Download as pdf
Download as pdf
You are on page 1of 5
KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE PENILAIAN IMPLEMENTAS! KAWASAN TANPA ROKOK TAHUN 2019 5 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kesehatan Unit Eselon Wt + Difjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit / DIT. P2PTM Program 2 Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Hasil (Out Come) : Penurunan prevalensi perokok < 18 tahun Kegiatan 2 Penilaian Implementasi Kawasan Tanpa Rokok Indikator Kinerja Kegiatan : Persentase Kab/Kota yang Melaksanakan Kebijakan KTR minimal 50% Sekolah Jenis Keluaran (Out Put) Kegiatan Penilaian Implementasi KTR Volume Keluaran (Out Put) + 1 laporan Satuan Ukur dan Jenis Keluaran ——:_1 Kegiatan A. Latar Belakang Dasar Hukum 1. a b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 113 sampai dengan 116. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002. tentang Perlindungan Anak. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dengan Menteri Dalam Negeri Nomor 188/Menkes/PB//2011 dan Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. k. Instruksi Menteri Kesehatan Nomor 84/Menkes/Inst/l/2002 tentang Kawasan ‘Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan. |. Instruksi Mendikbud RI Nomor 4/U/1997 tentang Lingkungan Sekolah Bebas Rokok ‘m, Instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 161/Menkes/Insvlli/1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas Asap Rokok. ‘. Instruksi Menteri Kesehatan RI Nomor 459/Menkes/InstVI/1999. tentang Kawasan Bebas Rokok pada Sarana Kesehatan ©. Instruksi Menteri Kesehatan RI Nomor 84/Menkes/Inst/l/2002 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Tempat Kerja dan Sarana Kesehatan. p. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1144/2010, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI q. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.03.01/160/160//2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. 2. Gambaran Umum Data Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2009 menunjukkan bahwa 20.3% remaja 13-15 tahun merokok. Perokok pemula remaja usia 10-14 tahun naik 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir dari 9,5% pada tahun 2001 menjadi 17,5% pada tahun 2010 (SKRT, 2001; RISKESDAS, 2010). Hasil Survei Jajak Pendapat Siswa Sekolah Menengah Terhadap Larangan Iklan Dan Sponsor Rokok Tahun 2013 Dit PPTM KEMENKES RI dengan PUSLITKES UI juga menunjukkan usia pertama kali merokok sejak usia dibawah lima tahun sebanyak 2-7,5% dan mulai merokok pada usia 6-12 tahun sebanyak 27-68,5%. Siswa yang merokok kurang dari 7 hari dalam sebulan (72-94%). Merokok lebih dari 20 hari dalam sebulan berkisar antara 2,7- 13%. Sebanyak 75-88% siswa menghisap rokok kurang dari 12 batang. Yang mengaku menghisap rokok 100 batang, 0,7-8%. Dalam hal pencegahan, upaya yang dapat dilakukan di antaranya yaitu: dengan menjauhkan anak dari akses rokok, perlindungan dari sasaran marketing industri rokok (dengan pelarangan iklan, promosi dan sponsor rokok), pemberian informasi yang benar tentang bahaya rokok (edukasi, peringatan kesehatan bergambar) dan perlindungan dari terpapar asap rokok, penerapan Kawasan Tanpa Rokok, termasuk ketentuan bahwa tempat khusus untuk merokok harus merupakan terbuka dan berhubungan langsung dengan udara luar (untuk tempat kerja dan tempat umum), larangan iklan, promosi dan sponsorship, perlindungan pada anak-anak dan ibu hamil, serta mengatur penjualan produk tembakau kepada anak di bawah sia 18 tahun. Pelarangan ini dimaksudkan sebagai upaya dalam penanggulangan masalah tembakau sebagai akibat tingginya dampak penyakit yang ditimbulkan karena produk tembakau / rokok dengan mempersempit jangkauan anak untuk memperoleh produk tembakau dan untuk menghindari penjualan kepada anak dibawah umur, serta melakukan skreening dan konseling UBM di Sekolah-sekolah Disadari bahwa penggunaan tembakau merupakan faktor risiko bersama pada penyakit tidak menular, Kebijakan 100% kawasan tanpa rokok telah