Potensi Anti Jamur Ekstrak Kembang Sepatu

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Vol. 8 No.

2 Februari 2014 ISSN : 1907-5987

LAPORAN PENELITIAN

Potensi Anti jamur Ekstrak Bunga Kembang Sepatu


Terhadap Candida albicans
(Antifungal potentiality of Hibiscus rosa-sinensis, L. flower
extract against Candida albicans)
Krista Devi P. Ivan, Ira Arundina*, Istiati**
*Oral Biology Faculty of Dentistry Airlangga University
**Oral Patology and maxillofacial Faculty of Dentistry AirlanggaUniversity

ABSTRACT

Background: C. albicans can cause health problems in the oral cavity tissue. Therefore
require antifungal treatment. However, treatment with antifungal drug has side effects.
Hibiscus rosa-sinensis L. flower contain cyanidin and quercetin that have been reported to
have antifungal activity against various fungal pathogens. By the study that have been done,
the concentration of 40% was not give significant result. So in this study was the
concentration increased to 100%, 87.5%, 75%, 62.5%, 50%, for significant result. Purpose:
The aim of this study was to know the antifungal potentiality of Hibiscus rosa-sinensis L.
flower extract with a concentration of 100%, 87.5%, 75%, 62.5%, 50% against C. albicans.
Materials and Methods: For each 25 grams of powdered dried flowers that have been placed
in 100 ml of methanol to get pure extract evapourator without solvent. This research using
multiple depletion to get a concentration of 50%, 62.5%, 75%, 87.5%, 100%. To ensure the
growth of C. albicans, is done by culturing on Sabouraud Dextrose Agar medium. Result:
There were significant difference between positive control and a concentration of 50%,
62.5%. Conclusion: There are differences inhibitory effect of Hibiscus rosa-sinensis L. flower
extract against C. albicans and MIC at 75%.

Keywords: Hibiscus rosa-sinensis L., Candida albicans, antifungal

Correspondence: Ira Arundina, Department of Oral Biology, Faculty of Dentistry, Airlangga


University, Mayjend Prof Dr Moestopo No. 47, Surabaya, Phone 031-5030255, Email:
arundinafkg@yahoo.com

198
Vol. 8 No. 2 Agustus 2014 ISSN : 1907-5987

ABSTRAK

Latar Belakang: C. albicans dapat menyebabkan masalah kesehatan pada jaringan rongga
mulut dan memerlukan pengobatan dengan antijamur. Namun, pengobatan dengan obat
antijamur memiliki efek samping. Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) berisi
cyanidin dan quercetin yang memiliki aktivitas antijamur terhadap berbagai jamur
patogen.Pada penelitian sebelumnya, konsentrasi 40% tidak memberikan hasil yang
signifikan. Sehingga, penelitian ini harus dilakukan peningkatan konsentrasi 100%, 87,5%,
75%, 62,5%, 50%, diharapkan mendapatkan hasil yang signifikan. Tujuan: Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antijamur dari ekstrak bunga kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis L.) dengan konsentrasi 100%, 87,5%, 75%, 62,5%, 50% terhadap C.
albicans. Bahan dan Metode. Sebanyak 25 gram bubuk bunga kering direndam dalam100 ml
metanol lalu di evaporator untuk mendapatkan ekstrak murni tanpa pelarut. Penelitian ini
menggunakan beberapa konsentrasi 50%, 62,5%, 75%, 87,5%, 100%. Untuk memastikan
pertumbuhan C. albicans, dilakukan dengan pembiakan pada media Sabouraud Dextrose
Agar. Hasil: Ada perbedaan yang signifikan antara kontrol positif dan konsentrasi 50%,
62,5%. Simpulan. Ada perbedaan efek penghambatan ekstrak bunga kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis L.) terhadap C. Albicans dan Konsentrasi Hambat Minimal (MIC)
pada 75%.

