Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

E-ISSN - 2477-6521

Vol 4(2) Juni 2019 (382-387)

Jurnal Endurance : Kajian Ilmiah Problema Kesehatan


Avalilable Online http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance

Peningkatan Kualitas Tidur Klien Kardiovaskuler dengan


Pengaturan Posisi Tidur
Diah Merdekawati*, Farida Susanti, Maulani
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Harapan Ibu Jambi
*Email Korespondensi : agil_izka@yahoo.com

Diserahkan :12-12-2018, Diulas:22-01-2019, Diterima:12-02-2019


DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v4i2.3841

ABSTRACT
The quality of sleep was someone’s satisfying feel for sleep, which made that person didn’t show any
kind of tiredness, restlessness, worn out, apathy and constant yawning or sleepiness. One of the methods
that could be done to overcome the bad quality of sleep was the giving of sleeping position. The aim of
the giving of sleeping position was to lower oxygen consumption and increasing lungs expansion to
maximal. The kind of this study was quasi experiment with one group pre-test and post-test design. The
samples of this study were 33 respondents who had the match criteria in this study. The samples were
taken with accidental sampling technique which the case or the respondents were taken by accident or
available at that time. Analysis of the data in this study was done with Univariate and Bivariate. This
study was using questioner as a helper in collecting data. The result of statistic test was p-value rate=
0,000 which meant there was significantly difference the estimate respondent’s quality of sleep before
and after treatment. It could be concluded that there was an influence of the setting of sleeping position
upon the quality of sleep for the clients at Cardio Ward. It was expected that the regional hospital's
RadenMattaher Jambi could make this sleeping position 45o arrangement into an intervention and
equality of positions on each of the clients.

Keywords: Quality of sleep; sleeping position

ABSTRAK
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak
memperlihatkan perasaan lelah, gelisah, lesu, dan sering menguap atau mengantuk. Salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk mengatasi adalah dengan pemberian posisi tidur. Tujuan tindakan
memberikan posisi tidur adalah untuk menurunkan konsumsi oksigen dan meningkatkan ekspansi paru
yang maksimal. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksprimen dengan desain one group pre-tes
post-test. Sampel dalam penelitian ini 33 responden yang memiliki kriteria sesuai dengan yang akan
diteliti. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling yaitu pengambilan
sampel dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia. Analisa
data dalam penelitian ini secarra Univariat dan Bivariat. Penelitian ini menggunakan kuesioner
sebagai alat bantu dalam pengumpulan data. Hasil uji statistic diperoleh nilai p-value = 0,000 artinya
terdapat perbedaan signifikan nilai kualitas tidur responden sebelum dan sesudah perlakuan. Dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pengaturan posisi tidur terhadap kualitas tidur pada klien di
ruang rawat inap jantung. Diharapkan kepada pihak RSUD Raden Mattaher Jambi dapat menjadikan
pengaturan posisi tidur 45o ini menjadi intervensi dan kesetaraan posisi pada setiap klien.

Kata Kunci: Kualitas Tidur; Posisi Tidur

LLDIKTI Wilayah X 382


Diah Merdekawati, et all | Peningkatan Kualitas Tidur Klien Kardiovaskuler dengan
Pengaturan Posisi Tidur

