Professional Documents
Culture Documents
Tasawuf Dalam Sastra Gendhing
Tasawuf Dalam Sastra Gendhing
Tasawuf Dalam Sastra Gendhing
Muh. Sungaidi
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Jakarta
m_sungaidi@yahoo.co.id
Abstract: The book (Serat) Sastra Gending is written by Sultan Agung, and contains two vast
WRSLFVLHWKHRORJ\DQGVX¿VP,QWHUPVRIWKHRORJ\6XOWDQ$JXQJGHVFULEHVWKDWWKHRORJ\LVD
XQLW\RIWKUHHHOHPHQWVFRQ¿JXUDWLQJHTXLODWHUDOWULDQJXODULW\LQZKLFK*RGLVORFDWHGLQWKHSHDN
point, while other two points are in the beneath resided by human beings and universe. Whereas
LQWHUPVRIVX¿VPWDVDXIDVUHSUHVHQWHGLQWKHVRFLRUHOLJLRXVFRQGLWLRQRI-DZDLQODQGSHRSOH
3DMDQJ,VODPLF 0DWDUDP 6XOWDQ $JXQJ XVHV LW DV HWKLFDO DQG EHKDYLRUDO WHDFKLQJV $V DQ
DGKHUHQWRI6KD\NK6LWL-HQDU¶VP\VWLFLVP²DQGDOODWRQFHKLVDGPLVVLRQDVDVWXGHQWRISunan
.DOLMDJD²6XOWDQ$JXQJKDVIRUPHGDGLIIHUHQWWDVDXIFRQFHSW+HVHHQIURPSastra Gending,
VXFFHHGHGWRFUHDWHV\QWKHVLVLQEHWZHHQQRUPDWLYHGHYRWLRQEDVHGRQVKDUƯµDDQGWDVDXI,QRQH
KDQGKHWHDFKHVWKHLPSRUWDQFHRIVKDUƯµDDVEDVLVRIWDVDXILH6XQQLWHWDVDXIRQWKHRWKHU
KHDOVRHQGRUVHVWKHH[LVWHQFHRISKLORVRSKLFDOWDVDXIZLWKhҝXOnjOGRFWULQHDVRQHRIWKHFRQFHSWV
Keywords: 6X¿VPDQG-DYDQHVHOLWHUDWXUH
raja yang mencapai kedigdayaan tertinggi Strategi dakwah yang menyentuh dan
sepanjang masa pemerintahan Mataram- menghargai tradisi masyarakat adalah
Islam. Ia adalah cucu dari pendiri kerajaan cara-cara dilakukan Wali Songo, sehingga
Mataram-Islam, Ki Hageng Panembahan. menjadikan dakwah Wali Songo dan kawan-
Secara silsilah, Ki Panembahan memiliki kawan mereka cepat diterima dan menyebar
beberapa anak, dan di antaranya adalah luas di seluruh 1XVDQWDUD²OHELKOHELKGDODP
Sedya Krapyak, yang darinya lahir Sultan mengubah karakter masyarakat Madura,
Agung. (Sejarah tentang Ki Panembahan dan Jawa dan Sunda untuk memeluk ajaran Islam.
kemunculan tanah Mataram-Islam, berikut Strategi dakwah para wali itu nampak sejalan
silsilah nenek moyang dan keturunannya, dengan istilah ‘strategi/politik garam.’ Dan
terutama Sultan Agung, lih. di bawah.) umumya, secara luas, kita cukup memahami
Melihat keberadaannya sebagai penguasa pertentangan antara 3ROLWLN*DUDPYV3ROLWLN
dan penulis buku tasauf, maka Sultan Agung Lipstik (Gincu.) Terasa asin, dan bentuk
disebut sebagai ‘raja-intelek’ dan ‘intelektual- VHFDUD ¿VLN WLGDN WHUODOX LVWLPHZD DSDODJL
raja.’ Akan tetapi tentu saja Sultan Agung memukau, garam ternyata lebih substantif,
bukanlah orang pertama dan sebelumnya karena memberi manfaat bagi masakan/
telah hadir seperti Wali Songo dan Syarif makanan. Ketika garam dilarutkan dalam
Hidayatullah. Sultan Agung amat dipengaruhi makanan, bentuk garam hilang, tidak kentara,
oleh budaya dan tradisi diciptakan oleh Wali tapi terasa oleh orang yang mencicipi,
Songo (dijelaskan di bawah.) sehingga keberadaannya masih disebut ‘ada’
Serat 6DVWUD*HQGLQJ menjadi XQHQXQHQ (yakni ada di dalam makanan tersebut.)
(pesan, nasehat, pepatah) penting bagi ma- Falsafat dari garam adalah tidak terlihat tapi
syarakat Jawa. Komunitas dan falsafat Jawa bermanfaat. Pandangan hidup inilah dianut
seringkali menggunakan warisan budaya, oleh Wali Songo dalam dakwah mereka.
pemikiran dan XQHQXQHQ sebagai pedoman Dan 3ROLWLN *DUDP Wali Songo ini sesuai
untuk menata hidup dan meraih keleluhuran dengan falsafat Jawa, urip iku urup (hidup
budi, derajat dan martabat, hingga mereka itu nyala), maksudnya: hidup itu hendaknya
bisa selamat dan bahagia di dunia dan akhi- memberi manfaat bagi orang lain di sekitar
rat. kita, dan semakin besar manfaat yang bisa
Untuk itulah artikel ini akan membedah kita berikan tentu akan lebih berharga lagi
buku 6DVWUD *HQGLQJ dalam beberapa KLGXSNLWD,QLVHVXDLSXODGHQJDQVDEGD1DEL
perspektif: 1) pengaruh ajaran-ajaran Wali Muhҝammad, NKD\U DOQƗV DQIDµXKXP OL DO
Songo, 2) pengaruh sosio-kultur dan sosio- QƗV (sebaik-baik manusia adalah bermanfaat
UHOLJLXVPDVDLWXDMDUDQDMDUDQEHUPXDWDQ bagi manusia lainnya.) Sementara di sisi lain,
WHRORJL WDVDXI DNKODTL GDQ WDVDXI IDOVD¿ Politik Lipstik OHELK PHPXNDX VHFDUD ¿VLN
Walaupun demikian, dari poin-poin di atas, dan citra, tetapi secara substansif tidak terasa,
butir ketiga menjadi fokus utama dari artikel bahkan menipu. Misalnya, di balik bibirnya
ini. yang merah menyala ternyata bibir itu sedang
sakit sariawan!
Dakwah Wali Songo Pada sisi lain, dalam berdakwah dan
Seperti disinggung pada ‘Pendahuluan’ mengembangkan misi Islam, Wali Songo
di atas, bahwa 6DVWUD *HQGLQJ banyak (dibantu Sunan/Sultan, pemimpin/raja)
terpengaruhi oleh cara dakwah Wali Songo, melakukan, menurut Syaifullah, lima strategi
maka sangatlah perlu mengaji bagaimana dakwah. Pertama, penyebaran ulama-ulama
dakwah Wali Songo itu berjalan dan ke daerah-daerah yang menjadi bawahan
berkembang. Majapahit. Kedua, pengenalan ajaran Islam
Muh. Sungaidi, Ajaran Tasauf dalam Sastra Gending 3
secara persuasif yang berorientasi pada pe- %DQ\XPDV PDXSXQ .RWDJHGH <RJ\D XQWXN
nanaman aqidah sesuai dengan kondisi dan percaya kepada ajaran Islam.
situasi. Ketiga, perang ideologi untuk mem- Lain halnya dengan Sunan Gunung Djati,
berantas nilai-nilai dogmatis, tapi dilakukan yang dikenal dengan petatah-petitihnya. Di
secara damai. Keempat, menghindari kon- antara petatahnya yang terkenal adalah ingsun
ÀLN GDQ PHQGHNDWL SDUD WRNRK PDV\DUDNDW WLWLS WDMXJ ODQ IDNLU PLVNLQ (aku titip mesjid
Kelima, berusaha menguasai kebutuhan po- dan fakir miskin.) Pesan ini mengingatkan
kok yang sangat dibutuhkan masyarakat.2 perlu adanya keseimbangan dalam hidup,
Dari kelima hal tersebut misalnya bahwa prilaku ritual mesti selaras dengan
dapat kita lihat pada ajaran Sunan Kudus prilaku sosial. Pesan ini pulalah berhasil
yang sampai saat ini masih diyakini oleh membawa masyarakat Sunda, Cirebon dan
sebagian masyarakat Kudus, yaitu tidak sebagian masyarakat -DZD %DUDW PDVXN
menyembelih sapi. Sunan Kudus memulai Islam.
dakwahnya dengan cara sangat unik untuk Sedangkan Sunan Muria populer dengan
memancing masyarakat pergi ke masjid cara dakwahnya melalui ‘seni suara,’ seperti
mendengarkan dakwahnya. Sunan Kudus lagu Sinom dan Kinanti. Dengan bermodalkan
sengaja menambatkan sapinya, bernama Kebo lagu-lagu, Sunan Muria berhasil menyusup
*XPDUDQJ di halaman masjid. Orang-orang dan memengaruhi kebudayaan masyarakat
Hindu yang mengagungkan sapi menjadi Jawa. Sedikit contoh, berbagai tembang dan
simpati. Maka sampai sekarang sebagian alat-alat musik untuk kenduri pada hari-hari
masyarakat tradisional Kudus masih menolak tertentu setelah kematian keluarga, seperti
untuk menyembelih sapi. nelung dino (peringatan tiga hari terhadap
Adapun 6XQDQ %RQDQJ GDODP VWUDWHJL yang mati) sampai nyewu (seribu hari), tak
dakwahnya, gemar memergunakan kesenian diharamkan. Melalui pelbagai tembang
rakyat untuk menarik simpati, yaitu gamelan dan pembumian tradisi Jawa, Sunan Muria
disebut Bonang, sejenis kuningan yang diton- mengajak umat mulai lereng-lereng Gunung
MRONDQGLEDJLDQWHQJDKQ\D%LODEHQMRODQLWX Muria, Pati, Kudus, Juana sampai pesisir
dipukul dengan kayu lunak maka akan me- Utara Jawa untuk mengamalkan ajaran Islam.
