Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


Jl. R. A. Kartini No.11 A, Salatiga 50711
Jawa Tengah Indonesia
Telepon : (0298) 324-861; Fax : (0298) 321728
E-mail :fkikuksw@adm.com
UJI MINERAL
Christantya Vita Rena Nugroho1, Iswanto2, Ika Ade Alviantary3, Devin Geovani4, Joko5
1,2,3,4,5
Program Studi Gizi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana

472018010@student.uksw.edu

ABSTRACT

According of biochemistry teaching, mineral included in a micronutrient substances that


consist of inorganic substances but not included of carbon, hydrogen, oxygen, and nitrogen. Minerals
based on it’s function is divided by two there are essential and non essential. However, based on of
the amounts of minerals so could to be three they are major group, minor group, and little group.
Minerals in our body be able to bone and tooth formation, this is one of function minerals that is a
phosphor. The objective do this practice are for to know and dominate the way prepare samples to
minerals testing one else to test the minerals content in the sample. This practice use a sample is
peanut ash so the result at all the minerals testing to see the filtrate and it’s deposits to the examples
of minerals like Cl, S, Ca and Fe with some of reagents exactly HNO3, AgNO3, C2H8N2O4,
NH4SCN,and C6N6FEK3. The reaction between Cl with HNO3 and AgNO3 build the formation of
deposits. It means that in the solution there is kinds of minerals is Cl or chlorine. After that, use a
minerals sulfate or S added some reagents like HNO3 and also AgNO3 and there is a deposits it means
if in the solution any minerals that is sulfate or S. The third methods is Ca or calcium and is being
dripped with C2H8N2O4 and there is deposits that means in the solution is containing Ca ,and looks
any turbidity because of there are suspended inorganic substance. The last is to test Fe with two
reagents that are NH4SCN produced red color and C6N6FEK3 has blue color. Red color because of
can be built complex ion compounds [FeSCN] +while blue color because of complex ion compounds is
Fe[Fe(CN)6]. The conclusion from this practice is we could find manymore kinds of minerals in our
body and has the different functions every minerals about what we consume in a meal that do a
reaction for our metabolism process.

Keywords: Minerals, Chlorine, Sulfate, Calcium, and Iron

ABSTRAK

Berdasarkan pembelajaran biokimia, mineral termasuk zat mikronutrien yang terdiri dari zat
– zat anorganik tetapi tidak terdapat unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Mineral
berdasarkan fungsinya dibagi menjadi dua yaitu esensial dan non esensial. Akan tetapi, berdasarkan
jumlahnya mineral dapat dibagi menjadi tiga seperti grup mayor, grup minor, dan grup renik. Mineral
di tubuh kita dapat memudahkan untuk pembentukan tulang dan gigi, ini merupakan fungsi salah satu
mineral yakni fosfor. Tujuan dilakukannya praktikum ini untuk mengetahui dan menguasai cara
penyiapan sampel uji mineral serta menguji kandungan mineral dalam sampel. Praktikum ini
menggunakan sampel yaitu abu kacang sehingga akan menjadi hasil keseluruhan dalam pengujian
mineral untuk meneliti adanya endapan dan filtrat yang ada pada sampel mineral seperti Cl, S, Ca, dan
Fe dengan beberapa reagen terutama HNO3, AgNO3, C2H8N2O4, NH4SCN, dan C6N6FEK3. Reaksi
antara Cl dengan HNO3 dan AgNO3 akan membentuk endapan yang berarti bahwa larutan ini
mengandung mineral jenis Cl atau klorin. Setelah itu, menggunakan suatu larutan sulfat atau S
ditambahkan beberapa reagen HNO3 dan AgNO3 terdapat endapan berarti bahwa ada kandungan

1
mineral yaitu sulfat atau S. Metode ketiga ialah Ca atau kalsium dan diteteskan dengan C 2H8N2O4
terdapat endapan berarti mengandung Ca, dan terlihat adanya kekeruhan karena terdapat zat anorganik
yang tersuspensi. Pengujian terakhir pada Fe dengan dua reagen yaitu NH4SCN menghasilkan warna
merah serta C6N6FEK3 warna biru. Warna merah akibat pembentukan senyawa ion kompleks
[FeSCN]+ sedangkan warna biru karena pembentukan senyawa ion kompleks Fe[Fe(CN)6].
Kesimpulan dari praktikum ini adalah kita dapat menemukan beragam jenis mineral di tubuh kita dan
memiliki fungsi yang berbeda dari setiap mineral apa yang kita konsumsi yang mampu melakukan
reaksi pada proses metabolisme.