Kata kunci: Hibiscus rosa-sinensis L., Candida albicans, antijamur

Korespondensi: Ira Arundina, Bagian Biologi Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas
Airlangga, Mayjend Prof Dr Moestopo No. 47, Surabaya, Telepon 031-5030255, Email:
arundinafkg@yahoo.com

PENDAHULUAN serta masih dapat menyebabkan


kekambuhan infeksi dan
C. albicans pada rongga mulut perkembangan resistensi obat.2, 3
dapat menyebabkan masalah kesehatan Bagian bunga kembang sepatu
pada jaringan rongga mulut. Tidak mengandung cyanidin yang termasuk
sedikit yang terjadi dan membutuhkan dalam golongan anthocyanin dan
perawatan dengan antifungal.1 quercetin yang merupakan flavonoid.
Amphotericin B merupakan obat Cyanidin merupakan anthocyanin
berspektrum luas yang sudah lama yang terdapat dalam konsentrasi paling
digunakan dan salah satu dari beberapa banyak pada kembang sepatu.4
obat yang benar-benar membunuh sel Cyanidin dan quercetin telah
jamur, tetapi dapat menyebabkan dilaporkan memiliki aktivitas
nefrotoksisitas pada pasien.2 antifungal terhadap berbagai jamur
Antifungal azole, seperti fluconazole, patogen karena memiliki kemampuan
merupakan obat yang biasa digunakan untuk menghambat spora patogen, dan
untuk profilaksis dan pengobatan diusulkan untuk digunakan sebagai
candidiasis karena terbukti memiliki pengobatan jamur pathogen.5
aktivitas antifungal yang kuat dengan Penelitian terbaru oleh Hena
menghambat sel jamur, juga toksisitas (2010) menyatakan bahwa bagian
yang lebih kecil dibandingkan bunga dari tanaman kembang sepatu
antifungal lain. Namun, terapi dengan memiliki efek antibakterial terhadap
fluconazole memiliki efek samping Staphylococcus aureus, Bacillus

199
Vol. 8 No. 2 Agustus 2014 ISSN : 1907-5987

subtillis, dan Escherichia coli. Ekstrak dibersihkan dengan air suling.


bunga sepatu dalam pelarut metanol Dikeringkan dengan diangin-anginkan
dengan konsentrasi 40% dibuktikan tanpa terkena sinar matahari langsung
memiliki aktivitas antibakterial6. Pada dan dihomogenisasi dengan cara
penelitian pendahuluan yang dilakukan digiling atau ditumbuk menjadi bubuk
oleh Hena terhadap C. albicans, halus kemudian disimpan dalam botol
ekstrak bunga kembang sepatu dengan kedap udara.6
konsentrasi 40%, 20%, 10%, 5%, Untuk pembuatan dalam pelarut
2.5%, 1.25%, 0.625%, 0.3125% tidak organik (metanol), dari tiap 25 gram
memberikan hasil yang bermakna. bubuk bunga yang telah dikeringkan
Dibandingkan bakteri, C. albicans ditempatkan dalam 100 ml metanol
memiliki 2 cara berkembang biak dan disimpan dalam rotary shaker
bergantung pada responnya terhadap pada 190-220 rpm selama 24 jam
lingkungan, yaitu reproduksi dengan kemudian diistirahatkan selama 5 jam
tunas atau dengan membentuk hifa. untuk mengendapkan material
6,8,9
Hal ini merupakan salah satu yang tanaman. Hasilnya kemudian
menyebabkan sel C. albicans lebih disaring dan disentrifugasi pada
tahan terhadap efek antifungal ekstrak kecepatan 5000 rpm selama 15 menit.
bunga kembang sepatu.7 Berdasarkan Supernatan diambil dan pelarut
penelitian pendahuluan tersebut, diuapkan pada suhu 45ºC dalam
selanjutnya dengan menggunakan vacuum evapourator hingga
ekstrak bunga kembang sepatu dengan didapatkan ekstrak murni tanpa
konsentrasi 100%, 87.5%, 75%, pelarut.6
62.5%, 50% diharapkan dapat Siapkan 12 tabung reaksi steril
memberikan hasil yang bermakna. yang akan digunakan untuk
Untuk menghambat kolonisasi mendapatkan konsentrasi yang
C. albicans dan mengatasi masalah diinginkan melalui penipisan
resistensi obat antifungal, peneliti berganda. Beri bahan ekstrak sebanyak
ingin mengadakan penelitian tentang 6 ml pada tabung pertama sehingga
daya antifungal bunga tanaman didapatkan konsentrasi 100%, beri
kembang sepatu terhadap pertumbuhan tanda tabung dengan nomer 1.
koloni C. albicans. Selanjutnya, ambil 3 ml dari tabung
reaksi pertama kemudian masukkan ke
dalam tabung reaksi kedua yang sudah
BAHAN DAN METODE diisi dengan 3 ml media Sabouraud
Dextrose Broth sehingga didapatkan
Bagian kembang sepatu yang konsentrasi 50%. Kemudian, ambil 3
digunakan merupakan seluruh bagian ml dari tabung reaksi kedua kemudian
bunga, yaitu kelopak bunga beserta masukkan ke dalam tabung reaksi
putik dan benang sari. Bunga kembang ketiga yang sudah diisi dengan 3 ml
sepatu didapatkan dari Perkebunan media Sabouraud Dextrose Broth
Trawas dan telah mendapatkan sehingga didapatkan konsentrasi 25%.
sertifikasi dari Kebun Raya Purwodadi Untuk konsentrasi 12.5%, ambil 3 ml
sebagai spesies Hibiscus rosa-sinensis, dari tabung reaksi ketiga kemudian
L. masukkan ke dalam tabung reaksi
Bagian bunga dipisahkan dari keempat yang sudah diisi dengan 3 ml
badan utama tumbuhan dan media Sabouraud Dextrose Broth.

