Mitos Di Era Modern: Research Article

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 4 (1), 2017

Available online at SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal Website:


http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/SOSIO-FITK
SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 4 (1), 2017, 25-35

RESEARCH ARTICLE

MITOS DI ERA MODERN


Syaripulloh
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
E-mail : syaripulloh@uinjkt.ac.id

Naskah diterima : 17 April 2017, direvisi : 11 Mei 2017, disetujui : 27 Juni 2017

Abstract
The purpose of this study, is to reveal the perception of pilgrims to the tomb of Shekh Syarif Hidayatullah (Sunan
Gunung Jati) in Cirebon. Through the perception of the pilgrims are expected to be known the myth of Shekh Syarif
Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) that developed in the midst of modern society. This paper also aims to reveal the
reasons and motivation of the community in a pilgrimage to the Tomb of Shekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung
Jati). This research uses qualitative research method. The results showed that the reason of the pilgrim community to the
tomb of Shekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) because the big name Syekh Syarif Hidayatullah in spreading
Islam in the area of West Java. Motivation of pilgrims in the tomb of Shekh Syarif Hidayatullah is distinguished in
several groups. First, pilgrimage with the intention of just pilgrimage. Secondly, pilgrimage for wanting to gain blessings.
Third, make a pilgrimage because want to get ease in obtaining rizki. Fourth, pilgrimage for wanting to get easiness in
obtaining matchmaking. Fifth, make pilgrimage to get job and position.
Keywords: pilgrimage, pilgrimage motivation, and myth.

Abstrak
Tujuan penelitian ini, adalah mengungkapkan persepsi peziarah terhadap makam Syekh Syarif
Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) di Cirebon. Melalui persepsi peziarah tersebut diharapkan dapat
diketahui mitos tentang Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yang berkembang di tengah
masyarakat modern. Tulisan ini juga bertujuan untuk mengungkap alasan dan motivasi masyarakat
dalam berziarah ke Makam Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan masyarakat berziarah ke makam
Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) karena nama besar Syekh Syarif Hidayatullah dalam
menyebarkan Agama Islam di wilayah Jawa Barat. Motivasi peziarah di makam Syekh Syarif Hidayatullah
dibedakan dalam beberapa kelompok. Pertama, berziarah dengan niat hanya berziarah. Kedua, berziarah
karena ingin memperoleh keberkahan. Ketiga, berziarah karena ingin mendapatkan kemudahan dalam
memperoleh rizki. Keempat, berziarah karena ingin memperoleh kemudahan dalam memperoleh Jodoh.
Kelima, berziarah karena ingin memperoleh pangkat dan jabatan.
Kata kunci: ziarah, motivasi berziarah, dan mitos.

Pengutipan: Syaripulloh. (2017). Mitos di Era Modern. SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education
Journal, 4(1), 2017, 25-35. doi:10.15408/sd.v4i1.5924.
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15408/sd.v4i1.5924

Copyright © 2017, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 4 (1), 2017

A. Pendahuluan asali makhluk-makhluk.


Masyarakat Barat kini telah memasuki fase post- Kepercayaan masyarakat terhadap mitos
modern dan sangat mengagungkan rasionalitas di dibuktikan dengan aplikasinya terhadap kehidupan.
atas segalanya. Tapi pada kenyataannya masyarakat Mitos bukan hanya dikisahkan, tetapi dihayati secara
Barat masih mempercayai hal yang supernatural. turun temurun. Mitos yang menceritakan kejadian
Terbukti dengan maraknya film bergenre horror khusus mempengaruhi kesadaran masyarakat.
yang diproduksi oleh Barat, dan ternyata masyarakat Mitos menjadi teladan yang baku dan harus diikuti.
masih gemar menonton film horor yang membawa Masyarakat tidak berani keluar dari mitos tersebut
unsur-unsur mistik. Kondisi ini berdampak pada karena mitos dinilai sebagai kebenaran yang dapat
keuntungan industri film horor di seluruh dunia, merubah kehidupan manusia.
termasuk industri film Hollywood. Pada dasarnya ajaran agama murni melakukan
Pada dasarnya manusia modern bertindak demitologi, namun dalam prosesnya terdapat
sesuai gaya hidup universal. Mereka bertindak kekecualian pada proses beragama di Indonesia,
sesuai perhitungan pragmatis dan rasional dengan khususnya Jawa. Penyebaran Islam yang dilakukan
memperhitungkan untung rugi tindakan yang oleh para wali di pulau Jawa dilakukan dengan
diambilnya dan bukan berdasarkan rasa takut akan pendekatan budaya. Melalui upaya tersebut, Islam
karma atau hanya karena mengikuti tradisi dan diterima masyarakat tetapi di sisi lain Islam yang
kebiasaan yang ada. Kejadian pada masyarakat berkembang adalah Islam yang mempunyai rasa
dunia ini menjadi cermin bahwa modernisasi tidak tradisi setempat dan jauh dari doktrin murni.
melulu melahirkan pola pikir rasional. Keadaan ini Para wali yang seringkali disebut sunan
terjadi di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. merupakan penyebar ajaran Islam di pulau Jawa.
Di saat masyarakat mulai memasuki fase modern, Istilah “Wali” berasal dari bahasa Arab yang berarti
kepercayaan terhadap hal gaib tidaklah berkurang. orang suci. Sedangkan gelar “Sunan” adalah bahasa
Hal ini dapat dilihat dari maraknya aktivitas Jawa yang berasal dari kata suhun yang berarti
perdukunan di tengah masyarakat. Dukun atau “menghormati”, dan dalam bentuk pasif disebut
penasehat spiritual ramai didatangi oleh mereka dihormati.2 Wali yang menyebarkan ajaran Islam
yang masih berpikir bahwa jalan gaib akan dapat tersebar dari Jawa bagian Barat hingga Timur.
memuluskannya untuk mencapai keberhasilan dalam Masing-masing wali yang berjumlah sembilan
memenangkan persaingan. Kondisi tersebut juga menjadi simbol bagi daerahnya dalam berdakwah.
diperkuat dengan masih kuatnya kepercayaan akan Mereka mendirikan pesantren sebagai tempat belajar
hal-hal gaib yang berkembang di tengah masyarakat. bagi mereka yang ingin belajar agama Islam. Selain
Kepercayaan masyarakat Indonesia kepada hal dikenal sebagai pemimpin agama yang merupakan
yang gaib tampak pada kuatnya pengaruh agama manusia pilihan Tuhan, para wali mempunyai
dalam berbagai sendi kehidupan. Mereka juga kelebihan di banding mansuia kebanyakan. Mereka
masih mempercayai mitos yang berkembang secara memiliki keahlian mengobati orang sakit dan
turun temurun dan terus dipelihara sebagai bentuk kemampuan lainnya. Hal ini diceritakan dalam
penghormatan kepada leluhur atau para wali Allah. berbagai Babad dan hikayat karena historiografi
Menurut Malinowski dalam buku Sex, Culture, Jawa mengasumsikan bahwa seluruh peristiwa
and Myth, mitos adalah cerita sejati mengenai mempunyai sebab-sebab mistis dan keagamaan.3
kejadian-kejadian yang bisa dirasa telah turut Dalam Babad Tanah Jawi nuansa mistik sangat
membentuk dunia dan hakekat tindakan moral, terasa. Seperti halnya pemaparan kehidupan seorang
serta menenentukan hubungan ritual antara manusia wali yang berasal dari Cirebon, Sunan Gunung Jati
dengan penciptanya, atau dengan kuasa-kuasa yang atau Syekh Syarif Hidayatullah. Syarif Hidayatullah
ada.1 Mitos adalah kejadian yang menyebabkan adalah pemimpin spiritual, sufi, mubaligh, dan da’i,
manusia dipengaruhi dan menjadi sebagaimana ia serta sultan pertama Cirebon. Nenek moyangnya
ada sekarang ini. Dengan menghayati mitos lewat adalah seorang yang terhormat. Dia keturunan
upacara ritual, seorang religius bisa meniru dan ulama Mesir yang merupakan keturunan langsung
menghasilkan kembali makhluk-makhluk ilahi 2 M. C Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern: 1200-2008,
dengan berpartisipasi secara simbolis dalam keadaan (Jakarta: Serambi, 2008), Hal. 17-18.
3 Mark R. Woodward. 1999. Islam Jawa: Kesalehan
1 Dhavamony, Fenomenologi, Hal. 150. Normatif versus Kebatinan. Yogyakarta: LkiS. Hal. 51.