nimbulkan suara merdu di telinga penduduk. Ajaran-ajaran Islam dipraktikkan Wali
Salah satu tembangnya yang sangat populer Songo ini kelak memengaruhi Sultan Agung,
sampai saat ini adalah tembang Tombo Ati. khususnya dalam menuliskan Serat Sastra
Strategi ini telah berhasil membawa masyara- *HQGLQJ1DPXQVHODLQLWXWHQWXVDMDVHWWLQJ
NDW7XEDQ3XODX%DZHDQ-HSDUDGDQ0DGXUD sosial 1XVDQWDUDNKXVXVQ\DPDVXN,VODPNH
memeluk ajaran Islam. 1XVDQWDUD DGDODK XQVXU ODLQ \DQJ PHPEHUL
Sementara Sunan Kalijaga melakukan pengaruh.
dakwah dengan pendekatan cukup akrab
dengan budaya lokal. Paham keagamaannya Islam Nusantara
FHQGHUXQJ VX¿VWLN EHUEDVLV VDODI EXNDQ Mataram-Islam adalah kerajaan Islam
VX¿ SDQWHLVWLN ,D PHQJJXQDNDQ VHQL XNLU
wayang, gamelan dan seni suara suluk Mataram-Hindu (sering juga disebut kerajaan
sebagai sarana dakwah. Metode ini sangat Medang atau kerajaan Mataram Kuno) berdiri pada
DEDG 0 NHPXGLDQ SLQGDK NH Jawa Timur abad ke-
efektif sehingga berhasil mengajak Adipati 10. Raja-raja Mataram-Hindu ini banyak meninggalkan
Padanaran, Kartasura, Demak, Kebumen, bukti sejarah berupa prasasti-prasasti di Jawa Tengah
dan Jawa Timur serta membangun banyak candi yang
EHUFRUDN +LQGX PDXSXQ %XGKD VHSHUWL &DQGL$UMXQD
2
A. Syaifullah, 0HUHNDP -HMDN 'DNZDK %LPD 6ULNDQGL *HGRQJ 6RQJR 6DPLDML *DWXWNRFR
Walisongo<RJ\DNDUWD,QWHUSUHH%RRN GDQ'ZDUDZDWL+LQGXGDQ&DQGL.DODVDQ%RUREXGXU
4 Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
di Jawa yang berdiri setelah runtuhnya Faktor lain ikut memerlancar dan me-
NHVXOWDQDQ 3DMDQJ SDGD WDKXQ 0 mercepat perkembangan Islam adalah karena
Kondisi sosio-kultural masyarakat Mataram- melemahnya kekuasaan kerajaan Majapahit
Islam pada saat itu tidak dapat dipisahkan Hindu. Akibatnya, agama Islam sedikit demi
dari setting sosial masyarakat Demak, karena sedikit dapat berkembang bahkan dapat me-
kelahiran kerajaan Mataram merupakan mata mengaruhi para elit penguasa di daerah seki-
rantai yang berkelindan dengan masyarakat tar pelabuhan yang dijadikan transit para ped-
Demak-Pajang. agang asing Muslim. Di samping itu faktor
Sebagaimana diketahui, kerajaan Demak ODLQLNXWEHUSHUDQGDODPSHQ\HEDUDQ,VODP²
adalah kerajaan Islam pertama di Jawa setelah bahkan faktor ini membuat Islam dapat dekat
keruntuhan kerajaan Majapahit (Hindu.) dengan elit penguasa hingga dapat mengajak
Meskipun para ahli sejarah banyak berselisih PHUHNDPHPHOXN,VODP²DGDODKSURVHVSHP-
pendapat tentang kapan Islam masuk di bauran dalam kontak perkawinan. Kontak
Indonesia, beberapa ahli menjelaskan bahwa perkawinan antara para pedagang asing
Islam masuk sudah dimulai sejak abad Muslim dengan para penduduk pribumi di-
SHUWDPD+LMUL\DKDWDXDEDGNH0.HQGDWL contohkan oleh Sunan Ampel, yang menika-
demikian Islam baru menunjukkan kegiatan KL 1\DL$JHQJ 0DQLOD SXWUL VHRUDQJ EXSDWL
efektif dan terlihat subur baru pada abad 7XEDQEHUQDPD$ULD7HMD%XSDWL7XEDQSDGD
NH GLWDQGDL GHQJDQ NHODKLUDQ NHUDMDDQ waktu telah menjadi Muslim lebih terkenal
kerajaan Islam di Sumatera sejak kerajaan dengan nama Maulana Ishaq.
Pasai hingga kerajaan Perlak, dan Islam baru Menyimak kondisi dan latar belakang
merembes di tanah Jawi pada permulaan abad masyarakat Jawa saat itu, dapat ditarik
NH 0 GHQJDQ 'HPDN WDPSLO VHEDJDL benang merah bahwa sebelum Islam masuk
SXQFDNGDUL,VODPSROLWLNSDGDDEDG0 ke wilayah tanah Jawi, agama Hindu sudah
Para pedagang asing yang beragama Islam menampakkan pengaruh maha dahsyat, dan
di samping melakukan transaksi dagang, juga agama Hindu sudah menjadi agama resmi
memunyai minat untuk menyebarkan agama masyarakat. Adagium DOUDµL\\DK µDOƗ GƯQ
Islam pada setiap pelabuhan yang disinggahi. mulukihim (penduduk senantiasa mengikuti
Satu hal sangat menguntungkan adalah para agama yang dipeluk rajanya) sudah menjadi
penguasa atau bangsawan yang menguasai SDQRUDPD WLGDN DVLQJ ODJL 1XUFKROLVK
Jawa, mayoritas mereka juga melakukan Madjid malah menyebutkan bahwa agama
transaksi dagang. Hindu sudah menunjukkan ekspresi politik
mapan dan kuat, karena wilayah kerajaan
6HZX 0HQGXW 3DZRQ 6DUL GDQ 3HODRVDQ %XGKD
ini berbasis pada lahan pertanian subur
6HGDQJNDQ 0DWDUDP,VODP WHODK WHUEDJL
PHQMDGL NHUDWRQ .DVXOWDQDQ GDQ 3DNX $ODPDQ dan produktif, sedangkan penduduk hidup
(Yogyakarta) dan Kasunanan dan Mangkunegara rukun dan damai. Potret kerajaan Majapahit
(Surakarta.) akhirnya memberikan kontribusi positif bagi
1HJDUD ,QGRQHVLD \DQJ NLQL PHPLOLNL XPDW
Islam terbanyak di dunia justru paling sedikit memiliki
para penduduk Jawa, berupa budaya agraris
sumber-sumber sejarah tentang kedatangan Islam ke yang berorientasi pada bercocok tanam. Ini,
negeri ini (sungguh merupakan sesuatu yang ironis.) misalnya, dapat dilihat dalam budaya sesaji,
Padahal proses tersebar Islam di tanah air, berbeda dari wilangan nogodino (menghitung pasaran
negeri-negeri lain, adalah secara damai dan berangsur-
angsur. Penyebaran Islam itu dilakukan oleh para hari), dan 0ERN 6UL sebagai dewi pelindung
pedagang dan ulama yang jarang tercatat dalam sumber-
sumber sejarah. Arnold J. Toynbee,0DQNLQGDQG0RWKHU Ibraim Said, Sunan Ampel dan Perjuangannya
Earth/RQGRQ2[IRUG8QLYHUVLW\3UHVV .XGXV0HQDUD.XGXV
J.C.Van Leur, Indonesian Trade and Society
1XUFKROLVK 0DGMLG Islam Doktrin dan
%DQGXQJ6XPXU%DQGXQJ Peradaban-DNDUWD3DUDPDGLQD9,,
Muh. Sungaidi, Ajaran Tasauf dalam Sastra Gending 5
memberikan daerah Mataram (Alas Mentaok/ Jatmiko dengan panggilan Mas Rangsang.
