Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No.

1, Juni 2014

PEMBELAJARAN PAI
BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Lathifah Hanum
Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Ar-Raniry, Aceh
Dosen Jurusan PAI pada Fakultas Tarbiyah IAIN Langsa Aceh

ABSTRACT
This study aimed to describe the process of implementation, knowing the results of
learning, find problems, and find solutions for the improvement of educational quali-
fication improvement program S1 for Madrasa teachers and PAI (Islamic Education)
teachers through dual mode system in Tarbiya and Teaching Faculty of UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
This research is a qualitative descriptive study, the subject of research, program man-
agers, lecturers, and students participating in the Dual Mode System Program. Data
collected through observation, interviews, and documentation. Data analysis using
inductively mindset.
Results show that: 1). The process of implementation of the program for the improve-
ment of educational qualifications S1 Madrasah teachers and PAI teachers through
a dual mode system in Tarbiya and Teaching Faculty of UIN Sunan Kalijaga Yogya-
karta, has been performing well, with reference to the established regulations; 2).
Learning outcomes 80% categorized as very satisfactory, and 20%, satisfactory; 3).
Problem Management covers eight aspects, namely the curriculum, learning, student
recruitment, system conversion, distribution module, LPTKs relationships with part-
ners, completion of thesis, and quality assurance. 4). The suggested solution is the im-
provement of curriculum and learning, new student recruitment system, conversion,
distribution module, the system of cooperation with LPTKs Partners, and improve-
ment of quality assurance commitment.

ABSTRAK
Anak-anak luar biasa saat ini lebih dikenal dengan sebutan anak-anak berkebutuhan
khusus.Pembelajaran terhadap terhadap anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus
memerlukan keahlian khusus dimana pendidik tidak hanya mampu menyampaikan
pembelajaran namun juga harus lebih cermat mengamati bakat khusus dari peserta
didik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipelaksanaan pembelajaran PAI bagi
anak berkebutuhan khusus di SLB Kota Langsa.Penelitian dengan pendekatan kuali-
tatif ini mengumpulkan data melalui teknik observasi, wawancara dan studi doku-
men. Dalam menganalisis data peneliti menggunakan teknik analisa kualitatif dengan
langkah-langkah pemaparan data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan.Terdapat
temuan dimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran PAI dilakukan dengan strategi
pembelajaran yang beragam; pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang
variatif; dan pemanfaatan media pembelajaran. Selain itu terdapat hambatan dalam

217
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 2, Desember 2014

pembelajaran PAI bersama anak berkebutuhan khusus, yaitu belum maksimalnya kom-
petensi guru PAI dalam membelajarkan dan minimnya buku pegangan (buku teks) PAI
bagi anak berkebutuhan khusus sehingga pembelajaran PAI belum efektif dan efisien.
Berdasarkan temuan penelitian di atas disimpulkan bahwa pembelajaran pendidikan
agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa Kota Langsa su-
dah berjalan dengan cukup baik namun perlu ditingkatkan. Oleh karena itu penelitian
ini memberi saran atau merekomendasikan agar guru PAI dan institusi terkait da-
lam hal ini Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama menjalin kerja
sama untuk memberdayakan dan meningkatkan kompetensi guru PAI dalam bentuk
pendidikan dan latihan terkait dengan keterampilan khusus yang harus dimiliki guru
PAI dalam mengelola pembelajaran bersama anak berkebutuhan khusus.

Kata kunci: pembelajaran PAI, anak-anak berkebutuhan khusus

PENDAHULUAN normal. Namun demikian tidak luput dari


Pembelajaran terhadap anak-anak pandangan kita bahwa di beberapa daerah
berkebutuhan khusus merupakan merupak- yang jauh dari masyarakat urban, komunitas
an suatu kegiatan pembelajaran dimana para anak-anak yang berkebutuhan khusus (anak
pendidik dituntut untuk memiliki keahl- luar biasa) masih seringkali menjadi suatu
ian khusus serta cermat mengamati bakat hal yang terpinggirkan dalam kehidupan
dan minat mereka bukan bertumpu kepada anak-anak normal pada umumnya.
prestasi akademik terstruktur sebagaimana Keadaan yang demikian membawa
pada anak-anak normal. anak-anak berkebutuhan khusus kepada
Kalimat tersebut memberikan penger- kehidupan yang sepi informasi dan sering
tian bahwa pembelajaran merupakan suatu kali tertinggal dalam banyak hal. Sekian
kegiatan yang terprogram dan penuh per- lama hidup “menyendiri” di tengah kera-
encanaan dalam mengarahkan peserta didik maian dan gejolak perubahan zaman yang
dengan menggunakan segenap kompetensi semakin cepat, secara tidak sadar membuat
baik itu profesional, kepribadian, sosial dan anak-anak berkebutuhan khusus cenderung
terlebih kompetensi pedagogik. Pembelaja- memiliki konsep diri yang rendah, karena
ran terhadap anak normal saja dituntut guru mereka menganggap dirinya tidak layak un-
mempunyai keahlian khusus apalagi kegia- tuk bergaul secara luas apalagi berkompetisi
tan pembelajaran yang akan dilakukan ter- dengan anak normal pada umumnya. Pada-
hadap anak-anak yang memiliki kebutuhan hal sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.
khusus. Fenomena yang tampak, di mana anak-anak berkebutuhan khusus (termasuk
beberapa tahun berlalu, anak-anak yang tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita
memiliki kebutuhan khusus dalam berbagai dan autis) juga dianugerahkan akal pikiran
hal telah tampil di depan mewakili komu- yang sama dengan manusia lain.
nitasnya, dan bahkan sudah terlihat lebih Selain itu anak-anak berkebutuhan
mensyukuri kehidupan dari pada anak-anak

