Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumbangan Von Savigny sebagai “Bapak Sejarah Hukum” adalah menghasilkan aliran

historis (sejarah). Cabang ilmu ini lebih muda usianya dibandingkan dengan sosiologi hukum.

Berkaitan dengan masalah ini Soedjono, menjelaskan bahwa : Sejarah hukum adalah salah satu

bidang studi hukum, yang mempelajari perkembangan dan asal usul sistem hukum dalam suatu

masyarakat tertentu dan memperbandingkan antara hukum yang berbeda karena dibatasi oleh

perbedaan waktu.1

Demikian juga hal yang senada diungkapkan oleh Soerjono Soekanto dimana dinyatakan

bahwa Perbincangan sejarah hukum mempunyai arti penting dalam rangka pembinaan hukum

nasional, oleh karena usaha pembinaan hukum tidak saja memerlukan bahan-bahan tentang

perkembangan hukum masa kini saja, akan tetapi juga bahan-bahan mengenai perkembangan dari

masa lampau. Melalui sejarah hukum kita akan mampu menjajaki berbagai aspek hukum Indonesia

pada masa yang lalu, hal mana akan dapat memberikan bantuan kepada kita untuk memahami

kaidah-kaidah serta institusi-institusi hukum yang ada dewasa ini dalam masyarakat bangsa kita.2

Undang-undang merupakan salah satu bagian dari sistem hukum. Karenanya, proses
pembentukan undang-undang akan sangat dipengaruhi oleh sistem hukum yang dianut oleh negara
tempat undang-undang itu dibentuk. Sehingga untuk mengkaji pembentukan undangundang secara
komprehensif, haruslah dimulai dengan mengkaji sistem hukum itu sendiri. Hingga kini tata
hukum peraturan perundang-undangan di,Indonesia masih pluralistic (campuran) , yakni
konfigurasi yang tersusun atas produk perundang-undangan zaman Kolonial, hukum adat, hukum
Islam, dan produk perundang-undangan nasional sesudah Proklamasi kemerdekaan, serta
ditambah sejumlah konvensi internasional dan pranata hukum asing.

1 Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Rinek Cipta, 2001), hlm 261.
2 Soerjono Soekanto, Pengantar Sejarah Hukum, (Bandung: Alumni, 1986), hlm. 9

1
Materi peraturan perundang-undangan di Indonesia pada umumnya berbasis pada sistem

hukum Eropa kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang

merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-Indie) seperti di

bidang hukum perdata ada BW (KUHPerdata saat ini) dan di hukum pidana ada WvS (KUHP saat

ini) . Akan tetapi materi peraturan perundang-undangan di Indonesia juga menganut sistem hukum

islam, diantaranya ada Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Selain itu, di

Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat yang diserap dalam perundang-undangan atau

yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan

budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara.

Salah satu kegunaan sejarah hukum adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta hukum

tentang masa lampau dalam kaitannya dengan masa kini. Sejarah hukum dapat memberikan

pandangan yang luas bagi kalangan hukum, karena hukum tidak mungkin berdiri sendiri,

senantiasa dipengaruhi oleh berbagai aspek kehidupan lain dan juga mempengaruhinya. Hukum

masa kini merupakan hasil perkembangan dari hukum masa lampau, dan hukum masa kini

merupakan dasar bagi hukum masa mendatang.

Sehingga berdasarkan uraian diatas, Sejarah hukum akan dapat melengkapi pengetahuan

kalangan hukum mengenai hal-hal tersebut. Oleh karena itu, Penulis tertarik untuk menulis

makalah yang berjudul “Tinjauan Sejarah Hukum dalam Pembentukan Undang-Undang di

Indonesia dari Zaman Kolonial hingga Pasca Kemerdekaan.