Kota Gede) kepada Ki Panembahan, yang di ,DGLQREDWNDQPHQMDGLUDMDSDGDWDKXQ
kemudian hari menurunkan raja-raja Islam ketika usianya masih relatif muda, kurang
0DWDUDP,VODP 1DPXQ SXQFDN NHHPDVDQ lebih 20 tahun. Meskipun telah dikukuhkan
dan kejayaan kerajaan Mataram-Islam terjadi menjadi raja namun Sultan Agung masih
SDGDPDVDSHPHULQWDKDQ6XOWDQ$JXQJ menggunakan gelar ‘Panembahan,’ dan dalam
0 perkembangannya ia menyandang gelar
Prabu Pandita Anyakrakusuma, dan Sultan
Sultan Agung Agung Senopati Ing Alaga Ngabdurohman
Sultan Agung memanifestasikan pribadi Sayidin Panatagama. Ia meninggal dunia
\DQJ DULI GDQ OHPDK OHPEXW %DQ\DN ELGDQJ SDGD WDKXQ 0 GDQ GLNHEXPLNDQ GL
ilmu ia kuasai, di antaranya: handal dalam Imogiri Yogyakarta.11
siasat perang, ahli olah praja, sastra dan 3DGD WDKXQ DQ UDMD 0DWDUDP,VODP
budaya, sehingga sumbangsihnya signi- GDQUDMD%DQWHQPHQJLULPXWXVDQNH0DNNDK
¿NDQ EDJL PDV\DUDNDW 0DWDUDP 6DODK VDWX dengan misi meminta pengakuan sekaligus
sumbangannya amat berharga ialah mema- pengukuhan gelar ‘sultan.’ Ini dikarenakan
sukkan ajaran Islam ke dalam kehidupan dan mayoritas raja Jawa pada waktu itu memunyai
budaya Jawa, atau dengan istilah lain, dapat DVXPVLDWDXEDKNDQNHSHUFD\DDQ²MLNDWLGDN
PHZXMXGNDQ ,VODPLVDVL %XGD\D -DZD dan EROHK GLVHEXW µPLWRV¶²EDKZD JHODU \DQJ
sebaliknya berhasil melakukan Jawanisasi diperoleh melalui pengukuhan dari Makkah
ajaran-ajaran Islam. akan memberi sokongan ‘supranatural’
Sultan Agung adalah keturunan wangsa terhadap kekuasaan mereka. Para raja Jawa
%UDZLMD\D GDUL 0DMDSDKLW +LUDUNKL VWUXN UXSDQ\D PHQJDQJJDS EDKZD 6\DULI %HVDU
WXUDOQ\DLDDGDODKNHWXUXQDQNHGDUL3UDEX yang menguasai HҐaramayn (Makkah dan
%UDZLMD\D 9 0 \DQJ PHQMDEDW 0DGƯQDK PHPXQ\DL ZLEDZD VSLULWXDO DWDV
sebagai raja terakhir kerajaan Majapahit. seluruh GƗUDOOVOƗP. Rombongan utusan raja
3UDEX%UDZLMD\D9PHPXQ\DLWLJDDQDNGXD GDUL%DQWHQSXODQJNH1XVDQWDUDSDGDWDKXQ
laki-laki dan seorang putri. Kedua putranya VHGDQJ XWXVDQ GDUL 0DWDUDP,VODP
ialah Raden Lembupeteng dan R. Pattah baru sampai beberapa tahun berikutnya,
SHQJXDVD GL %LQWRUR'HPDN -DZD Tengah), WDKXQ 0 6HODLQ JHODU VXOWDQ \DQJ
sedangkan yang putri bernama Ratna diperoleh penguasa dari HҐaramayn, mereka
Pambayun. Lembupeteng memunyai anak juga mendapatkan potongan Kisywah, kain
bernama Raden Depok (Ki Hageng Getas hitam penutup Ka‘bah yang dianggap, tentu
Pendowo.) Dan Raden Depok menurunkan saja, sebagai ‘jimat’ (alat kekebalan jiwa-raga
SXWUD EHUQDPD %DJXV 6RJRP .L $JHQJ dari bahaya) untuk kepentingan pengukuhan
Saselo.) Lalu Ki Ageng Saselo memiliki kekuasaan.12
SXWUD EHUQDPD %DJXV $QLV %DJXV $QLV Sultan Agung berhasil membangun
EHUSXWUD%DJXV.DFXQJ.L+DJHQJ0DWDUDP ibukota Mataram-Islam di Karta, dan mendi-
atau Panembahan.) Ki Hageng Panembahan rikan Keraton Plered, yang seringkali dika-
punya putra bernama Sutowijoyo (Kanjeng itkan dengan lahirnya peradaban Jawa.
Pangeran Hardjo Senopati Ing Mataram.) Peninggalannya yang cukup terkenal dan
Selanjutnya Sutowijoyo berputra Kanjeng S.
+DGL3DQJHUDQ1\RNURZDWL6HGD.UDS\DN 11
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah
Sedo Krapyak melahirkan Sultan Agung ,QGRQHVLD ȼɚUɢ ²'DUL (PSRULXP 6DPSDL
Anyokro Kusumo. Imperium-DNDUWD*UDPHGLD
12
'LFN'RXZHVGDQ1LFR.DSWHLQIndonesia dan
1DPD NHFLO 6XOWDQ$JXQJ DGDODK 5DGHQ +DML-DNDUWD,1,6
Muh. Sungaidi, Ajaran Tasauf dalam Sastra Gending 7
De Graff dan T. Pigeaud, .HUDMDDQNHUDMDDQ
Soedibyo, Babad Tanah Jawi (Jakarta:
Islam di Jawa -DNDUWD*UD¿WL3UHVV 'HSGLNEXG
8 Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
pada waktu itu masih banyak diwarnai oleh saat itu terkenallah istilah *UHEHJ 3RVR
unsur sinkretisme, karena penyiaran dan (Puasa/Syawal), *UHEHJ %HVDU (Idul Adha)
penyampaian Islam melalui dakwah dan dan *UHEHJ 0DXOXG (Sekaten.) Di samping
bukan dengan paksaan. Oleh karenanya, itu, gamelan Sekaten yang hanya dibunyikan
masyarakat Jawa saat itu sangat mudah pada Grebeg Mulud, kemudian atas kehendak
menerima Islam lantaran kehadirannya lebih Sultan Agung dipukul di halaman Masjid
memberikan apresiasi terhadap budaya lokal %HVDU Tujuan utamanya adalah melestarikan
yang ada, di samping tetap memerbaiki budaya Jawa yang diwarnai dengan amalan-
situasi sosial menuju tatanan Islam yang lebih amalan Islami. Dalam perayaan Sekaten,
baik, dengan dipandu oleh kitab-kitab kuno bunyi gamelan yang dipukul dibarengi
(dilihat dari perspektif modern.) Sehingga dengan ucapan V\DKƗGDWD\Q (dua kalimat
hal ini semakin memerkokoh kelanggengan syahadat), tapi karena lidah orang Jawa tidak
dari the right tradition atau DOTDGƯP DO bisa menyebutkan ungkapan Arab dengan
s̞ƗOLK̡, dan memelihara pengetahuan agama benar, maka 6\DKƗGDWD\Q menjadi sekaten.
Islam, sebagaimana telah disebarluaskan Sebenarnya upacara sekaten itu sudah
kepada masyarakat Islam oleh ulama besar GLDGDNDQ SDGD ]DPDQ NHVXOWDQDQ 'HPDN
masa lalu. atas inisiatif 6XQDQ .DOLMDJD 1DPXQ DFDUD
Sejalan dengan esensi ‘pelestarian Sekaten ini pernah mandeg (berhenti) dan
budaya,’ modelling sangat dipegang teguh GLWLDGDNDQWHUXWDPDSDGD]DPDQ3DMDQJGDQ
dalam tradisi pesantren. 0RGHOOLQJ telah baru diadakan lagi di masa Sultan Agung
sejak lama menjadi suatu unsur penting hingga sekarang.
falsafat Jawa. Kekuatan modelling ini sejalan 6XOWDQ $JXQJ SDGD WDKXQ 0 DWDX
dengan sistem nilai Jawa yang berdasar WDKXQ 6DND EHUWHSDWDQ GHQJDQ
hubungan paternalisme dan patron-klien, Hijriah, mengubah perhitungan kalender
yang telah mengakar kuat dalam masyarakat. Saka yang berdasarkan bumi mengelilingi
Ini diasumsikan bahwa ada suatu hubungan matahari menjadi perhitungan kalender
LGHRORJLV GDQ IDOVD¿ DQWDUD modelling dan Hijriah atau kalender Islam berdasarkan
WDTOLG. Konsekuensinya, ada ‘corak budaya edaran bulan mengelilingi bumi. Kalender
baru’ yang terdiri dari dua budaya atau lebih baru ini diperlukan untuk menentukan hari
sebagai perpaduan antara nilai-nilai Islam besar Islam, yang secara resmi dirayakan
bercampur/interaksi dengan nilai-nilai lokal, oleh kerajaan Mataram yang ia pimpin, di
seperti tahlilan, mauludan dan syawalan, DQWDUDQ\D*UHEHJ%DGD+DUL5D\D,GXO)LWUL
dalam masyarakat Indonesia yang berlatar *UHEHJ %HVDU EHUWHSDWDQ GHQJDQ WDQJJDO
belakang agraris dan komunalitas. ']nj DO+Ґijjah, Hari Raya Idul Adha);
Realisasi Islamisasi budaya Jawa yang pula maleman bertepatan dengan tanggal 21
disuguhkan oleh Sultan Agung menurut Ramadan, malam permulaan bulan Ramadan
Mahmud Yunus di antaranya adalah tradisi dalam mencari Laylah al-Qadr. Dengan
Grebeg yang disesuaikan dengan hari raya demikian berubahlah kalender Saka menjadi
,GXO)LWUL,GXO$GKDGDQ0DXOXG1DEL6HMDN kalender Jawa Islam.
Sultan Agung mencoba menyelaraskan
Lih. Abdurrahman Wahid, “Principles of kedua sistem tersebut dengan menyatukan
Pesantren Education,” dalam Manfred Open and
Wolfgang Karcher dan menjadikan kalender resmi Mataram.
