Professional Documents
Culture Documents
A
A
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumbangan Von Savigny sebagai “Bapak Sejarah Hukum” adalah menghasilkan aliran
historis (sejarah). Cabang ilmu ini lebih muda usianya dibandingkan dengan sosiologi hukum.
Berkaitan dengan masalah ini Soedjono, menjelaskan bahwa : Sejarah hukum adalah salah satu
bidang studi hukum, yang mempelajari perkembangan dan asal usul sistem hukum dalam suatu
masyarakat tertentu dan memperbandingkan antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh
perbedaan waktu.1
Demikian juga hal yang senada diungkapkan oleh Soerjono Soekanto dimana dinyatakan
bahwa Perbincangan sejarah hukum mempunyai arti penting dalam rangka pembinaan hukum
nasional, oleh karena usaha pembinaan hukum tidak saja memerlukan bahan-bahan tentang
perkembangan hukum masa kini saja, akan tetapi juga bahan-bahan mengenai perkembangan dari
masa lampau. Melalui sejarah hukum kita akan mampu menjajaki berbagai aspek hukum Indonesia
pada masa yang lalu, hal mana akan dapat memberikan bantuan kepada kita untuk memahami
kaidah-kaidah serta institusi-institusi hukum yang ada dewasa ini dalam masyarakat bangsa kita.2
Undang-undang merupakan salah satu bagian dari sistem hukum. Karenanya, proses
pembentukan undang-undang akan sangat dipengaruhi oleh sistem hukum yang dianut oleh negara
tempat undang-undang itu dibentuk. Sehingga untuk mengkaji pembentukan undangundang secara
komprehensif, haruslah dimulai dengan mengkaji sistem hukum itu sendiri. Hingga kini tata
hukum peraturan perundang-undangan di,Indonesia masih pluralistic (campuran) , yakni
konfigurasi yang tersusun atas produk perundang-undangan zaman Kolonial, hukum adat, hukum
Islam, dan produk perundang-undangan nasional sesudah Proklamasi kemerdekaan, serta
ditambah sejumlah konvensi internasional dan pranata hukum asing.
1 Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Rinek Cipta, 2001), hlm 261.
2 Soerjono Soekanto, Pengantar Sejarah Hukum, (Bandung: Alumni, 1986), hlm. 9
1
Materi peraturan perundang-undangan di Indonesia pada umumnya berbasis pada sistem
hukum Eropa kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang
bidang hukum perdata ada BW (KUHPerdata saat ini) dan di hukum pidana ada WvS (KUHP saat
ini) . Akan tetapi materi peraturan perundang-undangan di Indonesia juga menganut sistem hukum
islam, diantaranya ada Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Selain itu, di
Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat yang diserap dalam perundang-undangan atau
yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan
Salah satu kegunaan sejarah hukum adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta hukum
tentang masa lampau dalam kaitannya dengan masa kini. Sejarah hukum dapat memberikan
pandangan yang luas bagi kalangan hukum, karena hukum tidak mungkin berdiri sendiri,
senantiasa dipengaruhi oleh berbagai aspek kehidupan lain dan juga mempengaruhinya. Hukum
masa kini merupakan hasil perkembangan dari hukum masa lampau, dan hukum masa kini
Sehingga berdasarkan uraian diatas, Sejarah hukum akan dapat melengkapi pengetahuan
kalangan hukum mengenai hal-hal tersebut. Oleh karena itu, Penulis tertarik untuk menulis
2
B. PEMBATASAN MASALAH dan RUMUSAN MASALAH
Rencana pemakalah agar tidak terlalu luas terkait permasalahan pada makalah ini, maka
Kolonial?
Kemerdekaan Indonesia?
C. TUJUAN PENULISAN
pasca kemerdekaan.
3
BAB II
KEPUSTAKAAN
Koloni merupakan negeri, tanah jajahan yang dikuasai oleh sebuah kekuasaan asing.