(382-387)
PENDAHULUAN gejala sebesar 0,3%. Prevalensi gagal
Jantung adalah salah satu organ vital jantung berdasarkan terdiagnosis dokter
manusia yang terletak di dalam rongga tertinggi di Yogyakarta (0,25%), disusul
dada. Organ ini memiliki fungsi yang Jawa Timur (0,19%), dan Jawa tengah
sangat besar bagi kelangsungan hidup (0,18%). Prevalensi berdasarkan diagnosis
manusia. Jantung berperan dalam sistem dan gejala tertinggi di Nusa Tenggara
sirkulasi dan berfungsi sebagai alat Timur (0,8%), diikuti Sulawesi tengah
pemompa darah. Kontraksi dan relaksasi (0,7%0, sementara Provinsi Jambi 0,1
yang teratur dari otot-otot jantung (Kemenkes RI, 2013).
memungkinkan darah yang mengadung Pada tahun 2015 penyakit
banyak oksigen dipompakan ke dalam kardiovaskular menempati peringkat
paru-paru pada saat bersamaan. Mekanisme nomor enam dari sepuluh besar penyakit di
ini berlangsung terus-menerus dan RSUD Raden Mattaher, dimana pada tahun
memungkinkan jaringan tubuh kita 2015 jumlah penderita dari penyakit
mendapatkan asupan oksigen dan nutrisi kardiovaskular sebanyak 447 orang. Data
yang dibawa oleh darah untuk proses penyakit kardiovaskular di ruang rawat
metabolisme tubuh (Putri & Wijaya, 2013). inap jantung tahun 2015 terdapat lima
Penyakit kardiovaskular yang perlu penyakit tertinggi diantaranya Congestive
diwaspadai salah satunya adalah Heart Failure (CHF), Decompensasi
Congestive Heart Failure (CHF). Cordis (DC), Infak Miokard Akut (IMA),
Congestive Heart Failure (CHF) adalah Hipertensi dan Penyakit Jantung Koroner
suatu kondisi dimana jantung mengalami dengan jumlah klien sebanyak 255 orang
kegagalan dalam memompa darah guna (Rekam Medik RSUD Raden Mattaher
mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan Jambi, 2015).
nutrien daan oksigen secara adekuat Gangguan kebutuhan dasar pada klien
(Udjiyanti, 2010). CHF merupakan suatu dengan gangguan kardiovaskular akan
kondisi patofisiologi dicirikan oleh adanya menimbulkan masalah keperawatan, salah
bendungan (kengesti) diparu atau sirkulasi satunya adalah gangguan kebutuhan
sistemik yang disebabkan karena jantung istirahat atau gangguan pola tidur
tidak mampu memompa darah yang berhubungan dengan nocturia (banyak
beroksigen secara cukup untuk memenuhi kencing) atau perubahan posisi tidur yang
kebutuhan metabolisme jaringan (Saputra, menyebabkan sesak nafas. Kualitas tidur
2008). ditentukan oleh bagaimana seseorang
World Health Organization (WHO) mempersiapkan pola tidurnya pada malam
memperkirakan 57 juta kematian diseluruh hari seperti kedalaman tidur, kemampuan,
dunia pada tahun 2008, 36 juta atau 63% dan tanpa bantuan medis (Smeltzer & Bare,
disebabkan oleh penyakit tidak menular 2013).
(PTM) terutama penyakit kardiovaskular. Kualitas tidur adalah kepuasan
Hampir 80% dari kematian akibat penyakit seseorang terhadap tidur, sehingga
tidak menular terjadi di negara-negara seseorang tersebut tidak memperlihatkan
berpenghasilan rendah dan menengah, perasaan lelah, mudah terangsang dan
kecuali afrika (Irianto, 2014). gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di
Peningkatan kasus gangguan sekitar mata, kelopak mata bengkak,
kardiovaskular di Indonesia juga semakin konjungtiva merah, mata perih, perhatian
nyata hingga ke daerah-daerah dengan terpecah-pecah, sakit kepala dan sering
menunjukkan data berdasarkan wawancara menguap atau mengantuk (Hidayat, 2006).
terdiagnosis dokter di Indonesia sebebar Tindakan yang tepat dapat mengatasi
0,13% dan yang terdiagnosis dokter atau gangguan tidur pada klien dengan

LLDIKTI Wilayah X 383


Diah Merdekawati, et all | Peningkatan Kualitas Tidur Klien Kardiovaskuler dengan
Pengaturan Posisi Tidur