Sebagaimana dipahami secara umum, WDTOLG Cirinya adalah penggunaan sistem bulan
adalah istilah hukum Islam yang menunjuk pada ketaatan
yang kuat pada prinsip-prinsip yang telah disusun
VHEHOXPQ\D NKXVXVQ\D ROHK HPSDW LPDP PDG]KDE
Mamud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di
HҐDQDIƯ0DOLNƯ6\Ɨ¿µƯGDQ+ҐDQEDOƯ Indonesia-DNDUWD+LGD.DU\D
Muh. Sungaidi, Ajaran Tasauf dalam Sastra Gending 9
(Perintah Tuhan yang disampaikan me- Durmo artinya ketika manusia menga-
ODOXL 1DEL NLWD GDODP GDOLO +ҐDGƯWV WHP- rungi kehidupan bermasyarakat ada ber-
patnya, jangan ada yang sampai gegabah, bagai pilihan kehidupan, seperti hidup
rasakan rasanya itu, isi dalil HҐDGƯWVQ\D sukses, berkarir tinggi dan kaya raya,
sebagai pembimbing hatimu.) atau sebaliknya: hina dina, tidak ada
'DQGKDQJ *XOR terdiri dari dua kata: harga diri dan bermuram durjana, semua
dhandhang ialah burung gagak, sedangkan itu tidak lepas dari rasa sedih dan marah,
gula itu yang berasa manis. Yang muda contohnya,
adalah mereka yang senantiasa hidup 0DSDQDQRVLVLNXWHOXQJSHUNRURQDQJLQJ
dalam gemerlap manisnya dunia dan gedhe pribadi, pan iki liliro,ingkang
menuruti nafsu belaka. Walau demikian, telung perkoro, ajo anggugung, sirik
dalam hal ini Dandhang Gulo adalah NDODZDQDQDFDWNDSDWLSDWL
permohonan (doa) kepada Tuhan agar $GDODNQDWWHWDSL\DQJWHUEHVDU\DLWX
manusia selamat sejahtera hidup di dunia jangan sombong, dengki (hasad) dan
dan akhirat, contohnya, jangan mencela dengan berlebihan.)
Nanging sira yen ngguguru kaki, amiliha Tentang isi dan pembahasan Sastra
manungsa kangnyata, ingkang becik Gending mengenai Tuhan, manusia dan alam
martabate, serta kang weruh ing hokum, diuraikan sebagai berikut. Pertama, tentang
kang ngibadah lan kang wirangi, Tuhan. Dalam naskah tersebut digambarkan
sukur lan oleh wong topo, ingkang wis EDKZD7XKDQDGDODK=DW0DKD.DVLK0DKD
amungkul, tan mikir awohing liyan, Kuasa, Maha Pencipta dan serba Maha yang
iku pantes sira gurunono kaki, serto tidak terikat oleh seperangkat tata-norma.
kawuruhono. Dia adalah tempat kembali semua persoalan.
(Jika anda benar, anakku, pilihlah orang Dia memunyai DVPƗ¶ yang mencerminkan
yang benar, yang baik bermanfaat, serta NHEHVDUDQ GDQ NHLQGDKDQ1\D sebagaimana
yang tahu akan hukum, yang beribadah GLMHODVNDQ GDODP DO4XU¶ƗQ DGD VHPELODQ
dan saleh, apalagi orang itu suka bertapa puluh sembilan yang biasa disebut dengan
dan tidak memikirkan pemberian orang DO$VPƗ¶ DO+̔XVQƗ, juga memunyai sifat
lain, ia pantas kamu ikuti dan jadikan Kanang Sastra Kalih Dasa (yang berjumlah
guru.) dua puluh.) Dia mempunyai kekuasaan
Pangkur artinya mungkur (mundur.) PXWODN DWDV PDNKOXN1\D 'LD LEDUDW GDODQJ
Orang tua yang sudah saatnya pensiun dan manusia adalah wayang. Perbuatan
dan mengundurkan diri dari keduniawian manusia sepenuhnya tidak terlepas dari
(madeg pandita), tidak lagi tamak, rakus SHQJDZDVDQ1\D GDQ Atnurba Solahing
dan mabuk kemewahan dunia, contohnya, 5LQJJLW(Tuhan sumber penggerak perbuatan
Alaning liyan den andhar, ing becike liyan manusia.)
dipun simpen, becike dewe ginunggung 6DVWUD *HQGLQJ mengungkapkan DVPƗ¶
kinarya pasamuwan, nora ngaroso alane Tuhan dalam berbagai variasi yang tentunya
dewe ngendukur, wong kan mangkono memunyai kandungan makna atas keindahan
watake, ora pantes den pendhake. (MDPƗOGDQNHDJXQJDQNHEHVDUDQ1\DMDOƗO)
(Kejelekan orang dijabarkan, kebaikan terhadap segala sesuatu. Di antara DVPƗ¶ yang
orang lain disimpan, kebaikan sendiri dijelaskan dalam naskah tersebut yakni: Zat
disanjung dalam perjamuan, tidak merasa 0XWODN .DQJ &LSWD (Maha Pencipta), Kang
kejelekan saat diri menyinggung, orang 5LSWD (Maha Pengarang), Kang Sinembah
yang demikian wataknya tidak patut 0DKD%HVDU+\DQJ0DQDQ(Maha Agung),
didekati.) =DW0ULK+D\X(Maha Hidup)+\DQJ:LVHVD
Muh. Sungaidi, Ajaran Tasauf dalam Sastra Gending 11
konsolidasi dan harmonisasi antara ilmu papat’ tadi dapat terjadi. Kontak batin
syari‘ah dan ilmu tasauf. Ilmu-ilmu syari‘ah VHFDUD PHWD¿VLN WHUVHEXW GDSDW PHPHUWDMDP
jika dikerjakan tanpa pendalaman ilmu ¿UDVDW GDQ PHPEHULNDQ NKDULVPD EDJL
tasauf akan kelihatan kering bahkan terkesan orang tersebut. Selain ketajaman batin dan
ritual-formalistis, dan tidak menyentuh kharisma, orang yang mampu melakukan
nilai akhlaq yang diharapkan. Kitab ini NRQWDNEDWLQVHFDUDPHWD¿VLNGHQJDQµVHGXOXU
merupakan karya monumental yang mencoba papat’ juga bisa meminta bantuan secara gaib,
mengintegrasikan dua kutub ilmu tersebut karena manusia pada dasarnya adalah ciptaan
secara menarik dan edukatif, sebagai upaya Tuhan yang paling sempurna dibandingkan
realisasi ungkapan….. makhluk lainnya. Hanya saja sering kali
Man tafaqqaha wa lam yatasҚawwaf faqad tafassaqa,
manusia tidak mampu memaksimalkan
wa man tasҚDZZDIDZDODP\DWDIDTTDKIDTDGWD]DQ- dirinya untuk menjadi takdirnya. Sehingga
GDTDZDPDQMDPDµDED\QDKXPƗIDTDGWDKҝaqqaqa. yang terjadi manusia justru menjadi mahkluq
EDUDQJVLDSD PHQJDPDONDQ ¿TK WDQSD EHUWDVDXI yang berjalan hanya pada tataran wadag
maka ia adalah fasiq (tidak bermoral), dan siapa
EHUWDVDXI WDQSD PHQJDPDONDQ ¿TK PDND LD semata.
DGDODK ]LQGLT SHQ\HOHZHQJ GDQ EDUDQJVLDSD Untuk masalah ini Sultan Agung berupaya
menggabungkan keduanya itu maka ia telah sampai menjelaskan perselisihan pendapat antara
kepada haqiqat [menemukan kebenaran.])
dua kubu DKODO]̛ƗKLU(ahli gendhing) dan ahl
DOEƗẂin (ahli sastra) yang masing-masing
Aspek Lahiriah dan Batiniah memunyai latar belakang berbeda. Kedua
Dalam terminologi kebatinan Jawa sering kubu ini saling berdebat dan beragumentasi
dikenal istilah Sedulur Papat Limo Pancer dengan kerangka berpikir serta metodologi
(empat saudara yang kelima sebagai titik berbeda. Keduanya tak ada yang kalah dan
pusat). Yang dimaksud sedulur papat adalah menang (tan ora ana gelem kasoran) demi
dasar manusia: tanah, air, api, dan udara, memertahankan ide masing-masing yang
yang dalam bahasa Jawa disebut: ‘mayong diyakini sebagai sebuah kebenaran. Dalam
goseto, wakodiyat, rohilapi, makdunsarpin.’ konteks agama Islam, kandungan arti pokok
Sedangkan limo pancer adalah ruh yang me- dalam menangkap esensi perintah terdapat
rengkuh dan menyatukan kelima unsur terse- pula dua makna, yakni makna tersurat dan
but ke dalam wadag manusia. Menurut keper- makna tersirat. Ungkapan tersebut dapat
cayaan mistik Jawa, keempat elemen tersebut GLOLKDW GDODP NRQVHS SHULQWDK VDODW ]DNDW
EHUVLIDW PHWD¿VLN GDQ GDSDW PHQ\DPSDLNDQ puasa, haji dan seterusnya. Orang yang
isyarat kepada wadag manusia yang berwu- mengerjakan salat dengan memenuhi syarat
MXG ¿UDVDW GDQ PHQ\HODPDWNDQ PDQXVLD VH rukun dan menghindari segala hal yang dapat
perti yang sering kita dengar dengan ‘kekua- membatalkannya, dalam perspektif ilmu
tan bawah sadar manusia.’ ]DKLU V\DULµDK WHQWXQ\D SHUEXDWDQ WHUVHEXW
Kekuatan bawah sadar di sini kadang telah dikategorikan dalam perbuatan yang
tidak sengaja terjadi, namun ada pula sempurna (dalam arti sah) dapat diterima
kekuatan seperti itu yang memang sengaja ROHK 7XKDQ 1DPXQ PDQDNDOD GLOLKDW GDODP
dimunculkan. Sebagi contoh, ketajaman perspektif ilmu batin, tentunya salat yang
olah kebatinan dapat menjadikan manusia tidak dapat berimplikasi terhadap pencegahan
‘si pelaku’ berkomunikasi dengan ‘sedulur terhadap perbuatan keji dan kemungkaran,
papat’ sehingga kontak batin dengan ‘sedulur tentu salat tersebut belum menyentuh aspek
spiritual yang diharapkan yang sesungguhnya
$EX %DNDU $WMHK Pengantar Ilmu Tarikat
itulah sasaran utamanya, yakni pembentukan
6ROR5DPDGDQL
$Enj%DNUDO.DODEDG]Ư$O7DµDUUXI121. nilai edukatif batini. Hanya saja dalam
Muh. Sungaidi, Ajaran Tasauf dalam Sastra Gending 13
menjelaskan paduan lahir dan batin, Serat Geng branta mangusweng gendhing, setengah
6DVWUD *HQGLQJ mengungkapkan itu semua wong perebutan, kang ahli gendhing padudon,
lawan ingkan ahli sastra, arebut keluhuran,iku
dalam ungkapan alegoris, dan sarat simbol. wong tuna ing ngelmu, tan ana gelem kasoran.
