196 371 1 SM PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 16

BIOSCIENTIAE

Volume 8, Nomor 2, Juli 2011, Halaman 46-61


http://www.unlam.ac.id/bioscientiae

KARAKTERISTIK EKSTERIOR, PRODUKSI DAN KUALITAS


TELUR ITIK ALABIO (Anas platyrhynchos Borneo)
DI SENTRA PETERNAKAN ITIK KALIMANTAN SELATAN

Abrani Sulaiman1 & S.N. Rahmatullah2


1
Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat
2
Program Pasca Sarjana Fakultas Peternakan, IPB Bogor
e-mail : asulaima@unlam.ac.id

ABSTRACT
Alabio duck as one of the genetic resources of South Kalimantan develop
rapidly and well-known as an excellent breed of ducks for egg production in
Indonesia. However, due to unplanned crossbreeding in the field, presumely the
productivity and the purity of Alabio ducks decreased. The study is conducted in
order to provide information of the characteristics of body weight, body shape,
colour of feather, beak, and shank, and also egg production and egg quality of
Alabio ducks at duck farming centers in South Kalimantan. The results indicated
that there are uniformity in body weight, ≤ 1,5 – 1,6 kg for female and > 1,6 kg
for male at 20-24 weeks of age, bottle for of body shape, 60o elavation, but there
are variations in some degree in feather colour, beak colour and shank colour of
Alabio duks. The feathers vary between batik (strip) or not-strip with cream as the
base color. Meanwhile, the colour of beak and shank vary as light yellow, old
yellow and orange. Unless for the higher egg production (91%) in the intensive
system and yellow red yolk colour (12,93 RYCF) in the extensive system, egg
qualities are not different between production systems.

Keywords: Alabio ducks, characteristic, exterior, egg quality

PENDAHULUAN ekor yang tersebar di 13 kabupaten di

Itik Alabio (Anas Kalimantan Selatan, dengan

platyrhynchos Borneo) merupakan pertumbuhan rataan pertahun sejak

salah satu sumber daya alam genetik tahun 2004 hingga 2008 sebesar

yang terkenal sebagai tipe itik petelur 9,11% (Sulaiman dan Irawan, 2009).

unggul yang ada di daerah Sedangkan telur itik yang

Kalimantan Selatan (KalSel). dihasilkanpun semakin tahun semakin

Populasi ternak itik di Kalimantan meningkat yaitu dengan peningkatan

Selatan berdasarkan laporan tahunan 18,8%/tahun pada produksi telur itik

Dinas Peternakan Kalimantan Selatan pada tahun 2008 yaitu sebesar 24, 2

(2008) terdata sebanyak 4.307.685 juta kg dibanding 20,3 juta kg pada

46
BIOSCIENTIAE. 2011

tahun 2007 (Sulaiman dan Irawan, faktor seperti penyimpanan, strain


2009). unggas, umur, molting, nutrisi pakan
Menurut Suharno dan Amri dan penyakit (Roberts, 2004).
(2003), itik Alabio memiliki berat Bukan hanya telur, itik Alabio
badan yang standar, untuk jantan 1,8 juga umum difungsikan sebagai
– 2 kg, dan untuk itik betina 1,6 – 1, 8 penghasil daging unggas yang disukai
kg serta mampu berproduksi telur masyarakat baik yang berasal dari
antara 200-250 butir telur/tahun pemotongan hasil perbesaran itik
dengan rata-rata berat telur 65 – 70 jantan maupun pemotongan betina
g/butir. pasca produksi telur. Laporan
Secara umum telur itik Alabio tahunan Dinas Peternakan Kalimantan
sangat populer terutama bagi Selatan dalam Sulaiman dan Irawan
masyarakat Kalimantan Selatan, yang (2009) menyebutkan produksi daging
lebih menghargai telur itik dibanding itik di KalSel tahun 2008 adalah
telur ayam ras. Di pasaran telur itik sebasar 1,6 juta kg, merupakan
Alabio diklasifikasikan sebagai telur penghasil daging terbesar ke-4 setelah
itik Tambak dan telur itik Pantai, ayam ras pedaging, sapi, dan ayam
yang dibedakan berdasarkan besar buras.
dan derajat kuning telur (yolk), Di Indonesia melalui Balai
dimana telur itik Tambak berukuran Penelitian Ternak yang ada di
lebih besar dan yolk kuning kemerah- beberapa daerah, telah lama
merah. Faktor-faktor yang mengembangkan persilangan-
menentukan produksi telur (%) adalah persilangan dari itik Alabio dengan
genetik/bangsa, nutrisi, umur atau jenis itik lokal yang lain seperti
usia produksi, jenis kandang, sistem Mojosari, Bali dan lain-lain.
pemeliharaan (ekstensif, semi Persilangan-persilangan tersebut
intensif, dan intensif), dan dilakukan karena ada beberapa sifat
temperature (Amrullah, 2003). dari itik Alabio yang dianggap oleh
Sedangkan yang menentukan kualitas beberapa peneliti sebagai suatu
kerabang dan kualitas internal telur prospek untuk mendapatkan ternak
seperti index putih telur, index yolk itik yang ideal sebagai ternak yang
dan Haugh Unit (HU) adalah faktor- unggul baik untuk penghasil telur

