Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Perencanaan Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan (Ecodrainage)

Di Kelurahan Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang


Nisaul Kamila*) Irawan Wisnu Wardhana **) Endro Sutrisno**)
Email: Kamila.nisaul@yahoo.com

ABSTRACT

Application of conventional drainage systems in densely populated areas can result in inundation
upstream or downstream flooding. The purpose of this project is to determine the rainfall, the capacity of the
existing drainage systems, drainage systems and environmental planning (Ecodrainage) in the study area.
Planning is starting from the evaluation of the existing drainage channel in the study area through analysis of
rainfall with Log Person III method in which rainfall data obtained from the Meteorology, Climatology and
Geophysics (BMKG) Prov. Central Java, and the Department of Water Resources Management (PSDA) Prov.
Central Java, then planned Ecodrainage system by implementing rain water infiltration buildings that may be
applied in the study area, as well as comparing with the existing drainage system, especially on the capacity of
drainage and discharge, discharge well absorbed, as well as the rest of the over flow water discharge into the
drainage channel. Of planning done showed that after applying Ecodrainage, many channels that were not
initially meet to hold all the water runoff, be fulfilling. By comparison discharge to the existing drainage system:
water runoff into the channel: 8.643 m3 / s and no discharge of water is absorbed, while for Ecodrainage, rain
runoff water discharge: 8.643 m3 / s, the flow of water absorbed 4.419 m3 / s, and discharge the rest goes into
the channel: 4.224 m3 / s.
Keywords: Ecodrainage, Log Person III, Drainage and Debit.

I. PENDAHULUAN air tanah, terjadi genangan saat terjadi hujan


deras di lokasi yang salurannya tidak dapat
Perkembangan berbagai pembangunan
menampung kapasitas air hujan, dan dapat
di perkotaan dan bertambahnya jumlah
mengakibatkan banjir di daerah hilir. Hal ini
penduduk memberikan dampak terhadap
bertentangan dengan Rencana Tata Ruang
permasalahan drainase seperti banyaknya
Wilayah Kota Semarang tahun 2011-2031
genangan air dan banjir.
pasal 36 tentang rencana pengendalian rob
Alih fungsi lahan dari perkebunan
dan banjir poin (d) tentang pengendalian
menjadi pemukiman menjadikan semakin
kawasan terbangun di Kecamatan Gunung
kecilnya daerah terbuka hijau (RTH) untuk
Pati, Mijen dan Ngaliyan. (Perda Kota
peresapan air karena semakin besarnya
Semarang No.14 Tahun 2011)
daerah yang diperkeras seperti aspal, beton
Menurut Parkinson dan Ole Mark
atau paving sehingga semakin besar pula air
(2005), sistem drainase berkelanjutan
hujan yang langsung masuk ke saluran
merupakan suatu sistem drainase yang selain
drainase yang dapat mengakibatkan
bertujuan untuk mengurangi permasalahan
penurunan muka air tanah (Land
yang ditimbulkan oleh adanya limpasan air
Subsidence) karena tidak adanya pengisian
hujan di permukaan, juga bertujuan untuk
1
*Mahasiswa Teknik Lingkungan FT UNDIP
**Dosen Pembimbing Tugas Akhir Teknik Lingkungan FT UNDIP
mengurangi permasalahan polusi air Limpasan air hujan dialirkan untuk
(aquatic), mengkonversi sumber daya air kemudian diresapkan (pola retensi).
dan meningkatkan nilai guna air terutama di 2. Wilayah Tengah
lingkungan perkotaan (urban). Ekologi Limpasan air hujan dialirkan ke kolam
drainase (ecological drainage atau tampungan untuk ditampung sementara atau
Ecodrainage) merupakan suatu pemikiran diresapkan bila memungkinkan (gabungan
yang ditujukan untuk mendukung suatu pola retensi dan detensi).
sistem drainase berkelanjutan di wilayah 3. Wilayah Hilir
perkotaan terutama di negara berkembang. Air limpasan dialirkan melalui saluran
drainase ke waduk atau kolam untuk
II. TINJAUAN PUSTAKA penampungan sementara (pola detensi)
sebelum dialirkan atau dipompa ke badan air
2.1. Sistem Drainase
(sungai atau laut).
Drainase perkotaan adalah sistem
Metode Ecodrainage dapat dilakukan
prasarana drainase dalam wilayah kota yang
dengan beberapa cara yaitu:
intinya berfungsi selain untuk
1. Lubang Resapan Biopori
mengendalikan dan mengalirkan limpasan
2. Sumur Resapan
air hujan yang berlebihan dengan aman, juga
3. Kolam Konservasi (detensi atau retensi)
untuk mengendalikan dan mengalirkan
4. Parit Infiltrasi
kelebihan air lainnya yang mempunyai
5. Rorak
dampak mengganggu dan/atau mencemari
6. Side River Polder
lingkungan perkotaan, yaitu air buangan
7. Penampung Air Hujan (PAH)
atau air limbah lainnya. (Hardjosuprapto,
III. METODOLOGI PERENCANAAN
1999)
Perencanaan dilakukan di Kelurahan
2.2. Drainase Berwawasan Lingkungan
Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang,
(Ecodrainage)
dimulai bulan Juni 2014 sampai bulan
Drainase berwawasan lingkungan November 2014, yang meliputi tahap
dimaksudkan sebagai upaya mengelola persiapan, perencanaan dan penyusunan
kelebihan air dengan cara meresapkan laporan.
sebanyak-banyaknya air ke dalam tanah
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
secara alamiah atau mengalirkan air ke
sungai dengan tanpa melampaui kapasitas STUDI
sungai sebelumnya (Kementerian PU, 2011).
Wilayah ini merupakan daerah hulu
Arahan penanganan drainase dapat
dengan luas 221.216 ha dimana berkembang
dibagi menjadi 3 wilayah penanganan
Perumahan Bukit Jatisari, BSB City.
sebagai berikut (Kementerian PU, 2011):
1. Wilayah Hulu

