Professional Documents
Culture Documents
3579 7277 1 SM PDF
3579 7277 1 SM PDF
3579 7277 1 SM PDF
e-mail : rial_mudatsir@ymail.com
ABSTRACT
Introduction: The mechanisms of nurse response time in handling head injury patients has an
important role on the safety and viability of patients in reference to the rules of “safety and time
saving is life saving”. The purpose of the study: This study aims to identify factors that related
to the response time in handling head injury patient in emergency department (ED) and to
determine the most related factor to the response time. Method: This study was an observation
design and using cross sectional approach. A total sample of 32 emergency department nurses
participated for this study, in references to the inclision and exclusion criteria. The data were
analyzed by using chi-square, Fisher’s extract test and logistic regression. Result: This study
found that there were statistical significance between respon time and level of education (p =
0.006), duration of working (p = 0.005), medical emergency training (p = 0.001), the emergency
department facilities (p = 0.008) and the level of the patient acute condition (p = 0.006). Among
the factors, it was found that facilities most related factor to the respon time (OR = 6.945).
Conclusion and suggestion: It is concluded that there is a relationship between respon time
and education level, work duration of nurses, medical emergency training, Emergency facilities
and the patient acute condition in handling head injury patients and facilities are the factors
that most related to the response time handling head injury. It is suggested to the hospital to
complete the emergency room facilities because the facilities affects the response time handling
head injury patients.
Keywords: That relates factors, the response time, handling head injury patients
2
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(1), 1-12
kurang dari 5 menit atau sesuai dengan penanganan pasien cedera kepala
standar yang telah ditentukan oleh karena masa kerjanya yang sudah lebih
DepKes, akan tetapi terdapat (15,6%) dari 5 tahun di IRD dan hal tersebut
atau kurang dari seperempat jumlah berpengaruh terhadap pengalamannya
responden yang pernah ikut pelatihan dalam menangani pasien cedera kepala.
masih memiliki waktu tanggap yang Hubungan Fasilitas IRD dengan
buruk, hal ini dikarenakan banyak Waktu Tanggap Penanganan Pasien
dari mereka yang pernah ikut pelatihan Cedera Kepala. Hasil uji statistik
kegawatdaruratan tidak mampu diperoleh nilai p = 0,008 yang berarti
mengimplementasikan pengetahuan ada hubungan fasilitas IRD dengan
dan keterampilan yang mereka waktu tanggap penanganan cedera
dapatkan saat mengikuti pelatihan. kepala, kemudian diperoleh nilai
Responden yang tidak pernah Phi=0,497 yang menunjukkan bahwa
mengikuti pelatihan sebanyak fasilitas IRD memiliki kekuatan
(37,5%) semuanya memiliki waktu hubungan yang sedang dengan waktu
tanggap yang buruk. Hal ini karena tanggap penanganan pasien cedera
pengetahuan dan keterampilan dalam kepala, hal ini berarti bahwa semakin
penanganan pasien khususnya pasien lengkap fasilitas yang dibutuhkan
cedera kepala yang masuk ke IRD dalam menanganai pasien maka akan
masih sangat minim, akibat kurangnya semakin baik pula waktu tanggap
motivasi dalam memperbaharui ilmu penanganan pasien tersebut, begitupun
dan keterampilan yang mereka miliki sebaliknya jika fasilitas tidak tersedia
sebelumnya yang seharusnya bisa maka akan memperlambat penanganan
didapatkan di tempat-tempat pelatihan pasien tersebut.