200
Vol. 8 No. 2 Agustus 2014 ISSN : 1907-5987

Ambil 3 ml dari tabung reaksi keempat berisi C. albicans dan media


dengan konsentrasi 12.5% kemudian Sabouraud Dextrose Broth, sedangkan
masukkan ke dalam tabung reaksi tabung nomer 7 hanya berisi media
kelima. Masukkan isi tabung reaksi Sabouraud Dextrose Broth merupakan
ketiga dengan konsentrasi 25% ke kontrol negatif. Inkubasikan ketujuh
dalam tabung reaksi kedua dengan tabung reaksi tersebut dalam inkubator
konsentrasi 50% sehingga didapatkan selama 24 jam pada suhu 37ºC.10
konsentrasi 75% sebanyak 6 ml. Setelah itu, lakukan pemeriksaan
Ambil 3 ml dari tabung reaksi kedua, pada tabung mana mulai terlihat ada
masukkan ke dalam tabung reaksi pertumbuhan fungi. Dapat dilihat
keempat dengan konsentrasi 12.5% dengan ada atau tidaknya kekeruhan
sehingga didapatkan konsentrasi pada tabung reaksi. Konsentrasi
87.5%, beri tanda tabung dengan Hambat Minimal (MIC) ekstrak bunga
nomer 2. Terakhir, ambil 3 ml dari Hibiscus rosa-sinensis L. terhadap C.
tabung tersebut dan dibuang. Beri albicans adalah pada tabung dengan
tanda tabung reaksi kedua dengan konsentrasi tertinggi yang terdapat
konsentrasi 75% sebanyak 3 ml pertumbuhan C. albicans. Untuk
dengan nomer 3. Ulangi langkah- memastikan adanya pertumbuhan C.
langkah tersebut sehingga didapatkan albicans, dilakukan pembiakan dengan
tabung reaksi keenam dengan cara streaked pada Sabouraud
konsentrasi 100%, tabung reaksi Dextrose Agar. Streaked dilakukan
ketujuh dengan konsentrasi 50%, dan pada media Sabouraud Dextrose Agar
tabung reaksi kedelapan dengan dalam cawan petri dengan mengambil
konsentrasi 25% dan tabung reaksi kultur menggunakan oese dari masing-
kesembilan dengan konsentrasi 12.5%. masing tabung reaksi. Kemudian
Masukkan isi tabung reaksi kedelapan diinkubasikan selama 24 jam pada
ke dalam tabung reaksi keenam suhu 37°C. Bila ternyata didapatkan
sehingga didapatkan konsentrasi pertumbuhan koloni C. albicans, dapat
62.5% kemudian ambil 3 ml dan dipastikan dalam tabung reaksi juga
dibuang, beri tanda tabung tersebut terdapat pertumbuhan C. albicans.
dengan nomer 4. Masukkan 3 ml Selanjutnya, dapat dilakukan
media Sabouraud Dextrose Broth pada spreading sebanyak 0.1 ml pada
tabung reaksi keenam dengan masing-masing cawan petri untuk
konsentrasi 100% sehingga didapatkan penghitungan koloni dengan
konsentrasi 50% kemudian ambil 3 ml diinkubasikan selama 48 jam pada
dan dibuang, beri tanda tabung suhu 37°C.10
tersebut dengan nomer 5. Tabung
reaksi dengan tanda nomer 6 dan 7
hanya berisi media Sabouraud HASIL
Dextrose Broth. Dapat dilihat pada grafik 1 rata-
Setelah semua tabung reaksi rata jumlah pertumbuhan koloni C.
