Pengaruh Konsentrasi Gluten Terhadap Karakteristik Pasta Kering Ganyong

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK

PASTA KERING GANYONG

Dr. Ir. Yusman Taufik, MS. 1) , Ir. Sumartini, MP.1), dan Hilmawati, ST2)
1) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung
2) Alumni Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung

ABSTRACT

The purpose of this research is to obtain the proper concentration of gluten in the
production of pasta canna, and to knew the characteristics of canna pasta produced from a
mixture of these two materials. The benefits of this research are be expected to add to the variety
of products (diversification), enrich the variety of canna starch refined processed and increase the
economic value of canna starch and reduce used of wheat flour in the food processing.
Design of the experiment is Randomised Block Design (RBD) with 6 treatments and 4
times replications for each combination of treatments, so that obtained result in 24 experiments.
Chemical and physical analysis is conducted on the produced pasta canna. The chemical analysis
includes analysis of water content, protein content, and organoleptic test: colour, texture, flavour,
and taste, adhesiveness.
Based on the research of the chemical response to the water content and protein content,
along organoleptic responses to color, texture, aroma, flavor, and dried pasta adhesiveness canna
on main research, so that obtained the selected treatment is a4 with a gluten concentration is 15%.
The results of the analysis of the water content is 9.50% and a protein content of 15.95%. Samples
were selected subsequently tested % elongation, the results obtained in the amount is 24.6%.

I PENDAHULUAN mempunyai daya simpan yang lebih lama


dan memudahkan ketersediaan untuk proses
1.1. Latar Belakang Penelitian lebih lanjut (Widowati, 2001). Untuk
memperoleh pati ganyong diperlukan
Produksi ganyong di Indonesia
proses penghancuran (pengecilan ukuran)
cukup besar yakni pada tahun 2006 sekitar
dan pengeringan. Dua proses tersebut dapat
350 ribu ton umbi ganyong, tahun 2007
mengakibatkan perubahan warna pada pati
sekitar 65 ribu ton umbi ganyong dan tahun yang dihasilkan. Warna pati menjadi coklat
2008 yaitu sekitar 80 ribu ton umbi atau dikenal terjadi reaksi browning.
ganyong (Departemen Pertanian, 2008).
Menurut Damayanti (2002) umbi
Dengan jumlah produksi sebesar ini
ganyong mengalami reaksi pencoklatan
tentunya ganyong merupakan sarana bahan
enzimatis jika umbi dilukai atau dikupas.
makanan pokok yang sangat potensial
Secara tidak langsung reaksi pencoklatan
untuk dikembangkan lebih lanjut. itu akan mempengaruhi derajat putih tepung
Disamping itu, diharapkan pula dapat yang dihasilkan. Reaksi pencoklatan
menyediakan bahan baku atau produk
enzimatis ini dikarenakan adanya
antara yang siap pakai atau praktis dan
kandungan fenol pada umbi ganyong.
tahan lama serta untuk meningkatkan nilai
Kandungan fenol umbi ganyong cukup
ekonomis dari umbi ganyong.
besar, yaitu 17,7-46,9 ppm. Kandungan
Umbi ganyong dapat dibuat menjadi fenol ini selain dapat mempengaruhi derajat
tepung dan pati yang merupakan produk putih tepung juga dapat bereaksi dengan
setengah jadi. Bentuk tepung mempunyai
bahan tambahan pada saat penggunaan
keunggulan antara mudah dicampur, atau
tepung untuk pembuatan produk makanan.
diformulasikan dengan bahan lain, awet,
Umbi ganyong memiliki kadar karbohidrat
menghemat ruang simpan dan transportasi
yang tinggi yaitu 22,6-23,8% sehingga
serta mempunyai nilai guna yang lebih luas, dapat diproduksi menjadi tepung ataupun
mempunyai kadar air rendah, sehingga
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG

tepung pati ganyong. Tepung pati tersebut mencatat bahwa kandungan protein dari
dapat dimanfaatkan sebagai pengganti atau semolina biasanya lebih tinggi dari 12,5%,
sebagai bahan substitusi tepung terigu sementara hampir semua tepung non-
dalam beberapa produk pangan semolina memiliki kandungan protein yang
(Damayanti, 2002). Pati ganyong lebih baik lebih rendah, membuat tepung non-
dari tepung ganyong karena tidak memiliki semolina tidak cocok untuk produksi pasta.
serat sebanyak tepung ganyong. Serat yang Karena tingginya harga dan pasokan
terlalu banyak pada tepung ganyong akan semolina yang menurun dan tepung kaya
memberikan tekstur yang tidak diinginkan gluten lainnya, di beberapa bagian dunia
pada produk pasta (Roisah, 2009). pasta telah sebagian atau seluruhnya diganti
Pati ganyong biasanya dibuat dengan tepung lain, termasuk sebagai
beberapa makanan tradisional seperti tepung terigu biasa, jagung, beras, kacang-
ongol-ongol, tiwul dan papais sehinggan kacangan atau kacang polong. Namun,
perlu dilakukan diversifikasi atau penggantian atau substitusi sebagian tepung
penganekaragaman pangan untuk semolina dengan yang lain memiliki efek
menambah variasi produk, salah satunya buruk pada kualitas produk akhir, seperti
yaitu membuat alternatif olahan makanan kurang penerimaan terhadap warna dan
dari ganyong yang berupa pasta. Pasta tekstur yang lembut dan lengket
adalah makanan olahan yang berasal dari (Majzoobi, et al, 2011).
Italia. Pasta biasanya dibuat dari adonan Pati ganyong memiliki kadar protein
campuran tepung gandum semolina, dengan yang rendah yaitu 0,48% dan merupakan
air, telur dan garam. Tepung semolina ini tepung non-gluten, sehingga apabila
merupakan hasil olahan biji gandum durum dijadikan produk pasta kelemahannya
dengan granulasi yang lebih kasar atau adalah pada tekstur dan elastisitasnya. Pada
mengandung gluten (protein elastis) dalam saat ini bahan baku utama pasta adalah
kadar yang lebih tinggi. tepung gandum yang secara kuantitas dan
Gluten adalah protein lengket dan kualitas mengandung protein relatif tinggi.
elastis yang terdiri dari gliadin dan glutenin, Tepung gandum mengandung protein
yang hanya terdapat dalam endosperm biji gluten yang sangat spesifik dan berperan
gandum. Gluten akan tercampur dalam dalam reologi adonan. Protein gluten
tepung, ketika biji gandum digiling. merupakan campuran kompleks gliadin dan
Gandum bahan pasta bergluten tinggi, glutenin yang terbentuk pada saat tepung
adalah gandum durum (Triticum durum), dicampur dengan air (Suhardi, 1989).
yang berkromosom empat (tetraploid). Hidrasi gluten telah diketahui
Gluten yang tinggi akan menghasilkan mengakibatkan terbentunya benang-benang
pasta yang mempunyai sifat yang elastis yang dengan gliadin membentuk lapisan
yang baik serta tidak mudah pecah, tipis dan glutenin membentuk untaian
sedangkan untuk gluten yang rendah akan (Balla, et al., 1998). Penambahan senyawa
menghasilkan pasta dengan sifat elastis gluten diharapkan mampu memperbaiki
yang kurang baik. Pasta terdapat 2 jenis mutu pasta yang dihasilkan.
yaitu pasta segar dan pasta kering. Pasta Kadar gluten yang tinggi akan
segar memerlukan waktu masak yang membuat tepung gandum menjadi liat tetapi
singkat, namun pasta segar tidak tahan lama tidak lengket ketika dibuat adonan. Beda
disimpan karena memiliki kadar air yang dengan tepung ketan, dan tapioka yang juga
tinggi. Pasta kering bisa tahan lama liat, tetapi lengket. Ketika adonan tepung
disimpan hingga 3 tahun atau lebih karena bergluten tinggi dibuat roti, misalnya pada
hanya memiliki kandungan air sebanyak roti perancis, akan mengakibatkan bagian
10% (Anonim, 2011). luar roti menjadi sangan keras, sementara
Para peneliti mencatat bahwa salah bagian dalamnya juga liat. Karakter inilah
satu faktor paling penting yang yang diperlukan oleh pasta, agar tidak
mempengaruhi kualitas pasta yaitu hancur ketika dimasak, cukup lama. Ciri
kandungan protein dan kualitas tepung khas pasta yang baik adalah, akan tetap
gluten yang digunakan. Para peneliti ini kenyal dan utuh, meskipun terendam kuah