Sebagai ilustrasi dapat disimak dalam pupuh (Adanya perdebatan dan perselisihan pendapat
6,120 bait sebelas sebagai berikut: antara dua kelompok yang berbeda, antara ahli
]DKLU DKOL *HQGLQJ GDQ DKOL EDWLQ DKOL Sastra),
Pramila gending yen bubrah, gugur sembahe mring keduanya berebut kebenaran, mereka itu orang
Gusti, batal wisesaning salat, tanpa gawe ulah yang tanpa ilmu dan tidak ada yang mau mengalah,
gendhing, dene ran tembang gendhing, tukireng demi mempertahankan ego kebenarannya masing-
swara linuhung, amuji asmaning dat, swara sangk- masing)
ing osikwadi, osik mulya wentaring cipta surasa.
(Gending adalah eksistensi suara/gerakan/sikap) Perintah untuk melakukan ibadah tidak
yang baik dalam memuja asma Allah dengan suara hanya terbatas pada dataran pemenuhan
yang indah dan dari lubuk hati yang bersih (tidak
UXVDN EHUG]LNLU NHSDGD$OODK WDQSD WHQGHQVL GDQ aspek lahiriah tanpa menyentuh aspek moral,
maksud tertentu. Jika ada maksud lain, maka tidak karena hakekatnya perintah ibadah itu
akan memberikan nilai tambah dan bekas apa-apa, mengandung ajaran moral untuk membentuk
bahkan gugur ibadahnya. Gending akan senantiasa
karakter manusia menjadi pribadi ideal. Dalam
mengikuti apa yang telah digariskan oleh sastranya;
antara Sastra dan Gending senantiasa bersinergi). %DLW NHGXD GDUL $VPDUDQGDQD GLJDPEDUNDQ
petunjuk praktis, tentang norma susila
Keseimbangan hidup antara pemenuhan seharusnya dikerjakan oleh setiap manusia
aspek lahiriah dan aspek batiniah merupakan baik ahli zahir (Gending) atau ahli batin
keniscayaan saling terkait menuju hidup (Sastra).
bahagia. Sultan Agung dalam pupuh tersebut Pada pupuh berikutnya, Sultan menyata-
memberikan gambaran jangka panjang kan bahwa jika manusia berhasil memadukan
tentang hakekat hidup yang tidak hanya aspek lahir dan batin maka ia telah mendapatkan
berhenti di dunia an sich, akan tetapi akan petunjuk dari Tuhan. Dan manusia semacam
berakhir dalam kehidupan akherat yang kekal itu dibagi dalam empat golongan, sebagaimana
dan abadi (L\D ND\XQ ¿GDUHQL PXUDGLQJ diungkapkan dalam ilustrasi berikut;
makna, urip neng desa kaleh/Hakekat kehidu-
:XV GHQH P\DQJ SUD 1DEL SDUD PXUVOLQD WXZLQ
pan ini tidak berhenti di dunia semata, akan kang para wali, myang para pukaha, ora imam
tetapi akan berakhir dalam kehidupan akhirat kang minulya, para waliyullah uganhi, kang tuk
yang kekal abadi). nugraha, tan merat saben ari,
Manusia merupakan makhluk yang (manusia yang mendapat petunjuk dari Allah, yaitu;
para rasul, para wali, para fukoha /ahli hukum
memunyai dua unsur pokok. Pertama, unsur Islam, para imam yang Adil, para waliyullah yang
materi dan kedua, immateri. Kedua unsur namanya harum dikenal di sepanjang masa)
tersebut menuntut pemenuhan hak secara
Pupuh di atas menjelaskan bahwa strati-
imbang dan serasi, karena ia hidup di dua
¿NDVL NHORPSRN PDQXVLD \DQJ EHUKDVLO PH
desa/negeri, (L\D ND\XQ ¿ GDUHQL XULS QHQJ
madukan aspek lahir dan batin adalah: 1)
desa kaleh/Hakekat kehidupan ini tidak
SDUDUDVXOSDUDZDOLSDUDIXTDKƗ¶DKOL
berhenti di dunia semata, akan tetapi akan
KXNXP ,VODP GDQ para imam berlaku
berakhir dalam kehidupan akhirat yang kekal
adil. Meskipun mereka meninggal dunia,
abadi).
akan tetapi nama harum mereka tetap dikenal
Dalam Asmaradana dijelaskan sebagai
sepanjang masa (tan merat saben ari/ namanya
berikut:
Sudibyo, Babad Sultan Agung (Yogyakarta:
Sultan Agung, Serat 6DVWUD*HQGLQJ
'HSGLNEXG
+DUXQ1DVXWLRQIslam Ditinjau dari Berbagai
Sultan Agung, Serat, Aspeknya-DNDUWD8,3UHVV-LOLG,
Sultan Agung, Serat,
Sultan Agung, Serat 6DVWUD*HQGLQJ
14 Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
harum dan dikenal di sepanjang masa.) Al- satu pihak dengan kubu tasauf di pihak lain.
4XU¶ƗQ PHPEHULNDQ UHVSRQ SRVLWLI WHUKDGDS Surat menyurat tersebut dalam istilah Arab
orang-orang yang memunyai jasa, walaupun disebut PDVƗ¶LO DO-ƗZƗZL\\DK (persoala-
sudah meninggal, dan orang lain tidak pernah persoalan Jawa), sehingga ulama HҐDUƗPD\Q
melupakan mereka. Dengan demikian ilmu berkenan menulis buku untuk kepentingan
syari‘ah (ilmu lahir) perlu dipelajari oleh tiap masyarakat Jawi dengan judul It̜ƗIDO']DNƯEL
manusia, dan tak ada manusia mampu menuju Syarh̡DO7XK̡IDKDO0XUVDODKLOƗ5njK̡DO1ƗKƯ
ilmu batin tanpa memulai dari ilmu syari‘ah, yang intinya menjelaskan antara syari‘ah dan
simak pupuh di bawah ini, tasauf tidak perlu dipertentangkan, tetapi
Lamun pira aja kadudan ing karsa, iku sariking
keduanya merupakan satu totalitas yang
ngelmi, yen durung kaduya, luhung mendel saling melengkapi dan menyempurnakan
kewala, ananging ta den satiti, mrang ulama, lan secara utuh dan komprehensif.
para sujaneng budi. Masalah ini juga menjadi perhatian Sultan
(Jika timbul problematika, maka bagi orang
yang tidak memiliki kemampuan menguasai Agung. Integrasi lahir-batin dikemukakan
permasalahan, diserahkan permasalahan itu kepada Sultan Agung sebenarnya dimaksudkan
pakar/ahlinya) guna menjelaskan perpaduan antara syari‘ah
%DLWGLDWDVPHQMHODVNDQkinen wigya tem dan tasauf. Dalam pupuh Asmarandhana
bang kawi, jer wajib ugering gesang, ngaruhi disebutkan bahwa ketenangan dan kebaha-
titineng ngelmi (keharusan manusia untuk giaan manusia di dunia hingga akhirat
mengetahui syari‘ah Ilahi untuk menuju pada dapat diperoleh dengan jalan mengerjakan
ilmu kasampurnaan/ insan kamil.) Manusia syari‘ah secara terus-menerus, baik dalam
tidak akan dapat mencapai kesempurnaan, interaksi vertikal dengan Allah maupun
ilmu hakekat, manakala ilmu syari‘ah be- interaksi horisontal dengan semua manusia
lum dipahami. Mahҝmud SyaltҘnjWҘ menjelaskan dan alam sekitar. Antara kebutuhan lahiriah
ilmu syari‘ah sebagai landasan normatif yang dan kebutuhan batiniah dapat berjalan secara
diturunkan Tuhan baik yang menerangkan harmonis dan serasi.