Kata Kunci: Mineral, Klor, Sulfat, Kalsium, dan Besi

PENDAHULUAN
Mineral menurut dasar teori merupakan salah satu substansi zat mikronutrien berupa zat
anorganik berupa semua komponen unsur kimia tetapi tidak termasuk karbon, hidrogen, oksigen, dan
nitrogen yang dibutuhkan manusia dalam memerankan sistem metabolisme dengan jumlah yang
sedikit dalam bentuk ion maupun elemen yang bergerak bebas. Mineral memiliki susunan komposisi
unsur – unsur kimia yang sangat khas karena dapat menimbulkan adanya struktur cincin kristal secara
tidak terduga dalam sebuah bentuk geometris tertentu. Mineral sangat sulit untuk didefiniskan secara
definitif oleh karena itu kebanyakan peneliti menganggap jika mineral termasuk dalam frase yang
ditemukan di alam raya ini dengan susunan molekul yang sangat teratur. Pada sistem jalannya
metabolisme manusia, mineral ini tidak dapat dihasilkan oleh tubuh melainkan kita dapat menemukan
adanya mineral pada bahan makanan yang sehari – hari kita konsumsi. Peran keseimbangan mineral
dalam sistem metabolisme tubuh manusia berguna untuk memelihara serta menjaga tubuh manusia itu
sendiri secara fungsionil, mengatur kinerja enzim karena mineral bertindak sebagai kofaktor, selain
itu mineral juga peka terhadap rangsangan melalui otot dan saraf.
Pengelompokan mineral yang didasarkan pada kebutuhannya dibedakan ke dalam dua
kelompok diantaranya mineral kelompok esensial dan mineral kelompok nonesensial. Tubuh manusia
lebih cenderung membutuhkan mineral esensial, artinya tubuh tidak mampu melakukan produksi zat
mineral itu sendiri sehingga mmbutuhkan pemasokan dari bahan makanan. Mineral esensial ini
sendiri terbagi menjadi dua jenis mineral yang dipengaruhi oleh jumlahnya terdiri dari mineral
kelompok makro, mineral kelompok mikro, serta mineral kelompok renik atau nama lainnya adalah
trace element yang berarti bahwa salah satu unsur kimia guna pertumbuhan, pengembangan dan
fungsiologis suatu organisme. Mineral kelompok makro contohnya ialah Ca,Mg, Na, K, S dan P
sedangkan mineral kelompok mikro seperti Zn, Mn, Co, Cr, Ni, Fe, dan I untuk kelompok renik
sendiri terdiri dari Mo, As, Cr, Si, F dan lain – lain[1]. Fungsi mineral makro di dalam tubuh manusia
sebagai pembentukan tulang dan gigi serta mampu untuk membentuk struktur tubuh contohnya pada
mineral kalsium pada susu dan mineral fosfat banyak dijumpai pada buah kering seperti kismis. Selain
hal itu, fungsi mineral mikro juga sangat berpengaruh terhadap kegiatan enzimatik khususnya
hemoglobin di dalam tubuh manusia secara spesifiknya hal ini tugas dari Fe serta Mn. Namun, perlu
diperhatikan bahwa mineral dapat menjadi toksik jika tidak adanya keseimbangan bioavailability
melalui mineral yakni kemampuan tubuh untuk menyerap zat – zat makanan yang dihancurkan sering
kali karena pengaruh pengonsumsian suplemen secara berlebihan tanpa konsultasi dengan dokter.
Zat mikronutrien mineral amat sangat penting dalam mensuplai kebutuhan energi manusia
yang dapat diketahui dari beberapa jenis sampel bahan makanan dengan sifat dari zat mineral yang
tahan terhadap korosi dan mudah untuk melakukan oksidasi. Kandungan mineral tersbeut dapat diuji
melalui beberapa prosedur diantaranya pembuatan abu tulang, pengujian filtrat dan pengujian
endapan. Dimana pengujian filtrat antara lain terbagi atas uji klorida dengan uji sulfat, disamping itu
untuk pengujian endapan akan menggunakan empat metode yaitu uji kalsium, uji fosfat, uji

2
magnesium, dan uji besi dengan memberikan sifat asam basa pada sampel – sampel yang telah
disediakan. Praktikum uji mineral kali ini bertujuan mengetahui serta menguasai dengan terampil
penyiapan sampel uji mineral dan menguji kandungan mineral dalam sampel. Setiap jenis mineral
yang dihasilkan melalui beberapa pengujian mineral ini akan berfungsi berbeda guna memperlancar
proses metabolisme tubuh manusia secara lebih efektif.

METODE
Pelaksanaan praktikum uji mineral ini pada hari Rabu, 13 Maret 2019, pukul 11.00 – 13.00
WIB di Laboratorium Biokimia, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya
Wacana. Praktikum uji mineral ini membutuhkan alat – alat meliputi tanur, porselen, tang krus,
erlenmeyer 100 mL, erlenmeyer 250 mL, gelas piala 250 mL, pipet volum 10 mL, serta hotplate.
Sedangkan bahan – bahan praktikum uji mineral ini membutuhkan tepung kacang, NH4OH pekat, HCl
10%, asam asetat 10%, urea 10%, pereaksi ferosulfat khusus, kristal ammonium klorida, larutan
ammonium tiosianat, kristal dinatrium hidrogen fosfat, HNO3 10%, AgNO3 2%, NH4OH 10%, larutan
kalium ferosianida, kertas saring dan kertas lakmus.
Pada praktikum uji mineral ini praktikan menggunakan tiga metode antara lain pembuatan
abu kacang, pengujian filtrat terdapat di dalamnya dua uji yaitu uji klorida dan uji sulfat, yang terakhir
pengujian endapan memakai empat pengujian seperti uji kalsium, uji fosfat, uji magnesium serta uji
besi. Pertama – tama praktikan melakukan uji pembuatan abu kacang dengan memasukkan 3 – 5 gr
tepung kacang pada porselen lalu praktikan akan memanaskan sampai menjadi abu. Hasil abu kacamg
yang berwarna kelabu oleh praktikan akan melakukan pendinginan terlebih dahulu sebelumnya
setelah itu praktikan mengegrus sampai halus dalam mortar. Abu yang sudah halus tersebut oleh
praktikan akan melakukan pemanasan dalam pinggam porselen hingga menjadi putih. Praktikan
membiarkan abu putih menjadi dingin lalu praktikan akan segera memindahkan ke dalam gelas piala
250 mL. Tahap selanjutnya, praktikan menambahkan 50 mL HNO3 10% serta praktikan mengaduknya
sampai merata. Pemanasan harus sampai abu kacang tersebut menjadi terlarut lalu praktikan akan
menambahkan akuades sebanayak isi yang sama. Praktikan melanjutkan penyaringan larutan dan
menambahkan NH4OH pekat ke dalam filtrat sampai bereaksi dengan basa dengan menggunakan
lakmus. Praktikan akan mengamati larutan tersebut hingga terdapat endapan putih yang tebal bahwa
larutan tersebut menunjukkan adanya fosfat. Penyaringan akan praktikan lakukan kembali dengan
hasil filtrat serta endapana untuk melakukan pengujian secara terpisah.
Pengujian kedua praktikan akan menggunakan metode uji filtrat dengan pertama – tama
praktikan akan melakukan uji klorida setelah itu uji sulfat. Pengujian klorida tahap awal oleh
praktikan sendiri akan mengasamkan sebagian filtrat dengan larutan HNO3 10% memanfaatkan kertas
lakmus. Praktikan lalu akan menambahkan larutan AgNO3 2% melalui filtrat asam tersebut. Endapan
putih yang terbentuk menunjukkan bahwa adanya klor. Pengujian kandungan sulfat dengan
menggunakan uji filtrat, langkah awal praktikan akan mengasamkan pula sebagaian hasil filtrat
dengan HCl 10% menggunakan lakmus. Praktikan akan menambahkan larutan BaCl2. Endapan putih
akan menunjukkan adanya kandungan sulfat pada larutan. Pengujian yang terakhir menggunakan
endapan, pada uji ini praktikan akan melakukan uji kalsium dengan menambahkan 1 mL ammonium
oksalat 1% dalam 2 mL filtrat. Praktikan akan mengamati terjadinya endapan putih yang berarti
bahwa larutan mengandung kalsium. Uji berikutnya dengan uji fosfat, praktikan akan menambahkan 1
mL filtrat dengan larutan urea 10% serta pereaksi molibdat khusus. Praktikan kemudian akan
mencampurkan secara merata sambal menambahkan 1 mL larutan ferosulfat khusus. Pembentukan
warna biru pada larutan yang makin lama makin pekat menunjukkan adanya fosfat. Uji yang ketiga
menggunakan uji magnesium dengan terlebih dahulu memanaskan sisa hasil filtrat sampai mendidih.
Filtrat panas tersebut oleh praktikan akan menambahkan sedikit demi sedikit kristal ammonium
karbonat dan ammonium klorida. Praktikan akan mengamati endapan yang terbentuk lalu praktikan

