Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Konsentrasi Gluten Terhadap Karakteristik Pasta Kering Ganyong
Pengaruh Konsentrasi Gluten Terhadap Karakteristik Pasta Kering Ganyong
Pengaruh Konsentrasi Gluten Terhadap Karakteristik Pasta Kering Ganyong
Dr. Ir. Yusman Taufik, MS. 1) , Ir. Sumartini, MP.1), dan Hilmawati, ST2)
1) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung
2) Alumni Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung
ABSTRACT
The purpose of this research is to obtain the proper concentration of gluten in the
production of pasta canna, and to knew the characteristics of canna pasta produced from a
mixture of these two materials. The benefits of this research are be expected to add to the variety
of products (diversification), enrich the variety of canna starch refined processed and increase the
economic value of canna starch and reduce used of wheat flour in the food processing.
Design of the experiment is Randomised Block Design (RBD) with 6 treatments and 4
times replications for each combination of treatments, so that obtained result in 24 experiments.
Chemical and physical analysis is conducted on the produced pasta canna. The chemical analysis
includes analysis of water content, protein content, and organoleptic test: colour, texture, flavour,
and taste, adhesiveness.
Based on the research of the chemical response to the water content and protein content,
along organoleptic responses to color, texture, aroma, flavor, and dried pasta adhesiveness canna
on main research, so that obtained the selected treatment is a4 with a gluten concentration is 15%.
The results of the analysis of the water content is 9.50% and a protein content of 15.95%. Samples
were selected subsequently tested % elongation, the results obtained in the amount is 24.6%.
tepung pati ganyong. Tepung pati tersebut mencatat bahwa kandungan protein dari
dapat dimanfaatkan sebagai pengganti atau semolina biasanya lebih tinggi dari 12,5%,
sebagai bahan substitusi tepung terigu sementara hampir semua tepung non-
dalam beberapa produk pangan semolina memiliki kandungan protein yang
(Damayanti, 2002). Pati ganyong lebih baik lebih rendah, membuat tepung non-
dari tepung ganyong karena tidak memiliki semolina tidak cocok untuk produksi pasta.
serat sebanyak tepung ganyong. Serat yang Karena tingginya harga dan pasokan
terlalu banyak pada tepung ganyong akan semolina yang menurun dan tepung kaya
memberikan tekstur yang tidak diinginkan gluten lainnya, di beberapa bagian dunia
pada produk pasta (Roisah, 2009). pasta telah sebagian atau seluruhnya diganti
Pati ganyong biasanya dibuat dengan tepung lain, termasuk sebagai
beberapa makanan tradisional seperti tepung terigu biasa, jagung, beras, kacang-
ongol-ongol, tiwul dan papais sehinggan kacangan atau kacang polong. Namun,
perlu dilakukan diversifikasi atau penggantian atau substitusi sebagian tepung
penganekaragaman pangan untuk semolina dengan yang lain memiliki efek
menambah variasi produk, salah satunya buruk pada kualitas produk akhir, seperti
yaitu membuat alternatif olahan makanan kurang penerimaan terhadap warna dan
dari ganyong yang berupa pasta. Pasta tekstur yang lembut dan lengket
adalah makanan olahan yang berasal dari (Majzoobi, et al, 2011).
Italia. Pasta biasanya dibuat dari adonan Pati ganyong memiliki kadar protein
campuran tepung gandum semolina, dengan yang rendah yaitu 0,48% dan merupakan
air, telur dan garam. Tepung semolina ini tepung non-gluten, sehingga apabila
merupakan hasil olahan biji gandum durum dijadikan produk pasta kelemahannya
dengan granulasi yang lebih kasar atau adalah pada tekstur dan elastisitasnya. Pada
mengandung gluten (protein elastis) dalam saat ini bahan baku utama pasta adalah
kadar yang lebih tinggi. tepung gandum yang secara kuantitas dan
Gluten adalah protein lengket dan kualitas mengandung protein relatif tinggi.
