Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Khutbah Idul Adha

“Memahami Kembali Keagungan Hari Idul Adha”

Di Tulis Oleh:

Dr. Edi Susanto, M.Pd


(Sekretaris ISNU Kab. Brebes)

Naskah Khotbah di tulis Oleh Dr. Edi Susanto, M.Pd. (Sekretaris ISNU Kabupaten Brebes) 1
Memahami Kembali Keagungan Hari Idul Adha
Oleh: Dr. Edi Susanto, M.Pd.
(Sekretaris ISNU Kab Brebes & Dosen STAI Brebes)

َْ َ َْ َ َْ َ
Khutbah I
ُ...ُ‫اهلل أك َب ُر اهلل أك َب ُر اهلل أك َب ُُر‬
ُ َ َْ َ ََُْ َ ََُْ َ
ُُ...ُ‫اهلل أكبر اهلل أكبر اهلل أكب ُر‬
َْ َ َْ َ َْ َ
ُُ...ُ‫اهلل أك َب ُر اهلل أك َب ُر اهلل أك َب ُُر‬
ْ َ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َْ َ ْ َ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ
‫ش َُه ُُد‬
ُ ‫ُ ُأ‬.ُ‫ن َُوفُ ُق ُُه ُف َُع َُر ُف ُُه‬ُ ‫ح ُم ُد ُم‬ ُ ‫ُا ُل َُح ُْم ُُد هلل‬. ‫ان للاُ ُُب ُك َُرةُ َُوُأصُ ُْي ُل‬ ُ ‫ح‬ ُ ‫س ُب‬ ُ ‫ال َُح ُْم ُُد هلل ُكثُ ُي ُرا ُو‬ ُ ‫ُكبُ ُْي ُرا َُو‬
َ ْ ُ ُ َ َ َْ َ ُ ُْ ُ ََ ُ ُ َْ َ ُ َ ُ َ ْ ََ ُ َ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ُ ََ َ َْ
‫للا بُاَرأفة‬ ُ ‫س ُل ُه‬ ُ ‫س ُوَُ ُه ُنبُيُ ُأ ُر‬ ‫ر‬
ُ ُ ‫حمُدُا ُع ُب ُد ُه ُو‬ ُ ‫ش ُه ُد ُأنُ ُم‬ ُ ‫ ُوُأ‬،ُ ‫ك َُ ُه‬ ُ ‫ش ُرُي‬ ُ ‫ح ُد ُه ُل‬ ُ ‫للا ُو‬
ُ ‫ن ُل ُلإَ ُه ُلإُ ُل‬ ُ ‫ُأ‬
َ ْ َْ َ َ ْ ُ َ ْ ََ ََ َ َ ُ َ َ ََ ْ َ َ َ ُ َ َ ْ َ
ُُُ...ُُُ‫ال ُع ُر ُفة‬ ُ ‫ص ُحابُهُُ ُأولُى اَتُ ُق ُوى ُو‬ ُ ‫حمُدُ ُو ُع ُلى آَُهُ ُوُأ‬ ُ ‫سيُدُ ُنا ُم‬ُ ‫صلُُوسلم ُع ُلى‬ ُ ُ‫ُ ُاَلُ ُهم‬.ُُ‫ح ُمة‬ ُ ‫َر‬
ُ ‫وا‬
َ َ َ ُْ َ ُ َ َ َُ َ َ ُ ُ َ َ
‫للا ت َعالى ف ْي‬ ُ ‫ال‬ َ ‫ ُ ُق‬.ُ ‫ن‬ُ ‫سلُ ُُم ُْو‬
ُ ْ ‫حقُ ُت ُقاتُهُ َُو ُل ُت ُُم ُْوُتنُ لإُ ُل َُوُأ ُن ُت ُْم ُُم‬ ُ ‫للا‬
ُ ‫اس اتُ ُقوا‬ ُ ُ‫ُأمُا ُ َُب ُْع ُُد ُف َُيا آيُ َُها اَن‬
َ ‫ُ َوات ُقوا‬,ُ‫نر ْر َن ْس م ما َقد َم ْ َ َدد‬ ُ ََْ َ ُ ُ َ َ َ َ
َُ ‫للا لإن‬
‫للا‬ ‫للا وَت‬ُ ‫ين َآمنوا اتقوا‬ ‫ُ َياأي َها اَذ‬: ‫كتابه اَكرْيم‬
َ ُ َ َ
ُ ‫خب مير ب َما ت ْع َملو‬
‫ن‬
Kaum Muslimin, Jama’ah Idul Adha... As’adakumullah ...
Gemuruh takbir, tahmid dan tasbih sejak Subuh Arofah kemarin telah bergema dan
menggetarkan hati setiap jiwa yang beriman dan takut kepada Allah swt. Seluruh Umat Islam,
mulai anak-anak hingga orang tua, laki-laki maupun perempuan, sendiri-sendiri maupun
berjamaah, sama mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid. Bahkan bebatuan, tumbuhan
dan seluruh alam raya juga mengumandangkan takbir untuk menghidupkan sunnah Rasulullah
saw.