47
BIOSCIENTIAE. 2011

maupun penghasil daging. Namun Tujuan dari penelitian ini


ditengarai persilangan–persilangan adalah mendapatkan informasi
tersebut disamping meningkatkan tentang karakter dari eksterior
perkembangan kualitas dari genetika meliputi bobot tubuh, bentuk tubuh,
itik Alabio namun dikhawatirkan juga warna bulu, warna paruh dan warna
dapat mengaburkan karakteristik asli kaki serta karakter produksi dan
dari itik Alabio tersebut seperti kualitas telur telur itik Alabio yang
bentuk tubuh, warna bulu, warna terdapat di sentra peternakan itik
paruh dan warna kaki serta karakter Alabio di Kalimantan Selatan. Hasil
produksi dan kualitas telurnya. penelitian ini diharapkan bermanfaat
Padahal dari karekteristik inilah yang sebagai penentuan standar produksi
menjadi ciri khas dari itik Alabio. itik Alabio asli.
Ada beberapa faktor yang BAHAN DAN METODE
mempengaruhi adanya pola warna Bahan dan Alat
bulu terutama yang terjadi pada Itik Alabio jantan dan betina
unggas secara umumnya. Menurut yang berumur ≤ 6 bulan yang
Winter & Funk (1960), warna bulu dimiliki peternak di Kecamatan
pada unggas disebabkan adanya Alabio, Kabupaten Hulu Sungai
pigmen, struktur fisik atau kombinasi Selatan (HSU) dan Kecamatan
antara pigmen dan struktur fisik, Labuan Amas Selatan Kabupaten
sedangkan warna paruh dan warna Hulu Sungai Tengah (HST).
kaki ditentukan oleh warna pigmen Sedangkan untuk pengamatan kualitas
kulit, misalnya pigmen lipochrom. telur itik diambil dari telur-telur itik
Sedangkan karakter sifat kualitatif yang dipelihara baik secara ekstensif,
telur itik Alabio yang dapat ditemui di semi intensif, dan intensif di daerah di
pasaran adalah ukurannya yang Kecamatan Alabio, Kabupaten Hulu
relative besar dengan warna kerabang Sungai Selatan (HSU) dan di
biru kehijauan yang khas, serta Kecamatan Aluh-Aluh, Kabupaten
kemampuanya memproduksi kuning Banjar. Alat–alat yang digunakan
telur (yolk) kuning kemerah-merahan dalam penelitian ini antara lain
yang disukai oleh masyarakat. timbangan, timbangan analitik,
jangka sorong, mikrometer skrup,

48
BIOSCIENTIAE. 2011

spherometer, gelas ukur, Roche yolk yaitu ekstensif, semi intensif dan
colour fan dan kamera digital. intensif. Pengamatan Kualitas telur
Tempat dan Waktu meliputi: Persentase Produksi=Jumlah
Penelitian ini dilaksanakan di Telur (Butir)/ Jumlah Itik (Ekor) x
3 (tiga) sentra peternakan itik Alabio 100%; Indeks Bentuk telur = Lebar
di Kalimantan Selatan, yaitu di Telur (mm)/ Panjang Telur (mm) x
Kecamatan Sungai Pandan / Alabio 100%; Berat Jenis Telur = Berat
(Kab. HSU) dan Kecamatan Labuan Telur (g)/Volume Telur (ml).
Amas Selatan/ Pantai Hambawang Ketebalan kerabang yang telah
(Kab. HST) untuk karakter eksterior dikeringkan diukur pada equatorial
itik Alabio, dan di Kecamatan Sungai kerabang dan pengukuran dilakukan
Pandan/Alabio (Kab. HSU) dan sebanyak 3 kali kemudian dirata-
Kecamatan Aluh-aluh (Kab. Banjar) ratakan. Persentase kerabang = Berat
untuk karakter produksi dan kualitas kerabang (g) / berat telur (g) x 100%.
telur. Pengambilan data di lapangan Indeks Kuning Telur (IKT) = Tinggi
dilakukan selama 6 bulan dimulai kuning telur (mm)/ Diameter kuning
pada Januari sampai dengan Juni telur (mm) x 100 %. Haugh Unit
2008. (HU) = 100 log (H + 7,57 – 1,7
0,37
Metode Penelitian W ) Dimana : H.U = Indeks
Haugh, H = Tinggi Putih Telur (mm),
Metode penelitian yang
W = Bobot Telur (g) (Kul &
digunakan dalam adalah metode
Seker,2004). Roche yolk colour fan
survei, dengan melakukan observasi
digunakan untuk mengukur tingkat
pada itik-itik Alabio (total 127 ekor
kekuningan dari warna paruh dan
itik) dan sampel-sampel telur (total
warna kaki (shank), dan yolk telur.
168 telur) sebagai unit pengamatan
Data ditabulasi dan dianalisis secara
dalam penelitian. Sampel
deskriptif.
pengamatan dipilih secara
HASIL
proposional berdasarkan jumlah
Karakteristik Eksterior Itik Alabio
peternak yang ada di daerah observasi
Karakteristik dari itik Alabio
dan dibedakan atas sistem
secara umum terdiri bobot badan,
pemeliharaan itik Alabio petelur
posisi tubuh (sudut elevasi), bentuk
menurut Wasito & Rohaeni (1994)

