Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 4

The Wind and the Sun

One day, the Wind and the Sun got into an argument. "I'm much stronger than
you," said the Sun.

"Oh, really?" said the Wind. "I can bend tall trees. I can scream and howl and
make all sorts of racket. You just sit there, with that goofy smile of yours. You
can't move anything. You don't make any noise."

"Well then, let's have a contest," said the Sun. "That will decide who is truly
stronger." At that moment, a man wearing a coat was walking along a country
road.

"Okay, here are the rules," continued the Sun. "Whichever one of us can get
that coat off that man is strongest."

"Fair enough," said the Wind

"You go first," said the Sun. The Sun politely ducked behind a cloud and the
Wind began to blow. She huffed and she puffed. The man simply pulled his
coat closer around him. So the wind began to howl, causing dust to swirl and
twigs to fly. But the man pulled his coat around him tighter still!

"My turn," said the Sun. The Sun came out from behind the cloud. He beamed
down on the man. He covered the man in light, bathed him in warmth. The
man smiled up at the Sun, happy that the cold, harsh wind had died down. It
as even getting rather hot walking along this country road. So the man took off
his coat.

The Sun turned to the Wind. "Watch and learn, old friend," said the Sun. "Watch
and learn."

Moral of the story: You can accomplish more with kindness than with force.
Angin dan Matahari

Suatu hari, Angin dan Matahari berdebat satu sama lain. "Aku lebih kuat
daripada kamu," kata Matahari.

"Oh, benarkah?" kata Angin. "Saya bisa menekuk pohon-pohon tinggi. Saya
bisa berteriak dan mengaung dan membuat kegaduhan. Sedangkan kamu
hanya diam di sana, dengan senyum konyol mu itu. Kamu tidak bisa
menggerakkan apa-apa. Kamu bahkan tidak membuat kegaduhan."

"Kalau begitu, mari kita berlomba," kata Matahari. "Itu akan memutuskan siapa
yang benar-benar kuat." Pada saat itu, seorang pria yang mengenakan
mantel sedang berjalan sepanjang jalan di desa.
"Oke, ini adalah peraturannya," lanjut Matahari. "Siapapun dari kita yang bisa
melepas mantel dari orang itu, dia lah yang paling kuat."

"Cukup adil," kata Angin

"Kau duluan," kata Matahari. Matahari dengan perlahan menunduk di balik


awan dan Angin pun mulai bertiup. Dia menggertak dan dia meniup. Pria itu
hanya menarik mantelnya lebih dekat. Angin itu pun mulai mengaum,
menyebabkan debu berputar-putar dan ranting berterbangan. Tapi orang itu
masih menarik mantelnya dengan rapat!

"Giliranku," kata Mathari. Matahari pun keluar dari balik awan. Dia berseri-seri
di atas pria itu. Dia menutupi orang itu dengan cahaya, memandikannya
dalam kehangatan. Pria itu tersenyum pada Matahari, senang bahwa angin
dingin dan kencang itu mereda. Bahkan sekarang agak sedikit panas berjalan
di sepanjang jalan desa ini. Sehingga orang itu melepas mantelnya.

Matahari menatap angin. "Perhatikan dan pelajari, teman lama," kata


Matahari. "lihat dan belajar lah."

Moral cerita: Kamu dapat mencapai banyak hal dengan kebaikan, bukan
dengan paksaan.

The Tortoise and the Hare

As usual, the hare was bragging to all the other animals about his speed. "I'm
faster than the wind, quicker that nightfall," he said. "No one has ever beaten
me. No one ever will. I challenge any animal here to race me." The foxes and
donkeys and frogs and serpents looked on in silence. No one would accept
the hare's challenge. Then a lone voice rose up. "I will race you," said the
tortoise.

"You!" said the hare, snickering. "Why, that's a fine joke. I will dance around you
all the way to the finish line!"

