14 1 27 1 10 20160909 PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Hubungan

Jurkessia, Pengetahuan
Vol. VI, Ibu Tentang
No. 1, November 2015 Infeksi Kecacingan dengan
Rahmi Noerdiana Status
Hidayati, Gizi Balita
dkk.
di Wilayah Kerja Puskesmas Gambut Kabupaten Banjar Tahun 2015

Correlation of Knowledge About Worm Infection With Nutritional Status of children in work Area
Public Health Centre (Puskesmas) Gambut
Regency Banjar In 2015

Rahmi Noerdiana Hidayati1, Sugeng Riyanto2, Alfia Rahma3


1
STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
2
Puskesmas Gambut, Jl. A. Yani KM. 14,8, Kec. Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan
Selatan
3
Alumni STIKES Husada Borneo, Jl. A. Yani Km 30,5 No.4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

Abstract
Nutrition is one determinant of the quality of human resources. The food is given daily nutrition
should contain as needed, so that support optimal growth and can prevent deficiency diseases,
prevent poisoning, and also help prevent diseases that can interfere with the survival of
children. The main factor cause of malnutrition is unbalanced food intake and infectious
diseases. Both of these factors are closely related to lack of food availability at household level,
poor parenting and inadequate health care. This study aims to determine the relationship
mother Knowledge About Helminthiases Against Infection Toddler Nutritional Status in
Puskesmas Gambut Regency Banjar in 2015. This study used analytic survey with cross
sectional study with sampling techniques performed Accidental Sampling. This study was
conducted on 47 respondents mothers and children aged ≥ 2 years - ≤ 5 years. Results of
statistical analysis using SPSS spaerman test on a computer p value = 0,000, this value is
smaller than α = 0,05. Which is interpreted H0 is rejected, it means that there is a correlation
mother knowledge about worm infection with nutritional status of children.

Keywords: Knowledge, worm infection, nutritional status of children

Pendahuluan Masalah gizi sebenarnya tidak lepas


Gizi merupakan salah satu penentu juga dari konsep dasar timbulnya penyakit,
kualitas sumber daya manusia. Makanan yaitu karena tidak seimbangnya berbagai
yang diberikan sehari-hari harus faktor, baik dari sumber penyakit (agent),
mengandung zat gizi sesuai kebutuhan, pejamu (host) dan lingkungan
sehingga menunjang pertumbuhan yang (environment). Faktor dari sumber agent
optimal dan dapat mencegah penyakit- dapat dibagi dalam delapan faktor, salah
penyakit defisiensi, mencegah keracunan, satunya faktor biologis dan parasit.
dan juga membantu mencegah timbulnya Kekurangan gizi pada balita ini meliputi
penyakit-penyakit yang dapat mengganggu kurang energi dan protein serta kekurangan
kelangsungan hidup anak (1). zat gizi seperti vitamin A, zat besi, iodium
Masalah gizi pada hakekatnya adalah dan zinc. Seperti halnya AKI, angka
masalah kesehatan masyarakat. Masalah kematian balita di Indonesia juga tertinggi di
gizi di Indonesia pada umumnya masih di Assosiation of South East Asian Nation (2).
dominasi oleh masalah Kurang Energi Status gizi yang baik untuk
Protein (KEP), masalah anemia besi, membangun sumber daya berkualitas pada
masalah Gangguan Akibat Kekurangan hakekatnya harus dimulai sedini mungkin,
Yodium (GAKY), masalah kurang Vitamin A yakni sejak manusia itu masih berada dalam
(KVA) dan masalah obesitas. Prevalensi kandungan. Salah satu hal yang perlu
nasional status gizi anak usia sekolah diperhatikan adalah makanannya. Melalui
berdasarkan Riskesdas 2010 ditinjau dari makanan manusia mendapat zat gizi yang
indikator indeks massa tubuh menurut umur, merupakan kebutuhan dasar untuk hidup
status gizi kurang 12,2%. Sementara dilihat dan berkembang. Ketidaktahuan tentang
dari jenis kelamin, anak laki-laki usia cara memberikan makan pada anak balita
sekolah kurus adalah 13,2% sedangkan baik dari jumlah, jenis, dan frekuensi
anak perempuan 11,2%. pemberian serta adanya kebiasaan yang
merugikan kesehatan (pantangan terhadap

