Professional Documents
Culture Documents
Self Learning Handbook Support
Self Learning Handbook Support
2. Jenis Oli
a. Hydraulic Oil
b. Engine Oil
c. Gear Oil
d. Automatic Transmission Fluid Oil
e. Brake Oil
3. Klasifikasi Oli
a. Engine Oil : CA, CB, CC, CD, CE, CF / 0API SAE 10 ~ 50
b. Hydraulic Oil : ISO VG ~ 32 s/d ISO VG ~ 1500.
c. Gear Oil : AGMA, GL-1 s/d GL-8A (SAE 60 ~ 250).
6. Viskositas dan kualitas oli engine diklasifikasikan dengan standard SAE (The Society of Automotive Engineers).
Category by Quality
Oli diklasifikasikan kedalam C Series (klas CA sampai CE) untuk engine diesel, dan S series (klas SA sampai SG) untuk engine gasolin. Oli engine
klas CD telah melewati test charger (pembebanan) pada engine diesel turbocharger silinder tunggal. Uji engine ini ialah untuk mengevaluasi
kemampuan pencegahan terhadap melekatnya (stuck) ring piston.
Oli klas CE dan CE belakangan ini mulai banyak terlihat dipasaran dan sudah digunakan. Oli CE class telah diuji pada engine Cummins dan truck
Mack disamping klas CD.
Oil Performance classification
9. Pengertian Deteriorasi
Peristiwa rusaknya oli karena pengaruh dari dalam system
Asam sulfat yang dihasilkan bisa terbentuk didalam ruang pembakaran dan/atau diluar ruang bakar. Kalau proses (2) dan (3) berlangsung
didalam crankcase, karena selama engine beroperasi selalu terjadi blow-by (kebocoran gas hasil pembakaran lewat piston ring), asam sulfat
yang terbentuk akan mencemari oil. Akibatnya nilai TBN turun dan fungsi oli tidak sempurna.
PENGETAHUAN GREASE
22. Fungsi Grease secara umum
Grease tidak mudah mengalir dari dalam bearing, sehingga dapat melumasi untuk waktu yang lebih lama, tanpa menambahkan grease
(sebagai pelumas padat)
Grease juga bekerja seperti seal dan dapat mencegah kotoran atau air masuk ke dalam bagian yang dilumasi.
Mempunyai kemampuan melumasi yang baik pada berbagai tempat, misalnya low speed rotating parts, bagian yang menerima beban
berat, high temperature, beban kejut dan bagian yang saling bergesekan.
Melumasi bagian yang tidak dioperasikan untuk jangka waktu yang lama tanpa adanya oil film, sehingga mencegah terjadinya karat
atau korosi. (sebagai pelindung karat)
PENGETAHUAN FUEL
27. Jenis Fuel yang digunakan pada Diesel Engine
Light Diesel Oil, ASTM D 975 NO. 2. (ASTM = Association Standard Testing Material)
Jenis fuel ini adalah bahan bakar dengan rentang titik didih dari 240 sampai 3500C, dan didistilasi setelah kerosene. Dari semua jenis-jenis
bahan bakar, fuel ini mempunyai sifat-sifat yang paling cocok untuk ignition, combustion, dan viscosity yang diperlukan oleh engine diesel
high-speed yang kecil, sehingga hampir semua engine diesel highspeed, termasuk engine-engine untuk mesin-mesin konstruksi
menggunakannya.
Reaksi (1)
S + O2 = SO2
Reaksi (2)
2SO2+ O2 = 2SO3
PENGETAHUAN COMPONEN
PENGETAHUAN TOOLS
1. Tachometer
Alat yang digunakan untuk mengukur putaran engine. Satu set terdiri, probe, cable, tachometer, tachometer drive.
6. Pressure Gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur pressure oli dalam system hydraulic atau pressure angin.
2
Satuan : kg/cm , Mpa
8. Anemometer
Alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebuntuan fin Radiator
9. Accumulator Tester
Alat yang digunakan untuk mengukur pressure nitrogen dalam bladder accumulator
3. Compression Pressure
Tekanan didalam ruang bakar yang dihasilkan pada saat piston bergerak dari BDC ke TDC dan kedua valve (intake dan exhaust) tertutup.
2
Satuan : kg/cm - Psi
Compression ratio CR =
Vs + Vc
Vc
Vs : Volume Stroke
Vc : Volume Compression
4. Blow by Pressure
Tekanan didalam crank case akibat kebocoran pressure dari ruang bakar (compression dan combustion pressure), kebocoran pada
Turbocharger dan air compressor. Pengukuran blow-by pressure pada dasarnya dilakukan untuk mengukur tingkat keausan (kondisi) liner
dan ring piston.
Untuk memastikan Blow-by (terjadi keausan pada liner & ring piston)
- Pressure blow-by diatas standart / permissible
- Warna blow-by cenderung putih kebiru – biruan sebagai indikasi adanya oli yang terbakar.
- Oil consumption tinggi
- Hasil PAP (silicon- debu, metal wear)
- Trend analysis blowby-pressure
6. Rated Speed
Putaran engine pada HP max. Satuan : Rpm
8. Boost Pressure
Tekanan didalam intake manifold yang dihasilkan oleh turbocharger. Satuan : mmHg / Kpa
Top Clearance:
Internal leakage pada gear pump yang disebabkan keausan yang terjadi pada bagian atas hosuing sisi suction yang disebabkan adanya gaya
tekan terhadap gear karena pressure pada sisi discharge dan untuk mengurangi internal leakage tersebut, maka dipasang Side plate yang
akan memanfaatkan sebagian pressure discharge pump untuk dialirkan menuju sisi suction melalui V- groove sebagai balancing pressure.
Side Clearence:
Internal leakage pada gear pump yang disebabkan keausan yang terjadi pada sisi samping gear dengan housing dan untuk mengurangi
internal leakage tersebut, maka dipasang Side plate yang akan menekan kontak permukaan dengan sisi gear, memanfaatkan pressure
discharge pump.
Internal Leakage of piston pump / motor:
Clearance antara piston dengan cylinder barrel, bidang cembung kontak antara cylinder barrel dengan pressure valve (plate) tidak rata.
TROUBLE ANALYSIS
1. Engine Hunting
Putaran engine yang tidak stabil, naik turun tidak beraturan yang disebabkan ada udara yang masuk dalam fuel system dari sisi suction
pump (misal terjadi kebocoran hose, o-ring dsb). Sehingga seolah olah terjadi perubahan Firing Order (urutan pembakaran).
11. Starting Motor tidak bisa berputar walaupun Starting Switch posisi "START"
- Kabel terminal C putus
- Starting motor terbakar
- Battery drop, engine jammed , dsb
15. Steering Wheel Play terlalu longgar (HD & HM & Light truck)
- Keausan pada spline steering shaft terlalu besar
- Universal joint aus berlebihan
- Steering valve (orbitroll) atau gear box aus berlebihan. dsb
17. Parking Brake tidak mau Release (mechanical) (Volvo & Light truck)
- Misadjustment parking brake linkage
- Parking brake shoe lengket pada brake dump.
- Lingkage mechanical & push-pull cable parking brake kurang pelumasan, sehingga jammed. Dsb
18. Spring Brake tidak mau Release (Volvo & Light truck)
- Diaphram spring brake bocor
- Spring brake relay valve bocor
- Misadjustment slack adjuster (atau slack adjuster jammed). Dsb
Artinya suku cadang tidak diberikan tersendiri akan tetapi harus diberikan dalam bentuk kesatuan ( Assembly )
Artinya parts ini diorder dapat secara tersendiri jika yang meminta adalah distributor sedangkan jika selain distributor maka harus diorder
dalam bentuk ass’y
•
• •
• Artinya parts ini tidak diizinkan untuk dipakai lagi karena hal - hal tertentu dan karenanya tidak disupply lagi. Parts ini diganti
dengan parts yang lain.
Artinya part ini dapat diganti dengan part lain ( interchange satu arah ).
Artinya part dapat diganti dengan kombinasi dari beberapa part yang lain.
Artinya part ini adalah unifinished / semi finished part yitu part yang belum siap dipakai dan perlu disempurnakan ( penyesuaian ukuran,
penghalusan dan lain – lain ) terlebih dahulu sebelum dipasang.
Cara kerja: Coolant yang dari system pendingin engine masuk kedalam upper tank masuk ke
Core Radiator core menyerap dan membuang panas melalui Fin Radiator dengan bantuan
Udara yang dihembuskan oleh Fan
Trouble : leak, buntu, dan kotor.
2. Safety valve .
Strukturnya terdapat dua buah valve, Vacum valave dan pressure valve
yang berfungsi untuk menjaga quantitas coolant yang ada didalam, dan meningkatkan titik didih air.
Lower tank berfungsi sebagai tempat penampungan air yang telah didinginkan oleh core dan fin radiator yang selanjutnya didistribusikan ke
system pendingin.
4. Fin Radiator
Terbuat dari campuran almunium bentunya sirip-sirip, fungsinya untuk menyepap dan membuang panas coolant.
FIN Radiator
Pencucian Dapat Dilakukan Dengan Disemprot Menggunakan Udara Atau Air Bertekanan .
•Air pressure : max 10 kg / cm ² .
•Steam pressure : max 4 kg / cm ² .
Trouble:
Mudah penyok, kotor, tesumbat.
6 Resevoir tank
Terbuat dari plastic yang berfungsi untuk menampung air yang akan masuk keradiator pada saat terjadi kevacuman didalam radiator serta
untuk menampung air dari radiator pada saat terjadi kelebihan pressure di dalam radiator.
Trouble :
mudah bocor,
7. Thermostat
Struktur terdiri dari Valve, seal, sleeve, expander, sensor body, piston, spring
Berfungsi untuk mengatur temperatue kerja engine.
Function
Opening temperature : 74.5 - 78.5 ºC.
Full opening temperature : 90 ºC.
Valve lift : Minimum 10 mm.
Trouble : Jammed tertutup Over heat karena air tidak bisa mengalir keradiator.
Jamed terbuka temperature kerja akan lama tercapai/ butuh warming up yang cukup lama untuk mencapai
temperature kerja.
2. Pressure valve
Valve yang berfungsi untuk menjaga dan meningkatkan titik didih air.
3. Core Radiator
Saluran didalam radiator yang berfungsi untuk tempat jalannya air yang didinginkan oleh fin radiator dengan bantuan udara luar.
4. Fin Rebah
Fin radiator yang posisi pemasangannya posisi horosontal/ Rebah.
5. Engine Hunting
Putaran engine yang tidak stabil disebabkan karena fuel ssistem tidak bekerja secara normal
6. Buffle Plate
Suatu komponen didalam radiator yang berfungsi untuk memecahkan gelembung udara di dalam radiator
8. Coolant
Media pendingin yang digunakan untuk menjaga menstabilkan temperatur kerja engine.
III. TOOL
1. Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya
Satuan : kgm, Nm, lbfeet
3. convex scale
Alat yang digunakan untuk mengukur panjang dan jarak .
satunya : mm, cm, m, Inch, Feet,
4. Anemometer
Untuk mengukur kecepatan angin yang dihembuskan atau dihisap oleh radiator fan,sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi kebuntuan
radiator fin. Satuan m/detik
5. Lifting chain
Rantai yang digunakan untuk mengangkat komponen pada penggunaanya ujung rantai dipasang hock.
Satuan : kg, ton
6. PM Clinik
Alat yang digunakan untuk pelakukan PPM engine , terdiri dari Pressure gauge, tacho meter, thermo meter.
7. Tachometer
berfungsi untuk mengukur putaran
satuanya : RPM
8. Thermo meter
Alat yang digunakan untuk meengukur temperatur
satuanya : Celcius, Farenhit, Kelvin.
4. Run Engine
Visual check : Leaking All, Noise
Measurement: Rpm, Water temperature, exhaust gas temperature, blow bay gas (PPM Engine)
6. Ruber mounting
Visual check : keretakakan rubber, perubahan bentuk, kekencangan bolt.
V. PART RECOMMENDATION
1. PNPB (Publication Number of Part Book)
Suatu angka yang tertera pada cover part book (pojok kanan atas) yang menunjukkan aplikasi part book tersebut sesuai dengan Serial
Number dan Tipe Unit.
2. SPO (Standard Part Overhaul)
Daftar part yang dibutuhkan untuk overhaul normal sesuai umur yang direkomendasikan factory, dengan kondisi tidak terjadi kerusakan
abnormal pada komponen.
APL (Application Cart List) (Remove & Install)
Daftar part yang dibutuhkan untuk Remove dan Install komponen sesuai umur yang direkomendasikan factory, dengan kondisi tidak terjadi
kerusakan abnormal.
3. PSN (Part & Service News)
Informasi dari factory berupa brosur atau leaflet yang berisikan modifikasi atau improvement pada komponen, system atau technical
instruction (Prosedur Repair, Testing Adjusting) dengan tujuan untuk meningkatkan performance atau memperbaiki kelemahan dan
kekurangan. Setiap PSN hanya berlaku untuk Serial Number tertentu yang sesuai.
4. Kode kode pada part book (symbol)
Kode dari factory berupa angka dan huruf, sedangkan symbol berupa gambar yang ditunjukkan pada part book, dengan tujuan untuk
mempermudah proses pemilihan part yang akan diorder, sehingga dapat mencegah kesalahan order atau double order (karena komponen
ass"y dan separated diorder secara bersamaan). Dan juga mempermudah pencarian komponen yang berkaitan atau saling berhubungan.
5. Reusable part
Part yang masih dapat digunakan lagi setelah dilakukan visual check dengan membandingkan dengan reusable book, dan hasil pengukuran
masih dalam range yang diijinkan sesuai maintenance standart atau Quality Assurance.
6. Fan guard
Dipasang pada radiator, sebagai pengaman fan dari benda asing dan juga untuk memfokuskan aliran hembusan atau hisapan fan.
7. Drain Valve
Valve yang terletak dibagian bawah engine oil pan yang berfungsi untuk membuang atau mendrain oli dari dalam oil pan, biasanya terdiri
dari dua buah bolt plug.
15. Muffler
Suatu komponen yang dalam system dipasang diantara turbocharger dan exhaust pipe, yang berfungsi untuk meredam suara,
menghilangkan percikan api dan menurunkan temperatur gas buang.
16. Damper
Suatu komponen yang dipasang diantara flywheel dengan input shaft PTO, berupa disc with torsional damper (spring type) yang berfungsi
untuk meredam getaran yang timbul akibat perubahan torque saat terjadi perubahan load (beban kerja).
22. Shim
Berupa plat besi yang dipasang pada rubber mounting untuk adjustment kelurusan (aligment) engine terhadap torque converter
(transmission.
2. Engine hunting
Putaran engine yang tidak stabil, naik turun tidak beraturan yang disebabkan ada udara yang masuk dalam fuel system dari sisi suction
pump (misal terjadi kebocoran hose, o-ring dsb). Sehingga seolah olah terjadi perubahan Firing Order (urutan pembakaran).
3. Engine overheating
o
Suatu kondisi dimana temperature air pendingin diatas normal (+ 105 C), yang disebabkan keabnormalan cooling system : Thermostat
jammed tertutup, radiator (core atau fin) buntu, Fan belt kendor, dsb
4. Coating/jointing material
Pemberian lapisan berupa liquid, (adhesive, gasket sealant, anti corrosive) pada bidang kontak dua komponen dengan tujuan agar tidak
terjadi kebocoran, atau karat dan juga sebagai perekat.
5. ENS grease
Grease khusus yang direkomendasikan factory dan tidak boleh dicampur dengan sembarang grease. ENS grease digunakan pada output
bearing, pilot bearing dan spline inner body-coupling yang mampu melumasi pada putaran tinggi.