26 Copyright © 2017, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 4 (1), 2017

Nabi Muhammad. Bahkan konon diceritakan carilah dan bergurulah kepada Muhammad”7 Hal
bahwa kelahirannya telah diramalkan, dan pada saat inilah yang menyebabkannya ingin berguru langsung
pernikahan kedua orang tuanya konon disaksikan kepada Nabi Muhammad, sebuah pengalaman yang
keempat imam besar yaitu Maliki, Hambali, Syafii, mustahil dilakukan.
dan Hanafi.4 Dari pihak ibu, dia juga merupakan Untuk bertemu Nabi Muhammad Syarif
keturunan Raja Pajajaran. Karena itu pesona menunggangi kuda yang dapat terbang, melakukan
kharismatiknya menjadi sangat tinggi di kalangan mi’raj sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad.
ummat Islam saat itu, bahkan sampai kini. Ia bertemu dengan para Nabi seperti Nabi Adam,
Syarif Hidayatullah mempunyai uwa Ilyas, Khidir, Musa, dan Isa. Puncak kehebatannya
bernama Walasungsang (Somadulloh, selanjutnya adalah ia mendapatkan pengajaran langsung dari
sering disebut juga dengan panggilan Pangeran Nabi Muhammad.8 Syarif Hidayatullah mengalami
Cakrabuana) dan ibu bernama Rara Santang yang pengalaman mistis hingga saat berada di Jawa. Di
merupakan keturunan Pajajaran. Walasungsang Jawa Syarif Hidayatullah mendirikan pesantren
dan Rara Santang merupakan anak Raja Pajajaran dan mensyiarkan agama Islam dengan pendekatan
yang memilih meninggalkan kerajaan untuk belajar kebudayaan. Hal inilah yang menjadikan masyarakat
agama Islam. Walasungsang dan Rara Santang mudah menerima dakwahnya dan ajaran agama
kemudian berguru pada Syekh Nurjati atau Syekh Islam semakin berkembang.
Datuk Kahfi di Gunung Jati.5 Syekh Nurjati dikenal Keahlian beliau dalam hal mistik salah satunya
sebagai perintis dakwah Islam di wilayah Cirebon.6 juga ditunjukkan setelah berhasil memotong rambut
Syekh Nurjati banyak mengajarkan ibu dan uwa Magelung (seorang pangeran dari Syam) yang sangat
Syarif Hidayatullah tentang pelajaran agama. Syekh panjang dengan menggunakan jari.
Nurjati juga adalah orang yang memerintahkan uwa
Beliau seringkali berdiskusi dengan para
dan ibu Syarif Hidayatullah (saat itu Rara Santang
wali lainnya dan menjadi penggagas keberadaan/
belum menikah) pergi ke Mekah untuk menunaikan
berdirinya mesjid agung Demak serta menjadi guru
ibadah haji.
dari wali lain yaitu Sunan Kalijaga. Pengaruhnya
Walasungsang dan Rara Santang akhirnya ke yang sangat besar terhadap penyebaran agama Islam
Mekkah dan menjalankan ibadah haji. Peristiwa ini di tanah Jawa membuat pesonanya hadir hingga
yang menyebabkan Rara Santang menikah dengan sekarang. Komplek pemakamannya selalu ramai
raja Mesir, Sultan Syarif Abdullah yang merupakan oleh para peziarah yang memiki maksud bermacam-
keturunan langsung Nabi Muhammad. Rara Santang macam, diantaranya adalah meminta keberkahan.
kemudian berubah nama menjadi Syarifah Mudaim.
Nuansa mitos sangat terasa di komplek
Sebelum menikah Rara Santang sempat meminta
pemakamannya, di samping sisi kharisma kewalian
agar jika kelak anak yang dilahirkannya laki-laki, dia
dan keturunan yang dimilikinya. Hal ini diperkuat
ingin anaknya kembali ke tanah Jawa untuk menjadi
dengan berbagai ritual yang dilakukan peziarah untuk
penyebar agama Islam. Keinginan Rara Santang
meminta keberkahan. Para peziarah berasal bukan
terpenuhi dan akhirnya Syarif Hidayatullah kembali
hanya dari Cirebon, namun berasal dari luar pulau
ke tanah Jawa.
Jawa bahkan peziarah dari Negeri Cina. Peziarah
Sebelum kembali ke tanah Jawa, beliau dari atau keturunan Tionghoa juga bukan hanya
banyak mengalami peristiwa ajaib dalam hidupnya. beragama Islam, namun beragama Konghucu dan
Dalam Babad Cirebon Naskah Klayan, disebutkan Kristen. Para peziarah Tionghoa yang berkunjung
bahwa beliau pernah bermimpi melihat cahaya ke komplek pemakaman terpikat dengan pesona
yang mengeluarkan suara: “Hai Syarif Hidayat, makam putri Ongtien dan para prajuritnya.
dengarkanlah petunjukku, jika engkau ingin menjadi
Kehidupan manusia modern dicirikan oleh
manusia sehingga dapat mengimbangi kerabat nabi,
ketidakpercayaan akan mitos-mitos. Individu yang
4 Ridin Sofwan, dkk. 2000. Islamisasi di Jawa: Walisongo, termodernisasi diasumsikan oleh adanya hubungan
Penyebar Islam di Jawa, Menurut Penuturan Babad. Yogyakarta: dan pengaruh orang kebanyakan.9 Namun di lain
Pustaka Pelajar. Hal. 191.
pihak, pada kasus ini, peziarah makam seringkali
5 P. S. Sulendraningrat, (tanpa tahun dan penerbit)
Hal. 11 masih melakukan ritual tertentu di area pemakaman.
6 Bambang Irianto. 2009. Syekh Nurjati: Syekh Datul 7 Ridin Sofwan dkk, Islamisasi, Hal. 179.
Kahfi Perintis Dakwah dan Pendidikan. Cirebon: Zulfana Cirebon. 8 Ridin Sofwan, Islamisasi, Hal. 191.
Hal. 11. 9 Lucy, Hal. 387