Kalimat takbir “Allahu Akbar” adalah lafadh yang sangat agung. Islam telah mengajarkan
takbir kepada kita -sebagai umatnya- agar kita senantiasa mengagungkan asma Allah swt. Saat
adzan kita kumandangkan takbir, saat iqamah kita lafadhkan takbir, saat membuka shalat kita
ucapkan takbir, saat bayi lahir kita tiupkan kalimat takbir pada kedua telinganya, saat
menyembelih hewan kita baca takbir, bahkan saat di medan laga kita juga pekikkan takbir.

Ketika kita membaca takbir “Allahu Akbar”, maka sesungghnya kita sedang
menanamkan keyakinan dalam hati bahwa hanya Allah swt pemilik kebesaran dan keagungan.
Sungguh hanya Allah yang Maha Besar dan Maha Agung, dan selain Allah adalah kecil dan
lemah. Segala apa yang sering kita bangga-banggakan, berupa harta kekayaan, mobil mewah,
rumah megah, kedudukan dan pangkat yang tinggi, semuanya adalah kecil dan tidak berarti
apa-apa di hadapan Allah swt. Kekayaan yang seringkali menjadikan pemiliknya bersikap
sombong, bisa saja dalam sesaat habis dan lenyap. Pangkat dan jabatan yang seringkali
menyebabkan pemiliknya merasa hebat, pada saatnya pasti akan lepas dan sirna dari dirinya.
Dan hanya Allah swt yang tetap Maha Agung dan Maha Hebat selamanya.

Namun demikian kalimat takbir “Allahu Akbar” yang agung itu terkadang digunakan dan
diucapkan sembarangan. Kadang kalimat yang mulia tersebut diteriakkan seseorang ketika
melakukan demo anarkis, sambil merusak fasilitas umum, melempar batu dan mengganggu
ketenangan orang lain. Apakah pantas kalimat takbir “Allahu Akbar” yang agung tersebut
diucapkan pada saat seperti itu?
Jelas tidak layak dan bukan pada tempatnya ...!

Naskah Khotbah di tulis Oleh Dr. Edi Susanto, M.Pd. (Sekretaris ISNU Kabupaten Brebes) 2
َ ‫ُوهلل‬... ‫ُ َاهللُ َأ ْك َب ُر‬... ‫َاهللُ َأ ْك َب ُر‬
‫الح ْمد‬
Kaum Muslimin, Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah swt ...

Di bulan Dzulhijjah ini ada dua gambaran Umat Islam. Bagi umat Islam yang saat ini
mendapatkan kesempatan memenuhi panggilan Allah ke Tanah Suci, mereka akan sibuk
dengan rangkaian ritual ibadah haji, mulai dari kegiatan Umroh lalu melaksanakan Wukuf di
Arafah, Mabit di Muzdalifah, Mabit dan Lempar Jumrah di Mina hingga melakukan Thawaf
Ifadlah. Sedang bagi umat Islam yang lain termasuk kita, sibuk juga dengan rangkaian kegiatan
ibadah, mulai dari puasa Arafah, mengumandangkan kalimat takbir, tahlil dan tahmid,
melaksanakan shalat Idul Adha dan dilanjutkan dengan memotong hewan-hewan kurban
setelah shalat ini.