218
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 1, Juni 2014

khusus seringkali mendapatkan perilaku Dari kenyataan ini dapat diasumsikan


diskriminatif dan sering mendapatkan peno- bahwa porsentase anak-anak berkebutuhan
lakan atas akses terhadap hak asasi manusia khusus yang mendapatkan layanan pendidi-
termasuk hak untuk mengakses pendidikan. kan jumlahnya amat sedikit. Hal ini dikar-
Anak-anak berkebutuhan khusus sendiri enakan masih adanya hambatan pada pola
juga kurang memahami, kurang informasi pikir masyarakat yang mengabaikan potensi
dan tidak sadar tentang hak-hak mereka. anak-anak berkebutuhan khusus. Pada um-
Rachmita M. Harahap1 menyebutkan bahwa umnya masyarakat memandang kecacatan
salah satu dari permasalahan di Indonesia sebagai penghalang untuk berbuat sesuatu.
adalah kurangnya pemahaman, kesadaran Sejarah telah mencatat bahwa orang cacat
dan akses terhadap hak asasi manusia yang mampu melakukan sesuatu dan berhasil. Se-
mengakibatkan ketidakmampuan anak-anak jarah Islam mencatat nama seperti Abdullah
berkebutuhan khusus dalam berpartisipasi ibn Ummi Maktum, sahabat Rasulullah Saw.
secara utuh dalam kehidupan masyarakat. yang mampu menghafal Alquran padahal
Anak-anak berkebutuhan khusus di Indone- ia buta.2 Dari sudut sejarah sains kita juga
sia seringkali hanya diperbolehkan meneri- mengenal Thomas Alfa Edison yang gagu
ma bantuan tanpa ditanya pendapat mereka. dan kurang dalam pendengaran menjadi ahli
Model amal tetap lebih dominan daripada lampu, Stephen Hopkins seorang yang tidak
model pemberdayaan. bisa berjalan namun menjadi ahli fisika dan
Kesadaran masyarakat Indonesia men- sebagainya.3 Sejatinya kenyataan ini mesti
genai anak berkebutuhan khusus pun masih menjadi titik tolak pemahaman bahwa mer-
kurang dan sangat didominasi oleh adat is- eka juga memiliki kemampuan yang siap
tiadat, kepercayaan agama, mitos yang cend- bersaing dengan anak pada umumnya bila
erung menganggap bahwa kecacatan anak diberikan pendidikan.
yang disebut anak berkebutuhan khusus itu Dengan demikian dapatlah ditegas-
lebih sebagai kutukan atau hukuman bagi kan bahwa pendidikan menjadi kebutuhan
keturunan orang yang berbuat dosa. Akibat- dasar manusia. Hanya dengan pendidikan
nya anak-anak berkebutuhan khusus jarang yang baik seseorang akan mengetahui hak
diperhatikan di dalam masyarakat karena itu dan tanggung jawabnya sebagai individu,
mereka sering hidup terisolasi, disembunyi- anggota masyarakat dan sebagai makhluk
kan di rumah atau di sebuah institusi karena Allah Swt. Pendapat ini sesungguhnya me-
malu. Padahal sejatinya, tidak ada siapa pun negaskan bahwa pendidikan adalah hak
yang mau dilahirkan dalam keadaan tidak asasi manusia. Karena itu untuk mencapai
“sempurna” apalagi hidup menyusahkan proses pemenuhan hak dasar dalam bidang
orang lain. pendidikan diperlukan strategi pemerataan
1
Rachmita M. Harahap, “Kata Pengantar” 2
Sa’id Isma’il ‘Ali, Al-Fikr al-Tarbawiy al-
dalam Jamila K. A. Muhammad, Special Education ‘Arabiy al-Islami: Ushul wa al-Mabadi (Tunisia:
for Special Children, terj. Edy Sembodo (Bandung: Idarah al-Buhuts al-Tarbawiyyah, 1978), h. 1027.
Hikmah, 2008), h. x-xi. 3
Harahap, “Kata Pengantar”, h. xii.

219
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 2, Desember 2014

pendidikan yang berkualitas sehingga hak belum memadai dan kemampuan pendidik
semua anak dalam bidang pendidikan da- agama Islam dalam menggunakan strategi
pat dipenuhi atau dengan kata lain bahwa yang masih dirasakan kurang relevan den-
pendidikan adalah untuk semua (education gan perlakuan yang seharusnya diterima oleh
for all/EFA) yang mengisyaratkan bahwa anak berkebutuhan khusus. Berdasar uraian
pendidikan harus diberikan kepada semua di atas, yang menjadi rumusan masalah da-
tanpa terkecuali termasuk bagi mereka yang lam penelitian ini adalah bagaimana pelak-
dianggap oleh kebanyakan orang tidak perlu sanaan pembelajaran PAI bagi anak berke-
diberikan pendidikan, yaitu mereka yang butuhan khusus di SLB Kota Langsa?
mengalami keterbatasan.
Namun disini perlu disadari bahwa KAJIAN TEORI
layanan pendidikan yang diberikan kepada 1. Hakikat Anak Berkebutuhan Khusus
anak-anak berkebutuhan khusus tentu ber- Anak berkebutuhan khusus merupa-
beda dengan anak-anak pada umumnya. kan sebutan pengganti dari anak luar biasa.
Oleh karena itu diperlukan pembelajaran Sebutan anak berkebutuhan khusus (chil-
yang padu agar anak berkebutuhan khusus dren with special needs) merupakan sebutan
mencapai target pembelajarannya yaitu ke- yang lebih tepat dari sebutan anak luar biasa
mandirian. Pendidikan agama Islam adalah dan bahkan anak cacat.4 Anak berkebutu-
salah satu mata pelajaran yang harus diajar- han khusus didefinisikan sebagai anak-anak
kan dalam setiap jenjang dan satuan pen- yang berbeda dari anak-anak biasa dalam hal
didikan luar biasa, karena itu mutlak mana- ciri-ciri mental, kemampuan sensorik, ke-
jemen pembelajaran agama Islam harus mampuan komunikasi, tingkah laku sosial,
sedemikian rupa direncanakan, dipraktikkan ataupun ciri-ciri fisik.5 Selanjutnya Kirk da-
dan dievaluasi agar pembelajaran agama Is- lam Jamila6 menyebutkan anak-anak hanya
lam memberikan pengaruh yang signifikan dianggap sebagai anak berkebutuhan khusus
terhadap anak berkebutuhan khusus antara apabila memiliki kebutuhan untuk menye-
lain: berakhlak mulia, taat beribadah, per- suaikan program pendidikan. Ini akibat dari
caya diri dan sebagainya. keadaan mereka yang menyebabkan mereka
Persoalan saat ini yang sedang dihadapi tidak dapat menerima pelajaran dengan cara
Sekolah Luar Biasa (SLB) kaitannya dengan biasa. Oleh karena itu mereka harus diberi-
pembelajaran pendidikan agama Islam ada- kan layanan pendidikan secara khusus.7
lah masih langkanya guru PAI yang berpen- Pelaksanaan pendidikan bagi anak
didikan khusus untuk profesi guru PAI Luar 4
Ekodjatmiko Sukarso, dkk., Assesmen Anak
Biasa, kurangnya buku-buku ajar pembela- Berkebutuhan Khusus (Jakarta: Dirjen PSLB, 2001),
h. 5.
jaran agama Islam bagi anak-anak berke- 5
Jamila K. A. Muhammad, Special Education
butuhan khusus di hampir semua sekolah for Special Children, cet. I, terj. Edy Sembodo
(Jakarta: Hikmah, 2008), h. 37.
luar biasa. Ditambah sarana/prasarana yang 6
Ibid.
7
Ibid., h. vi.

220
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 1, Juni 2014

berkebutuhan khusus dapat dilakukan den- disebut sebagai anak dengan keter-
gan dua model, yaitu: batasan perkembangan (child with de-
a. Secara tersendiri/khusus (segresi) arti- velopment impairment).
nya anak berkebutuhan khusus dikel- b. Kesulitan Belajar (learning disabilities)
ompokkan dengan anak berkebutuhan atau anak yang berprestasi rendah (spe-
khusus saja dalam satu tempat. cific learning disability).
b. Secara terpadu (inklusi) artinya anak c. Hiperaktif (Attention Deficit Disorder
berkebutuhan khsusus dikelompokkan with Hyperactive).
dengan anak pada umumnya dalam sat- d. Tunalaras (emotional or behavioral dis-
uan pendidikan, tentunya dibantu oleh order).
guru pembimbing/tenaga ahli pendidi- e. Tunarungu wicara (communication dis-
kan luar biasa.8 order and deafness).
Secara umum penyelenggaraan pen- f. Tunanetra (partially seing and legally
didikan bagi anak berkebutuhan khusus agar blind) atau disebut dengan anak yang
mandiri mengacu pada dua prinsip pokok, mengalami hambatan dalam pengliha-
yaitu: tan.
a. Rehabilitasi, yaitu mengupayakan untuk g. Anak Autis (autistic children).
memperbaiki kekurangan dalam taraf h. Tunadaksa (physical disability).
tertentu. a. Anak Berbakat (giftedness and special
b. Habilitasi, yaitu upaya penyadaran bah- talents).
wa dirinya masih memiliki kemampuan Secara yuridis formal yang menjadi
yang dapat diberdayakan.9 dasar penyelenggaraan bagi Anak Berke-
Adapun jenjang pendidikan bagi anak butuhan Khusus adalah UUD 1945 pasal
berkebutuhan pada sekolah luar biasa terdiri 31 yang intinya bahwa setiap warga Nega-
dari: Tingkat Persiapan (1 dan 2)/TKLB set- ra berhak mendapatkan pendidikan. Selain
ara dengan TK A dan TK B, SDLB, SMPLB itu dasar penyelenggaraan pendidikan anak
dan SMALB.10 bagi anak berkebutuhan khusus adalah UU
Anak berkebutuhan khusus yang paling No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
banyak mendapat perhatian guru menurut Anak, Pasal 51 menyebutkan: “Anak yang
Kauffman dan Hallahan11 adalah sebagai menyandang cacat fisik dan/atau mental
berikut: diberikan kesempatan yang sama dan ak-
a. Tunagrahita (mental retardation) atau sesibilitas untuk memperoleh pendidikan
8
Ekodjatmiko Sukarso dkk., Acuan biasa dan pendidikan luar biasa.” Selan-
Penyelenggaraan Pendidikan Luar Biasa (Jakarta: jutnya UU No. 20 Tahun 2003 Sisdiknas
Dirjen PLSB, 2001), h. 18.
9
Ibid., h. 25. dalam Pasal 5 Ayat 1 menyebutkan: “PEN-
10
Ibid.,h. 9. DIDIKAN KHUSUS merupakan pendidikan
11
J. M. Kauffman & D. P. Hallan, Special
Education: What It Is and Why We Need It (Boston: bagi peserta didik yang memiliki tingkat kes-
Pearson Education Inc., 2005), h. 28-45.

