Professional Documents
Culture Documents
Unggas Organik: Peternakan Ayam Masa Depan: Organic Poultry: Future Poultry Farming System
Unggas Organik: Peternakan Ayam Masa Depan: Organic Poultry: Future Poultry Farming System
13 (2)
ISSN 1907-1760
M.H. Abbas
ABSTRACT
In response to the failure of the Green Revolution which led to leveling off land productivity,
damage the environment, and income of farmers who did not turn up, then introduction the sustainable
agriculture development, namely how to manage farms to maintain long-term stability of ecology,
biodiversity and improving local wisdom through integrated farming, biotechnology, holistic
management, organic farming, animal husbandry based on the principles of animal welfare, food safety
and other organics. The insistence of global issues concerning animal walfare, back to nature, low fat,
low cholesterol, presence of residual effects, antibiotics, hormones and other additives in food, can
direct our movement towards organic poultry, especially with the utilization of native chicken, because
potential indigenous chicken and maintenance system is suitable for conversion into the provision of
organic chicken production in accordance to environmental sustainability without using feed ingredients
which are modified gene. Facing the era of organic poultry, local chicken can be relied upon by
Indonesia in the future because it has many advantages; great potential and wide spread among the
farmers, have the power of adaptation to local environments is high, tolerant of low quality feed, more
tolerant to disease, however; productivity is still low, there is no adequate system poultry breeding.
Through an integrated farming organic poultry feed ingredients in the environment can take advantage
of farmers, non-conventional waste; earthworms, slugs, snails, waste oil, cattle (rumen contents),
forestry, and other nutritious enough. Required number of strategies for the development of local and
broiler chickens on a small scale as organic poultry in the future, namely; immediately apply Permentan
No. 49/2006 regarding poultry breeding, empowerment of farmers will add value compared to
traditional organic poultry, lack of regulation and control of organic poultry, there is need for an
organic chicken farmer associations as container consultancy, mentoring, education, technological
innovation, joint marketing, and protecting the interests of members , as well as empowerment and
awareness by consumers willing to pay more to the advantage of organic chicken.
Keywords: sustainable livestock farming, organic food, integrated farming, organic poultry
munculnya biotype baru. Di bawah ketidak hayati serta memperbaiki local wisdom.
pastian usaha tani yang demikian, makin Misalnya dengan menerapkan integrated
terlihat nasib petani/ peternak dalam hal farming, bioteknologi, manajemen holistik,
kesejahteraan hampir dipastikan tidak pertanian organik, peternakan berdasarkan
kunjung berubah baik (Abbas, 2010). prinsip animal welfare, keamanan pangan
Revolusi hijau mulanya mampu dan organik lainnya.
meningkatkan produksi padi nasional, namun Serageldin (1993) menyatakan ada tiga
karena pelaksanaannya yang kurang dapat tujuan pembangunan pertanian berkelanjutan,
dipertanggungjawabkan akibat sistem proyek, yaitu; a) tujuan-tujuan ekonomis
maka berakibat; a) berbagai organisme (pertumbuhan, pemerataan, dan efisiensi), b)
penyubur tanah jadi musnah, b) kesuburan tujuan-tujuan ekologis (integritas ekosistem,
tanah merosot/tandus, c) tanah mengandung daya dukung, keaneka ragaman hayati dan
residu (endapan pestisida) d) hasil pertanian isu-isu lingkungan global), c) tujuan sosial
mengandung residu pestisida e) dan kelembagaan (seperti pemberdayaan,
keseimbangan ekosistem rusak f) terjadi partisipasi, kohesi sosial, identitas
ledakan serangan dan jumlah hama. Selain kebudayaan dan pembangunan institusi).
itu karena bibit yang telah disediakan
merupakan hasil rekayasa genetika, dan PEMBANGUNAN PETERNAKAN
sangat tergantung pada pupuk dan pestisida BERKELANJUTAN
kimia membuat banyak petani terlilit hutang.