3
akan menyaringnya. Hasil sisa filtrat kemudian oleh praktikan akan menambahkan dinatrium
hidrogen fosfat dengan larutan ammonium hidroksida sampai menjadi basa. Praktikan mengamati
kembali endapan yang terbentuk menunjukkan adanya magnesium. Praktikan akan menambahkan
sedikit larutan HCl 10% pada sistem endapan yang tak mampu larut dalam asam asetat pada kertas
saring. Terakhir, praktikan akan menempatkan filtrat asam klorida untuk melakukan pengujian
selanjutnya. Pengujian terakhir dari uji endapan kandungan mineral dengan uji besi, pertama – tama
praktikan menambahkan sedikit filtrat sebanyak 1 mL larutan ammonium tiosianat dengan
memperhatikan terbentuknya warna merah, dalam sedikit filtrat praktikan menambahkan 1 mL larutan
kalium ferosianida serta praktikan juga memperhatikan terbentuknya warna biru dan hijau. Warna
merah, biru, hijau menunjukkan bahwa adanya kandungan besi atau Fe.

HASIL
Tabel 1. Pengujian Mineral Pada Kacang Hijau
No. Pengujian Uji Reagen Hasil Keterangan Gambar
1. Uji filtrat Cl- atau HNO3 10% + + Terdapat
Klorida AgNO3 endapan
asam dan
perubahan
warna