221
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 2, Desember 2014

ulitan dalam mengikuti proses pembelajaran Sementara itu dalam normatif Islam
karena KELAINAN fisik, emosional, mental, juga ditemukan landasan kuat tentang pe-
sosial” Ayat 2 menyebutkan bahwa “Warga nyelenggaraan pendidikan. Pertama, Islam
negara yang mempunyai KELAINAN fisik, menekankan bahwa pendidikan merupakan
emosional, mental, intelektual, dan/atau kewajiban agama dimana proses pembela-
sosial berhak memperoleh PENDIDIKAN jaran dan transmisi ilmu sangat bermakna
KHUSUS. Kemudian UU No. 4 tahun 1997 bagi kehidupan manusia.14Kedua, Seluruh
tentang  Penyandang Cacat dalam Pasal rangkaian pelaksanaan pendidikan adalah
5 menyebutkan: “Setiap penyandang ca- ibadah kepada Allah Swt.15 Sebagai ibadah
cat mempunyai hak dan kesempatan yang maka pendidikan merupakan kewajiban
sama dalam segala aspek kehidupan dan individual sekaligus kolektif. Ketiga, Is-
penghidupan” dan Pasal 6 Ayat 1 menye- lam memberikan derajat tinggi bagi kaum
butkan: “Setiap penyandang cacat berhak terdidik, sarjana maupun ilmuwan16, kar-
memperoleh Pendidikan pada semua satu- ena Islam memandang bahwa orang yang
an, jalur, jenis dan jenjang pendidikan.”12 berilmu dengan orang yang tidak berilmu
Terkait penyelenggaraan pendidikan adalah berbeda.17Kelima, Islam memberi-
agama Islam bagi anak berkebutuhan khusus kan landasan bahwa pendidikan merupa-
dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sis- kan aktivitas sepanjang hayat, sebagaimana
diknas Pasal 37 Ayat 1 menyebutkan bahwa Hadis Nabi Muhammad Saw. Kelima, Islam
“Kurikulum pendidikan dasar dan menengah mengajarkan persamaan (egaliter) dalam
wajib memuat: a. Pendidikan agama…”13 Se- memberikan layanan pendidikan dan tidak
mentara itu dalam PP 55 Tahun 2007 tentang diskriminatif.18 Sebab pendidikan akan
Pendidikan Agama dan Keagamaan Bab II membuat yang bersangkutan memiliki ilmu
Pasal 3 Ayat 1 menyebutkan bahwa “ Setiap dan menjadi orang yang takut kepada Allah
satuan pendidikan pada semua jalur, jenjang Swt.19 dan selanjutnya akan menjadikannya
dan jenis pendidikan wajib menyelenggara- sebagai pribadi mulia di hadapan-Nya, kar-
kan pendidikan agama.” Selanjutnya dalam ena kemuliaan itu bukan terletak pada siapa
Pasal 4 Ayat 2 menyebutkan bahwa “Set- dia dan apa yang dia punya tetapi terletak
iap peserta didik pada satuan pendidikan di pada takwa.20
semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan 14
QS. Al-‘Alaq (96) ayat 1-5. Karena pada
hakikatnya ilmu bentuk pengajaran Allah Swt.
berhak mendapat pendidikan agama sesuai langsung kepada manusia untuk memuliakannya.
agama yang dianutnya dan diajar oleh pen- Lihat Sayyid Quthub, Fi Zilal al-Quran jilid VI
(Kairo: Dar al-Syuruq, 1424 H/1992 M), h. 3936-
didik yang seagama.” 3937.
15
QS. Al-Hajj (22) ayat 54.
12
http://www.pkplk-plb.org.“Dasar-dasar 16
QS. Al-Mujadilah (58) ayat 11 dan QS. Al-
Hukum Penyelenggaraan Pendidikan Khusus Nahl (16) ayat 43.
didownload pada 16 Oktober 2014. 17
QS. Al-Zumar (39) ayat 9.
13
Tim Qanon, Undang-undang Nomor 20 18
QS. ‘Abasa (80) ayat 1-4.
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, cet. 19
QS. Fathir (35) ayat 28.
I (Jakarta: Qanon Publishing, 2004), h. 32. 20
QS. Al-Hujarat (49) ayat 13.

222
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 1, Juni 2014

Lebih lanjut perlu ditegaskan bahwa Tafsir dalam Muhaimin23 menyebutkan


layanan pendidikan bagi Anak Berkebutu- bahwa pendidikan agama Islam (PAI) dan
han Khusus merupakan “proses pemberian pendidikan Islam berbeda. Menurutnya PAI
bantuan” kepada mereka untuk menjadi dibakukan sebagai nama “kegiatan men-
pribadi yang optimal seperti layaknya anak- didikkan” agama Islam. Dengan kata lain
anak normal. PAI dianggap sebagai mata pelajaran yang
Tidak hanya dalam hal memperoleh seharusnya dinamakan “Agama Islam”, hal
pendidikan, dalam hal menjalani hukum da- ini kemudian yang membuat PAI sejajar atau
lam kehidupan, anak berkebutuhan khusus sekategori dengan pendidikan matematika,
juga masih dibebani hukum taklif untuk pendidikan olah raga, pendidikan biologi
menjalankan syariat. Hanya saja pembe- dan seterusnya. Sedangkan pendidikan Is-
banan hukum taklif kepada mereka tentu lam adalah nama sistem, yaitu sistem pen-
berbeda dengan manusia normal, artinya se- didikan Islami yang memiliki komponen-
suai dengan kemampuan yang dimilikinya. komponen yang mendukung terwujudnya
Sebab Allah Swt. pun tidak membebani ke- sosok Muslim yang diidealkan. Pendidikan
cuali sesuai dengan kapasitas yang dimiliki Islam adalah pendidikan yang teori-teorinya
seseorang21 dan manusia sendiri pun diperin- disusun berdasarkan Alquran dan Hadis.
tahkan Allah SWT. untuk melakukan takwa Muhaimin sendiri juga menyebutkan
sesuai dengan kemampuannya.22 Berdasar- bahwa pendidikan agama Islam adalah salah
kan pada alur pikir tersebut maka pendidi- satu bagian dari pendidikan Islam. Menurut-
kan agama Islam menjadi mutlak diperlukan nya pendidikan Islam dapat dapahami dari
bagi mereka untuk mengetahui dasar-dasar tiga perspektif, yakni24:
syariat Islam, mengembangkannya sekali- a. Pendidikan menurut Islam atau pen-
gus mengamalkannya. didikan yang berdasarkan Islam, dan/
2. Hakikat Pendidikan Agama Islam atau sistem pendidikan yang Islami,
Banyak orang yang merancukan yaitu pendidikan yang dipahami dan
pengertian istilah “pendidikan agama Islam” disusun dari ajaran dan nilai-nilai funda-
dan “pendidikan Islam”. Kedua istilah ini mental yang terkandung dalam sumber
dianggap sama sehingga ketika seseorang dasarnya, yaitu Alquran dan Hadis. Da-
berbicara tentang pendidikan Islam ternyata lam pengertian yang pertama ini, pen-
isinya terbatas pada pendidikan agama Is- didikan Islam dapat berwujud pemikiran
lam atau sebaliknya ketika seseorang berbi- dan teori pendidikan yang mendasarkan
cara tentang pendidikan agama Islam justru 23
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum
yang dibahas di dalamnya adalah tentang Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,
dan Perguruan Tinggi (Jakarta: PT. RajaGrafindo
pendidikan Islam. Padahal kedua istilah itu Persada, 2005), h. 6.
memiliki substansi yang berbeda. 24
Ibid., h. 7-8. Bandingkan dengan Haidar Putra
Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan
QS. Al-Baqarah (2) ayat 286.
21
Pendidikan Islam di Indonesia (Bandung:Citapustaka
QS. At-Taghabun (64) ayat 16.
22
Media, 2001), h. 181.

