Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Budi Pekerti

Pada Siswa SMK Swasta Teladan Indrapura Desa Tanah Merah


Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara

Dina Lufi Veronika, Masrina Rambe, Yusman

Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Tebing Tinggi Deli


1. S.Ag., M.Si., MASRINA RAMBE
2. S.Ag., MA., YUSMAN

ABSTRAK
The results of this research, the role of Islamic Education teachers in
fostering the character of students in Indrapura Exemplary Private Vocational
Schools has played an active role. This can be seen from the efforts and coaching
by Islamic Education teachers in Indrapura Exemplary Private Vocational
Schools. Teachers of PAI Indrapura Exemplary Private Vocational Schools play
an active role as role models for students by displaying good behavior, good
speech, neat in dress, honest, respectful and assertive in all matters.
Indrapura Private PAI Teachers also play an active role in inviting
students to goodness such as congregational prayer, dhuha prayer, and doing other
good things related to the character of a student. As for the methods used by
Islamic Religious Education teachers in fostering the character of students in
Vocational Schools Indrapura's Exemplary Private methods are examples,
exemplary methods, methods of giving advice, and punishment. In fostering the
character of students in Indrapura Private Vocational Schools, PAI teachers often
find constraints that can hinder in developing students' character in Indrapura
Private Vocational High School. These obstacles include the rise of online games,
the backgrounds of different students and peers. Constraints encountered
indirectly can hinder the process of fostering students' character in Indrapura's
Exemplary Private Vocational School.