2. Uji filtrat SO42- atau HNO3 10% + + Perubahan


Sulfat AgNO3 pada kertas
asam lakmus
dan terdapat
endapan

3. Uji endapan Ca atau C2H8N2O4 + Membentuk


Kalsium (ammonium endapan
oksalat) berwarna
putih keruh

4. Uji endapan Fe atau Besi NH4SCN + Berubah


(ammonium warna
tiosianat) menjadi
merah

5. Uji endapan Fe atau Besi C6N6FEK3 + Berubah


(kalium warna
ferosianida) menjadi biru

4
PEMBAHASAN
Praktikan melakukan uji mineral menggunakan tiga prinsip seperti pembuatan abu tulang.
Pengujian filtrat serta pengujian endapan. Setiap pengujian tersebut memiliki beberapa sampel seperti
pada abu kacang adanya mineral yaitu K, Ca, S, Cu, Cr, Mo, P, Na,Cl- dan Mg. Mineral jenis K ini
termasuk logam alkali yang kereaktifannya sangat kuat terhadap air untuk menghasilkan KOH dan H
dengan warna yang khas putih perak dan sangat elastis mudah untuk teroksidasi dalam udara, mineral
K ini dalam tubuh manusia bergerak sehingga mampu untuk menghantarkan suatu impuls saraf
sebagai proses difusi, absorbsi, dan sekresi. Fungsi mineral K ini dalam tubuh manusia sebagai unsur
anorganik yang membantu pertumbuhan kontraksi otot, melakukan transmisi impuls – impuls saraf,
serta berperan dalam cairan intraseluler, mineral K ini dapat kita temukan pada sumber bahan
makanan yang mentah dan segar antara lain pada buah yaitu buah, sayuran pada buah aprikot kering,
dan kacang – kacangan yakni kacang almon tidak hanya itu kandungan ikan tuna juga terdapat banyak
sekali kandungan mineral K. Kelebihan mineral K akan menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan
penyakit hiperkalsemia yang berujung kematian. Jika kekurangan maka akan terasa detak jantung
sangat cepat serta hipertensi. Mineral selanjutnya adalah Ca yang termasuk dalam mineral yang amat
sangat tinggi diperlukan oleh tubuh. Sifat mineral Ca ini lebih keras dibandingkan Na namun lebih
lunak dari Al, Ca ini juga dapat dengan mudah terlarut pada H2O. Fungsi dari mineral Ca ini lebih
terfokus untuk membantu pembentukan tulang dan gigi, disamping itu mineral Ca ini akan berperan
dalam jalannya proses pembentukan hormon dimana enzim akan berperan dalam proses metabolisme
guna mengatur pencernaan. Sumber mineral Ca ini dapat ditemukan paling banyak pada susu,
berikutnya pada ikan – ikan laut jauh lebih banyak sumber mineral Ca ketimbang dari daging ayam
dan sapi. Kelebihan Ca akan menyebabkan hiperkalsemia Ca yang ditandai dengan sering mengalami
kelelahan dan gangguan sembelit sedangkan kekurangan mineral Ca dapat menimbulkan osteoporosis
atau pengeroposan tulang[1].
Mineral pada kandungan kacang hijau berikutnya yaitu mineral S. Mineral S ini unsur non
logamnya tidak dapat dirasakan dan mampu larut dalam CS2 namun tak mampu larut melalui air.
Fungsi dari mineral S ini untuk menunjang produksi kartilago dan juga tendon tubuh. Sumber mineral
S ini dapat ditemukan pada telur salah satunya. Mineral Cu ini berwarna kemerahan, mudah untuk
ditempa, dan dapat diregangkan dan bersifat toksik pada makhluk hidup. Kelebihan mineral S akan
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan namun jika kekurangan mineral S akan berakibat
rusaknya sel karena S dalam tubuh dapat menghasilkan glutation. Sifat lunak mineral Cu ini akan
menimbulkan konduktivitas kelistrikan yang amat tinggi. Fungsi mineral Cu ini pada tubuh manusia
diantaranya untuk memelihara dan meningkatkan sel dalam fungsinya, membantu absorbsi besi
sehingga akan berakibat pencegahan anemia, kofaktor penting dalam enzim untuk transportasi O2.
Sumber – sumber mineral Cu ini terdapat pada sereal, kacang almon, lobak hijau, dan hati daging
sapi[1]. Kelebihan mineral ini akan berhujung pada penyakit gagal ginjal serta anemia, disamping itu
kekurangan mineral Cu akan menyebabkan gangguan sistem saraf, gangguan pencernaan, serta
gangguan kardiovaskuler menyangkut jantung dan darah. Mineral Cr adalah logam berat yang tampak
mengkilap lapisannya berwarna kecoklatan dan sifatnya sedikit magnetik. Mineral Cr ini bersifat
suatu substansi yang dapat melakukan oksidator, mudah rusak oleh pengaruh aktivitas
mikroorganisme, dan Cr mampu melakukan kegiatan reduksi sehingga dapat menguraikan H2O.
Fungsi mineral Cr dalam tubuh manusia sebagai peningkat sensitivitas reseptor insulin serta mampu
melakukan distribusi glukosa sehingga menjadi sumber energi. Sumber – sumber mineral Cr dalam
bahan makanan dapat kita temukan sebagai contoh yaitu pada beras merah, brokoli, gandum, bawah
putih jamur, dan anggur. Kelebihan mineral Cr akan menimbulkan hipoglikemia atau gula rendah
darat yang disertai pula masalah perut ,jika kekurangan dapat menimbulkan salah satu penyebab
diabetes mellitus[2].

5
Kacang hijau memiliki kandungan mineral lainnya seperti salah satunya adalah jenis Mo. Mo
ialah jenis mineral dengan salah satu unsur hara mikro. Sifat yang melekat pada jenis mineral Mo ini
tidak mudah larut dalam asam basa dan mempunyai titik leleh yang sangat tinggi. Fungsi dari mineral
Mo ini membantu cadangan Fe dalam tubuh dan membakar lemak jahat. Sumber mineral Mo ini
paling banyak ditemukan pada sayuran berdaun hijau gelap, kacang polong, dan biji – bijian sereal.
Kelebihan mineral Mo akan mengakibatkan nyeri sandi sedangkan jika berkekurangan akan
menyebabkan malnutrisi salah satu gejalanya adalah disorientasi dan sesak nafas. Mineral pada
kacang hijau salah satunya adalah P, mineral P ini ialah unsur hara makro baik anorganik maupun
organik ketersediaannya sering dijumpai pada tanaman. Sifat dari mineral P ini kelarutannya
ditentukan berdasarkan pada kegiatan reaktivitas di dalamnya, mineral P ini sangat dipengaruhi oleh
kelembapan dan suhu serta tidak beracun. Fungsi mineral P ini dibutuhkan dalam tubuh sebagai
pembentukan DNA dan RNA, meningkatkan fungsi otot dan saraf, serta mempertahankan
keseimbangan asam basa tubuh. Makan – makanan yang mengandung mineral unsur P ini banyak
ditemukan pada buah kering yaitu kismis, produk susu, dan bawang putih[3]. Kelebihan mineral P
akan berakibat kelainan pada tulang namun jika kelebihan akan menyebabkan terjadinya anorexia
atau gangguan kondisi nafsu makan. Kandungan jenis mineral pada kacang hijau terdapatnya Na,
dimana Na ini ialah mineral garam yang mengalami tekanan osmotik sebagai kation dalam jumlah
melimpah dengan menunjukkan konsentrasinya. Sifat atau karakteristik yang melekat pada mineral
Na ini mengapung di permukaan H2O, berwarna putih, mudah bereaksi dengan H2O, dan dapat
terlarut dalam H2O. Fungsi mineral Na pada tubuh manusia untuk pembentukan antioksidan,
mengatur kestabilan cairan tubuh manusia serta melindungi temperatur tubuh manusia dari paparan
sinar cahaya matahari. Sumber Na pada makanan diantaranya keju, daging olahan, bumbu – bumbu
instan dan kecap atau saus. Kelebihan mineral Na akan menyebabkan hipertensi jika kekurangan
mineral Ca akan menimbulkan gangguan pada otot.
Mineral Cl- ini adalah suatu ion yang terbentuk ketika unsur Cl dalam keadaan cair
mendapatkan satu electron untuk membentuk ion negatif menjadi Cl- berikatan secara kovalen dan
telah mengalami proses penurunan H2O. Sifat mineral Cl- ini pengoksidasi kuat, bau khas yang
menyengat, dan mampu membentuk NaCl terlarut dalam jumlah banyak. Fungsi Cl- ini dalam sistem
metabolisme tubuh manusia berguna untuk memeriksa kadar plasma darah tubuh manusia lalu akan
dibandingkan dengan sifat asam basa tubuh dan mengatur fungsi dan kerja otot jantung[2]. Sumber Cl-
pada bahan makanan dapat kita temukan seperti seledri, rumput laut, tomat, dan selada. Kelebihan Cl-
akan berakibat iritasi mata serta kerusakan fungsi hati sedangkan, kekurangan mineral ini akan
muntah – muntah, diare kronis dan keringat berlebihan. Mineral terakhir yang terkandung dalam
kacang hijau ialah Mg. Mg termasuk jenis mineral yang penyebarannya cukup melimpah yang
strukturnya terdiri dari logam ringan, disertai dengan ciri – ciri yang khas pada mineral Mg ini karena
memiliki titik cair yang rendah, terdiri dari oksida dengan sifat basa sederhana, mampu bereaksi
dengan H2O dan O2 atau N2. Fungsi Mg sendiri dalam tubuh manusia berfungsi untuk sirkulasi darah,
mensintesis protein serta turut dalam pemecahan lemak, memerankan proses homeostasis
keseimbangan penyerapan usus dan ekskresi ginjal. Sumber Mg sendiri pada bahan makanan dapat
ditemukan alpukat, pisang,bayam dan ikan salmon yang sangat kaya akan kandungan Mg[3].
Kelebihan Mg pada tubuh akan menyebabkan hipermagnesemia pada penderita gagal ginjal ataupun
gagal fungsi hati jika kekurangan mineral ini kita akan mengalami hipotensin atau tekanan darah
rendah.
Berdasarkan hasil dari praktikum uji mineral yang telah dilakukan menggunakan tiga uji
diantaranya pembuatan abu kacang, pengujian filtrat, dan pengujian endapan oleh praktikan dengan
memanfaatkan reagen seperti HNO3 10%, AgNO3, C2H8N2O4 atau ammonium oksalat, NH4SCN atau
ammonium tiosianat, C6N6FEK3 atau kalium ferosianida. Pengujian pertama dengan uji filtrat dengan
uji Cl- menggunakan reagen HN3 10% ditambahkan AgNO3 ternyata hasilnya positif ini artinya

