Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Jurnal Penelitian Karet, 2018, 36 (1) : 37 - 50

Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2018, 36 (1) : 37 - 50


DOI : https://doi.org/10.22302/ppk.jpk.v36i1.552

IDENTIFIKASI KLON-KLON KARET


BERDASARKAN VARIASI KARAKTERISTIK DAUN

Identification of Rubber Clones Based On Various Leaf Characteristic

Syarifah Aini PASARIBU* dan Irwan SUHENDRY

Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet


P.O. Box 1415 Medan 20001 Sumatera Utara
*Email: aini_0281@yahoo.com

Diterima : 21 Mei 2018 / Disetujui : 30 Mei 2018

Abstract Abstrak

Clone indentification is begun from Identifikasi klon sejak awal dimulai


budwood garden, polybag nursery, and dari entres, bibit polibeg dan tanaman muda,
immature plant to obtain plants with yang berfungsi untuk mendapatkan
genetically pure and original. The purpose of tanaman yang murni dan asli secara genetik.
this study was to identify rubber clones based Tujuan penelitian ini adalah untuk
on the leaf characteristics by computer and mengidentifikasi klon berdasarkan
leafgram techniques and also to understand karakteristik daun dengan teknik komputer
their consistency in different areas. The dan leafgram serta mengetahui
research were consisted of three series of konsistensinya di beberapa daerah yang
testing, including 1) to study the effect of clone berbeda. Penelitian terdiri dari tiga seri
and growth stage on variability of rubber leaf pengujian, yaitu: 1) mempelajari pengaruh
characteristics for 5 rubber clones (PB 260, klon dan stadia pertumbuhan terhadap
IRR 118, IRR 42, BPM 1, PB 330) in nursery, variabilitas karakteristik daun karet pada 5
budwood garden, hybridization garden and klon (PB 260, IRR 118, IRR 42, BPM 1, PB
immature plant, 2) measurement technique by 330) di pembibitan. 2) teknik pengukuran
Digital and Leafgram method of 7 clones (IRR (Digital dan Leafgram) pada 7 klon (IRR 5,
5, IRR 104, IRR 112, PB 217, PB 340, BPM IRR 104, IRR 112, PB 217, PB 340, BPM 107,
107, BPM 109), 3) consistency of PB 260 BPM 109), dan 3) konsistensi karakter daun
leaves characters at three areas (Sungei di tiga daerah berbeda (Sungei Putih, Tanah
Putih, Tanah Besih, Parau Sorat, North Besi dan Parau Sorat, Provinsi Sumatera
Sumatra Province). Data was analysed by Utara) klon PB 260. Data dianalisis dengan
Nested and Completely Randomized Block rancangan petak tersarang dan acak
Design. The result of the research indicated kelompok. Hasil penelitian menunjukkan
that leaf characteristics was influenced by the bahwa karakteristik daun dipengaruhi oleh
interaction of clone and growth stage. It meant interaksi klon dan stadia pertumbuhan.
that leaf characteristics of a particular clone Karakteristik daun suatu klon berbeda
were different for different growth stages,
diantara stadia pertanaman, kecuali P/TL,
except P/TL, TL/TP, natural vein, and A/B
TL/TP, vena alami, dan A/B layang, karena
kite that were not affected by growth
diduga tidak dipengaruhi lingkungan
environments. Clone identification through
tumbuh. Teknik identifikasi klon secara
“digital" could be replaced with "leafgram".
”digital” dapat digantikan dengan teknik
Natural parameters observed were not
“leafgram”. Parameter-parameter alami yang
significantly different by using both
techniques. Observations in three different diamati terlihat tidak berbeda nyata diantara
areas showed the same leaf characteristics. kedua teknik tersebut. Pengamatan di tiga
daerah yang berbeda terlihat menunjukkan
Keywords: Clone identification; growth stage; karakteristik daun yang sama .
leaf; leafgram; rubber
Kata kunci : Daun; identifikasi klon, karet;
leafgram; stadia pertumbuhan

37
Pasaribu dan Suhendry

PENDAHULUAN menimbulkan perbedaan yang nyata


terhadap sebagian besar parameter yang
Keseragaman pertumbuhan diamati, yang disebabkan perbedaan
tergantung kepada murni atau tidaknya keterampilan masing-masing operator.
klon yang ditanam. Suatu pertanaman yang
terdiri dari beberapa klon pada umumnya Untuk menyempurnakan hasil
menghasilkan pertanaman yang tidak penelitian sebelumnya (Suhendry &
seragam. Identifikasi klon diperlukan pada Pasaribu, 2009), pemanfaatan teknik
setiap stadia pertanaman karet seperti komputer dilakukan untuk mengetahui
pembibitan, kebun entres, sampai kepada variasi karakteristik kuantitatif daun karet
areal komersial, bahkan sudah harus dari beberapa klon pada beberapa stadia
dimulai sejak pemilihan klon induk dalam pertumbuhan (bibit polibeg, kebun entres,
persilangan buatan, sehingga turunan yang kebun silang, dan tanaman belum
dihasilkan dapat diketahui secara pasti menghasilkan) dengan perbaikan teknik
tetua jantan atau betinanya. pengambilan contoh. Daun yang tidak
tumbuh normal bentuk dan ukuran, serta
Salah satu bagian tanaman yang tidak proporsional luasnya antara setiap
dapat dijadikan alat penciri klon adalah helaian daun dalam satu tangkai, tidak
daun (Hearn & David, 2009; Cerutti, et al., dipergunakan sebagai contoh. Selanjutnya
2013; Laga et al., 2014; Zhao et al., 2015) hasil penelitian tersebut dipergunakan
karena daun memiliki bentuk dan ukuran sebagai bahan pertimbangan untuk
yang spesifik diantara klon serta relatif stabil melakukan pengujian terhadap metode
pada berbagai kondisi lingkungan. Hasil identifikasi menggunakan “leafgram” yang
penelitian sebelumnya yang dilakukan dilakukan secara manual dan dibandingkan
Suhendry dan Pasaribu (2009) dengan metode komputer. Contoh daun
menunjukkan bahwa daun karet memiliki yang dipergunakan hanya helaian daun
karakteristik kuantitatif yang spesifik di tengah saja dengan pertimbangan bahwa
antara klon, sehingga karakteristik yang dari pengujian sebelumnya variasi antar
terdapat pada daun dapat dipergunakan helaian tidak nyata, ukuran daun tengah
sebagai penciri dalam mengidentifikasi dominan lebih besar dari helaian daun lain.
suatu klon karet. Daun menangkap cahaya
untuk fotosintesis, menyerap karbon Adapun tujuan penelitian ini adalah
dioksida, dan mentransformasikan air untuk mengidentifikasi karakteristik daun
untuk pendinginan dan sirkulasi. Pengaruh terhadap klon yang berbeda dengan
faktor genetik dan kondisi lingkungan menggunakan metode komputer dan
merupakan salah satu hal yang memberikan leafgram serta melihat konsitensinya pada
isyarat pada tanaman untuk memperluas beberapa daerah yang berbeda.
area permukaan daun (Volkenburgh, 1999).