Copyright © 2017, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 27


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 4 (1), 2017

Peziarah makam memiliki kecenderungan Berdasarkan uraian tersebut di atas,


melakukan apa yang dikatakan orang terdahulu permasalahan yang diangkat pada penelitian ini
atas segala sesuatu yang berkembang dari budaya adalah tentang persepsi peziarah terhadap makam
yang melingkupinya. Kesemuanya merupakan Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) di
tingkah laku budaya dari masa lalu. Apa-apa yang Cirebon, Jawa Barat. Secara khusus pada penelitian
dilaksanakan berdasarkan dari masa lalu itulah ini dibahas permasalahan berkenaan dengan alasan
yang disebut mitos. Walaupun di lain pihak, hal itu dipilihnya makam Syekh Syarif Hidaytullah untuk
dinyatakan sebagai sesuatu yang mentradisi, tetapi diziarahi dan motivasi peziarah untuk berziarah ke
dari tindakan tradisi yang terus berlangsung tersebut makam Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung
nyata terlihat di dalamnya sebagai tindakan yang Jati).
terpola sebagai pengulangan. Tujuan dari penelitian ini, adalah
Dengan berlangsungnya modernisasi, agama mengungkapkan persepsi peziarah terhadap makam
dalam masyarakat di mana proses modernisasai Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
itu berlangsung, juga mengalami perubahan. di Cirebon. Melalui persepsi peziarah tersebut
Tradisi dan modernitas tidak dapat dilihat secara diharapkan dapat diketahui mitos tentang Syekh
dikotomis.10 Tradisi bukanlah monopoli kaum Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati yang
terpelajar, sementara orang awam selalu dalam posisi berkembang di tengah masyarakat modern). Selain
pasif dan semata-mata tunduk kepada inisiatif itu, tulisan ini juga bertujuan untuk mengungkap
para pemikir. Menurut Malinowski dalam buku alasan dan motivasi peziarah berziarah ke Makam
Myth in Primitive Psychology, Fungsi utama mitos bagi Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
masyarakat adalah mengungkapkan, menangkap,
dan merumuskan kepercayaan, melindungi dan
B. Landasan teori
memperkuat moralitas, menjamin efisiensi dari ritus,
serta memberi peraturan-peraturan praktis untuk Berkenaan dengan Tujuan dari ziarah ke makam
menuntun manusia.11 para wali, hasil penelitian Mumfangati menunjukkan
bahwa, Masyarakat lalu mengaitkan antara harta,
Pada kenyataannya doktrin Islam murni
derajat, dan pangkat, serta beranggapan bahwa
ideal sulit ditemukan pada masyarakat Jawa. Di
setiap orang akan dihormati dan dihargai apabila
luar ibadah formal (mahdhah), banyak pengikut
melakukan ziarah ke makam Sunan Drajat. Karena
yang tetap tahlilan, slametan sepasaran bayi dan
itu banyak orang yang berziarah ke makam Sunan
kematian.12 Menurut doktrin Islam murni tarjih,
Drajat dengan maksud agar keinginannya tercapai.
setan, jin, roh halus, benda keramat, wali atau syekh,
Dengan melakukan tata cara seperti umumnya
bukan penentu nasib, tapi Tuhan Allah sendiri.
orang berziarah, berdzikir serta mendoakan arwah
Uraian tersebut menunjukkan modernitas tidak yang dimakamkan di situ, dan sebagai imbalan
sekaligus merubah pola pikir dan kepercayaan yang adalah dikabulkannya hajat peziarah oleh Yang
telah tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Maha Kuasa.13
secara turun temurun. Keberadaan Mitos dan
Secara umum motivasi berziarah dapat
berbagai bentuk pensakralan tetap berkembang
digolongkan dalam empat hal meliputi (1) taktyarasa,
di tengah masyarakat modern. Pada masyarakat
yaitu berziarah dengan tujuan memperoleh
Indonesia, khususnya Jawa, selain percaya akan
berkah dan keteguhan hidup (ngalap berkah); (2)
Tuhan sebagai penentu nasib juga mereka percaya
gorowasi, yaitu berziarah ke makam legendaris
akan adanya kekuatan lain, terutama ruh orang suci
untuk memperoleh kekuatan, popularitas, stabilitas
seperti wali dan Sunan yang dapat membantu dalam
pribadi, serta umur panjang, mencari ketenangan
pencapaian tujuan. Mereka percaya bahwa jika
batin; (3) widiginong, yaitu berziarah dengan tujuan
beribadah dan berdoa di atas pusara para wali dan
mencari kekayaan dunia maupun jabatan duniawi
orang suci lainnya, apa yang menjadi hajat hidupnya
atau mencari rejeki; dan (4) samaptadanu, yaitu upaya
akan segera dikabulkan Tuhan.
mencari kebahagiaan anak cucu agar selamat atau
untuk mencari keselamatan.14
10 Bambang Pranowo. 1998. Islam Faktual: Antara
Tradisi dan Relasi Kuasa. Yogyakarta: Adikarya Cita. Hal. 5 13 Abdul Munir Mulkan. 2000. Islam Murni: dalam
11 Dhavamony, Fenomenologi, Hal. 150-151. Masyarakat Petani. Yogyakarta: Bentang Budaya, hal. 155
12 Abdul Munir Mulkan. 2000. Islam Murni: dalam 14 Ariyani, Christriyati. 2002. Motivasi Peziarah di
Masyarakat Petani. Yogyakarta: Bentang Budaya. Hal. 268. Makam Panembahan Bodo Desa Wijirejo, Pandak, Kabupaten Bantul.

