 1/29/2015 8/16/2016
6169 12/21/2016 1,672,000 PPN 1/29/2015 8/16/2016
6172 12/21/2016 1,328,000 PPN 2/20/2015 8/16/2016
6974 1/23/2017 3,000,000 PPN 3/18/2015 8/16/2016
6978 2/20/2017 3,000,000 PPN 3/18/2015 8/16/2016
6994 3/27/2017 12,080,000 PPN 3/18/2015 8/16/2016
6990 3/29/2017 29,176,400 PPN 3/18/2015 8/16/2016
6995 3/30/2017 69,485,500 PPN 3/18/2015 8/16/2016
6996 3/30/2017 60,062,500 PPN 3/18/2015 8/16/2016
6997 3/30/2017 8,853,600 PPN 3/18/2015 8/16/2016
6900 3/31/2017 26,500,000 PPN 4/20/2015 8/16/2016
6998 3/31/2017 500 PPN 4/20/2015 8/16/2016
6999 3/31/2017 7,078,000 PPN 4/20/2015 8/16/2016
7002 3/31/2017 29,063,000 PPN 4/20/2015 8/16/2016
6507 7/25/2017 9,000,000 PPN 11/15/2016 12/19/2016
6184 3/14/2017 100,000 PPN 11/15/2016 11/24/2017
6211 12/29/2017 1,756,326 PPN 11/15/2016 11/24/2017
6508 7/14/2017 2,000,000 PPN 12/15/2016 4/10/2017
4874 10/16/2015 16,820,200 PPN 12/20/2016 1/26/2017
7014 3/29/2017 34,190,831 PPN 12/20/2016 1/26/2017
6209 12/29/2017 6,000,000 PPN 12/20/2016 5/23/2017
6210 12/29/2017 500,000 PPN 12/20/2016 5/23/2017
6206 12/29/2017 500,000 PPN 7/24/2017 12/13/2017
6208 12/29/2017 500,000 PPN 7/24/2017 12/13/2017
6213 12/29/2017 500,000 PPN 7/24/2017 12/13/2017
6214 12/29/2017 500,000 PPN 7/24/2017 12/13/2017

70
6216 12/29/2017 500,000 PPN 7/24/2017 12/13/2017

71
72
73
74
75
76
RIWAYAT HUDUP

HASRAENI lahir di Saburre, Kecamatan Tammerodo

Sendana, Kabupaten Majene pada tanggal 5 November 1995.

Anak kedua dari tiga bersaudara. Buah hati pasangan dari

Bapak Hammadia dengan Ibu Rusmia. Riwayat Pendidikan:

Pada tahun 2002 memulai Pendidikan di Sekolah Dasar (SD)

Negeri 44 Leba-leba dan tamat pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis

melanjutkan Pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Sendana

dan tamat tahun 2011. Selanjutnya penulis melanjutkan Pendidikan pada Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 7 Majene dan mengambil Jurusan Tekhnik

Komputer dan Jaringan dan tamat tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis kemudian

melanjutkan Pendidikan di Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas

Negeri Makassar.

77

You might also like