Penelitian sebelumnya (Suhendry & BAHAN DAN METODE


Pasaribu, 2009) menyatakan bahwa variasi
dari ukuran dan panjang daun, luas daun,  Penelitian dilaksanakan pada Maret-
rasio panjang dan lebar daun, proporsi Desember 2015 di Kebun Percobaan Balai
karakter panjang dan lebar daun, sudut Penelitian Sungei Putih, melalui tahap
daun, dan proporsi sudut daun serta nilai- kegiatan yaitu :
nilai konversinya berbeda sangat nyata
diantara klon, sehingga dapat dijadikan Kegiatan 1: Pengaruh klon dan stadia
penciri dalam mengidentifikasi klon karet. pertumbuhan terhadap variabilitas
Hasil lain juga menunjukkan bahwa karakteristik daun karet
pengambilan contoh sangat sensitif
terhadap hasil identifikasi. Adanya Contoh daun masing-masing
perbedaan di antara helaian daun sebanyak 10 tangkai diambil secara acak
menunjukkan bahwa selain abnormalitas dari 5 klon (PB 260, IRR 118, IRR 42, BPM 1,
yang kontras, perbandingan antar helaian dan PB 330) yang tumbuh pada empat stadia
daun yang tidak proporsional dan tidak pertumbuhan, yaitu S1= bibit polibeg dua
lazim (meskipun bentuk dan ukurannya payung, S2= kebun entres, S3= kebun
normal) juga dapat mempengaruhi hasil persilangan, dan S4= tanaman belum
identifikasi. Selain itu operator juga

38
Identifikasi Klon-klon Karet Berdasarkan Variasi Karakteristik Daun

menghasilkan umur tiga tahun. Daun yang dilakukan melalui analisis keragaman
abnormal dan memiliki ukuran dan bentuk dengan model acak kelompok, dimana
helaian yang tidak proporsional, tidak dipilih sampel tangkai daun menjadi pengulang.
sebagai contoh. Tangkai dan helaian daun
contoh diberi nomor urut, kemudian daun Yijk = u + Tk + Mi + Kj + MiKj + E
ditransfer ke dalam format digital melalui
scanner. Dengan memanfaatkan Software Dimana (Remaks): Yijk: Respon yang
Adobe Photoshop, helaian daun dari setiap ditimbulkan pada unit percobaan yang
tangkai dipisahkan menjadi helaian kiri, mendapat perlakuan kombinasi metode
tengah, dan kanan di dalam satu file yang pengukuran sebanyak i taraf, klon sebanyak
sama. Posisi daun tersebut disesuaikan j taraf dengan ulangan ke–k, T= tangkai daun
dengan letak daun di dalam tangkai pada (ulangan), M= metode pengukuran, K= klon,
saat berada di tanaman. Analisis data MK= interaksi antara metode dengan klon,
untuk mengetahui pengaruh klon (K), stadia dan E= galat
pertumbuhan (S), tangkai daun di dalam
klon (T/K), helaian di dalam tangkai pada Kegiatan 3. Konsistensi ukuran daun di
masing-masing klon (H/TK), dan interaksi kebun entres yang berbeda
antara S x K dilakukan melalui analisis
keragaman dengan model petak tersarang  Contoh daun diambil dari tiga tempat
(Keppel & Wickens, 1973) sebagai berikut : yang berbeda yaitu kebun entres Sungei
Putih (Kabupaten Deli Serdang), Tanah Besi
Yijk = u + Oi + Kj + Tk/Kj + Hl/TkKj + E PT. Socfindo (Kabupaten Serdang Bedagai),
dan Desa Parau Sorat (Kabupaten Tapanuli
Dimana (Remaks): Yijk= Respon yang Selatan), Provinsi Sumatera Utara. Klon
ditimbulkan pada unit percobaan yang yang diamati adalah PB 260 dengan contoh
mendapat perlakuan kombinasi operator daun masing-masing sebanyak 15 daun
sebanyak i taraf, klon sebanyak j taraf tengah. Pengukuran daun dilakukan
dengan ulangan ke–k, O= Operator, K= klon, dengan menggunakan leafgram. Perbedaan
T/K= tangkai daun di dalam masing-masing ketiga lokasi pengambilan sampel daun
klon, H/TK = helaian daun di dalam tangkai dapat dilihat pada Tabel 1.
pada masing-masing klon, dan E= galat
Parameter Penciri
Kegiatan 2 : Pengujian teknik pengukuran
(Digital dan Leafgram) karakteristik  Pada ketiga kegiatan penelitian
daun karet tersebut diukur beberapa parameter yang
sama. Tiga karakter kuantitatif utama yang
Daun contoh dari helaian tengah dijadikan parameter dalam penelitian ini
masing-masing sebanyak 15 tangkai diambil adalah ukuran panjang, lebar daun
secara acak dari 7 klon (IRR 5, IRR 104, IRR maksimum, dan sudut pada beberapa
112, PB 340, PB 217, BPM 107, dan BPM bagian daun. Sedangkan karakter kualitatif
109) yang tumbuh pada kebun entres. Daun lain seperti warna daun, bentuk penampang,
yang abnormal dan memiliki ukuran dan gelombang tepi daun, pola urat daun, dan
bentuk helaian tidak proporsional, tidak lainnya tidak dipergunakan. Dari ketiga
dipilih sebagai contoh. Daun tengah karakter kuantitatif utama tersebut
dipisahkan dari tangkai, diberi nomor dikembangkan berbagai ukuran dan nilai-
identitas kemudian daun ditransfer ke nilai ratio atau indeks sebagai berikut :
dalam format digital melalui scanner.
Dengan bantuan Software Adobe Photoshop, Ukuran Panjang
contoh daun dicropping dan diukur 1. Panjang daun (P) diukur dengan skala
parameter pencirinya. Daun yang telah sentimeter dari ujung bawah daun (basis)
dipidai selanjutnya diukur secara manual hingga ke ujung atas daun (apeks)
sesuai dengan identitas yang sama dengan 2. Letak titik pusat daun (TP) adalah
yang terekam di komputer. Pengukuran setengah dari panjang daun
parameter dengan menggunakan “leafgram” 3. Letak titik lipat daun (TL) adalah panjang
dilakukan oleh operator yang sama. Analisis tulang daun dari titik lipatan pada lebar
data untuk mengetahui pengaruh metode daun maksimum ke arah apeks
(M), klon (K), dan interaksi antara M x K

39
Pasaribu dan Suhendry

Tabel 1. Kondisi lingkungan tumbuh di kebun entres tempat pengambilan contoh daun klon
PB 260
Table 1. Environmental conditions in budwood garden where sampling of PB 260 leaves.