49
BIOSCIENTIAE. 2011

tubuh, warna bulu bagian punggung, tiga dilihat dari samping dan pada
warna bulu bagian ekor, warna bulu saat itik tersebut diam.
bagian dada, warna bulu bagian leher Warna bulu itik Alabio secara
dan warna bulu bagian sayap, warna umumnya berwarna bulu coklat agak
paruh dan warna kaki dari itik kelabu dan seluruh bulunya terdapat
Alabio. Dari hasil pengamatan yang warna bercak-bercak (fleck) hitam.
telah dilakukan, didapatkan beberapa Pada Tabel 1 dan Gambar 1,
gambaran dari ternak itik Alabio yang karakteristik warna bulu pada itik
tersaji pada Tabel 1. Alabio bagian punggung dibedakan
Seperti yang tersaji di Tabel 1, berdasarkan bercak hitamnya, yaitu
dari sampel yang diambil, bobot bercak 1 sebanyak 18,9 % (24 ekor),
badan terdapat sedikit perbedaan bercak 2 sebanyak 0,79 % (1 ekor)
berdasarkan jenis kelaminnya. Pada dan bercak 3 sebanyak 80,31 % (102
itik Alabio umur ≤ 6 bulan (20– 4 ekor). Hal ini membuktikan adanya
minggu) betina dengan bobot badan ≤ variasi bercak hitam pada itik Alabio.
1,5–1,6 kg terdapat 97,64%, Sedangkan pada warna bulu
sedangkan bobot itik jantan adalah > punggung secara keseluruhan terdapat
1,6 kg sebagai sisanya 2,36%. Pada variasi warna, yaitu ada yang
itik yang diperuntukkan untuk berwarna coklat keabua-abuan
produksi telur, jantan yang dipelihara sebesar 82,68 % dan berwarna
jauh lebih sedikit jumlahnya dari itik keabu-abuan hitam sebanyak 17,32
betina. Sedangkan dari segi posisi %. Pada itik Alabio dengan
tubuh itik Alabio (sudut elevasi) pada adanya 2 (dua) warna bulu pada
saat penelitian didapatkan besar sudut bagian punggung yaitu coklat keabu-
0
yang sama, yaitu 60 . Sedangkan abuan dan abu–abu kehitaman,
bentuk tubuh dari hasil pengamatan di membuktikan bahwa faktor pigmen
lapangan, bentuk tubuh itik Alabio memiliki andil yang cukup besar,
lebih mirip menyerupai bentuk botol terutama karena adanya pigmen
pada saat dilihat dari atas kepala melanin yang memproduksi warna
sampai kaki saat tegak, sedangkan hitam pada bulu.
pada saat diam, memiliki bentuk segi Pada warna bulu bagian ekor,
didapatkan karakteristik berupa ujung

