Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

PENGARUH INDEKS SAHAM GLOBAL

DAN KONDISI MAKRO INDONESIA TERHADAP


INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN BURSA EFEK
INDONESIA

Pardomuan Sihombing
Magister Ilmu Ekonomi, Universitas Mercu Buana, Indonesia
E-mail: pardomuan_sihombing@yahoo.com

Rizal
Magister Ilmu Ekonomi, Universitas Trisakti, Indonesia
E-mail: thomrizal04@gmail.com

Abstract
The objective of this research is to examine the effect of global stock indices and marco
economic condition of Indonesia to Jakarta Stock Exchange Composite Index (JCI). The
global stock indices that had been analyzed in this research are Dow Jones Industrial
Average (DJIA), Nikkei 225 (N225), Shanghai Stock Exchange Composite (SSE), Financial
Times Stock Exchange 100 (FTSE 100), and Hang Seng Index (HSI). The macro economic
indicator that had been analyzed in this research are exchange rate United States dollar to
Indonesian rupiah, inflation and BI rate. This research was conducted using secondary data.
Research periods are 10 years for 120 months since January 2008 until December 2012. This
study was analyzed by using error correction model (ECM). By using this method, it can be
analyzed the short and long term influence from the independent variables to the dependent
variable with its analysis techniques to correct long term imbalances. The result shows that
in short term, only DJIA, exchange rate and BI rate have significant effect on JCI. While in
long term, DJIA, N225, SSE, HSI, and BI rate have significant effect on JCI. Adjusted R-
square value of 0.444987 can illustrate that the dependent variable is explained by the
independent variables for 44.499 percent, while the rest are influenced by the other
variables.

Keywords: Error Correction Model, Global Stock Indices, JCI, Macro Economic
Indicator

135
Media Ekonomi Vol. 22 No. 2 Agustus 2014

PENDAHULUAN terlihat dari perkembangan Indeks


Harga Saham Gabungan (IHSG)
Pasar modal dapat yang mengalami pertumbuhan
didefinisikan sebagai tempat untuk sebesar 979,15 persen dari Januari
mentransaksikan modal jangka 2000 ke Desember 2015. Pada 7
panjang, dimana permintaan April 2015, IHSG membukukan
diwakili oleh perusahaan penerbit rekor tertingginya ketika ditutup
surat berharga dan penawaran pada level 5.523,29. Hingga 30
diwakili oleh para investor Desember 2015, terdapat 521
(Widoatmodjo, 2015). Pasar perusahaan yang tercatat di Bursa
modal merupakan salah satu Efek Indonesia (BEI). Meski
sarana bagi perusahaan yang ingin demikian, kondisi pasar modal di
meningkatkan kebutuhan dana Indonesia masih tergolong rentan
jangka panjang untuk menunjang dengan kondisi atau kejadian-
kelangsungan usaha. Selain itu, kejadian ekonomi dunia secara
pasar modal juga bisa menjadi umum. Pada 8 Oktober 2008,
alternatif bagi para investor yang IHSG sempat mengalami
hendak menginvestasikan dananya penurunan drastis sebesar 10,38
dengan beragam tingkat persen atau 168,05 poin ke level
pengembalian dan tingkat risiko 1.451,67. Hal ini terkait dengan
yang dihadapi (Hartono, 2015). adanya krisis ekonomi di Amerika
Menurut Undang-Undang Serikat yang disebabkan oleh
Republik Indonesia No. 8 Tahun subprime mortgage.
1995 tentang pasar modal, pasar Imbas dari krisis di
modal memiliki peran yang Amerika Serikat juga terasa
strategis dalam pembangunan hingga Indonesia. Menurut data
nasional. Hal ini menjadikan pasar dari Bank Indonesia, besarnya
modal di Indonesia telah menjadi inflasi pada September 2008
bagian dalam instrumen mencapai 12,14 persen, dan nilai
perekonomian, sehingga tukar rupiah terhadap dolar
perkembangannya dapat Amerika Serikat terus
digunakan untuk melihat terdepresiasi hingga mencapai
gambaran perekonomian Rp12.151,00. Nilai IHSG juga
Indonesia. mengalami kemerosotan hingga
Secara keseluruhan, dapat mencapai level 1.451,67 dan
dikatakan bahwa pasar modal membuat IHSG menutup
Indonesia merupakan pasar yang perdagangan sementara selama
sedang berkembang. Hal ini dua hari pada 8 dan 9 Oktober
136
Pengaruh Indeks Saham Global dan Kondisi Makro Indonesia Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia

2008 (Antara, 2008). Adanya Pasar Negara Kapitalisasi


Modal Pasar*
pengaruh dari krisis di Amerika
Group
Serikat yang berpengaruh terhadap SIX Swiss Swiss 1,519.32
pasar modal Amerika Serikat dan Exchanges
*dalam miliar dolar Amerika Serikat
Indonesia menunjukkan adanya Sumber: World Stock Exchange, data
integrasi antar bursa. Pada diolah, 2016
umumnya para ahli sepakat bahwa
bursa–bursa saham di dunia saling Berdasarkan data pada
terkait satu sama lain. Biasanya, Tabel 1, maka terdapat lima
bursa yang lebih besar akan negara yang memiliki pasar modal
mempengaruhi bursa yang lebih terbesar di dunia, yakni Amerika
kecil (Mansur, 2005). Besarnya Serikat, Jepang, China, Inggris
kapitalisasi pasar modal global dan Hong Kong. Besarnya
terbesar per 31 Desember 2015 kapitalisasi pasar modal Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 1. yang mencapai Rp4.873 triliun
atau $353.27 miliar tergolong
Tabel 1. Kapitalisasi Pasar kecil jika dibandingkan dengan
Modal Global Terbesar lima negara berkapitalisasi pasar
Pasar Negara Kapitalisasi terbesar di dunia. Melihat pasar
Modal Pasar*
New York Amerika 17,786.79 modal Indonesia sedang
Stock Serikat berkembang dengan baik, banyak
Exchange investor asing yang tertarik untuk
NASDAQ Amerika 7,280.75
Serikat menginvestasikan dananya di
Japan Jepang 4,894.92 pasar modal Indonesia.
Exchange
Group
Kondisi ini dapat dilihat
Shanghai China 4,549.29 pada
Stock Tabel 2, dimana dalam periode
Exchange 2011-2015,
London Inggris 3,878.77
Stock
Exchange
Group
Shenzhen China 3,638.73
Stock
Exchange
Hong Kong Hong 3,184.87
Exchanges Kong
and
Clearing
Deutsche Jerman 1,715.80
Boerse
TMX Kanada 1,591.93