14. Adjustment
Suatu tindakan yang dilakukan dengan cara mengadjust suatu komponen agar ukuran dan kondisinya sesuai dengan standart (setting
pressure, alignment, tension, clearance, etc)
15. Refilling
Pengisian kembali fuel, air, grease atau oli kedalam system, misalnya fuel akan habis setelah unit operasi atau oli yang didrain saat
pekerjaan service atau repair. Untuk beberapa system, saat refilling, jumlah oli yang ditambahkan tidak sebanyak jumlah specifiednya,
karena sebagian oli lama masih berada dalam system, misal oli hydraulic.
Suatu tindakan yang dilakukan untuk pengisian kembali oli, fuel, air dan grease.
III. TOOL
1. Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya
Satuan : kgm, Nm, lbfeet
2. Tachometer
Alat yang digunakan untuk mengukur putaran engine. Satu set terdiri, probe, cable, tachometer, tachometer drive.
3. Pm Clinic Kit A
Seperangkat alat yang digunakan untuk mengukur item performance engine : Rpm, Blowby pressure, Exhaust temperature, dan cycle time :
stop watch
Pm Clinic Kit B
2
Seperangkat pressure gauge yang digunakan untuk mengukur hydraulic pressure, boost pressure. Satuan gauge : 10, 25, 60, 400 kg/cm ,
dan -760 -> 1500 mmHg.
4. Lifting belt
Sabuk yang digunakan untuk mengikat dan mengangkat komponen yang permukaannya halus, sehingga saat diangkat tidak merusak,
menggores komponen.
Satuan : kg, ton
5. Lifting chain
Rantai yang digunakan untuk mengangkat komponen pada penggunaanya ujung rantai dipasang hock.
Satuan : kg, ton
SIS/ Mechanic Development 50
6. Overhead crane
Alat angkat didalam workshop yang dapat bergerak ke semua arah horizontal dan naik turun (vertical)
Satuan : ton
7. Pressure gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur pressure oli dalam system steering dan hydraulic.
2
Satuan : kg/cm , Mpa
8. Convex scale
Alat yang digunakan untuk mengukur panjang dan jarak.
Satuan : cm, m
9. Power wrench
Alat untuk mengencangkan atau mengendorkan bolt atau nut yang memiliki torque besar, alat ini menggunakan prinsip reduksi putaran
beberapa tingkat.
Satuan : kgm
17. Suckle
Digunakan sebagai sambungan chain, sehingga memudahkan pengaitan ataupun pengaturan chain saat pengangkatan komponen.
4. Ruber mounting
Visual check : Crack, chipping
Manual check : Elastisitas, Standart torque tightening
Measuring : Free high rubber mounting
19. Radiator
Visual check : Water, oil leakage, clogged (fin), cleanness
Measuring : Radiator pressure, temperature, clogeed fin with anemometer
Testing
1. Water leak of cooling system
Visual check : Check kebocoran dari sambungan hose, piping pada cooling system
Gunakan radiator cap tester untuk memastikan setting pressure valvenya.
2. Engine performance
Lakukan pengukuran item sebagai berikut :
- T/C stall speed
- Hyd stall speed
- Full stall (T/C & Hyd stall speed)
- Boost pressure
- Exhaust temperature
- Blow-by pressure
- Engine oil pressure
3. Electrical system
Lakukan pemeriksaan pada item berikut
- Posisikan Starting switch ON
- Kemudian posisikan start (hidupkan engine)
- Pastikan semua check, caution dan warning lamp tidak ada yang menyala
- Pastikan User code dan service code tidak terjadi.
- Aktifkan semua switch system dan pastikan semuanya bekerja normal. (head & work lamp, wiper, horn, transmission and steering
control (buldozer), machine push-up, heavy lift (PC) dan semua system yang ada pada unit.
9. Blow-by pressure
Kondisi pengukuran : Temperature ,Air radiator dan oli T/C, oli hydraulic dalam range kerja
- Pasang adapter pada hose blowby dan sambungkan dengan blowby pressure gauge 1000 mmH2O, ukur blowby saat Stall speed,
lakukan beberapa kali, tentukan nilai blowby dari rata rata atau tingkat keseringannya.
10. Boost pressure
Kondisi pengukuran : Temperature ,Air radiator dan oli T/C, oli hydraulic dalam range kerja
- Pasang adapter pada hose blowby dan sambungkan dengan blowby pressure gauge 1000 mmH2O, ukur blowby saat Stall speed,
lakukan beberapa kali, tentukan nilai blowby dari rata rata atau tingkat keseringannya.
12. V-belt
Tekan V belt sesuai standart force, kemudian ukur defectionnya, dan lakukan adjustment sesuai standart.
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
2. Breather Filter
Untuk membebaskan pressure udara dalam case yang timbul karena panas, dibuang ke udara luar dan mencegah terjadinya kevakuman
dalam PTO case. Disamping itu, untuk mencegah kotoran masuk ke dalam case, pada breather dipasang screen. (wire mesh)
4. Spur Gear
Gear yang alur giginya lurus (straight teeth) dan digunakan secara berpasangan untuk mereduksi putaran. (spesifik pada RH120 ; spur gear
= idler gear)
5. Filler Plug
Plug yang dipasang pada bagian atas case dan dibuka saat pengisian oli ke dalam case.
7. Lubrication Piping
Hose dan tube yang digunakan pada system lubricating PTO untuk melumasi semua bagian bearing dan gear.
1. Preload
Beban awal yang sengaja diberikan untuk menentukan clearance antara inner dan outer race pada cone (taper) bearing.
3. Repair limit
Batas ukuran dari suatu komponen yang mengalami perubahan ukuran karena keausan, jika telah mencapai repair limit, maka komponen
harus diganti agar komponen masih dapat direpair dan kerusakan tidak semakin parah.
4. Chipping
Kerusakan yang terjadi pada permukaan komponen yang disebabkan benturan sehingga rompal.
5. Pitting (bearing)
Kerusakan berupa bopeng kecil yang terjadi pada permukaan race atau roller bearing yang disebabkan rolling fatique atau pemakaian
secara terus menerus. Pada tahap selanjutnya pitting akan menyebabkan terjadinya Flacking
Pitting Flacking
6. Scratch
Kerusakan pada permukaan komponen berupa baret atau goresan yang biasanya memanjang atau melingkar yang disebabkan gesekan
yang berlebihan karena kurang pelumasan atau ada material asing yang terjepit diantara dua komponen yang bergerak.
7. Crack
Kerusakan pada komponen berupa keretakan yang disebabkan material fatique, overload, overheat, benturan, dsb.
9. Gear ratio
Hasil dari pembagian (perbandingan) jumlah teeth gear driven dengan jumlah teeth gear drive.
11. Smearing
Gejala kerusakan pada permukaan roller bearing dimana sebagian permukaan mengalami keausan abnormal (seizure), hal ini disebabkan
tidak meratanya pelumasan.
12. Backlash
Clearance antara dua buah teeth gear yang saling berhubungan.
18. Discoloration
Kerusakan pada komponen yang berupa perubahan warna pada permukaan komponen yang dapat disebabkan karena, overheat ,
kurangnya pelumasan, overload.
III. TOOL
1. Magnetic base
Alat sebagai tempat kedudukan pemasangan dial gauge, agar tidak mudah bergeser atau bergerak, karena terdapat magnet dibagian
bawahnya.
2. Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya.
Satuan : kgm, Nm, lbfeet
3. Vernier caliper
Alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, panjang, ketebalan, kedalaman lubang pada suatu komponen.
Satuan : mm (0.05), inchi (1/128)
4. Dial gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur endplay, runout, faceout, backlash, protusion, diameter dalam (bore gauge).
Satuan : 0.001 mm
6. Lifting chain
Rantai yang digunakan untuk mengangkat komponen pada penggunaanya ujung rantai dipasang hock.
Satuan : kg, ton
2. Overflow pipe
Visual check : Crack, thread condition, clogged
3. Drive shaft
Visual check : Crack, discoloration, scratch, pitting, spline condition, etc
Measurement : Diameter seat of bearing, backlash of spline, backlash of teeth
4. Depth stick
SIS/ Mechanic Development 63
Visual check : Crack, broken, bending, thread condition (nut section)
5. Spur gear
Visual check : Crack, discoloration, scratch, pitting, spline condition, etc
Measurement : Diameter seat of bearing, backlash of teeth
6. Filler plug
Visual check : Thread condition, O-ring
8. Lubricating piping
Visual check : Crack, clogged
9. Nozzle for lubrication
Visual check : Crack, clogged
VI. TROUBLESHOOTING
5. Reusable part
Part yang masih dapat digunakan lagi setelah dilakukan visual check dengan membandingkan dengan reusable book, dan hasil pengukuran
masih dalam range yang diijinkan sesuai maintenance standart atau Quality Assurance.
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
1. Release bearing
Bearing yang dipasang pada sleeve dan digerakkan oleh release yoke untuk menekan release lever, sehingga clutch dapat disengaged. Sisi
bidang kontak bearing terhadap release lever terbuat material yang khusus, karena selain berputar juga menerima beban gesek yang besar.
2. Disc clutch
Suatu disc yang kedua sisi permukaannya dilapisi dengan friction material, sehingga tahan gesek dan panas. Pada pemasangannya salah
satu sisi kontak terhadap Flywheel (sisi engine), sedangkan sisi sebelahnya kontak terhadap pressure plate (sisi power train), sehingga
berfungsi untuk meneruskan atau memutus putaran dan tenaga engine ke power train (transmisi). Untuk meredam getaran yang terjadi
pada clutch, maka dipasang spring damper.
3. Clutch booster
Suatu kompenen yang menggunakan pressure oli yang relatif kecil, untuk membuka relay valve sehingga mengalirkan pressure angin untuk
mendorong power piston yang mempunyai luas penampang besar, akibatnya timbul gaya tekan yang kuat. Daya tekan tersebut digunakan
untuk memposisikan clutch disengaged saat pedal diinjak.
4. Release yoke
Dipasang pada release shaft untuk merubah gerak putar shaft menjadi gerak maju-mundur untuk menggerakkan release bearing.
5. Release lever
Sisi pendek release lever dipasang pada pressure plate dengan menggunakan pin, sedangkan rod adjusternya duduk di clutch cover sebagai
tumpuan pergerakan release lever. Sehingga saat sisi panjang release lever ditekan release bearing , sisi pendek akan menarik pressure
plate melawan pressure spring, akibatnya clutch menjadi disengaged.
6. Pressure plate
Mempunyai bidang kontak dengan disc clutch dan menggunakan kekuatan pressure spring untuk menekan disc, sehingga main clutch
engaged.
8. Flywheel
Dipasang pada crankshaft engine dan mempunyai bidang kontak terhadap disc clutch, serta sebagai dudukan main clutch, sehingga saat
main clutch engaged, dapat meneruskan putaran dan tenaga engine ke power train.
9. Release sleeve
Release sleeve dipasang sliding pada bearing cap input shaft transmission dan sebagai tempat dudukan release bearing (inner race).
3. Double clutch
Main clutch yang menggunakan 2 buah disc clutch, sehingga Torque Transmitting Capacity nya lebih besar.
8. Single clutch
Main clutch yang hanya menggunakan 1 buah disc clutch, sehingga Torque Transmitting Capacity nya tidak sebesar yang menggunakan
double clutch.
III. TOOL
1. Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya.
Satuan : kgm, Nm, lbfeet
3. Convex scale
Alat yang digunakan untuk mengukur panjang dan jarak.
Satuan : cm, m (metric), inch, feet (withworth)
4. Vernier caliper
Alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, panjang, ketebalan, kedalaman lubang pada suatu komponen.
Satuan : mm (0.05), inchi (1/128)
5. Push-pull scale
Alat untuk mengukur pre-load, operating force dan dapat digunakan untuk adjustment belt tension
Satuan : kg
6. Chain block
Alat yang digunakan untuk mengangkat komponen, dalam penggunaanya dapat dipindahkan dimana ada tempat untuk mengaitkannya.
Alat ini menggunakan prinsip katrol dengan reduksi putaran.
7. Dial gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur endplay, runout, faceout, backlash, protusion, diameter dalam (bore gauge).
Satuan : 0.01 mm
IV.INSPECTION – MEASUREMENT
1. Disc clutch
Visual check : Chipping (rompal), scratch (goresan), crack (retak), discolour (perubahan warna.
Manual check : Spring, rivet, condition
Measurement : Thickness, bending (Faceout) , spline (radial play)
2. Pressure plate
Visual check : Chipping, scratch , crack, discolour
Measurement : Flatness (kerataan), thickness
3. Pressure spring
Visual check : Crack, discolour
Measurement : Free length, Installed length - installed load, Straightness
4. Release bearing
Visual check : Chipping, Crack, discolour
Manual check : Rotation, Unusual noise
Measuring : Contact protusion
5. Release lever
Visual check : Chipping, Crack, discolour
Manual check : Thread condition
Measuring : Inside Diameter bushing, Outside diameter pin,
6. Flywheel
Visual check : Chipping, Crack (colour check), discolour, scratch
Manual check : Torque bolt
Measurement : Faceout, runout, end-play, grinding depth (contact surface)
8. Release sleeve
Visual check : Crack, chiping, discolour
Manual check : Grease lubricating, spring condition
Measuring : Diameter of release bearing seat.
9. Release shaft
Visual check : Crack, twisting
Measuring : Diameter of needle bearing seat, diameter bushing
1. Clutch slip
- Disc clutch aus berlebihan
- Bidang kontak clutch terkena grease atau oli.
- Misadjustment clutch linkage sehingga semi engaged
- Booster malfunction, power piston bekerja dengan sendirinya karena kebocoran relay valve
- Overload, dan misoperation
5. Reusable part
Part yang masih dapat digunakan lagi setelah dilakukan visual check dengan membandingkan dengan reusable book, dan hasil pengukuran
masih dalam range yang diijinkan sesuai maintenance standart atau Quality Assurance.
7. Quality Assurance
Prosedur dan urutan langkah kerja yang harus dilakukan saat melakukan suatu pekerjaan Overhaul atau Remove Install, dimana didalamnya
terdapat Critical Point dan Item Measurement yang harus diperhatikan dan dilakukan, sehingga dapat mencegah Redo ataupun premature
damage
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
2. Lock up valve
Lock-up valve dan lockup solenoid valve juga terdapat pada Torque Converter valve assembly.
Kedua valve bekerja untuk mengatur besarnya pressure yang sesuai untuk lock-up clutch dan juga menepatkan saat bekerjanya clutch lock
up .
Lock-up valve mempunyai modulating valve hingga saat lock-up clutch engaged, dapat lebih halus (smooth) untuk menurunkan beban
hentakan atau kejutan saat perpindahan speed. Sehingga mencegah terjadinya puncak beban yang berkelanjutan (generation of peak
torque) pada power train. Dengan demikian unit mudah dikendalikan dan kemampuan serta daya tahan power train akan
meningkat.
Saat Transmission controller mengirimkan arus perintah menuju solenoid valve, maka pilot pressure yang menekan spool piston lock-up
akan dibebaskan menuju sirkuit drain, sehingga tension spring akan menggerakkan spool lock-up untuk menghubungkan pressure pump
dengan piston lock-up untuk mengengagedkannya. Kenaikan pressure lock-up clutch diatur secara bertahap (modulating) dengan cara
mengalirkan pilot pressure menuju load piston untuk memperbesar tension spring secara bertahap dan saat load piston mencapai akhir
2
langkahnya (tertahan pada stopper) maka setting pressure lock-up clutch + 16 kg/cm telah tercapai.