selain dari ruang kuliah saat masih Keadaan tersebut diatas sejalan
menempuh dunia pendidikan. Akan dengan teori yang menyatakan bahwa
tetapi terdapat (3,1%) responden yang ketersediaan fasilitas dalam suatu
memiliki waktu tanggap yang baik ruangan akan berpengaruh terhadap
meskipun tidak pernah mengikuti kinerja dari karyawan yang bekerja
pelatihan, hal ini dikarenakan di tempat tersebut, sama halnya
sebenarnya responden tersebut sudah dengan ketersediaan fasilitas di ruang
mengikuti pelatihan kegawatdaruratan pelayanan di rumah sakit, jika fasilitas
sebelumya, akan tetapi sertifikat yang rumah sakit tersebut lengkap maka
responden miliki sudah tidak berlaku berdampak baik bagi pelayanan yang
lagi atau sudah kadaluarsa. Hal ini diberikan dengan catatan perawat
tidak mempengaruhi kualitas waktu atau tenaga kesehatan lain mampu
tanggap yang responden miliki dalam mengoprasikan atau menggunakan
menangani pasien cedera kepala, faktor fasilitas tersebut dengan baik dan
lain yang menyebabkan responden benar (Hapsari,2008)
tersebut tanggap dalam
6
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(1), 1-12
sebanyak (31,2%) atau lebih dari di IRD dan pernah mengikuti pelatihan
seperempat jumlah responden memiliki kegawatdaruratan, sehingga lebih
waktu tanggap yang buruk, hal ini tanggap dalam menangani pasien
disebabkan karena responden tidak cedera kepala meskipun dengan tingkat
segera menangani pasien cedera kepala kegawatan ringan.
ringan yang ada sesaat setelah mereka Faktor yang Paling Berhubungan
tiba di pintu IRD akan tetapi mereka dengan Waktu Tanggap Penanganan
sibuk memberikan pertanyaan seputar Pasien Cedera Kepala. Dari analisis
keluhan dan kejadian yang terjadi regresi logistik didapatkan variabel
sampai pasien dibawa masuk ke IRD, yang paling berhubungan dengan
setelah itu barulah perawat melakukan waktu tanggap adalah lama kerja,
tindakan awal misalnya membersihkan fasilitas IRD dan tingkat kegawatan
luka pasien. pasien, berdasarkan tabel di atas
Terdapat (3,1%) responden yang variabel independen yang paling
menangani pasien cedera kepala berhubungan dengan waktu tanggap
dengan tingkat kegawataan ringan penanganan pasien cedera kepala
dan memiliki waktu tanggap yang adalah fasilitas IRD dengan nilai OR
baik, hal ini terjadi karena responden = 6,945 yang artinya fasilitas memiliki
langsung memberikan penanganan kecenderungan 6,945 atau 7 kali lebih
awal terhadap pasien sesaat setelah besar mempengaruhi waktu tanggap
mereka tiba di pintu IRD, selain itu dibanding variabel lain yang memiliki
responden tersebut telah lama bekerja hubungan dengan waktu tanggap
Iskandar, J. (2004). Cedera kepala. Jakarta: PT. of traumatic brain injury in asia : A call for
Bhuana Ilmu Populer. research. Journal of Neurological Science
Jus, E. (2008). Factors influencing lenght of , 4 (1), p. 27-32.
stay in the emergency departement in a Sabriaty.NI, I. G. (2012). Factors Related To
private hospital in north Jakarta. Journal The Accurary of Response Time in Case
of Universa Medicina , 27 (4), p. 165-173. Handling At The 1st Response Time in
Kasmarani, M. K. (2012). Pengaruh beban kerja Surgery and Non Surgery Emergency
fisik dan mental terhadap stres kerja pada Room of DR. Wahidin Sudirohusodo
perawat di instalasi gawat darurat RSUD General Hospital. Tesis tidak dipublikasi.
Cianjur. Jurnal Kesehatan Masyarakat , Makassar: Program Pasca Sarjana
1 (2), p. 767-776. Biomedik, Emergency and Disaster
Keputusan menteri Kesehatan Republik Management Universitas Hasanuddin
Indonesia. (2009). Standar instalasi Makassar.