Koloni adalah satu kawasan diluar wilayah negara asal atau induk. Tujuan utama kolonialisme
adalah kepentingan ekonomi. Kebanyakan koloni yang yang dijajah adalah wilayah yang kaya
akan bahan mentah, keperluan untuk mendapatkan bahan mentah adalah dampak dari terjadinya
wilayah atau negeri lain (tanah jajahan) atau satu usaha untuk mendapatkan sebuah wilayah baik
melalui paksaan atau dengan cara damai. Usaha untuk mendapatkan wilayah biasanya melalui
penaklukan. Penaklukan atas sebuah wilayah bisa dilakukan secara damai atau paksaan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada mulanya mereka membeli barang dagangan dari penguasa
lokal, untuk memastikan pasokan barang dapat berjalan lancar mereka kemudian mulai campur
tangan dalam urusan pemerintahan penguasa setempat dan biasanya mereka akan berusaha
menjadikan wilayah tersebut sebagai tanah jajahan mereka. Negara yang menjajah menggariskan
panduan tertentu atas wilayah jajahannya, meliputi aspek kehidupan sosial, pemerintahan, undang-
Sejarah perkembangan kolonialisme bermula ketika Vasco da Gama dari Portugis berlayar
ke india pada tahun 1498. Di awali dengan pencarian jalan ke Timur untuk mencari sumber
rempah-rempah perlombaan mencari tanah jajahan dimulai. Kuasa Barat Portugis dan Spanyol
3 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme
Sampai Nasionalisme, jilid 2, (Jakarta, PT Gramedia, 1980) hlm 18.
4
kemudian diikuti Inggris dan Belanda berlomba-lomba mencari daerah penghasil rempah-rempah
Penguasaan wilayah yang awalnya untuk kepentingan ekonomi akhirnya beralih menjadi
penguasaan atau penjajahan politik yaitu campur tangan untuk menyelesaikan pertikaian, perang
saudara, dan sebagainya. Ini karena kuasa kolonial tersebut ingin menjaga kepentingan
perdagangan mereka daripada pergolakan politik lokal yang bisa mengganggu kelancaran
Sejarah kolonialisme Eropa dibagi dalam tiga peringkat. Pertama dari abad 15 hingga
Revolusi industri (1763) yang memperlihatkan kemunculan kuasa Eropa seperti Spanyol dan
Portugis. Kedua, setelah Revolusi Industri hingga tahun 1870-an. Ketiga, dari tahun 1870-an
hingga tahun 1914 ketika meletusnya Perang Dunia I yang merupakan puncak pertikaian kuasa-
kuasa imperialis. Di antara bangsa-bangsa Barat yang datang di Indonesia, Belandalah yang paling
bernafsu menguasai Indonesia. Untuk melaksanakan tekadnya itu Belanda mendirikan VOC. VOC
adalah kongsi dagang Belanda yang mencari keuntungan yang sebesar-besarnya di Indonesia. Oleh
karena itu, mereka tidak menghiraukan kemajuan Indonesia. Setelah satu abad malang melintang
di Indonesia, pada tahun 1799 VOC dibubarkan4. Setelah VOC bubar, Indonesia diserahkan
Dengan demikian sejak tanggal 1 Januari 1800 Indonesia dijajah langsung oleh negeri
Belanda. Sejak saat itu Indonesia disebut Hindia Belanda. Sejak itu di Indonesia berlangsung masa
kolonialisme. Setelah Indonesia menjadi Hindia Belanda, ternyata nasibnya juga tidak lebih baik
dibanding masa VOC. Hal ini disebabkan karena karakter pimpinan kolonial di Indonesia yang
kurang bersahabat dengan rakyat dan tujuan Belanda menguasai Indonesia juga tidak berubah.
Indonesia yang sejak dahulu telah dikenal sebagai penghasil rempah-rempah, selalu menjadi
incaran banyak bangsa untuk menguasai Indonesia. Tidak heran banyak terjadi perang antarbangsa
untuk memperebutkan Indonesia.
4 Soetandyo Wignjosoebroto, Dari Hukum Kolonial ke Hukum Nasional, (Jakarta: Raja Grafindo, 1994),
hlm. 20.
5
B. Tinjauan Umum Zaman Pasca Proklamasi Kemerdekaan
1. Masa Indonesia Merdeka
Sehari setelah proklamasi, 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang pertama. Sidang
tersebut berhasil mengesahkan UUD serta menunjuk Ir. Soekarno sebagai Presiden
Republik Indonesia dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden. Dalam sidang berikutnya
berhasil dibentuk berbagai kementrian dan pembagian wilayah Indonesia menjadi delapan
(8) provinsi. Selanjutnya dibentuk juga Komite Nasional, Partai Nasional dan Badan
Keamanan Rakyat. Sedikit demi sedikit aparat pemerintahan semakin lengkap. Sehingga
roda pemerintahan pun mulai berjalan.