hubungan manusia dengan Tuhannya, ataupun Syari‘ah merupakan pijakan awal bagi
hubungan manusia dengan sesama manusia, seseorang untuk menaiki tingkat selanjutnya,
ataupun hubungan manusia dengan lingku- yakni tarekat yang berupa beberapa tanjakan
ngan (alam sekitarnya.) PDTƗP dari satu tingkat menuju tingkat
lebih tinggi ³0HQJJDK 7DUHNDW .DZUXK
0DQJHUWL 1JLQMHQ1JLQMHQ 7UXVLQJ .DVDP
Integrasi Syari‘ah-Tasauf
purnan” (Tarekat merupakan cara atau
Harmonisasi antara syari‘ah dan tasauf
teknis pelaksanaannya agar manusia bisa
sebenarnya dapat dilihat dalam dinamika
berkomunikasi dengan Sang Khaliqnya
pemikiran dan pembaharuan di Aceh,
Maha Sempurna), sehingga pada akhirnya
terutama pada masa Abd Rauf al-Sinkli
dapat bersentuhan dengan hakikat, yakni
%DKNDQ SDGD DEDG NHWXMXK
merasa Makrifat (dekat dan mengenal
belas di 1XVDQWDUD VXGDK WHUMDGL NRQWDN
Tuhan) dengan sebenar-benarnya, +DNHNDW
surat menyurat antara AsҚh ҝƗE DO-ƗZƗZL\\ƯQ
ZXV1XQJJDODNH0DNULIDW7UXVLQJ.ZDUXK
dengan ulama HҐDUƗPD\QDO.XUƗQƯWHQWDQJ
(Selalu dekat dan terus menerus mengenal
kesalahpahaman antara kubu syari‘ah pada
Tuhan dengan mata hati.) Kondisi dan posisi
ini, diyakini oleh banyak orang, juga dimiliki
4VDO%DTDUDK
Sultan Agung, Serat 6DVWUD*HQGLQJ =DLQXGGLQ %. 6X¿VPH 6XOWDQ $JXQJ
MahҝPnjG6\DOWѽnjWѽ, ,VOƗPµ$TƯGDKZD6\DUƯµDK Studi Naskah Serat 6DVWUD *HQGLQJ WHVLV ,$,1 6\DULI
.DLUR'ƗUDO4DODP +LGD\DWXOODK
Muh. Sungaidi, Ajaran Tasauf dalam Sastra Gending 15
oleh Sultan Agung. Akibatnya, banyak mendekatkan diri sedekat mungkin kepada
beredar cerita-cerita luar biasa tentang Sultan $OODKVHKLQJJDSDUDVX¿GDSDWPHOLKDW7XKDQ
Agung. Di dalam sumber-sumber tradisional, (PDµULIDK), bahkan mengalami persatuan
seperti Babad Tanah Jawa (%DEDG 6XOWDQ (ittih̡ƗG) dengan Tuhan. %DKNDQ SDUD VX¿
Agung), diceritakan bahwa Sultan Agung melakukan UL\ƗG̟ah (latihan) dan pengembaraan
memunyai kemampuan untuk secara rutin cukup panjang dan terus menerus, untuk
melakukan salat Jumat di Makkah. Cerita mendekatkan diri kepada Tuhan, dan proses
ini tidak bisa dipahami secara tersurat, itu disebut PDTƗPƗW (stasion-stasion) seperti
melainkan harus secara tersirat, bahwa PDTDPWDXEDWdan ridla.
pengungkapan cerita tersebut dimaksudkan
untuk menciptakan kesan bahwa Sultan Sinergi Tasauf Amali/Akhlaqi dan Tasauf
Agung adalah sosok manusia luar biasa yang )DOVD¿
memunyai kemampuan di atas manusia rata- Walaupun demikian, orientasi tasauf yang
rata, telah mencapaiPDµULIDKyakni, puncak dikembangkan olehnya tidak hanya berhenti
kenikmatan dengan terbukanya WDELU NDV\I pada tahapan WDVDXI DPDOLDNKODTL ke WDVDXI
(misteri.) IDODVD¿, namun ia memberikan tiga teori.
Jika ajaran tasauf biasanya hanya Pertama, teori mah̡abbah yang diadopsi dari
GLPLQDWL SDUD VX¿ GDQ WLGDN GLPLQDWL SDUD HҐDGƯWV4XGVƯVHEDJDLEHULNXW
IXTDKƗ¶ negarawan dan hartawan, tetapi hal .HWLNDVHRUDQJKDPEDPHQFLQWDL$OODKPɚNɚPD
ini sangat berbeda dari sikap hidup Sultan WD1\DPHQMDGLPDWDKDPED1\DSHQGHQJDUDQ1\D
Agung. Sultan Agung adalah seorang raja, PHQMDGL SHQGHQJDUDQ KDPED1\D GDQ WDQJDQ1\D
menjadi tangan manusia
seorang sultan dengan segala kemudahan dan
harta kekayaan melimpah, namun ia seorang HҐDGƯWV 4XGVƯ GL DWDV PHQMHODVNDQ EDKZD
peminat tasauf yang cukup tinggi ilmu dan perbuatan manusia itu diperoleh karena muncul
amaliahnya. Tasauf diajarkan Sultan Agung dari pancaran Tuhan. Pancaran ini diperoleh
adalah ajaran dasar tasauf akhlaqi/amali agar oleh manusia lantaran Allah mencintai
manusia selalu berbuat kebajikan di antara KDPED1\D GDQ KDPED1\D PHQFLQWDL $OODK
sesamanya, supaya mendapat limpahan Hubungan cinta ini melahirkan kedekatan
kasih sayang Tuhan dengan acuan dan pola yang amat mendalam dalam diri hamba dan
hidup tidak terlalu mementingkan kehidupan Tuhan sebagai hubungan timbal balik.
lahiriah (materi.) Kecintaaan terhadap dunia Kedua, teori DO,V\UƗT (illumination),
materi akan menjadikan hijab (penghalang) \DQJ GLNHPEDQJNDQ ROHK 6XKUDZDUGƯ DO
menuju Tuhan. Di samping itu, ia mengajarkan 0DTWnjO Z + 7HRUL LQL PHQMHODVNDQ
SXOD WDVDXI IDOVD¿ \DNQL DMDUDQ EDKZD bahwa alam ini diciptakan melalui penyinaran
Tuhan akan mengambil tempat pada diri atau iluminasi. Alam ini terdiri dari susunan
manusia yang telah dapat menyucikan diri bertingkat-tingkat, berupa pancaran cahaya.
dari kotoran dan maksiat atau, penjelmaan Cahaya tertinggi dan sebagai sumber dari
Tuhan pada diri manusia. Maka tasauf amali segala cahaya ini dinamakan 1njU DO$QZƗU
adalah awal, untuk kemudian dilanjutkan ke atau QnjUDµ]̛am, dan inilah yang sangat boleh
WDVDXI IDOVD¿ 1DPXQ SDGD VLVL ODLQ WDVDXI
IDVD¿ GLSHUOXNDQ ROHK 6XOWDQ $JXQJ EXNDQ
+DUXQ 1DVXWLRQ ,VODP 5DVLRQDO %DQGXQJ
semata untuk penjelmaan Tuhan pada diri 0L]DQ
manusia, melainkan juga untuk menjelaskan
$O4XV\D\UƯ $O5LVƗODK DO4XV\D\UL\\DK
keyakinan-keyakinannya secara rasional. .DLUR,
Dengan demikian, tujuan dan maksud
HRVVHLQ =LDL .QRZOHGJH DQG ,OOXPLQDWLRQ
$ 6WXG\ RI 6XKUDZDUGƯ¶V +̔LNPDW DO,V\UƗT (Georgia:
memelajari dan mengamalkan tasauf adalah 6FRODUV3UHVV$WODQWD
16 Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
jadi disebut sebagai Tuhan. Manusia ini berasal diri dalam alam sekitarnya sudah tak disadari
dari 1njU DO$QZƗU yang menciptakannya ODJLNHEHUDGDDQQ\D%HUGDVDUNDQWLJDNHUDQJ
melalui pancaran cahaya dengan proses yang ka teori di atas, Sultan Agung lebih bertumpu
hampir serupa dengan teori emanasi. Oleh pada posisi DOK̡XOnjO sebagaimana yang
karena itu, menurut teori ini, hubungan antara dikembangkan oleh al-HҐDOOƗM .HGHNDWDQ
manusia dan Tuhan merupakan hubungan arus teori h̡XOnjO dengan pandangan Sultan Agung
bolak-balik, dalam arti ada hubungan WDQƗ]XO ini diabadikan dalam naskah Sastra *HQGLQJ
(turun) dan WDUƗTƯ (mendaki) yang kemudian dengan bahasa simbolik, bahwa Sang Hyang
terjadilah ittih̡ƗG(persatuan.) Wisnu menitis pada diri Kreshna. Menitis di
-LZDPDQXVLDPHQXUXW6XKUDZDUGƯWLGDN sini dalam arti menjelma. Sang Hyang Wisnu
bisa sampai pada alam suci serta tidak bisa DGDODK SHUODPEDQJ SHUVRQL¿NDVL 7XKDQ DWDX
menerima cahaya iluminasi kecuali dengan SHUVRQL¿NDVL µVLIDWVLIDW MDPƗO Allah’ dalam
latihan ruhaniah, sebab alam suci atau cahaya UDQJND PHPHOLKDUD PDNKOXT1\D VHGDQJNDQ
ini adalah substansi malakut. Alam suci ini .UHVQD DGDODK SHUODPEDQJ SHUVRQL¿NDVL
WLGDNPHPEXWXKNDQNHNXDWDQNHNXDWDQ¿VLN manusia. Dengan demikian, Tuhan (sebagai
melainkan membutuhkan kekuatan ruhaniah Sang Hyang Wisnu) menjelma ke dalam diri
menuju pengetahuan 1njU DO$QZƗU. Oleh manusia (sebagai Kreshna) dalam bentuk
karena itu, menurut teori ini, Tuhan bisa saja h̡XOnjO.
mengadakan hubungan dengan manusia atau Akan tetapi, Tuhan akan mengambil
manusia dengan Tuhan secara timbal balik, tempat hanyalah pada orang yang mampu
apabila manusia dapat menyucikan dirinya menyucikan dirinya dari kotoran dan dosa.
dari segala kotoran lahir maupun batin. Oleh sebab itu, Sultan Agung menganjurkan
Ketiga, adalah teori h̡XOnjO yang dikem- semua manusia agar berusaha (PXMƗKDGDK)
bangkan oleh al-HҐDOOƗM Z 0 'DODP secara optimal agar dirinya suci, sehingga
teori tersebut dijelaskan bahwa dalam Tuhan dapat mengambil tempat pada
diri manusia terdapat sifat ketuhanan dan dirinya. Ini merupakan kekuatan ruhaniah
sifat kemanusiaan, begitu pula dalam diri menuju pengetahuan 1njU DO$QZƗU. Oleh
manusia terdapat sifat kemanusiaan dan sifat karena itu, menurut teori ini, Tuhan bisa saja
ketuhanan. Karena itu persatuan antara Tuhan mengadakan hubungan dengan manusia atau
dan manusia bisa saja terjadi antara sifat manusia dengan Tuhan secara timbal balik,
‘kemanusiaan Tuhan’ dan sifat ‘ketuhanan apabila manusia dapat menyucikan dirinya
manusia.’ Dalam persatuan ini terjadi bahwa dari segala kotoran lahir maupun batin.
sifat kemanusiaan Tuhan itu meminjam Amorba solahing ringgit (Tuhan sumber penggerak
tubuh manusia untuk bersatu bersama sifat perbuatan manusia), rawe-rawe rantas malang-
ketuhanan manusia. Agar manusia dapat malang putung (tidak takut menghadapi rintangan
bersatu dengan Tuhan, maka manusia harus apa pun), ojo dumeh (tidak membanggakan diri),
biso ngunjoro hawa nafsu (bisa mengekang hawa
menghilangkan sifat-sifat kemanusiaannya nafsu dan meredam keinginan yang jelek, ojo
PHODOXL IDQƗ¶ KLQJJD \DQJ WLQJJDO KDQ\DODK rumongso biso lan ora rumongso biso (jangan
EDTƗ¶7XKDQ yang selalu dalam keabadian. arogan dan selalu waspada).