(382-387)
gangguan kardiovaskular karena sesak berpengaruh terhadapat kualitas tidur yang
nafas saat berbaring adalah dengan baik.
mempertahankan tirah baring dengan Berdasarkan uraian diatas maka
memberikan posisi tidur semi fowler. peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
Tujuan tindakan memberikan posisi tidur tentang “Pengaruh Pengaturan Posisi Tidur
adalah untuk menurunkan konsumsi terhadap kualitas tidur pada klien di ruang
oksigen dan meningkatkan ekspansi paru jantung RSUD Raden Mattaher Jambi
yang maksimal, serta untuk mengatasi Tahun 2017”.
kerusakan pertukaran gas yang
berhubungan dengan perubahan membran METODE PENELITIAN
kapiler alveolus (Doengoes, 2012). Desain yang digunakan dalam
Pengaturan posisi tidur pasien dengan penelitian ini adalah Quasy Experimen
posisi semi fowler 45o dapat membantu dengan desain one group pre-test and post-
mengatasi kesulitan pernapasan dan test. Populasi dalam penelitian ini adalah
kardiovaskular dan dapat membantu klien CHF, Decompensasi Cordis, infark
merelaksasikan tubuh (Wongkar, 2015). miokard akut, Hipertensi, dan Penyakit
Berdasarkan survei awal yang jantung koroner yang di rawat di Ruang
dilakukan pada tanggal 26 januari 2017 di Rawat Inap Jantung RSUD Raden Mattaher
ruang rawat inap Jantung RSUD Raden Jambi berjumlah 255 orang. Besaran
Mattaher Jambi dengan melakukan sampel dalam penelitian ini berjumlah 33
wawancara pada 2 orang klien, klien responden.
mengatakan saat sebelum mendapatkan Teknik pengambilan sampel dilakukan
tidakan keperawatan maupun medis dengan cara accidental sampling. Analisis
mengalami kesulitan tidur sehingga hanya yang dilakukan yaitu Analisa univariat
tidur ± 4 jam dan sering terbangun dimana Analisis univariat bertujuan untuk
dikarenakan sesak dan nyeri dibagian dada. memperoleh gambaran deskriptif dari
Namun setelah di RSUD Raden Mattaher setiap variabel yang meliputi variabel
dilakukannya tindakan keperawatan dan dependen, bentuknya tergantung dari jenis
medis seperti pemberian oksigen, Klien datanya. Untuk data numerik digunakan
mengatakan keadaan sesak nafas dan nyeri nilai mean, standar devisiasi, min, max dll
dada berkurang sehingga kualitas tidur dan Analisa bivariat dimana Analisa data
semakin membaik. Saat dilakukannya ini untuk mengetahui pengaruh pengaturan
survei awal terlihan pada salah satu klien, posisi tidur terhadap kualitas tidur klien di
pengaturan posisi tidur hanya di lakukan ruang rawat inap jantung RSUD raden
dengan memberikan tumpukan bantal Mattaher Jambi , analisa ini menggunakan
dibagian kepala sedangkan untuk klien uji Wilcoxon dengan tingkat kepercayaan
lainnya dilakukan dengan mengatur posisi yang digunakan 95% , (α = 0,05) jika P-
tempat tidur akan tetapi tidak diketahuinya value < α (0,05) maka Ha gagal ditolak dan
secara benar berapa sudut tempat tidur yang berarti ada pengaruh sebelum dan sesudah
diberikan. Dampak yang bisa terjadi pada perlakuan.
klien yang mengalami gangguan pada
kualitas tidur dapat mengakibatkan depresi, HASIL PENELITIAN
stroke, penyakit jantung dan hipertensi Kualitas tidur sebelum dan sesudah
(Amir, 2008). Oleh karena itu peneliti dilakukan pengaturan posisi tidur pada
tertarik untuk melakukan penelitian untuk klien di ruang rawat inap jantung RSUD
mengatahui lebih dalam mengenai sudut Raden Mattaher Jambi Tahun 2017
posisi tidur yang baik dan benar yang

LLDIKTI Wilayah X 384


Diah Merdekawati, et all | Peningkatan Kualitas Tidur Klien Kardiovaskuler dengan
Pengaturan Posisi Tidur

(382-387)
Tabel 1. Kualitas tidur sebelum dan sesudah dilakukan pengaturan posisi tidur
Kualitas Tidur Rata-rata Min Mak
Sebelum 12,27 9 17
Sesudah 3,36 0 6

Tabel 2. Perbedaan kualitas tidur terhadap posisi tidur


Variabel n Median (Min – Mak) p-value

Kualitas tidur Pre test 33 11,00 (9 – 17) 0.000


Kualitas tidur Post test 33 4,00 (0 – 6)