5. Torque converter
Torque converter dipasang menjadi satu dengan PTO dan transmission. Didalam system, Torque Converter terletak diantara engine dan
transmission. Torque converter yang digunakan bertipe 3 element, 1 stage, 2 phase with lock-up clutch, sehingga terdiri dari pump, turbin,
stator dan lock-up clutch. T/C berfungsi untuk meneruskan putaran dan tenaga engine dengan menaikkan torquenya (1:2.4). Pump
berfungsi untuk merubah tenaga mekanis menjadi kinetis yang selanjutnya tenaga kinetis yang bekerja pada turbin akan kembali
menghasilkan tenaga mekanis, dengan terjadinya kenaikan torque. Stator with one way clutch berfungsi untuk mengalirkan balik aliran oli
dari turbin menuju pump. Sedangkan saat lock-up clutch engaged, maka tenaga dan putaran engine akan diteruskan secara langsung (main
clutch) menuju power train.
6. Transmission assembly
Komponen yang menjadi satu torque converter dan PTO, dipasang pada middle of chasis dengan menggunakan rubber mounting.
Transmission terdiri dari susunan beberapa clutch pack (planetary gear system & clutch) dan rotary clutch yang berfungsi untuk merubah
kecepatan menjadi beberapa tingkat kecepatan F1 – F7 dan R dengan mengengagedkan 2 buah clutch secara bersamaan. Input shaft
transmission dihubungkan dengan turbin Torque converter dan out shaft transmission dihubungkan menuju differential dengan
menggunakan propeller shaft. Setiap clutch mempunyai ECMV yang bekerja mengengagedkan secara bertahap untuk mengurangi
terjadinya kejutan saat shifting gear, sesuai dengan arus perintah dari transmission controller Dengan demikian unit dapat dijalankan maju
atau mundur dengan kecepatan yang berbeda beda sesuai posisi gearshift lever dan beban yang terjadi (kondisi operasi).
1. Downshift inhibitor
Suatu system untuk mencegah terjadinya shiftdown secara tiba tiba saat terjadi kesalahan operasi, misalnya pada awalnya gearshift
th
selector posisi D dan actual gearspeed 6 , kemudian secara tidak sengaja gearshift selector diposisi 3, maka gearspeed tidak akan dapat
rd th th rd
langsung shiftown ke gearspeed 3 , tetapi akan shiftdown secara bertahap 5 , 4 , 3 , sehingga tidak terjadi hentakan yang dapat
menyebabkan kerusakan pada komponen transmission.
2. Overrun prevention
5. Direct Drive
Suatu sistem pemindahan tenaga dan putaran yang menggunakan mekanisme clutch (disc with torsion damper), sehingga tidak terjadi
pengurangan putaran atau perubahan torque, dengan kata lain hampir 100% tenaga engine akan disalurkan ke power train.
6. Over Drive
Suatu system transmission dimana putaran output shaft pada saat gearspeed tertinggi melebihi putaran input.
8. Slipping of Disc
Suatu kondisi dimana Torque Transmitting Capacity clutch (disc) lebih kecil dari besarnya Load atau Torque yang harus diteruskan, sehingga
justru terjadi slip pada disc yang mengakibatkan keausan abnormal. TTC disc dipengaruhi oleh : Friction Material – friction coefficient, total
luas bidang kontak (diameter, jumlah disc), pressure oli.
III. TOOL
1. Centering tool
Alat yang digunakan untuk alignment
4. PM clinic tool
5. Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya.
Satuan : kgm, Nm, lbfeet
6. Modulating checker
Alat berupa manual control box yang dilengkapi display monitor dan beberapa soft-touch switch, serta dihubungkan dengan wiring harness
transmission control system. Dalam aplikasinya modulating checker digunakan sebagai pengganti transmission controller untuk mengalirkan
arus perintah ke masing masing ECMV sesuai dengan switch yang diaktifkan, dengan demikian masing masing clutch dapat diengagedkan
secara individual.
7. Convex scale
Alat yang digunakan untuk mengukur panjang dan jarak.
Satuan : cm, m
Note : Inspection dilakukan dengan visual check yang meliputi : keretakan (crack), patah (broken), hilang (missing), unusual noise
(kelainan suara) etc.
Measurement dilakukan berdasarkan item measurement pada Standart Value Table of Chasis (shop manual) atau Quality
Assurance.
1. Alignment of engine and torque-flow transmission
Pasang centering tool diantara Engine output Coupling dengan T/C input Coupling dan ukur penyimpangan kelurusan max 3 mm, jika
melebihi lakukan adjustment dengan merubah ketebalan shim pada mounting Transmission.
2. Mounting transmission
3. Input shaft torque converter
4. Output shaft transmission
5. Universal joint
VI. TROUBLESHOOTING
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
Transmission
1. Flexible Plate
Plate yang dipasang diantara flywheel engine dengan drive case torque converter, yang berfungsi untuk meneruskan putaran dan tenaga
engine ke torque converter. (A40D), sebagai safety plate terutama saat engine diposisikan start, jika terjadi keabnormalan pada PTO
(pump), sehingga mencegah engine mendapat beban yang berlebihan.
Plate yang dipasang diantara crankshaft engine dengan drive case torque converter, yang berfungsi untuk meneruskan putaran dan tenaga
engine ke torque converter. (A35), sebagai safety plate terutama saat engine diposisikan start, jika terjadi keabnormalan pada PTO (pump),
sehingga mencegah engine mendapat beban yang berlebihan.
3. Lock up valve
Solenoid valve yang terletak pada control valve assembly didalam transmission case dan bekerja saat mendapat output sinyal PWM (Pulse
Width Modulation) dari TECU, untuk mengatur kenaikan pressure (modulating) dan mengarahkan pressure oli menuju Piston Lock-up
Clutch (disc with torsion damper), sehingga penyaluran tenaga engine ke power train semakin tinggi efesiensinya. Pressure lock-up akan
dinaikkan jika terjadi slip
Drop-Box
1. Differential
Suatu komponen berupa susunan differential gear set ( differential housing, spider shaft sebagai kedudukan 4 buah differential gear dan
dua buah side gear) yang dipasang pada output shaft dropbox, sehingga dapat membedakan putaran pada front axle dan front bogie axle,
sesuai dengan perbedaan beban yang terjadi pada kedua axle.
4. Over Drive
Suatu system transmission dimana putaran output shaft pada saat gearspeed tertinggi melebihi putaran input.
5. Retarder Brake
6. Reverse Drive
Suatu system transmission dimana arah putaran output shaftnya kebalikan dengan arah putaran input shaftnya pada saat unit travel maju
(forward).
8. Slipping of Disc
Suatu kondisi dimana Torque Transmitting Capacity clutch (disc) lebih kecil dari besarnya Load atau Torque yang harus diteruskan, sehingga
justru terjadi slip pada disc yang mengakibatkan keausan abnormal. TTC disc dipengaruhi oleh : Friction Material – friction coefficient, total
luas bidang kontak (diameter, jumlah disc), pressure oli.
9. Torque Converter Drive
Suatu system pemindahan tenaga engine ke transmission (power train) dengan menggunakan mekanisme yang terdiri dari pump, turbin
dan stator. T/C berfungsi untuk meneruskan putaran dan tenaga engine dengan menaikkan torquenya (1:1,95). Pump berfungsi untuk
merubah tenaga mekanis menjadi kinetes yang selanjutnya tenaga kinetes yang bekerja pada turbin akan kembali menghasilkan tenaga
mekanis, dengan terjadinya kenaikan torque.
Drop-Box
1. Gear ratio (Reduction ratio)
Perbandingan jumlah teeth gear driven dengan jumlah teeth gear drive.
III. TOOL
1. Centering tool
Alat yang digunakan untuk pemasangan disc clutch, sehingga tepat ditengah dan memudahkan saat pemasangan transmission ass’y.
2. Contronic
Alat yang digunakan untuk mengetahui kerja control system, dengan mendisplaykan error code, setting, machine information, Software
version dan status Input/Output.
3. Digital multitester
Alat yang digunakan untuk mengukur tegangan [V], arus [I], dan hambatan [R] pada system kelistrikan. Pada jenis yang lebih canggih, juga
dilengkapi untuk mengukur Frequency (Hz).
4. Lifting chain and belt
Rantai yang digunakan untuk mengangkat komponen, pada penggunaanya ujung rantai dipasang hock.
Satuan : kg, ton
5. Lifting eye (eye bolt)
Semacam bolt dengan kepala berbentuk ring yang dipasang pada komponen yang akan diangkat, sebagai tempat hook chain dikaitkan.
6. Dial gauge (dial indicator)
Alat yang digunakan untuk mengukur endplay, runout, faceout, backlash, protusion, diameter dalam (bore gauge). Satuan : 0.001 mm
(pendekatan)
7. Pallet forks
Alat yang digunakan untuk memindahkan komponen, dengan cara meletakkan atau mengangkat komponen terlebih dahulu dengan
forknya. Berat komponen yang diangkat terbatas sesuai dengan kapasitas angkat pallet forks.
8. PM clinic tool
Seperangkat alat yang digunakan untuk mengetahui performance unit dengan pengukuran system control unit : pressure (oli, blowby,
boost, dsb), cycle time, hydraulic drift, temperature
9. Sleeper / trolley
1. Mounting transmission
Visual check : Crack
Manual chek : Tightening bolt mounting (retorque)
2. Output shaft transmission
Visual check : Crack, broken, bending, grease lubricant
Manual chek : Tightening bolt Propeller shaft (retorque)
3. Universal joint
Visual check : Crack, broken, grease lubricant
4. Dropbox mounting
Visual check : Crack
Manual chek : Tightening bolt mounting (retorque)
5. Input & output shaft
Prosedur pengukuran
- Parkir unit pada permukaan jalan yang rata, aktifkan parking brake
- Turunkan semua underbody skid plate
- Ukur pressure oli transmission pada connection seperti dibawah untuk setiap item pengukuran.
1. Brake Pressusure (B1)
2. Brake Pressusure (B2)
3. Brake Pressusure (B3)
4. Brake Pressusure (B4)
5. Brake Pressusure (B5)
6. Clutch Pressure (K1)
7. Clutch Pressure (K2)
8. Lock-up presssure
9. Lubrication Pressure (PS)
10. Main pressure (P1)
11. T/C pressure (PC1)
- Bersihkan pressure check connection, sambungkan dengan measurement hose dengan quick-coupling sesuai item yang akan diukur,
kemudian sambungkan dengan pressure gauge.
- Hidupkan engine, operasikan service brake dan release parking brake
- Naikkan rpm engine sampai 1200 rpm saat pengukuran.
- Pastikan semua pressure sesuai dengan table standartnya.
VI. TROUBLESHOOTING
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
III. TOOL
1. Magnetic base
Alat sebagai tempat kedudukan pemasangan dial gauge, agar tidak mudah bergeser atau bergerak, karena terdapat magnet dibagian
bawahnya.
2. Push tool
5. Convex scale
Alat yang digunakan untuk mengukur panjang dan jarak. Satuan : mm, cm, m
6. Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya.
Satuan : kgm, Nm, lbfeet
7. Vernier caliper
Alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, panjang, ketebalan, kedalaman lubang pada suatu komponen.
Satuan : mm (0.05, 0.02), inchi (1/128, 0.001)
8. Dial gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur endplay, runout, faceout, backlash, protusion, diameter dalam (bore gauge).
Satuan : 0.001 mm
9. Colour checker
Cairan yang disemprotkan pada permukaan komponen untuk mengetahui keretakan yang terjadi. Biasanya satu set terdiri dari 3 warna :
transparan (cleaner), putih (penetran), merah.
Note : Inspection dilakukan dengan visual check yang meliputi : keretakan (crack), patah (broken), hilang (missing), dsb
Measurement dilakukan berdasarkan item measurement pada Maintenance standart atau Quality Assurance dan prosedur
sesuai Shop Manual.
1. Front wheel hub bearing adjustment (dump truck)
2. Charging length of front suspension (dump truck)
VI. TROUBLESHOOTING
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
4. Torque rod
Suatu komponen berupa rod yang dipasang rubber bushing pada kedua ujungnya, salah satu ujungnya dipasang mendatar pada chasis,
sedangkan ujung lainnya dipasang pada axle housing, dan berfungsi sebagai stabilizer untuk mencegah terjadinya pergeseran axle ass’y ke
sisi samping terutama pada saat unit belok
5. Differential
5. Wheel specification
Ukuran nominal yang meliputi lebar, diameter dalam dan jumlah lapisan (Ply Rating) roda, serta ukuran nominal rim yang meliputi lebar dan
diameter luarnya.
8. Tread
Jarak antara garis tengah roda kanan dengan roda kiri, saat dilihat dari depan atau belakang.
9. Wheel base
Jarak antara garis tengah roda depan dengan roda belakang, saat dilihat dari samping
III. TOOL
1. Magnetic base
Alat sebagai tempat kedudukan pemasangan dial gauge, agar tidak mudah bergeser atau bergerak, karena terdapat magnet dibagian
bawahnya.
2. Push tool
Alat yang digunakan untuk memasang atau melepas komponen (misal : bearing, pin , dsb) dengan cara menekan komponen tsb.
3. Puller
Alat yang digunakan untuk memasang atau melepas komponen (misal : bearing, pin , dsb) dengan cara menarik komponen tsb.
4. Camber gauge
Alat untuk mengukur sudut camber roda depan
5. Convex scale
Alat yang digunakan untuk mengukur panjang dan jarak.
Satuan : cm, m
6. Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya.
1. Wheel Bearing
Measuring : Preload
2. Rim / Hub
Visual check : Chipping, crack, discolour
Measuring : Preload, face out, run out, axial play (endplay)
3. Steering knucke and front axle
Visual check : crack
Measuring : use camber gauge to measure camber, kin pin inclination, caster
4. Front Wheel
Visual check : crack, flaked (terkelupas)
Measuring : Inflation pressure, depth of tread & bolt tightening.
5. Leaf Spring
Visual check : crack, broken
Measuring : thickness
6. U-Bolt
Visual check : crack, broken
Measuring : nut tightening.
7. Torque Rod / Tie rod, V-Stay
Visual check : crack, elastisitas rubber
Measuring : Length, bending, twist
8. Bogie, turbular shaft, trunion & equalizer bar
Visual check : crack, elastisitas rubber (equalizer bar)
9. Rod suspension
Visual check : scratch, discolour, chipping
Measuring : internal pressure & length of rod
10. Parking brake disc and pad
Visual check : crack, discolour, scratch, chipping
Measurement : Thickness & roughness (kerataan permukaan)
VI. TROUBLESHOOTING
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
1. Air drier
Dengan menggunakan drying agent yang terdapat di dalam air drier, maka kandungan uap air, oli dan kotoran lainnya dapat diendapkan,
sehingga angin yang masuk kedalam system dapat menjadi lebih kering dan bersih. Sedangkan hasil endapan tersebut akan dibuang keluar
pada saat air governor bekerja, dengan memanfaatkan pilot pressure angin dari governor pada saat cut-out.
Dengan kata lain, air drier berfungsi untuk menjaga agar pressure angin dapat system, dapat bebas dari uap air, oli atau kotoran lainnya.
2. Air Governor
Bekerja untuk mempertahankan pressure angin dalam system, agar selalu dalam range standart yang telah ditentukan. Saat pressure wet
tank mencapai setting cut-out pressure, maka Air Governor akan mengalirkan pilot pressure ke Unloader valve pada sisi Intake valve
Compressor, sehingga compressor tidak bekerja.
Jika pressure angin pada wet tank turun sampai setting Cut-In pressure, maka Air governor akan menutup jalur menuju port Unloader valve
dan justru menghubungkan port Unloader valve dengan udara bebas, sehingga Intake valve compressor dibebaskan dan dapat bekerja
normal, maka Compressor akan kembali bekerja untuk menghasilkan pressure angin.