26
Jurkessia, Vol. VI, No. 1, November 2015 Rahmi Noerdiana Hidayati, dkk.

satu jenis makanan tertentu), secara tanah atau (Soil Transmitted Helminths).
langsung dan tidak langsung menjadi Kecacingan merupakan salah satu faktor
penyebab utama terjadinya masalah kurang yang berpengaruh terhadappenurunan
gizi pada anak. kualitas sumber daya manusia, mengingat
Menurut Unicef dalam Soekirman (1) kecacingan akan menghambatpertumbuhan
faktor utama penyebab munculnya kasus fisik dan kecerdasan bagi anak serta
gizi buruk adalah konsumsi pangan yang produktivitas kerja pada orang dewasa (3).
tidak seimbang dan penyakit infeksi. Kedua Beberapa jenis cacing bulat
faktor ini erat kaitannya dengan kurangnya (nematoda), terutama yang termasuk dalam
ketersediaan pangan di tingkat rumah kelompok cacing usus, prevalensinya dapat
tangga, pola pengasuhan yang burukdan mencapai 70-80% di beberapa daerah (4).
pelayanan kesehatan yang tidak memadai. Secara global angka kesakitan akibat
Selanjutnya faktor lain yang tidak kalah penyakit infeksi cacing usus 22 juta orang
pentingnya adalah tingkat pengetahuan untuk cacing tambang, 10 juta untuk Ascaris
yang rendah tentang pentingnya lumbricoides, 6 juta untuk Trichuris trichiuria
pemeliharaan gizi sejak masa bayi bahkan dan 39 juta orang untuk kombinasi dari 3
sejak ibu hamil, dan rendahnya tingkat jenis infeksi tersebut (5).
pendapatan keluarga, sangat terkait dengan Investasi cacing pada manusia
belum optimalnya pemberdayaan keluarga dipengaruhi oleh perilaku, higiene, dan
atau masyarakat untuk ikut aktif terlibat sanitasi di lingkungan tempat tinggal serta
dalam program pangan dan gizi. manipulasi terhadap lingkungan di daerah
Dinas kesehatan kabupaten Banjar dengan kelembaban tinggi dan terutama
mencatat ada 1408 balita BGM pada tahun bagi kelompok masyarakat dengan higiene
2014. Salah satu faktor yang mempengaruhi dan sanitasi yang kurang. Kondisi ini dapat
status gizi balita adalah kurangnya menyebabkan tingginya angka prevalensi
pengetahuan ibu tentang keadaan infeksi kecacingan ditambah lagi dengan sosial
pada balita (2). ekonomi masyarakat yang rendah.
Berdasarkan data WHO (World Health Cacingan secara kumulatif pada
Organization) tahun 2006 diketahui bahwa manusia dapat menimbulkan kehilangan zat
kejadian kecacingan di dunia masih tinggi gizi berupa karbohidrat dan protein serta
yaitu 1 miliar orang terinfeksi cacing Ascaris kehilangan darah, sehingga dapat
lumbricoides, 795 juta orang terinfeksi menurunkan produktivitas kerja. Kecacingan
cacing Trichuris trichiura 2-3 Dan 740 juta juga dapat menghambat perkembangan fisik
orang terinfeksi Hookworm. Prevalensi dan kecerdasan pada anak-anak yang
kecacingan di Indonesia masih relatif tinggi sedang dalam masa pertumbuhan.
pada tahun 2006, yaitu sebesar 32,6% dan Kecacingan pada anak juga menurunkan
pada tahun 2007 mencapai 65% terutama ketahanan tubuh sehingga mudah terkena
pada golongan penduduk yang kurang penyakit lainnya (6).
mampu dari sisi ekonomi. Infeksi kecacingan Kurangnya pengetahuan gizi dan
merupakan salah satu penyakit yang paling kesehatan orang tua, khususnya ibu
umum tersebar dan menginfeksi banyak merupakan salah satu penyebab
anak di seluruh dunia, diperkirakan 60% kekurangan gizi pada balita. Di pedesaan
anak di Indonesia menderita infeksi makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan
kecacingan. sosial ekonomi dan kebudayaan. Terdapat
Hasil penelitian Loka Litbang P2B2 pantangan makan pada balita misalnya anak
Tanah Bumbu pada tahun 2008 dan 2009 di tida diberikan ikan karena bisa mendapatkan
13 kabupaten kota Propinsi Kalimantan cacingan, kacang-kacangan tidak diberikan
Selatan didapatkan 23% anak sekolah karena dapat menyebabkan sakit perut dan
menderita kecacingan dengan prevalensi kembung (7).
askariasis 10%, trikuriasis 8%, hookworm Hasil wawancara terhadap 10 orang
3%, himenolepiasis 1,1%, kasus ibu yang memiliki balita di wilayah kerja
himenolipiasis ditemukan di wilayah Puskesmas Gambut Kabupaten Banjar
Kabupaten Banjar sebesar 1,4%. terdapat 3 orang ibu berpengetahuan baik, 3
Penyakit ini berhubungan dengan orang berpengetahuan cukup dan 4 orang
lingkungan, karena sumbernya melalui ibu berpengetahuan kurang tentang infeksi