Nama daerah Kondisi lingkungan tumbuh


No.
Regional name Environmental conditions

Desa Tanah Besih, Topografi datar sampai bergelombang dengan


1. Kecamatan Syahbandar, ketinggian tempat 24-26 mdpl, curah hujan 1776
Kabupaten Serdang Bedagai mm/tahun, suhu 25-27oC dan kelembaban 80-90%

Desa Sungei Putih, Areal dataran rendah dengan ketinggian 54 mdpl,


2. Kecamatan Galang, curah hujan 1753 mm/tahun, suhu 26,7oC dan
Kabupaten Deli Serdang kelembaban 84%
Topografi pegunungan, terdiri dari banyak lembah
Desa Parau Sorat,
dan jurang yang dalam, ketinggian 700-1700 mdpl,
3. Kecamatan Sipirok,
curah hujan 2476 mm/tahun, suhu 22oC dan
Kabupaten Tapanuli Selatan
kelembaban 88%.

Ukuran Lebar 3. Ratio titik lipat terhadap titik pusat


1. Lebar daun (L) diukur dengan skala (Tl/Tp)
sentimeter pada lebar daun maksimum 4. Ratio titik lipat terhadap lebar daun (Tl/L)
2. Lebar helaian daun sebelah kiri vena 5. Ratio lebar daun sisi kiri dari vena
(HKr) diukur pada posisi lebar daun terhadap lebar daun sisi kanan dari vena
maksimum dari batas tepi kiri daun pada satu helaian daun yang sama
hingga tulang daun tengah (HKr/HKn)
6. Ratio lebar helaian daun sisi kiri terhadap
Sudut Daun titik lipat (HKr/Tl)
1. Sudut basis alami (B) diukur dengan 7. Ratio lebar helaian daun sisi kiri terhadap
menggunakan busur pada pada bagian titik pusat (HKr/Tp)
bawah daun mengikuti batas tepi daun 8. Ratio sudut apeks alami terhadap sudut
dengan titik pusat busur pada pangkal basis alami (A/B)
tangkai helaian daun. 9. Ratio sudut vena terhadap sudut apeks
2. Sudut apeks alami (A) diukur dengan cara alami (V/A)
yang sama dengan titik pusat busur pada 10.Ratio sudut vena terhadap sudut basis
bagian ujung daun. alami (V/B)
3. Sudut vena (V) merupakan besar sudut 11.Ratio sudut apeks terhadap sudut basis
antara vena terhadap tulang daun yang layang-layang (AL/BL)
diukur pada salah satu vena yang berada
di sekitar titip lipat daun.
4. S u d u t b a s i s l a y a n g - l a y a n g ( B L ) HASIL DAN PEMBAHASAN
merupakan sudut yang terbentuk dari
pangkal tangkai helaian daun sampai ke 1. Variasi Antar Stadia Pertumbuhan
sisi luar daun pada lebar daun
maksimum. Hasil penelitian menunjukkan
5. S u d u t a p e k s l a y a n g - l a y a n g ( A L ) bahwa seluruh parameter kuantitatif yang
merupakan sudut yang terbentuk dari diamati berbeda menurut klon dan sejalan
ujung helaian daun sampai ke sisi luar dengan penelitian sebelumnya yang
daun pada lebar daun maksimum. dilakukan oleh Suhendry dan Pasaribu
(2009). Hasil ini memperkuat dugaan bahwa
Dari ukuran-ukuran ketiga karakteristik daun karet memiliki ciri spesifik yang dapat
daun tersebut dikembangkan beberapa dipergunakan untuk mengidentifikasi antar
parameter lain yang terdiri dari : klon karet (Tabel 2).
1. Ratio panjang dan lebar daun (P/L)
2. Ratio panjang daun terhadap titik lipat
(P/Tl)

40
Identifikasi Klon-klon Karet Berdasarkan Variasi Karakteristik Daun

Tabel 2. Kuadrat tengah (KT) analisis keragaman daun karet di antara klon dan stadia
pertanaman
Table 2. Mean square analysis of variation rubber leaf between clone and growth stage
Sumber keragaman (Source of square)
db = derajat bebas (Freedom of degree)
Peubah
K S H/TK T/K KxS Galat
Characters
(4) (3) (100) (45) (12) (435)
Ratio P/L 2,681 ** 0,855 ** 0,024 tn 0,069 ** 0,349 ** 0,025
P/TL 0,691 ** 0,103 tn 0,049 tn 0,094 ** 0,059 tn 0,041
TL/TP 0,069 ** 0,012 tn 0,006 tn 0,012 ** 0,009 tn 0,005
TL/L 0,453 ** 0,113 ** 0,008 tn 0,028 ** 0,080 ** 0,013
HKr/TL 0,101 ** 0,024 ** 0,005 tn 0,008 ** 0,026 ** 0,004
HKr/TP 0,082 ** 0,026 ** 0,003 ** 0,003 ** 0,015 ** 0,001
Apeks alami 2975,115 ** 194,819 tn 48,333 tn 145,967 ** 875,844 ** 78,899
Basis alami 4290,797 ** 3061,347 ** 99,417 ** 83,808 ** 1057,067 ** 49,396
Vena alami 114,9583 ** 18,983 tn 7,965 tn 22,812 ** 17,958 tn 11,135
Basis layang 1034,992 ** 390,223 ** 25,247 tn 34,143 ** 189,043 ** 20,381
Apeks layang 971,2402 ** 259,473 ** 20,659 tn 59,809 ** 152,154 ** 36,782
A/B alami 0,4704 ** 0,502 ** 0,028 * 0,024 tn 0,109 ** 0,021
V/A alami 0,1977 ** 0,0153 ** 0,0026 tn 0,0069 ** 0,0413 ** 0,0043
V/B alami 0,3633 ** 0,2293 ** 0,0096 ** 0,0094 ** 0,0915 ** 0,0057
A/B layang 0,2071 ** 0,0489 tn 0,0342 tn 0,0534 * 0,0589 tn 0,0335
Keterangan (Remaks): *= berbeda nyata, **= berbeda sangat nyata, tn: tidak nyata
K=klon, S=stadia pertumbuhan, H/TK= helai daun/tangkai daun, T/K=tangkai daun/klon, KxS= klon x
stadia pertumbuhan