3. Unloader valve
Unloader valve terpasang diatas Intake valve Compressor, dan akan bekerja saat mendapat pilot pressure dari Air Governor (Cut-out) untuk
memposisikan Intake Valve Compressor agar selalu terbuka (pada tipe compressor dengan double cylinder head), sehingga saat piston
compressor bergerak pada langkah compression, tidak bisa menghasilkan pressure angin melalui Exhaust valve. Dengan kata lain
compressor diposisikan Unload (tidak terbebani).
4. Relay valve
Relay dipasang berdekatan dengan Air tank, sehingga selalu tersedia standby pressure. Saat brake atau retarder valve dioperasikan, pilot
pressurenya hanya digunakan untuk menggerakkan piston relay valve dan membuka inlet valve, selanjutnya pressure air tank dialirkan ke
masing-masing chamber brake, dengan demikian respon efek brake tidak mengalami keterlambatan.
5. Two way valve
Didalam system angin, two way valve memiliki dua buah port input sedangkan port outputnya hanya satu, sehingga saat pada kedua sisi
input terdapat pressure angin, maka pressure input yang lebih besarlah yang akan mengalir menuju ke sisi output, karena valve akan
menutup jalur input pressure yang lebih kecil.
1. Cut-In pressure
Batas minimal pressure angin dalam system (wet tank), saat pressure turun sampai setting pressure Cut-In + 7.0 kg/cm2, maka Air governor
menutup pilot pressure yang menuju ke port unloader valve dan justru menghubungkan port unloader valve dengan udara luar, sehingga
Inlet valve dibebaskan dan dapat bekerja normal, dengan demikian Air Compressor dapat kembali menghasilkan pressure angin ke dalam
system (Wet tank).
2. Cut-Out pressure
III. TOOL
1. Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya
Satuan : kgm, Nm, lbfeet
2. Air pressure gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur pressure angin dalam Air system
2
Satuan : kg/cm , Mpa
1. Air drier
Visual check : Kebocoran pressure angin terutama dari exhaust valvenya,
Dapat bekerja membuang endapan kotoran saat pressure Cut-out tercapai (Saat Air governor bekerja)
Measurement : Untuk yang menggunakan heater, ukur nilai tahanan (resistance) coil heaternya.
2. Air governor
Visual check : Kebocoran pressure angin
Measurement : Ukur pressure saat pressure Cut-Out dan Cut-out tercapai
Measurement : Pasang adapter dan Air pressure gauge pada hose output brake valve yang menuju relay valve, kemudian ukur
pressure saat brake dioperasikan.
11. Air piping atau hose
Visual check : Kebocoran pressure angin
Kondisi clamp dan gesekan antar hose atau piping.
12. Safety valve
Visual check : Kebocoran pressure angin
Manual check : Safety valve seharusnya tidak akan pernah bekerja jika Air governor, Unloader valve bisa bekerja normal.
VI. TROUBLESHOOTING
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
1. Battery
Battery pada bagian dalamnya terdiri dari Plat positif terbuat dari material PbO2 ( Lead Peroxide ) dan Plat negatif yang terbuat dari
material Pb ( spongy lead ), pada saat elektrolit H2SO4 diisikan kedalam battery, maka akan terjadi reaksi kimia :
PbO2 + 2 H2SO4 + Pb -> PbSO4 + 2 H2O + PbSO4. yang menghasilkan arus listrik.
Pada bagian luar battery terdapat 2 buah terminal yaitu + (positif) dan – (negatif) yang dihubungkan dengan system kelistrikan unit sebagai
sumber tenaganya, karena battery mampu mengubah reaksi (energi) kimia menjadi energi listrik.
2. Wiring harness
Rangkaian kabel yang digunakan untuk menghubungkan komponen dalam system electric, yang meliputi : starting system, charging system,
monitor panel & control system, lighting system dsb, sehingga arus listrik dari battery dapat mengalir dan system dapat bekerja sesuai
fungsi masing masing. Diameter kabel yang digunakan sesuai dengan besar arus yang mengalir, sedangkan untuk mempermudah
menelusuri jalur kabel, maka warna kabel dibedakan sesuai systemnya masing2 atau pemberian nomor pada kabel.
3. Starting switch
Suatu komponen elektrik berupa switch dan digerakkan secara manual dengan cara memutar kuncinya, untuk memposisikan ON, Start,
Preheat atau OFF dengan cara menghubungkan terminal didalamnya, B, BR, C, R1, R2, ACC sesuai posisi switchnya. Pada dasarnya starting
switch berfungsi untuk mengalirkan arus listrik penggerak relay utama (battery relay, safety relay), sehingga tegangan dari battery dapat
mengalir ke system kelistrikan unit sesuai posisi Starting Switch.
4. Battery relay
Suatu komponen elektrik berupa relay yang mempunyai main coil untuk menimbulkan medan magnet, pada saat starting switch diposisikan
ON. Medan magnet tersebut digunakan untuk menarik kontaktor dan menghubungkan salah satu terminal battery (+ atau –) dengan
starting motor atau chasis (tergantung type battery relaynya). Sehingga pada dasarnya battery relay berfungsi untuk menghubungkan atau
memutuskan battery (sumber tenaga listrik) dengan sistem kelistrikan pada unit.
5. Safety relay
Suatu komponen electric (built-in type) yang mempunyai 5 terminal : B, C, S, A dan E. Safety relay didalam system dipasang (optional untuk
non komatsu) diantara starting switch dan starting motor. Saat starting switch diposisikan start, akan menghubungkan terminal B battery
dan terminal C starting motor, jika engine sudah hidup dan alternator bekerja, maka secara otomatis memutus hubungan terminal B dan C,
akibatnya meskipun starting switch tetap di posisikan START, starting motor tidak bisa bekerja.
6. Alternator
7. Starting motor
Suatu komponen elektrik yang dipasang pada flywheel engine, terdiri dari solenoid (magnetic switch) dan motor yang mempunyai 3
terminal B, C dan M. Starting motor berfungsi merubah tenaga listrik menjadi tenaga mekanis (putar) untuk memutar flywheel dan
menghidupkan engine.
8. Fusible link
Sebuah fuse dengan kapasitas Arus yang besar (30 – 100A) dan dalam sirkuit dipasang diantara terminal B(+) output battery relay dengan
fuse box, dan berfungsi sebagai pengaman battery agar tidak meledak jika terjadi short circuit pada sistem secara menyeluruh karena suatu
kasus luar biasa terjadi, misalnya terjadi misconnection ataupun harness terjepit frame.
9. Monitor panel
Monitor panel dipasang dalam cabin dan bekerja berdasarkan input signal dari berbagai sensor dan switch yang terpasang pada system
unit. Monitor panel meliputi fungsi monitor display, switch mode selector dan electric component didalamnya. Juga mempunyai CPU
(Central Processing Unit) built in, yang memproses, menampilkan semua informasi pada Display monitor panel dengan menggunakan liquid
crystal display (LCD). Disamping itu jika terjadi keabnormalan pada unit, akan memberikan tanda bahaya atau alarm. Mode switch bertipe
switch datar berlapis (flat sheet switch).
10. Controller (engine, hydraulic)
Suatu komponen electrik yang bekerja berdasarkan input sinyal dari berbagai macam sensor dan switch yang terpasang pada engine
ataupun komponen sistem lainnya, sedangkan output sinyalnya (command current) akan dikirimkan ke solenoid valve untuk mengatur fuel
system engine. Pada dasarnya engine controller mengatur jumlah fuel yang akan diinjeksikan (Quantity fuel injection) dan ketepatan waktu
penyemprotan (Timing Injection).
11. Solenoid valve
Suatu komponen electrik yang merupakan actutor dan akan bekerja saat arus listrik mengalir ke coil didalam solenoid valve, sehingga akan
timbul medan magnet yang digunakan untuk menggerakkan push pin atau plunger (tergantung konstruksinya). Pada solenoid type plunger,
biasanya juga berfungsi sebagai switch valve (pengarah aliran), yang bekerja untuk menghubungkan atau memutuskan aliran dari port input
ke port outputnya.
12. Speed sensor
Suatu sensor yang biasanya dipasang pada housing flywheel atau transmisi dan terdapat dua buah kabel sebagai outputnya. Didalam speed
sensor terdapat satu magnet tetap, sehingga ketika ujung teeth gear melintas didepannya, akan memotong medan magnet, akibatnya
15. Fuse
Suatu komponen electrik yang mempunyai kapasitas alir kuat tertentu (5-30A) dan dalam sirkuit dipasang diantara fusible link dan sistem.
Fuse akan putus saat arus yang melewatinya melebihi kapasitasnya, saat terjadi short circuit ataupun Overload sehingga berfungsi sebagai
pengaman sistem.
16. Level sensor
Terdapat beberapa tipe level sensor yang digunakan dalam sistem monitoring unit, antara lain level sensor resistance type yang antara lain
digunakan pada Fuel gauge, dan level sensor switch type yang antara lain digunakan pada radiator collant level atau engine oil level.
17. Converter
Suatu komponen electrik yang digunakan untuk menurunkan voltage, dari power supply battery 24V DC menjadi 12V DC yang digunakan
untuk power supply Radio, Cigar Lighter.
18. Starting System
System yang digunakan untuk menghidupkan engine dengan memutar flywheel engine menngunakan starting motor.
19. Charging System
System yang digunakan untuk pengisian battery dengan alternator yang menghasilkan arus listrik, sehingga voltage battery dapat
dipertahankan selama unit operasi.
20. Lighting System
System yang digunakan untuk penerangan saat unit operasi (terutama malam hari),
21. NO & NC Switch
NO switch : Switch yang pada saat kondisi normal kedua terminalnya tidak berhubungan, yang biasanya digunakan untuk pressure switch
(hydraulic pressure switch) dan level sensor (engine oil level, radiator water level).
1. Parallel circuit
Paralel circuit battery adalah suatu rangkaian yang digunakan untuk menggabungkan beberapa battery pada terminal yang sama menjadi
satu sumber tegangan, sehingga total arus menjadi besar (penjumlahan kuat arus [I] ) tanpa terjadi kenaikan tegangan [V].
Paralel circuit resistor adalah suatu rangkaian dengan titik percabangan yang dibagi menjadi beberapa jalur resistor, sehingga kuat arus
total [Itotal] yang mengalir menjadi besar (penjumlahan arus [I] yang mengalir pada masing masing resistor [R] ) pada tegangan [V] yang
tetap.
2. Series circuit
Series circuit battery adalah suatu rangkaian yang digunakan untuk mengabungkan beberapa battery pada terminal yang berlawanan
menjadi satu sumber tegangan, sehingga total tegangan [Vtotal] menjadi lebih besar (penjumlahan tegangan [V] ) tanpa terjadi kenaikan
arus [I].
Series circuit resistor adalah suatu rangkaian beberapa resistor [R] secara berurutan, karena total resistance [Rtotal] menjadi lebih besar
(penjumlahan nilai resistor [R], sehingga kuat arus [I] yang mengalir menjadi lebih kecil, pada tegangan [V] yang tetap.
3. Grounding
Menghubungkan terminal negatif (-) battery dengan chasis atau body, pada sistem kelistrikan unit, sehingga untuk mengalirkan arus listrik
(setelah melalui lampu, solenoid valve, relay, sensor dsb) hanya tinggal menghubungkan ke chasis, karena semua body unit sudah menjadi
terminal negatif.
4. Continuity
Suatu rangkaian terhubung yang bisa mengalirkan arus listrik, pada kondisi terhubung maka nilai resistancenya max. 1
5. Alternating current (AC)
III. TOOL
1. MultiTester (AVO)
Alat yang digunakan untuk mengukur tegangan [V], arus [I], dan hambatan [R] pada system kelistrikan. Pada jenis yang lebih canggih, juga
dilengkapi untuk mengukur Frequency (Hz).
2. Hydrotester
Alat yang digunakan untuk mengetahui berat jenis suatu liquid, biasanya untuk elektrolit battery.
3. Refractometer
Alat yang digunakan untuk mengetahui berat jenis suatu liquid, biasanya untuk elektrolit battery tetapi teknologinya lebih canggih.
4. Harness checker
Alat yang digunakan untuk mempermudah pengukuran tegangan [V] dan hambatan [R] pada wiring harness unit. Pada prinsipnya, alat ini
hanya menghubungkan kabel secara paralel sesuai jumlah pin connectornya dan menghubungkannya dengan T- adapter . Pada T-adapter
terdapat sejumlah lubang test pin dengan nomor urut yang mewakili nomor urut pin pada connector.
5. Contact cleaner
Suatu liquid (bahan kimia) yang digunakan untuk membersihkan pin connector dari karat dan kotoran lainnya, sehingga kontak antara pin
menjadi bersih dan arus listrik dapat mengalir dengan lebih baik karena tidak ada resistance. Pemakaian contact cleaner dengan cara
menyemprotkannya pada permukaan pin connector.
6. Electrical tool kits
Seperangkat tools yang khusus digunakan untuk melakukan pekerjaan repair sistem kelistrikan unit : memotong dan menyambung kabel,
mengganti connector dan crimping, mengukur Tegangan, Arus, Resistance dsb, sehingga kwalitas pekerjaan sesuai standard.
7. Cable jumper (battery booster)
Sepasang kabel yang digunakan untuk menghubungkan secara paralel kedua terminal battery yang kondisinya baik (Tegangan dan kuat
arus mencukupi) dengan terminal battery yang tegangannya turun, sebagai upaya untuk memperkuat kemampuan start battery.
Note : Item measurement harus berdasarkan standart pada shop manual atau QA
1. Monitor panel
Visual check : Pastikan semua check lamp, caution lamp ataupun warning lamp OFF, saat engine hidup, sebagai indikasi semua
system monitoring bekerja normal.
Manual check : Operasikan semua switch, dan pastikan semua system bekerja normal dan tidak muncul user ataupun service
code.
Measurement : Ukur voltage pada Fuse untuk monitor panel, pastikan voltage normal.
2. Voltage battery
Visual check : Pastikan kondisi terminal, pole dan cable crimp bersih dan bolt tidak kendor. Tidak ada keretakan ataupun pecah
pada case battery.
Pastikan electrolyte battery pada range levelnya, dan vent plug tidak buntu
Measurement : Ukur voltage battery menggunakan multitester
4. Continuity
Measurement : Gunakan multitester: jika resistance menunjuk max. 1 berarti sambungan normal, tepati jika menunjuk
Min.1M, makakabel putus.
5. Relay
Visual check : Pastikan kondisi connector dan pin tidak ada yang rusak
Measurement : Ukur resistance magnetic coil dengan menggunakan Multimeter dan pastikan nilainya dalam range standart.
Ukur continuity antar pin input dengan kedua pin output
6. Solenoid valve
Visual check : Pastikan kondisi connector dan pin tidak ada yang rusak, kabel tidak terkelupas
Manual check : Goyangkan solenoid, dan perhatikan bunyi pergerakan plunger atau pushpin.
Measurement : Ukur resistance magnetic coil dengan menggunakan Multimeter dan pastikan nilainya dalam range standart.
7. Alternator
Visual check : Pastikan kondisi terminal tidak ada yang rusak, pulley dapat berputar ringan.
Measurement : Ukur resistance antar terminal dengan menggunakan Multimeter dan pastikan nilainya dalam range standart.
8. Starting motor
Visual check : Pastikan kondisi terminal tidak ada yang rusak,
Manual check : Putar dan gerakkan overrun clutch, untuk memastikan masih normal.
Measurement : Ukur resistance antar terminal dengan menggunakan Multimeter dan pastikan nilainya dalam range standart.