Hasil analisis tabel 1 menunjukkan nilai kelelahan akan menjadi segar kembali.
rata-rata kualitas tidur responden sebelum Proses pemulihan yang terhambat dapat
diberikan pengaturan posisi tidur adalah menyebabkan organ tubuh tidak bisa
12,27 (kualitas tidur buruk) dan setelah bekerja dengan maksimal, akibatnya orang
dilakukan pengaturan posisi tidur adalah yang kurang tidur akan cepat lelah dan
3,36 (kualitas tidur baik). Berdasarkan tabel mengalami penurunan konsentrasi (Kozier,
2 didapatkan selisih nilai median pretest 2010).
dan posttest yakni median = 7. Hasil uji Pengaturan posisi tidur pasien dengan
statistik diperoleh nilai p-value = 0,000 posisi semi fowler dapat membatu
artinya terdapat perbedaan signifikan nilai merelaksasi tubuh sehingga kualitas tidur
kualitas tidur dengan pemberian posisi membaik (Wongkar, 2015). Dilihat pada
tidur. Klien di ruang rawat inap jantung yang
mengalami kualitas tidur buruk rata-rata
PEMBAHASAN tidak mendapatkan posisi tidur yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian dapat Dari 33 responden yang dilakukan
dilihat bahwa klien yang belum pengaturan posisi tidur, sebanyak 39% (13
mendapatkan pengaturan posisi tidur orang) tidak mendapatkan posisi tidur
mengalami kualitas tidur yang buruk sebelum dilakukannya pretest.
dengan nilai rata-rata 12,27. Skor rata-rata kualitas tidur sesudah
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dilakukan pengaturan posisi tidur diperoleh
yang dilakukan Supadi, yang dilakukan di nilai 3,36 (kualitas tidur baik).
RSUD Banyumas dimana kualitas tidur Hasil penelitian ini didukung oleh
klien yang tidak mendapatkan pengaturan penelitian sebelumnya yang menyatakan
posisi tidur rendah dengan nilai rata-rata bahwa posisi semifowler dapat
6,31 (Supadi, 2008). memperbaiki kualitas tidur (Rizal, dkk.,
Hasil literatur menerangkan bahwa 2014). Penelitian lain juga membuktikan
penyakit fisik seperti nyeri, bahwa posisi tidur semifowler dapat
ketidaknyamanan fisik misalnya kesulitan mengurangi sesak nafas (Refi & Annisa,
bernafas atau masalah suasana hati seperti 2011).
kecemasan dapat menyebabkan masalah Pengaruh sudut posisi tidur terhadap
tidur (Perry & Potter, 2005). kualitas tidur pada klien dengan gangguan
Tidur adalah suatu proses yang sangat kardiovaskular. Hal ini juga ditegaskan
penting bagi manusia, karena dalam tidur oleh teori yang menyatakan bahwa posisi
terjadi proses pemulihan, proses ini kepala yang lebih tinggi akan
bermanfaat mengembalikan kondisi menguntungkan berdasarkan alasan berikut
seseorang pada keadaan semula, dengan volume tidal dapat diperbaiki karena
begitu, tubuh yang tadinya mengalami tekanan isi perut terhadap diafragma

LLDIKTI Wilayah X 385


Diah Merdekawati, et all | Peningkatan Kualitas Tidur Klien Kardiovaskuler dengan
Pengaturan Posisi Tidur

(382-387)
berkurang, drainase lobus atas paru lebih sehingga seseorang tersebut tidak merasa
baik dan aliran balik vena ke jantung lelah, tidak mudah terangsang dan gelisah,
berkurang sehingga mengurangi kerja tidak merasakan lesu dan apatis (Hidayat,
jantung Smeltzer & Bare, 2013). 2006). Tidur sedemikian rupa memulihkan
Pada saat dilakukan penelitian 75% (25 tingkat aktivitas normal dan keseimbangan
orang) responden mengatakan bahwa normal di antara bagian sistem saraf. Tidur
sebelum dilakukan pengaturan posisi tidur juga penting untuk sintesis protein, yang
klien mengalami sesak nafas pada saat memungkinkan terjadinya proses perbaikan
tidur, sehingga menyebabkan klien sering (Kozier, 2010).
terbangun. Setelah dilakukan pengaturan Mengatur pasien dalam posisi tidur
posisi tidur 100% (33 orang) responden semi-fowler akan membantu menurunkan
mengatakan mengalami penurunan sesak konsumsi oksigen dan meningkatkan
nafas sehingga tidur klien pun lebih baik. ekspansi paru-paru maksimal serta
Dilihat dari hasil posttest dengan mengatasi kerusakan pertukaran gas yang
kuesioner PSQI dari 7 komponen yang berhubungan dengan perubahan membran
terdapat didalamnya yang paling alveolus. Dengan posisi semi-fowler, sesak
mengalami perubahan skoring adalah napas berkurang dan sekaligus akan
komponen nomor 4 efisiensi tidur yaitu meningkatkan durasi tidur klien
rata-rata nilai yang didapkan dari 33 (Doengoes, 2012).
responden adalah 0 artinya durasi tidur Lingkungan dapat mempercepat atau
klien dinyatakan cukup. memperlambat tidur. Setiap perubahan
Rata-rata kualitas tidur yang misalnya suhu, ventilasi udara, kekerasan
mendapatkan pengaturan posisi tidur tempat tidur, ukuran dan posisi dapat
mengalami peningkatan, hasil uji statistik menghambat tidur. Menurut Hidayat
dengan Uji Wilcoxon didapkat p value = (2006) posisi semi fowler adalah posisi
0,000 yang berarti terdapat pengaruh duduk, dimana bagian kepala tempat tidur
pengaturan posisi tidur terhadap kualitas lebih tinggi atau dinaikan 450 dimana posisi
tidur pada klien di ruang rawat inap jantung ini untuk mempertahankan kenyamanan
RSUD raden mattaher jambi. Hal dan memfasilitasi fungsi pernafasan pasien
ini sesuai dengan hasil penelitian terhadulu (Perry & Potter, 2005).
yang dilakukan (Supadi, 2008) dengan hasil
p value = 0,032, maka dapat disimpulkan SIMPULAN
bahwa terdapat pengaruh pengaturan posisi Ada perbedaan kualitas tidur
tidur terhadap kualitas tidur pada klien sebelum dan sesudah dilakukan pengaturan
dengan gangguan kardiovaskular. Hasil posisi tidur yaitu terjadi peningkatan
penelitian lain yang dilakukan oleh kualitas tidur sesudah dilakukan pengaturan
penelitian sebelumnya Sulistyowati (2015), posisi tidur
yang dilakukan di Ruang ICVCU RSUD
Dr. Moewardi Surakarta mengatakan DAFTAR PUSTAKA
bahwa kualitas tidur sesudah dilakukan Putri, Y & Wijaya, A. (2013). Keperawatan
pengaturan posisi tidur menunjukkan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha
peningkatan terbukti dengan nilai p value = Medika.
0,023.
Kebutuhan tidur yang cukup, Udjianti, W.J. (2010). Keperawatan
ditentukan selain oleh jumlah faktor jam Kardiovaskular. Jakarta: Salemba
tidur (kuantitas tidur), juga oleh kedalaman Medika.
tidur (kualitas tidur). Kualitas tidur adalah
Saputra, L. (2008). Intisari Ilmu Penyakit
kepuasan seseorang terhadap tidur,
Dalam. Tanggerang: Karisma.
Diah Merdekawati, et all | Peningkatan Kualitas Tidur Klien Kardiovaskuler dengan
Pengaturan Posisi Tidur