yang akan digunakan selesai albicans dari tiap kelompok perlakuan.
disiapkan, masukkan C. albicans dari Kelompok kontrol memiliki rata-rata
kultur murni sebanyak 0.3 ml, standar jumlah pertumbuhan koloni sebanyak
Mc Farland 0.5 ke dalam tabung 90. Kelompok konsentrasi 50%, dan
nomer 1 hingga 6. Tabung nomer 6 62.5% masing-masing memiliki rata-
merupakan kontrol positif yang hanya rata 23.7143 dan 7.1429. Kelompok

201
Vol. 8 No. 2 Agustus 2014 ISSN : 1907-5987

konsentrasi 75%, 87.5%, dan 100% Dari 7 kali replikasi dengan


tidak terdapat pertumbuhan. menggunakan metode dan bahan yang sama
yang telah dilakukan pada penelitian ini,
Rata-rata jumlah koloni dapat dilihat hasilnya pada gambar 1 bahwa
100 pada konsentrasi 100%, 87.5%, dan 75%
sama sekali tidak didapatkan pertumbuhan
Rata koloni C. albicans, sedangkan pada
50 -rata konsentrasi 62.5% dan 50% didapatkan
juml
ah
pertumbuhan koloni C. albicans dengan
0 kolo jumlah koloni yang bervariasi. Hal ini
ni menunjukkan bahwa Konsentrasi
Hambat Minimal (MIC) ekstrak bunga
Hibiscus rosa-sinensis, L. terhadap C.
Grafik 1. Rata-rata jumlah pertumbuhan
albicans adalah pada konsentrasi
koloni C. albicans pada kontrol positif, 62.5%.
konsentrasi 50%, 62.5%, 75%, 87.5%, dan Data yang diperoleh dari
100%. penelitian ini kemudian dilakukan uji
normalitas yang hasilnya setiap
kelompok berdistribusi normal,
dengan p>α = 0.05. Kemudian
dilanjutkan dengan uji homogenitas
dari ketujuh sampel penelitian, yang
didapatkan p=0.341 > α=0.05, berarti
data tersebut homogen. Untuk
menentukan ada tidaknya perbedaan
bermakna antara kelompok sampel,
dilakukan uji statistik ANOVA satu
arah, dengan derajat kemaknaan
Gambar 1. Spreading untuk penghitungan
koloni pada masing-masing cawan petri
α=0.05, yang hasilnya dapat dilihat
untuk kontrol positif dan negatif pada tabel 3.
Hasil uji statistik ANOVA satu
arah yaitu p=0.000 < α=0.05,
menunjukkan bahwa ada perbedaan
bermakna pada pertumbuhan koloni
antara C. albicans yang dibiakkan
sebagai kontrol positif dengan C.
albicans yang dibiakkan pada ekstrak
bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis, L.) dengan konsentrasi 62.5%
dan 50%.
Untuk menentukan perbedaan
antara kelompok konsentrasi,
Gambar 2. Spreading untuk penghitungan
koloni pada masing-masing cawan petri
selanjutnya dilakukan uji HSD dengan
untuk tabung yang berisi bahan ekstrak derajat kemaknaan α=0.05. Terdapat
bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa- perbedaan yang signifikan antar
sinensis L.) dengan konsentrasi no. 1=100%, kelompok jika nilai signifikansi
no. 2=87.5%, no. 3=75%, no. 4=62.5%, no. <α=0.05. Hasilnya diketahui bahwa
5=50%. pertumbuhan C. albicans antara