50
BIOSCIENTIAE. 2011

ekor bulu yang berwarna coklat dada, 14,17 % terdapat lapisan hitam
keabu-abuan adan abu-abu pada bulu bagian dada, dan 85,83 %
kehitaman, warna tersebut dikalangan tidak terdapat lapisan hitam pada bulu
para peternak mendapat istilah berupa bagian dada (Tabel 1)..
warna membatik atau mengelaras Karakteristik warna bulu
(warna seperti daun pisang yang bagian leher dari itik Alabio dari hasil
kering). Dari hasil observasi ini, penelitian didapatkan keseragaman
didapatkan bahwa seluruh sampel itik warna yaitu kuning keabu-abuan atau
Alabio memiliki warna bulu mengelaras. Hal ini berbeda dengan
mengelaras pada bagian ekor, warna dari sayap karena terjadi
sedangkan yang membedakan antara perbedaan warna yaitu antara
bulu ekor jantan dan betina hanya cerminan yang terang dengan
terletak pada bentuk bercak cerminan yang tidak terang. Terdapat
hitamnya. Pada bulu ekor jantan, 29,13 % yang memiliki bulu
warnanya lebih banyak abu-abu cerminan yang tidak terang,
kehitaman sedangkan pada bulu ekor sedangkan 70,87% memiliki bulu
betina banyak berwarna kuning cerminan yang terang. Yang
keabu-abuan (Tabel 1). dimaksud bulu cerminan adalah bulu
Warna bulu pada bagian dada, yang terletak di ujung sayap dari itik
dibedakan menjadi 2 (dua), dengan Alabio, yang jika terkena cahaya akan
istilah membatik dan tidak membatik. terlihat berwarna terang, seperti
Selain itu, dibedakan juga antara bulu warna hijau kebiru-biruan. Dari bulu
yang terdapat lapisan hitamnya serta cerminan inilah para peternak bisa
yang tidak terdapat lapisan hitamnya. menduga siap atau tidaknya itik
Pada bulu bagian dada ini tersebut untuk bertelur. Biasanya
berpengaruh dalam hal pemilihan bulu cerminan ini akan berkembang
bibit. Dari sampel yang didapatkan, baik pada saat itik tersebut dilepas ke
terdapat 86,61 % yang memiliki rawa ataupun ke air. Menurut para
bulu membatik, sedangkan 13,39 % peternak di Alabio, semakin
yang tidak memiliki bulu membatik. mengkilap bulu cerminan dari itik
Sedangkan dari segi terdapat atau Alabio maka mereka menganggap
tidak lapisan hitam pada bulu bagian bahwa ternak tersebut kurang bagus

51
BIOSCIENTIAE. 2011

produksi telurnya dibandingkan itik Dari Tabel 1 dan Gambar 3


yang memiliki bulu cerminan tidak dapat diketahui bahwa adanya variasi
mengkilap (Tabel 1). warna pada kaki (shank) dari itik
Karakteristik warna paruh dan Alabio yang berada di 2 (dua) sentra
warna kaki didapatkan adanya variasi peternakan itik Alabio di Kalimantan
warna terutama warna kuning atau Selatan, baik di Alabio maupun di
jingga dari paruh itik Alabio yang Pantai Hambawang. Variasi tersebut
diamati (Tabel 1 dan Gambar 2, berupa warna baik dari warna kuning
Gambar 3). Di daerah Alabio dan muda sampai jingga. Pada saat
Pantai Hambawang secara kolektif, penelitian dilakukan ditemukan
didapatkan warna paruh kuning muda sampel dengan skor 1-5 yang
dengan skor 1- 5 dari itik Alabio dikategorikan sebagai warna kuning
sebesar 48,4%, sedangkan warna muda sebanyak 14,28%, skor 6–10
paruh kuning tua dengan skor 6 – 10 yang termasuk dalam kategori warna
sebesar 10,22 %, sedangkan warna kuning tua sebanyak 43,35%, warna
paruh itik Alabio jingga dengan skor kaki itik Alabio yang berwarna jingga
11-15 yang didapatkan sebesar skor 11–15 sebanyak 42,37%.
37,94%, dan warna paruh hitam
3,44%. Warna paruh jingga ini
Karakteristik Produksi
banyak ditemukan di para peternak Telur dan Kualitas Telur Itik
Alabio
yang menggunakan pola
pemeliharaan semi intensif. Mereka Hasil observasi dari sampel
memiliki prinsip pada saat memilih telur dari sistem pemeliharaan
bibit itik Alabio, yaitu salah satunya ekstensif, semi intensif dam intensif
untuk memilih itik Alabio yang dapat dilihat pada Tabel 2. Persentase
memiliki paruh jingga karena produksi telur tertinggi adalah sistem
menurut pengalaman mereka itik intensif sebesar 91,00 % diikuti
yang berparuh jingga mampu sistem semi intensif 83,17 % baru
menghasilkan produksi telur yang kemudian sistem ekstensif 55,38 %.
bagus tanpa harus mengandalkan Pada penelitian ini didapat
pengaruh dari pakan pabrik. bobot telur pada pemeliharaan semi
intensif sedikit lebih besar 66,36 g

52
BIOSCIENTIAE. 2011

dari pada pemelihaaraan intensif pemeliharaan dengan sistem intensif


63,80 g maupun ekstensif 64,99 g. memiliki tingkat kesegaran telur
Sedangkan Berat Jenis (BJ) telur sedikit lebih baik hal ini terkait
berkisar pada 1,05-1,10. BJ telur dengan adanya penggembalaan pada
sangat dipengaruhi oleh ketebalan sistem semi intensif dan ekstensif, itik
kerabang. dilepas mulai jam 06.00 sampai jam