2
Permasalahan umum yang terjadi di tidak dimanfaatkan karena air yang masuk
wilayah studi: ke danau Jatisari merupakan campuran air
1. Pada saluran drainase alami tanpa hujan dengan air limbah domestik sehingga
diperkeras, terjadi pendangkalan saluran perlu pengolahan yang lebih lengkap untuk
yang disebabkan longsornya dinding bisa dijadikan air bersih.
tanah pada saluran. 5.2 Pengembangan Ecodrainage
2. Banyaknya sampah dan rumput liar
5.2.1 Analisa Daya Dukung Lingkungan
yang tumbuh di bibir saluran
Berdasarkan analisa yang telah
3. Kurangnya kesadaran warga tentang
dilakukan, sebagian besar saluran drainase
pentingnya saluran drainase, karena
eksisting masih dapat menampung debit air
wilayah ini tidak mendapatkan dampak
hujan. Selain itu, berdasarkan uji
langsung dari saluran drainase (wilayah
permeabilitas tanah yang telah, hasilnya
hulu).
memenuhi persyaratan (6.3 cm/jam > 2
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
cm/jam) sehingga dapat diterapkan beberapa
5.1 Evaluasi Sistem drainase Eksisting
metode Ecodrainage
5.1.1 Saluran Drainase 5.2.2 Rencana Teknologi Ecodrainage dan

Sebagian besar saluran drainase Debit Air Hujan Terserap (Qs)


eksisting di wilayah studi merupakan
1. Lubang Resapan Biopori (LRB)
saluran dengan pasangan batu, pasangan
Berikut ini merupakan contoh
batu bata, beton, dan sebagian saluran alami.
perhitungan jumlah lubang resapan biopori
Dengan kondisi relatif baik hingga kotor
yang dibutuhkan untuk meresapkan debit air
bahkan rusak. Namun untuk kapasitas
yang direncanakan di Jl. Duku V Ka
penampungannya, sebagian besar masih
perumahan Bukit Jatisari Elok:
memenuhi dan dapat menampug debit
Drainase tanpa Lubang Resapan Biopori:
rencana. Tetapi apabila dilihat dari segi
Q = 0.00278 x C x I x A
Ecodrainage, saluran eksisting dapat
= 0.00278 x 0.7 x 69.813mm/jam x 0.2Ha
dikatakan tidak sesuai dengan konsep ini
= 0.027 m3/s
karena samgat sedikit sekali air yang
= 0.027 m3/s
diresapkan ke dalam tanah. Untuk data
Drainase dengan Lubang Resapan Biopori:
rekapitulasi evaluasi saluran drainase
Sebelum mencari kedalaman lubang
eksisting selengkapnya dapat dilihat pada
biopori, terlebih dahulu dilakukan analisis
lampiran B laporan tugas akhir penulis.
untuk menentukan besarnya nilai faktor
5.1.2 Kolam Konservasi
geometrik (F) dimana direncanakan resapan
Kolam konservasi buatan (Danau terletak pada tanah yang seluruhnya porus
Jatisari) dapat menampung air hingga dengan seluruh dinding sumur permeable
3
volume + 11211 m namun air dari danau