137
Media Ekonomi Vol. 22 No. 2 Agustus 2014

Tabel 2. Proporsi kepemilikan saham di Pasar Modal Indonesia


2011 2012 2013 2014 2015
Nilai* % Nilai* % Nilai* % Nilai* % Nilai* %
839,32 40,1 1.040, 41,2 868,80 37,0 1.026, 35,5 948,97 36,0
4 62 1 6 76 1 1
1.251, 59,8 1.484, 58,7 1.475, 62,9 1.864, 64,4 1.686, 63,9
89 6 39 9 47 4 98 9 34 9
2.091, 100 2.525, 100 2.344, 100 2.891, 100 2.635, 100
21 01 27 74 31
*dalam triliun rupiah
Sumber: Kustodian Sentra Efek Indonesia, data diolah, 2016
menanamkan modalnya di pasar
modal dapat memaksimalkan
investor asing lebih mendominasi
keuntungan dan mengendalikan
kepemilikan saham di Pasar
risiko.
Modal Indonesia. Tidak bisa
Blanchard (2006)
dimungkiri pula bahwa terdapat
menyatakan bahwa beberapa
kebiasaan dari investor domestik
faktor yang dapat mempengaruhi
untuk mengikuti strategi atau
pergerakan indeks saham suatu
perilaku dari investor asing
negara antara lain adalah indeks
sebagai acuan (Cahyono, 2000).
saham global, nilai tukar mata
Akibatnya pergerakan IHSG
uang, kondisi makro, dan faktor
sangat rentan dengan isu-isu
lainnya.
global di dunia.
Krisis ekonomi yang
Berdasarkan data pada Tabel 1,
dirasakan Amerika Serikat dan
terdapat lima negara yang
akhirnya merembet menjadi krisis
memiliki pasar modal terbesar di
global, serta jatuhnya nilai DJIA
dunia, yakni Amerika Serikat,
dan IHSG pada tahun 2008
Jepang, China, Inggris dan Hong
membuktikan bahwa pergerakan
Kong. Dengan demikian,
IHSG dipengaruhi oleh
perkembangan pasar modal
pergerakan indeks saham global
Indonesia dapat dipengaruhi oleh
lainnya dan kondisi ekonomi suatu
indeks saham lima negara
negara. Untuk itu, diperlukan
tersebut. Selain indeks saham
suatu pembuktian secara ilmiah
global, perkembangan pasar modal
guna meneliti faktor-faktor apa
suatu negara juga dipengaruhi oleh
saja yang mempengaruhi
kondisi ekonomi suatu negara.
pergerakan IHSG. Dengan
Untuk itu, diperlukan indikator
demikian, para investor yang
makro ekonomi yang bisa

138
Pengaruh Indeks Saham Global dan Kondisi Makro Indonesia Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia

menggambarkan kondisi ekonomi 100, HSI dan kondisi makro


suatu negara secara keseluruhan. Indonesia: nilai tukar, inflasi dan
BI rate terhadap pergerakan
Penelitian ini bertujuan Indeks Harga Saham Gabungan
untuk mengetahui faktor-faktor (IHSG). Penelitian ini
yang mempengaruhi pergerakan menggunakan periode penelitian
IHSG dalam kurun waktu dari tahun 2006-2015. Data yang
penelitian (Januari 2006 sampai digunakan dalam penelitian ini
dengan Desember 2015). Faktor- adalah data sekunder berupa data
faktor yang diduga mempengaruhi harga penutupan akhir bulan yang
pergerakan IHSG adalah indeks telah disesuaikan dari IHSG,
saham global dari lima pasar DJIA, N225, SSE, FTSE 100, dan
modal yang memiliki kapitalisasi HSI, serta nilai tukar rupiah
pasar terbesar di dunia, yakni Dow terhadap dolar Amerika Serikat,
Jones Industrial Average (DJIA, inflasi (year on year) dan BI rate
Amerika Serikat), Nikkei 225 selama Januari 2006 hingga
(N225, Jepang), Shanghai Stock Desember 2015. Sumber data
Exchange Composite (SSE, diperoleh dari Yahoo Finance,
China), Financial Times Stock investing.com dan Bank
Exchange 100 (FTSE 100, Indonesia.
Inggris) dan Hang Seng Index Metode analisis yang
(HSI, Hong Kong). Selain itu, digunakan untuk membuktikan
penelitian ini bertujuan untuk hipotesis yang diajukan dalam
mengetahui pengaruh dari penelitian ini adalah model
indikator makro ekonomi ekonometrika koreksi kesalahan
Indonesia terhadap IHSG. Adapun atau Error Correction Model
indikator makro ekonomi yang (ECM). Menurut Juanda dan
digunakan dalam penelitian ini Junaidi (2012) model ECM relatif
adalah nilai tukar rupiah terhadap baik digunakan karena faktor
dolar Amerika Serikat, inflasi gangguan yang merupakan
(year on year) dan BI rate.. equilibrium error dapat diukur.
Equilibrium error ini dapat
METODOLOGI PENELITIAN
digunakan untuk mengkaitkan
Penelitian ini menguji perilaku jangka pendek terhadap
pengaruh beberapa indeks saham nilai jangka panjang antara
global: DJIA, N225, SSE, FTSE variabel-variabel ekonomi.
139
Media Ekonomi Vol. 22 No. 2 Agustus 2014