2
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG

panas dalam jangka waktu cukup lama 1.5. Kerangka Pemikiran


(Anonim, 2011).
Umbi ganyong merupakan salah satu
Penambahan terigu sampai
pangan sunber karbohidrat terutama pati.
menggantikan 40% tepung non terigu dirasa
Pati pada umumnya tersusun oleh
kurang efektif, oleh karena itu ditambahkan
komponen utama yaitu amilosa (15-30%),
gluten terigu. Hal ini didasarkan pada
amilopektin (70-85%), dan komponen
peranan penting gluten dalam pembuatan
minor seperti lemak dan protein (5-10%).
pasta. Protein gluten memiliki rantai non
Lanjut Roisah (2009) dengan adanya
polar dalam jumlah banyak yang dapat
komponen minor protein dan komponen
memberikan kontribusi terhadap sifat
mayor pati berupa amilosa dan amilopektin
kohesif adonan. Kandungan protein gliadin
sebagai komponen karbohidrat yang dapat
dan glutenin pada terigu hanya sekitar
terhidrolisis, memunculkan adanya peluang
46,8% dari total fraksi protein, sehingga
terjadinya reaksi browning atau pencoklatan
diasumsikan jumlah gluten yang dibutuhkan
non-enzimatis.
lebih sedikit dari pada jumlah terigu untuk
Pati dengan perlakuan penambahan
memperoleh produk akhir dengan kualitas
pemucat akan mengalami tahapan
yang sama (Wrigley, 1974 dalam Indriani,
perendaman dalam larutan zat pemucat
2005).
yaitu natrium bisulfit. Perendaman pati
Pasta supaya dapat bertahan lama,
bertujuan untuk menghasilkan pati yang
maka harus terlebih dahulu melalui proses
lebih putih dan mencegah kerusakan yang
pengeringan. Tujuannya adalah untuk
berlebihan terhadap granula pati. Pada saat
mengurangi kadar air bahan sehingga dapat
perendaman ini natrium bisulfit akan
lebih awet selama penyimpanan.
menghambat kerja enzim fenol oksidase,
Pengeringan atau dehidrasi adalah suatu
sehingga proses pencoklatan secara
operasi dimana terjadi penghantaran panas
enzimatik dapat dicegah. Penambahan
dan pemindahan massa. Panas dipindahkan
pemucat dapat mengendapkan pati lebih
ke air didalam produk dan air diuapkan
cepat sehingga jumlah pati yang didapatkan
(Desrosier, 1988).
lebih banyak. Penggunaan pemucat dapat
1.2. Identifikasi Masalah mengefektifkan pelepasan granula pati dan
menghasilkan granula bebas yang bersih.
Berdasarkan latar belakang yang
Menurut Damayanti (2002), kadar pati pada
telah dikemukakan di atas, masalah yang
pati ganyong tanpa perlakuan adalah 75,84-
dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut :
84,14% (bb), sedangkan dengan
Apakah konsentrasi gluten berpengaruh
penambahan NaHSO3 sebanyak 0,3%
terhadap karakteristik pasta kering ganyong
menghasilkan kadar pati sebesar 81,38-
yang akan dihasilkan?
81,60% (bb). Jumlah kadar pati dapat
1.3. Tujuan Penelitian ditingkatkan dengan melakukan ekstraksi
yang berulang-ulang.
Penelitian ini bertujuan untuk Secara umum pati ganyong termasuk
mendapatkan konsentrasi gluten yang tepat pati yang memiliki kandungan amilosa
dalam pembuatan pasta ganyong, dan untuk
besar 25-30% (Marchylo et al., 2004,
mengetahui karakteristik pasta ganyong
dan Watcharatewinkul, 2009), jika
yang diproduksi dari campuran kedua
dibandingkan dengan kadar amilosa pati
bahan baku tersebut. tapioka sebesar 17%, namun berdasarkan
1.4. Manfaat Penelitian penelitian Thitiphunkul et al., (2003) kadar
amilosa pati ganyong (18-25%) masih lebih
Penelitian ini diharapkan rendah dari pati kacang hijau (28%). Pada
dapat menambah penganekaragaman dasarnya amilosa akan lebih berperan saat
(diversifikasi) dan pemanfaatan ganyong, proses gelatinisasi dan lebih menentukan
memperkaya jenis produk olahan pati karakter dari pasta pati. Amilosa sangat
ganyong serta meningkatkan nilai ekonomis berperan pada saat proses gelatinisasi dan
dari pati ganyong tersebut. lebih menentukan karakteristik dari pasta

3
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG

pati. Pati yang mengandung amilosa yang yang berbeda yaitu 0, 0,5, 1,5 dan 3,0%.
tinggi mempunyai kekuatan ikatan hidrogen Hasil penelitian menunjukkan bahwa
yang lebih besar karena jumlah rantai lurus dengan meningkatkan tingkat gluten,
yang besar dalam granula, sehingga stabilitas waktu dan konsistensi adonan
membutuhkan energi yang besar untuk meningkat. Hasil uji dengan menggunakan
gelatinisasi. Pati dengan amilosa yang Analyser Tekstur menunjukkan bahwa
tinggi digunakan untuk produk gel yang dengan peningkatan kandungan gluten,
kuat dan cepat mengeras. Amilosa juga elastisitas adonan naik sedangkan
dapat mengkokohkan kekuatan gel karena viskositasnya menurun. Meningkatkan
daya tahan molekul di dalam granula tingkat gluten mengurangi kerugian
meningkat (Satin, 2001). Semakin tinggi memasak dan meningkatkan penyerapan air
kandungan amilosa maka akan semakin dari sampel dimasak dalam air suling atau
mudah produk mengalami retrogradasi. Pati asin (2% NaCl). Kekerasan dan warna
dengan kandungan amilosa yang tinggi spaghetti mentah dan dimasak meningkat
sangat cocok untuk pembuatan pasta dengan meningkatnya kandungan gluten.
(Herman, 1996 dalam Roisah, 2009). Sampel yang mengandung gluten bubuk 3%
Bahan dasar yang digunakan untuk dimasak dalam air asin menerima nilai
membuat pasta adalah semolina. Semolina tertinggi untuk atribut sensorinya
di peroleh dari penggilingan endosperm biji (Majzoobi, et al, 2011).
gandum jenis gandum durum, yang Pengembangan produk pasta baru
mengandung gluten (protein elastis) dalam menggunakan tepung ubi jalar diselidiki.
kadar yang tinggi. Tepung ubi jalar, yang dibuat dari kultivar
Pembuatan pasta kering dari daging ubi berwarna kuning, digunakan
ganyong membutuhkan suatu komponen sebagai bahan utama dalam formulasi pasta.
yang terdapat dalam terigu namun tidak Penambahan tepung tapioka sampai dengan
ditemukan dalam ganyong yang dikenal 30% dalam formulasi pasta mengandung
dengan gluten. Gluten adalah campuran gum xanthan 2,0%, asam askorbat 0,1%
protein (gliadin dan glutenin) yang dan 0,5% monogliserida, mengurangi
terkandung bersama pati dalam endosperma kerugian memasak dan ketegasan
tanaman serealia yang mampu peningkatan pasta yang diperkaya dengan
menghasilkan tekstur yang lembut dan gluten gandum 10% atau protein whey
elastis sehingga tidak rapuh saat diproses berkonsentrasi 10% (Limroongreungrat,
(Ekafitri, 2008). 2001).
Gluten adalah protein yang Menurut penelitian Indriani (2005),
menggumpal, bersifat elastis serta akan kelengketan mi sorghum instan baru
mengembang bila dicampur dengan air. berkurang secara signifikan pada
Gluten akan menentukan hasil produk penambahan gluten 20%. Sebaliknya,
karena gluten akan mempengaruhi jaringan penambahan gluten 10% saja dapat
atau kerangka yang akan mempengaruhi menghasilkan mi dengan persen elongasi
baik tidaknya produk. Hubungan antara yang sama dengan penambahan terigu 40%.
tepung gandum, protein, gluten jaringan, Masalah mi sorghum instan terletak pada
dan produk. Baik tidaknya suatu produk tekstur pada saat direhidrasi. Hasil analisis
akan ditentukan oleh baik tidaknya tekstur menunjukkan penambahan pati
jaringan, baik tidaknya jaringan akan jagung dapat mengurangi kelengketan mi,
ditentukan oleh kuat tidaknya gluten, kuat sedangkan penambahan gluten dapat
tidaknya gluten dipengaruhi banyak meningkatkan elastisitas mi. berdasarkan
tidaknya kandungan protein, banyak hasil uji ranking panelis lebih menyukai mi
sedikitnya kandungan protein akan sorghum instan dengan formulasi tepung
ditentukan oleh jenis tepung yang sorghum : pati jagung 80 : 20 dengan
digunakan (Subagjo,2007). penambahan gluten 5%.
Peningkatan kualitas spaghetti segar Penambahan gluten pada pembuatan
dibuat dari tepung gandum biasa mie berpengaruh nyata terhadap kadar
menggunakan bubuk gluten pada tingkat protein, bahwa penambahan gluten dari 1%