Keywords : Role of PAI Teachers, Student Character


A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting di zaman sekarang ini,
pendidikan dapat membentuk seseorang menjadi berkualitas dan memiliki
pandangan yang luas kedepan untuk mencapai cita-cita yang di harapkan dan
mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan.
Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala
aspek kehidupan. Pembangunan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan
aspek intelektual saja melainkan watak, moral, sosial dan fisik seorang peserta
didik atau dengan kata lain menciptakan manusia seutuhnya. Upaya ini dilakukan
dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia serta mutu pendidikan.
Di sekolah orang yang sangat berperan dalam mendidik anak adalah guru. Dapat
dikatakan seorang guru merupakan pendidik kedua setelah kedua orangtua
seorang anak maupun siswa. Di sekolah guru menjadi tumpuan yang paling utama
dalam pelaksanaan pembelajaran. Suatu lembaga pendidikan atau sekolah tidak
disebut lembaga apabila didalamnya tidak terdapat sosok seorang pendidik atau
guru.
Seorang guru memegang peran yang sangat penting dan strategis sebab ia
bertanggung jawab mengarahkan anak didiknya dalam hal penguasaan ilmu dan
penerapannya dalam kehidupan dan dalam menanamkan serta memberikan
tauladan yang baik terhadap anak didiknya kaitannya dengan pendidikan agama
Islam. Seorang guru tidak hanya bertugas untuk mentrasfer ilmu pengetahuan
semata, tetapi jauh lebih berat yaitu untuk mengarahkan dan membentuk perilaku
atau kepribadian anak didik sehingga mereka yakini terlebih guru pendidikan
agama Islam.
Pendidikan agama sangat berperan dalam pembentukan perilaku anak
maupun dalam pembentukan budi pekerti seorang siswa sehingga pembentukan
pribadi anak didik membaur sesuai pertumbuhan dan perkembangan anak
memerlukan pendidikan dengan persyaratan-persyaratan tertentu dan pengawasan
serta pemeliharaan yang terus-menerus sehingga pelatihan dasar dalam
pembentukan kebiasaan dan sikap memiliki kemungkinan untuk berkembang
secara wajar dalam kehidupan dimasa mendatang. Untuk membina agar anak
mempunyai budi pekerti yang baik tidaklah mungkin dengan penjelasan
pengertian saja, akan tetapi perlu adanya pembinaan yang sistematis dari seorang
pendidik serta membiasakannya untuk melakukan yang terbaik dan diharapkan
nantinya akan mempunyai budi pekerti yang baik dan bisa menjauhi sifat yang
tercela.
Ketika berbicara tentang budi pekerti khususnya di kalangan pelajar,
berbagai potret buram yang telah dilakukan oleh mayoritas mereka. Ada beberapa
hal yang begitu lekat di telinga, berkaitan dengan kenakalan di kalangan pelajar,
di antaranya adalah rambut yang tidak rapi, seragam yang kotor tidak terawat,
merokok, memakai anting dengan satu telinga, tawuran yang seakan menjadi
menu sehari-hari mereka. Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa terjadi
pergeseran nilai-nilai secara drastis. Kalau dulu gambaran orang mengenai pelajar
salah satu sosok intelek, ramah, sopan dan tanggung jawab maka sekarang
sebaliknya.
Sekolah SMK Swasta Teladan Indrapura yang terletak di Desa Tanah
Merah Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara merupakan salah satu SMK di
Indrapura yang sudah melakukan dan menerapkan pendidikan budi pekerti kepada
para siswanya. Namun, dari hasil observasi awal peneliti lakukan, masih adanya
berbagai permasalahan tentang budi pekerti siswa di SMK Swasta Teladan ini,
dimana masih banyaknya siswa yang tidak melakukan kewajibannya sesuai
dengan peraturan yang diwajibkan bagi seorang siswa, masih banyaknya siswa
yang mempunyai niat bolos tidak mengikuti pelajaran bidang studi dikelas,
melanggar peraturan yang ada.
Contohnya cara berpakaian, cara berbicara antar teman dilokasi sekolah,
bulliying antara sesama siswa, melanggar peraturan yang dibuat sekolah dan lain-
lain sebagainya. Selain itu, observasi juga terlihat masih banyak siswa yang dating
terlambat. Terutama bagi siswa yang jarak antara sekolah dengan rumahnya masih
terbilang cukup dekat. Perbuatan-perbuatan tersebut kemungkinan masih
kurangnya pendidikan agama yang para siswa dapatkan di sekolah. Sehingga
membuat mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang kurang terpuji.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti termotivasi untuk mengetahui lebih
jauh lagi tentang peran guru pendidikan agama Islam dalam pembinaan budi
pekerti siswa. Walaupun seorang guru memiliki teori yang baik akan tetapi tidak
didukung dengan teknik dan metode yang baik, maka tidak akan mendapatkan hal
yang baik juga. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang
Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Budi Pekerti Pada Siswa
SMK Swasta Teladan Indrapura Desa Tanah Merah Kecamatan Air Putih
Kabupaten Batu Bara.
B. Landasan Teoritis
1. Defenisi Peran
Secara umum pengertian peran adalah aspek dinamis dari kedudukan
atau status. Peran adalah kombinasi adalah posisi dan pengaruh. Seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban, berarti telah menjalankan suatu peran.
Menurut Soerjono Soekanto peran merupakan aspek dinamis kedudukan
(status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa peran adalah sesuatu yang dilakukan
seseorang dalam suatu ruang lingkup atau peristiwa.
Hakekatnya peran juga dapat dirumuskan sebagai suatu rangkaian
perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu jabatan tertentu. Kepribadian
seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran itu harus dijalankan. Peran
yang dimainkan hakekatnya tidak ada perbedaan, baik yang dimainkan/
diperankan pimpinan tingkat atas, menengah maupun bawah akan
mempunyai peran yang sama. Menurut Abu Ahmadi peran adalah suatu
kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan
berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosialnya.1
Peran adalah suatu rangkaian yang teratur yang ditimbulkan karena
suatu jabatan. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan
untuk hidup berkelompok. Dalam kehidupan berkelompok tadi akan terjadi
interaksi antara anggota masyarakat yang satu dengan anggota masyarakat
yang lainnya. Dalam kehidupan bermasyarakat itu munculah apa yang
dinamakan peran. Dari uraian diatas peneliti dapat simpulkan bahwa Peran
merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan seseorang, apabila seseorang