2
B. PEMBATASAN MASALAH dan RUMUSAN MASALAH

Rencana pemakalah agar tidak terlalu luas terkait permasalahan pada makalah ini, maka

pemakalah membatasi permasalahan terhadap Tinjauan Sejarah Hukum dalam

Pembentukan Peraturan Perundang- di Indonesia dari Zaman Kolonial hingga Pasca

Kemerdekaan. Sedangkan yang menjadi Rumusan Masalah ialah sebagai berikut :

1. Bagaimana Sejarah Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada Zaman

Kolonial?

2. Bagaimana Sejarah Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada masa Pasca

Kemerdekaan Indonesia?

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejarah hukum pembentukan peraturan perundang-undangan pada

zaman colonial hingga pasca kemerdekaan.

2. Untuk mengetahui sejarah hukum pembentukan peraturan perundang-undang pada masa

pasca kemerdekaan.

3
BAB II

KEPUSTAKAAN

A. Tinjauan Umum Zaman Kolonial

Koloni merupakan negeri, tanah jajahan yang dikuasai oleh sebuah kekuasaan asing.

Koloni adalah satu kawasan diluar wilayah negara asal atau induk. Tujuan utama kolonialisme

adalah kepentingan ekonomi. Kebanyakan koloni yang yang dijajah adalah wilayah yang kaya

akan bahan mentah, keperluan untuk mendapatkan bahan mentah adalah dampak dari terjadinya

Revolusi Industri di Inggris.

Istilah kolonialisme bermaksud memaksakan satu bentuk pemerintahan atas sebuah

wilayah atau negeri lain (tanah jajahan) atau satu usaha untuk mendapatkan sebuah wilayah baik

melalui paksaan atau dengan cara damai. Usaha untuk mendapatkan wilayah biasanya melalui

penaklukan. Penaklukan atas sebuah wilayah bisa dilakukan secara damai atau paksaan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pada mulanya mereka membeli barang dagangan dari penguasa

lokal, untuk memastikan pasokan barang dapat berjalan lancar mereka kemudian mulai campur

tangan dalam urusan pemerintahan penguasa setempat dan biasanya mereka akan berusaha

menjadikan wilayah tersebut sebagai tanah jajahan mereka. Negara yang menjajah menggariskan

panduan tertentu atas wilayah jajahannya, meliputi aspek kehidupan sosial, pemerintahan, undang-

undang dan sebagainya. 3

Sejarah perkembangan kolonialisme bermula ketika Vasco da Gama dari Portugis berlayar

ke india pada tahun 1498. Di awali dengan pencarian jalan ke Timur untuk mencari sumber

rempah-rempah perlombaan mencari tanah jajahan dimulai. Kuasa Barat Portugis dan Spanyol

3 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional dari Kolonialisme
Sampai Nasionalisme, jilid 2, (Jakarta, PT Gramedia, 1980) hlm 18.

4
kemudian diikuti Inggris dan Belanda berlomba-lomba mencari daerah penghasil rempah-rempah

dan berusaha mengusainya.

Penguasaan wilayah yang awalnya untuk kepentingan ekonomi akhirnya beralih menjadi

penguasaan atau penjajahan politik yaitu campur tangan untuk menyelesaikan pertikaian, perang

saudara, dan sebagainya. Ini karena kuasa kolonial tersebut ingin menjaga kepentingan

perdagangan mereka daripada pergolakan politik lokal yang bisa mengganggu kelancaran

perdagangan mereka. Kolonialisme berkembang pesat setelah perang dunia I.

Sejarah kolonialisme Eropa dibagi dalam tiga peringkat. Pertama dari abad 15 hingga

Revolusi industri (1763) yang memperlihatkan kemunculan kuasa Eropa seperti Spanyol dan

Portugis. Kedua, setelah Revolusi Industri hingga tahun 1870-an. Ketiga, dari tahun 1870-an

hingga tahun 1914 ketika meletusnya Perang Dunia I yang merupakan puncak pertikaian kuasa-

kuasa imperialis. Di antara bangsa-bangsa Barat yang datang di Indonesia, Belandalah yang paling

bernafsu menguasai Indonesia. Untuk melaksanakan tekadnya itu Belanda mendirikan VOC. VOC

adalah kongsi dagang Belanda yang mencari keuntungan yang sebesar-besarnya di Indonesia. Oleh

karena itu, mereka tidak menghiraukan kemajuan Indonesia. Setelah satu abad malang melintang

di Indonesia, pada tahun 1799 VOC dibubarkan4. Setelah VOC bubar, Indonesia diserahkan

kepada pemerintah Belanda (Republik Bataaf). Pegawai-pegawai VOC menjadi pegawai

pemerintah Belanda. Hutang VOC juga menjadi tanggungan negeri Belanda.