Hari ini adalah hari yang sangat mulia. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim diceritakan ; Ketika Rasulullah saw berkhutbah saat Idul Adha tiba-tiba
beliau bertanya, “Bulan apa sekarang?” “Allah dan RasulNya lebih tahu?” jawab para sahabat.
Nabi saw diam beberapa saat sehingga para sahabat menduga-duga, jangan-jangan beliau
akan menyebut nama yang bukan sebenarnya. “Tidakkah ini Bulan Dzulhijjah?” tanya beliau
memecah kesunyian.” “Ya,” jawab para sahabat. “Negeri apa ini?” tanya beliau lagi. “Allah dan
RasulNya lebih tahu?” jawab sahabat. Beliau diam sehingga para sahabat mengira beliau akan
menyebut nama yang bukan sebenarnya. “Bukankah ini Negeri Haram (mulia)?” kata beliau.
“Ya,” jawab sahabat. “Hari apakah ini?” beliau bertanya untuk ketiga kali. “Allah dan RasulNya
lebih tahu?” para sahabat menjawab. Lagi-lagi beliau diam agak lama. Dan lagi-lagi para
sahabat menyangka beliau akan menyebut nama yang bukan sebenarnya. “Tidakkah ini Hari
Penyembelihan (Yaumul Adha)?” tandas beliau. “Ya,” jawab para sahabat. Beliau bersabda,
“Sungguh... darah, harta dan kehormatan kalian adalah HARAM (mulia) bagi kalian
sebagaimana haram / mulianya hari kalian ini, di negeri kalian ini dan di bulan kalian ini.
Sungguh kalian akan menghadap Tuhan kalian, lalu Dia akan menanyakan kepada kalian
mengenai amal perbuatan kalian.”

Hari Idul Adha benar-benar hari yang agung. Ini bukan hari biasa seperti hari-hari
lainnya. Marilah kita mencoba kembali untuk menghayati kebesaran, kewibawaan dan
kemuliaan hari yang agung ini. Demikian kiranya Nabi saw mengingatkan pada kita dengan
khutbah beliau diatas.
ْ َ ُ َ َْ َ ََُْ َ
‫ُوهلل الحمد‬... ‫ُاهللُ أكبر‬... ‫اهللُ أكبر‬
Kaum Muslimin, Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah swt ...
Kebesaran Hari Idul Adha ini mestinya membawa dampak yang positif pada perilaku kita
- sebagai Umat Islam yang merayakannya. Dengan merenungi akan kebesarannya mestinya
mendorong kita untuk tertunduk malu di hadapan Allah swt atas dosa-dosa dan kesalahan-
kesalahan yang selama ini masih terus kita lakukan.
Tetapi sekarang ini tampaknya, kebesaran dan kemuliaan Hari Idul Adha ini seolah tak
berbekas di hati kita. Kita semakin tidak merasakan kebesaran dan keagungannya. Mungkin
kita masih tetap melakukan ritual rutin pada hari ini: dengan melakukan Shalat Idul Adha dan
Berkurban. Namun selebihnya kita tidak merasakan apa-apa. Yang melanggar larangan tetap
saja melanggar. Yang mengabaikan perintah tetap saja tak peduli dengan perintah Allah. Yang
biasa mengambil hak milik orang lain secara tidak sah (entah dengan mencuri, menipu, korupsi
dan semacamnya) tetap saja melakukan hal itu meski telah melewati hari nan besar ini. Yang
biasa menindas orang lain, menghina dan melecehkan kehormatan orang lain, tetap saja
melakukan kebiasaan buruknya itu, meski telah melewati hari nan amat besar dan agung ini.

Hari Raya Idul Adha rasanya seakan menjadi hambar bagi kita. Hari Raya Idul Adha
seakan tak banyak berarti lagi bagi kita. Yang mencaci tetap mencaci karena merasa lebih
hebat dan lebih baik. Padahal hanya Allah yang Maha Hebat. Apalagi ketika menjelang pemilu

Naskah Khotbah di tulis Oleh Dr. Edi Susanto, M.Pd. (Sekretaris ISNU Kabupaten Brebes) 3
kemarin, ramai cacian, makian dan hinaan antar sesama Muslim, hanya karena beda pilihan.
Padahal Rasulullah saw mengingatkan bahwa orang muslim itu mulia, yang mestinya kita
homati dan kita muliakan. Kenapa kita tidak memperhatikan peringatan Rasulullah saw itu? Dan
diantara kita sesama muslim masih saling mencaci dan menghujat? Marilah kita hentikan
َْ َ ََُْ َ
perilaku yang sangat buruk ini wahai saudaraku Muslimin semuanya...!!
ْ َ ُ َ
‫ُوهلل الحمد‬... ‫ُاهللُ أكبر‬... ‫اهللُ أكبر‬
Kaum Muslimin, Jama’ah Idul Adha... A’azzakumullah ...
“Qurban” dalam bentuk penyembelihan hewan merupakan ibadah yang diperintahkan Allah swt
sejak zaman Nabi Adam as. Bahkan setiap nabi yang diutus Allah swt memiliki perintah qurban.