1
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta; Rineka Cipta, 2010) Edisi Revisi. h. 55
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka
orang yang bersangkutan menjalankan suatu peranan.
2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam bahasa Indonesia kata Guru berasal dari bahasa sansekerta
yang berarti orang yang digugu atau orang yang dituruti pendapat dan
perkataanya. Seorang guru merupakan panutan bagi para murid-muridnya
sehingga setiap perkataannya selalu dituruti dan setiap perilaku dan
perbuatannya menjadi teladan bagi para murid-muridnya. Secara etimologi
dalam literatur kependidikan Islam seorang guru biasa disebut sebagai ustadz,
mu`alim, murabbiy, mursyid, mudarris, dan mu`addib, yang artinya orang
memberikan ilmu pengetahuan dengan tujuan mencerdaskan dan membina
akhlak peserta didik agar menjadi orang yang berkepribadian baik.2
Sedangkan secara terminologi menurut Muhaimin bahwa guru adalah orang
yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid,
baik secara individual maupun secara klasikal. Baik disekolah maupun
diluar sekolah.3
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang
memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat
tertentu, tidak mesti dalam lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga
dilakukan di mesjid, di surau/ mushollah, di rumah dan lain sebagainya.4
Menurut Arifin guru agama adalah hamba Allah yang mempunyai cita-cita
Islami, yang telah matang rohaniah dan jasmaniah serta memahami
kebutuhan perkembangan siswa bagi kehidupan masa depannya, ia tidak
hanya mentransfer ilmu pengetahuan yang diperlukan oleh siswa akan tetapi
juga memberikan nilai dan tata aturan yang bersifat ke dalam pribadi siswa
sehingga menyatu serta mewarnai prilaku yang bernafaskan Islam.5
Berdasarkan berbagai pengertian guru diatas dapat disimpulkan bahwa
2
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2005). h. 44-49.
3
Ibid. h. 49.
4
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000). h. 31.
5
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta; Bumi Aksara, 2006). h. 193
seorang guru adalah orang yang memberikan pendidikan atau ilmu
pengetahuan kepada peserta didik dengan tujuan agar peserta didik mampu
memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam
Allah mengajar para Rasul-Nya melalui wahyu. Materi pembelajaran
yang disampaikan Allah kepada mereka berupa pesan-pesan yang berisi
perintah dan larangan, yang selanjutnya mesti pula diajarkan oleh mereka
kepada para umatnya. Pesan-pesan itu mesti dipahami dan diamalkan.
Dengan demikian para Rasul tersebut adalah guru bagi ummatnya. Menurut
Imam al-Ghazali yang sebagaimana dikutip oleh Kadar M. Yusuf
berpendapat bahwa, salah satu tugas seorang pendidik yang paling utama
adalah membersihkan, menyempurnakan, dan menyucikan, serta
membawakan hati manusia untuk lebih dekat (taqarrub) hanya kepada Allah
Swt. Karena tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya untuk
mendekatkan diri hanya kepada Allah.6 Secara umum, ada bebarapa yang
menjadi tugas-tugas seorang guru agama, yaitu:
a. Guru agama bertugas mengajar dan mendidik. Guru di sekolah
bertugas mengajar dan mendidik siswa-siswanya agar menjadi
manusia yang beretika, di samping itu tugas guru agama harus
menjadikan anak didiknya menjadi manusia yang memiliki
kepribadian muslim.
b. Guru agama sebagai seorang da’i. Guru agama sebagai da’i artinya
guru harus dapat berfungsi memberikan pengertian-pengertian
positif kepada guru-guru lainnya, sehingga pelaksanaan pendidikan
agama tidak menghadapi hambatan.
c. Guru agama sebagai pembimbing dan penyuluh. Guru agama harus
dapat berfungsi sebagai pembimbing dan penyuluh anak didiknya.
Maka guru harus peka terhadap sikap dan tingkah laku anak
didiknya. Guru agama berkewajiban membina jiwa anak didik baik
di sekolah maupun di luar sekolah. Karena guru ajuga sebagai
pembina mental dan spiritual. Maka guru harus aktif dalam
bimbingan dan penyuluhan agama di sekolahnya.

4. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam


Seorang guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam
pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan yang sangat

6
Kadar M. Yusuf, Tafsir Tarbawi; Pesan-pesan Al-Qur’an Tentang Pendidikan,
(Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2013). h. 64-65
penting dalam suatu proses pembelajaran. selain dari pada itu, guru juga
memiliki peranan yang sangat banyak yaitu meliputi, pengajar, pemimpin
kelas, pembimbing, pengatur lingkungan belajar, perencanaan pembelajaran,
supervisor, motivator, dan sebagai evaluator. Peran guru secara umum
menurut Ngalim Purwanto adalah terciptanya serangkaian tingkah yang
saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan
dengan kemajuan tingkah laku dan perkembangan peserta didik yang menjadi
tujuannya.7Dari pendapat para ahli yang telah di paparkan, dapat calon
peneliti simpulkan bahwa peran guru Pendidikan Agama Islam adalah
mengajarkan, membimbing, dan mengarahkan peserta didik ke arah yang
lebih baik, serta mengajarkan peserta didik agar tidak menyimpang dari
syariat-syariat ajaran agama Islam.
5. Defenisi Budi Pekerti
Secara lebih luas, pembinaan dapat diartikan sebagai rangkaian
upaya pengendalian secara prefesional terhadap semua unsur organisasi agar
unsur-unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk
mencapai tujuan dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna.
Unsur-unsur organisasi itu mencakup peraturan, kebijakan, tenaga
penyelenggara, staff dan pelaksana, bahan dan alat (material), biaya dan
perangkat lainnya. Dengan perkataan lain, pembinaan mempunyai arah untuk
mendayagunakan semua sumber sesuai dengan rencana dalam rangkaian
kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.8
Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapat imbuhan pe-an,
sehingga menjadi kata pembinaan. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil
yang lebih baik. Pembinaan merupakan proses, cara membina dan
penyempurnaan atau usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan pada dasarnya merupakan
aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah, dan