Bila dalam jangka pendek b6ΔKURSt + b7ΔINFt + b8ΔBIRt +


terdapat keseimbangan dalam satu b9ECTt-1 + et
periode maka model koreksi Keterangan:
kesalahan akan mengoreksi pada Δ = selisih dari nilai variabel pada
periode berikutnya, sehingga t – t-1

mekanisme koreksi model ECTt 1  eˆ t 1  (IHSG t 1  IHSG t 1 )
kesalahan dapat diartikan sebagai = lag1
penyesuaian perilaku jangka et = error yang memenuhi asumsi
pendek dan jangka panjang. Untuk klasik
menganalisis pengaruh DJIA, ECT (Error Correction
N225, SSE, FTSE 100, HSI, Term) adalah nilai residual pada
inflasi, nilai tukar dan BI rate persamaan jangka panjang yang
terhadap IHSG dalam jangka dapat diinterpretasikan sebagai
panjang, maka disusun dalam kesalahan keseimbangan (error
persamaan dalam bentuk berikut: correction component) dari
IHSGt = b0 + b1DJIAt + b2N225t + periode waktu sebelumnya (t-1).
b3SSEt + b4FTSE100t + b5HSIt + ECT diperoleh dengan cara
b6KURSt + b7INFt + b8BIRt + et meregresikan variabel dependen (1)
Keterangan: dengan variabel independen secara
b0 = koefisien konstanta OLS pada persamaan jangka
b1 = koefisien regresi DJIA panjang. Residual tersebut harus
b2 = koefisien regresi N225 stasioner pada tingkat level untuk
b3 = koefisien regresi SSE dapat dikatakan memiliki
b4 = koefisien regresi FTSE 100 kointegrasi. Agar model ECM
b5 = koefisien regresi HIS layak digunakan, maka koefisien
b6 = koefisien regresi Kurs hasil regresi dari ECT harus
b7 = koefisien regresi Inflasi negatif dan signifikan (Juanda dan
b8 = koefisien regresi BI Rate Junaidi, 2012).
e = koefisien error Persamaan jangka pendek
Secara sederhana, model menjelaskan bahwa perubahan
estimasi ECM untuk persamaan variabel IHSG dalam jangka
jangka pendek adalah sebagai panjang akan diseimbangkan oleh
berikut: ECT pada periode sebelumnya.
ΔIHSGt = b0 + b1ΔDJIAt + Dalam regresi ini, Δ
b2ΔN225t + b3ΔSSEt + menggambarkan disturbance
b4ΔFTSE100t + b5ΔHSIt + jangka pendek dari masing-masing
variabel independen sementara
140
Pengaruh Indeks Saham Global dan Kondisi Makro Indonesia Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia

ECT menggambarkan penyesuaian variabel independen memberikan


menuju keseimbangan jangka hampir semua informasi yang
panjang (Juanda dan Junaidi, dibutuhkan untuk memprediksi
2012). Koefisien b9 merupakan variasi variabel-variabel dependen
faktor penyesuaian (adjustment (Basuki dan Prawoto, 2016).
factor), yang berarti bahwa Untuk melihat pengaruh semua
apabila fluktuasi dari variabel- variabel independen terhadap
variabel yang diamati ternyata variabel dependen secara simultan
menyimpang dari long-run track- atau keseluruhan, maka dilakukan
nya, maka variabel-variabel uji statistik F. Jika besarnya
tersebut akan melakukan probabilitas F hitung > α, maka
penyesuaian untuk kembali keseluruhan variabel independen
kepada long run track-nya yang secara simultan berpengaruh
tidak lain adalah track signifikan terhadap variabel
equilibrium-nya. Setelah dependen. Untuk mengetahui
ditemukan persamaan regresi seberapa jauh pengaruh satu
untuk jangka panjang dan jangka variabel independen secara
pendek dari model, maka untuk individual dalam menjelaskan
mengetahui apakah model regresi variasi variabel dependen, maka
merupakan model yang dilakukan uji statistik t. Jika nilai
menghasilkan estimator linear probabilitas t hitung > α, maka
yang tidak bias dan terbaik (Best variabel independen secara parsial
Linear Unbias Estimator), berpengaruh signifikan terhadap
diperlukan pengujian asumsi variabel dependen. (Basuki dan
klasik yang meliputi uji Prawoto, 2016). Semakin besar
normalitas, uji multikolinearitas, nilai mutlak t hitung atau semakin
uji heteroskedastisitas, dan uji kecil nilai probabilitas dari
autokorelasi. Selanjutnya untuk variabel independen, maka
mengukur seberapa jauh variabel independen tersebut
kemampuan model dalam semakin berpengaruh dominan
menerangkan variasi variabel terhadap variabel dependen
dependen, maka dapat dilihat (Gujarati dan Porter, 2009).
besarnya koefisien determinasi
yang disesuaikan (adjusted R- HASIL DAN PEMBASAHAN
square). Nilai yang mendekati 1 Berdasarkan hasil
(satu) mengartikan variabel- pengolahan data, deskripsi
141
Media Ekonomi Vol. 22 No. 2 Agustus 2014

variabel-variabel penelitian data. Hasil data statistik deskriptif


dibawah ini menunjukkan nilai yang telah diolah ditunjukkan
minimum, nilai maksimum, nilai pada Tabel 3.
rata-rata dan standar deviasi dari

Tabel 3. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian


N Mean Maximum Minimum Std.
Deviation
IHSG 120 3.313,45 5.518,68 1.230,66 1.296,73
DJIA 120 12,990.87 18,132.7 7,062.93 2,728.48
N225 120 13,187.10 20,585.24 7,568.42 3,680.67
SSE 120 2,743.23 5,954.77 1,258.05 898.8
FTSE 120 5,893.57 6,984.43 3,830.09 712.62
100
HSI 120 21,315.31 31,352.58 12,811.57 3,300.01
KURS 120 10.311,34 14.735 8.575 1.575,55
INF 120 6,95 17,92 2,41 3,29
BIR 120 7,67 12,75 5,75 1,74
Sumber: data diolah, 2016

Uji Stasioneritas (α), maka data tersebut telah


Pengujian stasioneritas ini stasioner (Basuki dan Prawoto,
dilakukan dengan menguji akar- 2016). Hasil uji stasioneritas dari
akar unit, yang salah satunya dapat setiap variabel untuk model
diuji dengan metode Augmented pengaruh indeks global dan
Dickey-Fuller (ADF). Jika nilai indikator makro terhadap IHSG
probabilitas chi-square (p-value) disajikan pada Tabel 4.
lebih kecil dari tingkat taraf nyata

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Pengujian Stasioneritas Variabel Penelitian