Juga mengakibatkan hilangnya lebih kurang Pembangunan peternakan berkelanjutan
1.500 plasma nutfah varietas lokal padi sangat ditentukan oleh implementasi
Indonesia. Dapat dipastikan bahwa revolusi kebijakan pertanian berkelanjutan berupa
hijau hanya menguntungkan para produsen integrasi pertanian dan peternakan yang
pupuk, pestisida, benih, serta petani bermodal dikembangkan melalui LEISA (low external
kuat (Tambunan, 2009). inputs sustainable agriculture), diharapkan
Koreksi terhadap revolusi hijau mulai menjadi arah baru bagi pembangunan
mengemuka pada Science Academic Summit pertanian dimasa depan, mencakup
pada tahun 1996 di Madras, India, dengan pertimbangan beberapa komponen, yakni; a)
istilah Evergreen Revolution (Revolusi Hijau mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya
Lestari) dan pada World Food Summit tahun lokal (local wisdom), b) meminimumkan
1996 di FAO, Roma, dengan istilah New penggunaan input eksternal, c) maksimalisasi
Green Revolution atau New Generation of daur ulang (zero waste), d) meminimumkan
Green Revolution. Strategi utama dari kerusakan lingkungan (ramah lingkungan)
koreksi tersebut adalah untuk memacu dan mengurangi limbah, e) diversifikasi
kembali laju kenaikan produksi pangan tanpa usaha mencapai tingkat produksi maksimal
merusak lingkungan dan dengan dan efisien, f) optimalisasi penggunaan lahan
menggunakan teknologi yang padat IPTEK secara berkelanjutan, g) memenuhi harapan
dengan sebutan greener food production untuk memenuhi ketahanan pangan protein
growth (Irsal, 2009). asal ternak, h) menciptakan kemandirian
Guna mengatasi efek negatif dari terutama bagi petani/peternak, dalam rangka
revolusi hijau, maka negara-negara majupun meningkatkan kesejahteraan.
mencanangkan sustainable agriculture Pada dasarnya sistem ini berwawasan
development. Sustainable agriculture adalah ekonomis, ekologis dan berkesinambungan
cara mengelola pertanian dengan yang merupakan interaksi antara manusia
memanfaatkan keahlian teknologi maju untuk guna meningkatkan kebutuhan pangan dan
stabilitas kehidupan jangka panjang, dan kesejahteraan; ternak-tanaman-limbah-energi
harus memenuhi prinsip ekologi, keragaman serta pelestarian lingkungan. Untuk itu
bentuk pertanian terpadu bisa dilaksanakan lestarian lingkungan alami tanpa meng
untuk segala jenis ternak baik ternak besar, gunakan bahan pakan yang mengalami
kecil dan ayam serta itik. Pola pertanian modifikasi gen.
terpadu antara ternak/unggas, manusia dan Peternakan organik adalah sebuah
tanaman paling tidak dapat kita lukiskan sistem produksi yang menerapkan
seperti pada Gambar1. manajemen secara holistik yang mendorong
Meningkatnya kekhawatiran akan dan meningkatkan kesehatan agroekosistem,
keamanan pangan dan polusi di sejumlah termasuk keanekaragaman hayati, siklus
negara maju menyebabkan beberapa tahun biologi, dan aktivitas biologis tanah, dan
belakangan ini permintaan akan produk mengoptimalkan kesehatan dan inter-
ternak organik semakin nyata, termasuk dependensi komunitas dari kehidupan tanah.
unggas organik. Perkembangan ini sebagai Sistem ini bertujuan mengintegrasikan
respon terhadap naiknya preferensi konsumen produksi ternak dan tanaman dan
akan makanan yang segar, bebas bahan aditif, mengembangkan hubungan simbiosis sumber
kimia, hormon, antibiotik, dan diproduksi daya serta daur ulang dan terbarukan dalam
sesuai kesejahteraan hewan, kaedah ke sistem pertanian (Blair, 2008).
Manusia
Makanan nabati/hewani
Limbah organik
- Manusia - Tanaman
Tanaman
- Ternak - Pelestarian Lingkungan
Prosesing Prosesing
Daging/telur
Manusia
kambing dan domba. Program ini b. Jumlah ayam yang dipelihara oleh
dimaksudkan dalam rangka mengantisipasi peternak relatif dalam jumlah terbatas,
kebutuhan antara lain; a) mewujudkan sehingga sulit untuk memberikan
ketahanan pangan hewani yang ASUH, b) penyuluhan tentang bagaimana beternak
mengembangkan agribisnis untuk yang diharapkan sesuai standar unggas
mengurangi impor dan merebut peluang organik. Untuk itu diperlukan pembinaan
ekspor, c) mewujudkan usaha tani yang dan bantuan permodalan berupa Kredit
tangguh bagi kesejahteraan petani/peternak, Usaha Rakyat yang mudah untuk diakses
d) menyediakan ternak untuk keperluan oleh peternak dan calon peternak.