Indeks telur pada 17.00 baru masuk kandang kembali,

pemeliharaan semi intensif sedikit suhu panas akan mengurangi kualitas

lebih tinggi rataanya 76,83% hal ini putih telur karena adanya penurunan

disebabkan karena bobot telurnya nafsu makan sehingga zat-zat gizi

yang didapat pada sistem ini lebih yang diperlukan tidak tercukupi.

besar dan bentuknya tidak oval Indeks kuning telur sistem


dibanding telur pada sistem ekstensif sebesar 37,16%, semi
pemeliharaan intensif 72,55%, intensif 38,69%, dan intensif 38,52%.
maupun ektensif 74,38%. Sedangkan warna kuning telur dari
Tebal kerabang ketiga sistem tiga sistem pemeliharaan ekstensif
tidak menunjukkan perbedaan yang semi intensif, dan intensif dengan
nyata, demikian pula persentase masing adalah berturut-turut 12,57,
kerabang. Rataan dari tebal kerabang 10,72 dan 10,24 RYCF. Haugh Unit
pada sistem ekstensif 347 μm, semi pada pemeliharaan sistem ekstensif
intensif 365 μm, dan intensif 363 μm. 77,55, semi intensif 75,08, dan
Persentase kerabang pemeliharaan intensif 80,96. Ketiganya
sistem ekstensif angkanya lebih menunjukkan kualitas telur yang
tinggi yaitu sebesar 10,13 %, intensif tinggi.
9,41%, dan semi intensif 9,67%. PEMBAHASAN
Sedangkan warna kerabang pada Variasi bobot badan pada
ketiga sistem pemeliharaan hampir penelitian ini sesuai dengan yang
sama yaitu hijau keabu-abuan disampaikan beberapa pakar bahwa
Tinggi albumen pemeliharaan bobot badan itik secara umum pada
sistem ekstensif sebesar 6,16 mm, saat memasuki fase bertelur sekitar
semi intensif 5,75 mm, dan intensif 1,5–1,6 kg (Muslim, 1992), pada saat
rataannya sebesar 6,24 mm. Terlihat umur 8–16 minggu sebesar 1,4 kg

53
BIOSCIENTIAE. 2011

(Gunawan, 1987), sedangkan itik > dapat membentuk suatu dimensi


24– 40 minggu sebesar 1,6 kg warna, misalnya warna hijau.
(Suharno dan Amri, 2003). Demikian Sehingga ada bulu yang jika dilihat
juga posisi dan bentuk tubuh itik dan terkena cahaya akan berwarna
Alabio, hasil pengamatan tersebut hijau.
tidak berbeda dengan pendapat Seperti yang telah diketahui,
Wasito dan Rohaeni (1994) dan ciri khas dari itik Alabio di
Marhiyanto (1996) serta Suharno dan Kalimantan Selatan adalah warna
Amri (2003), yang menyatakan paruh dan warna kakinya yang kuning
bahwa ciri khas dari itik Alabio bahkan jingga, hal ini sesuai dengan
0
adalah membentuk sudut 60 dengan yang diungkapkan Wasito & Rohaeni
tanah, dan bentuk tubuh itik Alabio (1994), Marhiyanto (1996), dan
seperti botol dan membentuk segitiga. Suharno & Amri (2003). Walaupun
Warna bulu itik Alabio betina ditemukan juga itik Alabio yang
menurut Suharno dan Amri (1996) berparuh hitam, namun yang berparuh
kuning keabu-abuan, sedangkan hitam ini relatif kecil dibandingkan
warna bulu jantan, abu-abu jumlah itik Alabio yang berparuh
kehitaman. Sedangkan menurut kuning ataupun jingga. Hal inilah
Puslitbangnak (2007), warna bulu itik yang sering disebut gen resesif.
Alabio berupa coklat keabu-abuan. Menurut Widodo & Hakim (1981),
Pada hasil penelitian, memang gen resesif dapat timbul dikarenakan
terdapat 2 warna, yaitu coklat keabu- adanya gen yang homozigot dan
abuan dan abu-abu hitam, namun, heterozigot pada saat perkawinan
karena dari sampel itik Alabio yang inbreeding makhluk hidup, jadi dalam
diambil didominasi oleh itik Alabio hal paruh berwarna hitam dari itik
betina, maka kemungkinan terjadinya Alabio, diguga karena terjadinya
pengaruh genetika. Menurut Stevens inbreeding.
(1991) selain dipengaruhi dari faktor Warna paruh bukanlah hal
pigmen, faktor sudut pandang pada yang tetap, dia akan memudar seiring
saat melihat bulu juga dapat produksi telur, semakin banyak itik
mempengaruhi, karena hal ini Alabio bertelur, maka akan terjadi
berkaitan dengan cahaya. Cahaya penurunan warna paruh dari itik