(382-387)
Irianto, K. (2014). Epidemiologi Penyakit Konsep, Proses dan Praktek, Edisi
Menular & Tidak Menular: 7, Volume 1. Jakarta: EGC
Panduan Klinis. Bandung:
Alfabeta. Rizal, dkk. (2014). Hubungan Posisi Tidur
Semi Fowler dengan Kualitas Tidur
Kemenkes RI. (2013). Hasil Riset pada Klien Gagal Jantung
Keperawatan Dasar (RISKESDAS). Kongestif).
Jakarta
Refi, S. & Annisa, A., (2011). Keefektifan
Rekam Medik RSUD Raden Mattaher. Pemberian Posisi Semi Fowler
(2015). Laporan Tahunan RSUD terhadap Penurunan Sesak Nafas
Raden Mattaher Jambi. Jambi pada Pasien Asma di Ruang Rawat
Inap Kelas III Dr. Moewardi
Smeltzer, S.C& Bare, B.G. (2013). Buku Surakarta. Jurnal Gaster: Vol. 8,
Ajar Keperawatan Medikal Bedah. No. 2
Edisi 12. Jakarta: EGC.
Sulistyowati, D. (2015). Pengaruh Sudut
Hidayat,A. (2006). Pengantar Kebutuhan Posisi Tidur Terhadap Kualitas
DasarManusia : Aplikasi Konsep Tidur dan Status Kardiovaskuler
dan Proses Keperawatan. Pada Pasien IMA di Ruang ICVCU
Jakarta: Salemba Medika. RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
Jurnal KesMaDaska : Juli 2015.
Doengoes, Marilynn E.,Moorhouse
J,France and Geissler,A.C.(2012).
Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawat Pasien,
Ed.3. Jakarta: EGC.
Wongkar, M. (2015). Keterampilan
Perawat Gawat Darurat dan
Medikal Bedah. Yogyakarta:
Gosyen Publishing.
Amir. A (2008). Rangkaian Ilmu
Kedokteran Forensik, Ed.3. Medan:
Bagian Forensik FK USU.
Supadi, dkk. (2008). Analisis Hubungan
Posisi Semifowler dengan Kualitas
Tidur Pada Klien Gagal Jantung di
RSUD Banyumas Jawa Tengah.
Thesis Universitas Indonesia.
Perry & Potter. (2005). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan:
Konsep Proses dan Prantik.
Volume 1 Edisi 4. Jakarta: EGC.
Kozier, barbara, dkk. (2010). Buku Ajar
Fundamental Keperawatan:

You might also like