202
Vol. 8 No. 2 Agustus 2014 ISSN : 1907-5987

kontrol positif dibanding ekstrak morfologi, bakteri merupakan


bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa- prokariota. Genom dan kromosom
sinensis, L.) dengan konsentrasi 50% bakteri adalah tunggal, molekul
dan 62.5% terdapat perbedaan sirkularnya terdiri dari DNA double-
bermakna. Ekstrak bunga kembang stranded, dan membran nuklear lebih
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) kecil, sedangkan jamur tergolong
dengan konsentrasi 50% dibanding eukariota, lebih mirip dengan sel pada
kontrol positif dan konsentrasi 62.5% tubuh manusia, dengan beberapa
ada perbedaan bermakna, demikian kromosom yang dikelilingi membran
juga ekstrak bunga kembang sepatu nuclear.11 Membran plasma pada sel
(Hibiscus rosa-sinensis L.) dengan jamur juga mengandung sterol yang
konsentrasi 62.5% dibanding kontrol sering ditemukan sebagai pertahanan
positif dan konsentrasi 50% ada pada kebocoran membran namun tidak
perbedaan bermakna. terdapat pada sel bakteri.12 Pada
Ekstrak bunga kembang sepatu penelitian oleh Hena (2010),
(Hibiscus rosa-sinensis L.) dengan konsentrasi 40 mg/0.1 ml (40%)
konsentrasi 75%, 87.5%, dan 100% memiliki efek antibakterial terhadap
dibanding kontrol positif ada Staphylococcus aureus, Bacillus
perbedaan bermakna. subtillis, dan Escherichia coli. Namun
hasilnya tidak bermakna pada
Pseudomonas aeruginosa meskipun
PEMBAHASAN berasal dari kingdom yang sama. Jadi,
kemampuan antifungal ekstrak bunga
Penelitian sebelumnya oleh kembang sepatu (Hibiscus rosa-
Hena (2010) menyatakan bahwa sinensis L.) juga bergantung dari
ekstrak bunga tanaman kembang macam spesies. Berdasarkan
sepatu dengan konsentrasi 40 mg/0.1 perbedaan dinding sel, dinding sel
ml (40%) memiliki efek antibakterial jamur merupakan organel sel yang
terhadap Staphylococcus aureus, canggih. Dinding sel jamur berfungsi
Bacillus subtillis, dan Escherichia coli. untuk memberikan pertahanan secara
Namun, pada trial yang dilakukan osmotik dan fisik, serta bersama-sama
penulis, konsentrasi 40% tidak dengan membran plasma, berfungsi
memberikan hasil yang bermakna mempengaruhi dan meregulasi
sehingga selanjutnya dilakukan masuknya material ke dalam sel.
penelitian dengan meningkatkan Dinding sel jamur merupakan struktur
konsentrasi ekstrak bunga kembang dinamis yang bermetabolisme secara
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) aktif dan komponen-komponennya
mulai 50%, 62.5%, 75%, 82.5% saling berinteraksi untuk
hingga 100% dengan penipisan menyesuaikan dengan fungsi yang
berganda. dibutuhkan pada waktu tertentu,
Hasil yang berbeda ini misalnya permeabilitas yang selektif.
kemungkinan disebabkan oleh adanya Sedangkan dinding sel bakteri di
perbedaan antara bakteri dan jamur, bagian luar membran sitoplasmik
yaitu perbedaan struktural, morfologi, terstruktur berlapis-lapis namun
dan spesies, perbedaan dinding sel, berpori dan permeabel terhadap
serta cara berkembang biak. substansi dengan berat molekul rendah
Berdasarkan perbedaan struktural dan