3
dan dasar berbentuk setengah bola sebagai saluran drainase dengan jarak 1 meter antar
berikut: lubang, maka:
2 + R ln 2 Panjang ruas jl. Duku V = 162 m
=
ln
H + 2R
+
H
+1} n =
3R 3R
Diketahui : H = kedalaman tiap lubang (1 m) n = = 162 lubang

R = jari-jari LRB (0.05 m) Kedalaman tiap lubang = 1 meter,


F = faktor geometrik (m) maka H total = 162 x 1 m = 162 m. sehingga
2 3.14 1 + 3.14 x 0.05 ln 2 untuk menghitung debit yang terserap
=
1 + 2 x 0.05 1 adalah:
ln + ( ) +1}
3 x 0.05 3 x 0.05
Q=FxKxH
F = 2.5 m Q = 2.5 m x 1.75 x 10-5 m/s x 162 m
Kemudian mencari banyaknya jumlah Q = 0.0071 m3/s
LRB yang dibutuhkan untuk meresapkan Sehingga untuk sistem drainase dengan
seluruh debit air hujan adalah: menerapkan lubang resapan biopori (LRB)
Q=FxKxH di Jl. Duku V Ka adalah:
=  Q tanpa LRB = 0.027 /
0.027 /  Q serap dalam LRB = 0.0071 /
=
2.5 1.75 10 /  Q yang masuk ke saluran = Q – Qs
H = 617.14 m = 0.027 / - 0.0071 /
Untuk menghitung banyaknya lubang = 1.99 x 10 -2
/
resapan biopori (LRB) yang dibutuhkan 2. Sumur Resapan
adalah dengan persamaan berikut: Untuk menghitung debit air yang
n = masuk ke dalam sumur dapat dihitung

n =
. berdasarkan Sunjoto, 2008 seperti pada
contoh perhitungan di Perumahan Graha
n = 617.14 lubang = 618 lubang
Pesona Jatisari untuk rumah tipe 36 (blok
keterangan:
C4) berikut:
Q : debit air terserap oleh LRB (m3/s)
 Luas area (A) jalur C4: 0.15 Ha.
k : permeabilitas tanah (0.063 m/jam =
 Intensitas hujan (I) : 69.813 mm/jam
1.75 x 10-5 m/s)
 Koefisien limpasan (C) : 0.7
F : faktor geometrik (2.5 m)
n : jumlah LRB  Luas atap(At) : 43.2 m2, C = 0.95

Namun karena tidak tersedianya lahan  Permeabilitas tanah (k) : 0.063 m/jam

terbuka untuk membuat 2218 lubang resapan  Durasi hujan (te) : 1.36 jam

biopori, maka lubang resapan biopori  Dimensi rencana : D = 1.5 m


direncanakan akan dibuat di sepanjang  Koefisien Storasi (Cs) : 0.988
tepian jalan sebelum air dari jalan masuk ke