4
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG

menjadi 3% mampu meningkatkan kadar II BAHAN DAN METODE


protein mie instan. Penambahan gluten 5% PENELITIAN
manghasilkan kadar protein sebesar 12,75%
yang tidak berbeda nyata dengan 2.1. Bahan dan Alat Penelitian
penambahan gluten 3% yaitu sebesar
2.1.1. Bahan-bahan
12,39% tetapi berbeda nyata dengan
Bahan baku utama yang digunakan
penambahan gluten 1% sebesar 11,65%.
dalam pembuatan pasta kering ganyong
Terjadi peningkatan nilai elastisitas dengan
yaitu pati ganyong, tepung gluten, telur,
semakin meningkatnya persentase gluten
yang ditambahkan. Hal ini disebabkan garam, dan air sesuai dengan kebutuhan.
tingginya kadar gluten dapat meningkatkan Bahan yang digunakan untuk
analisis kimia antara lain garam kjedahl
elastisitas dan ekstensibilitas mie yang
Na2SO4, H2SO4 pekat, batu didih,
dihasilkan. Penambahan gluten 1%
aquadest, NaOH 30%, Na2S2O3 5%,
memiliki elastisitas 0,36 menit/g tidak
larutan baku NaOH 0,1N, granul Zn, HCl
berbeda nyata dengan penambahan gluten
3% yaitu sebesar 0,37 menit/g dan berbeda 0,1 N, indikator Phenolpthalien, NaOH
nyata dengan penambahan gluten 5% yaitu 0,3N, dan H2SO4 3N.
sebesar 0,45 menit/g (Farida, 1999). 2.1.2. Alat-alat
Menurut penelitian Kusrini (2011), Alat-alat yang digunakan dalam
pada pembuatan mie kering perlakuan penelitian ini adalah timbangan digital merk
terbaik berdasarkan parameter organoleptik Mettler Toledo, baskom plastik, sarung
didapatkan dari perlakuan substitusi tepung tangan plastik, pisau, panci, loyang, Rolling
terigu dengan proporsi tepung kasava Press merk Atlas, alat pengayak, dandang,
terfermentasi 20% dan penambahan gluten alat pengaduk, sendok stainless steel, dan
kering 8% tunnel dryer.
Waktu untuk pengeringan berkisar Alat – alat untuk analisis kimia
antara 2 jam sampai dengan 5,5 jam dengan adalah labu didih, alat destilasi, timbangan
suhu 75oC – 100oC. pada suhu dan waktu digital merk Mettler Toledo, labu
tersebut diperoleh hasil pasta kering yang erlenmeyer merk Iwaki Pyrex, labu takar
baik. Apabila waktu pengeringan melebihi merk Iwaki Pyrex, cawan kruss, eksikator
dari jam tersebut, maka hasil dari pasta merk Pyrex, gelas kimia, buret, pipet ukur
tersebut tidak baik, selain itu juga faktor merk Kimex-51 US.
bahan baku menjadi penentu dari pasta
tersebut (Brendan dan Donnely, 1991). 2.2. Metode Penelitian

1.6. Hipotesis Penelitian Penelitian yang akan dilakukan


meliputi 2 tahap yaitu penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran pendahuluan dan penelitian utama.
yang telah diuraikan di atas, maka dapat 2.2.1. Penelitian Pendahuluan
diambil hipotesis, diduga bahwa : Penelitian pendahuluan bertujuan
Konsentrasi gluten berpengaruh terhadap untuk menentukan perlakuan-perlakuan
karakteristik pasta kering ganyong yang yang paling optimal yang akan digunakan
akan dihasilkan. pada penelitian utama yaitu untuk
menentukan metode perendaman dengan
1.7. Tempat dan Waktu Penelitian
menggunakan natrium bisulfit, dengan
Penelitian ini akan dilakukan pada konsentrasi 0,3% selama 24 jam. Metode
bulan Mei hingga Juni 2012 di yang pertama yaitu direndam tanpa adanya
Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas pergantian air rendaman, dan yang kedua
Teknik, Universitas Pasundan, Jalan Dr. yaitu adanya pergantian air rendaman
Setiabudhi No. 193 Bandung. setelah 12 jam.
Penelitian pendahuluan ini akan
dilakukan respon kimia yaitu analisis kadar
pati dan analisis derajat putih.

5
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG

2.2.2. Penelitian Utama Denah dari rancangan perlakuan di


Penelitian utama terdiri dari atas adalah sebagai berikut :
rancangan perlakuan, rancangan percobaan, Kelompok Ulangan ke 1
rancangan analisis, rancangan respon, dan a3 a4 a1 a6 a2 a5
deskripsi penelitian.
2.2.3. Rancangan Perlakuan Kelompok Ulangan ke 2
Rancangan perlakuan dalam a5 a4 a2 a3 a1 a6
penelitian utama terdiri dari satu faktor,
yaitu konsentrasi gluten dengan 6 taraf : Kelompok Ulangan ke 3
Faktor dan taraf faktornya adalah a6 a2 a1 a5 a4 a3
sebagai berikut :
1. Konsentrasi gluten (A) dengan taraf : Kelompok Ulangan ke 4
a1 = 0% a1 a4 a3 a2 a5 a6
a2 = 10%
a3 = 12,5% 2.2.5. Rancangan Analisis
a4 = 15% Rancangan analisis dilakukan untuk
a5 = 17,5% mengetahui pengaruh perlakuan yang
a6 = 20% dicobakan terhadap respon yang diamati,
2.2.4. Rancangan Percobaan yang disusun pada Tabel Analisis Variansi
Rancangan percobaan yang akan (ANAVA) untuk mendapatkan kesimpulan
digunakan pada penelitian ini adalah mengenai pengaruh perlakuan. Hasil
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan rancangan percobaan di atas maka disusun
metode satu jalur (one way) dengan ulangan tabel sidik ragam, seperti yang ditunjukkan
sebanyak 4 kali untuk tiap kombinasi 6 pada Tabel 2.
perlakuan yaitu 0%, 10%, 12,5%, 15%, Table 2. Sidik Ragam ANAVA One Way
17,5% dan 20%. Model percobaan yang Sumber Derajat Bebas Jumlah Kuadrat Fhitung Ftabel
akan digunakan pada penelitian ini adalah Variasi (DB) Kuadrat Tengah 5%
sebagai berikut : (JK) (KT)
Kelompok (r – 1) JKK JKK/(r – 1) KTK/KTG
Yij = µ + Kk + Ai + εij Perlakuan (a – 1) JKA JKA/(a – 1) KTA/KTG
Keterangan : Galat
(ra – 1) - (a – 1) JKG JKG/DBG

Yij = Nilai pengamatan dari kelompok ke-j, Total ra - 1 JKT


yang memperoleh taraf ke-i dari faktor Sumber : Gaspersz, 1995
konsentrasi gluten Selanjutnya ditentukan daerah
µ = Nilai tengah umum (rata-rata yang penolakan hipotesis, yaitu:
sebenarnya) dari nilai pengamatan H0 ditolak, jika F hitung ≤ dari F tabel
Kk = Efek perlakuan dari kelompok ke-k taraf 5%, yang berarti tidak terdapat
Ai = Pengaruh konsentrasi gluten ke-i pengaruh yang nyata atau tidak ada
faktor A pengaruh konsentrasi gluten terhadap pasta
I = 1,2,3,4,5,6 (banyaknya variasi kering ganyong.
konsentrasi gluten (a1, a2, a3, a4, a5, a6)) H0 diterima, jika F hitung > dengan dari F
J = 1,2,3,4 (banyaknya ulangan) tabel taraf 5%, yang berarti terdapat
Εij = Pengaruh galat percobaan dari pengaruh yang nyata atau ada pengaruh
pengaruh perlakuan konsentrasi gluten konsentrasi gluten terhadap pasta kering
pada taraf ke-i ganyong (Gaspersz, 1995).
Tabel 1. Desain Percobaan Pengaruh 2.2.6. Rancangan Respon
Konsentrasi Gluten Terhadap Karakteristik Rancangan respon yang akan
Pasta Kering Ganyong dilakukan pada penelitian ini meliputi
Kelompok Perlakuan
Ulangan 0% 10% 12,5% 15% 17,5% 20%
respon kimia dan respon organoleptik.
(a1) (a2) (a3) (a4) (a5) (a6) 1. Respon Kimia
1 a11 a21 a31 a41 a51 a61 Respon kimia yang dilakukan
2 a12 a22 a32 a42 a52 a62 terhadap produk akhir pasta adalah analisis
3 a13 a23 a33 a43 a53 a63
4 a14 a24 a34 a44 a54 a64 kadar air dengan metode gravimetri, dan