6
bahwa larutan tersebut mengandung zat mineral. Kemudian, terdapat endapan asam dan mengalami
perubahan warna saat kedua larutan tersebut dicampurkan, endapan yang diperoleh dari campuran
larutan Cl- dengan HN3 10% akibat dari reaksi kedua larutan tersebut sehingga menyebabkan adanya
endapan menunjukkan adanya kandungan Cl atau klor, keasaman yang ditimbulkan akibat dari adanya
kandungan asam dari AgNO3 dengan HNO3 10% yang mengandung asam pula maka adanya
keasaman pada larutan Cl- serta perubahan warna menjadi bening yang terjadi karena adanya
kandungan antara AgNO3 dengan HNO3 10% yang amat sangat kuat mendominasi pada larutan Cl-
tersebut. Diketahui bahwa karakteristik AgNO3 dan HNO3 10% memang reagen yang tidak berwarna
namun bersifat korosif bila mengenai kulit. Pengujian kedua guna mengetahui filtrat larutan SO42-
dengan bantuan reagen HNO3 10% ditambahkan pula AgNO3 hasilnya positif menunjukkan bahwa
adanya kandungan mineral pada larutan SO42- tersebut, setelah dicampurkan dengan reagen HNO3
10% serta AgNO3 diketahui larutan SO42- berubah menjadi sifat asam hal ini dikarenakan campuran
reagen HNO3 dan AgNO3 yang keduanya ialah asam serta ditandai dengan terbentuknya endapan
karena larutan SO42- yang dicampurkan dengan AgNO3 dan HNO3 10% saling bereaksi lalu hal ini
akan menyatakan bahwa larutan SO42- ini mengandung mineral yaitu sulfat atau SO4[3].
Pengujian ketiga ialah pengujian adanya endapan dengan larutan Ca yang diteteskan melalui
dua reagen diantaranya reagen pertama C2H8N2O4 setelah diujikan hasilnya positif hal ini berarti
ditemukannya kandungan mineral pada larutan Ca yang dicampurkan dengan kedua reagen. Jenis
mineral yang terkandung pada uji endapan Ca dengan kedua reagen tersebut akibat dari reaksi
C2H8N2O4 yang diketahui dari Ca + (NH4)2C2O4 akan menjadi CaC2O4 + 2NH4+ selain itu ion Ca juga
memikiki massa kecil sehingga mudah terserap dan melakukan reaksi dari reagen yang diteteskannya,
setelah itu dimana terbentuknya Ca yang disertai dengan adanya endapan putih. Warna putih dari
endapan larutan Ca disebabkan oleh susunan pembentuk Ca itu sendiri berupa garam – garam dengan
bubuk yang berwarna putih namun larutannya tak berwarna karena anion dalam Ca sendiri tak
berwarna[4]. Kekeruhan yang timbul bahan sampel mineral jenis Ca yang susunannya berupa zat
anorganik telah tersuspensi dan kemudian terlarut. Pengujian keempat yaitu pengujian endapan
dengan memperhatikan mineral Fe pada reagen NH4SCN memperoleh hasil positif berarti adanya
kandungan mineral jenis Fe pada larutan akibat proses reaksi tersebut dan mengalami perubahan
warna menjadi merah karena adanya suatu reaksi dari larutan Fe dengan reagen NH4SCN tersebut
yang mampu membentuk ion kompleks melalui reaksi Fe + SCN- akan menjadi [FeSCN]+ sehingga
larutannya akan berwarna merah. Pengujian mineral yang terakhir uji endapan pada Fe dengan
meneteskan reagen C6N6FEK3 kemudian hasilnya positif yang disebabkan oleh reaksi Fe dengan
C6N6FEK3, hal ini menunjukkan bahwa larutan tersebut memiliki kandungan mineral jenis Fe serta
mampu mengubah warna larutan menjadi biru. Perubahan warna ini akibat dari reaksi ion Fe(aq) +
Fe(CN)6  Fe[Fe(CN)6] akan berubah warnanya yakni biru[3].
Praktikum uji mineral ini menggunakan tiga prosedur antara lain pembuatan abu kacang,
pengujian filtrat, sedangkan prosedur yang terakhir menerapkan pengujian endapan. Tentu, pengujian
mineral dengan memaksimalkan senyawa – senyawa anorganik, dimana kita telah tahu sebelumnya
bahwa penyusun mineral berupa senyawa – senyawa anorganik. Beberapa senyawa anorganik dalam
uji mineral ini yaitu NH4OH pekat dan 10%, HCl 10%, CH3COOH 10%, FeSO4 khusus, kristal
NH4Cl, larutan NH4SCN, kristal Na2HPO4, HNO3 10%, AgNO3 2%, BaCl2, C2H8N2O4 1%, kristal
(NH4)2CO3, NH4OH 10%, dan C6N6FEK. Pada pengujian pertama dengan dilakukannya uji filtrat Cl-
dengan meneteskan kedua reagen yaitu senyawa HNO3 serta AgNO3 menghasilkan hasil positif yaitu
mineral Cl. AgNO3 ialah garam yang mampu bereaksi dengan Cl sehingga dapat membentuk endapan
reaksi keduanya sebagai berikut AgNO3+ HCl  AgCl + HNO3, Endapan yang dihasilkan
membuktikan bahwa reaksi antara AgNO3 dengan HCl atau Cl- telah mencapai pada titik
ekuivalennya yang dapat dipisahkan dari kandungan mineral yaitu Cl- dari filtratnya sehingga Cl-
tersebut akan mudah terikat oleh senyawa reaktif lainnya. HNO3 sendiri adalah asam sehingga akan