elastis yang terdiri dari gliadin dan glutenin, Tepung gandum mengandung protein
yang hanya terdapat dalam endosperm biji gluten yang sangat spesifik dan berperan
gandum. Gluten akan tercampur dalam dalam reologi adonan. Protein gluten
tepung, ketika biji gandum digiling. merupakan campuran kompleks gliadin dan
Gandum bahan pasta bergluten tinggi, glutenin yang terbentuk pada saat tepung
adalah gandum durum (Triticum durum), dicampur dengan air (Suhardi, 1989).
yang berkromosom empat (tetraploid). Hidrasi gluten telah diketahui
Gluten yang tinggi akan menghasilkan mengakibatkan terbentunya benang-benang
pasta yang mempunyai sifat yang elastis yang dengan gliadin membentuk lapisan
yang baik serta tidak mudah pecah, tipis dan glutenin membentuk untaian
sedangkan untuk gluten yang rendah akan (Balla, et al., 1998). Penambahan senyawa
menghasilkan pasta dengan sifat elastis gluten diharapkan mampu memperbaiki
yang kurang baik. Pasta terdapat 2 jenis mutu pasta yang dihasilkan.
yaitu pasta segar dan pasta kering. Pasta Kadar gluten yang tinggi akan
segar memerlukan waktu masak yang membuat tepung gandum menjadi liat tetapi
singkat, namun pasta segar tidak tahan lama tidak lengket ketika dibuat adonan. Beda
disimpan karena memiliki kadar air yang dengan tepung ketan, dan tapioka yang juga
tinggi. Pasta kering bisa tahan lama liat, tetapi lengket. Ketika adonan tepung
disimpan hingga 3 tahun atau lebih karena bergluten tinggi dibuat roti, misalnya pada
hanya memiliki kandungan air sebanyak roti perancis, akan mengakibatkan bagian
10% (Anonim, 2011). luar roti menjadi sangan keras, sementara
Para peneliti mencatat bahwa salah bagian dalamnya juga liat. Karakter inilah
satu faktor paling penting yang yang diperlukan oleh pasta, agar tidak
mempengaruhi kualitas pasta yaitu hancur ketika dimasak, cukup lama. Ciri
kandungan protein dan kualitas tepung khas pasta yang baik adalah, akan tetap
gluten yang digunakan. Para peneliti ini kenyal dan utuh, meskipun terendam kuah
2
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG
3
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG
pati. Pati yang mengandung amilosa yang yang berbeda yaitu 0, 0,5, 1,5 dan 3,0%.
tinggi mempunyai kekuatan ikatan hidrogen Hasil penelitian menunjukkan bahwa
yang lebih besar karena jumlah rantai lurus dengan meningkatkan tingkat gluten,
yang besar dalam granula, sehingga stabilitas waktu dan konsistensi adonan
membutuhkan energi yang besar untuk meningkat. Hasil uji dengan menggunakan
gelatinisasi. Pati dengan amilosa yang Analyser Tekstur menunjukkan bahwa
tinggi digunakan untuk produk gel yang dengan peningkatan kandungan gluten,
kuat dan cepat mengeras. Amilosa juga elastisitas adonan naik sedangkan
dapat mengkokohkan kekuatan gel karena viskositasnya menurun. Meningkatkan
daya tahan molekul di dalam granula tingkat gluten mengurangi kerugian
meningkat (Satin, 2001). Semakin tinggi memasak dan meningkatkan penyerapan air
kandungan amilosa maka akan semakin dari sampel dimasak dalam air suling atau
mudah produk mengalami retrogradasi. Pati asin (2% NaCl). Kekerasan dan warna
dengan kandungan amilosa yang tinggi spaghetti mentah dan dimasak meningkat
sangat cocok untuk pembuatan pasta dengan meningkatnya kandungan gluten.
