Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Jurnal Florea Volume 3 No 1, April 2016

ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN DAN UJI ORGANOLEPTIK


IKAN ASIN YANG BEREDAR DI PASAR BESAR MADIUN

Nia Surya Wijayanti1), Marheny Lukitasari2)


1,2)
Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP PGRI Madiun.
email : nia_surya@yahoo.co.id 1), marh33ny@gmail.com2)
Diterima 20 Desember 2015, Disetujui 11 Maret 2016

ABSTRACT
This study aims to determine the content of formaldehyde used as a preservative in dried
fish that circulate in the Great Market Madiun and organoleptic salted fish containing formalin.
The samples in this study used purposive sampling is a sampling technique with specific
considerations. Two salted fish samples taken in the North, two samples were taken in the south,
two samples were taken in the West, two samples were taken in the east, and two samples were
taken in the central Great Market Madiun. Questionnaire data collection using questionnaires and
documentation. Results showed that the formaldehyde content in dried fish balur, peda, and teri
can be determined with Fehling method. If salted fish samples (+) containing formalin there will
be changes color from blue to green color and there are deposits of red brick, while the sample (-
) containing formalin will remain blue when heated and there is a brick red precipitate. Of 30
samples of dried fish salted fish only 1 (-) contain formaldehyde, which is peda salted fish west.
Organoleptic clean white color most preferred by the panelists as much as 92% panelists found in
samples dried fish balur middle east. Is not the typical organoleptic flavor of salted fish most
preferred by the panelists as much as 78% of the panelists found in fish samples salted teri east.
Organoleptic chewy texture intact most preferred by the panelists as much as 88% and there is a
panelist on the samples salted fish teri middle.

Keywords: Formalin, Organoleptic Test, Salted Fish

PENDAHULUAN
Indonesia terkenal sebagai negara negara, termasuk Indonesia. Meskipun
agraris dan bahari, wilayah negara ikan asin sangat digemari oleh masyarakat,
Republik Indonesia yang sebagian besar ternyata pengetahuan masyarakat
merupakan lautan menyebabkan banyak mengenai ikan asin yang aman dan baik
tumbuhnya industri perikanan. Hasil untuk dikonsumsi masih kurang. Berbagai
tangkapan ikan oleh nelayan biasanya tidak bukti banyaknya ikan asin yang
dapat diangkut ke pasar karena segala mengandung formalin untuk
keterbatasan. Upaya untuk mengatasi hal mengawetkan, padahal dampaknya sangat
tersebut, sebagian nelayan dan pedagang merugikan kesehatan (Sri, 2010).
ikan mengawetkannya agar tidak cepat Bahan pengawet makanan menurut
membusuk. Pengawetan ikan secara Leni (2010: 33) adalah bahan tambahan
tradisional bertujuan untuk mengurangi pangan yang dapat mencegah dan
kadar air dalam tubuh ikan, salah satu menghambat fermentasi, pengasaman atau
caranya adalah dengan pembuatan ikan penguraian, dan perusakan lainnya
asin. terhadap pangan yang disebabkan oleh
Pengolahan ikan menjadi ikan asin mikroorganisme. Zat pengawet makanan
adalah cara pengawetan tradisional yang dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu,
masih banyak dilakukan di berbagai pertama GRAS (Generally Recognized as