7
membuat larutan Cl yang telah ditetesi AgNO3 dan telah ditemui adanya endapan akan terlihat sifat
keasamannya. Proses oksidasi yang sangat tinggi terjadi pada senyawa reagen HNO3 pada larutan Cl-,
meskipun begitu dalam senyawa AgNO3 juga mengalami reaksi oksidasi ketika dicampurkan dengan
HNO3 yang sangat tinggi proses oksidasinya sehingga mengalami persaingan oksidasi antara reagen
tersebut, hal ini membuat Cl- menjadi mengalami penurunan bilangan oksidasinya[5]. Sifat reaksi
oksidasi dari AgNO3 dengan HNO3 pada uji Cl- lebih bersifat asam karena senyawa HNO3 memiliki
sifat kimia yang sangat tinggi proses oksidasinya dan termasuk dalam asam kuat.
Uji mineral dalam pengujian uji filtrat selanjutnya pada SO42- dengan senyawa HNO3 10%
dan AgNO3 menghasilkan hasil positif dengan adanya kandungan mineral SO42-. Reaksi garam yang
mampu menghasilkan kandungan mineral yaitu SO42- karena senyawa AgNO3 berada di bawah
kondisi asam dengan reaksi seperti berikut SO42- + 2Ag  AgSO4 dari larutan yang semulanya pekat,
asam – asam dengan sifat non oksidator menguraikan larutan garamnya sehingga menghasilkan suatu
gas dengan reaksi SO32- + 2H+H2SO3, disamping itu HNO3 ialah senyawa yang mudah teroksidasi
level tinggi sehingga akan menentukan konsentrasi dari larutan SO42- dan reaksi garamnya sangat
mudah untuk membentuk garam – garam nitrat serta tergolong elektrolit sendiri. Sifat reaksi antara
HNO3 dengan AgNO3 pada uji SO42- ialah asam karena HNO3 adalah asam kuat yang mudah terlarut.
Pengujian endapan melalui uji Ca dengan reagen C2H8N2O4 hasilnya positif mengandung mineral
yaitu Ca. Reaksi garam pada Ca dengan C2H8N2O4 dengan reaksi seperti berikut 2Ca + O2 2CaO,
Ca membentuk kation Ca+ melalui larutan berair sehingga berdampak pada NaOH dari reaksi NaOH
tersebut berupa bubuk berwarna putih dan membentuk larutan tak berwarna, reaksi oksidasi Ca
dengan C2H8N2O4 dapat membentuk C2H2O4 dengan sifat menyerap air, membentuk endapan, dan
tidak berbau[4]. Melalui oksidasi Ca dengan C2H8N2O4 lebih bereaksi pada keasaman. Sifat reaksi Ca
dengan C2H8N2O4 ini higrokopis akibat senyawa C2H8N2O4 ini dapat menyerap molekul air dengan
baik pada suhu rendah. Pengujian endapan pada Fe dengan NH4SCN memiliki reaksi garam seperti
berikut 6 SCN- + Fe3+ [Fe(SCN)6]3- dimana berupa senyawa kompleks yang kemudian akan
diekstrak melalui suatu pelarut organik. Proses oksidasi Fe dengan NH4SCN akan menjadi
[Fe(SCN)]+ diketahui bahwa NH4SCN adalah asam lemah. Sifat reaksi antara Fe dengan NH4SCN
lebih mudah bereaksi pada kondisi basa karena ion Fe membentuk endapan. Pengujian terakhir Fe
dengan C6N6FEK3 memiliki reaksi garam menjadi K4Fe(CN)6 terdapat kekristalan. Proses oksidasi Fe
dengan C6N6FEK3 menjadi K3[Fe(CN)6] termasuk dalam senyawa koordinasi yang lebih cepat dalam
keadaan asam Sedangkan sifat reaksi Fe dengan senyawa reagen C6N6FEK3 adalah asam karena
penyusun dari senyawa C6N6FEK3 sendiri adalah H2SO4 yang termasuk asam mineral yang tergolong
sangat kuat[6].
Beberapa jenis mineral di dalam sampel abu kacang terdapat banyak sekali mineral, tentu saja
mineral – mineral yang terkandung pada sampel tersebut antaranya P, Ca, S, Cu, Mo, K, Na, Cl- dan
Mg mempunyai karakteristik sendiri baik pada kepadatannya, nomor atom, nomor massa, titik lebur,
titik didih, serta sifat reaksi dan oksidasinya. Kepadatan mineral P ini terlihat transparan dengan
kepadatan mineral P putih sekitar 1.823, sedangkan mineral K merah 2,2 – 2,34, mineral P ungu
yakni sekitar 2,36 dan mineral P hitam 2,69. Nomor atom mineral P ini sendiri 19 serta nomor
massanya 31 dengan titik didih 1.033K titik lebur 336K, mempunyai sifat reaksi apabila terkena
pengaruh O2 maka akan mudah terbakar dengan sendirinya maka dari itu perlu disimpan dalam air
pada laboratorium, selain itu sangat reaktif pada H2O, mudah beroksidasi membentuk tiga ikatan N2
secara kovalen, tak hanya itu mineral P ini juga membentuk dua senyawa halogen diantaranya PX3
serta PX5, membentuk oksidasi seperti berikut P4O6(aq) + 6H2O(l) 4PH3PO3(aq) untuk menghasilkan
asam okso P[6]. Mineral Ca ini kepadatannya 1,55g/ cm3, nomor atomnya 20, nomor massa Ca 40.078
amu titik didih dan titik lebur Ca ini 14840C serta 8400C. Sifat reaksi mineral Ca ini mudah larut
dalam H2O, proses oksidasi mineral Ca akan ditemukan dalam kapur yakni CaCO3. Mineral S ini
memiliki kepadatan pada α sebesar 2,07 g/cm3, β sebesar 1,96 g/cm3, dan γ sebesar 1,92 g/cm3