7
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya,
2008). h. 76
8
S. Sudjana, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung: Falah Production, 2000). h.
223-224.
teratur secara bertanggungjawab dalam rangka penumbuhan, peningkatan
dan mengembangkan kemampuan serta sumber-sumber yang tersedia untuk
mencapai tujuan.
Pembinaan merupakan upaya pendidikan formal maupun non formal
yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung
jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, serta membimbing,
dan mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadiannya seimbang, utuh dan
selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, kecenderungan/
keinginan serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal, untuk selanjutnya
atas perkasa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya,
sesamanya maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan
kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri.9
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan adalah suatu
proses belajar dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang bertujuan untuk lebih meningkatkan
kemampuan seseorang atau kelompok. Pembinaan tidak hanya dilakukan
dalam keluarga dan dalam lingkungan sekolah saja, tetapi diluar keduanya
juga dapat dilakukan pembinaan. Pembinaan dapat dilakukan melalui
kegiatan ekstrakurikuler maupun intrakurikuler yang ada di sekolahan dan
lingkungan sekitar.
Secara etimologi, istilah budi pekerti ini merupakan gabungan 2 kata
yaitu budi dan pekerti. Kata budi sendiri memiliki arti sadar, nalar, pikiran
atau watak. Sedangkan pekerti memiliki arti perilaku, perbuatan, perangai,
tabiat, watak. Kedua kata ini memiliki kaitan yang sangat erat karena pada
dasarnya budi seseorang itu ada dalam batin manusia dan tidak akan tampak
sebelum dilakukan dalam bentuk pekerti (perbuatan).
Budi pekerti adalah kesadaran perbuatan atau perilaku seseorang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti budi pekerti adalah tingkah
laku, akhlak, perangai, watak. Sedangkan dalam bahasa Arab budi pekerti
disebut dengan akhlak. Menurut Ahmad Amin yang dikutip oleh Hamzah

9
B., I. L Pasaribu, Membina dan Mengembangkan Generasi Muda, (Bandung:
Tarsito, 2010), h.84.
Ya’kub, akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk,
menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya
menyatakan tujuan yang harus ditinjau oleh manusia dalam perbuatan mereka
dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.10
Menurut Edy Sedyawati yang sebagaiman dikutip oleh Paul Suparno
dkk, budi pekerti sering diartikan sebagai moralitas yang mengandung
pengertian antara lain adat istiadat, sopan santun dan perilaku. Sebagai
perilaku, budi pekerti meliputi pula sikap yang dicerminkan oleh perilaku itu.
Jadi budi pekerti dapat berarti bermacam-macam tergantung situasinya.11
Budi pekerti dapat juga dianggap sebagai sikap dan perilaku yang membantu
orang dapat hidup baik. Budi pekerti juga diartikan sebagai alat batin untuk
menimbang perbuatan baik dan buruk. Sebagai alat batin, budi pekerti
dianggap sebagai suatu yang ada dalam diri seseorang yang terdalam seperti
suara hati.12 Dalam Ensiklopedia Pendidikan, budi pekerti diartikan sebagai
kesusilaan yang mencakup segi-segi kejiwaan dan perbuatan manusia;
sedangkan manusia susila adalah manusia yang sikap lahiriyah dan
batiniyahnya sesuai dengan norma etik dan moral.
Dalam konteks yang lebih luas budi pekerti sebagai sikap dan prilaku
sehari-hari, baik individu, keluarga, masyarakat, maupun bangsa yang
mengandung nilai-nilai yang berlaku dan dianut dalam bentuk jati diri, nilai
persatuan dan kesatuan, integritas, dan kesinambungan masa depan dalam
suatu sistem moral, dan yang menjadi pedoman prilaku manusia Indonesia
untuk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan bersumber pada
falsafah Pancasila dan diilhami oleh ajaran agama serta budaya Indonesia.13
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa budi pekerti
pada dasarnya merupakan sikap dan prilaku seseorang, keluarga, maupun
masyarakat yang berkaitan dengan norma dan etika. Oleh karena itu,