sosial budaya dan e) pengembangan Revitalisasi aktivitas ekstensi dan
agrowisata dan hobi. sukarelawan perlu digiatkan dalam
Melalui integrated farming unggas membina manajemen peternakan ayam
organik bagi peternak kecil, bisa me organik.
manfaatkan bahan pakan dilingkungan/ c. Pembentukan kelompok/koperasi dan
sekitar petani, limbah non konvensional; asosiasi peternak organic poultry
cacing tanah, keong, bekicot limbah sehingga bisa bertindak sebagai
perkebunan, ternak besar (isi rumen), pembina, inovator dan badan yang
kehutanan, dan lainnya yang cukup bergizi, mempromosikan manfaat dan keutamaan
tinggal bagaimana mengolah dan mem- unggas organik, sekaligus pembentukan
formulasikan untuk ransum dengan harga pasar dan pemasaran, sehingga diperoleh
terjangkau. harga yang layak.
Besarnya harapan guna mengem- d. Pembinaan feed and feeding practice
bangkan ayam lokal sebagai bagian dari dari bahan lokal yang sepenuhnya
unggas organik sebegitu jauh terkendala oleh organik disebabkan tingginya rasio
beberapa hal; konversi makanan.
a. Masalah bibit masih sepenuhnya hanya e. Perlunya badan standarisasi dan jaminan
berasal dari upaya petani secara kualitas ayam organik yang terstruktur.
tradisional. Pada beberapa daerah telah Langkah-langkah kebijakan yang telah
ada penangkaran bibit tetapi belum dapat dan akan dilakukan oleh pemerintah guna
memenuhi kebutuhan. Pembibitan yang mengembangkan usaha peternakan unggas
disponsori oleh UPT/UPTD di Sumatera lokal rakyat belakangan ini mulai konsisten
Selatan, Jawa Barat dan Jawa Tengah dan terarah, khususnya dalam dukungan
baru mampu mensuplai 10% kebutuhan usaha budidaya. Diantaranya; a) Village
dari kebutuhan lebih kurang 15-20 juta Poultry Farming (VPF)/budidaya unggas
ekor/tahun. Sedangkan BPTU Sembawa dipedesaan, b) Pengembangan Unggas Lokal
yang membibitkan ayam Arab sejauh ini (PUL), Integrasi Pertanian-ternak Unggas, d)
baru bisa memenuhi kebutuhan terbatas Zoning Unggas Lokal, e) Usaha
di daerah Sumatera. Menurut Gunawan Pengembangan Jasa Alat dan Mesin, f)
(2010) usaha pembibitan ayam buras Sarjana Membangun Desa (SMD), dan g)
belum lagi menerapkan good multiplier peningkatan usaha kelompok serta
practices, dimana pembibitan dilakukan penyempurnaan INTAB, h) serta Rural
baru terbatas kepada seleksi ayam Rearing Multiplication Center (RRMC)
pejantan dan betina komersial, sehingga (Gunawan, 2010), kendati implementasinya
belum bisa membentuk suatu galur, dan di lapangan masih dipersoalkan.
tidak dilakukan secara terstruktur
Strategi Pengembangan Ayam Lokal
sebagai-mana ayam ras. Baru dalam
Organik
penetasan telah menggunakan mesin
tetas sederhana. Pemeliharaan ayam lokal sudah
semestinya dikandangkan, memenuhi syarat
pelosok. Daging dan telur cukup murah Beberapa kebijakan yang selalu
sedangkan konsumsi masih rendah, potensi dipersoalkan karena sering kontroversial
suplai besar dan tren kenaikan permintaan/ antara lain;
demand elasticity besar hanya tergantung 1. Sektoral dan reaktif. Hampir semua
pendapatan. Selain itu peluang industri masih kebijakan muncul dan macet jika
terbuka, dan diperkirakan dewasa ini terjadi gejolak dan masalah baik
melibatkan lima juta peternak dengan 10 juta antara peternak, industri pakan, bibit,
tanggungan jiwa. konsumen dan pemasaraan,
Perkembangan industri unggas ditanggapi dengan kebijakan sektoral
Indonesia sebenarnya sudah didukung oleh sesaat bukan melalui suatu kebijakan
berbagai fasilitas, tumbuh dan strategis jangka panjang dan sering
berkembangnya usaha pembibitan (breeding diserahkan kepada mekanisme pasar,
farm), industri pakan bertaraf internasional, apa lagi dengan adanya AC-FTA.