27
Jurkessia, Vol. VI, No. 1, November 2015 Rahmi Noerdiana Hidayati, dkk.

kecacingan. Kurangnya pengetahuan ibu No Status Gizi Balita Frekuensi (%)


tentang infeksi kecacingan dapat berdampak 1 Gizi Lebih 10 21,3
pada status gizi balita. 2 Gizi Baik 16 34
3 Gizi Kurang 17 36,2
Metode Penelitian 4 Gizi Buruk 4 8,5
Jenis penelitian ini adalah penelitian Total 47 100
survey analitik dengan rancangan cross
sectional. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
Populasi dalam penelitian ini adalah status gizi balita lebih yaitu 10 orang
semua ibu yang mempunyai anak balita dan (21,3%),gizi balita baik yaitu 16 orang
balita usia ≥ 2 tahun - ≤ 5 tahun. (34,0%), gizi balita kurang yaitu 17 orang
Sampel pada penelitian ini adalah ibu (36,2%) dan gizi balita buruk yaitu 4 orang
yang mempunyai anak balita usia ≥ 2 tahun (8,5%).
- ≤ 5 tahun. Teknik pengambilan sampel
dilakukan secara “Accidental Sampling”. C. Hubungan pengetahuan ibu tentang
Variabel Terikat dalam penelitian ini infeksi kecacingan dengan status gizi balita
adalah Status gizi balita di Wilayah Kerja Hasil tabulasi silang untuk mengetahui
Puskesmas Gambut Kabupaten Banjar. hubungan pengetahuan ibu tentang infeksi
Sedangkan variabel bebasnya adalah kecacingan dengan status gizi balita di
Pengetahuan ibu tentang infeksi kecacingan wilayah kerja Puskesmas Gambut tahun
di wilayah kerja Puskesmas Pasayangan 2015, seperti terlihat pada tabel berikut :
Kabupaten Banjar. Tabel 3. Hubungan pengetahuan ibu tentang
infeksi kecacingan terhadap status gizi
Instrumen penelitian yang digunakan
balita di wilayah kerja Puskesmas
dalam penelitian ini adalah kuesioner yang Gambut Kabupaten Banjar tahun 2015
berisi pertanyaan tentang pengetahuan ibu
N Penget Status Gizi Balita Total
tentang infeksi kecacingan dan status gizi o ahuan Gizi Gizi Baik Gizi Gizi
balita yang dibagikan pada responden. Lebih Kurang Buruk
Teknik analisis data menggunakan Uji N % N % N % N % N %
Spearman Ran. 1 Baik 3 50 3 50 0 0 0 0 6 12,8
2 Cukup 7 38,9 6 33,3 5 27,8 0 0 18 38,3
3 Kurang 0 0 7 30,4 12 52,2 4 17,4 23 48,9
Hasil Penelitian
Total 10 21,3 16 34 17 36,2 4 8,5 47 100
A. Pengetahuan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
Distribusi ibu pengetahuan ibu tentang
pengetahuan ibu tentang infeksi kecacingan
infeksi kecacingan dapat dilihat dari tabel 1:
yaitu ibu yang berpengetahuan kurang yaitu
Tabel 1. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu
tentang infeksi kecacingan 23 orang (48,9%) dan balita dengan gizi
kurang ada 17 orang (36,2%).
No Pengetahuan Frekuensi (%) Hasil analisa statistik dengan uji
1 Baik 6 12,8 spearman rank di dapatkan nilai P = 0,000
2 Cukup 18 38,3 berada di bawah α = 0,05, maka dapat
3 Kurang 23 48,9 disimpulkan bahwa hipotesa nol (H0) di tolak
Total 47 100 dan Ha di terima. Kesimpulan secara
statistic, ada hubungan pengetahuan ibu
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tentang infeksi kecacingan terhadap status
pengetahuan ibu tentang infeksi kecacingan gizi balita.
yaitu ibu yang berpengetahuan baik 6 orang
(12,8%), ibu yang berpengetahuan cukup Pembahasan
yaitu 18 orang (38,3%), dan ibu yang A. Pengetahuan
berpengetahuan kurang yaitu 23 orang Berdasarkan tabel 1 dari 47 orang
(48,9%). responden dapat dilihat bahwa pengetahuan
B. Status Gizi Balita ibu tentang infeksi kecacingan yaitu ibu yang
Distribusi status gizi balita dapat dilihat berpengetahuan baik 6 orang (12,8%),ibu
dari tabel 2 : yang berpengetahuan cukup yaitu 18 orang
Tabel 2. Distribusi frekuesnsi Status Gizi Balita (38,3%), dan ibu yang berpengetahuan
di wilayah Kerja Puskesmas Gambut kurang yaitu 23 orang (48,9%). Hal ini
kabupaten Banjar Tahun 2015