54
BIOSCIENTIAE. 2011

Alabio tersebut. Hal ini disebabkan kuning atau jingga yang terdapat pada
karena terjadinya penyerapan pigmen kaki (shank) seperti faktor pigmen
xanthophyl yang kuning pada lipochrom. Karena pigmen ini akan
makanan, untuk mewarnai kuning berpengaruh pada saat itik tersebut
telur itik tersebut, seperti yang berproduksi (bertelur), yaitu akan
dilaporkan oleh Tanudimadja (1974). semakin berkurangnya kadar warna
Warna kaki (shank) dari itik Alabio kuning atau jingga pada kaki itik yang
berwarna kuning (Marhiyanto, 1996; sudah lama berproduksi.
Suharno & Amri, 2003). Sama Berkurangnya warna kuning atau
halnya dengan warna paruh, warna jingga pada kaki ini terjadi pada
kaki ini juga merupakan ciri khas dari bagian dorsal kaki kemudian ke
itik Alabio dibandingkan dengan itik– bagian plantar kaki (Tanudimadja,
itik lain seperti itik Tegal maupun 1974).
Mojosari. Hasil ini menunjukkan bahwa
Namun, menurut Chaves & Lasmini pemeliharaan secara intensif dimana
(1978), karekteristik khas dari Itik itik dipeliharan secara terkurung
Alabio adalah memiliki warna kaki penuh dan disuplai makanan sesuai
jingga. Menurut para peternak di dengan kebutuhan nutrisi untuk
Alabio, warna kaki ini akan juga produksi akan menghasilkan produksi
mempengaruhi warna paruh. Hampir telur yang tinggi. Dengan kata lain
sebagian besar ternak itik Alabio yang nutrisilah yang merupakan faktor
dipelihara di daerah Alabio, memiliki utama dari produksi telur disamping
warna kaki yang jingga, karena faktor-faktor lain seperti
dengan warna paruh dan warna kaki genetik/bangsa, umur atau usia
yang jingga diharapkan itik tersebut produksi, jenis kandang, sistem
mampu menghasilkan produksi telur pemeliharaan, dan temperature
yang bagus serta telur yang dihasilkan (Amrullah, 2003). Faktor yang
memiliki warna kuning telur (yolk) berpengaruh pada berat telur adalah
yang kuning bahkan jingga. genetis, pakan dan umur (Yuwanta,
Menurut Winter & Funk 2004) menambahkan Sarwono (1997)
(1960), terdapat faktor yang bahwa yang dapat mempengaruhi
mempengaruhi adanya pola warna besarnya telur antara lain jenis hewan,

55
BIOSCIENTIAE. 2011

umur, perubahan musim waktu ternak Indeks kuning telur merupakan


bertelur, sifat keturunan, umur perbandingan antara tinggi kuning
pembuahan, bobot badan induk dan telur dengan diameter kuning telur
pakan yang diberikan. (Wotton dalam Imran, 2010). Telur

Sesuai dengan pendapat yang baru mempunyai indeks kuning

Abbas (1989) yang menyatakan telur antara 0,30-0,50 (30%-50%).

bahwa berat jenis telur dipengaruhi Penurunan indeks kuning telur

oleh tebal kerabang, dimana dengan disebabkan oleh masuknya air dan

semakin meningkatnya ketebalan putih telur kedalam kuning telur,

kerabang telur maka berat jenis akan sebagai akibat adanya perbedaan

meningkat pula, dan semakin besar tekanan osmosis antara putih telur dan

telur semakin kecil nilai Berat kuning telur, sehingga kuning telur

Jenisnya. Sarwono (1997) menjadi encer (Romanoff &

menyatakan perbedaan bentuk itu Romanoff dalam Imran, 2010).


Terlihat warna kuning telur
dapat terjadi karena adanya berbagai
kemerahan lebih tinggi pada sistem
faktor yang mempengaruhi antara lain
pemeliharaan ekstensif, yang disebut
: sifat genetis, umur hewan waktu
dengan telur itik Tambak, dan hal ini
bertelur dan sifat-sifat fisiologis yang
diduga dipengaruhi faktor pakan yang
terdapat pada induk. Selanjutnya
banyak mengandung pigmen xantofil.
nilai indeks telur bervariasi antara
Yuwanta (2004) menjelaskan nilai
65%-82% dan yang ideal adalah
Haugh Unit bervariasi telur yang baik
antara 70%-75% (Yuwanta, 2004).
antara 50 – 100. Nilai HU lebih dari
Ketebalan kerabang juga menipis
72 digolongkan kualitas AA.
semakin membesarnya telur, karena
Kualitas internal telur seperti indeks
luas permukaan kerabang bertambah
kuning telur, warna kuning telur,
tanpa selalu diikuti oleh
tinggi putih telur dan HU dipengaruhi
bertambahnya berat kerabang itu
oleh faktor-faktor seperti
sendiri seperti yang dilaporkan oleh
penyimpanan, strain unggas, umur,
Ahn et al. (1997) bahwa tebal
kerabang akan semakin menurun molting, nutrisi pakan dan penyakit

dengan meningkatnya berat telur. (Roberts, 2004).