4
Drainase tanpa sumur resapan: ′

= 1− 2
Q = 0.00278 x C x Cs x I x A
Q = 0.00278 x 0.7 x 0.988 x 69.813 mm/jam Diketahui :
x 0.15 Ha Qsr = debit yang masuk sumur resapan
3
Q = 0.02 m /s (2.86 / )
F = faktor geometrik (12.76 m)
Drainase dengan sumur resapan: k = koefisien permeabilitas tanah (0.063m)
Air hujan yang masuk ke dalam sumur Te = durasi hujan (1.36 jam)
resapan merupakan air yang berasal dari n = porositas material pengisi (0.4)
atap rumah. Untuk setiap sumur resapan di 2.86 −12.76 0.063 1.36
= 1−
12.76 0.063 0.4 3.14 0.75
setiap rumah dapat meresapkan air hujan
H’ = 3.52 m
sebesar:
Di jalur C4, terdiri dari 15 rumah tipe
Qsr = 0.00278 x C atap x I x A atap
36, dan 1 buah fasilitas umum.
Qsr = 0.00278 x 0.95 x 69.795 mm/jam x Direncanakan semua rumah (15 rumah)
4.32 10 memiliki sumur resapan, sehingga debit air
Qsr = 7.95 10 / yang masuk ke dalam sumur resapan di jalur
Sebelum menghitung kedalaman sumur C4 adalah sebesar:
resapan, terlebih dahulu dihitung faktor Qs = 15 x Qsr
geometrik (f) yang direncanakan sumur Qs = 15x 7.95 10 / = 0.012 /
resapan segi empat dengan dinding sumur
Sehingga untuk sistem drainase dengan
porus setinggi H” dengan dasar sumur rata. menerapkan sumur resapan di Jalur C4
Berikut adalah contoh perhitungannya: adalah:
2 + 2
=  Q tanpa sumur resapan= 0.02 /
+2
ln( + ( ) + 1)  Q terserap dalam sumur resapan =
2 2
Diketahui : 0.012 /
f = faktor geometrik (m)  Q yang masuk ke saluran= Q – Qs
L = ketinggian dinding porus (2 m) = 0.02 / - 0.012 /
R = Jari-jari (0.75 m) = 0.008 /
2 3.14 2 + 3.14 0.75 2 3. Parit Infiltrasi
=
2 + 2 0.75 2 Direncanakan parit infiltrasi akan
ln( + ( ) + 1)
2 0.75 2 0.75
diaplikasikan di pemukiman penduduk
F = 12.76 m
dimana parit akan diisi dengan material batu.
Direncanakan sumur resapan dengan
Berikut adalah contoh perhitungan di
diisi oleh material batu, sehingga perlu
pemukiman jalur 1 Ka:
dihitung ketinggian air dan material di
Drainase tanpa parit infiltrasi:
dalam sumur adalah:
Q = 0.00278 x C x Cs x I x A

5
Q = 0.00278 x 0.3 x 0.981 x 75.762 mm/jam −111.13 0.063 3.1
617 =
111.13 0.063 1
0.4 0.6 ln 1 −
x 1.3 Ha + Q Sebelumnya
−21.7
Q = 0.602 / 617 =
7
0.4 0.6 ln 1 −
Drainase dengan parit infiltrasi
7
Sebelum menghitung debit air −21.7 = 246.8 0.6 ln 1 −

limpasan yang akan terserap oleh parit Q = 51.44 m3/jam


infiltrasi, terlebih dahulu dihitung faktor Q = 0.014 m3/s
geometrik yang direncanakan dinding parit Sehingga untuk sistem drainase dengan
seluruhnya porus dengan dasar parit rata, menerapkan parit infiltrasi di Jalur 1 Ka
sebagai berikut: adalah:
4 " + 4√ 2  Q tanpa parit infiltrasi = 0.602 /
=
" + 4√ "  Q terserap dalam parit infiltrasi
ln( + ( ) + 1)
6√ 6√ = 0.014 /
Diketahui :  Q yang masuk ke saluran drainase
H” = kedalaman parit rencana (1 m) Q = Q – Qs
P = panjang parit rencana (617 m) = 0.602 / - 0.014 /
L = lebar parit (0.6 m) = 0.558 /
4 1 + 4√617 0.6 2 4. Rorak
=
ln(
1 + 4√617 0.6
+ (
1
) + 1)
Direncanakan rorak akan diaplikasikan
6√617 0.6 6√617 0.6
di dalam saluran drainase dengan jarak antar
f = 111.13 m
rorak 1.5 m, dimana rorak akan diisi dengan
Untuk mencari debit yang terserap
material batu. Berikut adalah contoh
pada parit infiltrasi sepanjang 617 m,
perhitungan di Jl. Duku V Ka perumahan
digunakan persamaan dari Sunjoto, 2008
Bukit Jatisari Elok:
berikut:
Drainase tanpa rorak:

= Debit yang masuk ke saluran drainase,
ln 1 − adalah debit sisa yang telah diresapkan oleh
Diketahui: LRB yang kemudian masuk ke saluran
P’ = panjang parit berisi material (617 m) drainase, yaitu sebesar:
f = faktor geometrik (111.13m) Q yang masuk ke saluran drainase
k = koefisien permeabilitas tanah (0.063 = Q limpasan – Q serapan LRB
m/jam) = 0.027 / - 0.0071 /
H = kedalaman parit (1 m) = 1.99 x 10-2 /
n = porositas material pengisi (0.4)
Q = debit air masuk parit Drainase dengan rorak:
Te = durasi hujan (2.04 jam) Sebelum menghitung debit yang akan
terserap oleh rorak, terlebih dahulu dihitung

6
faktor geometrik yang direncanakan rorak 0.41
1− = 6.75 10
dengan dinding seluruhnya porus dengan 0.41 − 0.41
− = = 6.75 10
dasar sumur rata, sebagai berikut:
− 0.41 = 6.75 10
4 " + 4√ 2
= − 0.41 = 6.75 10
" + 4√ " 0.999 Q = 0.41
ln( + ( ) + 1)
6√ 6√
Q = 0.41 m3/jam
Q = 1.14 x 10-4 m3/s
Diketahui : Direncanakan rorak akan dibuat di
H” = kedalaman rorak rencana (1 m) sepanjang saluran drainase dengan jarak
P = panjang parit rencana (0.5 m) antar rorak 1.5 m. sehingga untuk panjang
L = lebar parit (0.3 m) saluran 162 m, akan dibuat 81 rorak dengan
4 1 + 4√0.5 0.3 2 ukuran panjang: 0.5 m, lebar sesuai dengan
=
1 + 4√0.5 0.3 1 lebar saluran: 0.3 m dan kedalaman 1 m.
ln( + ( ) + 1)
6√0.5 0.3 6√0.5 0.3
sehingga total debit yang tersesap oleh rorak
f = 6.49 m
di sepanjang Jl. Duku V Ka adalah:
Untuk mencari debit yang terserap
Qs = 81 rorak x Q serap tiap rorak
pada tiap rorak, digunakan persamaan dari
Qs = 81 x 1.14 x 10-4 m3/s
Sunjoto, 2008 berikut:
Qs = 0.0092 m3/s

= Sehingga untuk sistem drainase dengan
ln 1 −
menerapkan rorak di sepanjang Jl. Duku V
Diketahui: Ka adalah:
P’ = panjang rorak berisi material (0.5 m)  Q tanpa rorak = 1.99 x 10-2 /
f = faktor geometrik (6.49 m)
 Q terserap dalam parit infiltrasi =
k = koefisien permeabilitas tanah (0.063
0.0092 /
m/jam)
 Q yang masuk ke saluran = Q – Qs
H = kedalaman parit (1 m)
= 0.089 / - 0.0092 /
n = porositas material pengisi (0.4)
= 0.08 /
Q = debit air masuk rorak ( / )
VI. PENUTUP
Te = durasi hujan (3.1 jam)

0.5 =
−6.49 0.063 3.1 6.1 Kesimpulan
6.49 0.063 1
0.4 0.3 ln 1 −
1. Besarnya curah hujan wilayah rata-
−1.267
0.5 =
0.4 0.3 ln 1 −
0.41 rata di Kelurahan Jatisari, Kecamatan

0.41
Mijen, Kota Semarang adalah 138.34
−1.267 = 0.06 ln 1 −
mm/jam, sehingga menghasilkan
0.41 −1.267
ln 1 − = debit air hujan yang masuk ke saluran
0.06
0.41 sebesar 8.643 m3/s
ln 1 − = −21.12