28
Jurkessia, Vol. VI, No. 1, November 2015 Rahmi Noerdiana Hidayati, dkk.

menunjukkan bahwa pengetahuan ibu masih berada dalam kandungan. Salah satu
banyak yang kurang. Pengetahuan ibu yang hal yang perlu diperhatikan adalah
kurang karena banyak ibu yang menjawab makanannya. Melalui makanan manusia
salah pada pertanyaan no. 5 sebanyak 31 mendapat zat gizi yang merupakan
responden (65,9%) mengenai gejala kebutuhan dasar untuk hidup dan
cacingan pada balita salah satunya si kecil berkembang. Ketidaktahuan tentang cara
sudah berhenti mengompol, tetapi mulai memberikan makan pada anakbalita baik
mengompol lagi dengan alasan yang tidak dari jumlah, jenis, dan frekuensi pemberian
jelas. serta adanya kebiasaan yangmerugikan
Salah satu faktor yang dapat kesehatan (pantangan terhadap satu jenis
menyebabkan terjadinya penularan infeksi makanan tertentu).
cacing adalah kurangnya pengetahuan Faktor utama penyebab munculnya
tentang infeksi cacingan. Penelitian kasus gizi buruk adalah konsumsi
Wachidanijah (7) menunjukkan bahwa panganyang tidak seimbang dan penyakit
terdapat kecenderungan makin tinggi infeksi. Kedua faktor ini erat kaitannya
pengetahuan maka makin baik perilaku dengankurangnya ketersediaan pangan di
hidup sehatnya. tingkat rumah tangga, pola pengasuhan
Menurut Notoatmodjo (8), yang burukdan pelayanan kesehatan yang
pengetahuan yang berhubungan tidak memadai (1).
dengan masalah kesehatan akan Selanjutnya faktor lain yang tidak
mempengaruhi terjadinya gangguan kalah pentingnya adalah tingkat
kesehatan pada kelompok tertentu. pengetahuan yang rendah tentang
Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya pemeliharaan gizi sejak masa
infeksi kecacingan akan bayi bahkan sejak ibu hamil,dan rendahnya
tingkat pendapatan keluarga, sangat terkait
mengakibatkan berkurangnya
dengan belum optimalnya pemberdayaan
kemampuan untuk menerapkan
keluarga atau masyarakat untuk ikut aktif
informasi dalam kehidupan sehari- terlibat dalam program pangan dan gizi.
hari yang merupakan salah satu
penyebab terjadinya infeksi C. Hubungan pengetahuan ibu tentang
kecacingan. infeksi kecacingan dengan status gizi balita.
Pengetahuan ibu baik sebanyak 6
B. Status Gizi Balita orang (12,8%) dengan gizi lebih sebanyak 3
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat orang (50,0%), pengetahuan ibu cukup
bahwa status gizi balita lebih yaitu 10 orang sebanyak 18 orang (38,3%) dengan gizi
(21,3%), gizi balita baik yaitu 16 orang balita lebih sebanyak 7 orang (38,9%),
(34,0%), gizi balita kurang yaitu 17 orang pengetahuan ibu kurang sebanyak 23 orang
(36,2%) dan gizi balita buruk yaitu 4 orang (48,9%) dengan gizi kurang sebanyak 12
(8,5%). orang (52,2%). Hal ini menunjukkan bahwa
Status gizi didefinisikan sebagai suatu banyak pengetahuan ibu yang kurang
keadaan tubuh akibat konsumsi makanan dengan gizi yang kurang.
dan penggunaan zat-zat gizi. Gizi Dari hasil uji statistik dengan
merupakan salah satu penentu kualitas menggunakan uji spearman rank
sumber daya manusia. Makanan diperoleh P (0,000) < α (0,05), hal ini
yangdiberikan sehari-hari harus
berarti ada hubungan yang
mengandung zat gizi sesuai kebutuhan,
bermakna secara statistik antara
sehingga menunjang pertumbuhan yang
optimal dan dapat mencegah penyakit-
pengetahuan ibu tentang infeksi
penyakit defisiensi, mencegahkeracunan, kecacingan dengan status gizi balita
dan juga membantu mencegah timbulnya dengan kolerasi kuat dengan positif
penyakit-penyakit yang dapatmengganggu yang artinya semakin tinggi
kelangsungan hidup anak (1). Status gizi pengetahuan ibu maka semakin
yang baik untuk membangun sumber daya tinggi status gizi balita tersebut.
berkualitas pada hakekatnya harus dimulai Pengetahuan ibu yang kurang tentang
sedini mungkin, yakni sejak manusia itu infeksi dan pola makan pemberian nutrisi