SIS/ Mechanic Development 121
9. Battery relay
Visual check : Pastikan kondisi terminal tidak ada yang rusak
Measurement : Ukur resistance antar terminal dengan menggunakan Multimeter dan pastikan nilainya dalam range standart.
10. Speed sensor
Visual check : Pastikan kondisi connector, pin dan ulir body tidak ada yang rusak, kabel tidak terkelupas
Measurement : Ukur resistance antar terminal dengan menggunakan Multimeter dan pastikan nilainya dalam range standart.
12. Fuel control dial
Visual check : Pastikan kondisi connector dan pin tidak ada yang rusak, kabel tidak terkelupas
Measurement : Ukur resistance antar terminal dengan menggunakan Multimeter dan pastikan nilainya dalam range standart.
13. Diode
Visual check : Pastikan pin tidak rusak, body diode tidak menggembung
Measurement : Ukur resistance antar terminal dengan menggunakan Multimeter dan pastikan hanya pada salah satu arah arus
dapat mengalir.
14. Voltage
Measurement : Ukur voltage menggunakan Multimeter (V AC atau V DC) sesuai type arusnya dan hubungkan secara paralel pin
multitester dengan system yang diukur dengan sumber tenaga battery terpasang (starting switch posisi ON)
15. Resistance
Measurement : Ukur resistance menggunakan Multimeter (, K, M sesuai besar resistance dan hubungkan paralel pin
multitester dengan system yang diukur tanpa sumber tenaga battery (starting switch posisi OFF).
16. Current
Measurement : Ukur kuat arus menggunakan Multimeter (A) dan hubungkan secara serie pin multitester dengan system yang
diukur dengan sumber tenaga battery terpasang (starting switch posisi ON). Pastikan arus yang mengalir tidak
melibihi kapasitas multimeter.
5. Alternator no Charge
- Belt putus atau slip
- Kabel R atau B putus,
- Alternator rusak, dsb
6. Monitor Panel No Light
- Bulb putus
- dsb putus
7. Working Lamp no Light
- Fuse putus
- Lampu putus
- Relay putus, dsb putus
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
1. Hydraulic crane
Suatu alat angkat yang dipasang pada truck, yang menggunakan system hydraulic (cylinder) sebagai penggerak attachment. Attachment
terdiri dari boom frame, arm frame, extention frame, yang dapat digerakkan swing, sedangkan sebagai tumpuan beban digunakan outrigger
frame (landing jack).
2. Anfo Overhead Unit (Anfo Mixer)
Alat pencampur Anfo dan fuel yang dipasang pada truck, dimana dalam proses pencampuran menggunakan system hydraulic. System
hydraulic yang digunakan meliputi Belly Auger, Vertical Auger, Discharge Auger, Turn Table, dan Fuel pump. Disamping melakukan
pencampuran, juga dapat melakukan pengisian ke dalam lubang tanah yang akan diblasting.
3. Variable hydraulic pump (Anfo mixer)
Suatu komponen yang dipasang pada Power Take Off Transmission, yang mempunyai port suction yang dihubungkan dengan hydraulic
tank dan port discharge yang dihubungkan ke system hydraulic work equipment (melalui High Filter Pressure), sehingga pada saat engine
hidup, pump akan menghasilkan flow oli yang digunakan untuk menggerakkan actuator (motor, cylinder, spool/valve) dan bersama
komponen lainnya akan menimbulkan pressure. Type pump yang digunakan adalah Variable Piston pump swash-plate type, sehingga
perubahan sudut swashplate akan menyebabkan perubahan flow discharge pump. Pada dasarnya hydraulic pump merubah tenaga mekanis
menjadi tenaga hydraulis.
4. Fixed Hydraulic pump (Crane truck)
Suatu komponen yang dipasang pada Power Take Off Transmission, yang mempunyai port suction yang dihubungkan dengan hydraulic
tank dan port discharge yang dihubungkan ke system hydraulic work equipment (melalui High Filter Pressure), sehingga pada saat engine
hidup, pump akan menghasilkan flow oli yang digunakan untuk menggerakkan actuator (motor, cylinder, spool/valve) dan bersama
komponen lainnya akan menimbulkan pressure. Type pump yang digunakan adalah Fixed Piston pump swash-plate type, karena sudut
swashplate tetap maka tidak terjadi perubahan flow discharge pump. Pada dasarnya hydraulic pump merubah tenaga mekanis menjadi
tenaga hydraulis.
5. Cylinder Hydraulic
Suatu komponen yang dalam system hydraulic dipasang setelah control valve, yang mempunyai port bottom (piston side) dan port head.
Saat pressure oli masuk melalui port bottom, maka rod akan bergerak keluar (extend), sebaliknya saat pressure oli masuk melalui port head,
maka rod akan bergerak masuk ke dalam cylinder (retract). Pergerakan retract dan extend rod cylinder digunakan untuk menggerakkan
attachment unit. Sehingga pada dasarnya hydraulic cylinder berfungsi merubah tenaga hydraulis menjadi tenaga mekanis.
1. Auger system
Suatu system pemindahan material Anfo dari dalam AN bin (tank) menggunakan plat stainless berbentuk spiral yang disebut Belly Auger,
selanjutnya ditransfer melalui vertical Auger yang juga berupa plat stainless spiral, yang kemudian menuju ke Discharge auger untuk
dicampur dengan fuel dan siap untuk diisikan ke dalam blast hole. (Auger : plat stainless steel yang berbentuk spiral pada shaftnya dan
digerakkan dengan motor hydraulic)
2. Telescoping arm frame
Susunan 2 atau 3 buah frame (1st, 2nd dan atau 3rd) yang digunakan pada Attachment Arm dan masing masing frame digerakkan dengan
cylinder extention, sehingga jangkauan pengangkatan dapat lebih jauh
3. Out Trigger (landing jack)
Suatu system penopang main frame crane, dengan cara melebarkan titik tumpuan beban dan mengatur kerataan crane sehingga
meningkatkan kestabilan unit saat pengangkatan beban dan mencegah bahaya atau resiko terbalik.
4. Double acting cylinder
Pergerakan extend dan retract rod cylinder menggunakan pressure oli yang dialirkan ke sisi bottom atau sisi head.
5. Relief Pressure
III. TOOL
1. Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya
SIS/ Mechanic Development 127
Satuan : kgm, Nm, lbfeet
2. Lifting belt
Sabuk yang digunakan untuk mengikat dan mengangkat komponen yang permukaannya halus, sehingga saat diangkat tidak merusak,
menggores komponen.
Satuan : kg, ton
3. Pressure gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur pressure oli dalam system steering dan hydraulic
2
Satuan : kg/cm , Mpa
4. Convex scale
Alat yang digunakan untuk mengukur panjang dan jarak
Satuan : cm, m
5. Pushpull scale
Alat yang digunakan untuk mengukur operating force suatu lever control
Satuan : kg
6. Power wrench
Alat untuk mengencangkan atau mengendorkan bolt atau nut yang memiliki torque besar, alat ini menggunakan prinsip reduksi putaran
beberapa tingkat. Satuan : kgm
7 Chain block
Alat yang digunakan untuk mengangkat komponen, dalam penggunaanya dapat dipindahkan dimana ada tempat untuk mengaitkannya.
Alat ini menggunakan prinsip katrol dengan reduksi putaran.
8. Eye Bolt
Semacam bolt dengan kepala berbentuk ring yang dipasang pada komponen yang akan diangkat, sebagai tempat hook chain dikaitkan.
9. Shackle
Digunakan sebagai sambungan chain, sehingga memudahkan pengaitan ataupun pengaturan chain saat pengangkatan komponen.
10. Hydraulic Jack
Alat yang digunakan untuk mengangkat frame unit, dan berupa single acting hydraulic cylinder.
1. Auger
Visual check : crack, bend
Manual check : bolt tightening, unusual noise
SIS/ Mechanic Development 128
2. AN Bin
Visual check : crack, bend, anfo leakage
Manual check : bolt tightening
3. Auger shaft and bearing
Visual check : grease lubricating
Manual check : unusual noise
4. Rubber couping
Visual check : crack , broken,
Manual check : elastisitas
5. Pin & Bushing
Visual check : Crack, grease lubricating
Measuring : clearance pin & bushing
6. Crane frame
Visual check : crack , broken, bend (penyok)
7. Hydraulic hose and piping
Visual check : oil leakage
Manual check : Clamp & connector, bolt tightening
8. Control valve & linkage
Visual check : oil leakage
Manual check : bolt tightening,
Measuring : wear of pin and linkage, relief pressure
9. Pump & Motor hydraulic
Visual check : oil leakage
Manual check : bolt tightening,
Measuring : relief pressure
10. Hydraulic cylinder
Visual check : crack, bend, scratch, oil leakage
Measuring : hydraulic drift
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
1. Cabin operator
Sebagai tempat operator mengoperasikan unit maka cabin dirancang secara ergonomy untuk mendapatkan kenyamanan operasi dan
jangkauan pandangan yang luas. Daun pintu dibuat lebar dan mudah dibuka saat akan masuk kedalam cabin. Pemasangan rubber pads
mounting cabin akan mengurangi getaran dan kejutan yang terjadi, steering wheel dapat digerakkan tilting (maju-mundur) dan telescoping
(naik turun) untuk menyesuaikan dengan postur atau fisik operator. Didalam cabin terdapat semua control operasi unit yang meliputi :
steering wheel & combination switch, pedal accelerator, pedal brake & retarder, lever hoist, dan berbagai macam switch, dan komponen
control lainnya.
2. Dump body extension
Plat besi baja yang ditambahkan pada side wall dump body dengan pengelasan, sehingga menambah kapasitas muatan. Ketinggian
extention (+ 200 mm) ditentukan berdasarkan jenis material yang diangkut, untuk mendapatkan berat muatan sesuai dengan kapasitas
angkut unit.
3. Exhaust heated dump body
Dump body dirancang mempunyai rongga didalamnya dan exhaust gas (engine) dialirkan kedalam rongga tersebut melalui flexible pipe.
Sehingga panas exhaust gas akan diserap oleh dump body untuk memanaskan permukaan bdang kontak dengan material tanah yang
diangkut, dengan demikian material (tanah) yang basah tidak dapat lengket.
4. Lock pin dump body
Lock pin yang dipasang sebagai safety pin saat dump-body diposisikan raise dan melakukan activitas repair atau maintenance pada chasis
atau komponen yang berada dibawah dump body, sehingga mencegah bahaya terjepit, karena dump body turun dengan sendirinya atau
terjadi kesalahan prosedur repair.
5. Rubber cushion (Cabin)
Rubber yang dipasang diantara cabin dengan chasis, karena rubber mempunyai sifat elastisistas yang tinggi sehingga akan mengurangi
getaran atau kejutan yang terjadi pada cabin.
6. Spill guard
Plat baja yang dipasang pada bagian depan atas dan bagian samping luar side wall dump body yang berfungsi untuk mencegah material
yang tumpah saat loading atau unit travel, agar tidak mengenai dan merusak roda (side spill guard) dan flexible pipe & parking brake (front
spill guard)
1. Body Heating
Pemanasan permukaan bidang kontak material muatan, dengan memanfaatkan panas exhaust gas yang dialirkan dalam rongga rangka
dump body, sehingga material basah tidak lengket.
2. Struck capacity
3
Kapasitas muatan yang sesuai dengan volume dasar dump body , dalam satuan m
3. Heaped capacity
Kapasitas muatan sesuai volume dump body ditambah volume kelebihan atau gundukan muatan diatas struck volume (dalam batasan
3
muatan tidak tumpah saat unit travel), dalam satuan m
3. Coating material
Bahan yang dioleskan pada permukaan komponen sebagai pelapis untuk mencegah kebocoran, perekat, anti karat, dsb, (Adhessive, gasket
sealant, lubricant, grease) contoh : Loctite, dsb.
4. Dump Body horizontal clearance
III. TOOL
1. Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya
Satuan : kgm, Nm, lbfeet
2. Lifting belt
Sabuk yang digunakan untuk mengikat dan mengangkat komponen yang permukaannya halus, sehingga saat diangkat tidak merusak,
menggores komponen.
Satuan : kg, ton
3. Pressure gauge
Note : Untuk item measurement harus berdasarkan pada maintenance standard atau QA
1. Pin dan bushing pada vessel
Visual check : Crack, scratch, grease lubricating line
Measurement : Diameter inside & outside, clearance pin & bushing
2. Body Heating connections
Visual check : crack, leakage of exhaust gas
Manual check : tightening bolt mounting (retorque)
3. Crack pada vessel
Visual check : inner crack -> Ultrasonic, outer crack -> colour checker
4. Dump Body Horizontal clearance ?
Lihat dibawah -> testing and adjusting
5. Dump Body vertical clearance ?
Lihat dibawah -> testing and adjusting
6. Wiring connection
Visual check : Crack, broken (cable & connector)
Measuring : Connectivitas ()
7. Pin dan bushing pada hoist mounting
Visual check : Crack, scratch, grease lubricating line
Measurement : Diameter inside & outside, clearance pin & bushing
8. Rubber spring
Visual check : Crack, broken
9. Sideways position of Dump Body
Lihat dibawah -> testing and adjusting
10. Wear plate
Visual check : Crack
Measurement : Thickness of plate
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
1. Grease Pump
Vogel product
Type yang digunakan adalah radial piston (element) pump – rotating cam, dimana camshaft diputar oleh electric motor 24 V DC. Pada
housing terdapat satu port Inlet dan 3 port Outlet, setiap port oulet memiliki sebuah element pump. Element pump mempunyai delivery
rate yang berbeda, sehingga dapat diganti sesuai kebutuhan lubricating pointnya.
Delivery rate ditentukan oleh jumlah groove pada kepala bolt (wrench contact face), dimana semakin sedikit jumlah groove, maka delivery
ratenya semakin besar, seperti table dibawah :
Intake stroke
Pressure stroke
Saat pressure stroke, cam (1) akan menekan dan menggerakkan delivery piston (3) ke kiri searah tanda panah, sehingga menutup kedua
port inlet dan grease pada chamber element pump membuka check valve (4). Dengan demikian delivery piston (2) akan menyuplai sejumlah
grease yang sesuai menuju jalur lubrication system.
Lincoln Product
Type yang pada Centromatic lubicating system digunakan adalah Reciprocating Cylinder and Pump, Air operated pump atau Hydraulic
operated pump.
Reciprocation solenoid bekerja ON-OFF untuk mengalirkan pressure oli atau angin kesisi head dan bottom secara bergantian, sehingga
reciprocating piston cylinder akan menghasilkan gerakan naik-turun, yang selanjutnya digunakan menggerakkan rod piston grease pump
naik-turun untuk menghisap grease dari reservoir dan memompakannya menuju injector.
D
Piston
a’ssy
Inner
Rod
2. Injector
Injector digunakan pada Centromatic lubicating system Lincoln product, satu injector digunakan untuk setiap point lubricating, dan
banyaknya flow grease pada setiap point lubricating dapat diatur dengan adjustment screw (1), sehingga didapatkan efek pelumasan yang
sesuai. Jika terjadi kerusakan pada pump, manual greasing dapat dilakukan melalui grease fitting (7), dan juga dapat mengetahui
kenormalan kerja injector, dengan memperhatikan gerakan naik-turun piston (plunger) (2) melalui lubang pada adjustment screw.