8
dimana kepadatannya dapat menurunkan kedalaman alur dari perkerasan suatu substansi. Nomor atom
mineral S adalah 16, nomor massanya 32, titik leburnya 115,210C sedangkan titik didihnya 444,60C,
memiliki sifat reaksi pada CS2 dan tak mudah terlarut dalam H2O. Proses oksidasi mineral S ini sangat
cepat terhadap bakteri yang dalam keadaan asam dengan reaksi S+11/2O2+H2O H2SO4[5].
Mineral pada sampel kacang hijau salah satunya adalah mineral Cu yang kepadatannya
sebesar 8,94 g/cm3 pada suhu sekitar 200C sehingga menimbulkan konduktivitas kelistrikan yang
tinggi, nomor atom Cu ini adalah 29 dengan nomor massanya 63,546 atau diatas 64. Titik lebur Cu ini
1.357,77K dan titik didih Cu 717,8K, mineral Cu ini memiliki sifat reaksinya sangat tahan terhadap
korosi sehingga dapat membentuk senyawa Cu(OH)2CO3, mineral Cu ini dapat bereaksi dengan O2
dan membentuk CuO warna hitam sedangkan warna merah (Cu2O). Selain itu, Cu dapat membentuk
reaksi dengan ion kompleks CuCl-(aq) dengan reaksi seperti berikut Cu(s)+H2SO(l) CuSO(aq)+
2H2O(l)+ SO2(g). Oksidasi mineral Cu ini akan terjadi jika Cu dibiarkan pada udara yang lembab
dengan suhu tanpa CO2. Mineral Mo ini memiliki kepadatan 10,28 g/cm3, kepadatan Mo ini akan
dimanfaatkan untuk pengaktifan pengerasan baja dengan nomor atom 42 dan nomor massanya 95,94µ
titik leburnya 2.6100C serta titik didihnya 4.8250C. Sifat Mo ini mampu melakukan reaksi dengan
H2O dan O2. Pada suhu tinggi akan membentuk reaksi seperti berikut 2Mo(s)+ 3O2(g) 2MoO3(s).
Sedangkan proses oksidasi Cu ini dapat terjadi pada unsur S, dimana komponen dari sebuah protein.
Mineral K kepadatannya sebesar 0,862 g/cm3, kepadatan mineral K ini salah satunya dapat digunakan
sebagai obat diuretik dengan nomor atom K sebesar 19 serta nomor massanya 39. Titik lebur dan titik
didih Cu ini 336,8K dan 1.033K. Sifat reaksi mineral K ini sangat peka dank eras terhadap H 2O, jika
dalam mengapung pada air maka tidak akan reaktif. Oksidasi dari mineral K ini mampu membentuk
lapisan oksida kusam[6].
Mineral Na merupakan salah satu mineral logam alkali dengan penggolongan pertama,
mineral ini memiliki kepadatan ialah sebesar 0,968 g/cm3 untuk membuat larutan isotonik dengan
nomor atom 11 dan nomor massanya 22,989769µ. Mineral Na memiliki titik didih 8830C dengan titik
leburnya 97,720C. Sifat reaksi Na ini sangat cepat pada H2O, salju, dan es sehingga membentuk
NaOH dan unsur H, dalam keadaan asam Na akan bereaksi dengan unsur H lalu akan terjadinya
senyawa NaH. Oksidasi senyawa Na= Na++e artinya melepaskan satu elektron maka menghasilkan
NaCl. Mineral Cl- kepadatannya ialah 3,2 g/L sebagai proses desinfeksi yang disebut dengan
desinfektan. Nomor atom Cl- ini 17 bernomor massa 37 dengan titik didih yaitu -34,60C serta titik
leburnya -1010CC. Sifat reaksi Cl- ini sangat kuat terhadap keasaman akan menimbulkan reaksi seperti
berikut 4HCl(ag)+MnO2 Cl2(g)+ MnCl2(ag)+ 2H2O(l) namun pada suhu -340C Cl- ini akan menjadi cair
apabila dengan suhu -1030C akan menjadi kristal dan berwarna kekuning – kuningan[6]. Cl- ini dapat
melakukan aktivitas oksidasi dalam keadaan asam daripada basa membentuk HOCl dan ion OCl-.
Mineral pada sampel kacang yang terakhir ialah Mg, dengan kepadatannya sebesar 1,738 g/cm3
sebagai konstruksi bahan pesawat terbang serta pembuatan rudal dengan nomor atom 12 dan nomor
massa 254,305µ serta titik didihnya sebesar 1.0910C titik leburnya ialah 6500C. Sifat reaksi Mg
sendiri terjadi pada hampir setiap asam sebagai berikut Mg(s)+H2SO4(aq) Mg2(aq)+SO42-(aq)+ H2(g),
kereaktifan paling kuat terletak jika bersama dengan H2O sehingga akan menghasilkan suatu senyawa
yakni Mg(OH)2, sedangkan pada O2 atau N2 adalah seperti berikut 2Mg(s)+O2(g)2MgO9(s) dan sangat
mudah terbakar. Proses oksidasi Mg dapat terjadi dalam suasana basa lemah akan menghasilkan suatu
senyawa yaitu Mg(OH)2 sehingga mineral Mg mudah melakukan oksidasi dalam suasana basa
dibandingkan dengan suasana asam[6].