6
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG

analisis kadar protein metode Kjedahl Kemudian diendapkan agar memudahkan


(AOAC, 1995). pada saat membuang larutan.
2. Respon Organoleptik 3. Pencucian dan Pengendapan
Uji organoleptik yang digunakan Pati ganyong yang sudah direndam
dalam penelitian ini adalah uji kesukaan dengan menggunakan larutan natrium
panelis terhadap respon produk yang diuji bisulfit kemudian dicuci dengan
dengan skala hedonik. Panelis yang menggunakan air dan diendapkan kembali.
digunakan untuk menguji pasta ganyong 4. Pengeringan
sebanyak 15 orang. Uji organoleptik ini Proses pengeringan tepung
dilakukan terhadap pasta kering sebelum dilakukan dengan mengggunakan mesin
dan setelah rehidrasi dengan skala hedonik tunnel dryer dengan suhu 50oC selama 2,5
sebagai berikut : jam. Proses pengeringan ini bertujuan untuk
a. Skala hedonik terhadap pasta kering memudahkan pengayakan dan mencegah
sebelum rehidrasi yaitu warna dan tekstur. kerusakan mikrobiologis pada tepung yang
b. Skala hedonik terhadap pasta kering masih basah.
setelah rehidrasi yaitu warna, rasa, aroma 5. Penghancuran
dan kelengketan. Proses penghancuran dilakukan
Kriteria penilaian uji ini seperti yang untuk mempermudah proses pengayakan.
dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil penelitian 6. Pengayakan
dikumpulkan dan dimasukan kedalam Proses pengayakan dilakukan untuk
formulir pengisian, selanjutnya data menyeragamkan ukuran suatu bahan.
tersebut diolah secara statistik. Proses pengayakan terhadap pati ganyong
Tabel 3. Kriteria Skala Hedonik Uji dilakukan dengan menggunakan ayakan
Organoleptik ukuran 100 mesh.
Skala Hedonik Skala Numerik b. Metode II
Sangat suka 7 1. Penimbangan
Suka 6 Pati ganyong yang akan di bleaching
Agak suka 5 terlebih dahulu ditimbang sesuai dengan
Biasa 4 banyaknya pati yang akan digunakan.
Agak tidak suka 3 2. Perendaman dan Pengendapan
Tidak suka 2 Perendaman (bleaching) dilakukan
Sangat tidak suka 1 agar pati ganyong yang dihasilkan berwarna
Sumber : Kartika dkk., 1988 putih bersih. Perendaman ganyong
2.2.7. Analisis Sampel Terpilih menggunakan larutan natrium bisulfit
Analisis ini dilakukan terhadap dengan konsentrasi 0,3% selama 24 jam,
sampel terpilih pasta kering ganyong yang tetapi setelah 12 jam air rendaman diganti
telah dimasak kemudian dilakukan respon dengan yang baru.
fisik yaitu persen elongasi dengan metode 3. Pencucian dan Pengendapan
ASTM D638. Pati ganyong yang sudah direndam
dengan menggunakan larutan natrium
2.3. Deskripsi Percobaan bisulfit kemudian dicuci dengan
2.3.1. Percobaan Penelitian Pendahuluan menggunakan air dan diendapkan kembali.
a. Metode I 4. Pengeringan
1. Penimbangan Proses pengeringan tepung
Pati ganyong yang akan di bleaching dilakukan dengan mengggunakan mesin
terlebih dahulu ditimbang sesuai dengan tunnel dryer dengan suhu 50oC selama 2,5
banyaknya pati yang akan digunakan. jam. Proses pengeringan ini bertujuan untuk
2. Perendaman dan Pengendapan memudahkan pengayakan dan mencegah
Perendaman (bleaching) dilakukan kerusakan mikrobiologis pada tepung yang
agar pati ganyong yang dihasilkan berwarna masih basah.
putih bersih. Perendaman ganyong 5. Penghancuran
menggunakan larutan natrium bisulfit Proses penghancuran dilakukan
dengan konsentrasi 0,3% selama 24 jam. untuk mempermudah proses pengayakan.

7
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG

6. Pengayakan Diagram alir proses pembuatan pasta


Proses pengayakan dilakukan untuk kering ganyong dapat dilihat pada Gambar
menyeragamkan ukuran suatu bahan. 6.
Proses pengayakan terhadap pati ganyong Pati Ganyong

dilakukan dengan menggunakan ayakan


ukuran 100 mesh. Penimbangan
500g
3.3.2. Percobaan Penelitian Utama
Proses pembuatan pasta kering pada Natrium bisulfit Perendaman dan Pengendapan
0,3% (b/v) 24 jam
penelitian utama meliputi tahap-tahap
sebagai berikut : pencampuran, Penirisan
Air sisa
rendaman
pengadonan, pencetakan, pengukusan, dan
pengeringan. Endapan
1. Pencampuran I
Pada pencampuran I pati ganyong
Air bersih Pencucian dan Pengendapan Air kotor
dicampurkan dengan gluten yang
konsentrasinya sudah ditentukan, kemudian Air sisa
Penirisan
aduk hingga merata. rendaman

2. Pencampuran II
Pada pencampuran II pati ganyong Endapan

yang sudah dicampur dengan gluten


Pengeringan
kemudian ditambahkan telur. T= 50oC, t= 2,5 jam
Uap air

3. Pencampuran III
Pada tahap ini mula-mula ¼ pati Pengayakan
80 mesh
ganyong, garam dan air dipanaskan hingga
terbentuk lem. Setelah lem terbentuk, Pati Ganyong

campurkan dengan pati ganyong yang


sudah ditambahkan dengan gluten dan telur.
Gambar 1. Diagram Alir Proses Bleaching
Semua bahan dicampurkan serta diaduk
Pati Ganyong Dengan Metode I Pada
hingga merata.
Penelitian Pendahuluan
4. Pengulenan
Setelah dilakukan pencampuran,
kemudian dilakukan pengadonan selama 15
menit sampai adonan menjadi kalis.
5. Pencetakan
Pencetakan dilakukan dengan
menggunakan rol pencetak agar
mendapatkan ketebalan, ukuran dan bentuk
yang seragam.
6. Pengukusan
Untaian pasta yang telah tercetak
perlu dikukus terlebih dahulu sebelum
dilakukan pengeringan untuk menghasilkan
pasta kering. Pengukusan untaian mie ini
bertujuan untuk gelatinisasi pati sehingga
pasta tidak akan hancur ketika dimasak.
Proses pengukusan kedua dilakukan dengan
menggunakan uap panas bersuhu 90-
100oC. Sedangkan lama waktu pengukusan
selama 10 menit.
7. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan
menggunakan tunnel dryer pada suhu 80oC
dengan lama pengeringan 2 jam.