Beberapa ratio panjang dan lebar dalam tangkai dan klon. HKr/TP yang nyata
daun serta ukuran sudut daun diantara helaian daun dalam klon
menunjukkan perbedaan sangat nyata antar menunjukkan bahwa proporsi perbedaan
stadia pertanaman, kecuali ratio P/TL dan ukuran dari ketiga helaian daun di dalam
TL/TP, sudut apeks dan sudut vena alami, satu tangkai cenderung disebabkan
serta ratio sudut A/B proyeksi layang- perbedaan panjang daun, bukan lebar daun.
layang, yang diduga kurang dipengaruhi Perbedaan sudut basal alami dapat terjadi
oleh lingkungan tumbuh tanaman. Faktor karena secara fisik helaian daun kanan dan
lingkungan yang mempengaruhi bentuk kiri pada setiap tangkai lebih tertekan
daun adalah cahaya, kelembaban dan pertumbuhannya pada bagian basal akibat
temperatur. Tanaman yang tumbuh dengan dominasi pertumbuhan helaian daun
intensitas cahaya matahari kuat biasanya tengah, dimana sudut basal daun tengah
memiliki daun tebal karena memiliki cenderung lebih besar dibandingkan sudut
jaringan palisade tebal dan rapat demikian basal kedua helaian daun di sisinya,
juga dengan jaringan bunga karangnya terutama pada helaian daun yang saling
(Weier, Stocking, Barbour, & Rost,1982) berhimpitan di dalam satu tangkai. Akibat
perbedaan sudut basal yang nyata tersebut,
Hampir seluruh parameter (Rasio maka ratio sudut apeks dan sudut vena
P/L, P/TL, TL/TP, TL/L, HKr/TL, apeks menjadi berbeda nyata di antara helaian
alami, vena alami, basis layang, apeks daun dalam klon, meskipun secara sendiri-
layang, V/A alami, dan A/B layang) sendiri kedua sudut tersebut (apeks dan
menunjukkan perbedaan tidak nyata di vena) tidak berbeda nyata diantara helaian
antara helaian daun/klon. Hal ini daun dalam klon. Pada tanaman flavia,
memperkuat dugaan bahwa salah satu bentuk dan warna vena, warna, dan tekstur
helaian daun dapat mewakili helaian daun digabungkan untuk mengklasifikasikan
lain. Oleh karena luas daun tengah lebih daun. Jaringan syaraf tiruan yang disebut
dominan maka daun tengah dapat Jaringan Neural Probabilistik (PNN)
dipergunakan untuk contoh dalam digunakan sebagai pengklasifikasi (Kadir,
identifikasi klon karet melalui daun. Nugroho, Susanto, & Santosa, 2011).

Akan tetapi analisis keragaman pada Hasil penelitian juga


Tabel 2 memperlihatkan beberapa memperlihatkan seluruh parameter yang
parameter seperti HKr/TP, sudut basal diamati berbeda nyata di antara tangkai
alami dan ratio A/B alami serta ratio V/B dalam klon. Perbedaan tersebut dapat
alami berbeda nyata di antara helaian dan terjadi karena pemilihan contoh daun

41
Pasaribu dan Suhendry

memiliki variasi ukuran daun dalam setiap membuktikan bahwa karakteristik yang
klon yang cukup besar, dengan panjang berbeda nyata tersebut pada setiap klon
daun dari 6,5 - 27,09 cm dan lebar daun berbeda pada setiap stadia pertumbuhan
maksimal dari 2,92 - 11,39 cm. Kecuali ratio sebagaimana yang dikemukakan pada
P/TL, TL/TP, sudut vena alami, dan ratio Gambar 1.
A/B proyeksi layang-layang, seluruh
parameter yang diamati (Tabel 1) Pada klon IRR 42, IRR 118, dan PB
memperlihatkan adanya interaksi antara 260, ratio panjang dan lebar daun (P/L)
klon dengan stadia pertanaman. Hasil ini daun pada kebun silang lebih kecil dari daun
mengindikasikan bahwa beberapa klon yang terdapat di kebun entres dan
memperlihatkan terjadinya perubahan pembibitan polibeg, tetapi lebih besar dari
karakteristik daun pada setiap stadia daun pada areal TBM. Akan tetapi ratio P/L
pertumbuhan. Meskipun secara tunggal dari klon PB 330 yang paling kecil terdapat
faktor klon berbeda nyata terhadap P/TL, pada stadia kebun silang, menjadi lebih
TL/TP, sudut vena alami, dan ratio A/B besar pada kebun entres, naik lebih besar
proyeksi layang-layang, akan tetapi karena pada bibit polibeg dan paling besar pada
keempat parameter tersebut tidak areal TBM. Nilai ratio P/L pada klon BPM 1
dipengaruhi oleh lingkungan tumbuhnya relatif sama besarnya pada daun yang
(stadia pertumbuhan), maka tidak terlihat terdapat di kebun silang dan bibit polibeg,
adanya pengaruh interaksi klon dan stadia dan kebun entres dengan areal TBM. Akan
pertanaman terhadap keempat parameter tetapi ratio P/L klon BPM 1 yang terdapat di
tersebut. kebun entres dan areal TBM lebih besar dari
daun yang terdapat di kebun silang dan
 Adanya pengaruh dari interaksi klon pembibitan.
dengan stadia pertumbuhan terhadap
hampir seluruh karakter penciri yang Karakteristik ratio TL/L dari klon IRR
diamati menunjukkan bahwa identifikasi 42 dan IRR 118 relatif sama, dimana ratio
klon melalui sifat daun tidak berlaku umum TL/L pada daun yang terdapat di kebun
terhadap seluruh stadia pertumbuhan. silang dan kebun entres relatif sama, tetapi
Identifikasi klon harus dilakukan lebih besar dari daun yang terdapat di areal
berdasarkan stadia pertumbuhan dengan TBM, namun lebih kecil dari daun yang
mempergunakan klasifikasi karakter yang terdapat di pembibitan polibeg. Ratio TL/L
berbeda antara satu stadia dengan stadia yang paling besar pada klon PB 330 terdapat
pertumbuhan yang lain. Penelitian yang di areal TBM dan yang paling kecil di kebun
hampir sama juga dilakukan untuk entres. Sedangkan pada klon BPM 1, ratio
mengidentifikasi gulma dengan melakukan TL/L paling tinggi pada kebun entres dan
pengenalan suatu spesies tumbuhan areal TBM dan yang terendah pada kebun
berdasarkan bentuk dan susunan tulang- silang dan pembibitan polibeg.
tulangnya dengan metode Moment Invariant
(ciri bentuk dan citra daun gulma) dan Pada klon PB 330, ratio HKr/TL yang
Lacunarity (ciri tekstur dari citra gulma) paling besar terdapat pada daun contoh
(Herman & Harjoko, 2015). Bruno, Plotze, yang berasal dari kebun entres dan yang
Falvo, dan de Castro (2008), menyatakan paling kecil pada daun yang berasal dari
bahwa analisis daun juga dapat dilakukan areal TBM. Akan tetapi pada klon IRR 118
dengan menganalisis kompleksitas daun dan PB 260, ratio HKr/TL yang paling besar
berdasarkan dimensi fraktalnya, dimana pada daun yang berasal dari pembibitan
daun dianalisis dengan kompleksitas polibeg dan yang paling besar berasal dari
bentuk internal dan eksternal. areal TBM. Fenomena yang hampir sama
juga terlihat pada ratio HKr/TP (Gambar 1).
1.1. Ratio Ukuran Panjang dan Lebar
Daun Antar Klon dan Stadia 1.2. Karekteristik Sudut Daun Antar
Pertumbuhan Klon dan Stadia Pertumbuhan