28 Copyright © 2017, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 4 (1), 2017

Salah satu motivasi yang muncul di tengah seperti ingin naik pangkat atau memperoleh jabatan
masyarakat ketika melakukan ziarah, adalah kegiatan (bagi yang belum memiliki), ingin kaya, mempunyai
ziarah merupakan perwujudan rasa hormat kepada wibawa dan sebagainya. Upaya tersebut merupakan
pemimpin, karena biasanya makam yang didatangi bentuk dari tindakan sosial.
para peziarah adalah makam tokoh atau pimpinan Menurut Weber, dunia terwujud karena
yang berhasil dalam memimpin ummatnya. tindakan sosial. Manusia melakukan sesuatu karena
Demikian pula halnya dengan sosok Sunan Gunung mereka memutuskan untuk melakukannya dan
Jati, salah satu daya tarik orang berziarah ke makam ditujukan untuk mencapai apa yang mereka inginkan
Sunan Gunung Jati adalah karena kepemimpinannya. atau kehendaki. Menurut Weber, Tindakan dalam
Menurut ajaran Asta Brata dalam Kakawin pegertian orientasi perilaku yang dapat dipahami
Ramayana, kepemimpinan yang berhasil adalah secara subjektif hanya hadir sebagai perilaku
pemimpin yang memenuhi syarat-syarat sebagai seorang atau beberapa orang manusia individual.
berikut:15 Berkenaan dengan bentuknya, tindakan sosial dapat
1. Indra-Brata, yang memberi kesenangan dikelompokkan menjadi (1) Tindakan Rasional
dalam Jasmani Sarana-Tujuan/Instrumental (berorientasi pada
2. Yama-Brata, yang merujuk pada keahlian dan tujuan), (2) Tindakan Rasional Nilai (berorientasi
kepastian hukum pada nilai), (3) Tindakan Afektif, (4) Tindakan
3. Surya-Brata, yang menggerakkan bawahan Tradisional.16
dengan mengajak mereka untuk bekerja
Berkenaan pembagian tindakan sosial tersebut,
persuasif.
budaya ziarah yang berkembang di tengah masyarakat
4. Caci-Brata, menunjuk pada suatu sikap untuk
merupakan bentuk Tindakan Rasional Nilai karena
tidak mencela.
ziarah merupakan aktifitas yang ditentukan oleh
5. Bayu-Grata, yang menunjukkan keteguhan
keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku-
pendidikan dan rasa tidak segan-segan untuk
perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku
turut merasakan kesuksesan, kesukaran-
lain, yang terlepas dari prospek keberhasilannya.
kesukaran dari penganutnya.
Selain itu, ziarah juga dapat dikelompokkan pada
6. Dhana-Brata, menunjuk pada suatu sikat
bentuk tindakan tradisional karena budaya ziarah
yang perlu dihormati
merupakan bentuk kegiatan masyarakat yang
7. Pasca-Brata, yang menunjukkan kelebihan di
dilakukan secara turun temurun dan diwariskan dari
dalam Ilmu Pengetahuan, kepandaian, dan
generasi ke generasi. Sehingga, walau mereka sudah
pengetahuan
berada pada kelompok masyarakat modern yang
8. Agni – Barata, yaitu sifat mwmberikan
lebih mengedepankan rasionalitas, namun kebiasaan
semangat kepada anak buah.
yang sudah berlangsung secara turun temurun
tersebut tetap dilanjutkan.
Berkenaan dengan kepemimpinan, Ki Hajar
Dewantara mengutip model kepemimpinan pada
C. Metode Penelitian
masyarakat Jawa, di mana seorang pemimpin harus
memiliki sifat: (1) Ing asung Tuladan (di depan memberi Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai
teladan); (2) Ing Madya mangun karsa (di tengah dengan Oktober 2015. Meski sesungguhnya pra
membangun semangat); (3) Tut wuri Handayani (di penelitian sudah dilakukan beberapa bulan sebelum
belakang memberi semangat). bulan Juli dan pengolahan dan penyusunan data
dilakukan pada bulan Oktober 2015. Penelitian
Pada masyarakat Indonesia, khususnya Jawa,
ini dilaksanakan di komplek pemakaman Sunan
Ziarah merupakan bagian dalam kehidupan manusia.
Gunung Jati Cirebon.
Berbagai makam para tokoh yang berkaitan dengan
penyebaran agama Islam diziarahi. Seperti diuraikan Peneleitian ini merupakan penelitian deskriptif
di bagian terdahulu, selain motivasi keagamaan analisis dengan pendekatan kualitatif, dilaksanakan
dalam berziarah juga muncul motivasi keduniawian, di komplek Makam Syekh Syarif Hidayatullah
16 Tisna Rahardi Issa. 2013. Ziarah Makam Wali
Dalam Patra-Widya. Vol. 3 No. 1, Maret 2002.hal. 155. (Studi Deskriptif Tindakan Sosial Masyarakat Muslim yang Berziarah
15 Soerjono Soekanto. 2012. Pengantar Sosiologi. Jakarta: ke Makam Sunan Ampel. Media Komunitas Vol 2 No. 2 Tahun
Rajawali press. Hal. 267-268. Brata sendiri bisa diterjemahkan 2013. http://journal.unair.ac.id/ filerPDF/abstrak_5943135_
sebagai tindakan pengendalian diri (tambahan). tpjua.pdf (diunduh 12/11/2015)