gawat darurat (IGD) rumah sakit. Jakarta: Sadewo.W. (2005). Epidural hematoma : studi
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. prospektif deskriptif analitik mengenai
Krisanty.P, M. W. (2009). Asuhan Keperawatan hubungan klinik radiologis dan operatif
gawat darurat. Jakarta: Trans Info media. terhadap outcome penderita di bagian
Lingsma.H.F. (2010). Early prognosis in bedah saraf RSUPN. Cipto Mangunkusumo
traumatic brain injury : from prophecies . Tesis dipublikasikan. Jakarta: Program
to predictors. Lancet Neurol , 9, p. 543- PPDS Ilmu Bedah saraf Universitas
554. Indonesia.
Maas.A. (2008). Moderate and severe traumatic Sarangi.L, P. P. (2009). Study on Epidemiological
brain injury in adults. Lancet Neurol , 7, factors associated with road traffic
p. 728-741. accidents presenting to the casualty of a
McLean.B, Z. (2007). Fundamental critical care private hospital in Bhubaneswar. Journal
support. Journal of Trauma Critical Care of Community Medicine , 5 (2), p. 1-10.
, p. 8-16. Satyanegara. (2010). Ilmu bedah saraf. Jakarta:
Meltzer, L. S. (2004). Critical care nurse’s Gramedia.
perceptions of futile care and its effect on Shiroma, E.J. (2010). Prevalence of traumatic
burnout. American Association of Critical brain injury in an offonder population.
Care Journal , p. 1-9. Head Trauma Rehabil , 27, p. 1-10.
Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien Siagian, SP. (2009). Sistem informasi manajemen.
dengan gangguan sistem persarafan. Jakarta: Bumi Aksara.
Jakarta: Salemba Medika. Simamora, R. H. (2009). Pendidikan dalam
Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian keperawatan. Jakarta: EGC.
kesehatan. Jakarta: Rinika Cipta. Soertidewi.L, M. S. (2006). Konsensus nasional
Nursalam. (2013). Manajemen keperawatan penanganan trauma kapitis dan trauma
: Aplikasi dalam praktik keperawatan spinal. Jakarta: Perdossi.
profesional. Jakarta: Salemba Medika. Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif
Ozkan.U, K. O. (2007). Analyzing extradural kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
haematomas : A retrospective clinical Sumijatun. (2009). Manajemen keperawatan ;
investigation. Dicle Tip Dergisi , 34 (1), Konsep dasar dan aplikasi pengambilan
p. 14-19. keputusan klinis. Jakarta: Trans Info
Pallant, J. (2011). SPSS SURVIVAL MANUAL, Media.
A Step by step guide data analysis using Sutcliffe, A.J. (2007). Traumatic brain injury
SPSS 4th edition. Australia : Allent & : Critical care management. Journal of
Unwin. Trauma Critical Care , p. 201-219.
Pranowo, K.T. (2006). Pengaruh Waktu Virgin, F. (2000). Analisis proses pelayanan
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan terhadap pasien yang akan menjalani
Medis terhadap Mutu Pelayanan di operasi cito di instalasi rawat darurat
Instalasi Gawat darurat RSUD Bantul . RSUP Fatmawati . Tesis tidak dipublikasi.
Skripsi tidak dipublikasikan. Yogyakarta: Jakarta: Program Studi Kajian
Program Sarjana Kesehatan masyarakat Administrasi Rumah Sakit Program Pasca
Universitas Muhammadiyah. sarjana FKM UI.
Pratiwi.A, W. (2008). Hubungan beban kerja Wahyudi,S. (2012). Faktor resiko yang
dengan waktu tanggap perawat gawat berhubungan dengan tingkat keparahan
darurat menurut persepsi pasien di cedera kepala (studi kasus pada korban
instalasi gawat darurat RSU Pandan kecelakaan lalu lintas pengendara sepeda
Arang Boyolali. Berita Ilmu Keperawatan motor di RSUD Karanganyar). Unnes
, 1 (3), p. 125-130. Journal Of Public Health, p. 41-48.
Purwadianto.A, S. (2013). Pedoman Wilde, E. (2009). Do emergency medical system
penatalaksanaan praktis kedaruratan response time matter for health outcomes.
medis ; disertai contoh kasus klinis. New York: Colombia University.
Jakarta: Binarupa Aksara. Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118. (2009).
Puvanachandra.P, Hayder. A. (2009). The burden Basic trauma life support & basic cardiac
11
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 2(1), 1-12
12