 Tabel 2 menunjukkan adanya  Sebagaimana halnya terhadap


pengaruh interaksi antara klon dengan panjang dan lebar daun, interaksi klon dan
stadia pertumbuhan terhadap karakteristik stadia pertumbuhan juga berpengaruh
ratio panjang dan lebar daun (P/L, TL/L, nyata terhadap ukuran sudut dan rationya.
HKr/TL, dan HKr/TP). Hasil ini Hasil pengamatan yang disajikan pada

42
Identifikasi Klon-klon Karet Berdasarkan Variasi Karakteristik Daun

2.8 1.2

2.7 1.15

2.6
1.1
2.5
1.05

Ratio TL/L
Ratio P/L

2.4
1
2.3
0.95
2.2
0.9
2.1

2 0.85

1.9 0.8
Silang KKO Poli TBM Silang KKO Poli TBM
Stadia
Mediapertumbuhan
Pertanaman Stadia
Mediapertumbuhan
Pertanaman
Growth stage Growth stage
BPM 1 IRR 118 IRR 42 PB 260 PB 330 BPM 1 IRR 118 IRR 42 PB 260 PB 330

0.61 0.55

0.59

0.57 0.5

0.55
Ratio HKr/TP
Ratio HKr/TL

0.53 0.45

0.51

0.49 0.4

0.47

0.45 0.35
Silang KKO Poli TBM Silang KKO Poli TBM
Stadia pertumbuhan
Media Pertanaman Stadia
Mediapertumbuhan
Pertanaman
Growth stage Growth stage
BPM 1 IRR 118 IRR 42 PB 260 PB 330 BPM 1 IRR 118 IRR 42 PB 260 PB 330

Keterangan (Remaks): Silang: kebun perslangan, KKO: kebun kayu okulasi, Poli: tanaman polibeg, TBM:
tanaman belum menghasilkan

Gambar 1.  Pengaruh interaksi klon dan stadia pertumbuhan terhadap beberapa ukuran
ratio panjang dan lebar daun karet
Figure 1. Influence of clone and growth stage interaction of some length and wide rubber leaf
ratio

Gambar 2 menunjukkan bahwa pada klon  Sebaliknya pada klon PB 330,


IRR 42, bentuk sudut apeks alami, sudut ukuran sudut daun paling besar terdapat
basal alami, maupun kedua sudut yang pada kebun silang dan kebun entres,
telah diproyeksikan memiliki pola yang sedangkan yang paling kecil pada areal TBM.
sama, dimana besar sudut keempat karakter Pada klon PB 260, sudut yang lebih besar
tersebut secara berturut-turut terkecil pada terdapat pada daun yang berasal dari kebun
daun berasal dari pembibitan polibeg dan silang dan areal TBM, sedangkan yang
terbesar pada daun yang berasal dari areal paling kecil pada pembibitan polibeg.
TBM. Ukuran sudut pada daun yang berasal
dari kebun silang lebih kecil dari TBM,  Pola pengaruh interaksi klon dan
namun lebih besar dari kebun entres dan stadia pertumbuhan juga terlihat jelas
pembibitan polibeg. terhadap ratio sudut daun (Gambar 2). Pada

43
Pasaribu dan Suhendry

110 100

95
105

90
100

Besar sudut sasis alami


Besar sudut apex alami

Angel of natural sasis


Angel of natural apex

85
95
()

(0)
0

80

90
75

85
70

80 65
Silang KKO Poli TBM Silang KKO Poli TBM
Stadia pertumbuhan
Media Pertanaman Stadia pertumbuhan
Media Pertanaman
Growth stage Growth stage
BPM 1 IRR 118 IRR 42 PB 260 PB 330 BPM 1 IRR 118 IRR 42 PB 260 PB 330

68 55

66 53

Besar Sudut Basis Layang (derajat)


Besar Sudut Apex Layang (derajat)

51
64
49
62
47
60
45
58
43
56
41

54 39

52 37
Silang KKO Poli TBM Silang KKO Poli TBM
Stadia
Mediapertumbuhan
Pertanaman Stadia pertumbuhan
Media Pertanaman
Growth stage Growth stage
BPM 1 IRR 118 IRR 42 PB 260 PB 330 BPM 1 IRR 118 IRR 42 PB 260 PB 330

1.4 0.75

1.35

1.3 0.7

1.25
Ration natural A/B angle

Ration natural V/B angle


Ratio sudut V/B alami
Ratio sudut A/B alami

1.2 0.65

1.15

1.1 0.6

1.05

1 0.55

0.95

0.9 0.5
Silang KKO Poli TBM Silang KKO Poli TBM
Stadia pertumbuhan
Media Pertanaman Stadia pertumbuhan
Media Pertanaman
Growth stage Growth stage
BPM 1 IRR 118 IRR 42 PB 260 PB 330 BPM 1 IRR 118 IRR 42 PB 260 PB 330

Keterangan (Remaks): Silang: kebun persilangan, KKO: kebun kayu okulasi, Poli: tanaman polibeg,
TBM: tanaman belum menghasilkan

Gambar 2.Pengaruh interaksi klon dan stadia pertumbuhan terhadap ukuran sudut dan
ratio antar sudut pada daun karet
Figure 2. Influence of clone and growth stage interaction of some length and wide ratio, and
angle of rubber leaf