diidentifikasi sebagai intervensi utama pengendalian tembakau di tingkat sub-nasional dalam strategi penyakit tidak menular. Sekitar 216 Kabupaten / kota sudah mulai melaksanakan kawasan tanpa rokok dan menerapkan di minimal 50% sekolah pada tahun 2018. Pemerintah menetapkan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok untuk melindungi seluruh masyarakat dari bahaya asap rokok melalui Undang Undang Kesehatan No. 36 / 2009 pasal 115 ayat 1 dan 2 yang mengamanatkan kepada Pemerintah Daerah (wajib) untuk menetapkan dan menerapkan KTR di wilayahnya, Kawasan tanpa rokok merupakan tanggung jawab seluruh Komponen bangsa, baik individu, masyarakat, parlemen, maupun pemerintah, untuk melindungi generasi sekarang maupun yang akan datang. Komitmen bersama dati lintas sektor dan berbagai elemen akan sangal berpengaruh terhadap keberhasilan kawasan tanpa rokok. Pelaksanaan peraturan daerah Kawasan Tanpa Rokok akan memberikan banyak manfaat baik bagi masyarakat, pengelola rumah makan dan retoran serta pimpinan kantor yaitu: menghargai dan melindungi hak asasi bukan perokok, meningkatkan produktivitas Kerja, menurunkan angka kesakitan akibat kebiasaan merokok, memberikan citra atau image yang positif bagi masyarakat lainnya atau tempat kerja yang menerapkannya. Oleh sebab itu kegiatan penilaian implementasi KTR perlu dilaksanakan secara rutin dan bersinergi bersama Organisasi Perangkat Daerah tainnya, B. Penerima Manfaat + Anak sekolah dan warga sekolah, + Semua lapisan Masyarakat. + Petugas Kesehatan kabupaten’ kota terpili. + Pemerintah daerah (Tim Satgas KTR Kabupaten/Kola, dan OPD terkait) C. Strategi Pencapaian Keluaran Metode Pelaksanaan: Kegiatan ini dilakukan secara swakelola untuk kegiatan evaluasi penerapan KTR di daerah dilaksanakan pada 60 kabupaten di 24 Provinsi. Kabupaten terpilih adalah Kabupaten’ kota dengan peraturan perundangan terkait kawasan tanpa rokok dengan berbagai tingkatan (daftar kabupaten/ kota terlampir) dan yg telah siap mengimplementasikan kebijakan KTR. Tim Review terdiri dari : Dit P2PTM, BBTKU/BTKL, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan kabupaten/ kota, Dinas Pendidikan kabupaten/ kota dan Satpol PP kabupaten/ kota. Pelaksanaan Kegiatan 1. Persiapan: dilakukan rapat koordinasi dan teknis pelaksanaan. ilakukan melalui tahapan: 2. Pelaksanaan penilaian implementasi KTR di setiap kabupaten dilakukan a. Hari 1: Tim pusat dan provinsi serta BBTKL / BTKL berbagi ke Kabupaten’ kota masing-masing, bertemu pimpinan / bupati / walikota / Pejabat terkait b. Hari 2-3: Tim Pusat dan tim propinsi turun ke lapangan melakukan penilaian implementasi KTR bersama tim kabupatenf kota yang terdiri dari + Dinkes kabupatent kota (pengelola PTM) sebanyak 2 orang + Diknas kabupateny kota sebanyak 1 orang + Satpol PP kabupaten/ kota sebanyak 1 orang Sasaran kegiatan penilaian : 15 sekolah (4 buah SD / Ml, 5 buah SMP / MTs, dan 6 SMA J MA sederajat, 1 (satu) Puskesmas atau Rumah Sakit dan Perkantoran (1 buah kantor Pemda, 1 buah Kantor Disdik dan 1 buah kantor Dinkes), Total tempat yang dievaluasi yaitu 19 titik lokasi ¢. Hari 4: Tim melakukan entry data serta menyusun laporan hasil d. Tim Pusat Kembali ke Jakarta dengan membawa file data lengkep Metode pengambilan sampel sekolah mengacu pada Petunjuk Instrumen yang telah dikaji Dit P2PTM Kementerian Kesehatan. 3. Pengolahan hasil assessment Pelaksanaan penyusunan hasil assessment adalah Dit P2PTM 1. Matriks Kegiatan Bulan A eaelai 7-2 [| 3-10] 11-12 Penilaian Implementasi KTR Persiapan Pelaksanaan| - Penyusunan Hasil Assessment D. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran : Waktu selama yang dibutuhkan untuk melaksanakan seluruh rangkaian kegiatan adalah tahun berjalan (Maret s/d Oktober 2019), E. Biaya Yang Diperlukan: Sumber dana kegiatan dibebankan dana APBN, DIPA Ditjen P2P Satker Direktorat P2PTM Tahun 2019. Penanggung Jawab Jakarta, Februari 2019 Kasubdit PKGI dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA Nip. 196504272000032001

You might also like