59
Analisis Kandungan Formalin dan Uji Organoleptik Ikan Asin

Safe), yang biasanya bersifat alami bersih mengkilap, teksturnya lebih keras
sehingga tidak menimbulkan efek racun dan jarang dihinggapi oleh lalat, yang
pada tubuh. Kedua, pengawet yang menunjukkan ciri-ciri ikan dengan
ditentukan pemakaiannya oleh ADI kandungan pengawet formalin. Hasil
(Acceptable Daily Intake), yang penelitian Tri dan Erni (2006)
disesuaikan dengan batas penggunaan menunjukkan bahwa ikan asin yang
hariannya untuk kesehatan konsumen. mengandung formalin dagingnya akan
Ketiga, zat pengawet yang tidak layak kenyal, utuh, warna lebih putih dan bersih
dikonsumsi sama sekali, seperti boraks dan di banding ikan asin tanpa formalin,
formalin. sedangkan menurut penelitian Rinto,
Elmeizi, Susila (2009) menunjukkan
Formalin (CH2O) merupakan suatu
bahwa ikan asin yang mengandung
larutan yang tidak berwarna, berbau tajam
formalin berwarna putih cerah, dagingnya
yang mengandung kurang lebih 37%
tidak mudah hancur dan tidak beraroma
formaldehid dalam air yang biasanya
ditambahkan metanol 10-15% berfungsi khas ikan.
sebagai stabilator agar tidak terjadi Menurut penelitian Rinto et al.,
polimerasi (Nursanti, 2008: 29). Formalin (2009) ikan asin yang mengandung
sebenarnya bukan merupakan bahan formalin dapat diuji dengan menggunakan
tambahan makanan, bahkan merupakan zat uji organoleptik, dengan ciri ikan asin
yang tidak boleh ditambahkan pada berwarna lebih cerah, dagingnya tidak
makanan. Orang yang mengkonsumsi mudah hancur dan tidak beraroma khas
bahan pangan (makanan) seperti tahu, mie, ikan. Uji organoleptik merupakan
bakso, ayam, ikan dan bahkan permen, penilaian mutu produk berdasarkan panca
yang berformalin dalam beberapa kali saja indera manusia melalui syaraf sensorik
belum merasakan akibatnya. Tapi efek dari seperti sifat kenampakan (bentuk, ukuran,
bahan pangan (makanan) berformalin baru warna), tekstur yaitu yang dinilai dari indra
bisa terasa beberapa tahun kemudian. peraba (halus, kasar, lembut). Uji
organoleptik banyak digunakan untuk
Penggunaan formalin pada ikan asin
menilai mutu suatu produk terutama
yang bertujuan untuk pengawetan agar
produk hasil pertanian dan makanan
tidak ditumbuhi jamur sekaligus untuk
(Wawan, 2005).
meningkatkan bobot ikan asin. Pembuatan
ikan asin dengan menambahkan garam Menurut Windo (2008) ikan sebagai
tanpa penambahan formalin menghasilkan bahan makanan yang mengandung protein
penyusutan sekitar 40% sedangkan ikan tinggi dan mengandung asam amino
asin dengan penambahan formalin esensial yang diperlukan oleh tubuh,
bobotnya meningkat menjadi 75%, serta disamping itu nilai biologisnya mencapai
kenampakan ikan asin lebih bersih dan 90 persen, dengan jaringan pengikat sedikit
utuh (Tri dan Erni, 2006). Penggunaan sehingga mudah dicerna. Proses
bahan pengawet cenderung lebih pembusukan ikan tidak dapat dihindari
menguntungkan maka diduga banyak ikan tetapi bisa dihambat. Salah satu caranya
asin yang mengandung formalin termasuk adalah menekan perkembangan mikroba-
di Pasar Besar Madiun. mikroba pembusuknya. Mikroba akan
berkembangbiak lambat bila kondisi
Penjual ikan asin di Pasar Besar
lingkungannya tidak optimal untuk
Madiun menjual bermacam-macam ikan
hidupnya (Abbas, 1995). Produsen
asin, misalnya balur, peda, dan teri. Ikan
melakukan penghambatan pembusukan
asin yang dijual oleh pedagang kebanyakan
dengan cara penggaraman dan
memiliki ciri-ciri dengan warna putih