44
Identifikasi Klon-klon Karet Berdasarkan Variasi Karakteristik Daun

klon IRR 42, ratio sudut paling besar dipertimbangkan alternatif teknik
terdapat pada daun yang berasal dari pengukuran lain yang dapat
pembibitan polibeg dan kebun entres, mengidentifikasi karakteristik daun dengan
sedangkan yang paling kecil pada daun mudah, cepat, dan tentu saja dengan tingkat
berasal dari kebun silang dan areal TBM. ketelitian yang tinggi. Untuk keperluan
Pada klon IRR 118, ratio antar sudut yang tersebut telah dirancang sebuah alat ukur
terbesar dijumpai pada daun yang berasal sederhana yang dapat dipergunakan oleh
dari bibit polibeg, sedangkan yang lebih kecil siapapun jika telah dilatih terlebih dahulu.
pada daun yang berasal dari areal TBM atau Alat tersebut terbuat dari kertas bergaris
kebun entres. berskala ukur dan berskala sudut yang
diberi nama “leafgram”.
2. Pengujian Teknik Digital dan Leafgram
Dua teknik pengukuran yaitu secara
Pada penelitian sebelumnya, digital dengan komputer dan manual dengan
parameter penciri yang membedakan daun “leafgram” dilakukan terhadap peubah-
antar klon didasarkan pada pengukuran peubah alami daun yang terdapat pada
beberapa peubah alami yang terdapat pada tujuh klon karet. Hasil analisis terhadap
daun seperti panjang dan lebar daun, letak penggunaan kedua teknik pengukuran
titik pusat dan titik lipat, besar sudut daun (Leafgram vs Digital) dan pengaruhnya
pada posisi apeks dan basal, besar sudut terhadap klon dikemukakan pada Tabel 3.
vena, serta proyeksi besar sudut apeks dan
sudut basal terhadap sisi daun pada lebar Hal yang menarik dari Tabel 3 adalah
maksimum. Penelitian sebelumnya bahwa peubah yang dipengaruhi oleh
memanfaatkan komputer dengan Software tangkai daun (sebagai ulangan) adalah
Adobe Photoshop untuk melakukan peubah-peubah yang bersifat “ukuran
pengukuran terhadap peubah-peubah alami” seperti panjang, lebar, letak titik lipat,
tersebut, dengan tahapan scanning daun, titik pusat, dan lebar sisi helaian sebelah kiri
cropping, dan pembacaan skala. daun. Sedangkan peubah yang bersifat
“bentuk” yang dapat dikuantifikasi seperti
Teknik pengukuran secara digital besar sudut apeks, basal, vena, maupun
tersebut membutuhkan fasilitas scanner, proyeksinya tidak berbeda di antara tangkai
komputer, dan keterampilan tertentu dari daun. Hal ini menunjukkan bahwa bentuk
operator. Persyaratan tersebut daun yang diwakili sudut-sudutnya lebih
menimbulkan kesulitan jika fasilitas stabil dibandingkan peubah-peubah
tersebut tidak tersedia, sehingga perlu kuantitatif lainnya.

Tabel 3. Kuadrat tengah (KT) analisis keragaman antar metode pengukuran dan klon karet
di kebun entres
Table 3. Mean square of analysis variation measurement method between rubber clone in
budwood garden
Sumber keragaman (Source of square)
db = derajat bebas (Freedom of degree
Peubah alami Ulangan Metode Klon Galat
Natural characters MxK
Replicat e Method Clone Error
(14) (1) (6) (6) (182)
Panjang daun 26,469 * 0,118 tn 80,551 * 0,001 tn 10,997
Lebar daun 2,768 * 0,075 tn 18,237 * 0,000 tn 1,168
Titik lipat daun 5,268 * 9,316 * 13,146 * 0,185 tn 1,860
Titik pusat daun 6,617 * 0,029 tn 20,138 * 0,000 tn 2,749
Lebar sisi kiri helaian 0,652 * 0,846 tn 4,892 * 0,003 tn 0,301
10,11
Sudut apeks 66,030 tn 3,733 tn 517,146 * tn 50,166
4
Sudut basis 55,741 tn 281,186 * 276,921 * 5,758 tn 36,549
Sudut vena 15,004 tn 6,519 tn 155,025 * 2,275 tn 11,193
Sudut apeks layang 24,903 tn 151,725 * 323,155 * 9,797 tn 17,364
Sudut basis layang 25,748 tn 166,519 * 210,563 * 4,200 tn 10,724
Keterangan (Remaks): *: berbeda nyata, tn: tidak nyata

45
Pasaribu dan Suhendry

Sebagaimana penelitian sebelumnya pada komputer ditentukan dengan bantuan


(Suhendry & Pasaribu, 2009) bahwa seluruh garis horizontal pada bagian tengah antara
peubah penciri yang diamati pada penelitian letak titik daun terlebar pada sisi kiri helaian
ini dipengaruhi secara nyata oleh klon, dengan letak titik daun terlebar di sisi
sehingga identifikasi klon dapat dilakukan kanan. Akan tetapi pada penetapan secara
melalui peubah-peubah tersebut. Hasil manual, lipatan daun ditentukan dengan
penelitian pada Tabel 3 juga menunjukkan berpedoman pada titik daun paling lebar di
bahwa beberapa peubah berbeda nyata kedua sisi helaiannya, meskipun kadang-
diantara metode (teknik) identifikasi yang kadang tidak memotong secara horizontal
dipergunakan. Perbedaan hasil pengukuran garis tegak tulang daun (Gambar 3).
antara teknik digital dan manual dengan
leafgram terjadi pada peubah titik lipat Letak titik tepi daun terlebar tidak
daun, sudut basal, dan kedua sudut hasil memotong tegak lurus garis tulang daun,
proyeksi layang-layang pada basal dan maka dalam implementasinya pengamatan
apeks. Teknik pengukuran tersebut tidak TL daun perlu ditetapkan letak titik daun
berbeda nyata pada peubah-peubah yang terlebar pada sisi kiri helaian menjadi
ukuran tetap secara alami seperti panjang patokan pelipatan daun terhadap
daun, lebar daun maksimum, titik pusat kesejajaran posisi tulang daun.
daun, sudut apeks, dan sudut vena. Hal
tersebut karena sebelum pengukuran Akibat dari perbedaan cara
peubah tersebut tidak ada perlakuan penetapan titik lipat pada kedua teknik
tertentu yang dilakukan terhadap daun. identifikasi tersebut, maka letak titik daun
terlebar di kedua sisi juga berbeda. Kedua
Perbedaan titik lipat daun diduga titik tepi daun terlebar tersebut
akibat adanya perlakuan letak lipatan dipergunakan sebagai pedoman membentuk
sebelum peubah diukur secara manual. sudut layang-layang baik terhadap sudut
Penetapan posisi daun terlebar secara digital apeks maupun basal. Dalam pengujian ini,
dilakukan dengan memanfaatkan bantuan perbedaan menentukan letak titik tepi daun
kotak batas tepi dan garis horizontal, terlebar menyebabkan hasil proyeksinya
sedangkan secara manual ditetapkan terhadap sudut apeks dan basal juga
berdasarkan feeling (perkiraan) operator. berbeda nyata (Tabel 2).
Adakalanya ditemukan daun yang letak tepi
daun terlebarnya tidak horizontal terhadap Sudut basal yang berbeda nyata di
tulang daun yang telah diposisikan secara antara teknik identifikasi disebabkan
vertikal. Pada daun yang demikian, titik lipat karena ukurannya yang relatif kecil,
Titik Lipat Manual
Titik Lipat Digital