"We'll see about that," said the tortoise quietly. "Shall we race?"

The starting signal was given, and off went the tortoise and the hare. Almost at
once, the hare darted over a hillside and was out of sight. The tortoise set off
slowly, just plodding along. Soon the hare was way ahead of the tortoise. It was
a hot day. He'd grown tired from running so fast. He thought about how far
behind the tortoise would be by now. So the hare decided to take a little nap.
On a soft, shady patch of grass, he curled up and went to sleep.
Steadily, slowly, the tortoise kept plodding along. The sun fell lower in the sky.
The shadows grew longer. The hare woke up and stretched. "I wonder where
that silly tortoise is now," he said to himself. "I had a great nap. I'll bet the tortoise
is still miles behind me."

The hare looked back down the road. Sure enough, there was no tortoise in
sight. Then he looked up the road toward the finish line. Oh no! the tortoise, still
plodding along, was now nearing the end of the race.

Then the hare ran the fastest he ever had. But it was too late. The tortoise
crawled across the finish line. All the animals shouted, "Tortoise won, tortoise
won!" The hare couldn't believe it. And the tortoise just smiled to himself!

Moral of the story: Slow but steady wins the race.

Terjemahan:

Kura-Kura dan Kelinci

Seperti biasa, kelinci itu membual kepada semua binatang lain tentang
kecepatannya. "Saya lebih cepat dari angin, lebih cepat dari datangnya
senja," katanya. "Tidak ada yang pernah mengalahkan saya. Tidak ada yang
pernah. Saya menantang siapapun binatang di sini untuk balapan dengan
saya." Rubah dan keledai dan katak dan ular memandang dalam diam. Tidak
ada yang akan menerima tantangan kelinci ini. Kemudian suara tunggal
bangkit. "Aku akan berlomba," kata kura-kura.

"Kau!" kata kelinci, tertawa terbahak-bahak. "Mengapa, itu merupakan


lelucon yang lucu. Aku akan menari di sekitar kamu sepanjang jalan ke garis
finish!"

"Kita lihat saja nanti," kata si kura-kura dengan tenang. "Ayo balapan?"

Tanda mulai diberikan, seketika itu kura-kura dan kelinci mulai berlari. Seketika
itu juga, kelinci melesat menuju bukit dan keluar dari pandangan. Kura-kura
berlari secara perlahan, hanya saja sangat lamban. Dengan segera kelinci itu
pun berada di depan kura-kura. Waktu itu adalah hari yang panas. Si kelinci
bosan dan cape karena berlari dengan begitu cepat. Ia berpikir seberapa
jauh kura-kura itu di belakangnya sekarang. Jadi kelinci itu memutuskan untuk
sedikit tidur siang. Pada rumput yang lembut dan teduh, ia meringkuk dan
tidur.
Dengan mantap, perlahan-lahan kura-kura terus berjalan maju. Matahari
jatuh lebih rendah di langit. Bayang-bayang bertambah panjang. Kelinci
bangun dan menggeliat. "Saya ingin tahu di mana kura-kura konyol itu
sekarang," katanya pada dirinya sendiri. "Tidur siang yang enak. Saya berani
bertaruh kura-kura itu masih ketinggalan jauh di belakang saya."

Kelinci melihat kebelakang jalan. Tentu saja, tidak ada kura-kura yang terlihat.
Lalu ia melihat jalan yang menuju garis finish. Oh tidak! Kura-kura, dengan
masih berjalan lamban, sekarang sedang mendekati garis akhir.

Kemudian kelinci itu berlari secepat mungkin. Tapi sudah terlambat. Kura-kura
itu merangkak melintasi garis finish. Semua binatang berteriak, "Kura-kura
menang, kura-kura menang!" Kelinci tidak percaya. Dan kura-kura hanya
tersenyum sendiri!

Moral cerita: Lambat asalkan mantap akan memenangkan perlombaan.

You might also like