5. Controller Timer
Vogel Product & Lincoln Product menggunakan controller timer pada automatic lubricating system untuk mengatur lama waktu injeksi
(pump running- contact) dan selang waktu antar injeksi (monitoring interval-pause), sehingga didapatkan lubricating effect yang efektif dan
effesien.
tu = ignition interruption
ts = contact time
tp = interval time
30 = battery + / vehicle network
15 = operating voltage + / after ignition “ON”
31 = operating voltage –
DK/MK = pushbutton / intermediate lubrication or pulse-counter input
PS/CS = pressure switch / cycle switch
M = pump motor
SL = indicator light
Z = ignition lock
F = 5 A fuse
1. Automatic Lube
Suatu system pelumasan yang digunakan untuk menyuplai grease ke semua komponen yang saling berhubungan sesuai dengan jumlah
lubricating yang diperlukan, dengan interval waktu yang diatur secara otomatis. Proses greasing dilakukan pada saat unit operasi sehingga
menurunkan waktu yang diperlukan untuk maintenance unit.
2. Lube Penetration
Kemampuan grease untuk masuk kedalam celah kerenggangan antara dua komponen yang bersinggungan untuk melumasi bidang
kontaknya, sehingga tidak terjadi keausan. Agar grease dapat melakukan penetrasi dengan baik, pemakaian jenis grease disesuaikan dengan
kebutuhan berdasarkan grade penetration, dan operating pressure tertentu.
3. Operating Pressure
Pressure maksimal dalam system lubricating grease pada saat system bekerja dan diatur secara otomatis dengan pemasangan limit
pressure switch yang akan ON saat tercapai setting pressure untuk menghentikan kerja pump. Sedangkan saat terjadi keabnormalan
system, sehingga pump selalu bekerja, maka relief (safety) valve akan membebaskan pressure abnormal.
III. TOOL
1. Multitester
Alat yang digunakan untuk mengukur tegangan (Voltage), arus (Ampere), hambatan (Ohm) pada electrical system.
2. Pressure Gauge
Alat yang digunakan untuk mengukur pressure oli dalam system steering dan hydraulic.
2
Satuan : kg/cm , Mpa
1. Injector Leakage
Visual check : Jika terjadi kebocoran, lakukan reseal dengan seal kit standart.
2. Vent Valve Leakage
Visual check : Jika terjadi kebocoran, lakukan reseal dengan seal kit standart.
3. Injector Stroke
Visual check : Jika plunger atau piston dapat bergerak naik-turun saat proses lubricating, berarti injector bekerja normal.
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
I. MACHINE INSPECTION
Maksud , Tujuan dan Prosedur Measurement (Inspection)
Engine
1. Engine speed (Rpm)
- Mengetahui speed engine saat low idle dan high idle, untuk memastikan mekanisme throttle linkage (pada mekanikal system) atau
Accelerator voltage (electrical throttle system) kondisinya normal. Sedangkan untuk mengetahui power engine, pengukuran dilakukan
pada kondisi operasi dengan beban maksimal.
- Prosedur
o
- Radiator coolant temperature : 70-90 (temperature kerja)
- Memastikan pedal throttle lingkage & lever throttle FIP dapat diposisikan pada stopper Low dan High
- Pasang tachometer, hidupkan engine dan ukur speed saat low dan high.
2
2. Compression pressure (kg/cm )
- Mengetahui tingkat keausan pada liner dan ring piston
- Prosedur
o
- Radiator coolant temperature : + 60 C
- Cracking rpm : 150 – 250 rpm (untuk memastikan tercapai, pasang tachometer)
- Pastikan Intake system kondisinya bagus (tidak terjadi kebuntuan)
- Valve clearance : standart
- Lepas nozzle atau injector, dan pasang adapter (nozzle palsu), sambungkan dengan pressure gauge.
- Tutup fuel line, posisikan shut-off agar tidak terjadi fuel injection.
- Putar (crangking) engine dengan tenaga battery saja (engine tidak hidup) dan ukur compression pressure. Lakukan 3-4 kali, ambil
nilai rata rata.
- Agar battery lebih tahan lama, buka semua nozzle atau injector.
3. Blow by pressure (mmH2O, mmAq)
- Untuk mengetahui tingkat keausan pada liner dan ring piston (bebocoran pressure dari ruang bakar)
- Prosedur
o
- Radiator coolant temperature : 70-90 (temperature kerja)
- Memastikan pedal throttle lingkage & lever throttle FIP dapat diposisikan pada stopper High.
Transfer
1. Lever Operating Force
- Untuk mengetahui gaya atau tenaga yang diperlukan untuk mengoperasikan lever transfer, hal ini berhubungan dengan kemudahan
dan kenyamanan operasi. (operation comfort).
- Prosedur
- Ukur operating force dengan menekan lever transfer ke masing masing posisi Hi-Lo, Front Drive Axle (6x6) dengan menggunakan
push-pull scale.
2. Control Mechanism
- Untuk memastikan mekanisme transfer berfungsi normal, masing masing posisi lever Hi-Lo, Front Drive Axle (6x6), mempunyai
karakter power yang berbeda, dimana perubahan posisi akan menyebabkan perubahan drawbar pull unit, (6x4 Hi-Lo, atau 6X6 Hi-Lo).
- Untuk memastikan berfungi dengan baik, maka pengecheckan dilakukan dengan cara mengoperasikan unit (travel)
3. Oil Leakage
- Untuk memastikan tidak terjadinya kebocoran oli transfer dari seal, gasket atau housing (crack) sehingga tidak terjadi kerusakan yang
fatal.
- Pengechekan dilakukan dengan visual check, setelah unit dioperasikan dan temperature kerja tercapai.
4. Pump and filter
- Untuk mengetahui dan memastikan, pressure oli lubricating pada transfer berfungsi normal, dan tidak terjadi keausan abnormal, jika
pada filter tidak terdapat gram yang berlebihan.
- Bersihkan filter, dan levelkan oli kemudian hidupkan engine dan ukur pressure pump.
Main Clutch
1. Pedal Play
- Untuk mengetahui gerak bebas pedal clutch saat tidak diinjak. Jika play terlalu kecil (tidak ada) dapat menyebabkan clutch mudah slip,
sedangkan jika play terlalu besar akibatnya saat perpindahan speedgear susah masuk karena clutch tidak full disengaged.
Rear Axle
1. Differential Oil and Filter and Gear Pump
- Untuk mengetahui dan memastikan, pressure oli lubricating pada third differential (pada front rear differential) berfungsi normal, dan
tidak terjadi keausan abnormal, jika pada filter tidak terdapat gram yang berlebihan.
- Bersihkan filter, dan levelkan oli kemudian hidupkan engine dan jalankan unit untuk mengukur pressure lubricating.
2. Shock Absorber
- Untuk memastikan bisa berfungsi sebagai peredam kejutan yang timbul akibat permukaan jalan yang tidak rata.
- Prosedur
- pr cari referensi yang lebih tepat.
3. Twist axle Shaft
- Untuk mengetahui muntirnya shaft axle.
- pr cari referensi yang lebih tepat.
4. Axle Shaft Mounting Bolt
- Prosedur
- Tidak terjadi kebocoran angin pada system control Air compressor
- Perhatikan gauge Air pressure selalu dalam range kerja. Dan perhatikan perbedaan suara pada air compressor saat kondisi
UNLODED dan LOADED.
Steering System
1. Oil Level
- Untuk mengetahui dan memastikan level dan viskositas oli kondisinya standart sehingga steering dapat digerakkan secara normal.
- Levelkan oli
2. Steering Wheel Play
- Untuk mengetahui gerak bebas steering wheel saat tidak diputar. Jika play terlalu kecil (tidak ada) dapat menyebabkan steering
bekerja dengan sendirinya, sedangkan jika play terlalu besar akibatnya saat steering wheel diputar, sudut belok kurang maksimal dan
terjadi keterlambatan reaksi.
- Prosedur
- Ukur gerak bebas steering wheel pada lingkaran luarnya.
3. Kebocoran Fluid Steering System
- Untuk memastikan tidak terjadinya kebocoran oli steering dari seal, O-ring, gasket balljoint sehingga system steering dapat bekerja
normal dan tidak terjadi kerusakan yang fatal.
- Pengechekan dilakukan dengan visual check, setelah unit dioperasikan dan temperature kerja tercapai.
4. Steering Column journal Yoke
- Untuk mengetahui tingkat keausan spline pada steering column journal Yoke, karena menentukan besarnya steering wheel play.
- Lakukan pengukuran backlash spline journal yoke dengan sterring column
5. Steering Linkage
- Untuk memastikan putaran steering wheel dapat diteruskan sampai steering gearbox
6. Steering Pitman Arm
- Untuk memastikan steering gear box dapat bekerja normal saat steering wheel diputar dan meneruskannya untuk membelokkan
wheel.
7. Backlash Steering Gearbox
Engine
1. Engine susah hidup
- Terdapat udara yang terjebak didalam fuel system, yang masuk dari sisi inlet feet pump.
- Injection timing tidak tepat
- Keabnormalan pada FIP : Governor, shut-off valve dsb
- Cranking rpm tidak tercapai
- Fuel tercampur air, dsb
2. Engine tiba-tiba mati pada saat operasi
- Fuel shut-off valve / solenoid menutup
- Fuel low level
- Engine saver bekerja karena terjadi kelainan pada system control engine.
- Engine Overload
- Jika level bertambah tinggi karena bercampur dengan air maka, penyebabnya sama dengan oil engine bercampur air diatas. No 9.
Main clutch
1. Clutching Operation Berat
- Master clutch low pressure
- Clutch booster abnormal (Air atau oil cylinder internal leakage)
- Release bearing atau release shaft (mechanism release clutch) jammed, dsb
2. Slip
- Disc clutch aus berlebihan
- Mechanism release clutch jammed menekan
Transfer
1. Lever Operating Force Berat
- Linkage bushing – pin lever jammed
- Bolt detent jammed
2. Abnormal Noise
- Bearing aus berlebihan
- Teeth contact tidak merata
- Backlash terlalu besar
- Oli pelumasan transfer kurang, dsb
3. Front Axle Drive Jumping out
- Bolt detent lever front drive aus berlebihan
- Spline front drive gear transfer aus berlebihan
4. Hi-lo Malfunction
- Yoke shaft shift fork putus
- Pin lever Hi-lo putus
- SplineHi-Lo idler gear transfer aus berlebihan
Steering
1. Belok kiri ringan, tapi untuk belok kanan berat
- Steering gear box aus pada bagian teethnya satu sisi
- Salah satu end-rod jammed setengah putaran, karena keausan tidak merata
2. Belok kiri dan kanan berat
- Steering gear box aus berlebihan
- Steering pump aus berlebihan (internal leakage besar)
3. Steering Wheel bergetar
- Front tyre terlalu toe-out
- Steering wheel play terlalu kecil
- Tie-rod bengkok
4. Unit cenderung belok kiri atau kanan saja
- Front wheel alignment tidak tepat
- Keausan roda tidak sama antara kedua sisi.
5. Abnormal Noise saat steering wheel digerakkan
- Gear box aus berlebihan
- Bearing knuckle aus berlebihan atau preload terlalu besar atau kecil
Geno
1. Insulation Resistant
Untuk mengetahui besarnya nilai resistance (hambatan) suatu isolator atau kebocoran isolator pada stator coil.
Diukur pada ujung kabel dan fra generator menggunakan megger atau mega ohm meter
2. Frekuensi
Untuk mengetahui jumlah panjang gelombang selama waktu tertentu (second), satuan Hz. Contoh 50 Hz : 50 kali panjang gelombang
selama 1 detik
6. Voltage Droop
Perbedaan besarnya voltage dari kondisi No Load sampai Full Load, besarnya perbandingan dinyatakan dalam percentage (%).
DWELL
- Fungsi : untuk mengeset waktu kembali tegangan ke tegangan nominal ±3% (recovery time)
- Tujuan; membantu penggerak utama untuk kembali ke putaran nominalnya dengan cara mengatur waktu kembali tegangan nominal ±3%.
- Cara : Putaran searah jarum jam memperlambat recovery time dan
sebaliknya.
9. Phase Squeen
……………..
10. Zero Volt
…………….
14. kW meter
…………….
15. Load Test
1. Air drier
Dengan menggunakan drying agent yang terdapat di dalam air drier, maka kandungan uap air, oli dan kotoran lainnya dapat diendapkan,
sehingga angin yang masuk kedalam system dapat menjadi lebih kering dan bersih. Sedangkan hasil endapan tersebut akan dibuang keluar
pada saat air governor bekerja, dengan memanfaatkan pilot pressure angin dari governor pada saat cut-out.
Dengan kata lain, air drier berfungsi untuk menjaga agar pressure angin dapat system, dapat bebas dari uap air, oli atau kotoran lainnya.
2. Air Governor
Bekerja untuk mempertahankan pressure angin dalam system, agar selalu dalam range standart yang telah ditentukan. Saat pressure wet
tank mencapai setting cut-out pressure, maka Air Governor akan mengalirkan pilot pressure ke Unloader valve pada sisi Intake valve
Compressor, sehingga compressor tidak bekerja.
Jika pressure angin pada wet tank turun sampai setting Cut-In pressure, maka Air governor akan menutup jalur menuju port Unloader valve
dan justru menghubungkan port Unloader valve dengan udara bebas, sehingga Intake valve compressor dibebaskan dan dapat bekerja
normal, maka Compressor akan kembali bekerja untuk menghasilkan pressure angin.
3. Unloader valve
Unloader valve terpasang diatas Intake valve Compressor, dan akan bekerja saat mendapat pilot pressure dari Air Governor (Cut-out) untuk
memposisikan Intake Valve Compressor agar selalu terbuka (pada tipe compressor dengan double cylinder head), sehingga saat piston
compressor bergerak pada langkah compression, tidak bisa menghasilkan pressure angin melalui Exhaust valve. Dengan kata lain
compressor diposisikan Unload (tidak terbebani).
4. Relay valve
Relay umumnya dipasang berdekatan dengan Air tank, sehingga selalu tersedia standby pressure. Saat service brake atau retarder valve
dioperasikan, pilot pressurenya hanya digunakan untuk menggerakkan piston relay valve dan membuka inlet valve, selanjutnya pressure air
tank dialirkan ke masing-masing chamber brake, dengan demikian respon efek brake tidak mengalami keterlambatan.
5. Two way valve (double check valve)
Didalam system angin, two way valve memiliki dua buah port input sedangkan port outputnya hanya satu, sehingga saat pada kedua sisi
input terdapat pressure angin, maka pressure input yang lebih besarlah yang akan mengalir menuju ke sisi output, karena valve akan
menutup jalur input pressure yang lebih kecil.
III. TOOL
1. Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya
Satuan : kgm, Nm, lbfeet
Note :
Untuk item measuring, lihat dan sesuaikan dengan Maintenance standart (SM) atau Quality Assurance
1. Air drier
Visual check : Crack, scratch, thread condition
Measurement : Spring performance
2. Air governor
Visual check : Crack, scratch, thread condition
Measurement : Spring performance
3. Unloader valve
Visual check : Crack, thread condition
Measurement : Spring performance
V. PART RECOMMENDATION
3. Reusable part
Rekomendasi pengunaan kembali part tertentu, setelah melalui proses pemeriksaan dan measurement.
Artinya suku cadang tidak diberikan tersendiri akan tetapi harus diberikan dalam bentuk kesatuan ( Assembly )
Artinya parts ini diorder dapat secara tersendiri jika yang meminta adalah distributor sedangkan jika selain distributor maka harus diorder
dalam bentuk ass’y
Artinya part ini dapat diganti dengan part lain ( interchange satu arah ).
Artinya part dapat diganti dengan kombinasi dari beberapa part yang lain.
Artinya part ini adalah unifinished / semi finished part yitu part yang belum siap dipakai dan perlu disempurnakan ( penyesuaian ukuran,
penghalusan dan lain – lain ) terlebih dahulu sebelum dipasang.