Gambar 3. Perbedaan penetapan posisi titik lipat berdasarkan letak daun terlebar
pada kedua sisi daun
Figure 3. Stipulating difference of position fold point based on wider leaf at both sides

46
Identifikasi Klon-klon Karet Berdasarkan Variasi Karakteristik Daun

sehingga membutuhkan tingkat ketelitian sama hasil pengukuran pada setiap klon.
yang lebih tinggi pada saat sudut tersebut Klon yang memiliki nilai titik lipat paling
diukur secara manual. Oleh karena itu besar seperti PB 217 dibanding klon lain
diperlukan pelatihan dan pengulangan cara yang diukur dengan teknik manual, tetap
mengukur yang lebih sering pada operator. sebagai klon dengan titik lipat terbesar
Pengaruh tingkat ketelitian operator dengan pengukuran secara digital.
tersebut tidak menyebabkan fenomena Demikian juga pada klon BPM 107, dimana
antar klon berbeda. Hal tersebut terbukti klon tersebut memiliki titik lipat paling kecil
dari tidak nyatanya interaksi metode dengan dibandingkan klon lain, baik secara manual
klon. Tidak nyatanya interaksi teknik maupun digital.
identifikasi dengan klon menunjukkan
bahwa teknik pengukuran karakteristik Secara umum pengukuran secara
daun karet tidak dipengaruhi oleh klon, manual menghasilkan nilai yang lebih besar
artinya klon apapun dapat diukur dengan dibandingkan pengukuran secara digital.
salah satu teknik identifikasi (digital atau Fenomena yang sama terjadi pada peubah
manual). penciri sudut basal daun, proyeksi sudut
layang basal. Sedangkan pada proyeksi
 Pada peubah yang dipengaruhi oleh sudut layang apeks hasil pengukuran
metode identifikasi seperti titik lipat daun, dengan teknik digital lebih besar dari
sudut basal, proyeksi layang sudut apeks manual pada setiap klon. Lebih besarnya
dan basal (Gambar 4) terlihat pola yang hasil pengukuran TL, sudut basal alami dan

9,0 80

78
8,0
76
Titik lipat daun dari apeks

7,0 74
Sudut Basal Alami

72
6,0
70

Manual 68 Manual
5,0
Digital Digital
66

4,0 64

62
3,0
PB 340

PB 217

BPM 109
IRR 112

IRR 5

IRR 104

BPM 107

60
IRR 112

IRR 104

PB 340

PB 217
IRR 5

BPM 107

BPM 109

Klon
Clone Klon
Clone

62 45

60
40
58
Sudut Basal Layang
Sudut Apex Layang

56 35

54
30 Manual
52 Manual
Digital Digital
50 25

48
20
46
IRR 112

PB 340

PB 217
IRR 5

IRR 104

BPM 107

BPM 109
IRR 112

PB 340

PB 217

BPM 109
IRR 5

IRR 104

BPM 107

Klon
Klon Clone
Clone

Gambar 4. Pola hasil pengukuran beberapa karakteristik daun melalui teknik digital dan
manual pada setiap klon contoh
Figure 4. Measurement pattern some of leaf characteristics through digital and manual
techniques every sample clone

47
Pasaribu dan Suhendry

sudut basal layang disebabkan pengaruh jenis gulma. Namun dari hasil penelitian
teknik cropping daun pada teknik digital. tersebut ada beberapa hal penting yang
Pada teknik digital, sebelum daun diukur menjadi catatan diantaranya harus
terlebih dahulu dilakukan pemisahan latar dikumpulkan database gambar yang
belakangnya (background) melalui teknik diambil secara menyeluruh dan jangan ada
cropping. Teknik cropping dilakukan secara tumpang tindih hasil gambar yang diperoleh
visual dengan memanfaatkan magictool (Weis & Gerhard, 2007). Kumar et al (2012),
pada program Software Adobe Photoshop. juga menyampaikan bahwa telah dilakukan
Teknik ini menyebabkan irisan tepi daun identifikasi spesies tanaman menggunakan
lebih masuk ke arah dalam sehingga ukuran pengenalan visual secara otomatis (leafsnap)
daun menjadi lebih kecil yang berakibat dari foto daun suatu tanaman.
letak lebar daun maksimum bergeser ke
arah apeks. Hal ini menyebabkan jarak titik 3. Konsistensi Ukuran Daun di Kebun
lipat daun dari apeks lebih kecil bila Entres yang Berbeda
dibandingkan jarak titik lipat daun yang
tidak dicrop dan diukur secara manual. Hasil penelitian konsistensi ukuran
Akibat semakin tingginya letak titik lipat daun di tiga daerah yang berbeda
tersebut menyebabkan proyeksi sudut basal menunjukkan tidak berbeda nyata untuk
langsung menjadi lebih kecil dan sudut semua karakter yang diamati dari klon PB
apeks layang menjadi lebih besar pada 260. Nilai kuadrat tengah (KT) terhadap
pengukuran secara digital dibandingkan analisis konsistensi ukuran daun pada tiga
secara manual. Ukuran yang mengecil daerah yang berbeda dapat dilihat pada
akibat cropping tersebut pada teknik digital Tabel 4.
juga menyebabkan sudut basal alami
bertambah kecil dibandingkan dengan yang Hasil analisis menunjukkan bahwa
tidak dicrop (diukur manual). Ini menjadi dari sepuluh karakter pembeda yang dinilai
salah satu kelemahan pada teknik digital menunjukkan hal yang sama setelah
bila operator pelaksananya kurang ahli dan dianalisis. Ini menunjukkan bahwa karakter
teliti. klon yang sama tidak akan berbeda antara
tempat yang satu dengan tempat lainnya.
Penelitian yang lebih canggih telah Pada identifikasi gulma umur 45 hari juga
dilakukan untuk mengidentifikasi biji gulma disebutkan bahwa lokasi tumbuhnya
dengan menggunakan kamera yang tanaman tidak mempengaruhi fitur bentuk
memiliki sensor dengan kualitas gambar secara umum dengan analisis gambar biner
yang bagus sehingga hasil pencitraanya (Woebbecke, Meyer, Bargen, & Mortensen,
dapat digunakan untuk mengidentifikasi 1995).