8
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG

Pati Ganyong
III HASIL DAN PEMBAHASAN
Penimbangan
500g
3.1. Penelitian Pendahuluan
Natrium bisulfit
0,3% (b/v)
Perendaman dan Pengendapan
12 jam
Air sisa
rendaman
Penelitian pendahuluan bertujuan
untuk menentukan perlakuan-perlakuan
Penirisan
Air sisa
penirisan yang paling optimal yang akan digunakan
pada penelitian utama yaitu untuk
Endapan
menentukan metode perendaman dengan
Natrium bisulfit Perendaman dan Pengendapan Air sisa menggunakan natrium bisulfit, dengan
0,3% (b/v) 12 jam rendaman
konsentrasi 0,3% (b/v) selama 24 jam.
Penirisan
Air sisa
penirisan
Metode yang pertama yaitu direndam tanpa
adanya pergantian air rendaman, dan yang
Endapan
kedua yaitu adanya pergantian air rendaman
setelah 12 jam. Penelitian pendahuluan ini
Air bersih Pencucian dan Pengendapan Air kotor
akan dilakukan analisis kadar pati dan
Penirisan
Air sisa
penirisan
pengamatan derajat putih.
Proses pemutihan pati ganyong ini
Endapan dilakukan pada tepung pati ganyong yang
Pengeringan
sudah jadi tetapi masih memiliki warna
Uap air
T= 50oC, t= 2,5 jam yang kurang cerah, sehingga dilakukan
Pengayakan proses pemutihan agar tepung pati ganyong
80 mesh
yang dihasilkan bisa lebih putih. Sebelum
Pati Ganyong dilakukan proses pemutihan, kadar pati
pada pati ganyong yaitu sebesar 81,74%.
Gambar 2. Diagram Alir Proses Bleaching Hasil analisis kadar pati dan derajat putih
Pati Ganyong Dengan Metode II Pada pada tepung pati ganyong dapat dilihat pada
Penelitian Pendahuluan Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Analisis Kadar Pati dan
Derajat Putih Tepung Pati Ganyong
T. gluten : Pati Ganyong (Metode I)
0% : 60% Perlakuan Kadar Derajat
10% : 50%
12,5% : 47,5% Pati (%) Putih (%)
15% : 45%
17,5% : 42,5%
Metode I
20% : 40% (Direndam
Natrium bisulfit
67,625 62,05
¼ pati ganyong selama 24 jam)
Air 35% Telur 4% Pencampuran I
Garam 1% Metode II
(Ada pergantian air
Pemanasan
Pencampuran II rendaman Natrium 51,135 64,20
bisulfit setelah 12
Pengulenan jam)
Adonan (t = 15 menit)

Perlakuan yang diambil untuk


Pencetakan
penelitian utama yaitu metode pertama
(direndam tanpa adanya pergantian air
Pengukusan
(T = 85oC, t = 10 menit) Uap Air rendaman). Metode pertama diambil karena
dari hasil analisis kadar pati metode
Pengeringan
pertama lebih besar yaitu 67,63%
(T = 60oC, t = 2,5 jam) Uap Air
dibandingkan metode kedua yaitu 51,13%,
sedangkan dari hasil analisa derajat putih
Pasta Kering
Ganyong
didapat hasil dengan selisih 2,15% yaitu
metode pertama 62,05% dan metode kedua
64,20%, serta hemat dalam penggunaan air.
Gambar 3. Diagram Alir Pembuatan Pasta
Kadar pati menunjukkan kualitas
Kering Ganyong Pada Penelitian Utama
pati murni yang dihasilkan. Menurut

9
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG

Damayanti (2002), kadar pati untuk pati sedikitnya jumlah air selama ekstraksi.
ganyong tanpa perlakuan adalah sebesar Protein dapat menyebabkan granula pati
85,60-85,94% (bk) serta kadar pati ganyong berubah dari warna putih menjadi lebih
dengan penambahan NaHSO3 sebesar 3000 gelap (pencokelatan non-enzimatik).
ppm sebesar 92,62-92,93% (bk). Perbedaan Kecepatan pencokelatan non-enzimatik
varietas dan umur umbi ganyong yang tergantung pada suhu dan waktu
digunakan akan menghasilkan kadar pati pengeringan. Umumnya meningkatnya suhu
yang berbeda pula. Pada pembuatan pati, pengeringan akan mempercepat kecepatan
pengaruh air dalam proses ekstraksi juga terjadinya proses pencokelatan non-
merupakan faktor yang sangat berpengaruh enzimatik (Arsdel et al., 1964). Selain itu,
terhadap jumlah pati yang dihasilkan. zat fenol yang ada pada umbi ganyong bila
Pati ganyong memiliki warna berinteraksi dengan oksigen akan menjadi
kecoklatan sehingga kenampakannya berwarna kecokelatan sehingga akan
kurang menarik bila diolah untuk berbagai menyebabkan off-colour.
produk. Hal ini disebabkan umbi ganyong
3.2. Penelitian Utama
memiliki serat dan enzim phenolase yang
tinggi sehingga mudah mengalami Pada penelitian utama dilakukan
pencoklatan. Salah satu cara yang dapat proses pembuatan produk pasta kering
dilakukan untuk memperbaiki warna dari ganyong dengan penambahan gluten
pati ganyong adalah dengan perendaman dengan konsentrasi yang berbeda-beda,
pati ganyong dalam larutan natrium bisulfit. dengan notasi a1= 0% (tanpa penambahan
Sulfit berperan sebagai inhibitor bagi gluten); a2= 10%%; a3= 12,5%;
polifenol oksidase, dan dapat mereduksi O2 a4= 15%; a5= 17,5%; a6= 20%.
sehingga proses oksidasi tidak berlangsung Rancangan respon yang dilakukan
atau bereaksi dengan quinon (Eskin,1990). pada penelitian utama terdiri dari dua
Sulfit menghambat reaksi pencoklatan respon yaitu respon kimia, dan respon
dengan mengikat logam Cu pada enzim organoleptik. Respon kimia yaitu terhadap
(Lindsay, 1985). Winarno (1997) kadar air dan kadar protein. Respon
menyatakan bahwa molekul sulfit lebih organoleptik terhadap warna dan tekstur
mudah menembus dinding sel (sebelum dimasak), serta warna, aroma,
mikroorganisme, bereaksi dengan rasa, dan kelengketan (setelah dimasak),
asetaldehida membentuk senyawa yang kemudian analisis untuk produk terpilih
tidak dapat difermentasi oleh enzim yaitu % elongasi.
mikroorganisme, mereduksi ikatan disulfida 3.2.1. Analisis Kimia
enzim dan bereaksi dengan keton 3.2.1.1. Kadar Air
membentuk hidroksisulfonat yang dapat Hasil analisis variansi pada lampiran
menghambat mekanisme respirasi. 8 nomor 1 menunjukan bahwa konsentrasi
Derajat putih merupakan mutu yang gluten berpengaruh nyata terhadap kadar air
dapat menunjukkan pengaruh penambahan pasta kering ganyong pada taraf 5%. Hasil
zat pemucat berupa natrium bisulfit secara uji duncan kadar air pasta kering ganyong
langsung. Warna yang semakin putih dapat dilihat pada Tabel 5.
dengan penambahan pemucat akan
menunjukkan bahwa zat ini bekerja secara
baik dalam menghambat kerja enzim
fenolase. Penambahan zat pemucat
mempengaruhi derajat putih pati ganyong
yang dihasilkan. Nilai derajat putih
dibandingkan dengan standar berupa MgO
atau BaSO4.
Tinggi rendahnya derajat putih dapat
juga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
faktor alat pencuci, tingkat kebersihan awal
umbi ganyong, serta penggunaan banyak

10
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG

Tabel 5. Pengaruh Konsentrasi Gluten Tabel 6. Pengaruh Konsentrasi Gluten


Terhadap Kadar Air (%) Pasta Kering Terhadap Kadar Protein (%) Pasta Kering
Ganyong Ganyong
Perlakuan Rata-rata Taraf 5% Perlakuan Rata-rata Taraf 5%
a1 (0%) 7.30 a a1 (0%) 1.50 a
a2 (10%0 8.01 b a2 (10%0 11.33 b
a3 (12,5%) 8.88 c a3 (12,5%) 13.70 c
a4 (15%) 9.50 d a4 (15%) 15.95 d
a5 (17,5%) 10.23 e a5 (17,5%) 18.48 e
a6 (20%) 11.53 f a6 (20%) 22.03 f
Keterangan: Setiap huruf yang berbeda Keterangan: Setiap huruf yang berbeda
menyatakan berbeda nyata pada taraf 5% menyatakan berbeda nyata pada taraf 5%
Peningkatan persentase gluten yang Semakin meningkatnya penambahan
ditambahkan mempunyai kecenderungan gluten pada pembuatan pasta kering
meningkatnya kadar air pasta kering ganyong mampu meningkatkan kadar
ganyong. Menurut Bower (1992) protein. Gluten terdiri dari dua komponen
penyerapan air oleh protein gluten tiga kali besar yaitu gliadin dan glutenin yang
berat keringnya. Gluten terdiri dari dua umumnya digunakan untuk meningkatkan
komponen besar yaitu gliadin dan glutenin. kadar protein produk dan memperbaiki
Gluten ini akan mengikat air, dengan rheologi terutama dalam membentuk
semakin bertambahnya penggunaan gluten viskoelastisitas adonan. Gliadin mempunyai
dan semakin berkurannya pati ganyong kontribusi dalam membentuk ekstensibilitas
dalam tepung campuran akan semakin sedangkan glutenin membentuk kekuatan
banyak air yang dapat diikat oleh gluten dan elastisitas (Bushuk & Rasper, 1994).
sehingga akan meningkatkan kadar air pasta Berdasarkan SNI 01-3777-1995 yang
ganyong yang dihasilkan. Menurut Sutomo mengacu pada makaroni syarat mutu kadar
(2006), air berfungsi sebagai media reaksi protein yang harus dimiliki yaitu minimal
antara gluten dan karbohidrat (pati), 10%. Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa
melarutkan garam dan membentuk sifat semua perlakuan memenuhi syarat untuk
kenyal gluten. Pati dan gluten akan kadar protein kecuali perlakuan a1 karena
mengembang dengan adanya air. tidak ada penambahan gluten.
Berdasarkan SNI 01-3777-1995 3.2.2. Uji Organoleptik
yang mengacu pada makaroni syarat mutu a. Sebelum Dimasak
kadar air yang harus dimiliki yaitu Respon uji organoleptik pada
maksimal 12,5%. Dari tabel 9 dapat dilihat pembuatan pasta kering ganyong sebelum
bahwa semua perlakuan memenuhi syarat dimasak yaitu warna dan tekstur.
mutu untuk kadar air. 1. Warna
3.2.1.2. Kadar Protein Hasil analisis variansi pada lampiran
Hasil analisis variansi pada lampiran 9 nomor 1 menunjukan bahwa konsentrasi
8 nomor 2 menunjukkan bahwa konsentrasi gluten berpengaruh nyata terhadap uji
gluten berpengaruh nyata terhadap kadar organoleptik warna pasta kering ganyong
protein pasta kering ganyong pada taraf 5%. sebelum dimasak pada taraf 5%. Hasil uji
Hasil uji duncan kadar protein pasta kering duncan uji organoleptik warna pasta kering
ganyong dapat dilihat pada Tabel 6. ganyong sebelum dimasak dapat dilihat
pada Tabel 7.