Dengan demikian sejak tanggal 1 Januari 1800 Indonesia dijajah langsung oleh negeri
Belanda. Sejak saat itu Indonesia disebut Hindia Belanda. Sejak itu di Indonesia berlangsung masa
kolonialisme. Setelah Indonesia menjadi Hindia Belanda, ternyata nasibnya juga tidak lebih baik
dibanding masa VOC. Hal ini disebabkan karena karakter pimpinan kolonial di Indonesia yang
kurang bersahabat dengan rakyat dan tujuan Belanda menguasai Indonesia juga tidak berubah.
Indonesia yang sejak dahulu telah dikenal sebagai penghasil rempah-rempah, selalu menjadi
incaran banyak bangsa untuk menguasai Indonesia. Tidak heran banyak terjadi perang antarbangsa
untuk memperebutkan Indonesia.

4 Soetandyo Wignjosoebroto, Dari Hukum Kolonial ke Hukum Nasional, (Jakarta: Raja Grafindo, 1994),
hlm. 20.

5
B. Tinjauan Umum Zaman Pasca Proklamasi Kemerdekaan
1. Masa Indonesia Merdeka
Sehari setelah proklamasi, 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidang pertama. Sidang
tersebut berhasil mengesahkan UUD serta menunjuk Ir. Soekarno sebagai Presiden
Republik Indonesia dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden. Dalam sidang berikutnya
berhasil dibentuk berbagai kementrian dan pembagian wilayah Indonesia menjadi delapan
(8) provinsi. Selanjutnya dibentuk juga Komite Nasional, Partai Nasional dan Badan
Keamanan Rakyat. Sedikit demi sedikit aparat pemerintahan semakin lengkap. Sehingga
roda pemerintahan pun mulai berjalan.

2. Perundingan Indonesia-Belanda
a. Perundingan di Linggarjati pada tahun 1946
b. Perundingan Renville pada tahun 1947-1948
c. Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949

3. Kembali ke Negara Kesatuan


Setelah ditandatanganinya Piagam Persetujuan antara Pemerintah RIS dan pemerintah RI
tanggal 19 Mei 1950, pembentukan Negara Kesatuan direalisasi.
Negara Republik Indonesia Serikat adalah negara yang terdiri atas negara-negara bagian.
Negara RIS ini terbentuk sebagai tidak lanjut dari hasil Konferensi Meja Bundar (KMB)
tanggal 2 November 1949 di Den Haag. RIS terdiri atas 16 negara bagian, yaitu: Negara
Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur,
Negara Madura, Negara Jawa Tengah, Negara Sumatera Selatan, Negara Sumatera Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Tenggara, Kalimantan Timur, Dayak Besar, Banjar, Bangka
Belitung dan Riau.

4. Orde Lama
Pada masa orde lama, sistem pemerintahan di Indonesia mengalami beberapa peralihan.
Indonesia pernah menerapkan sistem pemerintahan presidensial, parlementer, demokrasi
liberal, dan sistem pemerintahan demokrasi terpimpin. Berikut penjelasan sistem
pemerintahan masa Soekarno

a. Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)


Masa Liberal di Indonesia biasa pula disebut masa kabinet parlementer. Kabinet
parlementer adalah kabinet yang pemerintahan sehari-hari dipegang oleh seorang
Perdana Menteri. Dalam masa Kabinet Parlementer ini ternyata konflik partai di
Indonesia sangat tinggi sehingga kabinet terpaksa jatuh bangun.
b. Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Akhirnya Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit pada tanggal 5 juli 1959 yang isinya
sebagai berikut :
1) Pembubaran Konstituante
2) Berlakunya kembali UUD 1945
3) Tidak berlakunya UUDS 1950