Datan Serik Lamun Ketaman (jangan gampang Dalam diri manusia ada dua unsur yaitu
sakit hati manakala musibah menimpa diri unsur QƗVnjW dan unsur OƗKnjW. Unsur QƗVnjW
pribadi) dan Datan Susah Lamun Kelangan merupakan unsur materi yang membutuhkan
(jangan sedih manakala kehilangan sesuatu
yang dicintainya).
Sultan Agung, Serat, 10.
'DODP NHVDGDUDQ VDQJ VX¿ \DQJ VHQDQ
1LFKROVRQ 6WXGLHV LQ ,VODPLF 0\VWLFVP
kebutuhan materi seperti sandang pangan, NHWHUSXUXNDQ \DQJ OHELK GDODP %HJLWX
SDSDQ GDQ SDNDLDQ VHFDUD NRQWLQ\X² pula kemenangan, bukanlah puncak dari
sedangkan unsur OƗKnjW adalah unsur immateri segalanya. Kemenangan bukan tidak mungkin
yang berasal dari Nur llahi. Oleh karena akan berubah menjadi kekalahan, setidaknya
1XU OODKL PDND WLGDN PHPEXWXKNDQ NHSDGD bukan tergolong sebagai kemenangan sejati.
NHEXWXKDQ ¿VLN PDWHULDO PHODLQNDQ PHP Kemenangan bisa membuat seseorang lupa
butuhkan unsur immateri berupa keinginan diri sehingga hanya memikirkan diri sendiri
untuk berbuat kebajikan karena substansinya atau paling tidak hanya mengutamakan diri
berasal dari substansi Tuhan. pribadi.
Pandangan persatuan Tuhan-manusia di Hal itu dicontohkan oleh kemenangan
atas dikenal dengan istilah QHRVX¿VPH dan %KDUDWD\XGD GDODP SHSHUDQJDQ GDQ WLGDN
VXGDKEHUNHPEDQJVHMDNDEDG0DNDWLGDN sekadar kemenangan dirinya (kemenangan
mengherankan jika kemudian pandangan %KDUDWD\XGD WHWDSL VHOXUXK NHOXDUJD EHVDU
tersebut mendapat apresiasi dan tempat layak Pandawa dan kemenangan seluruh warga
pada masa pemerintahan Sultan Agung pada negeri yang telah menyumbangkan jiwa-raga-
NHUDMDDQ0DWDUDP,VODPDEDGNH harta dan cinta mereka. Walaupun demikian,
kemenangan tersebut mengikuti ajaran, nglu
Etika Hidup Pemimpin ruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake,
Sastra *HQGLQJ karena merupakan VHNWLWDQSDDMLDMLVXJLKWDQSDEDQGKD(ber-
tasauf akhlaqi, maka pada esensinya juga juang tanpa perlu membawa massa; menang
merupakan piwulang (ajaran) dan pedoman tanpa merendahkan atau memermalukan;
tata prilaku yang seyogyanya dikerjakan berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan,
oleh seluruh lapisan masyarakat Jawa, baik kekuatan, kekayaan atau keturunan; kaya tan-
oleh raja, bangsawan, pejabat maupun pa didasari kebendaan semata-mata.) 0HQDQJ
UDN\DW MHODWD 1DPXQ piwulang ini terutama tanpa ngasorake, berarti yang menang ti-
ditujukan secara khusus pada para pemimpin. dak akan lupa diri dan tampak jumawa. Ini
Pertama-tama, sebagaimana sering juga dilakukan agar yang kalah juga tidak akan
disebut dalam etika Jawa, Sastra *HQGLQJ menjadi dendam kusumat, atau syndrome
mengajarkan agar pemimpin sebisa mungkin atas kekalahan, sehingga tidak terjadi sudah
menghindari NRQÀLN¿VLN (termasuk adu mulut) kalah jatuh tertimpa tangga pula. Dengan
secara terbuka, apalagi bersemuka, dengan penerimaan macam begini, yang kalah tetap
orang lain. Kalaupun pandangan dengan bisa menegakkan kepalanya tanpa harus dise-
orang lain berbeda, biasanya diungkapan limuti perasaan nista dan hina-dina. Itu, seka-
dengan cara halus, entah lewat pasemon dan li lagi-lagi, karena yang menang menempuh
sejenisnya. kemenangan dengan cara elegan, tanpa harus
Pemimpin juga harus memiliki falsafat memermalukan lawan yang dikalahkan.
tentang kekalahan. Sebagaimana termaktub Sikap ini sesuai pula dengan Kitab :HGKD
dalam Serat Sastra *HQGLQJ bahwa tama yang menyatakan, janma ingkang wus
kekalahan bukanlah akhir segalanya. Orang waspadeng semu, sinamun ing samudana,
yang berpikir positif dan tak kenal putus asa sesadon ingadu manis (pilihan moda sema-
akan mampu mengubah kekalahan menjadi cam itu sama sekali bukan karena rasa takut,
kemenangan. Sebaliknya, orang yang berpikir melainkan sebagai pengejawantahan sikap
negatif menjadikan kekalahan sebagai awal yang mengutamakan kerukunan/kebersa-
maan) rukun agawe santosa, crah agawe bu
$]\XPDUGL $]UD ³$NDU$NDU 3HPEDUXDQ
brah (kerukunan membawa kesejahteraan
Islam di 1XVDQWDUD -DULQJDQ 8ODPD ,QGRQHVLD7LPXU
7HQJDK$EDGNH´Islamika1R-XOL dan pertengkaran membawa kebinasaan/ke-
18 Ilmu Ushuluddin, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014
VHQJVDUDDQ %ROHK VDMD SHQGDSDW DWDX VLNDS sesuatu). Para ahli Jawa mengatakan bahwa
itu berbeda, salah atau lemah, tetapi semua ada konsep Jawa menyatakan, “Aweh
itu tidak perlu ditunjukkan secara terbuka payung marang wong kang kudanan, aweh
(NRQIURQWDWLI), sehingga membuat orang lain teken marang wong kalunyon, aweh boga
terhinakan. 0HSHUKDUGDQLQJQHSVX (kemam- marang wong kaluwen, aweh banyu marang
puan untuk mengendalikan diri dan sanggup wong kasatan (memberi payung pada orang
menaklukkan hawa nafsu.) Maka tidak ada kehujanan, memberi tongkat pada orang
ekspresi pada hasrat untuk meraih keung- tergelincir, memberi makanan pada orang
gulan dengan jalan mengalahkan, atau tidak kelaparan, dan memberi minuman pada
peduli akan merendahkan (menghina) orang orang kehausan.) Dengan sangat jelas dalam
lain. Dengan demikian, menang tanpa nga XQHQXQHQ (pesan-pesan) tersebut, sosok
sorake sebagai sebuah imperatif halus untuk pemimpin haruslah memberikan sesuatu
senantiasa rendah hati, tawad̡d̡X¶ (bukan ren- apapun yang tepat sasaran dan tak boleh
dah diri) dan tidak congkak. Dengan cara itu memunyai keberpihakan, sekalipun kepada
pula, tidak akan terjebak pada sikap adigang, keluarga. Apabila dalam realitanya mungkin
adigung, adiguna, sapa sira sapa ingsun (ti- ada kesalahan yang diperbuat, harus diberi
dak menyombongkan kekuatan, kekuasaan- peringatan sampai dengan hukuman, sesuai
kekayaan, kepintaran dengan memandang se- dengan tingkat kesalahan.
belah mata pihak lain/lawan maupun kawan Selain itu pemimpin juga harus
dalam pergaulan.) Hal ini terkait pula dengan mengatributi diri dengan sikap ksatria, bahkan
ajaran memberi dan kasih sayang. ksatria pinandhita. Perilaku dan adat istiadat
Konsep memberi (weweh) menjadi hal Jawa mengajarkan watak satria (perwiro)
SHQWLQJ GDODP NDVLK VD\DQJ 1DPXQ \DQJ untuk:
diagungkan orang Jawa adalah memberi 1. Melakukan sepi ing pamrih rame ing
tanpa pamrih. Jika masih ada pamrih, itu gawe (bekerja keras dengan skala prioritas
bukan kasih sayang, melainkan kasih sayang untuk kepentingan umum, tanpa pretensi
terselubung (semu.) Seorang raja, pada tempo GDQ WHQGHQVL DSDɚɪɚ aja ketungkul
dulu, mewujudkan kasih sayang dengan marang kalungguhan, kadonyan lan
memberikan triman dan kekucah kepada kemareman (janganlah terobsesi atau
bawahan. Triman, biasanya wujud wanita yang terkungkung oleh keinginan untuk selalu
boleh dipersunting bawahan, dengan tujuan memeroleh kedudukan, kebendaan dan
ngalap berkah. Kekucah, adalah pemberian kepuasan duniawi); Aja gumunan, aja
harta benda. Sebaliknya, wujud kasih sayang getunan, aja kagetan, aja aleman (Jangan
bawahan dengan memberikan asok glondhong mudah terheran-heran, jangan mudah
PLZDK SHQJDUHPDUHP (pemberian atasan menyesal, jangan mudah terkejut, jangan
kepada bawahan seperti hadiah, upeti dan mudah ngambek, jangan manja.)