60
Wijayanti, dkk

penggeringan yang dilakukan dengan Alat dan bahan yang digunakan


memberi garam yang disebut dengan ikan adalah: timbangan atau neraca analitik 1;
asin. beaker glass 400ml 1; beaker glass 100 ml
30; tabung reaksi 30; pipet ukur 3; gelas
Cara memilih ikan asin yang baik
ukur 50 ml 1; penanggas strring hot plate 1;
adalah dengan melihat warna dagingnya
pisau; ikan asin balur 2 gram; ikan asin
yang mendekati warna asli ikan segar,
peda 2 gram; ikan asin teri 2 gram;
tidak berbau asam atau tengik, tak ada
aquades; air panas; Sampel ikan asin balur;
bercak-bercak noda, tidak lembek berair
peda dan teri, fehling A dan fehling B.
atau kaku (Teguh dan Elvina 1998).
Menurut penelitian Desniar, et al., (2009) Prosedur Penelitian Uji Fehling
konsentrasi garam yang digunakan dalam
Menyiapkan alat dan bahan yang
fermentasi ikan peda sangat menentukan
diperlukan, memberi label pada masing-
mutu ikan peda, disamping kesegaran
masing sampel ikan asin. Menimbang
bahan bakunya pemberian garam
sampel ikan asin sebanyak 2 gram dan
mempengaruhi jenis mikroba yang
meletakkannya pada beaker glass
berperan dalam fermentasi garam
berukuran 100 ml. Memasukkan air panas
merupakan bahan bakteriostatik untuk
ke dalam sampel ikan asin yang berada di
beberapa bakteri meliputi bakteri patogen
beaker glass tadi sebanyak 15 ml, lalu
dan pembusuk. Ikan teri (Stolephorus sp.)
diaduk. Memasukkan cairan sampel
merupakan ikan penghuni perairan pesisir
masing-masing kedalam tabung reaksi
dan eustaria serta beberapa jenis dapat
sebanyak 2 ml. Menetesi fehling A dan
hidup pada perairan dengan salinitas 10-
fehling B masing-masing sebanyak 1 ml,
15%. Menurut Afrianto dan Liviawaty
lalu kocong sampai warna berubah menjadi
(dalam Windo, 2008) ikan teri kaya akan
biru. Memasukkan aquades sebanyak 300
fosfor yang berfungsi untuk pembentukan
ml kedalam beaker glass dan
tulang dan gigi. Jumlah kalori yang dapat
memanaskannya di atas penanggas air.
dihasilkan dari 100 gram daging ikan teri
Memasukkan tabung reaksi yang sudah
mencapai 74 kalori, dengan rincian vitamin
ditetesi fehling kedalam aquades yang
A, vitamin B, dan sumber mineral. Rini
telah dipanaskan. Mengamati perubahan
(2006) dalam penelitiannya
warna yang terjadi, apabila warna biru
mengemukakan pengujian organoleptik
berubah menjadi warna hijau dan terdapat
merupakan cara pengujian dengan indera
endapan berwarna merah maka sampel
manusia sebagai alat utama untuk
ikan asin tersebut positif (+) mengandung
pengukuran daya penerimaan terhadap
formalin.
makanan. Sasaran alat indera ditujukan
terhadap kenampakan, bau dan tekstur. Prosedur Penelitian Uji Organoleptik
METODE PENELITIAN Menyediakan 30 sampel ikan asin
Penentuan sampel dalam penelitian yang akan diuji. Meminta panelis untuk
ini menggunakan simple random sampling melakukan uji organoleptik dengan cara
yaitu teknik pengambilan sampel secara meraba tekstur, mencium aroma dan
acak. Pengambilan sampel ikan asin melihat warna ikan asin yang telah
dilakukan di Pasar Besar Madiun, yaitu 2 disedikan. Selanjutnya, panelis dapat
pedagang di sebelah utara, 2 pedagang di mengisi angket yang telah disediakan. Data
sebelah selatan, 2 pedagang di sebelah yang telah diperoleh nantinya akan
barat, 2 pedagang di sebelah timur, dan 2 dianalisis secara diskriptif.
pedagang di sebelah tengah.