6
Dekrit Presiden itu juga menetapkan pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara (MPRS), Dewan Permusyawaratan Rakyat Sementara (DPRS), Dewan
Perancang Nasional (Deparnas). Dekrit yang kemudian dikenal dengan nama Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 ini mengawali masa demokrasi terpimpin dalam pemerintahan
Republik Indonesia.

c. Demokrasi Terpimpin Tahun 1959 – 1968


Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi dimana seluruh keputusan serta
pemikiran berpusat pada pemimpin negara, yaitu Presiden Soekarno. Sistem
Pemerintahan Demokrasi Terpimpin pertama kali diumumkan oleh Presiden Soekarno
dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal 10 November 1956

5. ORDE BARU
Orde Baru adalah tatanan seluruh peri kehidupan rakyat, bangsa dan negara Indonesia yang
diletakkan kembali pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni
dan konsekuen. Kelahiran Orde Baru ini tidak dapat dipisahkan dari peristiwa G 30 S/PKI
dan dikeluarkannya Supersemar 1966. Terbitnya Supersemar merupakan sarana bagi upaya
penyelesaian kemelut politik yang menimpa bangsa Indonesia sebagai akibat
pemberontakan G 30 S/PKI.
Orde Baru lahir dari diterbitkannya Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) pada tahun
1966, yang kemudian menjadi dasar legalitasnya. Orde Baru bertujuan meletakkan kembali
tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan negara pada kemurnian pelaksanaan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

6. Masa Reformasi
Munculnya Gerakan Reformasi karena Pemerintahan Orde Baru dinilai tidak mampu
menciptakan kehidupan masyarakat yang adil dalam kemakmuran dan makmur dalam
keadilan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Oleh karena itu, tujuan lahirnya gerakan reformasi adalah untuk memperbaiki tatanan
perikehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesulitan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan pokok merupakan faktor atau penyebab utama lahirnya gerakan
reformasi. Namun, persoalan itu tidak muncul secara tiba-tiba. Banyak faktor yang
mempengaruhinya, terutama ketidakadilan dalam kehidupan politik, ekonomi dan hukum.
Pemerintahan orde baru dipimpin presiden Soeharto selama 32 tahun, ternyata tidak
konsisten dan konsekuen dalam melaksanakan cita-cita orde baru.

7
BAB III

PEMBAHASAN

A. Sejarah Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada Zaman Kolonial

1. Masa Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) Tahun 1602-1799.

Pada masa ini bermula dari hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah Belanda kepada

VOC berupa hak octrooi (meliputi monopoli pelayaran dan perdagangan, mengumumkan perang,

mengadakan perdamaian dan mencetak uang). Akhirnya Gubernur Jenderal Pieter Both diberi

wewenang untuk membuat peraturan guna menyelesaikan masalah dalam lingkungan pegawai

VOC hingga memutuskan perkara perdata dan pidana.Kumpulan peraturan pertama kali dilakukan

pada tahun 1642, Kumpulan ini diberi nama Statuta Batavia. Pada tahun 1766 dihasilkan kumpulan

ke-2 diberi nama Statuta Bara. Kekuasaan VOC berakhir pada 31 Desember 1799.

2. Masa Besluiten Regerings (1844-1855)

Pada masa ini, raja mempunyai kekuasaan mutlak dan tertinggi atas daerah-daerah jajahan

termasuk kekuasaan mutlak terhadap harta milik negara bagian yang lain. Kekuasaan mutlak raja

itu diterapkan pula dalam membuat dan mengeluarkan peraturan yang berlaku umum dengan nama

Algemene Verordening (Peraturan pusat). Ada 2 macam keputusan raja :

a. Ketetapan raja sebagai tindakan eksekutif disebut Besluit. Seperti ketetapan pengangkatan
Gubernur Jenderal.
b. Ketetapan raja sebagai tindakan legislatif disebut Algemene Verodening atau Algemene
Maatregel van Bestuur (AMVB).