56
BIOSCIENTIAE. 2011

Berdasarkan hasil dan persilangan tidak terencana dengan


pembahasan dapat ditarik kesimpulan itik bangsa lain.
bahwa terdapat keseragaman
DAFTAR PUSTAKA
keseragaman bobot badan pada umur
20–24 minggu, betina ≤ 1,5 – 1,6 kg Abbas, M.H. 1989. Pengelolaan
Produksi Unggas. Jilid I.
dan jantan > 1,6 kg, juga bentuk
Universitas Andalas. Padang.
tubuh seperti botol dan membentuk Ahn, D. U., S.K. Kim, and H. Shu.
1997. Effect of egg size and
segitiga dan elevasi 60o , berupa
strain and egg of hen on the
bercak hitam bercabang 1, 2 dan 3 solids content of chicken eggs.
Poul. Sci. 76 : 914. 919
dari bulu punggung, pada ujung bulu
Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam
terdapat variasi warna yang berupa Petelur. Lembaga Satu Gunung
Budi. Bogor.
coklat keabu-abuan dan abu-abu
Chaves, E. R dan A. Lasmini. 1978.
hitam. Pada bagian dada, dapat Perbandingan performans
itik–itik pribumi Indonesia,
dibedakan antara yang membatik atau
No. 1. LPP Peternakan Ciawi.
tidak, dan pada bagian dada, terdapat Bogor.
Dinas Peternakan Prov. Kalimantan
lapisan hitam atau tidak. Warna paruh
Selatan. 2008. Laporan
dan warna kaki itik Alabio, yaitu Tahunan. Disnak Prov. Kal
Sel. Banjarbaru.
kuing tua, kuning muda dan jingga.
Gunawan, B. 1987. Pertumbuhan
Kecuali persentase produksi telur badan itik jantan Alabio,
Khaki Campbell dan hasil
telur yang lebih tinggi pada sistem
kawin silang antara Alabio
intensif (91%) dan warna yolk yang dan Khaki Campbell. Ilmu
dan peternakan 3 (1) : 79 – 85.
lebih kuning kemerahan (12,54
Balai Penelitian Ternak,
RYCF) pada sistem ekstensif, tidak Ciawi- Bogor.
Imran, M. 2010. Hubungan jarak
terdapat perbedaan besar pada
tulang pubis terhadap produksi
kualitas telur itik Alabio baik yang telur itik lokal Lombok.
http://kreasibajangbelvan.blog
dipelihara secara ekstensif, semi
spot.com. Diakses tanggal 10
intensif, maupun intensif. Sebagai Desember 2010.
Kul, S. and Seker. 2004. Phenotypic
upaya menjaga kemurnian itik Alabio
correlations between some
perlu adanya kebijakan pemerintah external and internal egg
quality traits in Japanese Quail
untuk membuat daerah konservasi
(Coturnix coturnix japonica).
bagi ternak itik Alabio agar terhindar Internatonal J. of Poul.Sci., 3
(6) : 400 – 405
dari pencemaran genetik akibat

57
BIOSCIENTIAE. 2011

Marhiyanto, B. 1996. Budidaya Sulaiman, A dan B. Irawan. 2009.


Bebek Darat. Gita Media Monev Pembangunan
Press. Surabaya. Peternakan Kalimantan
Muslim, A.D. 1992. Budidaya Mina Selatan TA. 2009. Kerjasama
Itik. Kanisius. Yogyakarta. PS. Peternakan dan Dinas
Puslitbang Peternakan. 2007. Plasma Peternakan Provinsi
Nutfah : Itik. http://www. Kalimantan Selatan.
Puslitbang Peternakan. com. Tanudimadja, K. 1974. Anatomi
Diakses pada tanggal 01 Mei Veteriner VII : Anatomi dan
2007. Fisiologi Ayam. Fakultas
Roberts, J.R. 2004. Factors affecting Kedokteran Hewan, Institut
eggs internal quality and egg Pertanian Bogor. Bogor.
shell quality in laying hens. Wasito dan E.S. Rohaeni. 1994.
Rev.. J. Poul. Sci. 41: 161- Beternak Itik Alabio.
177. Kanisius. Yogyakarta
Sarwono, B. 1997. Pengawetan dan Widodo, W. dan L. Hakim. 1981.
Pemanfaatan Telur. Cetakan Pemuliaan Ternak. Lembaga
ke-6. Penebar Swadaya. Penerbitan Universitas
Jakarta. Brawijaya. Malang.
Stevens, L.. 1991. Genetics and Winter, A. R. and E. M. Funk. 1960.
Evolution of The Domestic Poultry Science and Practice.
Fowl. Cambridge University 5th Ed. J. B. Lippincott
Press. Great Britain of Company. Chicago,
England. Philadelphia. USA.
Suharno, B dan K. Amri. 2003. Yuwanta, T. 2004. Dasar Ternak
Beternak Itik Secara Intensif. Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Penebar Swadaya. Jakarta.