10
Hamzah Ya’kub, Etika Islam Pembinaan Akhlakul Karimah, (Bandung: CV
Diponegoro, 2010), Edisi Revisi. h. 11
11
Paul Suparno, dkk, Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah; Suatu Tinjauan Umum,
(Bandung: Citapusaka Media Perintis, 2002). h. 27.
12
Ibid, h. 28.
13
Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan (Jakarta : Gunung Agung, 2010).
h. 189
berbicara tentang budi pekerti berarti berbicara tentang nilai-nilai perilaku
manusia yang akan diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui
ukuran norma agama, norma hukum, tata krama dan sopan santun, atau
norma budaya/ adat istiadat suatu masyarakat atau suatu bangsa. Dengan
demikian pembinaan budi pekerti ialah sebuah proses, kegiatan, perbuatan,
atau juga bisa dikatakan cara yang dilakukan oleh seseorang dengan harapan
menjadi lebih baik terhadap sikap perilaku seseorang atau individu.
6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Budi Pekerti Siswa
Faktor penting dalam penentuan baik dan buruk tingkah laku
seseorang yang dapat mencetak dan mempengaruhi tingkah laku manusia
dalam pergaulannya yang meliput:
a. Manusia, selaku makhluk yang istimewa dengan kelainan-kelainannya
dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya, memiliki kelebihan
kelebihan juga kekurangan-kekurangan tertentu. Disamping itu karena
manusia selaku pelaku akhlak yang memiliki kelebihan akal untuk
berfikir dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya.
b. Inctinct (naluri), naluri merupakan tabiat yang dibawa sejak lahir, jadi
merupakan suatu pembawaan asli. Pandangan lain tentang naluri
ialah sifat yang dapat menimbulkan perbuatan yang menyampaikan pada
tujuan dengan terpikir lebih dahulu ke arah tujuan itu tanpa di
dahului latihan itu.
c. Kebiasaan, adalah perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi
mudah dikerjakan.
d. Keturunan, ada beberapa yang biasa diturunkan, pada garis besarnya ada
dua: 1) sifat jasmaniah, yakni kekuatan dan kelemahan otot dan urat saraf
orangtua dapat diturunkan kepada anak, 2) sifat rohaniah, yakni
lemah atau kuatnya suatu naluri diturunkan pula oleh orang tua yang
kelak mempengaruhi tingkah laku anak cucunya.
e. Lingkungan, dalam hubungan ini lingkungan dibagi menjadi dua bagian:
1) lingkungan alam yang bersifat kebendaan, 2) lingkungan pergaulan
yang bersifat rohaniah.
f. Kehendak, salah satu kekuatan yang berlindung dibalik tingkah laku
manusia adalah kemauan keras (‘azam). Itulah yang menggerakan
manusia berbuat dengan sungguh-sungguh.
g. Suara hati (dhamir), fungsi dari suara batin adalah memperingatkan
bahayahnya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya.
h. Pendidikan yang dimaksud disini ialah segala tuntutan dan pengajaran
yang diterima seorang dalam membina kepribadian. Pendidikan itu
mempunyai pengaruh yang besar dalam akhlak, sehingga ahli-ahli etika
berpandangan bahwa pendidikan adalah faktor yang turut menentukan
dalam etika disamping faktor-faktor yang sebelumnya telah diterangkan.
Secara umum pengaruh pendidikan budi pekerti seseorang
tergantung pada dua faktor yaitu:
a. Faktor Internal
Faktor Internal atau disebut juga dengan faktor yang berasal kepribadian
dari orang itu sendiri. Perkembangan agama pada seseorang sangat
ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama
pada masa-masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12
tahun. Kemampuan seseorang dalam memahami masalah-masalah agama
atau ajaran-ajaran agama, hal ini sangat dipengaruhi oleh intelegensi
pada orang itu sendiri dalam memahami ajaran-ajaran Islam.
b. Faktor Eksternal
Ada beberapa faktor eksternal yang bisa mempengaruhi akhlak (moral)
seseorang yaitu:
1) Lingkungan Keluarga
Pada dasarnya, lingkungan lain menerima anak-anak setelah
mereka dibesarkan dalam lingkungan keluarga, dalam asuhan
orangtuanya. Dengan demikian, rumah keluarga muslim adalah
benteng utama tempat anak-anak dibesarkan melalui pendidikan
Islam. Yang dimaksud dengan keluarga muslim adalah keluarga
yang mendasarkan aktivitasnya pada pembentukan keluarga yang
sesuai dengan syariat Islam.
Dalam pembinaan budi pekerti, faktor orangtua sangat
menentukan, karena akan masuk ke dalam pribadi anak bersamaan
dengan unsur-unsur pribadi yang didapatnya melalui pengalaman
sejak kecil. Pendidikan keluarga sebagai orangtua mempunyai
tanggungjawab dalam mendidik anak-anaknya karena dalam
keluarga mempunyai waktu banyak untuk membimbing,
mengarahkan anak-anaknya agar mempunyai akhlak Islami.14