(Herman, 1996 dalam Roisah, 2009). Sampel yang mengandung gluten bubuk 3%
Bahan dasar yang digunakan untuk dimasak dalam air asin menerima nilai
membuat pasta adalah semolina. Semolina tertinggi untuk atribut sensorinya
di peroleh dari penggilingan endosperm biji (Majzoobi, et al, 2011).
gandum jenis gandum durum, yang Pengembangan produk pasta baru
mengandung gluten (protein elastis) dalam menggunakan tepung ubi jalar diselidiki.
kadar yang tinggi. Tepung ubi jalar, yang dibuat dari kultivar
Pembuatan pasta kering dari daging ubi berwarna kuning, digunakan
ganyong membutuhkan suatu komponen sebagai bahan utama dalam formulasi pasta.
yang terdapat dalam terigu namun tidak Penambahan tepung tapioka sampai dengan
ditemukan dalam ganyong yang dikenal 30% dalam formulasi pasta mengandung
dengan gluten. Gluten adalah campuran gum xanthan 2,0%, asam askorbat 0,1%
protein (gliadin dan glutenin) yang dan 0,5% monogliserida, mengurangi
terkandung bersama pati dalam endosperma kerugian memasak dan ketegasan
tanaman serealia yang mampu peningkatan pasta yang diperkaya dengan
menghasilkan tekstur yang lembut dan gluten gandum 10% atau protein whey
elastis sehingga tidak rapuh saat diproses berkonsentrasi 10% (Limroongreungrat,
(Ekafitri, 2008). 2001).
Gluten adalah protein yang Menurut penelitian Indriani (2005),
menggumpal, bersifat elastis serta akan kelengketan mi sorghum instan baru
mengembang bila dicampur dengan air. berkurang secara signifikan pada
Gluten akan menentukan hasil produk penambahan gluten 20%. Sebaliknya,
karena gluten akan mempengaruhi jaringan penambahan gluten 10% saja dapat
atau kerangka yang akan mempengaruhi menghasilkan mi dengan persen elongasi
baik tidaknya produk. Hubungan antara yang sama dengan penambahan terigu 40%.
tepung gandum, protein, gluten jaringan, Masalah mi sorghum instan terletak pada
dan produk. Baik tidaknya suatu produk tekstur pada saat direhidrasi. Hasil analisis
akan ditentukan oleh baik tidaknya tekstur menunjukkan penambahan pati
jaringan, baik tidaknya jaringan akan jagung dapat mengurangi kelengketan mi,
ditentukan oleh kuat tidaknya gluten, kuat sedangkan penambahan gluten dapat
tidaknya gluten dipengaruhi banyak meningkatkan elastisitas mi. berdasarkan
tidaknya kandungan protein, banyak hasil uji ranking panelis lebih menyukai mi
sedikitnya kandungan protein akan sorghum instan dengan formulasi tepung
ditentukan oleh jenis tepung yang sorghum : pati jagung 80 : 20 dengan
digunakan (Subagjo,2007). penambahan gluten 5%.
Peningkatan kualitas spaghetti segar Penambahan gluten pada pembuatan
dibuat dari tepung gandum biasa mie berpengaruh nyata terhadap kadar
menggunakan bubuk gluten pada tingkat protein, bahwa penambahan gluten dari 1%
4
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG
5
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG
6
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG
7
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG
2. Pencampuran II
Pada pencampuran II pati ganyong Endapan
3. Pencampuran III
Pada tahap ini mula-mula ¼ pati Pengayakan
80 mesh
ganyong, garam dan air dipanaskan hingga
terbentuk lem. Setelah lem terbentuk, Pati Ganyong
8
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG
Pati Ganyong
III HASIL DAN PEMBAHASAN
Penimbangan
500g
3.1. Penelitian Pendahuluan
Natrium bisulfit
0,3% (b/v)
Perendaman dan Pengendapan
12 jam
Air sisa
rendaman
Penelitian pendahuluan bertujuan
untuk menentukan perlakuan-perlakuan
Penirisan
Air sisa
penirisan yang paling optimal yang akan digunakan
pada penelitian utama yaitu untuk
Endapan
menentukan metode perendaman dengan
Natrium bisulfit Perendaman dan Pengendapan Air sisa menggunakan natrium bisulfit, dengan
0,3% (b/v) 12 jam rendaman
konsentrasi 0,3% (b/v) selama 24 jam.