Pada masa ini pula dimulai penerapan politik agraria yang disebut dengan kerja paksa oleh

Gubernur Jenderal Du Bus De Gisignes. Pada tahun 1830 pemerintah Belanda berhasil

mengkodifikasikan hukum perdata. Pengundangan hukum yang sudah berhasil dikodifikasi itu

baru dapat terlaksana pada tanggal 1 Oktober 1838.

8
Setelah itu timbul pemikiran tentang pengkodifikasian hukum perdata bagi orang-orang

Belanda yang berada di Hindia Belanda. Pemikiran itu akan diwujudkan sehingga pada tanggal 15

Agustus 1839 menteri jajahan di Belanda mengangkat komisi undang-undang bagi Hindia Belanda

yang terdiri dari Mr. Scholten van Out Haarlem (ketua) dan Mr. J. Schneither serta Mr.J.F.H. van

Nes sebagai anggota. Beberapa peraturan yang berhasil ditangani oleh komisi itu dan

disempurnakan oleh Mr. H.L.Whicer adalah:

a. Reglement op de Rechterlijke Organisatie (RO) atau Peraturan Organisasi Peradilan.


b. Algemene Bepelingen van Wetgeving (AB) atau ketentuan-ketentuan umum tentang
perundang-undangan.
c. Burgerlijk Wetboek (BW) atau Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
d. Wetboek van Kooponhandel (WvK) atau KUHD
e. Reglement of de Burgerlijke Rechtsvordering (RV) atau Peraturan Tentang Acara Perdata.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa tata hukum pada masa Besluiten Regerings terdiri dari

peraturan-peraturan tertulis yang dikodifikasikan. Peraturan tertulis yang tidak dikodifikasi, dan

peraturan-peraturan tidak tertulis yang khusus berlaku bagi orang bukan golongan Eropa.

3. Masa Regerings Reglement/RR (1855-1926)

Tahun 1848 diadakan perubahan Grondwet Belanda dari monarkhi absolut menjadi
monarki konstitusional (pasal 59). Kekuasaan tertinggi tetap berada pada raja tetapi
kebijaksanaan di bidang pemerintahan, keuangan dan jajahan diatur dengan UU.
Pada 1855, Regering Reglemeent (RR) diberlakukan di Hindia Belanda sebagai peraturan
dasar golongan penduduk Hindia Belanda. Menurut pasal 109 RR, golongan penduduk
dibedakan berdasarkan pada yang menjajah dan yang dijajah. Pada 1 januari 1920 (RR)
mengalami perubahan beberapa pasal. Pasal 75 RR (baru) membedakan golongan
penduduk menjadi pendatang dan yang didatangi. Yaitu golongan eropa, bumiputera dan
timur asing. Pada 1 Januari 1918 diberlakukan Wetboek van Strafrecht (kitab UU hukum
pidana) untuk semua golongan penduduk.
Bentuk-bentuk peraturan perundang-undangan pada masa RR, yaitu : Wet, dibuat oleh
Raja, Raad van State dan Staten general, KB, dibuat raja dengan nasihat dari Raad van
State dan menteri-menteri di belanda dan jajahan, Kroon Ordonnantie, dibuat Gubernur
Jenderal, Raad van Ned. Indie dan pertolongan raja, Ordonnantie, dibuat oleh gubernur
Jenderal dan Raad van Ned. Indie

9
4. Masa Indische Straatsregeling (1926-1942)

Indische Staasregeling (IS) adalah RR yang sudah diperbaharui dan berlaku tanggal 1

Januari 1926 melalui S.1925:415. Pembaruan RR atau perubahan RR menjadi IS ini karena

berubahnya pemerintahan Hindia Belanda yang berawal dari perubahan Grond Wet negeri Belanda

pada 1922. Pada masa berlakunya IS ini bangsa Indonesia sudah turut membentuk undang-undang

dan turut menentukan nasib bangsanya karena mereka turut dalam volksraad.