2) Lingkungan Sekolah

14
Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2003). h. 12.
Perkembangan akhlak anak yang dipengaruhi oleh lingkungan
sekolah. Di sekolah ia berhadapan dengan guru-guru yang berganti-
ganti. Kasih guru kepada murid tidak mendalam seperti kasih
orangtua kepada anaknya, sebab guru dan murid tidak terkait oleh
tali kekeluargaan. Guru bertanggung jawab terhadap pendidikan
murid-muridnya, dia harus memberi contoh dan teladan bagi mereka,
dalam segala mata pelajaran ia berupaya menanamkan akhlak sesuai
dengan ajaran Islam. Bahkan sekolah pun ia harus bertindak sebagai
seorang pendidik.
3) Lingkungan Masyarakat
Lembaga non-formal akan membawa seseorang berperilaku
yang lebih baik, karena didalamnya akan memberikan pengarahan-
pengarahan terhadap norma-norma yang baik dan buruk. Misalnya
pengajian, ceramah yang barang tentu akan memberikan pengarahan
yang baik, tak ada seorang mubaligh yang mengajak hadirin untuk
melakukan perbuatan yang tidak baik.
Lingkungan masyarakat yakni lingkungan yang selalu
mengadakan hubungan dengan cara bersama orang lain. Oleh karena
itu lingkungan masyarakat juga dapat membentuk akhlak seseorang,
didalamnya orang akan menatap beberapa permasalahan yang dapat
mempengaruhi bagi perkembangan, baik dalam hal-hal yang positif
maupun negatif dalam membentuk akhlak pada diri seseorang. Oleh
karena itu lingkungan yang berdampak negatif tersebut harus diatur,
supaya interaksi edukatif dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya.
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Menurut J.R.
Raco, penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencari pengertian yang
mendalam tentang suatu gejala, fakta atau realita. Penelitian ini termasuk juga
jenis penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan (field research)
dilakukan dalam kehidupan yang sebenarnya, misalnya penelitian tentang
kehidupan para pengemudi becak, harga barang di pasar, masalah kenakalan
remaja dan sebagainya. Penelitian lapangan ini pada hakekatnya merupakan
metode untuk menemukan secara spesifik dan realis tentang kehidupan
masyarakat. Dalam penelitian ini, yang menjadi tempat atau lokasi penelitian
adalah Sekolah SMK Swasta Teladan Indrapura Kecamatan Air Putih Kabupaten
Batubara, Provinsi Sumatera Utara. Teknik pengumpulan data sangat berpengaruh
dalam sebuah penelitian, karena pemilihan teknik pengumpulan data yang tepat
akan dapat diperoleh data yang relevan dan akurat. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi (Pengamatan). Pada teknik ini peneliti akan melakukan
pengamatan untuk memperoleh data mengenai Peran Guru Pendidikan
Agama Islam Dalam Pembinaan Budi Pekerti Pada Siswa SMK Swasta
Teladan Indrapura Desa Tanah Merah Kecamatan Air Putih Kabupaten
Batu Bara
2. Wawancara (Interview). Interview ataupun wanwancara adalah metode
pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak dikerjakan dengan
cara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian.
3. Dokumentasi. Teknik dokumentasi merupakan salah satu teknik
pengumpulan data untuk mengumpulkan bukti-bukti atau keterangan-
keterangan mengenai suatu hal.
4. Studi Kepustakaan. Studi kepustakaan yang digunakan berrtujuan untuk
memperkuat kebenaran hasil penelitian yang dilaksanakan, dengan cara
mencari konsep-konsep yang ada relevansinya dengan masalah yang
akan diteliti.
D. Hasil Penelitian
Kinerja seorang guru pendidikan agama Islam merupakan suatu perilaku
atau respon yang memberikan hasil yang mengacu pada apa yang mereka kerjakan
ketika menghadapi suatu tugas. Kinerja guru pendidikan agama Islam
menyangkut semua aktivitas atau tingkah laku yang dikerjakan oleh seorang
pendidik agama Islam dalam mencapai suatu tujuan atau hasil pembelajaran
pendidikan agama Islam. Hal ini tampak dari perilaku guru dalam proses
pembelajaran serta interaksi guru dengan siswa. Maka dari itu, segenap usaha
yang dilakukan oleh guru PAI agar budi pekerti siswa di SMK Swasta Teladan