2. Perundingan Indonesia-Belanda
a. Perundingan di Linggarjati pada tahun 1946
b. Perundingan Renville pada tahun 1947-1948
c. Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949
4. Orde Lama
Pada masa orde lama, sistem pemerintahan di Indonesia mengalami beberapa peralihan.
Indonesia pernah menerapkan sistem pemerintahan presidensial, parlementer, demokrasi
liberal, dan sistem pemerintahan demokrasi terpimpin. Berikut penjelasan sistem
pemerintahan masa Soekarno
6
Dekrit Presiden itu juga menetapkan pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS), Dewan Permusyawaratan Rakyat Sementara (DPRS), Dewan
Perancang Nasional (Deparnas). Dekrit yang kemudian dikenal dengan nama Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 ini mengawali masa demokrasi terpimpin dalam pemerintahan
Republik Indonesia.
5. ORDE BARU
Orde Baru adalah tatanan seluruh peri kehidupan rakyat, bangsa dan negara Indonesia yang
diletakkan kembali pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen. Kelahiran Orde Baru ini tidak dapat dipisahkan dari peristiwa G 30 S/PKI
dan dikeluarkannya Supersemar 1966. Terbitnya Supersemar merupakan sarana bagi upaya
penyelesaian kemelut politik yang menimpa bangsa Indonesia sebagai akibat
pemberontakan G 30 S/PKI.
Orde Baru lahir dari diterbitkannya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun
1966, yang kemudian menjadi dasar legalitasnya. Orde Baru bertujuan meletakkan kembali
tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan negara pada kemurnian pelaksanaan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
6. Masa Reformasi
Munculnya Gerakan Reformasi karena Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu
menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam
keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Oleh karena itu, tujuan lahirnya gerakan reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan
perikehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesulitan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan pokok merupakan faktor atau penyebab utama lahirnya gerakan
reformasi. Namun, persoalan itu tidak muncul secara tiba-tiba. Banyak faktor yang
mempengaruhinya, terutama ketidakadilan dalam kehidupan politik, ekonomi dan hukum.
Pemerintahan orde baru dipimpin presiden Soeharto selama 32 tahun, ternyata tidak
konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan cita-cita orde baru.
7
BAB III
PEMBAHASAN
Pada masa ini bermula dari hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah Belanda kepada
VOC berupa hak octrooi (meliputi monopoli pelayaran dan perdagangan, mengumumkan perang,
mengadakan perdamaian dan mencetak uang). Akhirnya Gubernur Jenderal Pieter Both diberi
wewenang untuk membuat peraturan guna menyelesaikan masalah dalam lingkungan pegawai
VOC hingga memutuskan perkara perdata dan pidana.Kumpulan peraturan pertama kali dilakukan
pada tahun 1642, Kumpulan ini diberi nama Statuta Batavia. Pada tahun 1766 dihasilkan kumpulan
ke-2 diberi nama Statuta Bara. Kekuasaan VOC berakhir pada 31 Desember 1799.
Pada masa ini, raja mempunyai kekuasaan mutlak dan tertinggi atas daerah-daerah jajahan
termasuk kekuasaan mutlak terhadap harta milik negara bagian yang lain. Kekuasaan mutlak raja
itu diterapkan pula dalam membuat dan mengeluarkan peraturan yang berlaku umum dengan nama
a. Ketetapan raja sebagai tindakan eksekutif disebut Besluit. Seperti ketetapan pengangkatan
Gubernur Jenderal.
b. Ketetapan raja sebagai tindakan legislatif disebut Algemene Verodening atau Algemene
Maatregel van Bestuur (AMVB).