223
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 2, Desember 2014

diri atau dibangun dan dikembangkan ke generasi sepanjang sejarahnya.


dari sumber-sumber dasar tersebut. Sementara itu Muhammad Salih Samak
b. Pendidikan ke-Islaman atau pendidikan sebagaimana dikutip Ramayulis25 mengarti-
agama Islam, yakni upaya mendidik- kan pendidikan agama Islam sebagai pen-
kan agama Islam atau ajaran Islam dan didikan yang berdasarkan pokok-pokok dan
nilai-nilainya agar menjadi way of life kajian-kajian asas yang meliputi ayat-ayat
(pandangan dan sikap hidup) seseorang. Alquran, Hadis dan kaidah-kaidah ketu-
Dalam pengertian yang kedua ini dapat hanan, muamalat, urusan pribadi manusia,
berwujud: (1) segenap kegiatan yang di- tata susila dan ajaran akhlak. Lebih praktis
lakukan seseorang untuk membantu ses- Zakiah Daradjat, dkk.26 menyebutkan bahwa
eorang atau sekelompok peserta didik pendidikan agama Islam adalah usaha yang
dalam menanamkan dan/atau menum- secara sadar dilakukan guru untuk mempen-
buhkembangkan ajaran Islam dan nilai- garuhi siswa dalam rangka pembentukan
nilainya untuk dijadikan sebagai pan- manusia beragama.
dangan hidupnya, yang diwujudkan da- Menurutnya, pemberian pengaruh
lam sikap hidup dan dikembangkan da- agama di sini mempunyai arti ganda, yaitu:
lam keterampilan hidupnya sehari-hari; pertama sebagai salah satu sarana agama
(2) segenap fenomena atau peristiwa (dakwak Islamiyah) yang diperlukan bagi
perjumpaan antara dua orang atau lebih pengembangan kehidupan keagamaan dan
yang dampaknya ialah tertanamnya dan/ kedua, sebagai salah satu sarana pencapa-
atau tumbuh kembangnya ajaran Islam ian tujuan pendidikan nasional.27 Adapun
dan nilai-nilainya pada salah satu atau tujuan pendidikan nasional sebagaimana
beberapa pihak. disebutkan dalam Undang-undang Nomor
c. Pendidikan dalam Islam, atau proses 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
dan praktik penyelenggaraan pendidi- Nasional adalah mengembangkan kemam-
kan yang berlangsung dan berkembang puan dan mengembangkan watak serta
dalam sejarah umat Islam. Dalam arti peradaban bangsa yang bermartabat dalam
proses bertumbuhkembangnya Islam dan rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
umatnya, baik Islam sebagai agama, aja- yang bertujuan untuk berkembangnya po-
ran maupun system budaya dan perada- tensi peserta didik agar menjadi manusia
ban, sejak zaman Nabi Muhammad Saw. yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
sampai sekarang. Jadi dalam pengertian Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
ketiga ini istilah pendidikan Islam dapat kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara
dipahami sebagai proses pembudayaan
25
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama
dan pewarisan ajaran agama, budaya Islam, cet. II (Jakarta: Kalam Mulia, 1990), h. 4.
dan peradaban umat Islam dari generasi 26
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam, cet. II (Jakarta: Bumi
Aksara, 2001), h. 172.
27
Daradjat, dkk., Metodik, h. 172.

224
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 1, Juni 2014

yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada umumnya pembelajaran didefi-


PP RI Nomor 55 Tahun 2007 ten- nisikan sebagai membelajarkan peserta didik
tang Pendidikan Agama dan Pendidikan menggunakan asas pendidikan maupun teori
Keagamaan Bab II pasal 2 ayat 1 dan 2 belajar yang merupakan penentu utama ke-
disebutkan tentang fungsi dan tujuan pen- berhasilan pendidikan. Oleh karena itu lebih
didikan agama, ayat 1: “Pendidikan agama lanjut menurutnya pembelajaran merupakan
berfungsi membentuk manusia Indonesia proses komunikasi dua arah, mengajar di-
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan lakukan oleh guru sedangkan belajar dilaku-
Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan kan oleh peserta didik.30
mampu menjaga kedamaian dan kerukunan Sementara itu Corey dalam Sagala31
hubungan inter dan antarumat beragama”, menyebutkan bahwa pembelajaran suatu
ayat 2: “Pendidikan agama bertujuan untuk proses dimana lingkungan seseorang secara
berkembangnya kemampuan peserta didik sengaja dikelola untuk memungkinkan ia tu-
dalam memahami, menghayati, dan menga- rut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
malkan nilai-nilai agama yang menyerasikan kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan
penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, respon terhadap situasi tertentu, dengan be-
teknologi dan seni.28 gitu pembelajaran merupakan subset khusus
Secara spesifik pendidikan agama Islam dari pendidikan.
bagi anak berkebutuhan khusus di Sekolah Agar proses pembelajaran PAI bagi
Luar Biasa bertujuan untuk: Anak Berkebutuhan Khusus sukses, secara
a. Menumbuhkembangkan akidah melalui umum setiap pendidik haruslah berpegang
pemberian, pemupukan, dan pengem- pada prinsip-prinsip pembelajaran PAI se-
bangan pengetahuan, penghayatan, bagai berikut:32
pengamalan, pembiasaan serta peserta a. Berpusat pada peserta didik. Hal ini
didik tentang agama Islam sehingga dapat dipahami bahwa peserta didik
menjadi manusia Muslim yang terus memiliki perbedaan satu sama lain (farq
berkembang keimanan dan ketakwaan- al-fardhiyyah). Perbedaan tersebut dapat
nya kepada Allah Swt. dilihat dari berbagai aspek di antaranya:
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang perbedaan minat dan perhatian; perbe-
berakhlak mulia yaitu manusia yang daan cara belajar (kinestetik, auditif,
produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, visual dan intelektual); dan perbedaan
bertoleransi (tasamuh) serta menjaga kecerdasan.
harmoni secara personal dan sosial.29 b. Belajar dengan melakukan. Artinya
28
Tim Redaksi Fokusmedia, Himpunan 30
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna
Peraturan Prundang-Undangan, (Bandung: Pembelajaran, cet. V(Bandung: Alfabeta, 2007), h.
Fokusmedia, 2008)h. 86-87. 61.
29
Badan Standar Nasional Pendidikan, 31
Ibid.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah 32
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama
Dasar Luar Biasa (Jakarta: Depdiknas Direktorat Islam cet. V (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 95-
Pembinaan Sekolah Luar Biasa, 2006), h. 4. 103.