61
Analisis Kandungan Formalin dan Uji Organoleptik Ikan Asin

HASIL DAN PEMBAHASAN paling banyak dipilih oleh panelis dan


paling banyak panelis menilai pada sampel
Berdasarkan uji kandungan formalin
balur tengah yaitu sebanyak 92% panelis.
pada ikan asin balur, peda, dan teri ini
Warna coklat merupakan warna yang
dilakukan dengan metode uji fehling
paling sedikit dipilih oleh panelis yaitu
(gugus aldehid) agar dapat dijadikan
sebanyak 2% pada ikan balur sebelah
sebagai penyusun panduan praktikum pada
selatan dan tengah.
mata kuliah Biokimia. Uji kualitatif
formalin pada ikan asin menggunakan Hasil uji organoleptik aroma pada
metode fehling yaitu menggunakan fehling ikan asin menunjukkan aroma tidak khas
A dan fehling B. Berdasarkan hasil ikan asin paling banyak dipilih oleh panelis
pengamatan dari hasil uji laboratorium dan paling banyak panelis menilai pada
kandungan formalin pada 30 sampel ikan sampel teri timur yaitu sebanyak 78%
asin yang di jual di Pasar Besar Madiun panelis. Aroma khas ikan asin merupakan
didapatkan hasil sebanyak 29 sampel ikan aroma paling sedikit dipilih oleh panelis
asin (+) mengandung formalin, dan 1 (-) yaitu sebanyak 22% panelis pada sampel
mengandung formalin. Indikasinya apabila teri timur. Hasil uji organoleptik tekstur
sampel (+) mengandung formalin terjadi pada ikan asin menunjukkan tekstur kenyal
perubahan warna menjadi hijau dan dan utuh paling banyak dipilih oleh
terdapat endapan berwarna merah bata. panelis, yaitu sebanyak 88% terdapat pada
Sejalan dengan hasil penelitian Ika (2007) sampel ikan asin teri tengah. Tekstur ikan
jika terdapat endapan merah bata maka asin mudah hancur paling sedikit dipilih
sampel positif (+) mengandung formalin. oleh panelis, yaitu sebanyak 12% panelis
Ikan asin peda barat 1 merupakan ikan asin pada sampel teri tengah.
yang tidak mengandung formalin dengan
indikasi (-), apabila dipanaskan tidak akan
terjadi perubahan warna atau tetap KESIMPULAN DAN SARAN
berwarna biru tua. Ikan asin teri merupakan
ikan asin yang mengandung formalin Simpulan
paling sedikit, karena warnanya yang Terdapat kandungan formalin pada
dominan kuning dan rata-rata hanya ikan asin yang di jual di Pasar Besar
terindikasi (+), beda dengan ikan asin balur Madiun. Kandungan formalin pada ikan
dan ikan asin peda. asin balur, peda, dan teri dapat diketahui
dengan metode fehling. Uji organoleptik
Uji organoleptik merupakan ikan asin balur, peda, dan teri berpengaruh
pengujian dengan indera manusia sebagai terhadap penilaian panelis yang berupa
alat utama untuk mengukur mutu makanan. warna, aroma, tekstur. Ikan asin yang
Winarno (2004) berpendapat bahwa warna mengandung formalin berwarna putih
suatu bahan pangan mempunyai peranan bersih, aromanya tidak khas ikan asin, dan
penting dalam penentuan mutu serta teksturnya lebih kenyal utuh. Warna putih
mempunyai daya tarik untuk konsumen, bersih paling banyak dinilai oleh panelis
sehingga konsumen dapat memberi kesan dan berada pada sampel ikan asin balur
suka atau tidak suka dengan cepat. Aroma tengah. Aroma tidak khas ikan asin paling
suatu produk dapat dinilai dengan cara banyak dinilai oleh panelis dan berada pada
pembauan. Penelitian Rinto et al., (2009) sampel ikan asin teri timur. Tekstur ikan
mengemukakan aroma merupakan satu asin kenyal utuh paling banyak dipilih oleh
parameter yang menentukan ikan asin. panelis dan berada pada sampel ikan asin
Hasil uji organoleptik warna pada ikan asin teri tengah.
menunjukkan warna ikan asin putih bersih