58
BIOSCIENTIAE. 2011

Tabel 1. Karakteristik eksterior itik Alabio di sentra peternakan itik Alabio.


Table 1. Exterior characteristic of Alabio ducks on farm centres
No. Karakter (character) Variasi (variation) Persentase (%)
1 Bobot badan (body - Betina : ≤ 1,5–1,6 kg 97,64
weight) - Jantan : > 1,6 kg 2,36

2 Posisi tubuh - 60 0 100


( elevation)

3 Bentuk Tubuh (Body - Seperti botol (Bottle form) 100


form)
4 Warna bulu
punggung (back -1. Bercak hitam (black fleck:
feather colour) -1 (satu) 18,9
-2 (dua) 0,79
-3 (tiga) 80,31
-2. Berwarna :
- coklat keabu-abuan 82,68
- abu-abu kehitaman 17,32

5 Warna bulu ekor - Betina : Ujung bulu coklat 97,64


(tail feather colour) keabu-abuan
- Jantan : Ujung bulu abu-abu 2,36
hitam
6 Warna bulu dada -1. Membatik (Strip):
(chest feather colour) -Membatik 86,61
-Tidak membatik 13,39
-2. Lapisan hitam pada bulu :
-Terdapat lapisan hitam 14,17
-Tidak terdapat lapisan hitam 85,83
7 Warna bulu leher - Membatik (Strip) 100
(neck feather colour)
8 Warna bulu sayap - Terdapat cerminan yang 70,87
(wing feather colour) mengkilap
- Terdapat cerminan yang tidak 29,13
mengkilap
9 Warna paruh (beak - Kuning muda (skor 1-5) 48,4
colour) - Kuning tua (skor 6-10) 10,22
- Jingga (skor 11-15) 37,94
- Hitam 3,44

10 Warna kaki (shank - Kuning muda (skor 1-5) 14,28


colour) : - Kuning tua (skor 6-10) 43,35
- Jingga (skor 11-15) 42,37

59
BIOSCIENTIAE. 2011

Gambar 1. Karakter bercak-bercak


bercak hitam bulu dari itik Alabio (Ket.
Ket. gambar 1 =
bercak hitam 1, 2 = bercak hitam 2, 3. = bercak hitam 3).
Figure
igure 1. The characteristic of back colour
c r was different from dotted and branched
fleck

a b c d
Gambar 2. Karakter warna pparuh aruh itik Alabio (Ket. a: Paruh kuning muda, b:
Paruh kuning tua, c: Paruh jingga, dan d: Paruh hitam).
Figure 2. The characteristic of beak colour
colo r of Alabio ducks (a. light yellow, b.
dark yellow, c. orange, d. black)

a b c
Gambar 3. Karakter warna kaki (shank)
( dari itik Alabio (Ket. a = kaki kuning
muda, b = kaki kuning tua, c = kaki kuning jingga).
jingga
Figure 3. The characteristic of shank colour
colo r of Alabio ducks (a. light yellow, b.
dark yellow, c. orange)

60
BIOSCIENTIAE. 2011

Tabel 2. Karakteristik Produksi Telur dan Kualitas Telur Itik Alabio


Table 2. Characteristic of Egg Production and Egg Quality of Alabio’ Ducks

Sistem Bobot IBT Tebal


Pemeliharaan Produksi Telur BJ Telur (Egg Kerabang Persentase TPT IKT
(Production Telur (Egg (Egg (Specific Form (Shell Kerabang (Albumen (Yolk Yolk Haugh
Systems) production) weight) weight) index) thickness) (% Shell) height) index) Colour Unit
% g % μm % mm % R.Y.C.F HU
Ekstensif
(Extensive) 55,38 64,99 1,05 74,38 347 10,13 6,16 37,16 12,57 77,55
Semi intensif
(Semi
intensive) 83,17 66,38 1,08 76,83 365 9,41 5,75 38,69 10,72 75,08
Intensif
(Intensive) 91,00 63,80 1,10 72,55 363 9,67 6,24 38,52 10,24 80,96
Rataan
(Average) 76,52 65,06 1,08 74,58 358 9,74 6,05 38,12 11,17 77,86
Keterangan : BJ = berat jenis; IBT = indeks bentuk telur; TPT = tinggi putih telur; IKT = indeks kuning telur; RYCF = Roche Yolk
Colour Fan; HU = Haugh Unit.

61

You might also like