225
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 2, Desember 2014

pembelajaran PAI diarahkan agar peser- cenderungan dan bakat masing-masing.


ta didik memiliki pengalaman langsung h. Mengembangkan kemampuan menggu-
tentang pembelajaran yang sedang ber- nakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
langsung. Hal ini mensyaratkan bahwa pembelaja-
c. Mengembangkan kemampuan sosial. ran PAI di kelas haruslah diintegrasikan
Hal ini dapat dipahami bahwa pembela- dengan IPTEK.
jaran PAI tidak hanya mengoptimalkan i. Menumbuhkan kesadaran sebagai warga
kemampuan individual peserta didik se- negara yang baik.
cara internal, melainkan juga mengasah j. Belajar sepanjang hayat.
kemampuan peserta didik untuk mem- k. Perpaduan kompetisi, kerja sama dan
bangun hubungan dengan pihak-pihak solidaritas. Kegiatan pembelajaran perlu
lain. Sebab interaksi tersebut memung- memberikan kesempatan kepada peserta
kinkan terjadinya perbaikan pemahaman didik untuk mengembangkan semangat
peserta didik bahkan pendalaman keisla- kompetisi,34 kerja sama dan solidari-
man. tas.35
d. Mengembangkan keingintahuan. Pem- l. Belajar melalui keteladanan/peniruan.
belajaran PAI diharapkan membang- Hal ini mengindikasikan bahwa guru PAI
kitkan rasa ingin tahu peserta didik hal haruslah menjadi sosok yang dapat dite-
ini tentu berimplikasi pada kemampuan ladani sebab peserta didik belajar dengan
pendidik agama Islam yang harus terus meniru sebagaimana yang dicontohkan
ditingkatkan. Rasulullah Saw. sebagai pendidik yang
e. Mengembangkan fitrah bertuhan. Hal ini menjadi teladan bagi umatnya.36
dapat dimafmuhi bahwa manusia ada- m. Belajar melalui pembiasaan. Pembiasaan
lah makhluk yang berketuhanan (homo dalam pembelajaran PAI harus dimulai
devinous) atau makhluk yang beragama sedini mungkin. Hasil pembiasaan yang
(homo religious). Bahkan sejak di alam dilakukan oleh pendidik adalah tercip-
ruh komitmen ini telah ditegaskan oleh tanya suatu kebiasaan bagi peserta didik.
manusia.33 Kebiasaan sendiri didefinisikan sebagai
f. Mengembangkan keterampilan pemeca- tingkah laku yang sifatnya otomatis tan-
han masalah. Hal ini mengisyaratkan pa direncanakan terlebih dahulu dan ber-
bahwa peserta didik perlu dilatih untuk laku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.37
memecahkan masalah agar ia berhasil n. Belajar untuk fokus, mengikuti arahan
dalam kehidupannya. untuk berfokus dan patuh terhadap suatu
g. Mengembangkan kreativitas peserta masalah yang akan dihadapi. Hal ini
didik. Artinya guru PAI dalam proses 34
QS. Al-Maidah (5) ayat 48.
pembelajaran memberikan kesempatan 35
QS. Al-Maidah (5) ayat 2.
36
QS. Al-Ahzab (33) ayat 21.
kepada peserta didik sesuai dengan ke- 37
Edi Suardi, Pedagogik II (Bandung:
33
QS. Al-A’raf (7) ayat 72. Angkasa, 1966), h. 123.

226
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 1, Juni 2014

diperlukan karena para anak berkebu- menunjukkan kegairahan dalam mengajar,


tuhan khusus dengan karakteristik autis merangsang minat siswa untuk belajar, dan
sangat sulit untuk mencapai fokus.38 memberikan kesan kepada siswa bahwa ia
Terkait dengan pelaksanaan pembela- menguasai bahan yang diajarkan; dan 3)
jaran PAI bagi anak berkebutuhan khusus, Mengelola interaksi antarpribadi antara lain:
maka pendidik PAI diharapkan mampu men- memberikan ganjaran (reward) terhadap
gelola pembelajaran ke arah edutainment39 siswa yang berhasil, memberikan bimbingan
sehingga pembelajaran PAI berlangsung khusus terhadap siswa yang belum berhasil,
berlangsung menghibur, menyenangkan, memberikan dorongan agar terjadi interaksi
menggairahkan, dan berproses dengan cepat antarsiswa, dan memberikan dorongan agar
dalam mencapai prestasi yang memuaskan terjadi interaksi antara siswa dengan guru.40
bagi mereka. Oleh karena itu pendidik harus Penelitian ini dilaksanakan di SLB kota
menelaah kembali pendekatan dan strategi Langsa dimulai dari bulan september sampai
yang efektif yang akan diterapkan dalam dengan oktober 2014. Yang menjadi infor-
proses pembelajaran yang juga sesuai Kuri- man penelitian ini adalah guru PAI, kepala
kulum berkarakter. SLB, pendidik dan tenaga kependidikan di
Selanjutnya yang harus diperhatikan SLB Kota Langsa. Informan utama atau sub-
oleh guru dalam melaksanakan kegiatan jek yang menjadi sumber data primer adalah
pembelajaran bersama anak berkebutuhan guru PAI sedangkan kepala sekolah, pen-
khusus adalah pembinaan hubungan antar- didik dan tenaga kependidikan serta siswa
pribadi yang meliputi: 1) Bersikap terbuka menjadi sumber data sekunder.
toleran, dan simpati terhadap siswa antara Penelitian ini tergolong ke dalam jenis
lain; menunjukkan sikap terbuka (misal- penelitian deskriptif dengan menggunakan
nya mendengarkan, menerima, dan seba- pendekatan kualitatif untuk membangun
gainya terhadap pendapat siswa, menunjuk- pengetahuan melalui pemahaman dan pen-
kan sikap toleran (mau mengerti) terhadap emuan.
siswa, menunjukkan sikap simpati (misal- Data dikumpulkan dengan teknikob-
nya menunjukkan hasrat untuk memherikan servasi wawancara mendalam (Indepth In-
bantuan) terhadap permasalahan/kesulitan terview) dan studi dokumentasi. Data yang
yang dihadapi siswa, dan menunjukkan didapat kemudian dianalisis dengan meng-
sikap sabar (tidak mudah marah dan kasih gunakan analisis data kualitatif yang ter-
sayang terhadap siswa; 2) Menampilkan diri dari: (a) reduksi data, (b) penyajian data
kegairahan dan kesungguhanantara lain: dan, (c) kesimpulan, dimana prosesnya ber-
38
Materi disampaikan oleh Ibu Sari Matualesy langsung secara sirkuler selama penelitian
pada simposium Dislexya di Banda Aceh pada
tanggal 18-19 Oktober 2014 berlangsung.41 Pada tahap awal pengum-
39
Haidz JM “Reformasi Pembelajaran PAI Ke 40
http://www.ditplb.or.id/profile.php?id=53
Arah Edutainment” dalam http://koranpendidikan. “Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Inklusif”
com/artikel-1237-Reformasi-Pembelejaran-PAI- didownload pada 20 April 2014.
Kearah-dutainment.html tanggal 20 April 2014. 41
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian

227
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 2, Desember 2014

pulan data, fokus penelitian masih melebar dengan perencanaan. perencanaan pembe-
dan belum tampak jelas, sedangkan obser- lajaran PAI dibuat oleh guru PAI sendiri
vasi masih bersifat umum dan luas. Setelah berdasarkan pada perbedaan karakteristik
fokus semakin jelas maka peneliti meng- siswa berkebutuhan khusus dan dengan
gunakan observasi yang lebih berstruktur tanpa menutup saran atau masukan baik dari
untuk mendapatkan data yang lebih spesi- teman sejawat maupun kepala sekolah. Kar-
fik. Setelah data dianalisis lalu menentukan ena mengajar, bukanlah sesuai dengan apa
keabsahan data dengan teknik triangulasi. yang diingat tanpa memerhatikan tingkat
Menurut Moleong42 bahwa teknik triangu- perbedaan kompetensi dan/atau kebutuhan
lasi merupakan suatu teknik yang diguna- khusus siswa sebelum pembelajaran dimu-
kan untuk mengukur keabsahan data yang lai. Semuanya bermuara pada terciptanya
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data pembelajaran yang efektif.
dalam rangka kepastian pengecekan atau Temuan di atas sejalan dengan penda-
pembanding terhadap data tersebut. Trian- pat Rosyada43 bahwa dalam upaya men-
gulasi dilakukan dalam rangka memperoleh ingkatkan efektivitas pembelajaran untuk
data yang absah dan valid. mencapai hasil belajar terbaik sesuai hara-
Triangulasi juga dilakukan untuk pan, perencanaan pembelajaran merupakan
melakukan pengecekan ulang terhadap sum- sesuatu yang mutlak harus dipersiapkan
ber data. Pengecekan ulang terhadap sum- oleh guru setiap akan melaksanakan proses
ber data yang dilakukan dengan memband- pembelajaran, walaupun belum tentu semua
ingkan antara hasil wawancara dengan ha- yang direncanakan akan dapat dilaksanakan
sil pengamatan, membandingkan apa yang karena bisa terjadi kondisi kelas mereflek-
dikatakan guru PAI dengan apa yang dika- sikan sebuah permintaan yang berbeda dari
takan kepala sekolah, pendidik dan tenaga rencana yang sudah dipersiapkan, khusus-
kependidikan lain serta peserta didik. nya tentang strategi yang sifatnya opsional.
Lebih lanjut Hunt44 menjelaskan bahwa da-
HASIL DAN PEMBAHASAN lam perencanaan pembelajaran yang baik
Setelah dilakukan reduksi/pemaparan tercermin dari kemampuan guru dalam
data hasil penelitian maka diperoleh empat mengetahui kebutuhan-kebutuhan siswa, tu-
temuan, yaitu: juan-tujuan yang dapat dicapai dan berbagai
Temuan pertama, bahwa sebelum strategi yang relevan digunakan untuk men-
proses pembelajaran berlangsung guru ter- capai tujuan tersebut. Perencanaan pembela-
lebih dahulu menyiapkan kegiatan pelaksa- jaran tersebut amat penting agar proses bela-
naan pembelajaran yang akan berlangsung 43
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan
Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat
nantinya. Persiapan tersebut disebut juga dalam Penyelenggaraan Pendidikan, cet. 1 (Jakarta:
Prenada Media, 2004), h. 123.
Kualitatif. (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2000), 44
Gilbert H. Hunt, et al, Effective Teaching:
h.87 Preparation and Implementation (Illionis: Charles C.
42
Ibid., h. 10. Thomas Publisher, 1999), h. 24.

228
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 1, Juni 2014

jar lebih terarah. Dalam perspektif normatif gar dan menangkap yang disampaikan
Islam merencanakan dan mempersiapkan guru dengan baik, dan ada pula sebagian
segala sesuatu yang terbaik untuk kepent- siswa yang memiliki keterbatasan un-
ingan mendatang merupakan pilihan orang tuk memahami penjelasan-penjelasan
beriman yang harus diambil.45 guru, dan ada pula yang tidak mampu
Temuan kedua, guru PAI dalam proses mencerna berbagai penjelasan guru da-
pembelajaran bersama anak berkebutuhan lam waktu terlalu lama, atau ada yang
khusus menggunakan strategi pembelaja- memiliki berbagai keterbatasan dalam
ran yang include di dalamnya penggunaan beberapa aspek di atas secara bersamaan
metode yang beragam dan media pembela- sehingga efektivitas pembelajaran san-
jaran. gat terganggu.
Temuan ini sesuai dengan pendapat 2. Alasan emosional, bahwa di antara
Rosyada46 bahwa pembelajaran selain har- siswa ada yang memiliki keterbatasan
us diawali dengan perencanaan yang bijak dalam partisipasi belajar karena bentuk
juga harus didukung dengan pengembangan penyampaiannya, baik karena mereka
strategi pembelajaran yang mampu membe- dalam suasana marah, rasa malu karena
lajarkan siswa, karena dalam belajar sistem dipermalukan oleh guru, rasa tidak per-
penyampaian dan perintah, tidak bisa semua caya pada gurunya, rasa takut atau tidak
siswa bisa terlibat dalam proses pengajaran senang denga guru yang menyampaikan
tersebut bahkan bisa terjadi mereka berada pelajarannya sendiri. Semua gejala emo-
di dalam kelas tetapi pikirannya sedang sional ini akan mengganggu efektivitas
bekerja di luar kelas, karena yang bekerja penyampaian bahan ajar dari guru ke-
di kelas tersebut adalah guru dan murid di- pada siswa.
suruh untuk menyaksikan gurunya bekerja 3. Alasan kultural, yakni bahwa di antara
dan mendengarkan yang diucapkannya serta siswa ada yang memiliki kendala kultur-
melihat dan membaca yang dia tulis. al dalam proses komunikasi seperti kele-
Sementara itu Mosston47 berpendapat mahan dalam memahami simbol-simbol
bahwa penyampaian pembelajaran hanya atau petunjuk yang digunakan dalam ko-
melalui komunikasi verbal monologis akan munikasi.
menyebabkan pembelajaran yang terjadi di 4. Alasan personal, yakni bisa terjadi ada
kelas, hal ini disebabkan oleh beberapa fak- siswa yang secara personal memang
tor, yaitu: benar-benar tidak tertarik untuk mend-
1. Alasan psikologis, bahwa bisa terjadi ada engarkan penyampaian bahan ajar dari
sebagian siswa yang tidak bisa menden- gurunya itu.
45
QS. Al-Hasyr (59) ayat 18 Oleh karena itu, untuk meningkatkan
46
Rosyada, Paradigma, h. 156. kualitas pembelajaran bersama anak berke-
47
Muska Mosston, Teaching from Command
to Discovery (California: Wadsworth Publishing butuhan khusus, setiap guru diharapkan
Company, 1972), h. 63.