Level First Difference
Variabel
P-value Keterangan P-value Keterangan
IHSG 0,9375 Tidak Stasioner 0,0000 Stasioner
DJIA 0,9324 Tidak Stasioner 0,0000 Stasioner
N225 0,7122 Tidak Stasioner 0,0000 Stasioner
SSE 0,6881 Tidak Stasioner 0,0000 Stasioner
FTSE 100 0,6765 Tidak Stasioner 0,0000 Stasioner
HSI 0,6810 Tidak Stasioner 0,0000 Stasioner
KURS 0,9221 Tidak Stasioner 0,0000 Stasioner
INF 0,0138 Stasioner 0,0000 Stasioner
142
Pengaruh Indeks Saham Global dan Kondisi Makro Indonesia Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia

Level First Difference


Variabel
P-value Keterangan P-value Keterangan
BIR 0,0970 Tidak Stasioner 0,0001 Stasioner
Sumber: data diolah, 2016

Hasil uji stasioneritas pada Tabel Uji Kointegrasi


4. memperlihatkan bahwa seluruh Uji kointegrasi diperlukan
variabel, kecuali BIR tidak untuk mengetahui ada tidaknya
signifikan pada taraf nyata hubungan jangka panjang dari
konvensional (5 persen). variabel-variabel yang digunakan
Selanjutnya, dengan melakukan pada model. Salah satu metode
pengujian kembali stasioneritas yang dapat digunakan untuk
dari setiap variabel dalam kondisi melakukan uji kointegrasi, adalah
pembedaan pertama (first Engle-Granger Cointegration
difference) diperoleh bahwa setiap Test. Residual harus stasioner
variabel hasil pembedaan pertama pada tingkat level untuk dapat
sudah stasioner. Dengan kata lain, dikatakan memiliki kointegrasi
data bersifat stasioner pada (Basuki dan Prawoto, 2016). Hasil
pembedaan pertama. pengujian kointegrasi dapat dilihat
pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pengujian Kointegrasi Engle-Granger


Level
Variabel
P-value Keterangan
ECT 0,0001 Stasioner
Sumber: data diolah, 2016

Tabel 5 menunjukkan
bahwa terjadi hubungan Uji Normalitas
kointegrasi yang diperlihatkan Uji normalitas dapat
oleh hasil residual (ECT) dari dideteksi melalui uji residual
persamaan jangka panjang yang Jarque-Bera. Variabel-variabel
stasioner pada tingkat level. dalam model dikatakan normal
Dengan demikian estimasi model jika nilai probabilitas lebih besar
ECM dapat dilanjutkan. dari nilai α (Basuki dan Prawoto,
2016). Hasil uji normalitas dapat
dilihat besarnya nilai Jarque-Bera
143
Media Ekonomi Vol. 22 No. 2 Agustus 2014

adalah 1,058167 dengan besarnya LM diperoleh hasil bahwa


probabilitas sebesar 0,589145 atau besarnya probabilitas adalah
lebih besar dari nilai taraf nyata sebesar 0,7744 atau lebih besar
konvensional (0,05). Hal ini dari nilai taraf nyata konvensional
menunjukkan bahwa model (0,05). Dengan demikian, model
estimasi persamaan tidak estimasi ECM telah terbebas dari
melanggar asumsi normalitas. masalah autokorelasi.

Uji Multikolinearitas Uji Adjusted R-square


Hasil pengujian Koefisien determinasi
multikolinearitas menunjukkan yang disesuaikan (adjusted R-
bahwa setiap variabel perubahan square) pada intinya mengukur
yang diuji tidak ada yang melebihi seberapa jauh kemampuan model
angka 10, dengan demikian model dalam menerangkan variasi
estimasi ECM terbebas dari variabel dependen. Dari hasil
masalah multikolinearitas. regresi menunjukkan bahwa
besarnya nilai adjusted R-Square
Uji Heterokedastisitas adalah sebesar 0,444987. Hal ini
Hasil pengujian berarti bahwa sebanyak 44,4987
heterokedastisitas menunjukkan persen IHSG dapat dijelaskan oleh
bahwa besarnya nilai probabilitas variabel DJIA, N225, SSE, FTSE
lebih besar dari nilai taraf nyata 100, HSI, KURS, INF, dan BIR,
konvensional (0,05). Dengan sedangkan 55,5013 persen dapat
demikian, model estimasi ECM dijelaskan oleh variabel lainnya
telah terbebas dari masalah diluar penelitian ini. Besarnya
heterokedastisitas. adjusted R-Square yang
mendekati 1 mengartikan variabel-
Uji Autokorelasi variabel Uji normalitas bertujuan
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
menguji apakah dalam suatu model regresi, variabel
model regresi terdapat korelasi pengganggu atau residual
antar kesalahan pengganggu mempunyai distribusi normal. Jika
(residual) pada periode t dengan terjadi pelanggaran asumsi ini,
kesalahan pada periode t-1 maka uji statistik menjadi tidak
(sebelumnya) dengan valid.independen memberikan
menggunakan uji Lagrange hampir semua informasi yang
Multiplier (LM). Hasil pengujian dibutuhkan untuk memprediksi
144
Pengaruh Indeks Saham Global dan Kondisi Makro Indonesia Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia

variasi variabel dependen. Oleh dan 10 persen, dengan demikian


karena itu persamaan regresi variabel DJIA, N225, SSE, FTSE
berganda dalam penelitian ini 100, HSI, KURS, INF, dan BIR
menunjukkan bahwa hubungan secara simultan berpengaruh
yang terjadi cukup erat. signifikan terhadap variabel IHSG
selama periode penelitian.
Uji Statistik F
Uji signifikansi secara Uji Statistik t
simultan atau uji statistik F Uji statistik t bertujuan
bertujuan untuk mengetahui untuk menguji pengaruh antara
apakah terdapat pengaruh yang variabel independen terhadap
signifikan dari variabel variabel dependen secara parsial
independen secara simultan dengan mengasumsikan bahwa
(bersama-sama) terhadap variabel variabel yang lain dianggap
dependen. Hasil perhitungan uji konstan. Pengujian yang
statistik F dapat dilihat pada Tabel dilakukan ialah pengujian dua arah
10 dimana besarnya nilai F hitung untuk menentukan adanya
adalah sebesar 11,51194 dengan pengaruh antara variabel
besarnya probabilitas F hitung independen terhadap variabel
adalah 0,0000. Karena besarnya dependen. Hasil perhitungan uji
probabilitas F hitung lebih kecil statistik t parsial dapat dilihat pada
dari taraf nyata 1 persen, 5 persen Tabel 6