Pada pasal 131 IS dapat diketahui bahwa pemerintah Hindia Belanda membuka

kemungkinan adanya usaha untuk unifikasi hukum bagi ketiga golongan penduduk Hindia Belanda

pada waktu itu yang ditetapkan dalam pasal 163 IS. Tujuan pembagian golongan penduduk

sebenarnya untuk menentukan sistem-sistem hukum yang berlaku bagi masing-masing hukum

yang berlaku bagi masing-masing golongan. Sistem hukum yang berlaku bagi masing-masing

golongan adalah sebagai berikut.

1. Hukum yang berlaku bagi golongan Eropa sebagaimana ditentukan dalam Pasal 131 IS adalah

hukum perdata, hukum pidana material, dan hukum acara.

a. Hukum perdata yang berlaku bagi golongan Eropa adalah Burgerlijk Wetboek dan

Wetboek van Koophandel dengan asas konkordansi.

b. Hukum pidana material yang berlaku bagi golongan Eropa ialah Wetboek van

Strafrecht.

c. Hukum acara yang digunakan ialah Reglement op de Burgerlijk Rechtsvordering dan

Reglement op de Strafvodering . Susunan peradilan yang digunakan bagi golongan

Eropa di jawa dan Madura adalah: Residentiegerecht, Raad van Justitie,

Hooggerechtshof.

10
2 Hukum yang berlaku bagi golongan pribumi adalah hukum adat dalam bentuk tidak tertulis.

Namun jika pemerintah Hindia Belanda menghendaki lain, hukum dapat diganti dengan

ordonansi yang dikeluarkan olehnya. Dengan demikian berlakunya hukum adat tidak mutlak.

Keadaan demikian telah dibuktikan dengan dikeluarkannya berbagai ordonansi yang

diberlakukan bagi semua golongan. Susunan peradilannya adalah: Districtsgerecht,

Regentschapsgerecht, Landraad

3 Hukum yang berlaku bagi golongan Timur Asing :

a. Hukum perdata dan Hukum pidana adat mereka menurut ketentuan Pasal 11 AB.
b. Hukum perdata golongan Eropa hanya bagi golongan Timur Asing Cina untuk wilayah
Hindia Belanda.
c. WvS yang berlaku sejak 1 Januari 1918, untuk hukum pidana material.
d. Lembaga pengadilan:, Pengadilan Swapraja, Pengadilan Agama, Pengadilan Militer

6. Masa Penjajahan Jepang

Keadaan tata hukum dan politik pada masa ini berdasarkan Osamu Seirei No.1 Tahun 1942.
Ditetapkan bahwa semua badan pemerintahan dan kekuasaannya, hukum dan UU dari
pemerintah yang terdahulu tetap diakui sah untuk sementara waktu, asalkan tidak
bertentangan dengan peraturan pemerintahan militer Jepang (Pasal 3).
Kemudian pemerintah bala tentara Jepang mengelurkan Gun Seirei nomor istimewa 1942,
Osamu Seirei No. 25 tahun 1944 dan Gun Seirei No.14 tahun 1942, untuk melengkapi
peraturan yang telah ada sebelumnya. Gun Seirei nomor istimewa tahun 1942 dan Osamu
Seirei No.25 tahun 1944 memuat aturan-aturan pidana yang umum dan aturan-aturan
pidana yang khusus. Gun Seirei No.14 tahun 1942 mengatur tentang pengadilan di Hindia
Belanda.
Bentuk peraturan pada masa ini disesuaikan dengan wilayahnya yaitu :
1. Wilayah Pulau jawa dan Madura, berkedudukan di Jakarta
a. Osamu Seirei, dibuat oleh Gunseirei
b. Osamu Kanrei, dibuat oleh Gunseikan
2. wilayah diluar Pulau jawa dan Madura, berkedudukan di Makasar
a. Tomi Kanrei, dibuat oleh komandan tentara di wilayah yang bersangkutan
b. Tomi Seirei, dibuat oleh komandan tentara di wilayah yang bersangkutan