Part ini adalah disupply dalam bentuk semi finished part
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
4. Floating Seal
Seal yang mempunyai konstruksi terdiri dari dua buah o-ring dan dua buah ring baja yang saling bergesekan pada bidang kontak ring yang
rata, sehingga mempunyai daya sekat yang kuat dan mampu mencegah kotoran tanah masuk kedalam brake clutch case dan tentu saja juga
mencegah kebocoran oli brake coling (large floating seal). Sedangkan small floating seal berfungsi untuk membatasi final drive case dengan
brake clutch case, sehingga oli final drive tidak bercampur dengan oli brake cooling.
5. Dust Seal
Seal yang dipasang pada retainer housing brake clutch yang berfungsi untuk mencegah kotoran atau tanah dapat masuk dan merusak large
floating seal.
6. Nut & Bolt
Suatu part yang mempunyai ulir dan berfungsi untuk mengikat dan menyatukan dua komponen menjadi satu kesatuan.
7. Planetary Carrier
Bagian dari system planetary gear, sebagai dudukan planetary pinion dan diikat dengan bolt terhadap wheel hub final drive, sehingga
berfungsi meneruskan putaran ke roda.
1. Double Reduction
Suatu mekanisme hubungan gear (planetary gear system atau spur gear atau gabungan keduanya) yang bertujuan untuk mengurangi
jumlah putaran pada shaft outputnya dengan dua tingkat perbandingan.
2. Planetary Reduction
Suatu mekanisme yang terpasang pada final drive dan terdiri dari sun gear, ring gear dan planetary pinion yang duduk pada planetary
carrier. Sun gear dihubungkan dengan axle shaft sebagai input putaran, sedangkan sebagai output putaran adalah planetary carrier yang
dihubungkan dengan wheel hub, sehingga mekanisme ini akan untuk mereduksi putaran.
3. Splashing System (Splash type lubrication)
Pelumasan gear dan bearing dengan memanfaatkan putaran gear atau outer race bearing, sehingga bagian teeth gear atau bearing yang
terendam oli akan membawa dan memercikkan oli ke komponen dibagian atas yang memerlukan pelumasan.
4. Long Life Lubricated
System pelumasan yang biasanya digunakan pada bearing, dimana tidak dilakukan penggantian atau penambahan grease secara periodic,
sehingga grease yang digunakan harus mempunyai kwalitas yang baik dan untuk mencegah terjadinya kebocoran grease, pada kedua sisi
bearing dipasang seal.
5. Tread (of unit)
Jarak antara garis tengah roda kanan dengan roda kiri, saat dilihat dari depan atau belakang.
6. Ground Clearance
III. TOOL
1. Push-pull scale
Alat untuk mengukur pre-load, operating force dan dapat digunakan untuk adjustment belt tension.
Satuan : kg
2. Magnetic base
Alat sebagai tempat kedudukan pemasangan dial gauge, agar tidak mudah bergeser atau bergerak, karena terdapat magnet dibagian
bawahnya.
3. Push tool
1. Final Drive
Visual check : Oil leakage
Manual check : Oil level, bolt tightening, unusual noise, excessive gram particle
2. Axle Shaft
Visual check : Chipping, crack, discolour
Manual check : Spline condition
Measuring : Backlash spline, bending
3. Planetary Pinion
Visual check : Chipping, crack, discolour
Measuring : backlash (kondisi gear set terpasang), Inside diameter bearing seat
4. Ring Gear
Visual check : : Chipping, crack
Measuring : backlash (kondisi gear set terpasang)
5. Wheel Hub
Visual check : : Crack
Manual check : thread condition, O-ring groove
Measuring : Inside diameter bearing seat
6. Brake Clutch Assembly
Manual check : Unusual noise when brake operated
SIS/ Mechanic Development 199
Measuring : Total wear brake clutch (use wear gauge)
7. Disc / Plate
Visual check : Chipping, crack, discolour
Measuring : Thickness, wrap & dish, Backlash (Spline condition)
8. Piston
Visual check : Chipping, crack, discolour, scratch
Manual check : Seal groove
9. Adjusting Nut
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check : Thread condition
Measuring : Thickness of nut & pitch of thread (jika termasuk item measurement dalam maintenance standart dan Quality
Assurance)
10. Pinion Gear
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Measuring : Inner diameter & backlash saat gear set kondisi terpasang .
11. Bearing cap
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check : Thread condition
Measuring : Inner diameter saat terpasang & pitch of thread
12. Side Gear
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Measuring : Inner diameter & backlash saat gear set kondisi terpasang
13. Bevel Pinion
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check : Thread condition
Measuring : Outer diameter of bearing seat & backlash, tooth contact saat gear set kondisi terpasang & preload.
14. Bevel Gear
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check : Thread condition
Measuring : Outer diameter of bearing seat & backlash, tooth contact saat gear set kondisi terpasang & preload.
15. Diffrential Carier
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check : Thread condition
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
2. Glow Plug
Glow plug dipasang pada Automatic Priming System, untuk memanaskan fuel yang diinjeksikan kedalam Intake Manifold oleh APS fuel
injection nozzle, sehingga udara didalam intake manifold menjadi panas, dengan demikian engine lebih mudah untuk hidup saat distart.
3. Ribbon Heater
Ribbon heater merupakan elemen pemanas yang dipasang pada sisi inlet intake manifold, sehingga saat preheating time terjadi, udara yang
masuk kedalam intake manifold akan melewati element pemanas, sehingga udara didalam intake manifold menjadi panas, dengan
demikian engine lebih mudah untuk hidup saat distart.
- Indicator lamp
Indicator dipasang secara serie dengan terminal R alternator dan digunakan untuk mengetahui alternator bekerja normal. Jika
indicator lamp menyala, berarti lamp mendapat ground melalui terminal R alternator. Sedangkan jika indicator lamp mati, berarti
terminal R alternator mengeluarkan arus (proses charging terjadi)
22. Dynamo / DC Generator
Pembangkit listrik arus DC sehingga langsung dapat dipergunakan untuk pengisian battery dengan prinsip merubah energi mekanis menjadi
energi listrik.
DC Generator mempunyai sifat sebagai berikut :
- Fiel coilnya mempunyai residual magnet.
- Saat DC generator diputar oleh engine, maka medan magnet akan terpotong oleh armature sehingga timbul arus (bolak - balik) dan
menjadi searah setelah melewati commutator, brush dan keluar melalui terminal A ke sistem.
- Pada awalnya, tegangan yang timbul kecil (arus yang ditimbulkan pun kecil). Arus yang dibangkitkan tersebut dipergunakan untuk
memperkuat medan magnet pada field coil (melalui terminal F).
- Makin kuat medan magnet dan makin tinggi generator diputar, maka output generator pun makin tinggi.
23. Wiring Diagram Lighting System
Lihat pada shop manual atau gambarkan basic lighting circuit diagram
24. Wire / cable
Kabel yang digunakan untuk menghubungkan komponen dalam system electric, yang meliputi : starting system, charging system, monitor
panel & control system, lighting system dsb, sehingga arus listrik dari battery dapat mengalir dan system dapat bekerja sesuai fungsi masing
masing. Diameter kabel yang digunakan sesuai dengan besar arus yang mengalir, sedangkan untuk mempermudah menelusuri jalur kabel,
maka warna kabel dibedakan sesuai systemnya masing2 atau pemberian nomor pada kabel.
25. Work lamp switch
Suatu switch yang digunakan untuk menyalakan Working lamp (lampu kerja), saat unit beroperasi, sehingga medan kerja lebih terang.
26. Turn lamp switch
Suatu switch yang digunakan untuk menyalakan (berkedip) turn signal lamp, sebagai tanda arah belok yang diinginkan
27. Back lamp switch
Suatu switch yang akan ON (manual atau otomatis) saat unit berjalan mundur.
28. Inverter
Suatu komponen yang berfungsi untuk merubah arus DC yang relative kecil menjadi arus AC yang relative lebih besar.
29. Working Lamp
Note : Untuk detail cara kerja komponen, lihat shop manual atau basic training handbook
1. Electric (listrik)
Peristiwa berpindahnya elektron – elektron bebas dari satu atom ke atom yang lain dalam sebuah konduktor akibat pengaruh luar.
2. Voltage (V - Volt)
Gaya yang mengakibatkan terjadinya arus listrik. Terjadinya tegangan akibat adanya beda potensial, arus listrik akan mengalir dari
tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah. Satuan tegangan listrik disebut “ Volt “ dan dismbolkan “ V “.
3. Current (I - Ampere)
Arus adalah jumlah muatan listrik yang mengalir melalui suatu titik tertentu pada sebuah penghantar selama satu detik.
I = Q/t Coloumb/detik.
I = Arus ( Ampere ).
Q = Muatan listrik ( Coloumb ).
t = Waktu ( detik ).
4. Resistance (R – )
Sifat yang menghambat aliran arus listrik. Hambatan suatu penghantar dikatakan mempunyai nilai 1 bila besarnya hambatan tersebut
menyebabkan mengalirnya arus sebesar 1 ampere, saat kedua ujung kawat penghantar tersebut dihubungkan dengan sumber tegangan
sebesar 1 volt ( pada temperature konstan ).
5. Electric Power ( W – Watt)
Jumlah usaha listrik yang dihasilkan atau dihilangkan dan besarnya sesuai dengan usaha yang digunakan dalam periode waktu satu detik.
1 watt menunjukkan tenaga yang membutuhkan arus sebesar 1A pada tegangan 1V dalam periode waktu satu detik.
6. AC/DC
Alternating Current (Arus bolak – balik) adalah arus yang mengalir dalam arah yang berubah - ubah. Dimana masing - masing terminal
polaritasnya selalu berubah - ubah. Pada selang waktu tertentu menjadi positif dan bisa berubah lagi menjadi negatif. Contoh sumber arus
yang menghasilkan arus bolak–balik adalah alternator (AC generator), PLN dan lain - lain.
Direct current (Arus searah) adalah arus yang mengalir dengan arah yang tetap (konstan), dimana masing - masing terminal selalu tetap
polaritasnya. Misalkan sebagai kutub (+) selalu menghasilkan polaritas positif dan pada kutub (-) akan selalu menghasilkan polaritas negatif.
7. Short Circuit
Jenis kerusakan pada system kelistrikan unit, dikarenakan adanya hubungan singkat antara arus positif dengan chasis, sehingga terjadi over
capacity pada fuse dan fuse menjadi putus, hal ini dapat disebabkan adanya kabel yang terkelupas karena gesekan atau terjadi
penyimpangan langkah repair : mengelupas kabel atau menyambung tanpa isolator yang baik.
8. Open Circuit – Disconnection – loss contact
9. Hukum Ohm
Arus (I) yang mengalir melalu dua titik “a“ dan “b“ dalam suatu konduktor (kawat penghantar) adalah berbanding lurus dengan tegangan
(V) dan berbanding terbalik dengan hambatan (R)
Kalau dirumuskan :
V
I = ----
R
10. Kaidah tangan kanan & kiri ( Hukum Flemming )
Kaidah Tangan Kiri Flemming, digunakan pada motor listrik
- Jari telunjuk menunjukkan arah medan magnet.
- Jari tengah menunjukkan arah arus yang mengalir pada konduktor.
- Ibu jari menunjukkan arah gaya gerak magnet pada konduktor.
Kaidah Tangan Kanan Flemming, digunakan pada generator listrik
- Jari telunjuk menunjukkan arah medan magnet.
- Ibu jari menunjukkan gerak konduktor.
- Jari tengah menunjukkan arah arus induksi.
11. Voltage Drop (Vd)
Tegangan yang digunakan (hilang) saat melewati hambatan dan pada rangkaian serie, besarnya voltage drop (Vd) dipengaruhi oleh
besarnya arus (I) yang mengalir dan besar hambatan (R) yang dilalui. Sedangkan pada rangkaian parallel, Vd pada masing masing hambatan
sama dengan V battery.
12. Conductor
Material yang dapat menghantarkan listrik dengan baik, karena atom – atomnya mempunyai jumlah elektron lebih kecil dari 4 pada lintasan
( kulit ) terluar.
13. Isolator
Material yang tidak dapat menghantarkan listrik dengan baik, karena atom – atomnya mempunyai jumlah elektron lebih besar dari 4 pada
lintasan ( kulit ) terluar.
14. Semi Conductor
Material yang atom – atomnya mempunyai jumlah elektron lebih besar dari 4 pada lintasan (kulit) terluar.
15. Series Circuit
45. Clearance
Celah atau kerenggangan antara dua bidang kontak komponen yang saling berhubungan
46. Interference
Jarak masuknya shaft ke dalam hole (lubang) pada suaian sesak. contoh antara Cylinder Liner dengan Cylinder Block.
46. Continuity
Suatu rangkaian terhubung yang bisa mengalirkan arus listrik, pada kondisi terhubung maka nilai resistancenya max. 1
III. TOOL
1. MultiTester (AVO)
Alat yang digunakan untuk mengukur tegangan [V], arus [I], dan hambatan [R] pada system kelistrikan. Pada jenis yang lebih canggih, juga
dilengkapi untuk mengukur Frequency (Hz).
2. Hydro tester
Alat yang digunakan untuk mengetahui berat jenis suatu liquid, biasanya untuk elektrolit battery.
3. Refractometer
Alat yang digunakan untuk mengetahui berat jenis suatu liquid, biasanya untuk elektrolit battery tetapi teknologinya lebih canggih.
Example :
Quality Assurance Assemby Starting motor
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
1. Single reduction
Suatu mekanisme hubungan gear (planetary gear system atau spur gear) yang bertujuan untuk mengurangi jumlah putaran pada shaft
outputnya dengan satu tingkat perbandingan.
2. Double reduction
Suatu mekanisme hubungan gear (planetary gear system atau spur gear) yang bertujuan untuk mengurangi jumlah putaran pada shaft
outputnya dengan dua tingkat perbandingan.
3. Backlash
Clearance antara dua buah teeth gear yang saling berhubungan.
4. Gear ratio
Hasil dari pembagian (perbandingan) jumlah teeth gear driven dengan jumlah teeth gear drive.
5. Pre Load
Beban awal yang sengaja diberikan untuk menentukan clearance antara inner dan outer race pada cone (taper) bearing.
6. Splash type lubrication
Pelumasan gear dan bearing dengan memanfaatkan putaran gear, sehingga bagian teeth gear yang terendam oli akan membawa dan
memercikkan oli ke komponen dibagian atas yang memerlukan pelumasan.
7. Press Fit
Suaian sesak pada saat pemasangan satu part kedalam part lainnnya.
8. Shrinking Fit
Metode pemasangan Press fit, dengan cara menyusutkan atau memuaikan part.
9. Flushing
Membersihkan kandungan material asing atau kontaminan di dalam sistem (fluida).
SIS/ Mechanic Development 226
10. Casting notch
Suatu tanda yang dicetak pada housing dengan tujuan untuk mempermudah pemasangan, pemeriksaan suatu system atau komponen.
11. Coating material
Bahan (liquid) yang dioleskan pada permukaan komponen sebagai pelapis untuk mencegah kebocoran, perekat, anti karat, dsb, (Adhessive,
gasket sealant, lubricant, grease) contoh : Loctite, dsb.
12. Chipping
Kerusakan yang terjadi pada permukaan komponen yang disebabkan benturan sehingga rompal.
13. Scratch
Kerusakan pada permukaan komponen berupa baret atau goresan yang biasanya memanjang yang disebabkan gesekan yang berlebihan
atau ada material asing yang terjepit diantara dua komponen yang bergerak.
14. Bending
Kebengkokan suatu shaft terhadap garis tengahnya, yang disebabkan tidak meratanya beban terhadap tumpuan shaft, atau adanya beban
abnormal yang berlebihan.
15. Discoloration
Perubahan warna yang terjadi pada komponen yang disebabkan overheat dan overload.