Copyright © 2017, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 29


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 4 (1), 2017

(Sunan Gunung Jati) di Cirebon Jawa Barat. benda tersebut dibawa oleh istri Sunan Gunung Jati,
Penggunaan pendekatan kualitatif pada Nyi Mas Ratu Rara Sumandeng dari Cina sekitar abad
penelitian ini karena Metode kualitatif cocok ke-13 M. Sedangkan arsitektur Timur Tengah terletak
digunakan untuk mengembangkan teori yang pada hiasan kaligrafi yang terukir indah pada dinding
dibangun melalui data yang diperoleh di lapangan. dan bangunan makam itu.
Dengan metode ini, dapat dilakukan penjelajahan, Pada bangunan makam terdapat sembilan
selanjutnya dengan menggunakan data yang pintu makam yang tersusun bertingkat. Setiap pintu
mendalam sehingga dapat ditemukan hipotesis yang mempunyai nama sendiri, yaitu: pintu gapura, pintu
berupa hubungan antar gejala. Selanjutnya hipótesis krapyak, pintu pasujudan, pintu ratnakomala, pintu
tersebut diverifikasi dengan pengumpulan data yang jinem, pintu rararoga, pintu kaca, pintu bacem,
lebih mendalam. Bila hipotesis terbukti, maka akan dan pintu kesembilan bernama pintu teratai. Dari
menjadi tesis atau teori.17 ke-sembilan pintu, peziarah hanya diperkenankan
Pengumpulan data dilakukan dengan masuk sampai pintu ke lima karena pintu ke enam
menggunakan Metode Observasi, Wawancara, sampai pintu ke sembilan hanya diperuntukkan bagi
dan Metode Dokumenter. Metode Observasi keturunan Sunan Gunung Jati. Bagian lainnya yang
atau pengamatan langsung di lapangan digunakan menjadi pelengkap atau yang dibangun di kompleks
peneliti untuk melihat secara real gejala yang terjadi makam Sunan Gunung Jati, adalah Ruangan
di lokasi penelitian. Metode Wawancara dilakukan Balaimangu Majapahit dan Balaimangun Pajajaran.
untuk mengetahui lebih mendalam obyek yang Ruangan-ruangan tersebut merupakan hadiah dari
diteliti.18 Wawancara yang dilakukan pada penelitian Kerajaan Majapahit dan Pajajaran. Balaimangu
ini merupakan wawancara dialogis dengan pedoman Majapahit merupakan hadiah dari Kerajaan
wawancara (daftar pertanyaan) sebagai acuan. Majapahit saat beliau (Sunan Gunung Jati) menikah
Tujuannya agar peneliti memperoleh data secara dengan Nyi Tepasari, putri Ki Ageng Tepasan yang
mendalam. Pada penelitian ini juga data diperoleh merupakan salah seorang pembesar Majapahit.
melalui studi dokumenter atas berbagai dokumen Sedangkan, Balaimangu Pajajaran merupakan
yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. bangunan yang dibuat oleh Prabu Siliwangi untuk
dihadiahkan kepada Syarif Hidayatullah sewaktu ia
dinobatkan sebagai Sultan Kesultanan Pakungwati
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan (kesultanan yang merupakan cikal bakal berdirinya
Komplek makam Sunan Gunung Jati berlokasi Kesultanan Cirebon)19.
di Desa Astana, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Uraian tersebut menunjukkan bahwa
Cirebon, Propinsi Jawa Barat, Indonesia. Komplek kedudukan Syarif Hidayatullah sangat tinggi dan
makam ini terdiri dari sembilan tingkat yang bernama dihormati di tengah masyarakat. Hal ini tampak
Wukir Sapta Rangga. Makam Syarif Hidayatullah pada posisi tempat dimakamkannya beliau setelah
atau Sunan Gunung Jati berada di pucak komplek meninggal, yaitu puncak tertinggi dari komplek
pemakaman (tingkat sembilan). Pada tingkat delapan pemakaman. Pada tradisi masyarakat Sunda dan
sampai lantai atau tingkat pertama adalah makam masyarakat lainnya di Nusantara, hanya mereka
keluarga dan keturunannya. yang memiliki nilai lebih di tengah masyarakat yang
Bangunan makam Sunan Gunung Jati memiliki pada saat meninggalnya akan ditempatkan di posisi
gaya arsitektur yang unik, yaitu kombinasi gaya tertinggi. Selain itu, di tengah masyarakat juga ada
arsitektur Jawa, Arab, dan Cina. Arsitektur Jawa kepercayaan bahwa walau sudah meninggal namun
terdapat pada atap bangunan yang berbentuk limasan. dari alam kalanggengan Sang Sunan masih mengawasi
Arsitektur Cina tampak pada desain interior dinding ummatnya, masih mengawasi Cirebon.
makam yang penuh dengan hiasan keramik dan Sunan Gunung Jati adalah anak Nyai Rara
porselin.  Selain menempel pada dinding makam, Santang, anak Prabu Siliwangi Raja Pajajaran dari
benda-benda antik tersebut juga terpajang di sepanjang Istrinya yang berasal dari Singapura (daerah Pesisir
jalan makam. Semua benda itu sudah berusia ratusan Utara Cirebon) yaitu Nyai Subang Larang. Ayahnya
tahun, namun kondisinya masih terawat. Benda- bernama Syekh Maulana Akbar yang berasal dari
17 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, R&D, Hal. 36. 19 https://wisatajawa.wordpress.com/wisata-jawa-
18 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, barat/wisata-religi-makam-sunan-gunung-jati/ (diunduh:
Hal. 318. 12/11/2015)

30 Copyright © 2017, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 4 (1), 2017

Negeri Gujarat di India Selatan. Dengan demikian, Hakekat, dan Ma’rifat, seperti yang diungkapkan
ia adalah salah satu cucu dari raja terbesar Pajajaran. oleh gurunya (Datuk Bahrul). Dalam menjalani
Sunan Gunung Jati dikenal sebagai satu-satunya kehidupannya, beliau lebih mementingkan bisikan
anggota Wali Songo yang menyebarkan agama Islam hati nurani dibanding kedudukan. Lebih memilih
di bumi Pasundan atau wilayah Jawa Barat. mencari hakikat Muhammadyah, mencari ilmu
Sepeninggal Prabu Siliwangi, kerajaan Pajajaran dan menyebarkan agama di Pulau Jawa aripada
mengalami kemunduran dan terpecah belah. Salah menduduki singgasana yang sudah tersedia baginya.
satu putranya, Raden Walangsungsang, memisahkan Dalam melakukan da’wah di Tanah Ibunya (Tatar
diri dari Pajajaran, lalu mendirikan Keraton Sunda), beliau terlebih dahulu menatangi Sunan
Cirebon dengan gelar Prabu Cakrabuana. Sayang, Ampel yang pada waktu itu menjadi pimpinan
Walangsungsang tidak memiliki putra sebagai kegiatan Islamisasi di tanah Jawa. Ketika didesak
pewaris tahta. Tatkala Syarif Hidayatullah dewasa, oleh uwaknya untuk menjadi penguasa di Cirebon,
dan kembali dari pengembaraan di Tanah Suci terlebih dahulu beliau meminta izin kepada ibunya,
Mekkah, ia kemudian dinikahkan dengan saudara menyerahkan haknya atas tahta kerajaan Mesir
sepupunya yang bernama Dewi Pakungwati. Kelak kepada adiknya serta berziarah ke makam para
Syarif Hidayatullah menggantikan tahta uwaknya nabi dan Betalmuqdas (Baitul Muqaddas/Masjidil
dan membangun Keraton Pakungwati yang kini Aqsa).20
dikenal sebagai Keraton Kasepuhan Cirebon. Pada naskah Babad Cirebon lainnya, yaitu Babad
Naskah Babad Cirebon edisi Brandes Cirebon Naskah Klayan, disebutkan bahwa beliau
menggambarkan Sunan Gunung Jati sebagai pernah bermimpi melihat cahaya yang mengeluarkan
tokoh luar biasa yang digambarkan pada Babad ini. suara: “Hai Syarif Hidayat, dengarkanlah petunjukku,
Kelahirannya sudah diramalkan oleh Yang Gaib jika engkau ingin menjadi manusia sehingga
jauh hari menjelang perkawinan orang tuanya dapat mengimbangi kerabat nabi, carilah dan
dan ia sendiri dapat meramalkan dengan benar bergurulah kepada Muhammad”21 Hal inilah yang
nasib yang akan menimpa keturunannya yang menyebabkannya ingin berguru langsung kepada
ke sembilan. Sunan Gunung Jati juga memiliki Nabi Muhammad, sebuah pengalaman yang mustahil
keinginan lain yang berbeda dengan yang lain, beliau dilakukan. Untuk bertemu Nabi Muhammad Syarif
ingin bertemu Rasulullah, Nabi Muhammad SAW. menunggangi kuda yang dapat terbang, melakukan
Keinginan tersebut secara anggapan umum tidak mi’raj sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad.
mungkin terlaksana karena Nabi Muhammad telah Ia bertemu dengan para Nabi seperti Nabi Adam,
lama wafat. Berkat kemauannya yang keras walau Ilyas, Khidir, Musa, dan Isa. Puncak kehebatannya
dihalangi/dicegah oleh kedua orang tuanya, beliau adalah ia mendapatkan pengajaran langsung dari
akhirnya dapat melaksanakan keinginannya tersebut. Nabi Muhammad.22 Syarif Hidayatullah mengalami
Perjalanan mencari hakikat Muhammadyah, untuk pengalaman mistis hingga saat berada di Jawa. Di
menemui Nabi Muhammad merupakan perjalanan Jawa Syarif Hidayatullah mendirikan pesantren
luar biasayang mustahil dilakukan oleh manusia dan mensyiarkan agama Islam dengan pendekatan
lainnya. Pada perjalanan tersebut, beliau dapat kebudayaan. Hal inilah yang menjadikan masyarakat
berdialog dengan binatang. Benda mati (kendi), mudah menerima dakwahnya dan ajaran agama
mahluk lain, Yang Gaib, dan orang-orang yang Islam semakin berkembang.
hidup di alam setelah kematian. Atas pertolongan Peziarah yang datang ke komplek makam Sunan
Nabi Hidhir, Sunan Gunung Jati dapat naik ke Gunung Jati seolah tiada henti, siang dan malam
alam luar planet Bumi, di mana ia bertemu dengan komplek pemakaman selalu dipenuhi oleh mereka
Nabi Muhammad. Pada naskah ini juga dituturkan, yang ingin berziarah dan memperoleh berkah dari
Sunan Gunung Jati bertapa di dalam Air, menaksir upaya tersebut. Mereka datang tidak hanya dari
orang yang pura-pura hamilmenjadi benar-benar Cirebon dan kota-kota sekitarnya, namun datang
hamil, mengislamkan perampok, Patih Keling, dan dari seluruh pelosok negeri bahkan dari luar negeri.
utusan raja Pajajaranyang kiranya orang biasatidak Selain itu, tidak sedikit di antara peziarah beragama
akan dapat melakukannya. Beliau juga mengalahkan
20 E. S Ekadjati. 2005. Sunan Gunung Jati. Bandung:
prajurit Majapahit dengan kesaktian yang Kiblat. Hal. 42-43
dimilikinya. Beliau juga memiliki Ilmu Agama Islam 21 Ridin Sofwan dkk, Islamisasi, Hal. 179.
yang luas dan dalam meliputi Ilmu Syareat, Tarekat, 22 Ridin Sofwan, Islamisasi, Hal. 191.