Tabel 4. Kuadrat tengah (KT) analisis keragaman konsistensi ukuran daun pada tiga daerah
yang berbeda
Table 4. Mean square of analysis variation of leaf size consistency at three different areas

Sumber keragaman (Source of square)


Peubah alami db = derajat bebas (Freedom of degree)
Natural characters Ulangan Daerah Galat
Replicat e State Error
Panjang daun 450,60 tn 528,31 tn 437,65
Lebar daun 76,22 tn 82,06 tn 75,25
Titik lipat daun 130,24 tn 289,62 tn 103,68
Titik pusat daun 131,47 tn 131,83 tn 131,41
Lebar sisi kiri helaian 18,89 tn 19,67 tn 18,76
Sudut apeks 15452,5 tn 16771,4 tn 15232
Sudut basis 9539,7 tn 9767,7 tn 9501,7
Sudut vena 4812,6 tn 5141,3 tn 4757,8
Sudut apeks layang 6200,2 tn 6961,3 tn 6073,1
Sudut basis layang 3897,3 tn 4407,4 tn 3812,3
Keterangan (Remaks): tn: tidak nyata

48
Identifikasi Klon-klon Karet Berdasarkan Variasi Karakteristik Daun

KESIMPULAN Cerutti, G., Tougne, L., Mille, J., Vacavant,


A., & Coquin, D. (2013).
Dari hasil penelitian yang telah Understanding leaves in natural
dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai images-a model-based approach for
berikut perbedaan nyata antara tree species identification. Computer
karakteristik beberapa klon pada pengujian Vision and Image Understanding,
ini telah memperkuat hasil sebelumnya, 117(10), 1482-1501. Doi :
yang menunjukkan bahwa karakteristik 10.1016/j.cviu. 2013.07.003.
daun dapat dipergunakan untuk
mengidentifikasi klon karet. Sebagian besar Herman., & Harjoko, A. (2015). Pengenalan
parameter penciri daun ternyata spesies gulma berdasarkan bentuk
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan tekstur daun menggunakan
tumbuhnya akibat pengaruh cahaya, jaringan syaraf tiruan. Indonesian
kelembaban dan temperatur, tetapi Journal of Computing and Cybernetics
beberapa penciri lainnya (P/TL, TL/TP, Systems, 9(2), 207-218. Doi :
sudut apeks alami, sudut vena alami dan 10.22146/ijccs.7549.
proyeksi sudut A/B) tidak nyata dipengaruhi
lingkungan tumbuh. Interaksi klon dan Hearn, D.J. (2009). Shape analysis for the
lingkungan tumbuh berbeda sehingga automated identification of plants from
identifikasi klon melalui karakteristik daun images of leaves. Taxon, 58(3), 934-
harus dilakukan berdasarkan stadia 954.
pertumbuhan. Tempat tumbuh yang
berbeda akan menghasilkan karakter yang Kadir, A., Nugroho, L.E., Susanto, A., &
sama Hasil pengujian teknik identifikasi Santosa, P.I. (2011). Leaf classification
menunjukkan bahwa seluruh parameter using shape, color, and texture
penciri daun yang bersifat alami berbeda features. International Journal of
diantara klon, tetapi sebagian besar penciri Computer Trends and Technology,
tidak berbeda diantara metode yang diuji, 2011, 225-230.
kecuali titik lipat, sudut basal dan proyeksi
sudut. Tidak ada pengaruh interaksi klon Keppel, G., & Wickens, T.D. (1973). Design
dan teknik identifikasi sehingga kedua and Analysis. A Researcher's
teknik dapat dipergunakan untuk Handbook. New Jersey, USA: Prentice
mengidentifikasi seluruh klon. Hall, Inc.

 Selanjutnya untuk pelaksanaan Kumar, N., Belhumeur, P.N., Biswas, A.,


kegiatan penelitian berikutnya disarankan Jacobs, D.W., Kress, W.J., & Lopez,
untuk menghilangkan pengaruh hasil I.C. (2012). Leafsnap: A computer
pengukuran diantara metode digital dan vision system for automatic plant
manual, diperlukan pelatihan kepada spesies identification. Computer
operator agar memiliki tingkat ketelitian Vision-ECCV 2012, 7573, 502-516.
lebih tinggi. Penggunaan teknik manual
dengan leafgram lebih sederhana Laga, H., Kurtek, S., Srivastava, A., &
dibandingkan teknik digital, oleh karena itu Miklavcic, S.J. (2014). Landmark-free
pembuatan database karakter penciri statistical analysis of shape of plant
sebaiknya dilakukan dengan teknik leaves. Journal of Theoretical Biology,
leafgram. 3 6 3 , 4 1 - 5 2 . D o i :
10.1016/j.jtbi.2014.07.036.

DAFTAR PUSTAKA Suhendry, I., & Pasaribu, S.A. (2009).


Identifikasi klon karet melalui
Bruno, O.M., Plotze, R.d.O., Falvo, M., & de karakteristik daun. 1. Variasi ukuran
Castro, M. (2008). Fractal dimension daun. Jurnal Penelitian Karet, 27(1), 1-
applied to plant identification. 20.
Information Science, 178(12), 2722-
2733. Doi : 10.1016/j.ins.2008.01. Volkenburgh, E.V. (1999). Leaf expansion-an
023. integrating plant behavior. Plant, Cell
& Environment, 22(12), 1463-1473. Doi
: 10.1046/j.1365-3040.1999.00514.x.

49
Pasaribu dan Suhendry

Weier, T.E., Stocking, C.R., Barbour, M.G., & Woebbecke, D.M., Meyer, G.E., Bargen, K.V.,
Rost, T.L. (1982). Botany an & Mortensen, D.A. (1995). Shape
introduction to plant biology. features for identifying young weeds
California, USA : John Wiley & using image analysis. Transactions
Sons. of the ASAE, 38(1), 271-281. Doi :
10.13031/2013.27839.
Weis, M., & Gerhards, R. (2007).
Identification of Weeds from Digital Zhao, C., Chan, S.S.F., Cham, W.K., & Chu,
Images. Agricultural Field Trials, 2, L.M. (2015). Plant identification
7p. using leaf shape-A pattern counting
approach. Pattern Recognition,
48(10), 3203-3215. Doi :
10.1016/j.patcog.2015.04.004.

50

You might also like