203
Vol. 8 No. 2 Agustus 2014 ISSN : 1907-5987

dan tidak memiliki kemampuan sel C. albicans terpengaruh. Hal


permeabilitas yang selektif.11, 13, 14, 15 tersebut dapat menimbulkan
C. albicans berkembang biak ketidakutuhan seluler dinding sel C.
dengan 2 cara, yaitu tunas sejati atau albicans baik secara struktural maupun
membentuk hifa. Pembentukan hifa morfologi. Pada akhirnya terjadi lisis
terjadi karena respon in-vitro terhadap osmotik sel C. albicans dan kematian
lingkungan, seperti perubahan pH atau organisme karena sel kehilangan
suhu. Kemampuan untuk berganti cara kemampuan untuk meregulasi.17, 18, 19,
20
berkembang biak tersebut
meningkatkan kemampuan adaptasi C. Kandungan flavonoid termasuk
albicans sehingga lebih memiliki quercetin dapat digunakan untuk
ketahanan terhadap agen mencegah penyakit kardiovaskuler dan
antimikrobial.7,16 Ketiga faktor membantu regenerasi sel pada tubuh
tersebut kemungkinan dapat manusia.21 Pada penelitian ini,
mempengaruhi efek antifungal ekstrak flavonoid yang berupa quercetin dapat
bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa- digunakan untuk menghambat
sinensis L.) terhadap pertumbuhan C. pertumbuhan C. albicans dengan
albicans. sasaran 14α-demethylase pada jalur
Ekstrak bunga kembang sepatu biosintesis ergosterol2,5,22. Quercetin
(Hibiscus rosa-sinensis L.) yang melekat langsung pada ergosterol dan
digunakan dalam penelitian ini adalah membentuk channel ion
crude extract, namun terdapat 2 transmembran. Channel tersebut
kandungan utama dalam bunga menyebabkan peningkatan
kembang sepatu yang dapat bekerja permeabilitas membran yang
maksimal dalam menghambat aktivitas kemudian menyebabkan kebocoran
antifungal, yaitu anthocyanin berupa kandungan intraseluler, termasuk
cyanidin dan flavonoid berupa kalium.19,23 Sasaran lainnya yaitu
quercetin.4 Kedua kandungan tersebut enzim sitokrom P450 (CYP)-
menghambat pertumbuhan koloni C. dependent lanosterol 14α-demethylase,
albicans dengan 2 mekanisme yang produk gen ERG11 pada C. albicans
berbeda. Cyanidin merusak dinding sel yang mengkatalisa prekursor
C. albicans dengan menghambat ergosterol. Penghambatan enzim
enzim β(1, 3)-ᴅ-glucan synthase sitokrom P450 (CYP)-dependent
sehingga sintesis β(1, 3)-glucan lanosterol 14α-demethylase
terblokir. Pada komponen β(1, 3)- menyebabkan akumulasi prekursor
glucan terdapat gen FKS1 dan FKS2 sterol dan penipisan ergosterol pada
yang berfungsi untuk mengontrol membran plasma sterol. Padahal
aktivitas enzim yang berguna untuk diketahui bahwa membran plasma
viabilitas sel, serta gen RHO1 yang sterol merupakan salah satu komponen
menginstruksikan pembuatan protein utama sel C. albicans yang berfungsi
Rhodopsin untuk mekanisme regulasi sebagai pertahanan terhadap
yang memungkinkan sel C. albicans kebocoran membran. Hasilnya terjadi
mampu bertahan terhadap perubahan pembentukan membran plasma dengan
lingkungan. Penurunan atau tidak ketidakutuhan struktural dan
adanya salah satu komponen utama fungsional sehingga terjadi perubahan
dinding sel, yaitu β(1, 3)-glucan, fungsi membran plasma C. albicans
seringkali menyebabkan pertumbuhan