Tabel 6. Hasil Estimasi Regresi dengan Metode ECM


Variabel t-statistik P-value Variabel t-statistik P-value
Jangka Pendek Jangka Panjang
D(KURS) -3,320982 0,0012 DJIA 8,885649 0,0000
D(BIR) -2,443092 0,0162 BIR -5,997207 0,0000
D(DJIA) 1,744014 0,0840 SSE -5,390410 0,0000
D(FTSE100) 1,244485 0,2160 HSI 3,172982 0,0020
D(HSI) 0,786892 0,4331 N225 -2,362119 0,0199
D(N225) 0,746498 0,4570 FTSE100 -1,212738 0,2278
D(SSE) -0,280435 0,7797 INF 1,127151 0,2621
D(INF) -0,035971 0,9714 KURS 0,348361 0,7282
Sumber: data diolah, 2016 secara positif terhadap IHSG baik
secara jangka pendek maupun
Berdasarkan hasil jangka panjang. Hasil ini
perhitungan uji-t, diperoleh bahwa mengkonfirmasi dan sejalan
DJIA berpengaruh signifikan
145
Media Ekonomi Vol. 22 No. 2 Agustus 2014

dengan hasil penelitian yang telah kepada para investor untuk


dilakukan oleh Yang dkk (2002), menginvestasikan dananya di
dan Karim dkk (2009), yang pasar modal Indonesia, sehingga
menyatakan bahwa pasar modal di IHSG juga akan mengalami
Amerika Serikat mempunyai penurunan.
pengaruh terhadap pasar modal Hal ini juga didukung
negara lain. Sukono (2012), dengan fakta bahwa krisis
Hartanto (2013), dan Andiyasa ekonomi AS pada tahun 2008
(2014) juga menyatakan bahwa yang bermula dari krisis Subprime
DJIA berpengaruh signifikan Mortgage, merambat menjadi
terhadap IHSG. krisis global yang membuat nilai
Pada persamaan jangka berbagai indeks dunia seperti
pendek dan jangka panjang, dapat N225, SSE, FTSE 100, HSI, dan
dilihat bahwa DJIA merupakan IHSG menurun secara tajam.
variabel yang memiliki pengaruh Artinya, dominasi AS sebagai
positif paling dominan terhadap negara adidaya sangat terasa
IHSG. DJIA adalah rata-rata termasuk ke perekonomian dunia.
indeks saham terbesar di dunia, Berdasarkan hasil
sementara Amerika Serikat adalah perhitungan uji-t, diperoleh bahwa
negara dengan pasar modal yang N225 berpengaruh signifikan
memiliki kapitalisasi pasar secara negatif terhadap IHSG
terbesar di dunia, oleh karena itu secara panjang, namun tidak
pergerakan DJIA dapat memiliki pengaruh secara jangka
mempengaruhi hampir seluruh pendek. Hasil ini sejalan dengan
indeks saham dunia termasuk penelitian yang dilakukan oleh
IHSG. Yang dkk (2002), Karim dkk
Pengaruh DJIA terhadap (2009), Hartanto (2013) dan
IHSG adalah positif, yang dapat Andiyasa (2014) yang menyatakan
diartikan bahwa kenaikan bahwa pasar modal Jepang
kenaikan DJIA akan memberikan mempunyai pengaruh terhadap
sentimen positif kepada para pasar modal negara lain di dunia,
investor untuk menginvestasikan termasuk di Indonesia.
dananya di pasar modal Indonesia, Menurut data dari Bank
sehingga IHSG juga akan Indonesia, Jepang merupakan
mengalami kenaikan. Begitu pula salah satu mitra dagang utama
sebaliknya, penurunan DJIA akan Indonesia selama tahun 2010-
memberikan sentimen negatif 2015. Besarnya nilai ekspor Free
146
Pengaruh Indeks Saham Global dan Kondisi Makro Indonesia Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia

on Board (FOB) Indonesia ke panjang memiliki pengaruh


Jepang mencapai $151.062 miliar, negatif terhadap IHSG.
yang menjadikan Jepang sebagai Berdasarkan hasil
negara tujuan ekspor pertama perhitungan uji-t, diperoleh bahwa
Indonesia selama periode 2010- SSE berpengaruh signifikan secara
2015. Jepang juga menjadi negara negatif terhadap IHSG secara
asal impor terbesar ketiga bagi panjang, namun tidak memiliki
Indonesia, dengan besarnya impor pengaruh secara jangka pendek.
Indonesia dari Jepang selama Hasil ini sejalan dengan penelitian
periode 2010-2015 mencapai yang dilakukan oleh Karim dkk
$106.492 miliar. Dengan (2009) dan Hartanto (2013) yang
demikian, perekonomian Jepang menyatakan SSE mempunyai
juga mempengaruhi perekonomian pengaruh terhadap IHSG. Menurut
Indonesia, termasuk data dari Bank Indonesia, China
perkembangan pasar modal merupakan salah satu mitra
Jepang yang juga mempengaruhi dagang utama Indonesia selama
pasar modal Indonesia. tahun 2010-2015. Besarnya nilai
Pengaruh N225 yang ekspor FOB Indonesia ke China
bersifat negatif menunjukkan mencapai $114.234 miliar,
bahwa naiknya N225 akan tertinggi kedua dibawah Jepang.
menurunkan nilai IHSG, begitu China juga menjadi negara asal
pula sebaliknya, penurunan pada impor pertama bagi Indonesia
N225 akan menaikkan nilai IHSG. selama periode 2010-2015, dengan
Berdasarkan data dari Kustodian jumlah impor mencapai $164.124
Sentra Efek Indonesia seperti yang miliar. Dengan demikian,
dipaparkan pada Tabel 2, pasar perekonomian China juga
modal Indonesia masih didominasi mempengaruhi perekonomian
oleh investor asing. Investor asing, Indonesia, termasuk
termasuk investor dari Jepang, perkembangan pasar modal China
akan memilih untuk berinvestasi yang juga mempengaruhi pasar
pada pasar modal Jepang modal Indonesia.
seandainya pasar modal Jepang Pengaruh SSE yang
lebih berkembang dibanding pasar bersifat negatif menunjukkan
modal Indonesia. Hal ini bahwa naiknya SSE akan
menjadikan N225 secara jangka menurunkan nilai IHSG, begitu
pula sebaliknya, penurunan pada
147
Media Ekonomi Vol. 22 No. 2 Agustus 2014