11
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG

Tabel 7. Pengaruh Konsentrasi Gluten Tabel 8. Pengaruh Konsentrasi Gluten


Terhadap Warna Pasta Kering Ganyong Terhadap Tekstur Pasta Kering Ganyong
Sebelum Dimasak Sebelum Dimasak
Perlakuan Rata-rata Taraf 5% Perlakuan Rata-rata Taraf 5%
a1 (0%) 2,75 a a1 (0%) 3,20 a
a2 (10%0 4,13 b a2 (10%) 4,12 bc
a3 (12,5%) 4,45 bc a3 (12,5%) 4,02 b
a4 (15%) 4,37 bc a4 (15%) 4,02 b
a5 (17,5%) 4,68 bc a5 (17,5%) 4,70 c
a6 (20%) 5,10 c a6 (20%) 4,63 bc
Keterangan: Setiap huruf yang berbeda Keterangan: Setiap huruf yang berbeda
menyatakan berbeda nyata pada taraf 5% menyatakan berbeda nyata pada taraf 5%
Semakin meningkatnya penambahan Semakin meningkat penambahan
gluten warna pasta mempunyai gluten semakin disukai oleh panelis, karena
kecenderungan semakin disukai panelis. tekstur yang dihasilkan yaitu tidak mudah
Warna untuk pasta sering diasosiasikan patah, sebaliknya penurunan kadar gluten
dengan warna kuning. Warna kekuningan menyebabkan pasta yang rapuh dan mudah
alami pada pasta disebabkan oleh patah. Protein gluten terutama fraksi
kandungan flavonoid, yaitu karotenoid gliadinnya mempunyai peran penting
(Kruger et al., 1996). Warna pasta kering dalam memperkuat adonan pasta (Ruiter,
ganyong dapat dipengaruhi oleh derajat 1978). Gluten merupakan suatu massa
putih yang rendah, yang disebabkan yang kohesif dan dapat meregang secara
kandungan fenol yang lebih tinggi yang elastis, sehingga peningkatan gluten akan
berakibat peningkatan aktivitas enzim menyebabkan adonan semakin elastis dan
fenolase sehingga menimbulkan warna tidak mudah putus, baik sewaktu
putih kecoklatan. Hal ini tampak dari pencetakan maupun gelatinisasi. Pati yang
semakin rendah konsentrasi gluten dan banyak mengandung amilopektin (amilosa
meningkatnya konsentrasi pati ganyong rendah), bila dimasak tidak mampu
akan merubah warna pasta kering ganyong membentuk gel yang kukuh dan pasta yang
menjadi mendekati warna kuning dan lebih dihasilkan lebih lunak (disebut ”long
kusam. Apabila dibandingkan dengan texture”). Sifat long texture tersebut
perlakuan a1 yang tanpa penambahan menyebabkan kecenderungan sifat yang
gluten warna pasta kering ganyong yang merenggang dan patah, sehingga
dihasilkan adalah warna putih yang kusam. menghasilkan tingkat pengembangan yang
2. Tekstur lebih besar.
Hasil analisis variansi pada lampiran b. Setelah Dimasak
9 nomor 2 menunjukan bahwa konsentrasi Respon uji organoleptik pada
gluten berpengaruh nyata terhadap uji pembuatan pasta kering ganyong setelah
organoleptik tekstur pasta kering ganyong dimasak yaitu warna, aroma, rasa dan
sebelum dimasak pada taraf 5%. Hasil uji kelengketan.
duncan uji organoleptik tekstur pasta kering 1. Warna
ganyong sebelum dimasak dapat dilihat Hasil analisis variansi pada lampiran
pada Tabel 8. 9 nomor 3 menunjukan bahwa konsentrasi
gluten berpengaruh nyata terhadap uji
organoleptik warna pasta kering ganyong
setelah dimasak pada taraf 5%. Hasil uji
duncan uji organoleptik warna pasta kering
ganyong setelah dimasak dapat dilihat pada
Tabel 9.

12
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG

Tabel 9. Pengaruh Konsentrasi Gluten Semakin meningkat penambahan


Terhadap Warna Pasta Kering Ganyong gluten mempunyai kecenderungan disukai
Setelah Dimasak panelis. Hal ini disebabkan karena tepung
Perlakuan Rata-rata Taraf 5% pati ganyong memiliki aroma khas tidak
seperti gluten yang lebih tawar dibanding
a1 (0%) 2,23 a tepung pati ganyong (Wijayanti, 2007). Pati
a2 (10%) 3,65 b ganyong mengandung protein dibawah 1%
dan kadar lemaknya tinggi yaitu 6,43%.
a3 (12,5%) 4,20 c
Inilah penyebab munculnya aroma khas
a4 (15%) 4,58 cd yang relatif tajam pada produk pati ganyong
a5 (17,5%) d dalam keadaan segar. Dengan demikian
4,95
jenis pati ini memiliki aroma yang tidak
a6 (20%) 5,27 d netral (Pangesthi, 2009). Kekurangan ini
Keterangan: Setiap huruf yang berbeda menjadi kendala atas produk pasta yang
menyatakan berbeda nyata pada taraf 5% dibuat dari pati ganyong, karena merubah
Penambahan gluten yang semakin aroma pasta yang dihasilkan. Hal ini
meningkat mempunyai kecenderungan tampak dari nilai rata-rata aroma pada
disukai panelis. Semakin meningkat proporsi pati ganyong, penggunaan tepung
konsentrasi gluten dapat memberikan warna pati ganyong yang meningkat dapat
dari putih kusam hingga warna kuning yang menurunkan kesukaan panelis terhadap
agak kusam. Tetapi ada perubahan warna pasta kering ganyong.
setelah pasta kering ganyong mengalami 3. Rasa
proses perebusan yaitu menjadi lebih putih Hasil analisis variansi pada lampiran
dan cerah. Hal ini disebabkan adanya 9 nomor 5 menunjukan bahwa konsentrasi
proses penyerapan air pada saat perebusan gluten berpengaruh nyata terhadap uji
yang menjadikan warna pasta kering organoleptik rasa pasta kering ganyong
ganyong setelah dimasak menjadi lebih setelah dimasak pada taraf 5%. Hasil uji
cerah. duncan uji organoleptik rasa pasta kering
2. Aroma ganyong setelah dimasak dapat dilihat pada
Hasil analisis variansi pada lampiran Tabel 11.
9 nomor 4 menunjukan bahwa konsentrasi Tabel 11. Pengaruh Konsentrasi Gluten
gluten berpengaruh nyata terhadap uji Terhadap Rasa Pasta Kering Ganyong
organoleptik aroma pasta kering ganyong Setelah Dimasak
setelah dimasak pada taraf 5%. Hasil uji Perlakuan Rata-rata Taraf 5%
duncan uji organoleptik aroma pasta kering
ganyong setelah dimasak dapat dilihat pada a1 (0%) 2,45 a
Tabel 10. a2 (10%) 3,15 b
Tabel 10. Pengaruh Konsentrasi Gluten
a3 (12,5%) 3,80 c
Terhadap Aroma Pasta Kering Ganyong
Setelah Dimasak a4 (15%) 4,27 d
Perlakuan Rata-rata Taraf 5% a5 (17,5%) 4,37 d
a1 (0%) 2,25 a a6 (20%) 4,75 e
a2 (10%) 3,00 b Keterangan: Setiap huruf yang berbeda
menyatakan berbeda nyata pada taraf 5%
a3 (12,5%) 4,02 c
Semakin meningkat konsentrasi
a4 (15%) 4,30 d gluten yang digunakan pada pasta kering
a5 (17,5%) d ganyong menyebabkan peningkatan
4,40
kesukaan panelis, hal ini disebabkan oleh
a6 (20%) 4,42 d rasa gluten lebih tawar dibandingkan pati
Keterangan: Setiap huruf yang berbeda ganyong. Pati ganyong mengandung protein
menyatakan berbeda nyata pada taraf 5% dibawah 1% dan kadar lemaknya tinggi
yaitu 6,43%. Adanya lemak akan