industri obat-obatan ternak yang telah 2. Kebijakan pengadaan jagung dalam
mampu mengekspor, tersedianya teknologi negeri dan impor yang selalu
budi daya. Pada beberapa industri unggas kontroversial, sehingga tidak
hulu-hilir juga telah menghasilkan produksi merangsang produksi dalam negeri
pangan olahan (nugget, sosis, fried chicken walaupun Indonesia cukup potensial
dan karkas beku). Masalah utama industri ini untuk itu.
ialah fluktuasi ketersediaan dan mahalnya 3. Kadang-kadang masalah ketersedian
bahan pendukung yang sebagian besar impor. daging dalam negeri diatasi dengan
Kemampuan persaingan industri unggas impor (termasuk paha ayam) sehingga
ditentukan oleh: penguasaan teknologi maju, sangat merugikan peternak.
rendahnya biaya makanan dan buruh, serta Ketersediaan data yang valid sering
penguasaan sumber pakan yang bagi menjadi sumber masalah.
Indonesia hampir sebahagian besar impor 4. Beban-beban PPN dan PAD
sehingga kurang efisien. Terbatasnya dibeberapa daerah yang kurang tepat
pengembangan usaha kearah komersial oleh sebab telur dan daging unggas
produsen kecil menengah disebabkan oleh; sebenarnya termasuk kebutuhan
akses modal usaha, akses kepada sapronak bahan sembilan pokok yang
(DOC, pakan, obat-obatan dan teknologi), di memerlukan kebijakan tersendiri.
samping masalah utama pasar dan persaingan 5. Kebijakan pemerintah tentang akses
pasar dan pemasaran dengan industri hulu- kepada sumber dana kendati banyak
hilir. regulasi untuk itu, namun
Kebijakan perunggasan nasional yang implementasinya sering tidak jalan
sudah dan sedang berlangsung sering kurang dilapangan, terutama bagi peternak
mendukung sepenuhnya arah pengembangan kecil menengah dan lain lagi untuk
usaha peternakan ayam, baik sebagai sumber agibisnis serta PMA dan PMDN yang
protein untuk kesehatan dan kecerdasan menguasai hulu-hilir.
bangsa serta kesempatan kerja dan
pemerataan pendapatan masyarakat. Semua Disadari bahwa ternak ayam modern
stake holders, terutama pemerintah sarat dengan teknologi tinggi (hytech) namun
menyadari peran strategis pengembangan secara genetik mutu bibit tidak lagi menjadi
peternakan unggas Indonesia. Ternyata peran masalah tetapi kebijakan yang tidak stabil
ini tidak selalu mendapat perhatian dan sering membuat bibit menjadi permasalahan
pengelolaan yang serius sehingga terdapat karena tidak bisa menjamin usaha yang sehat.
kesan terpinggirkan dan marjinal, terutama Hal ini diperparah lagi oleh kebijakan bahan
peternak kecil. pakan yang juga sangat fluktuatif.
Guna keluar dari permasalahan yang memberi harapan sebagai usaha yang
selalu menimpa usaha ternak ayam ras kecil menjanjikan. Apalagi dewasa ini dibeberapa
menengah, sepantasnyalah jika usaha ini negara Eropah mulai dikembangkan
mulai diarahkan kepada unggas organik, pemeliharaan ayam ras yang sepenuhnya
karena lebih cocok untuk usaha skala kecil. dengan pakan bahan-bahan nabati. Blair
Dengan demikian mereka tidak kehilangan (2008) memperlihatkan perbandingan usaha
aset, dan peluang usaha selama ini apalagi konvensional dan orgnik baik untuk broiler
peternak telah menguasai teknologi, tinggal maupun ayam petelur seperti pada Tabel 2
hanya penyesuaian seperlunya dengan dan 3.
menggunakan bahan pakan organik dan Unggas organik akan mengurangi akses
merubah sistem kandang dengan menambah polusi kepada lingkungan dibandingkan
range system. peternakan ayam konvensional. Perlu
Kendati unggas organik kurang penelitian lebih banyak terhadap potensi
produktif dibandingkan ayam konvensional, lokal karena pertumbuhan dan produksi
namun dengan adanya kompensasi harga lebih rendah, konversi makanan yang kurang
karena standar animal walfare, organik dan efisien. Efisiensi protein juga rendah. Riset
kemampuan membayar lebih oleh konsumen, ransum probiotik sebagai pengganti
usaha peternakan unggas organik tetap nonorganik/ antibiotika masih prokontra
Tabel 1. Perbandingan produktivitas ayam broiler konvensional dan organik.