204
Vol. 8 No. 2 Agustus 2014 ISSN : 1907-5987

dan mengakibatkan pertumbuhan (Hibiscus rosa-sinensis L.) terhadap


koloni terhambat.3,22 pertumbuhan C. albicans
Dari gambar 1 dapat dilihat menunjukkan bahwa ekstrak bunga
bahwa tidak ada pertumbuhan C. kembang sepatu (Hibiscus rosa-
albicans pada media dengan sinensis L.) dengan konsentrasi 62.5%
konsentrasi ekstrak bunga kembang merupakan Konsentrasi Hambat
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) Minimal (MIC) untuk C. albicans
100%, 87.5%, dan 75%. Hal ini karena merupakan konsentrasi
membuktikan bahwa ekstrak bunga tertinggi yang terdapat pertumbuhan
kembang sepatu (Hibiscus rosa- C. albicans dan mampu menghambat
sinensis L.) memiliki daya antifungal pertumbuhan koloni C. albicans.
terhadap C. albicans. Sedangkan untuk
konsentrasi 62.5% dan 50% masih
didapatkan pertumbuhan koloni C. DAFTAR PUSTAKA
albicans. Namun jumlah koloni yang
1. Cannon RD, Chaffin WL. 1999. Oral
tumbuh bila dibandingkan dengan Colonization by C. albicans. Critical
kontrol positif, terdapat perbedaan Reviews in Oral Biology and Medicine,
bermakna. Oleh karena itu, dapat 10(3): 383-359.
diketahui bahwa terdapat perbedaan 2. Arif T, Bhosale JD, Kumar N, Mandal TK,
Bendre RS, Lavekar GS, and Dabur R.
daya antifungal antara ekstrak bunga 2009. Natural Products–Antifungal Agents
kembang sepatu (Hibiscus rosa- Derived From Plants. Journal of Asian
sinensis L.) sesuai dengan Natural Products Research, 11(7): 638–
konsentrasinya. Semakin tinggi 621.
3. Casalinuovo IA, Di Francesco P, Garaci E.
konsentrasi ekstrak bunga kembang 2004. Fluconazole Resistance in C.
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), albicans: A Review Of Mechanisms.
jumlah koloni C. albicans yang European Review for Medical and
Pharmacological Sciences, 8: 77-69.
tumbuh semakin sedikit bahkan tidak
4. Jadhav VM, Thorat RM, Kadam VJ, and
ada. Dalam penelitian ini, konsentrasi Sathe NS. 2009b. Traditional medicinal
yang mulai dapat menurunkan uses of Hibiscus rosa-sinensis. Journal of
pertumbuhan C. albicans adalah 50%. Pharmacy Research, 2(8): 1222-1220.
5. Cushnie TPT, Lamb AJ. 2005.
Sedangkan, Konsentrasi Hambat Antimicrobial Activity of Flavonoids.
Minimal (MIC) ekstrak bunga International Journal of Antimicrobial
Hibiscus rosa-sinensis L. terhadap C. Agents, 26: 356–343.
albicans yaitu konsentrasi tertinggi 6. Hena JV. 2010. Antibacterial Potentiality
of Hibiscus rosa-sinensis Solvent Extract
yang terdapat pertumbuhan C. and Aqueous Extracts Against Some
albicans adalah pada konsentrasi Pathogenic Bacteria. Herbal Tech Industry:
62.5%. Hal ini berkaitan dengan Research Article. P. 10-1. Accessed from:
jumlah kandungan cyanidin dan http://www.herbaltechindustry.com/Antiba
cterial%20potentiality%20%2052.pdf.
quercetin dalam kembang sepatu, Diakses 15 Maret 2010.
semakin besar konsentrasi ekstrak 7. Molero G, Díez-Orejas R, Navarro-García
maka semakin banyak kandungan F, Monteoliva L, Pla J, Gil C, Sánchez-
cyanidin dan quercetin dalam ekstrak, Pérez M, Nombela C. 1998. C. albicans:
Genetics, Dimorphism And Pathogenicity.
yang mana merupakan kandungan Internatl Microbiol, 1: 106-95.
aktif antifungal dalam bunga kembang 8. Cock IE. 2008. Antibacterial Activity of
sepatu yang utama. Selected Australian Native Plant Extracts.
The Internet Journal of Microbiology, 4(2).
Hasil penelitian daya hambat
Diakses 1 December 2010.
ekstrak bunga kembang sepatu