SSE akan menaikkan nilai IHSG. menjadi mitra dagang Indonesia


Berdasarkan data dari Kustodian selama tahun 2010-2015.
Sentra Efek Indonesia seperti yang Besarnya nilai ekspor FOB
dipaparkan pada Tabel 2, pasar Indonesia ke Inggris hanya
modal Indonesia masih didominasi mencapai $9.679 miliar,
oleh investor asing. Investor asing, sedangkan besarnya impor
termasuk yang berasal dari China, Indonesia dari Inggris hanya
akan memilih untuk berinvestasi $5.902 miliar. Dengan demikian,
pada pasar modal China perekonomian Inggris juga tidak
seandainya pasar modal China berpengaruh signifikan terhadap
lebih berkembang ketimbang perekonomian Indonesia,
pasar modal Indonesia. Hal ini termasuk perkembangan pasar
menjadikan SSE secara jangka modal Inggris yang juga tidak
panjang memiliki pengaruh berpengaruh signifikan terhadap
negatif terhadap IHSG. pasar modal Indonesia.
Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil
perhitungan uji-t, diperoleh bahwa perhitungan uji-t, diperoleh bahwa
FTSE 100 tidak berpengaruh HSI berpengaruh signifikan secara
signifikan terhadap IHSG baik positif terhadap IHSG secara
secara jangka pendek maupun panjang, namun tidak memiliki
jangka panjang. Hasil ini tidak pengaruh secara jangka pendek.
sejalan dengan penelitian yang Hasil ini sejalan dengan penelitian
dilakukan oleh Kazi (2008) yang yang dilakukan Sihombing (2013)
menyatakan bahwa pasar modal yang menyatakan bahwa HSI
Inggris memiliki pengaruh berpengaruh signifikan terhadap
terhadap pasar modal di Asia. IHSG, namun tidak sejalan dengan
Namun, hasil penelitian ini sejalan penelitian oleh Valadkhani dan
dengan penelitian yang dilakukan Chancharat (2007), yang
oleh Mansur (2005), Hartanto menyatakan bahwa secara jangka
(2013), dan Andiyasa (2014) yang panjang, tidak ada kointegrasi
menyatakan bahwa FTSE 100 antara pasar modal Hong Kong
tidak memiliki pengaruh dengan pasar modal Indonesia.
signifikan terhadap IHSG. Pengaruh HSI yang
Menurut data dari Bank Indonesia, bersifat positif menunjukkan
Inggris tidak termasuk sebagai bahwa kenaikan HSI akan
salah satu negara utama yang memberikan sentimen positif
kepada para investor untuk
148
Pengaruh Indeks Saham Global dan Kondisi Makro Indonesia Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia

menginvestasikan dananya di merupakan variabel yang memiliki


pasar modal Indonesia, sehingga pengaruh negatif paling dominan
IHSG juga akan mengalami terhadap IHSG. Artinya, apabila
kenaikan. Begitu pula sebaliknya, rupiah terdepresiasi terhadap dolar
penurunan HSI akan memberikan Amerika Serikat maka pada
sentimen negatif kepada para jangka pendek, IHSG cenderung
investor untuk menginvestasikan akan melemah dan begitu juga
dananya di pasar modal Indonesia, sebaliknya, apabila rupiah
sehingga IHSG juga akan terapresiasi terhadap dolar
mengalami penurunan. Amerika Serikat maka IHSG akan
Sebagai salah satu negara mengalami penguatan.
berkembang di Asia, pasar modal Hasil ini sejalan dengan
Hong Kong menjadi salah satu penelitian yang dilakukan oleh
pasar modal dengan kapitalisasi Menike (2006), Hasibuan (2009),
pasar terbesar di dunia, yang Saputra (2011), Singh dkk (2011),
mencapai $3,184.874 miliar. dan Andiyasa (2014), yang
Kesamaan zona waktu antara menyatakan bahwa nilai tukar
Hong Kong dengan Indonesia mata uang suatu negara akan
(GMT + 7), menjadikan jam mempengaruhi pasar modal di
operasional pasar modal Hong negara tersebut. Pengaruh nilai
Kong tidak jauh berbeda dengan tukar yang hanya signifikan pada
pasar modal Indonesia. Dengan jangka pendek menunjukkan
demikian, perkembangan HSI bahwa nilai tukar hanya
yang menjadi acuan mempengaruhi para investor yang
perkembangan pasar modal Hong hanya menanamkan modalnya di
Kong, juga menjadi acuan pasar modal Indonesia secara
pergerakan IHSG. jangka pendek. Sementara itu,
Berdasarkan hasil para investor yang berniat
perhitungan uji-t, diperoleh bahwa menanamkan modalnya di pasar
nilai tukar berpengaruh signifikan modal Indonesia secara jangka
secara negatif terhadap IHSG panjang, cenderung tidak
secara jangka pendek, namun memperhatikan nilai tukar sebagai
tidak berpengaruh signifikan acuan berinvestasi.
secara jangka panjang. Pada Berdasarkan hasil
persamaan jangka pendek, dapat perhitungan uji-t, diperoleh bahwa
dilihat bahwa nilai tukar inflasi tidak berpengaruh
149
Media Ekonomi Vol. 22 No. 2 Agustus 2014