Ibadah Qurban yang diikuti Nabi Muhammad saw adalah napak tilas dari peristiwa
historis Nabi Ibrahim as. Rasulullah saw saat ditanya oleh sahabat mengenai apa udlhiyah
(penyembelihan kurban) itu? Beliau menjawab : “Ini adalah sunnah Bapak kalian, Nabi Ibrahim
as.”

Nabi Ibrahim as hidup pada masa persimpangan jalan pikiran umat manusia tentang
berkurban. Banyak ritual pada saat itu yang menjadikan manusia sebagai kurban yang
dipersembahkan kepada dewa-dewa atau tuhan-tuhan mereka. Dan kita tahu dari ayat Al
Qur’an (As-Shaaffat: 102) pada mulanya Allah swt perintahkan kepada Nabi Ibrahim as untuk
َ َ َ ٰ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ ََْ
menyembelih anaknya, yaitu Nabi Ismail as. :
َ َ َ َ َْ ََ ََ
‫ال َياأ َب‬ ‫ال َي ُابني لإني أ َر ٰى في النام أني أذبحك فانرر ماذا ترى ۚ ُق‬ ‫فلما َبلغ َم َع ُه اَسعي ق‬
َ ْ َ ُْ ْ
ُ َ ‫اف َع ْل َما تؤ َم ُر ۖ َستج ُدني لإن ش َاء اَل ُه م َن اَصابر‬
‫ين‬
“Maka tatkala anak itu sampai (umur sanggup berusaha/dewasa) dia (Ibrahim) berkata: “Hai
anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkan
apa pendapatmu?” Ia (Ismail) menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu!, In syaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar”.

Kemudian pada akhir kisah tersebut Allah swt mengganti Nabi Ismail as yang akan disembelih
sebagai “qurban” dengan seekor domba besar seperti diungkap Al-Quran (As-Shaaffat: 107) :
َ ََ
ُ‫َوفد ْين ُاه بذ ْبح َعريم‬
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar”.

Para mufassir menyatakan, perintah Allah swt kepada Ibrahim as agar menyembelih
putranya sendiri hendak menyampaikan pesan kepada kita, bahwa betapapun besarnya cinta
seseorang kepada anak atau apapun yang dimiliki, bukanlah sesuatu yang berarti bila
dibanding dengan melaksanakan perintah Allah as. Meraih ridlo dan cinta Allah swt adalah
sesuatu yang paling berarti dan bernilai dalam hidup ini.
Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as adalah bukti keimanan
keduanya kepada Allah swt dengan mengorbankan apapun jika memang diperintahkan.
Kemudian ketika Allah swt mengganti Nabi Ismail as dengan seekor domba, maka peristiwa itu
juga mengandung ‘ibrah (pelajaran) bahwa Allah swt menjunjung tinggi harkat, martabat dan
jiwa manusia, sehingga Dia tidak memperkenankan manusia ini dijadikan kurban
penyembelihan atau sebagai tumbal untuk dikurbankan.
Oleh karena itu Agama Islam tidak pernah mentolerir terjadinya kekerasan, kebrutalan,
dan penindasan dalam bentuk apapun yang mengakibatkan pertumpahan darah dan
penderitaan umat manusia, terlebih sampai melayangnya nyawa. Ia dengan tegas
mengharamkan dan mengutuk perbuatan bunuh diri, membunuh sesama atau membuat
kerusakan apapun di muka bumi ini. Intinya kejahatan kemanusiaan maupun kejahatan
lingkungan secara tegas dilarang Al-Qur’an.
Dengan menangkap pesan dari peristiwa besar itu maka dapat dikatakan bahwa seorang
Muslim Sejati adalah yang memiliki cinta dan kepatuhan mutlak kepada Allah swt melebihi
kecintaannya kepada siapapun dan apapun. Dan tidak dengan ringan dan mudah untuk