Penirisan
Air sisa
penirisan
Metode yang pertama yaitu direndam tanpa
adanya pergantian air rendaman, dan yang
Endapan
kedua yaitu adanya pergantian air rendaman
setelah 12 jam. Penelitian pendahuluan ini
Air bersih Pencucian dan Pengendapan Air kotor
akan dilakukan analisis kadar pati dan
Penirisan
Air sisa
penirisan
pengamatan derajat putih.
Proses pemutihan pati ganyong ini
Endapan dilakukan pada tepung pati ganyong yang
Pengeringan
sudah jadi tetapi masih memiliki warna
Uap air
T= 50oC, t= 2,5 jam yang kurang cerah, sehingga dilakukan
Pengayakan proses pemutihan agar tepung pati ganyong
80 mesh
yang dihasilkan bisa lebih putih. Sebelum
Pati Ganyong dilakukan proses pemutihan, kadar pati
pada pati ganyong yaitu sebesar 81,74%.
Gambar 2. Diagram Alir Proses Bleaching Hasil analisis kadar pati dan derajat putih
Pati Ganyong Dengan Metode II Pada pada tepung pati ganyong dapat dilihat pada
Penelitian Pendahuluan Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Kadar Pati dan
Derajat Putih Tepung Pati Ganyong
T. gluten : Pati Ganyong (Metode I)
0% : 60% Perlakuan Kadar Derajat
10% : 50%
12,5% : 47,5% Pati (%) Putih (%)
15% : 45%
17,5% : 42,5%
Metode I
20% : 40% (Direndam
Natrium bisulfit
67,625 62,05
¼ pati ganyong selama 24 jam)
Air 35% Telur 4% Pencampuran I
Garam 1% Metode II
(Ada pergantian air
Pemanasan
Pencampuran II rendaman Natrium 51,135 64,20
bisulfit setelah 12
Pengulenan jam)
Adonan (t = 15 menit)
9
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG
Damayanti (2002), kadar pati untuk pati sedikitnya jumlah air selama ekstraksi.
ganyong tanpa perlakuan adalah sebesar Protein dapat menyebabkan granula pati
85,60-85,94% (bk) serta kadar pati ganyong berubah dari warna putih menjadi lebih
dengan penambahan NaHSO3 sebesar 3000 gelap (pencokelatan non-enzimatik).
ppm sebesar 92,62-92,93% (bk). Perbedaan Kecepatan pencokelatan non-enzimatik
varietas dan umur umbi ganyong yang tergantung pada suhu dan waktu
digunakan akan menghasilkan kadar pati pengeringan. Umumnya meningkatnya suhu
yang berbeda pula. Pada pembuatan pati, pengeringan akan mempercepat kecepatan
pengaruh air dalam proses ekstraksi juga terjadinya proses pencokelatan non-
merupakan faktor yang sangat berpengaruh enzimatik (Arsdel et al., 1964). Selain itu,
terhadap jumlah pati yang dihasilkan. zat fenol yang ada pada umbi ganyong bila
Pati ganyong memiliki warna berinteraksi dengan oksigen akan menjadi
kecoklatan sehingga kenampakannya berwarna kecokelatan sehingga akan
kurang menarik bila diolah untuk berbagai menyebabkan off-colour.
produk. Hal ini disebabkan umbi ganyong
3.2. Penelitian Utama
memiliki serat dan enzim phenolase yang
tinggi sehingga mudah mengalami Pada penelitian utama dilakukan
pencoklatan. Salah satu cara yang dapat proses pembuatan produk pasta kering
dilakukan untuk memperbaiki warna dari ganyong dengan penambahan gluten
pati ganyong adalah dengan perendaman dengan konsentrasi yang berbeda-beda,
pati ganyong dalam larutan natrium bisulfit. dengan notasi a1= 0% (tanpa penambahan
Sulfit berperan sebagai inhibitor bagi gluten); a2= 10%%; a3= 12,5%;
polifenol oksidase, dan dapat mereduksi O2 a4= 15%; a5= 17,5%; a6= 20%.