Copyright © 2017, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 31


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 4 (1), 2017

non islam dan warga keturunan Tionghoa. Tujuan Sunan Gunung Jati adalah kedatangannya yang
mereka sama, yaitu berziarah ke makam Sunan ketiga kalinya dan dia merasakan ada perubahan
Gunung Jati dan setelah ziarah mereka berharap (lebih maju) dalam usahanya setelah berziarah ke
hajat mereka dikabul oleh Yang Maha Kuasa. makam para wali, termasuk Sunan Gunung Jati.
Hasil pengamatan di lapangan dan Awalnya berziarah ke makam para Wali, adalah ketika
wawancara yang dilakukan secara dialogis dengan dia melihat temannya yang semakin maju dalam
pengunjung/peziarah, pedagang, dan juru berusaha. Melihat hal itu, dia bertanya apakah yang
kunci menunjukkan bahwa Ziarah makam yang menjadi kunci keberhasilan tersebut. Sang teman
dilakukan oleh pengunjung berdasarkan tujuannya menjawabnya bahwa dia diajari leh gurunya untuk
dapat dikelompokkan menjadi: (1) Berziarah sering berziarah ke makam para wali dengan tujuan
tanpa maksud/keinginan lain dari Ziarah yang untuk mencari berkah agar usahanya berhasil dan
dilakukannya tersebut; (2) Berziarah karena ingin hasilnya terasa, hingga dilakukannya berulangkali.
memperoleh keberkahan, (3) Berziarah karena ingin Hal itulah yang menjadi dasar dia datang berziarah ke
memperoleh kemudahan dalam memperoleh rizki; makam para wali. Hasilnya, ada peningkatan dalam
(3) Berziarah karena ingin memperoleh kemudahan usaha dan setiap tahun selalu diupayakan untuk
dalam memperoleh Jodoh; dan (4) Berziarah karena berziarah ke makam Sunan Gunung Jati. Ketika
ingin memperoleh Pangkat dan Jabatan ditanya air yang dibawanya tersebut untuk apa, dia
menjelaskan bahwa air tersebut akan digunakan
Pertama, Mereka yang datang berziaran ke
untuk menciprat tempat dagang, dicampur dengan
Makam Sunan gnung Jati dengan tidak ada maksud
air untuk membersihkan tempat jualan, dan
tujuan lain, adalah mereka yang datang berziarah
dicampur dengan air minum untuk diminum dia dan
dengan maksud mengamalkan perintah nabi untuk
keluarga. Pokoknya, air tersebut akan dimanfaatkan
berziarah kubur. Melalui ziarah tersebut diharapkan
sebaik mungkin sebagai penglaris.
dapat meneladani perjuangan Sunan Gunung Jati
dalam menegakkan dan menyebarkan ajaran Islam Ketiga, adalah mereka yang datang berziarah
di Tatar Sunda. Dengan kata lain, tujuan datang karena ingin cepat laku atau dapat jodoh. Tidak
berziarah adalah untuk memperoleh Ridho Allah. jauh berbeda dengan kelompok ke dua, kelompok
ini datang dengan tujuan untuk memperoleh
Kedua, kelompok peziarah yang bertujuan untuk
berkah berupa dimudahkan jodoh. Berbeda dengan
memperoleh berkah berupa kemudahan dalam
kelompok ke dua yang datang secara rutin untuk
mencari Rizki. Kelompok ini datang dengan tujuan
berziarah, kelompok ini datang biasanya pertama
ingin memperoleh berkah dari karomah Sunan
kali dan datang karena diperintah oleh “guru”/
Gunung Jati berupa kemudahan dalam memperoleh
paranormal untuk berziarah ke Makam Sunan
Rizki. Mereka biasanya adalah para pedagang,
Gunung Jati dengan harapan memperoleh berkah
pengusaha, atau kelompok masyarakat lainnya.
berupa dimudahkan jodoh. Seperti halnya dnegan
Dalam melaksanakan ritual ziarah yang dipimpin
yang lain, mereka juga membawa air keramat untuk
oleh Juru Kunci atau pimpinan rombongan. Setelah
dibawa pulang. Ketika ditanya akan diapakan air
semua prosesi berziarah selesai, di bagian akhir
tersebut, dengan tersenyum dia menjawab bahwa
kegiatan mereka diminta untuk berdo’a sesuai
air tersebut akan dipergunakan untuk cuci muka
dengan tujuan masing-masing datang ke tempat
setiap hari, untuk mandi, dan diminum. Tujuannya
tersebut. Di depan mereka biasanya telah disediakan
agar lawan jenis yang diharapkan dapat menjadi
air dalam botol plastik. Air tersebut merupakan air
jodohnya menjadi tertarik pada. Ketika ditanya
keramat berasal dari kendi yang ada di komplek
apakah akan berhasil dengan cara seperti itu, dia
makam. Setelah selesai berdoa, air tersebut dibawa
menjawab banyak temannya sudah melakukan dan
pulang dan akan dipergunakan sebagai penglaris
berhasil. Harapannya, sama seperti yang lain dia pun
di tempat usahanya. Hasil wawawancara dialogis
dapat segera diberi jodoh apalagi usianya sudah di
dengan salah seorang peziarah, diketahui bahwa
atas 30 tahun.
yang bersangkutan selalu menyediakan waktu
khusus, terutama di bulan Maulid untuk berziarah Keempat, adalah kelompok peziarah yang tujuannya
ke makam-makam para Waliullah. Tujuannya tidak adalah naik pangkat atau memperoleh jabatan. Para
lain agar usaha dagang yang saat ini dijalani semakin peziarah kelompok ini biasanya marak saat menjelang
berkembang. Kedatangannya ke komplek makam Pemilu atau Pilkada. Mereka mempunyai maksud ingin
menjadi pejabat, anggota dewan, bahkan pimpinan
32 Copyright © 2017, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430
SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 4 (1), 2017