13
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG

menyebabkan oksidasi yang menimbulkan kecenderungan kelengketan yang disukai


pembentukan rasa dan aroma yang tidak panelis.
disukai. Sehingga semakin meningkatnya 3.3. Produk Terpilih
konsentrasi gluten dapat menutupi rasa Berdasarkan hasil analisis kimia dan
yang yang tidak disukai tersebut. pengujian organoleptik terhadap kadar air,
4. Kelengketan kadar protein, warna, aroma, rasa, tekstur,
Hasil analisis variansi pada lampiran dan kelengketan pasta kering ganyong pada
9 nomor 6 menunjukan bahwa konsentrasi penelitian utama, maka diperoleh perlakuan
gluten berpengaruh nyata terhadap uji terpilih yaitu perlakuan a4 dengan
organoleptik kelengketan pasta kering konsentrasi gluten 15%. Terpilihnya
ganyong setelah dimasak pada taraf 5%. perlakuan tersebut berdasarkan pemilihan
Hasil uji duncan uji organoleptik hasil analisis kimia dan pengujian
kelengketan pasta kering ganyong setelah organoleptik serta pertimbangan ekonomis
dimasak dapat dilihat pada Tabel 12. pada penggunaan tepung gluten. Produk
Tabel 12. Pengaruh Konsentrasi Gluten terpilih ini kemudian dilakukan pengujian
Terhadap Kelengketan Pasta Kering elongasi.
Ganyong Setelah Dimasak Hasil dari pengujian produk terpilih
Perlakuan Rata-rata Taraf 5% pasta ganyong dengan perlakuan a4
(konsentrasi 15%) didapat persen elongasi
a1 (0%) 3,00 a yaitu 24,6%. Persen elongasi adalah
a2 (10%) 3,47 b pertambahan panjang pasta akibat gaya
tarikan. Pasta dengan %elongasi tinggi
a3 (12,5%) 4,35 c
menunjukkan karaktersitik pasta yang tidak
a4 (15%) 4,60 cd mudah putus. Sifat ini penting karena kita
a5 (17,5%) de tidak ingin mengonsumsi pasta yang hancur
4,73
saat dimakan. Eliasson dan Gudmunsson
a6 (20%) 4,98 e (1996) menyatakan tingginya amilosa
Keterangan: Setiap huruf yang berbeda terlarut dan tingginya kemampuan
menyatakan berbeda nyata pada taraf 5% pengembangan granula mampu
Penambahan gluten dengan meningkatkan elastisitas. Sebaliknya
persentase yang semakin meningkat mampu tingginya amilopektin terlarut dapat
menurunkan kelengketan pasta masak. Hal mengganggu pembentukan gel dan
ini disebabkan karena pada saat menurunkan elastisitas. Hal ini
tergelatinisasi gluten dapat berikatan menunjukkan kecukupan gelatinisasi sangat
dengan pati membentuk matrik yang lebih menentukan sifat elongasi pasta.
kuat yang mampu mencegah kelengketan
(Kinsella et al., 1992). Tingginya nilai IV KESIMPULAN DAN SARAN
kelengketan pasta tanpa adanya
penambahan gluten disebabkan oleh 4.1. Kesimpulan
tingginya kebocoran amilosa yang larut
dalam air selama pemasakan sehingga Dari Penelitian yang telah dilakukan,
meningkatkan kadar amilopektin dan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
kelengketannya. berikut:
Menurut Prangdimurti (1991), pada 1. Hasil analisis kadar pati dan pengujian
proses perebusan terjadi gelatinisasi pati derajat putih yang terpilih untuk
dan koagulasi gluten sehingga dengan dilakukan pada penelitian utama adalah
terjadinya dehidrasi air dari gluten akan proses bleaching dengan metode I yaitu
menyebabkan pasta menjadi kenyal. Hal ini perendaman pati ganyong selama 24
disebabkan putusnya ikatan hidrogen, jam dengan konsentrasi natrium bisulfit
sehingga rantai ikatan kompleks pati-gluten 0,3% (b/v) tanpa adanya pergantian air
lebih rapat, sehingga pasta menjadi kuat rendaman.
dan tidak lengket dengan semakin tingginya 2. Perlakuan konsentrasi gluten
penambahan gluten mempunyai memberikan pengaruh yang nyata

14
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG

terhadap respon kimia kadar air dan Adawyah, R., (2007), Pengolahan dan
kadar protein produk serta respon Pengawetan Ikan, Edisi pertama,
organoleptik pada atribut warna dan Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
tekstur (sebelum dimasak), serta warna,
aroma, rasa dan kelengketan (setelah Astawan. M., (2002), Membuat Mie dan
dimasak). Bihun, Penerbit Penebar Swadaya,
3. Hasil penelitian utama produk pasta Cetakan ke-11, Bogor.
yang terpilih dari keseluruhan respon
adalah perlakuan a4 dengan konsentrasi AOAC, (1995), Official Methods of
gluten 15% menghasilkan kadar air Analysis of the association of
9,50%, kadar protein 15,95%. Official Analytical Chemistry,
AOAC inc., Wachington, DC.
4.2. Saran
1. Perlu adanya tambahan pewarna Arsdel, V.W.B., M.J.Copley dan
makanan untuk meningkatkan kesukaan A.I.Morgan. (1964). Food
panelis terhadap warna pasta kering Dehydration, vol.I. The Avi
ganyong Publishing Company, West-port
Conn.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
mengenai pengembangan proses pembuatan
Balla, B.K., Czuchajowska, Z., &
pasta kering ganyong agar dapat diproduksi
Pomeranz, Y., (1998), Role and
tidak hanya dalam skala laboratorium saja
Contribution of Starch and
melainkan dapat diaplikasikan kedalam
Protein Contents and Quality to
skala komersial
Texture Profile Analysis of
3. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut Oriental Noodles, Cereal Chem.,
mengenai nilai ekonomis dari pembuatan 71(4), 314-320.
pasta kering ganyong apakah layak untuk
diproduksi secara industri. Brendan J. Donnelly., (1991), Handbook of
Cereal Science and Technology,
DAFTAR PUSTAKA North Dakota State University,
Fargo, North Dakota.
Anonim, 2011, Pasta Dari Semolina,
http://foragri.wordpress.com/2011/10 Buckle, K.A., Edward, R.A., Fleet, G.H.,
/04/pasta-dari-semolina, Akses and Wootton, M., (1987), Ilmu
15/01/2012. Pangan, Penerjemah : Hari Purnomo
dan Adiono, Edisi Pertama, Penerbit
Anonim, (2011), Pasta, Universitas Indonesia, Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/pasta,
Akses 06/09/2011. Bushuk, W; Rasper, Vladimir F. (1994).
Wheat: Production, Properties and
Anonim, 2011, Seputar Pasta, Quality. Blakie Academic and
http://www.bogasari.com/favicon.ico Profesional. London.
, Bogasari, Akses 27/12/2011.
Bower, J. (1992). Food Theory and
Anonim, (2002), Petunjuk Teknis Proses Application. Second edition.
Pembuatan Aneka Tepung dari Macmilan Publishing Company.
Bahan Pangan Sumber New York
Karbohidrat Lokal, Balai
Penelitian Pascapanen Pertanian, Damayanti, N., 2002, Karakteristik Sifat
Jakarta. Fisikokimia Tepung dan Pati
Ganyong (canna edulis Ker),
Skripsi, Fakultas Teknologi
Pertanian IPB, Bogor.