sehingga proses oksidasi tidak berlangsung Rancangan respon yang dilakukan
atau bereaksi dengan quinon (Eskin,1990). pada penelitian utama terdiri dari dua
Sulfit menghambat reaksi pencoklatan respon yaitu respon kimia, dan respon
dengan mengikat logam Cu pada enzim organoleptik. Respon kimia yaitu terhadap
(Lindsay, 1985). Winarno (1997) kadar air dan kadar protein. Respon
menyatakan bahwa molekul sulfit lebih organoleptik terhadap warna dan tekstur
mudah menembus dinding sel (sebelum dimasak), serta warna, aroma,
mikroorganisme, bereaksi dengan rasa, dan kelengketan (setelah dimasak),
asetaldehida membentuk senyawa yang kemudian analisis untuk produk terpilih
tidak dapat difermentasi oleh enzim yaitu % elongasi.
mikroorganisme, mereduksi ikatan disulfida 3.2.1. Analisis Kimia
enzim dan bereaksi dengan keton 3.2.1.1. Kadar Air
membentuk hidroksisulfonat yang dapat Hasil analisis variansi pada lampiran
menghambat mekanisme respirasi. 8 nomor 1 menunjukan bahwa konsentrasi
Derajat putih merupakan mutu yang gluten berpengaruh nyata terhadap kadar air
dapat menunjukkan pengaruh penambahan pasta kering ganyong pada taraf 5%. Hasil
zat pemucat berupa natrium bisulfit secara uji duncan kadar air pasta kering ganyong
langsung. Warna yang semakin putih dapat dilihat pada Tabel 5.
dengan penambahan pemucat akan
menunjukkan bahwa zat ini bekerja secara
baik dalam menghambat kerja enzim
fenolase. Penambahan zat pemucat
mempengaruhi derajat putih pati ganyong
yang dihasilkan. Nilai derajat putih
dibandingkan dengan standar berupa MgO
atau BaSO4.
Tinggi rendahnya derajat putih dapat
juga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
faktor alat pencuci, tingkat kebersihan awal
umbi ganyong, serta penggunaan banyak
10
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG
11
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG
12
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG
13
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG
14
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG
terhadap respon kimia kadar air dan Adawyah, R., (2007), Pengolahan dan
kadar protein produk serta respon Pengawetan Ikan, Edisi pertama,
organoleptik pada atribut warna dan Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
tekstur (sebelum dimasak), serta warna,
aroma, rasa dan kelengketan (setelah Astawan. M., (2002), Membuat Mie dan
dimasak). Bihun, Penerbit Penebar Swadaya,
3. Hasil penelitian utama produk pasta Cetakan ke-11, Bogor.
yang terpilih dari keseluruhan respon
adalah perlakuan a4 dengan konsentrasi AOAC, (1995), Official Methods of
gluten 15% menghasilkan kadar air Analysis of the association of
9,50%, kadar protein 15,95%. Official Analytical Chemistry,
AOAC inc., Wachington, DC.
4.2. Saran
1. Perlu adanya tambahan pewarna Arsdel, V.W.B., M.J.Copley dan
makanan untuk meningkatkan kesukaan A.I.Morgan. (1964). Food
panelis terhadap warna pasta kering Dehydration, vol.I. The Avi
ganyong Publishing Company, West-port
Conn.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
mengenai pengembangan proses pembuatan
Balla, B.K., Czuchajowska, Z., &
pasta kering ganyong agar dapat diproduksi
Pomeranz, Y., (1998), Role and
tidak hanya dalam skala laboratorium saja
Contribution of Starch and
melainkan dapat diaplikasikan kedalam
Protein Contents and Quality to
skala komersial
Texture Profile Analysis of
3. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut Oriental Noodles, Cereal Chem.,
mengenai nilai ekonomis dari pembuatan 71(4), 314-320.
pasta kering ganyong apakah layak untuk
diproduksi secara industri. Brendan J. Donnelly., (1991), Handbook of
Cereal Science and Technology,
DAFTAR PUSTAKA North Dakota State University,
Fargo, North Dakota.