11
B. Sejarah Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada Zaman Pasca

Kemerdekaan

1. Masa 1945-1949

Setelah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia menjadi bangsa yang bebas dan
tidak tergantung pada bangsa lain. Sehingga Indonesia bebas menentukan nasibnya untuk
mengatur negara dan menetapkan tata hukumnya.UUD 1945 ditetapkan sebagai Undang-
Undang Dasar dalam penyelenggaraan Pemerintahan. Sedangkan tata hukum yang berlaku
adalah segala peraturan yang telah ada dan pernah berlaku pada masa penjajahan Belanda,
masa Jepang berkuasa dan produk-produk peraturan baru yang dihasilkan oleh pemerintah
Negara Republik Indonesia dari 1945-1949.
2. Masa 1949-1950
Masa ini adalah masa berlakunya konstitusi RIS. Pada masa tersebut tata hukum yang
berlaku adalah tata hukum yang terdiri dari peraturan-peraturan yang dinyatakan berlaku
pada masa 1945-1949 dan produk peraturan baru yang dihasilkan oleh pemerintah Negara
yang berwenang untuk itu selama kurun waktu 27-12-1949 sampai dengan 16-08-1950.
3. Masa 1950-1959
Tata hukum yang diberlakukan pada masa ini adalah tata hukum yang terdiri dari semua
peraturan yang dinyatakan berlaku berdasarkan Pasal 142 UUDS 1950, kemudian
ditambah dengan peraturan baru yang dibentuk oleh pemerintah Negara selama kurun
waktu dari 17-08-1950 sampai dengan 04-07-1959.
4. Masa 1959-Sekarang
Tata hukum yang berlaku pada masa ini adalah tata hukum yang terdiri dari segala
peraturan yang berlaku pada masa 1950-1959 dan yang dinyatakan masih berlaku
berdasarkan ketentuan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 ditambah dengan berbagai
peraturan yang dibentuk setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

12
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Sejarah Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada Zaman


Kolonialisme terbagi ke dalam tiga tahapan besar, yakni: periode VOC, Hindia
Belanda hingga penjajahan Jepang. Periode kekuasaan VOC yang berlangsung dari
tahun 1602-1799 tidak banyak produk perundang-undangan yang secara langsung
berpengaruh terhadap kehidupan hanya ada Statuta Batavia dan Statuta Bara, Periode
kekuasaan pemerintah penjajah Belanda 1800-1942 dikenal tiga masa perundang-
undang, yakni Masa Besluiten Regerings (1800-1855), Masa Regerings Reglement
(1855-1926), Masa Indische Staats Regeling(1926-1942), Sedangkan Peraturan-
peraturan yang digunakan untuk mengatur pemerintah indonesia pada masa Penjajahan
Jepang dibuat dengan dasar Gun Seirei melalaui Osamu Seirei.

2. Sejarah Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada Zaman Pasca


Kemerdekaan dapat dilihat dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 yang
menentukan bahwa “segala badan dan negara dan peraturan yang ada masih langsung
berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-undang Dasar ini”. Dari
ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa hukum yang dikehendaki untuk mengatur
penyelenggaraan negara adalah peraturan-peraturan yang telah ada dan berlaku sejak
masa sebelum Indonesia merdeka. Hal ini berarti segala peraturan yang telah ada dan
berlaku pada zaman penjajahan Belanda dan masa pemerintah bala tentara Jepang,
tetap diberlakukan. Pernyataan itu adalah untuk mengisi kekosongan hukum, sambil
menunggu produk peraturan yang dibentuk oleh pemerintah negara Republik Indonesia

B. SARAN

1. Perjalanan hukum di indonesia telah membawa kita jauh melihat kebelakang hukum
pada masa penjajahan sampai pada sekarang, maka untuk mewujudkan hukum yang
mengedepankan tujuan hukum, maka perlu untuk meninjau dan memperbaiki produk
hukum dan menyesuaikannya pada era globalisasi sekarang ini.

13

You might also like