Pada masa ini pula dimulai penerapan politik agraria yang disebut dengan kerja paksa oleh
Gubernur Jenderal Du Bus De Gisignes. Pada tahun 1830 pemerintah Belanda berhasil
mengkodifikasikan hukum perdata. Pengundangan hukum yang sudah berhasil dikodifikasi itu
8
Setelah itu timbul pemikiran tentang pengkodifikasian hukum perdata bagi orang-orang
Belanda yang berada di Hindia Belanda. Pemikiran itu akan diwujudkan sehingga pada tanggal 15
Agustus 1839 menteri jajahan di Belanda mengangkat komisi undang-undang bagi Hindia Belanda
yang terdiri dari Mr. Scholten van Out Haarlem (ketua) dan Mr. J. Schneither serta Mr.J.F.H. van
Nes sebagai anggota. Beberapa peraturan yang berhasil ditangani oleh komisi itu dan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa tata hukum pada masa Besluiten Regerings terdiri dari
peraturan-peraturan tertulis yang dikodifikasikan. Peraturan tertulis yang tidak dikodifikasi, dan
peraturan-peraturan tidak tertulis yang khusus berlaku bagi orang bukan golongan Eropa.
Tahun 1848 diadakan perubahan Grondwet Belanda dari monarkhi absolut menjadi
monarki konstitusional (pasal 59). Kekuasaan tertinggi tetap berada pada raja tetapi
kebijaksanaan di bidang pemerintahan, keuangan dan jajahan diatur dengan UU.
Pada 1855, Regering Reglemeent (RR) diberlakukan di Hindia Belanda sebagai peraturan
dasar golongan penduduk Hindia Belanda. Menurut pasal 109 RR, golongan penduduk
dibedakan berdasarkan pada yang menjajah dan yang dijajah. Pada 1 januari 1920 (RR)
mengalami perubahan beberapa pasal. Pasal 75 RR (baru) membedakan golongan
penduduk menjadi pendatang dan yang didatangi. Yaitu golongan eropa, bumiputera dan
timur asing. Pada 1 Januari 1918 diberlakukan Wetboek van Strafrecht (kitab UU hukum
pidana) untuk semua golongan penduduk.
Bentuk-bentuk peraturan perundang-undangan pada masa RR, yaitu : Wet, dibuat oleh
Raja, Raad van State dan Staten general, KB, dibuat raja dengan nasihat dari Raad van
State dan menteri-menteri di belanda dan jajahan, Kroon Ordonnantie, dibuat Gubernur
Jenderal, Raad van Ned. Indie dan pertolongan raja, Ordonnantie, dibuat oleh gubernur
Jenderal dan Raad van Ned. Indie
9
4. Masa Indische Straatsregeling (1926-1942)
Indische Staasregeling (IS) adalah RR yang sudah diperbaharui dan berlaku tanggal 1
Januari 1926 melalui S.1925:415. Pembaruan RR atau perubahan RR menjadi IS ini karena
berubahnya pemerintahan Hindia Belanda yang berawal dari perubahan Grond Wet negeri Belanda
pada 1922. Pada masa berlakunya IS ini bangsa Indonesia sudah turut membentuk undang-undang
dan turut menentukan nasib bangsanya karena mereka turut dalam volksraad.
Pada pasal 131 IS dapat diketahui bahwa pemerintah Hindia Belanda membuka
kemungkinan adanya usaha untuk unifikasi hukum bagi ketiga golongan penduduk Hindia Belanda
pada waktu itu yang ditetapkan dalam pasal 163 IS. Tujuan pembagian golongan penduduk
sebenarnya untuk menentukan sistem-sistem hukum yang berlaku bagi masing-masing hukum
yang berlaku bagi masing-masing golongan. Sistem hukum yang berlaku bagi masing-masing
1. Hukum yang berlaku bagi golongan Eropa sebagaimana ditentukan dalam Pasal 131 IS adalah
a. Hukum perdata yang berlaku bagi golongan Eropa adalah Burgerlijk Wetboek dan
b. Hukum pidana material yang berlaku bagi golongan Eropa ialah Wetboek van
Strafrecht.
Hooggerechtshof.
10
2 Hukum yang berlaku bagi golongan pribumi adalah hukum adat dalam bentuk tidak tertulis.
Namun jika pemerintah Hindia Belanda menghendaki lain, hukum dapat diganti dengan
ordonansi yang dikeluarkan olehnya. Dengan demikian berlakunya hukum adat tidak mutlak.