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum uji mineral yang telah dilakukan praktikan memperoleh kesimpulan
bahwa praktikan telah mengetahui dan menguasai cara menyiapkan sampel yakni abu kacang untuk
dilakukan uji mineral selain itu praktikan dapat melakukan pengujian kandungan mineral pada sampel

9
abu kacang. Kandungan mineral pada abu kacang ini diantaranya K, Ca, S, Cu, Cr, Mo, P, Na, Cl -,
dan Mg dengan diujikan menggunakan beberapa reagen HNO3, AgNO3, C2H8N2O4, NH4SCN, serta
C6N6FEK3 dengan menguji filtrat dan endapannya. Beberapa kandungan mineral dalam abu kacang
yang diujikan antara lain Cl-, SO4, Ca, dan Fe. Cl- suatu jenis mineral dengan pengoksidasi kuat
terhadap H2O yang apabila direaksikan dengan reagen HNO3 serta AgNO3 terdapat endapan maka
mengandung mineral Cl atau klor, proses oksidasi Cl- ini akan menjadi H2S + 4Cl2+ 4H2O H2SO4+
8HCl. Mineral jenis SO4 dengan sifat yang melekat tidak mampu larut dalam H2O namun terlarut
pada CS2, jika direaksikan dengan reagen HNO3 dan AgNO3 ditemukannya adanya endapan ini berarti
bahwa terdapat kandungan mineral SO4 atau sulfat. Oksidasi dari SO4 membentuk SO3+H2O
H2SO4. Mineral Ca bereaktif dan menjadi lunak terhadap logam. Ca ini diujikan pada reagen
C2H8N2O4 terdapat endapan yang berarti mengandung mineral Ca. Oksidasi dari Ca Ca2+2e-.
Mineral yang terakhir ialah Fe. Sifat khusus Fe mampu bereaksi dengan O2 sehingga menghasilkan
Fe2O3, setelah dicampurkan reagen NH4SCN berwarna merah dapat membentuk [FeSCN]+.
Sedangkan Fe diteteskan reagen C6N6FEK3 berubah menjadi warna biru akibat reaksi keduanya
hingga membentuk ion kompleks Fe[Fe(CN)6]itulah timbulnya warna biru. Fe mudah teroksidasi
4Fe+3O22Fe2O3.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Nurhalimah,dkk.2012.Kandungan Gizi dan Daya Terima Makanan Tambahan Ibu Hamil
Trisemester Pertama. Food Science and Culinary Education Journal, Vol. 01,No. 01,Hal. 19 –
24. Universitas Negeri Semarang. Semarang
[2] Tansil,Yunarta, Y. Berlina, dan Widjaja, T.2016. Produksi Garam Farmasi dari Garam Rakyat.
Jurnal Teknik Institut Teknologi Sepuluh November, Vol. 05,No. 02, Hal. 80 – 83. Institut
Teknologi Sepuluh November. Surabaya
[3] Sada,N.A, N. Rahman, dan Supriadi. 2014. Analisis Kadar Mineral Natrium dan Kalium Pada
Daging Buah Nanas (Ananas comosus(L)Merr) di Kota Palu, Jurnal Akademika Kim,Vol. 03,
No. 02, Hal. 317 – 321. Universitas Tadulako. Sulawesi Tengah
[4] Budiasih, Kun Sri, 2009. Studi Bioanorganik: Mineral Runutan Dalam Metabolisme Tubuh.
Jurnal Studi Bioanorganik, Vol. 01, No. 01, Hal. 144 – 148. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta
[5] Adventini,Natalia. Muhayatun, Setyowati, E.Y. 2010. Penentuan Kandungan Mineral Mikro Fe
Dalam Daging dan Hati Sapi. Jurnal Prosiding Seminar Nasional, Vol. 01,No. 01, Hal. 242 –
246. Universitas Padjajaran. Bandung
[6] Rosyidi, Muhammad Burhan. 2010. Pengaruh Breakpoint Chlorination (BPC) Terhadap Jumlah
Bakteri Kloroform dari Limbah Cair Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo. Jurnal Institut
Teknologi Sepuluh November, Vol. 01, No. 01, Hal. 01 – 15. Institut Teknologi Sepuluh
November. Surabaya

10
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM UJI MINERAL

Christantya Vita Rena Nugroho 472018010

11

You might also like