Naskah Khotbah di tulis Oleh Dr. Edi Susanto, M.Pd. (Sekretaris ISNU Kabupaten Brebes) 4
mengubankan jiwa atau nyawa orang lain, apalagi sesama muslim. Dia sangat menghormati

َ ‫ُوهلل‬... ‫ُ َاهللُ َأ ْك َب ُر‬... ‫َاهللُ َأ ْك َب ُر‬


dan menghargai kehidupan ini sebagai anugerah yang sangat besar dari Allah swt.
‫الح ْمد‬
Kaum Muslimin, Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah swt ...
Setiap individu yang mengaku beriman pasti akan diuji oleh Allah swt. Sebagai bapak
akan diuji, sebagai Ibu akan diuji, sebagai suami akan diuji, sebagai istri akan diuji dan sebagai
anak juga akan diuji. Ujian tersebut untuk membuktikan kebenaran imannya kepada Allah swt.

Perjalanan kehidupan Nabi Ibrahim As dan putranya, Nabi Ismail As mari kita jadikan
sarana introspeksi diri atas ketaatan kita kepada Allah swt selama ini. Untuk selanjutnya ritual
kurban diharapkan mampu membentuk karakter kepribadian kita sebagai manusia yang peka
terhadap lingkungan dan masyarakat sekeliling kita.

Yang perlu kita perhatikan dalam Ibadah Qurban ini adalah makna kurban yang
mengandung nilai pengorbanan. Kurban yang kita niatkan untuk Allah dan hanya ingin
mendapatkan ridlo Allah swt, bukan hanya memotong kambing atau sapi pada Hari Raya Idul
Adha ini saja. Menyembelih kambing atau sapi lalu dagingnya untuk dibagikan kepada orang
miskin hanyalah sarana latihan dan pengingat saja. Mengorbankan harta, raga bahkan jiwa
hendaknya dilakukan setiap saat, untuk membuktikan derajat keimanan kita kepada Allah swt.

Apa lagi pada saat banyak bencana dan musibah terjadi. Di situlah saatnya keimanan
kita diuji, seberapa besar keimanan kita kepada Allah swt. Saat itulah adalah waktu yang tepat
untuk berkorban dengan segala yang kita miliki demi kebahagiaan mereka yang terkena
bencana dan musibah. Bukan hanya kambing atau sapi saja yang kita kurbankan, namun juga
kekayaan lainnya harus siap kita kurbankan demi mencapai keimanan kepada Allah yang
sempurna.

Dan saat ini, mari kita menata kembali keimanan kita untuk menghargai kehidupan yang
damai dan aman di negri yang kita cintai ini. Marilah wahai semua saudaraku kaum muslimin
khususya, mari kita bersatu dan berdamai dengan sesama saudara kita sebangsa.

Dalam kondisi seperti ini sebenarnya kita banyak berharap dan mendoakan mudah-
mudahan para pemimpin kita, elit-elit kita tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi dan
kelompoknya saja, tapi bisa lebih mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
Pengorbanan untuk kepentingan orang banyak memang tidak mudah, dan berjuang
dalam rangka mensejahterahkan umat memang memerlukan pengorbanan semua pihak.
Semoga kita semua mampu menjadi orang mukmin yang sanggup berkorban demi
kesejahteraan bersama.
Dan mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk rela
berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara. Aamiin 3x ya Rabbal ‘alamin.
ْ ْ
ُ, ‫لاَُيات َُواَذكر ال َحك ْيم‬
ُ ََ
ُ ‫ ُ َونس َعني َولإياك ْم ب َما ُف ْيه م ْن‬،ُ ُ‫َعر ْيم‬ َ ‫َبا َر َك للا لي َوََُ ُك ْم فى ْا َُق ْرآن ْا‬
ْ ‫ َأ ُق ْو ُل َق ْولي َه َذا َف‬،ُ ‫اَعل ْي ُُم‬
َ‫أس َت ْدس ُُروا للا‬ َ ‫للا منا َوم ْن ُك ْم ت َل َو َت ُه لإن ُه ُه َو اَسم ْي ُع‬ ُ ‫َو َت َقب َل‬
َُ
ُ.ُ‫ُلإن ُه ُه َو اَدس ْو ُر اَرح ْيم‬, ‫اَعر ْي َم‬ َ