signifikan terhadap IHSG secara pengaruh signifikan terhadap


jangka pendek maupun jangka IHSG.
panjang. Hasil ini tidak sejalan Berdasarkan hasil
dengan penelitian yang dilakukan perhitungan uji-t, diperoleh bahwa
oleh Menike (2006) dan Sukono BI rate berpengaruh signifikan
(2012) yang menyatakan inflasi secara negatif terhadap IHSG
berpengaruh signifikan terhadap secara jangka pendek maupun
IHSG. Penelitian ini juga tidak jangka panjang. Pada persamaan
sejalan dengan penelitian yang jangka panjang, dapat terlihat
dilakukan oleh Bai (2014), yang bahwa BI rate merupakan variabel
menemukan bahwa inflasi di independen yang paling dominan
China berpengaruh signifikan berpengaruh negatif terhadap
terhadap pasar modal China. IHSG. Artinya, apabila nilai BI
Namun, penelitian ini sejalan rate mengalami kenaikan, maka
dengan penelitian yang dilakukan IHSG akan melemah dan begitu
oleh Xuehong dkk (2008) yang juga sebaliknya, apabila BI rate
menyatakan bahwa tingkat inflasi turun, maka IHSG akan
di China tidak berpengaruh mengalami penguatan.
signifikan terhadap perkembangan Penelitian ini sejalan
pasar modal China. dengan penelitian yang dilakukan
Inflasi yang terkendali oleh Menike (2006), dan Saputra
justru mempunyai pengaruh yang (2011) yang menyatakan BI rate
positif dalam arti dapat memiliki pengaruh terhadap
mendorong perekonomian lebih IHSG. Kenaikan BI rate akan
baik, yaitu meningkatkan memicu kenaikan tingkat suku
pendapatan nasional dan membuat bunga kredit dan deposito, yang
orang bergairah untuk bekerja, akhirnya meningkatkan tingkat
menabung dan mengadakan keuntungan investasi dalam
investasi (Hasoloan, 2014). deposito. Hal ini menjadikan
Dampak beragam yang bisa investor lebih memilih
dihasilkan dari inflasi menjadikan menanamkan dananya di deposito,
investor khususnya investor asing dan IHSG akan mengalami
tidak terlalu menjadikan tingkat penurunan. Begitu pula
inflasi sebagai acuan dalam sebaliknya, penurunan BI rate
menginvestasikan dananya di akan memicu penurunan tingkat
pasar modal Indonesia. Dengan suku bunga kredit dan deposito,
demikian, inflasi tidak memiliki yang akhirnya mengurangi tingkat
150
Pengaruh Indeks Saham Global dan Kondisi Makro Indonesia Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia

keuntungan investasi dalam jangka panjang maupun jangka


bentuk deposito. Hal ini pendek. Nilai tukar menjadi
menjadikan investor lebih memilih variabel paling dominan yang
menanamkan dananya di pasar berpengaruh negatif terhadap
modal, yang membuat IHSG akan IHSG secara jangka pendek,
ikut naik. sementara BI rate menjadi
Perubahan BI rate juga variabel paling dominan yang
mempengaruhi perekonomian berpengaruh negatif terhadap
makro melalui perubahan harga IHSG secara jangka panjang.
aset. Kenaikan BI rate akan
SARAN
menurunkan harga aset seperti
saham dan obligasi sehingga Hasil penelitian ini
mengurangi kekayaan individu memberikan beberapa hasil
dan perusahaan yang pada empiris mengenai faktor-faktor
akhirnya mengurangi kemampuan yang mempengaruhi IHSG. Bagi
mereka untuk melakukan kegiatan investor, hendaknya
ekonomi seperti konsumsi dan memperhatikan DJIA sebagai
investasi (Bank Indonesia, 2016). faktor yang paling dominan
Hal ini membuat IHSG akan berpengaruh secara positif
mengalami penurunan. terhadap IHSG baik dalam jangka
pendek maupun jangka panjang,
SIMPULAN juga nilai tukar sebagai faktor
Berdasarkan hasil analisis yang paling dominan berpengaruh
dan pembahasan yang telah secara negatif terhadap IHSG
dikemukakan, maka secara jangka dalam jangka pendek, serta BI rate
pendek, variabel indeks saham sebagai faktor yang paling
global dan indikator makro yang dominan berpengaruh secara
berpengaruh signifikan terhadap positif terhadap IHSG dalam
IHSG adalah DJIA, nilai tukar, jangka panjang.
dan BI rate. Secara jangka Bagi BI, hendaknya BI
panjang, DJIA, N225, SSE, HSI, memperhatikan besarnya BI rate
nilai tukar, dan BI rate yang ditetapkan, karena terlalu
berpengaruh signifikan terhadap tingginya nilai BI rate akan
IHSG. DJIA menjadi variabel membuat investor lebih memilih
paling dominan yang berpengaruh untuk menyimpan dananya pada
positif terhadap IHSG baik secara deposito. Bagi OJK, hendaknya

151
Media Ekonomi Vol. 22 No. 2 Agustus 2014

untuk lebih giat untuk melakukan Universitas Udayana,


sosialisasi pemahaman tentang Denpasar, diambil 3 Juni
pasar modal, untuk meningkatkan 2016, dari
partisipasi masyarakat terhadap www.pps.unud.ac.id.
kepemilikan saham di pasar Antara. 2008. “Bursa Efek
modal. Sebagai pembuat kebijakan Indonesia Tutup Sampai
ekspor impor Indonesia, Kamis”. [Online]. Diakses
hendaknya Direktorat Jenderal 20 Agustus 2016 dari
Perdagangan Luar Negeri www.antaranews.com.
Kementerian Perdagangan Bai, Zhongqiang. 2014. “Study on
Republik Indonesia untuk the Impact of Inflation on
memperhatikan kegiatan the Stock Market in
perdagangan Indonesia dengan China”, International
negara tujuan ekspor dan negara Journal of Business and
asal impor. Social Science, Volume 5,
Bagi penelitian selanjutnya No. 7, diambil 12 Juni
diharapkan dapat menambah 2016, dari
variabel-variabel inti lainnya www.ijbssnet.com.
untuk menentukan faktor-faktor Basuki, Agus Tri dan Nano
yang mempengaruhi IHSG, seperti Prawoto. 2016. Analisis
indeks saham global lainnya Regresi dalam Penelitian
seperti KOSPI (Korea Selatan) Ekonomi dan Bisnis.
dan STI (Singapura), harga Jakarta: Raja Grafindo
komoditas emas, kupon obligasi, Persada.
ataupun indikator makro lainnya Bursa Efek Indonesia. 2010. Buku
seperti pertumbuhan ekonomi, Panduan Indeks Harga
neraca perdagangan, atau Saham Bursa Efek
cadangan devisa. Indonesia. Diakses 11 Juni
2016 dari www.idx.co.id.
DAFTAR PUSTAKA
Blanchard, Olivier. 2006.
Macroeconomics, 4th
Andiyasa, I Gusti Agus. 2014.
edition. New Jersey:
“Pengaruh Beberapa
Pearson Prentice Hall.
Indeks Saham Dan
Cahyono, Jaka E. 2000. 22
Indikator Ekonomi Global
Strategi dan Teknik Meraih
Terhadap Kondisi Pasar
Untung di Bursa Saham,
Modal Indonesia”, Tesis,