Anonim, 2011, Pasta Dari Semolina,
http://foragri.wordpress.com/2011/10 Buckle, K.A., Edward, R.A., Fleet, G.H.,
/04/pasta-dari-semolina, Akses and Wootton, M., (1987), Ilmu
15/01/2012. Pangan, Penerjemah : Hari Purnomo
dan Adiono, Edisi Pertama, Penerbit
Anonim, (2011), Pasta, Universitas Indonesia, Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/pasta,
Akses 06/09/2011. Bushuk, W; Rasper, Vladimir F. (1994).
Wheat: Production, Properties and
Anonim, 2011, Seputar Pasta, Quality. Blakie Academic and
http://www.bogasari.com/favicon.ico Profesional. London.
, Bogasari, Akses 27/12/2011.
Bower, J. (1992). Food Theory and
Anonim, (2002), Petunjuk Teknis Proses Application. Second edition.
Pembuatan Aneka Tepung dari Macmilan Publishing Company.
Bahan Pangan Sumber New York
Karbohidrat Lokal, Balai
Penelitian Pascapanen Pertanian, Damayanti, N., 2002, Karakteristik Sifat
Jakarta. Fisikokimia Tepung dan Pati
Ganyong (canna edulis Ker),
Skripsi, Fakultas Teknologi
Pertanian IPB, Bogor.
15
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG
Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, Gaspersz, V., (1995), Teknik Analisis
(1992), Daftar Komposisi Bahan Dalam Penelitian Percobaan, Jilid
Makanan, Bhratara Karya Aksara, 1. Tarsito, Bandung.
Jakarta.
Hermann, M., ((1999), Characterization
Departemen Pertanian, (2008), Ganyong, and Classification of Andean Root
www.deptan.go.id/ditjentan/admin/r and Tuber Crop Variability,
b/Ganyong.pdf, Akses 23/11/2011. Subproject Annual Progress
Report, CIP, Lima, Peru. 14p.
Desrosier, Norman W., (1988), Teknologi
Pengawetan Pangan, Edisi Pertama, Indriani, S., (2005), Desain Proses
Penerbit Universitas Indonesia, Pembuatan dan Formulasi Mi
Jakarta. Instan dari Campuran Tepung
Sorghum (Sorghum bicolor L),
Earle, R. L., (1982), Satuan Operasi Pati Jagung, dan Gluten Terigu,
Dalam Pengolahan Pangan, Skripsi, Fakultas Teknologi
Penerjemah Z. Nasution, Sastra Pertanian, IPB, Bogor.
Hudaya, Jakarta.
Kartika, B., P. Hastuti, dan W. Supartono,
Ekafitri, Riyanti, (2008), Diversifikasi (1988), Pedoman Uji Inderawi
Pangan Ubi Jalar, Bahan Pangan, Edisi ke Dua, Pusat
http://202.152.33.84/index.php, Antar Universias Pangan dan Gizi,
Diakses 21/03/2012. Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Ekawatiningsih, P., Komariah, K.,
Purwanti, S., (2008), Restoran, Jilid Kay, D.E., (1973), Root Crops, The
2, Penerbit Departemen Pendidikan Tropical Products Institute, Foreign
Nasional. and Common Wealth Office,
London.
Eliasson, Ann-Charlotte dan Magnus
Gudmundsson, (1996), Starch : Kinsella, J.E., (1984), Milk Protein :
Physicochemical and Functional Psyco- Chemical and Functional
Aspects, Di dalam: Ann-Charlotte Properties, CRC Critical Review in
Eliasson (Ed), Carbohydrates in Food Sci, Nutr, 2:197-262.
Food, Marcell Dekker Inc, New
York. Kusrini, Y., (2011), Studi Pembuatan Mie
Kering (Kajian Proporsi Tepung
Eskin N.A.M. (1990). Biochemistry of Kasava Terfermentasi Dan
Foods. 2nd edition. Academic Press, Penambahan Gluten Kering),
Inc. California. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian
Brawijaya, Malang.
Farida, S., (1999), Penggunaan Proporsi
Tepung Garut Dalam Pembuatan Kruger, J.E., R.B. Matsuo, Miskelly, dan
Mie Instan Dengan Penambahan J.W. Dick. (1996). Pasta and
Gluten Serta Pengaruhnya Noodle Technology. American
Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Association of Cereal Chemist, Inc.,
organoleptik, Program Pasca USA.