229
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 2, Desember 2014

mengembangkan berbagai perlakuan seperti butuhan khusus, merupakan hal yang semes-
yang direkomendasikan Aldridge dan Gold- tinya. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa
man48 sebagai berikut: pemerolehan pengetahuan dan keterampilan,
1. Guru harus mampu menciptakan situasi perubahan-perubahan sikap dan perilaku da-
kelas yang tenang, bersih, tidak stres, pat terjadi karena interaksi antara pengala-
dan sangat mendukung untuk pelaksan- man baru dengan pengalaman yang pernah
aan proses pembelajaran. dialami sebelumnya, selain anak berkebutu-
2. Guru harus menyediakan peluang bagi han khusus lebih mudah belajar dengan hal
para siswa untuk mengakses seluruh ba- konkrit. Ini berarti bahwa agar proses be-
han dan sumber informasi untuk belajar. lajar mengajar dapat berhasil, siswa diajak
3. Gunakan model cooperative learning untuk memanfaatkan semua alat inderanya.
(belajar secara kooperatif yang tidak Di sini guru berperan untuk menampilkan
hanya belajar bersama, namun sal- rangsangan (stimulus) yang dapat diproses
ing membantu satu sama lain) melalui berbagai indera. Semakin banyak alat indera
bermain peran atau yang lain. Biarkan yang digunakan untuk menerima dan men-
siswa saling membantu satu sama lain golah informasi semakin besar kemungki-
dan tugas guru hanya mengontrol dan nan informasi tersebut dimengerti dan dapat
memberikan arahan. dipertahankan dalam ingatan.
4. Hubungkan informasi baru pada sesuatu Fakta ini sesuai dengan pendapat Brun-
yang sudah diketahui siswa sehingga er dalam Arsyad50 bahwa ada tiga tingka-
mudah untuk mereka pahami. tan utama modus belajar, yaitu pengalaman
5. Dorong siswa untuk mengerjakan tugas- langsung (enactive), pengalaman piktorial/
tugas yang diberikan. gambar (iconic), dan pengalaman abstrak
6. Guru harus memiliki catatan-catatan (symbolic). Pengalaman langsung adalah
kemajuan siswa dari keseluruhan proses mengerjakan, misalnya arti kata “salat” di-
pembelajaran siswa. pahami dengan langsung mempraktikkan
Hal ini pun sesuai dengan penjelasan salat. Pada tingkatan kedua yang diberi la-
Alquran bahwa seorang pendidik haruslah bel iconic (artinya gambar atau image), kata
menyampaikan pesan-pesan pembelajaran “salat” dipelajari dari gambar, lukisan, foto
sesuai dengan “lisan” audiensnya.49 atau film. Selanjutnya pada tingkatan sim-
Selain itu, pemanfaatan media pem- bol, siswa membaca atau mendengar kata
belajaran oleh guru PAI dalam melakukan “salat” dan mencoba mencocokkannya den-
kegiatan pembelajaran bersama anak berke- gan “salat” pada image mental atau pengala-
mannya mempraktikkan salat. Ketiga ting-
48
Jerry Aldridge and Renitta Goldman,
Current Issues and Trends in Education (Boston: kat pengalaman ini saling berinteraksi dalam
Allyn and Bacon Publishing, 2002), h. 93. upaya memperoleh pengalaman (pengeta-
49
QS. Ibrahim (14) ayat 4. Bahkan patut
dipertimbangkan sebuah kata hikmah “Lisanul hal 50
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran
afsah min lisanil maqal”. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 7.

230
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 1, Juni 2014

huan, sikap atau keterampilan) yang baru. jaran dalam hal ini sarana prasarana, sumber
Temuan ketiga, bahwa terdapat ham- dan media pembelajaran yang lebih lengkap
batan dalam pembelajaran PAI bersama anak dan baik, maka seiring itu pula guru PAI di-
berkebutuhan khusus, yaitu belum maksi- tuntut untuk mereformasi diri untuk menin-
malnya kompetensi guru PAI dalam mem- gkatkan kompetensinya sebagai pendidik.
belajarkan dan minimnya buku pegangan Dari beberapa temuan penelitian dapat
(buku ajar/buku teks) PAI bagi anak berke- dituangkan dalam pembahasan bahwa guru
butuhan khusus sehingga pembelajaran PAI PAI di SLB telah mengerti tentang prinsip
belum efektif dan efisien. pembelajaran PAI dan manjadikannya dasar
Dalam perspektif pendidikan luar biasa untuk merencanakan pembelajaran dan
(pendidikan khusus) keefektifan pembela- melakukan proses pembelajaran. Para guru
jaran sesungguhnya menunjukkan bahwa sangat peduli terhadap silabus dan RPP, ke-
guru yang melakukan proses pembelajaran untungan penyusunan perencanaan pembe-
adalah orang yang efisien, yang memiliki lajaran, akan membantu guru dalam men-
ciri-ciri sebagaimana dikemukakan Oliva gelola proses pembelajaran. Namun, bagi
dan Henson dalam Jamila51 sebagai berikut: semua guru, karena ini berkaitan dengan
1. Mempunyai konsep kemandirian yang anak-anak berkebutuhan khusus maka guru
tinggi. harus memahami karakteristik anak berke-
2. Mempunyai pendidikan yang baik. butuhan khusus. Di SLB terdapat beberapa
3. Mempunyai pengetahuan dan minat da- kriteria atau kelainan anak berkebutuhan
lam bidang yang diajar. khusus, yaitu tunanetra, tunarungu wicara,
4. Memahami prinsip dasar dalam proses tunagrahita dan tunadaksa. Setiap jenis ke-
pembelajaran. lainan memiliki pendekatan yang berbeda.
5. Mementingkan keberhasilan siswa. Untuk itu, kita telah mengikutsertakan gu-
6. Bersikap adil. ru-guru kita dalam pendidikan atau latihan
7. Menjelaskan suatu hal dengan terperinci mengenai pendidikan luar biasa khususnya
dan jelas. bagi guru-guru yang bukan berlatar bela-
8. Berpikiran terbuka. kang pendidikan luar biasa atau umum, ter-
9. Menyenangkan siswa. masuk guru agama.
10. Menggunakan teknik dan metode pem- Mengenai pelaksanaan proses pembela-
belajaran yang efektif. jaran PAI yang baik bagi anak berkebutuhan
11. Dapat menjaga jalannya proses pembe- khusus harus berlangsung secara produktif,
lajaran dalam kelas. aktif, kreatif, efektif dan efisien serta me-
Seiring dengan upaya berbagai pihak nyenangkan. Karena pembelajaran agama
untuk menghadirkan keterbatasan pembela- Islam bagi anak berkebutuhan khusus harus
mampu menarik perhatian dan kemauan
51
Jamila K. A. Muhammad, Special Education
for Special Children, terj. Edy Sembodo(Bandung: anak-anak berkebutuhan khusus. Untuk itu
Hikmah, 2007), h. 170.

231
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 2, Desember 2014

strategi pembelajaran yang digunakan dalam praktiknya semuanya situsional, tidak mesti
pembelajaran PAI harus bervariasi. Strategi sama dengan apa yang tertuang dalam RPP.
pembelajaran bagi siswa tunanetra berbeda Sehingga dapat difahami bahwa pembela-
dengan tunarungu begitu seterusnya. jaran di kelas bersama anak berkebutuhan
Dalam menciptakan suasana bela- khusus telah berlansung atas dasar perbe-
jar yang menyenangkan, guru mengguna- daan individual dan kelainan dari masing-
kan strategi pembelajaran yang bervariasi. masing peserta didik.
Strategi pembelajaran bagi anak berkebu- Mengajarkan PAI kepada anak berke-
tuhan khusus dengan kelainan yang satu butuhan khusus memang harus mengguna-
berbeda dengan anak berkebutuhan khusus kan media. Media yang sering dipergunakan
dengan kelainan yang lainnya. adalah media sederhana yang tersedia yaitu
Sebagai contoh, strategi pembelajaran berupa gambar-gambar, rangka tubuh manu-
PAI bagi anak tunanetra berpegang pada sia yang terbuat dari plastik atau jika diper-
prinsip melakukan kekonkritan atau benda lukan media yang dirakit oleh guru karena
langsung atau praktik langsung. Jika anak terbatsnya media pembelajaran yang terse-
tunarunguwicara adalah keterarahan wajah dia disekolah. Misalnya karena tidak terse-
dan kejelasan suara. Selanjutnya bagi anak dianya buku teks dasar pengenalan untuk
tunagrahita prinsip yang harus diperhatikan huruf braile guru membuat sendiri bentuk
sekali adalah kasih sayang dan belajar dari huruf sehingga para paserta didik yang me-
yang paling sederhana. Bagi anak tunadak- nyandang tuna netra dapat mengenal bentuk
sa, pembelajaran dilakukan dengan men- huruf sehingga mampu meningkatkan ke-
gurangi gerakan tubuh dan bagi anak autis, mampuan membaca.Tidak tersedianya buku
pembelajaran agama Islam dimulai dari hal teks atau buku ajar agama Islammengguna-
yang kecil yang sudah dilakukannya di ru- kan huruf braile demikian pula Alquran da-
mah bersama keluarga dan mengajak anak lam tulisan braile di sekolah, sehingga men-
untuk mendapatkan fokus terhadap suatu gajarkan agama Islam bagi tunanetra hanya
objek tertentu. Selanjutnya untuk tunanetra menggunakan tape recorder. Bila mengajar-
metode pembelajaran yang sering diguna- kan sholat maka anak-anak dipegang satu
kan adalah metode demonstrasi dan cera- persatu, sebab sentuhan guru menunjukkan
mah. Untuk anak tunarunguwicara, metode perhatian serius kepada mereka
demonstrasi, bermain peran dan driil. Untuk Dengan demikian dapat dijelaskan bah-
tuna grahita, metode yang biasa digunakan wa guru PAI dalam proses pembelajaran di
adalah metode bermain peran dan ceramah, kelas bersama dengan anak berkebutuhan
anak tunadaksa sama dengan anak pada um- khusus telah menggunakan media pembela-
umnya selanjutnya anak autis, metode yang jaran, meskipun ia menyadari belum mak-
digunakan adalah metode bermain peran, simal dalam pemanfaatan media pembelaja-
demonstrasi dan ceramah. Namun dalam ran.