205
Vol. 8 No. 2 Agustus 2014 ISSN : 1907-5987

9. Khan ZS, Shinde VN, Bhosle NP, and Screening of The Crude Extracts of
Nasreen S. 2010. Chemical Composition Funtumia elastica and Mallotus
and Antimicrobial Activity of oppositifolius. West Indian Medical
Angiopspermic Plants. Middle-East Journal Journal, 55(4): 223-219.
of Scientific Research, 6(1): 61-56. 18. Schaefer HM, Rentzsch M, Breuer M.
10. Brooks GF, Butel JS, and Morse SA. 2001. 2008. Anthocyanins Reduce Fungal
Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Salemba Growth in Fruits. Natural Product
Medika. P. 98-96. Communications, 3(8): 1272-1267.
11. Samaranayake LP. 2002. Essential 19. Anaissie EJ, McGinnis MR, Pfaller MA.
Microbiology for Dentistry. 2 nd Ed. China: 2009. Clinical Mycology. 2nd Ed.
Churchill Livingstone. P. 7-6. Churchill Livingstone: Elsevier, Inc. P.
12. Lambris JD. 2007. Current Topics in Innate 164-161.
Immunity. New York: Springer. P. 146. 20. Bacic A, Fincher GB, Stone BA. 2009.
13. Bowman SM, Free SJ. 2006. The Structure Chemistry, Biochemistry and Biology of
and Synthesis of The Fungal Cell Wall. (13)-β-glucans and Related
BioEssays, 28(8): 808-799. Polysaccharides. P. 273-264.
14. Mainous AG, Pomeroy C. 2010. 21. Shilpashree HP, Ravishankar R. 2009. In
Management of Antimicrobials in Vitro Plant Regeneration and Accumulation
Infectious Diseases: Impact of Antibiotic of Flavonoids in Hypericum mysorense.
Resistance. 2nd Ed. New York: Humana International Journal of Integrative
Press. P. 129-128. Biology, 8(1): 49-43.
15. Moore D, Robson G, Trinci T. 2011. 21st 22. Uno J, Shigematsu ML, Arai T. 1982.
Century Guidebook to Fungi. New York: Primary Site of Action of Ketoconazole on
Cambridge University Press. P. 137-136. C. albicans. Antimicrobial Agents and
16. Salazar E, Chaloupka J, Muhlschlegel, Chemotherapy, 21(6): 918-912.
Levin L, Buck J. 2007. C. albicans 23. Cannon RD, Lamping E, Holmes AR,
Adenylyl Cyclase as the Central Mediator Niimi K, Tanabe K, Niimi M, Monk BC.
of Morphological Transition and Virulence. 2007. C. albicans Drug Resistance-
American Society for Microbiology: Cell- Another Way to Cope with Stress.
Cell Communication in Bacteria. P. 25. Microbiology, 153: 3217-3211.
17. Adekunle AA, Ikumapayi AM. 2006.
Antifungal Property and Phytochemical

206

You might also like