Sarjana, Universitas Brawijaya.
Lindsay, R. C. (1985). Food Additives. Di
Flach, M dan F. Rumawas, (1996), Plant dalam Fennema, O.R (ed.) Food
Resources of South East Asia, Chemistry. Marcell Dekker, Inc.,
Backhuys Publisher, London, P. 63- New York.
65.
16
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG
Lingga, P., (1986), Bertanam Ubi-ubian, Dari Umbi Ganyong, Suweg, Ubi
Edisi Pertama, Penerbit PT. Penebar Kelapa, Dan Gembili, Jurnal
Swadaya, Jakarta. Penelitian Pascapanen Pertanian
Volume 1, Nomor 1. BB-
Limroongreungrat, K., (2001), Pascapanen, Bogor.
Development of pasta product
using sweetpotato flour, Ruiter, D.D. (1978). Composite Flour. Di
http://hdl.handle.net/10724/5538, dalam: Y. Pomeranz (ed.).
Akses 21/03/2012. Advanced in Cereal Science and
Technology II. AACC Inc., St. Paul.
Lorenz, K.J., (1991). Handbook Of Cereal
Science and Technology, a Series Roisah, (2009), Produksi dan
Of Monograph text books and Karakterisasi Pati Ganyong
reference books, Marcel Dekker, (Canna Edulis Kerr), Skripsi,
Inc., New York. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Majzoobi, M., Ostovan. R., Farahnaky. A., Satin, M., (2001), Functional Properties of
(2011), Effects Of Gluten Powder Straches, AGSI homepage.
On The Quality Of Wheat Flour http://www.fao.org
Spaghetti Cooked In Distilled Or
Salted Water, Source: Journal of Subagjo, A., (2007), Manajemen
Texture Studies, Volume 42, Issue 6, Pengolahan Kue dan Roti (Pastry
page 468-477. Product Management), Edisi
Pertama, Penerbit Graha Ilmu.
Marchylo, B.A., Dexter J.E., Malcolmson, Yogyakarta.
L.J., (2004), Improving the Texture
of Pasta, Di dalam Roisah, (2009), Subarna, (1993), Baking Technology, Edisi
Produksi dan Karakterisasi Pati ke-2 Pusat Antar Universitas Institut
Ganyong (Canna Edulis Kerr), Pertanian Bogor, Bogor.
Skripsi, Institut Pertanian Bogor,
Bogor. Suhardi, (1989), Kimia dan Teknologi
Protein, Edisi Pertama, PAU Pangan
Mc Guinness, K., (2008), Calories In : dan Gizi, Universitas Gajah Mada,
Flours Arrowroot Flour, Dry, Yogyakarta.
www.calorieking.com, Diakses
22/01/2009. Susanto, T. dan B. Saneto, (1994),
Teknologi Hasil Pertanian, Edisi
Pangesthi, L. T., (2009), Pemanfaatan Pati Pertama, Penerbit Bina Ilmu,
Ganyong Pada Pembuatan Mie Surabaya.
Segar Sebagai Upaya
Penganekaragaman Pangan Non Sutomo, (2006), Sejarah dan Aneka Jenis
Beras, Media Pendidikan Gizi dan Mie,
Kuliner, Vol 1, No. 1. http://www.budiboga.blogspot.com,
Diakses 24/09/1012.
Prangdimurti, E. (1991). Fortifikasi Zat
Besi pada Mie Kering yang Dibuat Sutomo, B., (2008), Variasi Mi dan Pasta,
dari Campuran Tepung Terigu Edisi pertama, Penerbit Kawan
dan Tepung Singkong. Skripsi. Pustaka, Jakarta.
FATETA, IPB. Bogor.
Standarisasi Nasional Indonesia, (1995),
Richana, N., dan Sunarti, T.C., (2004), Standar Mutu Makaroni,
Karakterisasi Sifat Fisiko Kimia Departemen Perdagangan dan
Tepung Umbi Dan Tepung Pati Perindustrian, Jakarta.
17
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG
18