Indrapura ini lebih matang. Apalagi sekarang gencar dengan pendidikan karakter,
bagaimana guru Pendidikan Agama Islam betul-betul membina budi pekerti siswa
supaya siswa memeiliki karakter yang baik. Metode merupakan cara yang
dilakukan guru PAI dalam membina budi pekerti yang baik kepada para siswanya.
Selain berperilaku sebagaimana mestinya seorang guru PAI, guru juga harus
memilki berbagai macam cara untuk menanamkan budi pekerti yang baik kepada
siswa. Untuk mencapai tujuan yang sempurna seorang guru memiliki banyak cara
untuk mencapai hasil yang maksimal bagi siswanya.
Dalam hal pembinaan budi pekerti pada siswa guru PAI dalam hal ini
menciptakan upaya masing-masing dalam menanamkan nilai-nilai yang baik
kepada siswa. Metode yang seperti ini selalu beliau lakukan demi terciptanya
pembelajaran yang efektif dan efisien juga menjadi pembiasaan bagi siswa untuk
memperoleh kebiasaan atau budi pekerti maupun akhlak yang mulia. Tidak hanya
di dalam kelas, seorang guru PAI juga memberikan contoh-contoh atau
teladan yang baik yang mengarah kepada pembinaan budi pekerti atau akhlak
siswa. Seperti guru laki-laki memakai peci, berperilaku tegas dan menunjukkan
rasa kasih sayang kepada para siswanya baik dilingkungan sekolah maupun diluar
lingkungan sekolah. Tidak semua kegiatan yang dibuat dalam suatu lembaga
maupun organisasi dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya. Artinya, pasti
ada kendala yang dihadapi dalam membina budi pekerti seorang anak. Hal ini
sama dengan pembinaan budi pekerti pada siswa. Adapun kendala-kendala yang
dihadapai oleh guru Pendidikan Agama Islam dalam membina budi pekerti siswa
di SMK Swasta Teladan Indrapura adalah sebagai berikut:
1. Maraknya Game Online
Pengaruh game online merupakan sesuatu yang tidak bisa dipungkiri
pada saat sekarang ini. Kemajuan jaman mengakibatkan kemajuan teknologi
yang semakin canggih. Pada dasarnya kemajuan teknologi merupakan suatu
hal yang sangat bagus jika digunakan dengan baik. Namun sebaliknya akan
menjadi bahaya tersendiri bagi orang yang salah dalam menggunakannya.
Dan kejadian seperti ini sedang marak-maraknya kita rasakan pada saat
sekarang ini terutama bagi para remaja yang masih membutuhkan
pengawasan dan bimbingan dari orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu
sebaiknya guru Pendidikan Agama Islam dapat bekerja sama dengan orangtua
murid dalam membina budi pekerti seorang siswa. Misalnya melarang
anaknya membawa smartphone ke sekolah ataupun membatasi seorang anak
dalam bermain game online di smartphone. Dengan demikian dalam
membina budi pekerti siswa di SMK Swasta Teladan Indrapura dapat berjalan
dengan baik.
2. Latar Belakang Siswa
Latar belakang siswa juga merupakan salah satu kendala dalam
terlaksananya pembinaan budi pekerti pada siswa. Karena tidak semua
siswa SMK Swasta Teladan Indrapura tinggal dilingkungan yang mendukung
dirinya untuk mejadi baik. Kemudian latar belakang keluarga secara tidak
langsung juga mempengaruhi pembinaan budi pekerti pada siswa. Dalam
peran guru PAI dalam pembinaan budi pekerti seorang siswa, sebaiknya juga
di dukung dengan peran orangtua di rumah ataupun di luar sekolah. Dengan
demikian pembinaan budi pekerti seorang siswa akan mendapatkan hasil yang
maksimal.
3. Teman
Teman merupakan orang yang sangat berpengaruh bagi kelakuan sorang
siswa. Teman yang baik akan memberi pengaruh yang baik bagi seorang anak
didik, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini terjadi karena teman merupakan
seseorang yang selalu bersama anak dalam kesehariannya.Dari hasil observasi
peneliti dilapangan terlihat pada saat jam istirahat, ada salah satu siswa
mengejek atau membully salah satu kawannya, otomatis kawan yang dibully
membalas apa yang dilakukan temannya tersebut. Hal ini mengakibatkan
siswa saling membully satu sama lain. Kebiasaan seperti tersebut secara tidak
langsung dapat menjadi faktor kendala dalam membina budi pekerti siswa di
SMK Swasta Teladan Indrapura.

E. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Pembinaan Budi Pekerti Pada Siswa SMK Swasta Teladan Indrapura Desa Tanah
Merah Kecamatan Air Putih Kabupaten Batu Bara. Maka dari uraian tersebut
dapat penulis simpulkan bahwa,
1. Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam membina budi pekerti siswa
di SMK Swasta Teladan Indrapura sudah berperan aktif. Hal ini terlihat
dari upaya-upaya maupun pembinaan-pembinaan oleh guru Pendidikan
Agama Islam di SMK Swasta Teladan Indrapura. Guru PAI SMK
Swasta Teladan Indrapura berperan aktif sebagai contoh teladan bagi
para siswa dengan menampilkan perilaku baik, tutur kata yang baik, rapi
dalam berpakaian, jujur, hormat serta tegas dalam segala hal.
2. Dalam membina budi pekerti siswa di SMK Swasta Teladan Indrapura
guru Pendidikan Agama Islam seringkali memberikan arahan ataupun
nasehat yang secara tidak langsung dapat mendidik budi pekerti siswa di
SMK Swasta Teladan Indrapura. Adapun metode yang digunakan guru
Pendidikan Agama Islam dalam membina budi pekerti siswa di SMK
Swasta Teladan Indrapura adalah metode contoh, metode teladan, metode
pemberian nasehat, dan hukuman.
3. Dalam membina budi pekerti siswa di SMK Swasta Teladan Indrapura,
guru PAI seringkali menemukan kendala-kendala yang dapat
menghambat dalam membina budi pekerti siswa di SMK Swasta Teladan
Indrapura. Kendala-kendala tersebut antara lain maraknya game online,
latarbelakang siswa yang berbeda-beda dan teman sejawat. Kendala-
kendala yang dijumpai secara tidak langsung dapat menghambat proses
membina budi pekerti siswa di SMK Swasta Teladan Indrapura.
F. Saran-saran
Ada saran-saran yang dapat penulis berikan kepada SMK Swasta Teladan
Indrapura yang bersifat membangun. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kepada Kepala Sekolah SMK Swasta Teladan Indrapura diharapkan
dapat terus bekerja sama dengan guru Pendidikan Agama Islam dalam
membina budi pekerti siswa di SMK Swasta Teladan Indrapura. Dengan
demikian mudah-mudahan lulusan ataupun siswa-siswa di SMK Swasta
Teladan Indrapura tidak hanya mempunyai ilmu pengetahuan saja namun
juga mempunyai budi pekerti serta akhlak baik yang berguna bagi
masyarakat dan negara.
2. Kepada guru Pendidikan Agama Islam di SMK Swasta Teladan
Indrapura diharapkan dapat meningkatkan kerjasama maupun
komunikasi dengan orangtua siswa dalam membina budi pekerti siswa di
SMK Swasta Teladan Indrapura. Misalnya dengan mengingatkan kepada
orangtua siswa untuk melarang anak-anaknya tidak membawa HP
ataupun smartphone ke lingkungan sekolah, dengan demikian siswa di
SMK Swasta Teladan Indrapura dapat belajar dengan baik.
3. Diharapkan kepada siswa di SMK Swasta Teladan Indrapura agar selalu
mendengarkan setiap arahan ataupun bimbingan yang diberikan oleh ibu
ataupun bapak guru di SMK Swasta Teladan Indrapura demi kebaikan
diri sendiri.
G. Daftar Bacaan
Ali, Muhammad Daud. 2000. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, Cet. Ke-3.
Alawiyah AS, Tuty. 2007. Strategi Dakwah di lingkungan Majelis
Taklim, Bandung: MIZAN.
Ardani, Moh. 2005. Akhlak Tasawuf, Jakarta: CV. Mulia, Cet. Ke-2.
Arifin, M. 2007. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,
Cet. IV.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya:
Airlangga University Press.
. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi,
Ekonomi, Dan Kebijakan Publik Ilmu-ilmu Sosial Lainya, Jakarta:
Kencana.
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam (e). 2005. Majelis, Ensiklopedia
Islam, Jakarta: Ichthiar Baru Van Haeve.
Gunawan, Ary H. 2007. Sosiologi Pendidikan: Sosiologi Tentang
Berbagai Problem Pedidikan, Jakartaha; Bumi Aksara.
Hidayati, Heny Narendrany. 2009. Pengukuran akhlakul Karimah
Mahasiswa, Jakarta: UIN Press dan LPJM.
Kustini. 2007. Peningkatan Peran serta Masyarakat dalam Pendalaman
Ajaran Agama melalui Majelis Taklim, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2007. Jakarta : Balai Pustaka.
Munir, M. 2006. Manajemen Dakwah, Jakarta: Rahmat Semesta.
Munawir, Ahmad Warson. 2008.AL-Munawir Kamus Bahasa Indonesia,
Yogyakarta: Pustaka Progresif, Cet. 4.
Nata, Abuddin. 2000. Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Siregar. H. Imran & Shofiuddin. 2003. Pendidikan Agama Luar Sekolah
(Studi Tentang Majelis Taklim), Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiarto, Eko.2015. Menyusun Penelitian Kualitatif: Skripsi dan Tesis,
Yogyakarta: Suaka Media.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf,
Kualitatif, dan R&D., Bandung: Alfabeta.
Ramayulis. 2004. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.
Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Data Penelitian Dengan
Menggunakan SPSS Yogyakarta: Andi Offset.
S. Sudjana. 2000. Manajemen Program Pendidikan, Bandung: Falah
Production.
Soekanto, Soerjono, 2002. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

You might also like