29
Jurkessia, Vol. VI, No. 1, November 2015 Rahmi Noerdiana Hidayati, dkk.

yang baik bagi balita dapat mempengaruhi hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
status gizi balita tersebut. tentang gizi dengan status gizi balita.
Infeksi cacingan adalah gangguan Berdasarkan uji Chi Square didapatkan
kesehatan yang sering dialami anak p=0,001 (p<0,05). Kurangnya pengetahuan
disebabkan oleh adanya cacing parasit gizi mengakibatkan berkurangnya
dalam tubuh. Penyakit cacingan termasuk kemampuan menerapkan informasi dalam
sering menyerang anak-anak, karena telur kehidupan sehari-hari dan merupakan salah
cacing dapat menetas didalam tubuh. satu penyebab terjadinya gangguan gizi.
Infeksi cacing terdapat luas di seluruh
Indonesia yang beriklim tropis, terutama di Kesimpulan
pedesaan, daerah kumuh, dan daerah yang Dari penelitian dapat disimpulkan
padat penduduknya. Semua umur dapat pengetahuan ibu tentang infeksi kecacingan
terinfeksi kecacingan dan prevalensi yaitu ibu yang berpengetahuan baik 6 orang
tertinggi terdapat pada anak-anak. Penyakit (12,8%), ibu yang berpengetahuan cukup
ini sangat erat hubungannya dengan yaitu 18 orang (38,3%), dan ibu yang
keadaan sosial-ekonomi, kebersihan diri dan berpengetahuan kurang yaitu 23 orang
lingkungan (9). (48,9%).
Kurangnya pengetahuan ibu tentang Status gizi balita lebih yaitu 10 orang
penyakit infeksi pada balita juga menjadi (21,3%),gizi balita baik yaitu 16 orang
salah satu faktor balita tersebut mengalami (34,0%), gizi balita kurang yaitu 17 orang
gizi kurang. Di wilayah Gambut sendiri (36,2%) dan gizi balita buruk yaitu 4 orang
banyak dari ibu-ibu tersebut bekarja di (8,5%).
sawah sehingga mereka sendiri tidak bisa Ada hubungan bermakna antara
memantau setiap saat asupan nutrisi dari pengetahuan ibu tentang infeksi kecacingan
anak mereka. Kemudian anak-anak banyak dengan status gizi balita di wilayah kerja
yang sering bermain di luar rumah tanpa Puskesmas Gambut Kabupaten Banjar
menggunakan alas kaki bersentuhan tahun 2015 (p = 0,000).
dengan tanah langsung, sering jajan
sembarangan dan kebanyakan dari mereka Daftar Pustaka
banyak menggunakan air dari irigasi yang 1. Soekirman. 2001. Sejarah Ilmu Gizi
tidak mengalir, sehingga kebersihan Dalam Buku Ilmu Gizi dan Aplikasinya.
lingkungan juga menjadi salah satu faktor Jakarta: Nuha Medika.
yang dapat mempengaruhi dari gizi balita 2. Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar.
tersebut. Profil Kesehatan balita BGM Kabupaten
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Banjar Tahun 2014. Banjar.
yang dilakukan oleh Andri Irawan (10) yang 3. Purnomo, J Gunawan , Magdalena, dkk.