imbalan yang menyenangkan.) 2. 5DZHUDZHUDQWDVPDODQJPDODQJSXWXQJ
Ki Grangsang Suryamentaram, sempat (tidak takut menghadapi rintangan);
menyampaikan bahwa orang yang benar-benar 0HPD\XKD\XQLQJEDZDQDDPEUDVWDGXU
mendapat kawruh begja sawetah (beruntung hangkara (manusia hidup di dunia harus
sejati) adalah yang tahu kalau dirinya memiliki mengusahakan keselamatan, kebahagiaan
kasih sayang pada sesama atau tidak sama dan kesejahteraan, serta memberantas
sekali. Orang-orang tua Jawa berpesan, “Yen sifat angkara murka, serakah dan tamak.)
urip tetanggan, pagerana piring, aja kok 0HPHUWLQJJL QLODLQLODL EDWLQLDK DJDU
pageri pring” (hidup bertetangga seharusnya berjiwa suci, selalu ber-WDUDTTƯ (men-
penuh kasih sayang dengan memberikan daki) mengadakan kontak dengan Tuhan
Muh. Sungaidi, Ajaran Tasauf dalam Sastra Gending 19
Yang Maha Esa, dan berpedoman Sura mengekang dan meredam keinginan yang
GLUD MD\D MD\DQLQJUDW OHEXU GHQLQJ SD jelek [hawa nafsu], Ojo rumongso biso
ngastuti (segala sifat keras hati, picik, lan ora biso rumongso (jangan arogan/
angkara murka, hanya bisa dikalahkan sombong dan selalu waspada).
oleh sikap bijak, lembut hati dan sabar.) Seorang pemimpin juga harus menjauhi
Aja milik barang kang melok, aja mangro kesombongan, sekaligus banyak bermanfaat,
mundak kendo (tidak/jangan tergiur oleh karena sikap sombong akan membuatnya tidak
hal-hal yang tampak mewah, cantik dan bermanfaat. Dalam pupuh dijelaskan,
indah, jangan berpikir mendua agar tidak Yekti kaandangan kibir,
melemahkan niat dan semangat untuk rebut luhur ing kagunan,
fokus, istiqamah.) dadi luput sakarone,
7LGDN PHQMDGL KHZDQ VHSHUWL KDULPDX sejatine wong gesang,
ɚɪɚLQJNDQJELQLVDQ
anjing, kijang, gajah dan ular, “Aja adigang, iku kang kinarya luhur,
adigung, adiguna” (jangan merasa temah endi kang mufakat.
paling berkuasa, paling besar dan paling
Pantangan hidup dalam dataran interaksi
sakti/hebat, sehingga merasa tidak ada
KRUL]RQWDO LDODK VLIDW kibir (sombong),
yang menandingi maupun mengalahkan.)
merasa diri paling hebat, paling baik, ataupun
Pasalnya, hewan-hewan tersebut terlalu
super, dan menganggap orang lain rendah
PHQJDQGDONDQ NHPDPSXDQ ¿VLN EXNDQ
(yekti/kakandarigan kibir, rebut luhur ing
hati (rohani), sehingga bisa berbuat
kagunan.) Sikap kibir dalam paradigma
apapun! Sebaliknya manusia memiliki
agama Islam merupakan sifat paling dimurkai
akal budi, hingga mampu membangun
Tuhan. Sifat kibir tercela itu diabadikan
peradaban yang humanis, berkeadilan
ROHK $OODK GDODP DO4XU¶ƗQ WHQWDQJ NLVDK
GDQ EDKNDQ EHUPDUWDEDW %LQDWDQJ
LEOLV PHPXVXKL 1DEL ƖGDP ,EOLV PHUDVD
KHZDQ LWX VHNXDW DSD SXQ ¿VLNQ\D LD
GLULQ\DVXSHUGDQOHELKKHEDWGDUL1DELƖGDP
tidak mampu membangun peradaban
sehingga menolak untuk sujud (dalam arti
secara komprehensif dan bermartabat.
memberikan penghormatan.) Keengganan
%DKNDQ WLGDN MDUDQJ NDUHQD NHOHELKDQ
dan kesombongan iblis membuatnya terusir
¿VLNQ\D NHPXGLDQ PHQFLSWDNDQ NHVRP
dari surga dan mendapat laknat (murka)
bongan dan hukum rimba; hewan yang
Allah selama-lamanya. Dengan demikian,
kuat akan menindas yang lemah dan
Sastra *HQGLQJ pada esensinya adalah karya
tak berdaya, bersuka cita di atas derita
akademik yang banyak mengandung simbol
hewan lain, termasuk tidak bertanggung
GDQ DOHJRULV IDOVD¿ \DQJ NHGDODPDQQ\D
jawab terhadap buah (anak-anaknya)
menunjukkan ketajaman analisis Sultan
dari berpuluh-puluh pasangan hidupnya?
Agung dalam memberikan ajaran dasar moral
Sebagai contoh, agar tidak menjadi
sebagai panduan kehidupan-agar manusia
Harimau, dapat dilihat dari nasehat
senantiasa bertafakkur dalam ayat-ayat NDZQ
berikut, yang artinya;
iyyah 7XKDQ VHNDOLJXV PHQJDMDUNDQ G]LNLU
Kalau kau ingin jadi harimau, NHSDGD $OODK 0DKD %LMDN 8QWXN DODVDQ
Kemampuanmu hanya akan sebatas mengamuk,
Tapi betapa gampang meranjaumu dan menggi- inilah kemudian diyakini banyak orang Jawa,
ringmu masuk kandang bahwa dalam memerintah kerajaan Mataram,
1DVHKDW 6\DLNK -DQJNXQJ NHSDGD 5DGHQ 0DV Sultan Agung selalu mendapatkan bimbingan
Kalong.)
spiritual/ pertolongan dari Tuhan (PDµnjQDK), dengan bahasa simbolik dan alegoris. Dalam
Kasub tinengen bumi, malikul waliyallahu, teologi Sultan Agung mengikuti al-HҐDOOƗM-LND
angeng kanang mangunah (sehingga terkenal al-HҐDOOƗM PHQJHPEDQJNDQ LGH h̡XOnjO, yakni
sebagai raja bijaksana penuh nilai keluhuran Tuhan akan mengambil tempat pada orang
yang terpancar dari pribadinya, dan disegani suci, maka Sultan Agung sebagai raja yang
oleh para rakyatnya.) memunyai komitment tinggi terhadap nilai-
Pupuh tersebut secara simultan menga- nilai religius mencoba pula mengembangkan
jarkan pula pentingnya karya atau sumbang- ide bahwa Tuhan pun akan menitis dalam
sih yang dapat didarmabaktikan kepada orang arti menjelma pada diri manusia yang telah
lain. 6HMDWLQH ZRQJ DJHVDQJ ɚɪɚ NDQJ ELQL menyucikan dirinya dari dosa dan maksiat.
san, iku kanarya luhur (konsep berpangku ta- Dalam konsep kemanusiaan, Sastra *HQGLQJ
ngan dan bersantai-santai tidak mendapatkan mengajarkan agar manusia senantiasa
apresiasi dalam realitas kehidupan manusia.) mengerjakan kebaikan di muka bumi tanpa
Dalam mencari ‘fadқl Allah’ tentunya harus memilih ataupun menyaring jenis
berasas pada potensi dan kapabilitas pada pekerjaan dan profesi yang akan dikerjakan.
masing-masing individu, Ⱥɪɚ NDQJ ELQLVDQ Semua pekerjaan asalkan membawa nilai
iku kang kinarya luhur (pekerjaan yang manfaat dan nilai tepat guna kepada orang
baik adalah segala pekerjaan yang dapat lain, itulah yang dianjurkan untuk dikerjakan.
dikerjakan sesuai kemampuan dan akhirnya Kebaikan tidak ditentukan oleh status sosial
membuahkan manfaat/nilai guna kepada sang pelaku, melainkan lebih ditentukan
orang lain.) Pesan religius yang diteladankan oleh faktor internal hati (niat, innerbeauty)
oleh Rasul yakni, NKD\U DOQƗV DQIDµXKXP OL yang melatarbelakangi munculnya perbuatan
DOQƗV (orang paling mulia di antara kamu tersebut.
adalah yang paling banyak darmabakti Dengan demikian Sastra *HQGLQJ sebe-
dan sumbangsihnya terhadap orang lain.) narnya adalah sebuah karya bukan saja bagi
peminat dan akademisi Jawa, namun juga
Simpulan bagi bangsa Indonesia pada umumnya yang
Sastra *HQGLQJ karya Sultan Agung rindu akan keindonesiaan, keislaman dan
merupakan serat (buku) piwulang (panduan kemanusiaan.
moral) yang ditujukan kepada komunitas Jawa
DO4XV\D\UƯ DO5LVƗODK DO4XV\D\UL\\DK
.DLUR