daerah. Selain itu, tidak sedikit pegawai yang ingin naik pengaruh mitos yang berkembang berkenaan
jabatan atau naik pangkat datang berziarah ke makam dengan Sunan Gunung Jati mempunya pengaruh
Sunan Gunung Jati. kuat dalam mendorong masyarakat untuk datang
Menurut keterangan salah seorang Juru kunci berziarah.
makam, tidak sedikit di antara peziarah datang Kondisi serupa juga terjadi di lokasi lainnya.
kembali dan menjadi rutin berziarah dengan Makam-makam para wali dan Sunan serta makam-
membawa serta sanak famili, tetangga, dan teman makam yang dikeramatkan lainnya selalu dipenuhi
dengan alasan apa yang menjadi hajatnya dikabulkan oleh peziarah yang ingin ngalap berkah. Di tempat-
oleh Yang Maha Kuasa setelah berziarah ke makam tempat tersebut juga berkembang cerita dan mitos
Sunan. Pada kesempatan tersebut biasanya mereka berkaitan dengan tokoh yang dimakamkan tersebut,
melaksanakan nadzar yang pernah diucapkannya. bahkan tidak sedikit mitos-mitos tersebut sengaja
Demikian pula para peziarah yang datang karena dibuat atau diciptakan oleh juru kunci dengan
maksud ingin naik pangkat dan jabatan atau menjadi maksud meningkatkan karomah dari tokoh yang
pemimpin daerah banyak di antara mereka yang dimakamkan. Selain itu, tidak sedikit pantang
sukses dan meraih mimpinya. Setelah itu, tidak larang dibuat dan diterapkan padahal sebelumnya
sedikit yang kembali berziarah sambil menunaikan tidak ada. Tujuannya adalah dengan banyaknya
nadzar yang pernah diucapkannya. Ketika ditanya, mitos yang berkembang serta penjayaan pantang
apakah bapak selaku juru kunci kebagian, beliau larang diharapkan tempat tersebut terkesan keramat
menjawab sambil tersenyum tentu dapat karena dan penuh dengan mistis. Kenyataan ini terjadi
biasanya mereka kalau sudah cocok dengan salah karena di tengah masyarakat masih berkembang
seorang juru kunci, maka akan dengan dia terus anggapan bahwa Tuhan memberikan rizkinya
ketika datang berziarah. melalui berbagai cara, salah satunya adalah melalui
Berdasarkan uraian tersebut di atas, tampak tokoh yang diziarahi. Sehingga tidak heran banyak
bahwa para peziarah datang ke makam Sunan peziarah yang diujung do’anya meminta kepada ahli
Gunung Jati dengan tujuan berziarah dan sebagai kubur (tokoh yang dimakamkan) untuk ngarekeskeun
imbalannya mereka berharap hajatnya dapat (menyampaikan) kepada Tuhan akan maksud dan
dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa. Gambaran tujuan utama datang berziarah ke makam tersebut.
hidup Sunan Gunung Jati yang terdapat di Babad
Cirebon serta yang berkembang secara lisan di tengah D. Penutup
masyarakat adalah semagai manusia yang paripurna, Berdasarkan uraian pada bagian terdahulu telah
Taat kepada Allah, serta memiliki berbagai kelebihan diuraikan hasil penelitian berkenaan dengan Mitos di
terutama kesaktian, kepintaran, dan memiliki jiwa Era Modern (Persepsi Peziarah Makam Syekh Syarif
pemimpin. Namun, dalam penguraian riwayat hidup Hidayatullah Cirebon) dapat ditarik kesimpulan
tersebut yang lebih menonjol adalah berbentuk Mitos sebagai berikut:
yang seringkali tidak dapat diterima kebenarannya. Mitos berkenaan dengan Syekh Syarif
Hasil pengamatan lapangan menunjukkan, Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati terus
peziarah datang berziarah ke makam Sunan Gunung berkembang dari dahulu sampai sekarang. Mitos
Jati dengan berbagai alasan dan maksud serta tujuan tersebut bercampur dengan sejarah perjalanan
masing-masing. Namun dari semua itu, pengaruh dari hidup Sang Wali Allah. Hal ini terekam dalam
mitos yang yang berkembang di tengah masyarakat naskah babad Cirebon, salah satunya Babad Cirebon
berkenaan dengan ketaatan kepada Illahi, kesaktian, edisi Brandes. Keberadaan mitos tersebut dewasa
kepintaran, dan sebagainya merupakan daya tarik ini tetap dipertahankan dan menjadi bahan cerita
tersendiri bagi mereka yang datang berziarah dengan para Juru kunci makam kepada peziarah, terutama
maksud dan tujuan yang lain tidak sekeqar berziarah. bagian kedigjayaan Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan
Bahkan, para juru kunci atau pemandu secara terus Gunung Jati) dalam melawan keangkaramurkaan
menerus dan berulang kali menceritakan mitos- dan saat beliau bertemu dengan Nabi Muhammad,
mitos berkenaan dengan Sunan Gunung Jati di SAW dan para Nabi Allah lainnya. Tujuan Penjayaan
samping menceritakan mereka-mereka yang sukses tersebut adalah agar keberadaan Makam Syekh
mencapai maksud dan tujuannya setelah berziarah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) semakin
ke makam Sunan. Hal ini menunjukkan kuatnya dikeramatkan dan terus didatangi para Peziarah

Copyright © 2017, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 33


SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 4 (1), 2017

dengan berbagai maksud dan tujuan. journal.unair.ac.id/ filerPDF/abstrak_5943135_