Regentschapsgerecht, Landraad
a. Hukum perdata dan Hukum pidana adat mereka menurut ketentuan Pasal 11 AB.
b. Hukum perdata golongan Eropa hanya bagi golongan Timur Asing Cina untuk wilayah
Hindia Belanda.
c. WvS yang berlaku sejak 1 Januari 1918, untuk hukum pidana material.
d. Lembaga pengadilan:, Pengadilan Swapraja, Pengadilan Agama, Pengadilan Militer
Keadaan tata hukum dan politik pada masa ini berdasarkan Osamu Seirei No.1 Tahun 1942.
Ditetapkan bahwa semua badan pemerintahan dan kekuasaannya, hukum dan UU dari
pemerintah yang terdahulu tetap diakui sah untuk sementara waktu, asalkan tidak
bertentangan dengan peraturan pemerintahan militer Jepang (Pasal 3).
Kemudian pemerintah bala tentara Jepang mengelurkan Gun Seirei nomor istimewa 1942,
Osamu Seirei No. 25 tahun 1944 dan Gun Seirei No.14 tahun 1942, untuk melengkapi
peraturan yang telah ada sebelumnya. Gun Seirei nomor istimewa tahun 1942 dan Osamu
Seirei No.25 tahun 1944 memuat aturan-aturan pidana yang umum dan aturan-aturan
pidana yang khusus. Gun Seirei No.14 tahun 1942 mengatur tentang pengadilan di Hindia
Belanda.
Bentuk peraturan pada masa ini disesuaikan dengan wilayahnya yaitu :
1. Wilayah Pulau jawa dan Madura, berkedudukan di Jakarta
a. Osamu Seirei, dibuat oleh Gunseirei
b. Osamu Kanrei, dibuat oleh Gunseikan
2. wilayah diluar Pulau jawa dan Madura, berkedudukan di Makasar
a. Tomi Kanrei, dibuat oleh komandan tentara di wilayah yang bersangkutan
b. Tomi Seirei, dibuat oleh komandan tentara di wilayah yang bersangkutan
11
B. Sejarah Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada Zaman Pasca
Kemerdekaan
1. Masa 1945-1949
Setelah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia menjadi bangsa yang bebas dan
tidak tergantung pada bangsa lain. Sehingga Indonesia bebas menentukan nasibnya untuk
mengatur negara dan menetapkan tata hukumnya.UUD 1945 ditetapkan sebagai Undang-
Undang Dasar dalam penyelenggaraan Pemerintahan. Sedangkan tata hukum yang berlaku
adalah segala peraturan yang telah ada dan pernah berlaku pada masa penjajahan Belanda,
masa Jepang berkuasa dan produk-produk peraturan baru yang dihasilkan oleh pemerintah
Negara Republik Indonesia dari 1945-1949.
2. Masa 1949-1950
Masa ini adalah masa berlakunya konstitusi RIS. Pada masa tersebut tata hukum yang
berlaku adalah tata hukum yang terdiri dari peraturan-peraturan yang dinyatakan berlaku
pada masa 1945-1949 dan produk peraturan baru yang dihasilkan oleh pemerintah Negara
yang berwenang untuk itu selama kurun waktu 27-12-1949 sampai dengan 16-08-1950.
3. Masa 1950-1959
Tata hukum yang diberlakukan pada masa ini adalah tata hukum yang terdiri dari semua
peraturan yang dinyatakan berlaku berdasarkan Pasal 142 UUDS 1950, kemudian
ditambah dengan peraturan baru yang dibentuk oleh pemerintah Negara selama kurun
waktu dari 17-08-1950 sampai dengan 04-07-1959.
4. Masa 1959-Sekarang
Tata hukum yang berlaku pada masa ini adalah tata hukum yang terdiri dari segala
peraturan yang berlaku pada masa 1950-1959 dan yang dinyatakan masih berlaku
berdasarkan ketentuan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 ditambah dengan berbagai
peraturan yang dibentuk setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
12
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. Perjalanan hukum di indonesia telah membawa kita jauh melihat kebelakang hukum
pada masa penjajahan sampai pada sekarang, maka untuk mewujudkan hukum yang
mengedepankan tujuan hukum, maka perlu untuk meninjau dan memperbaiki produk
hukum dan menyesuaikannya pada era globalisasi sekarang ini.
13