Kovensional Organik
56 days 81 days 56 days 81 days
Bobot badan (g) 3219 4368 2861 3614
kg feed/kg gain 2.31 2.89 2.75 3.29
Berat eviserasi (g) 2595 3529 2314 2928
Lemak abdominal (g/kg) 19.0 29.0 9.0 10.0
Dada (g/kg) 220 235 232 252
Kaki (g/kg) 148 150 149 155
Breast measurements;
Kadar air (g/kg) 755.4 748.5 762.8 757.8
Lemak (g/kg) 14.6 23.7 7.2 7.4
pH 5.96 5.98 .75 5.80
Susut masak (%) 31.1 30.3 34.0 33.5
Shear value (kg/cm2) 1.98 2.10 2.25 2.71
karena probiotik tidak seperti antibiotika dan regulator, d) verifikasi oleh lembaga
belum sepenuhnya mampu menggantikan sertifikasi lokal. Secara internasional ada
anti-biotika. “International Federation of Organic
Genetically modified tidak diper- Agriculture Movements (IFOAM)”, dan
kenankan, demikian pula rekayasa genetik berbagai macam badan standar diberbagai
pada produk butiran untuk pakan. Pure negara termasuk China. IFOAM telah
amino acid yang diizinkan hanya dari hasil mengeluarkan semacam panduan umum
fermentasi (lisin, triptofan, treonin). Kriteria melalui Codex 1999 (Blair; 2008) tentang
produk organik harus segar, bebas bahan unggas organik antara lain;
kimia, antibiotik, residu hormon dan a. Strain yang digunakan sebaiknya
diproduksi secara kemanusiaan. Terdapat ayam lokal (indigenous chicken) yang
sejumlah standar dan aturan yang ditetapkan telah beradaptasi dengan kondisi
untuk produksi unggas organik yang lebih lingkungan dan sistem peternakan
fokus kepada aspek pakan (Blair, 2008); lokal, serta tahan terhadap penyakit.
a. tidak ada rekayasa genetika terhadap b. Ayam dipelihara pada kandang
serelia atau by-product-nya terbuka/range dan dilepas jika kondisi
b. tidak ada antibiotik, hormon atau memungkinkan. Penggunaan kandang
obat-obatan baterai dilarang.
c. tidak ada by-product hewan, kecuali c. Unggas air harus memiliki akses ke
produk susu dan tepung ikan sungai, kolam atau danau.
d. tidak ada by-product serelia kecuali d. Penambahan cahaya buatan bagi
dihasilkan dari tanaman organik ayam petelur, ditentukan oleh otoritas
bersertifikat sesuai spesies dan pertimbangan
e. tidak ada ekstraksi secara kimia geografis dan kesehatan.
seperti bungkil kedelai e. Guna menjaga kesehatan kandang
f. tidak ada asam amino murni, dan harus dikosongkan antara setiap
sumber sintetik kecuali dari hasil periode pemeliharaan (all in-all out).
fermentasi
g. Bahan pengikat, pengemulsi, Tujuan utama unggas organik adalah
penstabil, pengental, surfaktan, memelihara ayam secara kondisi
koagulan harus dari sumber alami natural/alami sehingga sistem manajemen
h. Antioksidan, bahan pengawet yang produksi jadi berbeda dengan teknologi ayam
diperbolehkan hanya dari sumber konvensional (Blair, 2008). Menurut Sundu
alami (2011) guna mengakomodasi preferensi
i. zat pewarna/pigmen, flavor dan konsumen akan animal welfare, mulai 2012
perangsang nafsu makan juga dari Inggris akan menerapkan aturan konsumen
sumber alami akan animal walfare dan organic poultry
j. probiotik, enzim dan mikroorganisme dengan pemeliharaan ayam petelur haruslah
alami diperbolehkan mengikuti free-range system dan organic.