232
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 1, Juni 2014

Membelajarkan anak berkebutuhan 2. Kepada SLB Kota Langsa, khususnya


khusus dimaklumi bukanlah hal yang mu- kepala sekolah dan pembantu kepala
dah, sehingga ada statement bahwa anak sekolah agar dalam pembelajaran PAI
luar biasa harus didekati dengan cara luar sebaiknya dibentuk tim mengajar atau
biasa, bukan mereka yang mengerti kita, mitra mengajar, yaitu guru PAI ditemani
tapi kitalah yang harus mengerti mereka oleh guru pendidikan khusus (guru PLB)
dengan karakteristik bakat mereka yang saat pembelajaran PAI berlangsung. Tu-
sangat unik. juannya adalah selain dapat menjamin
proses pembelajaran lebih kondusif dan
PENUTUP efektif juga menjadi pembelajaran lang-
Kegiatan awal dari proses pembelaja- sung bagi guru PAI dalam mengelola
ran dimulai dari perencanaan pembelaja- pembelajaran bersama anak berkebutu-
ran dengan mempertimbangkan perbedaan han khusus.
karakteristik kebutuhan khusus dari masing- 3. Kepada Departemen Agama diharapkan
masing peserta didik (tunanetra, tunarungu dapat melakukan pembinaan terhadap
wicara, tunagrahita, tunadaksa, dan autis). guru PAI di lingkungan Dinas Pendidi-
Selain itu dalam pembelajaran guru PAI kan khususnya di Sekolah Luar Biasa
menggunakan metode dan media pembela- baik negeri maupun swasta merekrut
jaran yang beragam. Dalam pelaksanaannya para siswa tamatan SMA sederajat un-
guru mendapatkan hambatan dimana be- tuk melanjutkan pendidikan tinggi pada
lum banyak ditemukan buku ajar/buku teks pendidikan pendidik luar biasa.
PAI untuk anak berkebutuhan khusus bagi
hampir semua jenis hendaya (tunanetra, tu-
narungu wicara, tunagrahita, tunadaksa dan ___
autis). Di samping minimnya pelatihan atau-
pun pendidikan terkait khususnya dengan
membelajarkan PAI bagi anak berkebutuhan DAFTAR PUSTAKA
khusus.
Dari beberapa kesimpulan sebagaimana Al-Quran dan terjemahannya. Cet.1.
dikemukakan di atas, maka dapat dikemuka- Kementerian Agama RI. 2008.
kan beberapa saran sebagai berikut:
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta:
1. Kepada guru PAI diharapkan lebih men-
PT RajaGrafindo Persada, 2002).
genal dan mengetahui lebih dalam siswa
Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar
berkebutuhan khusus meliputi gejala-ge-
Kompetensi dan Kompetensi Dasar
jala dasar “keluarbiasaan” dan cara-cara
Sekolah Dasar Luar Biasa (Jakarta:
yang baik dalam memberikan pelayanan
Depdiknas Direktorat Pembinaan
pendidikan buat mereka.
Sekolah Luar Biasa, 2006).

233
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 2, Desember 2014

Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan for Special Children, cet. I, terj. Edy
Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Sembodo (Jakarta: Hikmah, 2008)
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Jerry Aldridge and Renitta Goldman, Current
Pendidikan, cet. 1 (Jakarta: Prenada Issues and Trends in Education
Media, 2004). (Boston: Allyn and Bacon Publishing,
Edi Suardi, Pedagogik II (Bandung: 2002)
Angkasa, 1966). J. M. Kauffman & D. P. Hallan, Special
Ekodjatmiko Sukarso, dkk., Assesmen Anak Education: What It Is and Why We
Berkebutuhan Khusus (Jakarta: Dirjen Need It (Boston: Pearson Education
PSLB, 2001). Inc., 2005)
-------Acuan Penyelenggaraan Pendidikan Muhaimin, Pengembangan Kurikulum
Luar Biasa (Jakarta: Dirjen PLSB, Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
2001). Madrasah, dan Perguruan Tinggi
Gilbert H. Hunt, et al, Effective Teaching: (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
Preparation and Implementation 2005).
(Illionis: Charles C. Thomas Publisher, Muska Mosston, Teaching from Command
1999). to Discovery (California: Wadsworth
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan Publishing Company, 1972).
dan Perkembangan Pendidikan Islam Rachmita M. Harahap, “Kata Pengantar”
di Indonesia (Bandung: Citapustaka dalam Jamila K. A. Muhammad,
Media, 2001). Special Education for Special Children,
Haidz JM “Reformasi Pembelajaran PAI terj. Edy Sembodo (Bandung: Hikmah,
Ke Arah Edutainment” dalam http:// 2008).
koranpendidikan.com/artikel-1237- Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama
R e f o r m a s i - P e m b e l e j a r a n - PA I - Islam, cet. II (Jakarta: Kalam Mulia,
Kearah- dutainment.html tanggal 20 1990).
April 2014. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama
http://www.ditplb.or.id/profile.php?id=53 Islam cet. V (Jakarta: Kalam Mulia,
“Kegiatan Belajar Mengajar di 2008).
Sekolah Inklusif” didownload pada 20 Sa’id Isma’il ‘Ali, Al-Fikr al-Tarbawiy
April 2014. al-‘Arabiy al-Islami: Ushul wa al-
http://www.pkplk-plb.org. “Dasar-dasar Mabadi (Tunisia: Idarah al-Buhuts al-
Hukum Penyelenggaraan Pendidikan Tarbawiyyah, 1978).
Khusus didownload pada 16 Oktober Syaiful Sagala, Konsep dan Makna
2014. Pembelajaran, cet. V(Bandung:
Jamila K. A. Muhammad, Special Education Alfabeta, 2007).

234
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 1, Juni 2014

Sayyid Quthub, Fi Zilal al-Quran jilid VI


(Kairo: Dar al-Syuruq, 1424 H/1992
M.
Tim Qanon, Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, cet. I (Jakarta: Qanon
Publishing, 2004).
Tim Redaksi Fokus media, Himpunan
Peraturan Prundang-Undangan,
(Bandung: Fokusmedia, 2008).
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus
Pengajaran Agama Islam, cet. II
(Jakarta: Bumi Aksara, 2001).

235
Pendidikan Agama Islam, Vol. XI, No. 2, Desember 2014

236

You might also like