menyimpulkan bahwa ada hubungan antara 2005. Atlas Helmintologi Kedokteran.
tingkat pengetahuan ibu dan pencegahan Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
kecacingan pada balita 4. Stephenson, L.S., Latham, M.C., &
Hasil penelitian dari Anita Basuki (11) Ottesen, E.A. 2001. Global malnutrition.
menunjukkan bahwa tidak terdapat Parasitologi, 121: 5-22.
hubungan yang bermakna antara 5. Wibowo, J. 2008. Hubungan antara
kecacingan dengan status gizi pada anak Infeksi Soil Transmitted Helminths
SD di Kelurahan Bunaken Kecamatan dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah
Bunaken kota Manado. Berdasarkan hasil Dasar 03 Pringapus, Kabupaten
analisis statistik didapatkan bahwa tidak ada Semarang Jawa Tengah. Skripsi
hubungan antara kecacingan dengan status Fakultas kedokteran UNDIP. Semarang.
gizi berdasarkan BB/TB (p=1,000). Hal ini 6. Balawati,Y.F.dkk. 2004. Pengantar
dikarenakan masih banyak faktor-faktor Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar
yang berpengaruh terhadap status gizi anak. Swadaya.
Seperti sosial ekonomi, perilaku gizi ibu, 7. Wachidanijah. 2002. Pengetahuan,
pengetahuan ibu tentang gizi, pola makan Sikap dan Perilaku Anak Serta
anak, dan pendapatan keluarga. Lingkungan Rumah dan Sekolah
Sedangkan hasil penelitian dari Erni Dengan Kejadian Infeksi Cacing Anak
Kurniawati (12) menunjukkan bahwa ada

30
Jurkessia, Vol. VI, No. 1, November 2015 Rahmi Noerdiana Hidayati, dkk.

Sekolah Dasar. Tesis. Program Pasca


Sarjana UGM. Yogyakarta.
8. Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Jakarta :
Rineka Cipta
9. Rifdah, Ifdah. 2007. Hubungan Kondisi
Sanitasi Lingkungan dan Higiene
Perorangan dengan Kejadian
Kecacingan pada Murid Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Cibinong
Kabupaten Bogor Tahun 2007. Tesis.
FKM Universitas Indonesia. Jakarta.
10. Andri Irawan 20011. Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu dan Pencegahan
Kecacingan Pada Balita Di Kecamatan
Tanjung Karang Pusat Bandar Lampung
Tahun 2011. Skripsi. Akademi
Keperawatan Panca Bhakti Bandar
Lampung.
11. Hehy, G.A., Anita B., Rudolf, B.P. 2013.
Hubungan Antara Kecacingan dengan
Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar
di Kelurahan Bunaken Kecamatan
Bunaken Kota Manado tahun 2013.
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Available from:
http://fkm.unsrat.ac.id/wp-
content/uploads/2013/08/GLEND-
ANDRIO-HEHY.pdf.
12. Erni, Kurniawati. 2011. Hubungan
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi
Dengan Status Gizi Balita di Kelurahan
Baledono, Kecamatan Purworejo,
Kabupaten Purworejo Tahun 2011.
Jurnal Komunikasi Kesehatan, 3 (2):
22-31.

31

You might also like