152
Pengaruh Indeks Saham Global dan Kondisi Makro Indonesia Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia

Jilid 1. Jakarta: PT. Elex Utara, Medan, diambil 12


Media Komputindo. Juni 2016, dari
finance.yahoo.com. (Situs Resmi download.portalgaruda.org
Yahoo Finance). Diakses .
Juli 2016. Juanda, Bambang dan Junaidi.
Gujarati, N. Damodar, Dawn C. 2012. Ekonometrika Deret
Porter. 2009. Basic Waktu Teori dan Aplikasi.
Econometrics, 5e. New Bogor: IPB Press.
York: McGraw-Hill Kazi, H, Mazharul. 2008. “Is
International Edition. Australian stock market
Halim, Abdul. 2005. Analisis integrated to the equity
Investasi, edisi kedua. markets of its major
Jakarta: Salemba Empat. trading partners?”,
Hartanto, Andrew. 2013. “Analisa International Review of
Hubungan Indeks Saham Business Research Papers,
antar Negara G20 dan Volume 4, No. 5, 247-257,
pengaruh terhadap Indeks diambil 13 Juni 2016, dari
Harga Saham Gabungan”, www.irbrp.com.
Jurnal Finesta, Volume 1, Karim, B. A, Majid, M. S. A, dan
No. 2, Karim, S. A. A. 2009.
Universitas Petra, “Integration of Stock
Surabaya, diambil 20 Markets Between
Agustus 2016, dari Indonesia and Its Major
studentjournal.petra.ac.id. Trading Partners”, Journal
Hartono, Jogiyanto. 2015. Teori of Business, Volume 11,
Portofolio dan Analisis No. 2, Universitas Gadjah
Investasi, edisi kesepuluh. Mada, Yogyakarta, diambil
Yogyakarta: BPFE. 15 Agustus 2016, dari
Hasibuan, Ali Fikri. 2011. jurnal.ugm.ac.id
“Pengaruh Indeks Harga Mansur, Mohamad. 2005.
Saham Global Terhadap “Pengaruh Indeks Bursa
Pergerakan Indeks Harga Global terhadap Indeks
Saham Gabungan (IHSG)”, Harga Saham Gabungan
Jurnal Keuangan dan (IHSG) pada Bursa Efek
Bisnis, Volume 3, No. 3, Jakarta (BEJ) Periode
Universitas Sumatera Tahun 2000-2002”, Jurnal
153
Media Ekonomi Vol. 22 No. 2 Agustus 2014

Sosiohumaniora, Volume Sihombing, Tanggor. 2013.


7, No. 3, Universitas “Analisa Pengaruh
Indonesia, Depok, diambil Indeksharga Saham Luar
10 Juni 2016, dari Negeri Terhadap Index
jurnal.unpad.ac.id. Harga Saham Gabungan
Menike, L. M. C. S. 2006. “The Indonesia: Suatu Bukti
Effect of Macroeconomic Empiris”, Jurnal Ekonomi,
Variables on Stock Prices Volume 2, No. 2,
in Emerging Sri Lankan Universitas Advent
Stock Market”, Journal of Indonesia, Bandung,
Economics, Volume 6, No. diambil 20 Agustus 2016,
1, Sabaragamuwa dari www.fekonunai.ac.id
University, diambil 12 Juni Singh, Tarika, Seema Mehta dan
2016 dari suslj.sljol.info. M. S. Varsha. 2011.
Rahardja, Pratama dan Mandala “Macroeconomic factors
Manurung. 2008. Teori and stock returns:
Ekonomi Makro: Suatu Evidence from Taiwan”,
Pengantar. Jakarta: Journal of Economics and
Lembaga Penerbit FE UI. International Finance,
Republik Indonesia. 1995. Volume 2, No. 4,
Undang-Undang No 8 Sukirno, Sadono. 2010.
Tahun 1995 tentang Pasar Makroekonomi. Teori
Modal. Lembaran Negara Pengantar, edisi ketiga.
RI Tahun 1995, No. 64. Jakarta: PT. Raja Grasindo
Jakarta: Sekretariat Perseda.
Negara. Sukono, Bambang. 2012.
Saputra, Adi. 2011. “Analisis “Analisis Faktor-Faktor
Pengaruh Nilai Kurs Dolar yang Mempengaruhi IHSG
AS (USD) dan Tingkat di Bursa Efek Indonesia
Suku Bunga terhadap Periode Tahun 2007-
Indeks Harga Saham 2011”, Jurnal Dinamika
Gabungan di Bursa Efek Manajemen, Volume 1,
Indonesia”, Tesis, No. 2, Universitas Negeri
Universitas Brawijaya, Semarang, diambil 12 Juni
Malang, diambil 10 2016, dari
Agustus 2016 dari journal.usm.ac.id.
digilib.ub.ac.id.
154
Pengaruh Indeks Saham Global dan Kondisi Makro Indonesia Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia

Sunariyah. 2010. Pengantar Financial Research,


Pengetahuan Pasar Modal, Volume 4, diambil 13 Juni
edisi Keenam. Yogyakarta: 2016, dari
UPP STIM YKPN. www.researchgate.net.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Yang, J, Kolari J, dan Min I. 2003.
Portofolio dan Investasi: “Stock Market Integration
Teori dan Aplikasi, edisi and Financial Crisis: The
pertama. Yogyakarta: Case of Asia”, Journal
Kanisius. Applied Financial
Valadkhani, Abbas dan S. Economics, Volume 13,
Chancharat. 2007. diambil 11 Juni 2016, dari
“Dynamic linkages www.unpan1.un.org.
between Thai and
international stock
markets”, Journal Faculty
of Commerce, University
of Wollonggong, diambil 5
Juni 2016, dari
citeseerx.ist.psu.edu.
Widoatmodjo, Sawidji. 2015.
Pengetahuan Pasar Modal
untuk Konteks Indonesia.
Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
www.bi.go.id/id. (Situs Resmi
Bank Indonesia). Diakses
Juli 2016.
www.investing.com. (Situs Resmi
Investing). Diakses Juli
2016.
Xuehong, Han, Yanyan Zheng,
dan Wu Siming. 2008. “An
Explanation of the
Relationship between
Stock Returns and Inflation
in China:1992-2007”,
155
Media Ekonomi Vol. 22 No. 2 Agustus 2014

156

You might also like