62
Wijayanti, dkk

Saran Leni Herliani. (2010). Pengawet Makanan


Uji kandungan ikan berformalin Alami dan Sintetis. Bandung:
sebaiknya juga dilakukan pada ikan segar, Alfabeta
dengan menggunakan metode yang Rini Susianawati. (2006). Kajian
berbeda, sehingga tingkat validasinya Penerapan GMP dan SSOP Pada
semakin tinggi Produk Ikan Asin Kering Dalam
Upaya Peningkatan Keamanan
Pangan Di Kabupaten Kendal,
DAFTAR PUSTAKA
(Ounline),
Abbas Siregar. (1995). Ikan Asin. (http://eprints.undip.ac.id/15826/1/R
Yogyakarta: Kanisius ini_Susianawati.pdf, Diunduh 5
April 2013).
Desniar, Peornomo D , dan Wijatur.
(2009). Pengaruh Konsentrasi Garam Rinto, Elmeizi, Susila. (2009). Kajian
Pada Peda Ikan Kembung Keamanan Pangan (Formalin,
(Rastrelliger sp.) dengan Fermentasi Garam, Dan Mikrobia) Pada Ikan
Spontan. Jurnal Pengolahan Hasil Sepat Asin Produksi Indralaya,
Perikanan Indonesia (Online), Vol Jurnal Pembangunan Manusia
XII No. 1 Tahun 2009, (Online) Vol.8 No.2 tahun 2009,
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/ (http://balitbangnovda.sumselprov.g
handle/123456789/42615/Desniar_P o.id/data/download/2010041413092
engaruhKonsentasiGaramPadaPeda. 7.pdf).Diakses 5 April 2013)
pdf, Diunduh 24 Maret 2013).
Sri Hastuti. (2010). Analisis Kualitatif Dan
Winarno. (2004). Kimia Pangan dan Gizi. Kuantitatif Formaldehid Pada Ikan
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Asin Di Madura Argointek (Online)
Vol.4 No.2 Agustus 2010,
Henny Putri. (2012). Studi Identifikasi
(http://pertanian.trunojoyo.ac.id/wp-
Kandungan Formalin Pada Ikan
content/uploads/2011/01/JURNAL7
Pindang Di Pasar Tradisional Dan
-Analisis-Kualitatif-dan-Kuantitatif-
Modern Kota Semarang, Jurnal
Formaldehid-pada-Ikan-Asin-di-
Kesehatan Masyarakat (Online),
Madura.pdf) Diakses 3 April 2013)
Volume 1, Nomor. 2, Halaman 983–
994. Supli Effendi. (2009). Teknologi
(http://ejournals1.undip.ac.id/index. Pengolahan dan Pengawetan
php/jkm1385/1406) Diakses 21 Pangan. Bandung: Alfabeta
Februari 2013).
Teguh Sudarisman, Elvina A.R. (1996).
Ika Wulandari. (2007). Pemeriksaan Petunjuk Memilih Produk Ikan Dan
Kandungan Folhaldehid Berdasarkan Daging. Jakarta: Penebar Swadaya.
Perbedaan Suhu Air Yang
Dimasukkan Kedalam Peralatan Teti R., Skalalis D., Sei Astuty. (2003).
Makan Melamin Yang Beredar Di Pegasinan Ikan Teri (Stolephorus
Kota Medan Tahun 2007 (Online), spp.) dan Kelayakan Usahanya Di
(http://repository.usu.ac.id/bitstream Desa Karanghantu Serang (Online)
/123456789/14781/1/08E00925.pdf, (http://pustaka.unpad.ac.id/wpconte
Diunduh 20 Juni 2013). nt/uploads/2009/07/pengasinan_ikan
_teri.pdf).Diakses 23 Maret 2013).

63
Analisis Kandungan Formalin dan Uji Organoleptik Ikan Asin

Windo Sastra. (2008). Fermentasi Rusip


(Online),
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/
handle/123456789/5420/C08wsa.pd
f?sequence=4 Diakses5 April 2013)

64

You might also like