7
2. Sebagian besar dimensi saluran d. Rorak dibuat di sepanjang saluran
drainase eksisting di Kelurahan drainase di perumahan padat
Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota penduduk yang tidak memiliki lahan
Semarang masih mampu menerina terbuka yang cukup untuk peresapan,
limpasan air hujan, namun kondisi dengan jumlah total 11966 buah, dan
fisiknya sebagian besar cukup buruk debit serap sebesar 1.363 m3/s.
seperti terjadinya pendangkalan oleh e. Kolam konservasi (danau Jatisari)
sedimen, banyaknya sampah, rumput,
serta banyauknya saluran yang
terputus terutama di wilayah 6.2 Saran
pemukiman. 1. Dilakukan pemeliharaan secara berkala
3. Direncanakan sistem drainase pada saluran drainase seperti
berwawasan lingkungan pembersihan sampah dan sedimen,
(Ecodrainage) dengan menerapkan serta pada bangunan peresapan yang
bangunan peresapan sehingga total telah dibuat, dan dilakukan perbaikan
3
debit yang terserap adalah 4.419 m /s, bila diperlukan.
dan sisa debit yang masuk ke saluran 2. Bila memungkinkan, maka dilakukan
drainase adalah 4.224 m3/s. Bangunan penambahan bangunan peresapan baik
peresapan tersebut berupa: untuk jenis bangunan yang telah ada,
a. Lubang resapan biopori yang dibuat maupun menambanh bangunan
di tepi jalan untuk perumahan, dan peresapan baru untuk memperkecil
dibuat menyebar di pekarangan untuk debit sisa yang masuk ke saluran
pemukiman, berjumlah total 43900 sehingga sistem drainasenya semakin
lubang, dengan debit serap total berwawasan lingkungan.
3
sebesar 1.92 m /s.
DAFTAR PUSTAKA
b. Sumur resapan yang dibuat di tiap
Arifki, Funny. 2005. Tinjauan Yuridis
rumah di beberapa tempat yang
Penatagunaan Tanah Dalam
memiliki lahan yang cukup, seperti di
Rangka Pengembangan Wilayah
perumahan yang masih dalam
Kota Bagi Pembangunan Kawasan
pengembangan, serta di pemukiman,
Perumahan Dan Permukiman Bukit
dengan jumlah total 827 buah, dengan
Semarang Baru (BSB) Di Kota
debit serap total sebesar 0.83 m3/s.
Semarang. Semarang: Universitas
c. Parit infiltrasi dibuat di sepanjang
Diponegoro
saluran drainase pemukiman, dengan
Brata, Kamir R. Kompas 31 Januari 2008.
panjang total 10181 m, dan debit
15 Manfaat dari Pembuatan
serap total sebesar 0.231 m3/s.
Lubang Resapan biopori. Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor

8
Hadihardjadja, Joetata. 1997. Drainase dalam Laporan Tugas Akhir
Perkotaan. Jakarta: Universitas Program Studi Teknik Pengairan.
Gunadarma Malang: Universitas Brawijaya
Hardjosuprapto, Moh. Masduki. 1999. SK SNI T-06-1990-F. Tata Cara Teknik
Drainase Perkotaan.Departmen Pembuatan Sumur Resapan Air
Pekerjaan Umum Jawa Barat. Hujan untuk Lahan Pekarangan.
Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2011 Sugiyono. Metodologi Penelitian
tentang Drainase Perkotaan Pendidikan.
Kesuma, Reza Wijaya. 2012. Studi Sunjoto. 2011. Teknik Drainase Pro-Air.
Pemaksimalan Resapan Air Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Hujan Menggunakan Lubang Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan
Resapan Biopori untuk yang Berkelanjutan. Yogyakarta :
Mengatasi Banjir. Bandung: ANDI
Institut Teknologi Bandung www.westchestergov.com/.../Post%20Constr
Linsley, R.K., Kohler, M.A., and Paulhus, uction%20Stormwater.htm
J.L.H., 1982, hydrology for www.lowimpactdevelopment.org
Engineers, McGraw-Hills, New http://bpbd.jakarta.go.id/lubang-resapan-
York, USA biopori-sederhana-tepat-guna/
Parkinson, Jonathan and Ole Mark. 2005. http://padeblogan.com/2008/11/02/perlu-
Urban Stormwater Management in sumur-resapan-air-hujan/
Developing Countries. IWA http://bebasbanjir2025.wordpress.com/tekno
Publishing: London logi-pengendalian-
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 banjir/penampungan-air-hujan/
Tahun 2011 tentang Rencana Tata http://matamata.com/news/2014/02/17/1224
Ruang Wilayah Kota Semarang 50/polder-system-solusi-atasi-
Tahun 2011-2031 banjir-di-jakarta/
Rasmita, Ginting. 2010. Laju Resapan Air
pada Berbagai Jenis Tanah dan
Berat Jerami dengan Menerapkan
Teknologi Biopori di Kecamatan
Medan Amplas. Medan: Universitas
Sumatera Utara
Setiawan, Farizal A., Runi Asmaranto dan
M. Janu Ismoyo. 2012. Studi
Penggunaan Sumur Resapan Guna
Mengurangi Limpasan Permukaan
Kelurahan Merjosari Kota Malang

You might also like