َْ َ ََُْ َ ََُْ َ
Khutbah II
ُ َ
ُُُ... ‫ُاهللُ أكبر‬... ‫ُاهللُ أكبر‬... ‫اهلل أكبر‬
َْ َ َْ َ َْ َ
ُ... ‫ُاهللُ أك َب ُر‬... ‫ُاهللُ أك َب ُر‬... ‫اهللُ أك َب ُر‬
َ ْ َ َ ْ َ َْ َ
. ُ‫اهللُ أك َب ُُرُُكب ْيرا َوال َح ْم ُد هلل كث ْيرا َو ُس ْب َحان للا ُبك َرة َوأص ْيل‬
Naskah Khotbah di tulis Oleh Dr. Edi Susanto, M.Pd. (Sekretaris ISNU Kabupaten Brebes) 5
‫ُ َ ُ َ‬ ‫َ ْ َْ َ ََ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ ُ َُ َ َ َ‬ ‫َا ْل َح ْم ُد هلل َع َ‬
‫للا َو ْحد ُه‬ ‫لى ت ْوف ْيقه َوا ْمتنانهُُ‪ُ.‬أش َه ُد أن ل اَه لإل للا و‬ ‫لى لإ ْح َسانه واَشكر َه ع‬
‫لإلى ْ‬ ‫ُُ‬ ‫ُ‬ ‫ََ‬ ‫َ َ َ َُ َ ْ ُ‬
‫ض َُوانهُُ‪ُُ.‬‬ ‫ل شرْيك َه َوأش َهد أن َسيدنا ُم َحمدا َع ْبد ُه َو َر ُس ْوَه اَداعى َ ر‬
‫َ‬
‫ص َحابه َو َسل ْم ت ْسل ْيما ك ْثيراُ‪...‬‬ ‫صل َع َلى َسيد َنا ُم َحمد و َع َلى َاَه َو َا ْ‬ ‫اَلهم َ‬ ‫ُ‬
‫َ َ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ َ َ َ َ َ َُْ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ‬ ‫ُ ُ‬ ‫َ َ َ‬ ‫َ‬
‫للا أ َم َرك ْم‬ ‫اعل ُم ْوا أن‬ ‫حذُ ُر ُ‪ُ,‬و‬ ‫اس اتقواللا فيما أمر وانتهوا عما نهَى ُو ُ‬ ‫أما َب ْع ُد فيا اي َها اَن‬
‫صل ْو َن َع َ‬ ‫للا َو َمآلئ َك َت ُه ُي َ‬ ‫عا َلى لإن َ‬ ‫َ َ َ َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َْ‬ ‫ََ‬ ‫َ‬
‫لى اَنبى‬ ‫بأ ْمر َبدأ ف ُْيه بنسسه َوثـنُى ب َمآلئكته بق ْدسه ‪ُ,‬قال ت‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫صل ْوا َع َل ْيه َو َسل ُم ْوا َت ْسل ْيماُ‪ُ ُ.‬‬ ‫يآاي َها اَذ ْي َن َآم ُن ْوا َ‬ ‫َ‬
‫صل َو َسل ْم َع ُلى َسيدنا ُم َحمد َو َعلى آل‬ ‫اَلهم َ‬
‫ْ ََُ‬ ‫ك ْالُ َقرب ْي َن َوا ْر َ‬ ‫َ‬ ‫َ َْ‬ ‫َ‬
‫ض اَل ُهم َعن الخلساء اَراشد ْي َن‬ ‫َسيدنا ُم َحمد َو َعلى انبيآئ َك َو ُر ُسل َك َو َمآلئ ُكت َ ُ‬
‫َ‬ ‫َْ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ن َ ُه ْم با ْح َسان الىُ‬ ‫أبى َبكر َو ُع َمر َو ُعث َمان َو َعلى ُ‪َ ,‬و َع ْن َبقية اَص َح َابة َواَتابعُ ْين ‪َ ُُ,‬واَتابعي ُ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫نُ‪ُُ...‬‬ ‫ض َعنا َم َع ُه ْم ب َر ْح َمت َك َياا ْر َح َم اَراحم ْي ُ‬ ‫َي ْوم اَد ْين َوا ْر َ‬