Hasil penelitian menunjukkan bahwa tpjua.pdf (diunduh 12/11/2015)
Peziarah datang ke Makam Syekh Syarif Hidayatullah King, Richard. 2009. Agama, Orientalisme, dan
(Sunan Gunung Jati) mempunyai maksud dan tujuan Postkolonialisme: Sebuah Kajian tentang Pertelingkahan
berbeda. Hal ini dapat dikelompokkan menjadi dua, Antara Rasionalitas dan Mistik. Yogyakarta: Kalam.
yaitu kelompok yang benar-benar berniat ziarah dan Koentjaraningrat. Edisi Revisi. 2000. Pengantar Ilmu
tidak memiliki maksud lain, serta kelompok peziarah Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
yang mempunyai maksud atau tujuan keduniawian
Ling , Jonathan dan Jonathan Catling. 2012. Psikologi
selain tujuan keagamaan. Mereka melakukan
Kognitif. Terjemahan Noormalasari Fajar
ziarah karena ingin memperoleh berkah berupa
Widuri. Jakarta: Erlangga.
kemudahan dalam memperoleh rizki, kemudahan
dalam memperoleh Jodoh, dan ingin memperoleh Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya Dalam Komunikasi
Pangkat dan Jabatan. Antarbudaya. Yogyakarta: LKis.
Moleong, Lexy J. Edisi Revisi. 2011. Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Rosdakarya.
Daftar Pustaka:
Muchtarom, Zaini. Edisi pertama. 2002. Islam Di
Al-Haqiri, H.M. Syatibi ed. 2011, Inkripsi Keagamaan
Jawa Dalam Perspektif Santri Dan Abangan.
Nusantara. Badan Litbang dan Diklat
Jakarta: Salemba Diniyah.
Kementrian Agama RI.
Mulkhan, Abdul Munir. 2000. Islam Murni dalam
Amin, KH. Zamzami. Edisi Revisi. 2014. Sejarah
Masyarakat Petani. Yogyakarta: Bentang.
Pesantren Babakan Ciwaringin Dan Perang
Nasional Kedongdong 1802-1919. Bandung: Mumfangati, Titi. 2007. Tradisi Ziarah Makam
Humaniora. Leluhur pada Masyarakat Jawa. Dalam
Jantera Vol. II No. 3 tahun 2007. Hal. 153-
Ariyani, Christriyati. 2002. Motivasi Peziarah di
154
Makam Panembahan Bodo Desa Wijirejo,
Pandak, Kabupaten Bantul. Dalam Patra- Pranowo, M. Bambang. 1998. Islam Faktual: Antara
Widya. Vol. 3 No. 1, Maret 2002.hal. 155. Tradisi dan Relasi Kuasa. Yogyakarta: Adicita
Karya Nusa.
Bellah, Robert. 2000. Beyond Belief: Esei-esei tentang
Agama di Dunia Modern. Jakarta: Paramadina. Rahman, Agus Abdul. 2013. Psikologi Sosial Integrasi
Pengetahuan Wahyu Dan Pengetahuan Empirik.
Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kencana.
Ricklefs, M. C. 2008. Sejarah Indonesia Modern: 1200-
Cahyadi, Rusli dkk. 2011. Dinamika Wilayah Pinggiran.
2008. Jakarta: Serambi,
Jakarta: Dian Rakyat.
Ritzer, George. 2006. Globalization of Nothing:
Dhavamony, Mariasusai. 1998. Fenomenologi Agama.
Mengkonsumsi Kehampaan di Era Globalisasi.
Yogyakarta: Kanisius.
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Ekadjati, E.S. 2005. Sunan Gunung Jati. Bandung:
Sarwono, Sarlito W, dkk. 2014. Psikologi Sosial.
Kiblat. Hal. 42-43
Jakarta: Salemba Humanika.
Esposito, John, L ed. 1985. Islam dan Perubahan
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. Cetakan ke-1
Sosial-Politik di Negara Sedang Berkembang.
2010. Pengantar Sosiologi Pemahaman fakta Dan
Yogyakarta: PLP2M.
Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi,
Irianto, H. R. Bambang dan Siti Fatimah. 2009. Dan Pemecahannya. Jakarta: Prenada Media
Syekh Nurjati: Syekh Datul Kahfi. Cirebon: Perintis Grup.
Dakwah dan Pendidikan.
Soelaiman, M. Munandar. 1998. Dinamika Masyarakat
Isaacs, Harold R. 1993. Pemujaan Terhadap Kelompok Transisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Etnis. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Soekanto, Soerjono. 1989. Pengantar Sosiologi.
Issa, Tisna Rahardi. 2013. Ziarah Makam Wali Jakarta: Rajawalipress.
(Studi Deskriptif Tindakan Sosial Masyarakat Muslim
Sofwan, Ridin dkk. 2000. Islamisasi di Jawa:
yang Berziarah ke Makam Sunan Ampel. Media
Walisongo, Penyebara Islam di Jawa,
Komunitas Vol 2 No. 2 Tahun 2013. http://
Menurut Penuturan Babad. Yogyakarta:
34 Copyright © 2017, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430
SOSIO DIDAKTIKA: Social Science Education Journal, 4 (1), 2017

Pustaka Pelajar. Wade, Carole dan Carole Tavris. 2007. Psikologi.


Sugiono. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Terjemahan Benedictine Widyasinta.
Kuantitatif, Kulitatif Dan Jakarta: Erlangga.
Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian. Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial Suatu Pengantar.
Yogyakarta: Bumi Aksara. Cetakan 4. Yogyakarta: Andi.
Sulendraningrat, P.S. Babad Tanah Sunda Cirebon. Weber, Max. cetakan ll. 2013. Teori Dasar Analisis
Tanpa penerbit. Kebudayaan. Yogyakarta: IRCiSod.
Supardan, Dadang. Cetakan Kedua. 2009. Pengantar Wisata Religi Makam Sunan Gunung Jati. Dalam
Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan https://wisatajawa.wordpress.com/wisata-jawa-
Struktural. Kata Pengantar Hamid Hasan. barat/wisata-religi-makam-sunan-gunung-jati/
Jakarta: Bumi Aksara. (diunduh: 12/11/2015)
Syam, Nina W. 2011. Psikologi Sosial Akar Ilmu Woodward, Mark R. 1999. Islam Jawa: Kesalehan
Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Normatif versus Kebatinan. Yogyakarta: LKIS.
Tutik, Titik Triwulan dan Trianto. 2008. Dimensi Zuhdi, KH. Saifuddin. Cetakan Kedua. 1980. Sejarah
Transendental dan Transformasi Sosial Budaya. Kebangkitan Islam Dan Perkembangan Di
Surabaya: Lintas Pustaka. Indonesia. Bandung: Al-Maarif.

Copyright © 2017, SOSIO DIDAKTIKA, p-ISSN: 2356-1386, e-ISSN: 2442-9430 35

You might also like