15
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI, Gaspersz, V., (1995), Teknik Analisis
(1992), Daftar Komposisi Bahan Dalam Penelitian Percobaan, Jilid
Makanan, Bhratara Karya Aksara, 1. Tarsito, Bandung.
Jakarta.
Hermann, M., ((1999), Characterization
Departemen Pertanian, (2008), Ganyong, and Classification of Andean Root
www.deptan.go.id/ditjentan/admin/r and Tuber Crop Variability,
b/Ganyong.pdf, Akses 23/11/2011. Subproject Annual Progress
Report, CIP, Lima, Peru. 14p.
Desrosier, Norman W., (1988), Teknologi
Pengawetan Pangan, Edisi Pertama, Indriani, S., (2005), Desain Proses
Penerbit Universitas Indonesia, Pembuatan dan Formulasi Mi
Jakarta. Instan dari Campuran Tepung
Sorghum (Sorghum bicolor L),
Earle, R. L., (1982), Satuan Operasi Pati Jagung, dan Gluten Terigu,
Dalam Pengolahan Pangan, Skripsi, Fakultas Teknologi
Penerjemah Z. Nasution, Sastra Pertanian, IPB, Bogor.
Hudaya, Jakarta.
Kartika, B., P. Hastuti, dan W. Supartono,
Ekafitri, Riyanti, (2008), Diversifikasi (1988), Pedoman Uji Inderawi
Pangan Ubi Jalar, Bahan Pangan, Edisi ke Dua, Pusat
http://202.152.33.84/index.php, Antar Universias Pangan dan Gizi,
Diakses 21/03/2012. Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Ekawatiningsih, P., Komariah, K.,
Purwanti, S., (2008), Restoran, Jilid Kay, D.E., (1973), Root Crops, The
2, Penerbit Departemen Pendidikan Tropical Products Institute, Foreign
Nasional. and Common Wealth Office,
London.
Eliasson, Ann-Charlotte dan Magnus
Gudmundsson, (1996), Starch : Kinsella, J.E., (1984), Milk Protein :
Physicochemical and Functional Psyco- Chemical and Functional
Aspects, Di dalam: Ann-Charlotte Properties, CRC Critical Review in
Eliasson (Ed), Carbohydrates in Food Sci, Nutr, 2:197-262.
Food, Marcell Dekker Inc, New
York. Kusrini, Y., (2011), Studi Pembuatan Mie
Kering (Kajian Proporsi Tepung
Eskin N.A.M. (1990). Biochemistry of Kasava Terfermentasi Dan
Foods. 2nd edition. Academic Press, Penambahan Gluten Kering),
Inc. California. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian
Brawijaya, Malang.
Farida, S., (1999), Penggunaan Proporsi
Tepung Garut Dalam Pembuatan Kruger, J.E., R.B. Matsuo, Miskelly, dan
Mie Instan Dengan Penambahan J.W. Dick. (1996). Pasta and
Gluten Serta Pengaruhnya Noodle Technology. American
Terhadap Sifat Fisik, Kimia dan Association of Cereal Chemist, Inc.,
organoleptik, Program Pasca USA.
Sarjana, Universitas Brawijaya.
Lindsay, R. C. (1985). Food Additives. Di
Flach, M dan F. Rumawas, (1996), Plant dalam Fennema, O.R (ed.) Food
Resources of South East Asia, Chemistry. Marcell Dekker, Inc.,
Backhuys Publisher, London, P. 63- New York.
65.

16
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG

Lingga, P., (1986), Bertanam Ubi-ubian, Dari Umbi Ganyong, Suweg, Ubi
Edisi Pertama, Penerbit PT. Penebar Kelapa, Dan Gembili, Jurnal
Swadaya, Jakarta. Penelitian Pascapanen Pertanian
Volume 1, Nomor 1. BB-
Limroongreungrat, K., (2001), Pascapanen, Bogor.
Development of pasta product
using sweetpotato flour, Ruiter, D.D. (1978). Composite Flour. Di
http://hdl.handle.net/10724/5538, dalam: Y. Pomeranz (ed.).
Akses 21/03/2012. Advanced in Cereal Science and
Technology II. AACC Inc., St. Paul.
Lorenz, K.J., (1991). Handbook Of Cereal
Science and Technology, a Series Roisah, (2009), Produksi dan
Of Monograph text books and Karakterisasi Pati Ganyong
reference books, Marcel Dekker, (Canna Edulis Kerr), Skripsi,
Inc., New York. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Majzoobi, M., Ostovan. R., Farahnaky. A., Satin, M., (2001), Functional Properties of
(2011), Effects Of Gluten Powder Straches, AGSI homepage.
On The Quality Of Wheat Flour http://www.fao.org
Spaghetti Cooked In Distilled Or
Salted Water, Source: Journal of Subagjo, A., (2007), Manajemen
Texture Studies, Volume 42, Issue 6, Pengolahan Kue dan Roti (Pastry
page 468-477. Product Management), Edisi
Pertama, Penerbit Graha Ilmu.
Marchylo, B.A., Dexter J.E., Malcolmson, Yogyakarta.
L.J., (2004), Improving the Texture
of Pasta, Di dalam Roisah, (2009), Subarna, (1993), Baking Technology, Edisi
Produksi dan Karakterisasi Pati ke-2 Pusat Antar Universitas Institut
Ganyong (Canna Edulis Kerr), Pertanian Bogor, Bogor.
Skripsi, Institut Pertanian Bogor,
Bogor. Suhardi, (1989), Kimia dan Teknologi
Protein, Edisi Pertama, PAU Pangan
Mc Guinness, K., (2008), Calories In : dan Gizi, Universitas Gajah Mada,
Flours Arrowroot Flour, Dry, Yogyakarta.
www.calorieking.com, Diakses
22/01/2009. Susanto, T. dan B. Saneto, (1994),
Teknologi Hasil Pertanian, Edisi
Pangesthi, L. T., (2009), Pemanfaatan Pati Pertama, Penerbit Bina Ilmu,
Ganyong Pada Pembuatan Mie Surabaya.
Segar Sebagai Upaya
Penganekaragaman Pangan Non Sutomo, (2006), Sejarah dan Aneka Jenis
Beras, Media Pendidikan Gizi dan Mie,
Kuliner, Vol 1, No. 1. http://www.budiboga.blogspot.com,
Diakses 24/09/1012.
Prangdimurti, E. (1991). Fortifikasi Zat
Besi pada Mie Kering yang Dibuat Sutomo, B., (2008), Variasi Mi dan Pasta,
dari Campuran Tepung Terigu Edisi pertama, Penerbit Kawan
dan Tepung Singkong. Skripsi. Pustaka, Jakarta.
FATETA, IPB. Bogor.
Standarisasi Nasional Indonesia, (1995),
Richana, N., dan Sunarti, T.C., (2004), Standar Mutu Makaroni,
Karakterisasi Sifat Fisiko Kimia Departemen Perdagangan dan
Tepung Umbi Dan Tepung Pati Perindustrian, Jakarta.

17
PENGARUH KONSENTRASI GLUTEN TERHADAP KARAKTERISTIK PASTA KERING GANYONG

Thitipraphunkul, Kittiwut, Uttapap, D.,


Piyachomkwan, K., Takeda, Y.,
(2003), A Comparative Study of
Edible Canna (Canna edulis)
Starch from Different Cultivars,
Part I, Chemicaal Composition and
Physicochemical Properties, J Carbo
Polimers, 53 : 317-324.

Watcharatewinkul, Yanika, Puttanlek C.,


Rungsardthong V., Uttapap D.,
(2009), Pasting Properties of a
Heat-Moisture Treated Canna
Starch in Relation to its Structural
Characteristics, Carbo Polymers 5
:505-511.

Widowati, S., (2001), Teknik Produksi


aneka Tepung dan Pati dari Bahan
Pangan Sumber Karbohidrat
Serta Potensi Pemanfaatannya.
BALITKABI, Malang 17 Oktober
2001.

Wijayanti, Y. R., (2007), Substitusi


Tepung Gandum Dengan Tepung
Garut Pada Pembuatan Roti
Tawar, Skripsi, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.

Winarno, F. G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz,


(1980), Pengantar Teknologi
Pangan, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan


Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Yung, O. H., (1995), Pembuatan Daging


Tiruan Dari Kedelai dan gluten
Terigu, Skripsi Fakultas Teknologi
Pertanian, IPB, Bogor.

18

You might also like