16. Roundness
Kebulatan suatu shaft yang ditentukan oleh pengukuran X – Y pada penampang melintang.
17. Alignment of planetary gear
Kelurusan titik pusat antara sun gear pada semua planetary gear set yang ada sesuai type unit.
III. TOOL
1. Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya.
Satuan : kgm, Nm, lbfeet
2. Lifting belt
Sabuk yang digunakan untuk mengikat dan mengangkat komponen yang permukaannya halus, sehingga saat diangkat tidak merusak,
menggores komponen.
Satuan : kg, ton
3. Lifting chain
Rantai yang digunakan untuk mengangkat komponen pada penggunaanya ujung rantai dipasang hock.
Satuan : kg, ton
4. Overhead crane
Alat angkat didalam workshop yang dapat bergerak ke semua arah horizontal dan naik turun (vertical)
Satuan : ton
5. Convex scale
Alat yang digunakan untuk mengukur panjang dan jarak.
Satuan : cm, m
6. Power wrench
Alat untuk mengencangkan atau mengendorkan bolt atau nut yang memiliki torque besar, alat ini menggunakan prinsip reduksi putaran
beberapa tingkat.
Satuan : kgm
7. Vernier caliper
Alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, panjang, ketebalan, kedalaman lubang pada suatu komponen.
1. Sun gear
Visual check : Chipping, crack, discolour
Measuring : backlash (kondisi gear set terpasang)
2. Planetary carrier
Visual check : Chipping, crack (colour checker), discolour
Measuring : Diameter pinion shaft,
3. Planetary pinion
Visual check : Chipping, crack, discolour
SIS/ Mechanic Development 229
Measuring : backlash (kondisi gear set terpasang), Inside diameter bearing seat
4. Ring gear
Visual check : : Chipping, crack
Measuring : backlash (kondisi gear set terpasang)
5. Final drive case
Visual check : Crack, discolour
Measuring : Diameter bearing seat
6. Sprocket hub
Visual check : Crack
Measuring : Diameter hole sprocket bolt
7. Coupling
Visual check. : Crack, discolour
Manual check : Spline condition
8. Cover housing
Visual check : Crack (colour checker),
Measurement : Bending
9. Drain plug
Visual check : Thread , drive head condition
10. Pinion bearing
Visual check : Discolour, pitting, chipping,
11. Sprocket hub bearing
Visual check : Discolour, pitting, chipping,
12. Shaft (drive)
Visual check : Crack, discolour
Manual check : Spline condition
Measurement : Bending, Diameter bearing seat
3. Reusable part
Rekomendasi pengunaan kembali part tertentu, setelah melalui proses pemeriksaan dan measurement.
Artinya parts ini diorder dapat secara tersendiri jika yang meminta adalah distributor sedangkan jika selain distributor maka harus diorder
dalam bentuk ass’y
•
• •
• Artinya parts ini tidak diizinkan untuk dipakai lagi karena hal - hal tertentu dan karenanya tidak disupply lagi. Parts ini diganti
dengan parts yang lain.
Artinya part ini dapat diganti dengan part lain ( interchange satu arah ).
Artinya part dapat diganti dengan kombinasi dari beberapa part yang lain.
Artinya part ini adalah unifinished / semi finished part yitu part yang belum siap dipakai dan perlu disempurnakan ( penyesuaian ukuran,
penghalusan dan lain – lain ) terlebih dahulu sebelum dipasang.
Part ini adalah disupply dalam bentuk semi finished part
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
25. Interference
Jarak masuknya shaft ke dalam hole (lubang) pada suaian sesak. contoh antara Cylinder Liner dengan Cylinder Block.
26. Gear ratio
Hasil dari pembagian (perbandingan) jumlah teeth gear driven dengan jumlah teeth gear drive.
27. Splash type lubrication
Pelumasan gear dan bearing dengan memanfaatkan putaran gear, sehingga bagian teeth gear yang terendam oli akan membawa dan
memercikkan oli ke komponen dibagian atas yang memerlukan pelumasan.
28. Flushing
Membersihkan kandungan material asing atau kontaminan di dalam sistem (fluida).
29. Coating material
Bahan (liquid) yang dioleskan pada permukaan komponen sebagai pelapis untuk mencegah kebocoran, perekat, anti karat, dsb, (Adhessive,
gasket sealant, lubricant, grease) contoh : Loctite, dsb.
30. Chipping
Kerusakan yang terjadi pada permukaan komponen yang disebabkan benturan sehingga rompal.
31. Scratch
Kerusakan pada permukaan komponen berupa baret atau goresan yang biasanya memanjang yang disebabkan gesekan yang berlebihan
atau ada material asing yang terjepit diantara dua komponen yang bergerak.
32. Bending
Kebengkokan suatu shaft terhadap garis tengahnya, yang disebabkan tidak meratanya beban terhadap tumpuan shaft, atau adanya beban
abnormal yang berlebihan.
33. Discoloration
Perubahan warna yang terjadi pada komponen yang disebabkan overheat dan overload.
34. Torque squence
III. TOOL
1. Push-pull scale
Alat untuk mengukur pre-load, operating force dan dapat digunakan untuk adjustment belt tension.
Satuan : kg
2. Differential wrench
Alat yang digunakan untuk mengendorkan atau mengencangkan adjuster nut differential.
3. Magnetic base
Alat sebagai tempat kedudukan pemasangan dial gauge, agar tidak mudah bergeser atau bergerak, karena terdapat magnet dibagian
bawahnya.
4. Push tool
Alat yang digunakan untuk memasang atau melepas komponen (misal : bearing, pin , dsb) dengan cara menekan komponen tsb.
5. Puller
Alat yang digunakan untuk memasang atau melepas komponen (misal : bearing, pin , dsb) dengan cara menarik komponen tsb.
6. Chamber gauge
Alat untuk mengukur sudut camber roda depan
Note : Item measurement berdasarkan Maintenance Standart (manual specification) dan Quality Assurance)
1. Adjusting Nut
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check : Thread condition
Measuring : Thickness of nut & pitch of thread
2. Pinion Gear
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Measuring : Inner diameter & backlash saat gear set kondisi terpasang .
3. Bearing cap
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check : Thread condition
Measuring : Inner diameter saat terpasang & pitch of thread
4. Side Gear
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Measuring : Backlash saat gear set kondisi terpasang
5. Bevel Pinion
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check : Thread condition
Measuring : Outer diameter of bearing seat & backlash, tooth contact saat gear set kondisi terpasang & preload.
6. Bevel Gear
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check : Thread condition
Measuring : Outer diameter of bearing seat & backlash, tooth contact saat gear set kondisi terpasang & preload.
7. Differential Carier
SIS/ Mechanic Development 241
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check : Thread condition
Measuring : Inner diameter of bearing seat & pitch of thread
8. Adjusting Washer
Visual check : Scratch
Measuring : Thickness of washer
9. Shim
Measuring : Thickness of shim
10. Through Shaft
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check : Spline condition
Measuring : Backlash spline, bending
11. Side bearing
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Measuring : Inside & outside diameter
12. Pinion Shaft
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Measuring : Outside diameter
13. Thrust Washer
Visual check : Scratch, discolour
Measuring : thickness
14. Axle Shaft
Visual check : Chipping, crack, scratch, discolour
Manual check : Spline condition
Measuring : Backlash spline, bending
15. Frame / Chassis
Visual check : Crack
16. Leaf Spring
Visual check : Crack
17. Bogie
Visual check : Crack
Measuring : Outer diameter turbular shaft & inner diameter bushing cradle
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
Note : Untuk item measurement harus berdasarkan pada maintenance standard atau QA
1. Hydraulic vane Pump
Visual check : Crack, discoloration, scratch
Measurement : Diameter seat bearing, seat seal pada shaft, groove blade vane, thickness rotor, dsb
2. Steering Wheel
Visual check : crack
Manual check : spline condition
3. Steering Column
Visual check : crack
Measurement : diameter bearing seat, bending, endplay shaft
4. Worm Shaft
Visual check : Crack, discoloration, scratch
Measurement : Diameter shaft
5. Ball Screw piston
Visual check : Crack, discoloration, scratch
Measurement : Diameter shaft, backlash dengan sector shaft terpasang (ukur pada pitman arm)
6. Steel ball
Visual check : Crack, discoloration, scratch
7. Spool Valve
Visual check : Crack, discoloration, scratch
Measurement : Diameter spool (clearance dengan housing)
8. Sector Shaft
Visual check : Crack, discoloration, scratch
Manual check : spline condition
Measurement : Diameter bearing seat, backlash dengan worm shaft terpasang (ukur pada pitman arm)
9. Torsion Bar
SIS/ Mechanic Development 251
Visual check : Crack, discoloration, bending
10. Pitman Arm
Visual check : Crack, bending
Manual check : spline condition, tightening bolt mounting (retorque)
11. Drag Link
Visual check : Crack, bending
12. Knuckle arm
Visual check : Crack
Manual check : tightening bolt mounting (retorque)
13. Steering Knuckle
Visual check : Crack, discoloration, scratch
Manual check : thread condition
Measurement : Diameter bearing seat, preload kingpin & preload axle (wheel hub)
14. Tie Rod
Visual check : Crack
Manual check : thread condition, grease lubricating
Measurement : play bolt joint
15. Relief Valve
Measurement : installed length spring -> relief pressure.
VI. TROUBLESHOOTING
1. Hard Steering (System)
- Bearing steering column jammed
- Spider joint jammed
- Internal leakage pada gear box, servo pump terlalu besar
- Pressure steering drop - spool valve jammed, main relief jammed terbuka
- Mekanisme linkage steering jammed
2. Steering wheel Binds (jammed pada satu posisi)
- Gear box jammed
- Mekanisme linkage jammed
3. Steering Wheel will not Return
- Neutralizer spring jammed
- Torsion bar bengkok
- Mekanisme gear box jammed (terganjal material asing)
4. Oil Reservoir Over flow
- Terlalu banyak mengisi
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA
7. Wear ring
Suatu part yang terbuat dari semacam material asbes (friction material) dan terpasang pada rod suspension, sebagai bidang kontak
pergerakan rod terhadap cylinder housing, sehingga rod dapat bergerak keluar masuk kedalam cylinder dengan mudah dan center, dengan
tidak menyebabkan terjadinya keausan berlebihan pada permukaan cylinder housing, karena material wear ring relative lebih lunak
8. Air bleed valve
Suatu valve yang berbentuk seperti bolt dengan ujung tirus tetapi mempunyai alur memanjang pada permukaan threadnya. Bleed valve
dipasang pada retainer cylinder suspension, saat dikencangkan bagian ujung tirusnya akan menutup bidang kontak terhadap bleed port,
sedangkan saat dikendorkan, ujung tirus tidak duduk, sehingga terbuka dan digunakan untuk membuang angin yang terjebak dicylinder
suspension pada saat melakukan Oil leveling.
9. Steering angle sensor
Suatu part yang berprinsip kerja seperti speed sensor dipasang pada steering column, sehingga saat teeth disc pada shaft steering column
melewati celah (slit) sensor, akan terbangkit arus listrik berupa pulse signal yang dikirimkan sebagai input signal menuju suspension
controller, sehingga suspension mode dapat secara otomatis dapat dirubah sesuai dengan kecepatan putar steering wheel (anti roll
function)
10. Check valve
Suatu valve yang dipasang pada rod rear suspension, sehingga kecepatan alir oli dari Oil chamber menuju cavity menjadi lebih cepat karena
melewati orifice dan check valve, sedangkan aliran dari cavity menuju Oil chamber akan lebih lambat karena check valve tertutup sehingga
aliran oli hanya melewati orifice. Dengan demikian damping force effect sesuai dengan kondisi permukaan jalan dan didapatkan stability &
riding comfort.
11. Damping force selector valve
Suatu komponen yang dipasang pada front suspension, dan digerakkan oleh Air cylinder. Pada dasarnya valve ini berupa shaft berlubang
tengah, dengan dua buah lubang samping yang berbeda ukuran (besar dan kecil) yang berfungsi sebagai bypass orifice mempercepat aliran
oli dari Oil chamber menuju cavity atau sebaliknya. Large Bypass orifice akan terbuka saat suspension mode Soft, Small bypass orifice
terbuka saat mode Medium, sedangkan saat mode Hard, kedua orifice akan tertutup.
12. Tube
1. Hydro-pneumatic cylinder
Cylinder yang diisi dengan oli dan gas nitrogen dan digunakan sebagai suspnesion cylinder, yang bekerja sebagai peredam kejutan (spring
dan damper) dengan menyusutkan (contracting) dan memuaikan (expanding) gas nitrogen, dan mengatur kecepatan alir oli untuk
menyerap beban yang timbul dari permukaan jalan.
2. Riding comfort and Stability
Dengan penggunaan system suspension yang berfungsi sebagai penopang berat chasis dan meredam kejutan yang timbul dari permukaan
tanah yang tidak rata maka akan didapatkan kenyamanan mengendera bagi operator (Riding comfort) dan juga menjaga kestabilan unit
dengan memastikan bahwa ke empat roda selalu berhubungan dengan tanah.
15. Retracting
Pergerakan rod masuk ke dalam cylinder, karena roda melewati gundukan, sehingga external force yang timbul akan menaikkan pressure oli
dan gas nitrogen. Kecepatan retract akan dipercepat dengan penambahan jumlah orifice untuk menghasilkan efek peredam kejutan.
16. Inverted suspension
Type yang digunakan pada rear suspension, dimana rod posisinya dibagian bawah dan dihubungkan dengan axle, sedangkan cylinder
dihubungkan dengan chasis. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan atau kebocoran yang disebabkan tanah atau kotoran yang
mengumpul pada seal dust.
17. Cavity
Ruang atau chamber oli yang terletak diantara rod dan cylinder, volume ruangnya relative kecil
III. TOOL
9. Hydraulic jack
Alat yang digunakan untuk mengangkat chasis unit, biasanya bertype single acting. Setelah unit terangkat, dipasang machine stand dan
hydraulic jack dilepas.
10. Torque wrench
Alat yang digunakan untuk mengencangkan bolt atau nut sesuai dengan standart torquenya
Satuan : kgm, Nm, lbfeet
11. Lifting belt
Sabuk yang digunakan untuk mengikat dan mengangkat komponen yang permukaannya halus, sehingga saat diangkat tidak merusak,
menggores komponen.
Satuan : kg, ton
12. Lifting chain
Rantai yang digunakan untuk mengangkat komponen pada penggunaanya ujung rantai dipasang hock.
Satuan : kg, ton
Note :
Item measurement : harus berdasarkan item measurement pada Maintenance standart atau QA
1. Rod
Visual check : pitting, scratch
Manual check : thread condition (mounting sensor & feed valve)
Measurement : outer diameter rod & wear ring
2. Cylinder
Visual check : crack, pitting, scratch
Manual check : thread condition (mounting sensor & feed valve)
Measurement : inner diameter (Clearance terhadap rod & wear ring)
3. Leaf spring (valve plate)
Visual check : crack
Measurement : Elasticity of spring
SIS/ Mechanic Development 259
4. Stopper
Visual check : crack
Measurement : protrusion
5. Feed valve
Visual check : contact seat condition
Manual check : thread condition
6. Pressure sensor
Visual check : crack, oil leakage
Manual : thread, cable & connector condition
7. Air cylinder
Visual check : crack, air leakage
Manual : thread condition (elbow mounting)
8. Retainer
Visual check : crack, scratch
Manual check : port & line oil, thread condition
Measurement : inner diameter (bushing seat)
9. Bleed valve
Visual check : crack
Manual check : thread condition
*PROSEDUR REMOVE & INSTALL, ASSEMBLY & DISASSEMBLY LIHAT SHOP MANUAL / QA