‫ْ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َ ْ ُ‬ ‫ْ ُ‬ ‫َ ُ ْ ْ ْ َ ْ ُْ َ‬
‫َلهم اغس ْر َل ُمؤمن ْين َوالؤمنات َوال ْسلم ُْين َوال ْسل َمات لَا ْحيآءُ م ْن ُه ْم َولَا ْم َواتُُ‪ُُ,‬‬ ‫ا‬
‫ينُ‪َ ُ,‬و ْان ُ‬ ‫ْ ُ‬ ‫نُ‪َ ُ,‬و ْان ُ‬ ‫ْ ُْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ص ْر َم ْن‬ ‫ص ْر ع َب َاد َك ال َوحدُ َ ُ‬ ‫اَلهم أعز لْا ْسل َم َوال ْسلم ْين ُ َوأذُل اَش ْر َك َوالشرك ْي ُ‬ ‫ُ‬
‫َ‬ ‫َ ََ ْ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ ُْ َْ ََ ْ َ َْ َ ْ َ ْ َ‬
‫اعل كل َمات َك لإلى َي ْو َم اَد ْينُُ‪ُ.‬‬ ‫اءُاَد ُين ‪ُ,‬و‬ ‫نصر اَدين ‪ُ,‬واخذل من خذل السلمين ‪ُ,‬ودمر أعد ُ‬
‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ ََ ْ‬ ‫ْ ََ ْ َ ْ‬ ‫َ‬
‫ن ُ‪َ ,‬ع ْن َبلدنا‬ ‫اَلهم ْادف ْع َعنا اَدل َء َُوا ََبل َء َوا ََو َب َاء َو ُاَستن َوال َح َن ‪َ ُ ,‬ما ظ َه َر م ْن َها َو َما َبط َ ُ‬ ‫ُ‬
‫َ َ ْ َ َ َ‬ ‫َ‬ ‫َْ ْ ُ‬ ‫ْ‬
‫نُ‪ُُ.‬‬‫َعال ْي ُ‬ ‫ان ُدون ْيسيا خآصة ‪َ ُ,‬و َسائر ُبلدان ال ْسلم ْين عآمة يارب ا‬
‫اب اَنارُُ‪ُُ.‬‬ ‫َرب َنا آت َنا فى اَد ْن َيا َح َس َنة ‪َ ُ,‬وفى ْلاخ َرة َح َس َنة ‪َ ُ,‬وق َنا َع َذ َ‬
‫َ ْ َ‬ ‫َ ََ َ َْ ُ َ ْ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ ُ َ‬
‫نُ‪ُُ.‬‬ ‫نُالخاسرْي َ ُ‬ ‫َربنا ظل ْمنا انس َسناُ َوان َ ْم تدس ْر َنا َوت ْر َح ْمنا َنك ْونن م ُ‬
‫ْ ُْ َ‬ ‫ْ َ‬ ‫ْ‬
‫َع ْدل َولْا ْح َسان َولإ ْيتآء ذي اَق ْر َبى َو َينهَى َعن اَس ْحشآء َوالنكر‬
‫ْ ُ‬ ‫ْ‬ ‫للا َي ْأ ُم ُر ب ْا َ‬‫ع َب َادللا ‪ُ ,‬لإن َ‬
‫ُ‬ ‫اش ُك ُر ْو ُه َع َ‬ ‫َ ْ َ ْ َ َ ْ ُ ُْ ْ َ ْ‬ ‫ُْ‬ ‫َ‬ ‫ُُ َ ُ ََ‬ ‫ْ ْ‬
‫لى ن َعمه َيز ْدك ْم ‪ُُ...‬‬ ‫َوا ََبغيُ َيعرك ْم َ َعلك ْم تذك ُر ْون ‪َ ُ,‬واذك ُروا للا اَعريم يذكركم و‬
‫َْ‬ ‫َ ْ‬
‫َُوَذك ُر للا أك َب ُْرُ‪...‬‬

‫)‪Naskah Khotbah di tulis Oleh Dr. Edi Susanto, M.Pd. (Sekretaris ISNU Kabupaten Brebes‬‬ ‫‪6‬‬

You might also like