k. Sumber vitamin dianjurkan dari Konsumen tidak keberatan terhadap
sumber alami, ragi bir dan hanya pada harga telur free range yang mencapai tiga
kondisi tertentu penggunaan bahan kali lipat dan organik empat kali lipat
sintetis secara terbatas asal dibanding telur ayam dari kandang baterai
diperbolehkan oleh otoriter. konvensional. Beda utama unggas organik
Proses peternakan organik melibatkan dan konvensional antara lain;
empat tahap; a) penerapan prinsip-prinsip a. Perkandangan
organik (standar dan peraturan), b) kepatuhan Kandang harus menggunakan free range
terhadap peraturan organik, c) sertifikasi oleh sistem yang tiap unit diisi 4800 ekor
a. Penelitian dan pengembangan Fuller, R. 2002. Probiotic What they are and
manajemen yang sesuai bagi ayam ras what they do. http://D:/Probiotic. What
organik untuk kondisi Indonesia they are and what do, html.
b. Penelitian dan pengembangan pakan Gunawan, D. 2010. Masih berpeluang walau
alami yang lebih variatif disertai upaya ada hambatan. Laporan Utama. Poultry
peningkatan kualitasnya tanpa Indonesia, November 2010.
penggunaan bahan aditif, dan kimia yang
dilarang, terutama peluang Harjosworo, P. S. dan L. H. Prasetyo. 2009.
pengembangan probiotik alami setempat Unggas dan perunggasan di
c. Perlu adanya asosiasi peternak ayam Indonesia. Makalah Seminar Strategi
organik sebagai wadah informasi, Usaha perunggasan dalam Menghadapi
konsultasi, pendampingan, pendidikan Krisis Global. MIPI-FAPET, 26
inovasi teknologi, pemasaran bersama, Oktober 2009,Bogor.
dan melindungi kepentingan anggota. Haryanto, R. 2004. Antara Antibiotika,
d. Program pencegahan penyakit tersendiri Probiotik dan Prebiotik. www.
sesuai sistem pemeliharaan yang tidak Cakrawala. Co. id.
lagi intensif/dikandang baterai terutama
dengan penggunaan bahan alami Irsal, L. 2009. Revolusi Hijau Lestari untuk
setempat. Ketahanan Pangan ke Depan.
e. Peningkatan peran Perguruan Tinggi dan http://www.litbang.deptan.go.id/artikel
BALITBANG dalam penelitian dan /one/232/pdf.
pengembangan bahan pakan setempat Mohan, B., Kardivel, R., Bhaskaran, M., and
yang organik serta penelitian probiotik Natarajan, A. 1995. Effect of probiotic
alami guna meningkatkan kualitas dan supplementation on serum/yolk
penggunaan makanan ternak lokal. cholesterol and egg shell thickness in
f. Perlu dimulainya kampanye dan iklan layers. British Poultry Science 36 : 799
tentang unggas organik dan – 803.
pembentukan harga untuk mendukung
Purwati, E., Husmaini., S. Syukur, Y. Murni
produk tersebut. Hal ini perlu mendapat
dan F. Othman. 2006. Lactobacillus
dukungan kebijakan pasar dan
sp. Isolasi dari Blondo Virgin Coconut
pemasaran sesuai standar yang
Oil sebagai Probiotik. Proceeding
ditetapkan.
Seminar Hasil Penelitian Ilmu-Ilmu
Pertanian BKS Wilayah Barat. Jambi,
DAFTAR PUSTAKA
26 – 28 April 2006.
Abbas, M. Hafil. 2010. Sustainable Livestock Saarela, M., G. Mogensen., R. Fonden., J.
Development di Era AC-FTA: Matto dan T. M. Sandholm. 2000.
Harapan atau Mudarat? Makalah Probiotic bacteria: Savety, functional
Seminar Nasional “Peningkatan Akses and technological properties. J
Pangan Hewani melalui Integrasi Biotech., 84, 197 – 215.
Pertanian-Peternakan Berkelanjutan Serageldin, I. 1993. Making Development
Menghadapi Era AC-FTA”, Jambi 23 Sustainable. In Finance and
Juni 2010. Development, December 1993.
Blair, R. 2008. Nutrition and Feeding of Sundu, B., 2011., Industri ayam petelur UK:
Organic Poultry. Cabb International. Menyambut tahun 2012. Poultry
Cromwell Press, Trowbridge. Indonesia. Desember 2011.
Tambunan, T., 2009. Revolusi Hijau dan Torture, F dan E. Fernandez. 1996. Effect of
Perkembangan Sektor Pertanian di inclusion of microbial cultures in
Indonesia http://tulustambunan. barleybased diets fed to laying hens.
blogspot.com/2010/10/revolusi-hijau- Animal Feed Sci. and Technology
dan-perkembangan-sektor-pertanian- 53:255 – 265
di-indonesia.html