How Was the Moon Formed?

NAMA : ZIDNIY QONITAH KASALSABILAH

NIM : 119290052
KELAS : TPB 9 ( SAK B)
 Giant impact hypothesis

The prevailing theory supported by the scientific community, the giant impact hypothesis suggests
that the moon formed when an object smashed into early Earth. Like the other planets, Earth formed from the
leftover cloud of dust and gas orbiting the young sun. The early solar system was a violent place, and a number
of bodies were created that never made it to full planetary status. One of these could have crashed into Earth
not long after the young planet was created.

Known as Theia, the Mars-sized body collided with Earth, throwing vaporized chunks of the young
planet's crust into space. Gravity bound the ejected particles together, creating a moon that is the largest in
the solar system in relation to its host planet. This sort of formation would explain why the moon is made up
predominantly of lighter elements, making it less dense than Earth — the material that formed it came from
the crust, while leaving the planet's rocky core untouched. As the material drew together around what was left
of Theia's core, it would have centered near Earth's ecliptic plane, the path the sun travels through the sky,
which is where the moon orbits today.

According to NASA, "When the young Earth and this rogue body collided, the energy involved was 100
million times larger than the much later event believed to have wiped out the dinosaurs."

Although this is the most popular theory, it is not without its challenges. Most models suggest that
more than 60 percent of the moon should be made up of the material from Theia. But rock samples from the
Apollo missions suggest otherwise.

"In terms of composition, the Earth and moon are almost twins, their compositions differing by at
most few parts in a million," Alessandra Mastrobuono-Battisti, an astrophysicist at the Israel Institute of
Technology in Haifa, told Space.com. "This contradiction has cast a long shadow on the giant-impact model."

Mastrobuono-Battisti's team was able to create a model that suggested that Theia and the Earth
shouldn't be as widely different as previously thought.

In 2017, Israeli researchers proposed that a rain of small debris fell on Earth to create the moon.

"The multiple-impact scenario is a more natural way of explaining the formation of the moon," Raluca
Rufu, a researcher at the Weizmann Institute of Science in Israel and lead author of the study, told Space.com.
"In the early stages of the solar system, impacts were very abundant; therefore, it is more natural that several
common impactors formed the moon, rather than one special one.
Terjamahan Bahasa Indonesia

Hipotesis tubrukan besar

Teori yang berlaku didukung oleh komunitas ilmiah, hipotesis dampak raksasa menunjukkan
bahwa bulan terbentuk ketika sebuah benda menabrak Bumi awal. Seperti planet lain, Bumi
terbentuk dari sisa awan debu dan gas yang mengorbit matahari muda. Tata surya awal adalah
tempat yang kejam, dan sejumlah mayat diciptakan yang tidak pernah mencapai status planet
penuh. Salah satunya bisa menabrak Bumi tidak lama setelah planet muda diciptakan.

Dikenal sebagai Theia, tubuh seukuran Mars bertabrakan dengan Bumi, melemparkan
bongkahan kerak planet muda ke ruang angkasa. Gravitasi mengikat partikel yang terlontar
bersama-sama, menciptakan bulan yang terbesar di tata surya sehubungan dengan planet inangnya.
Formasi semacam ini akan menjelaskan mengapa bulan didominasi oleh unsur-unsur yang lebih
ringan, menjadikannya kurang padat dari Bumi - bahan yang membentuknya berasal dari kerak
bumi, sambil membiarkan inti batuan di planet itu tidak tersentuh. Saat materi itu menyatu di
sekitar apa yang tersisa dari inti Theia, itu akan berpusat di dekat bidang ekliptik Bumi, jalur yang
dilalui matahari melalui langit, yang merupakan tempat bulan mengorbit hari ini.

Menurut NASA, "Ketika Bumi muda dan tubuh nakal ini bertabrakan, energi yang terlibat
adalah 100 juta kali lebih besar daripada peristiwa yang diyakini kemudian telah memusnahkan
dinosaurus."

Meskipun ini adalah teori yang paling populer, ini bukan tanpa tantangan. Kebanyakan
model menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen bulan harus terbuat dari bahan dari Theia. Tetapi
sampel batuan dari misi Apollo menyarankan sebaliknya.

"Dalam hal komposisi, Bumi dan bulan hampir kembar, komposisinya berbeda paling sedikit
dalam satu juta," Alessandra Mastrobuono-Battisti, seorang astrofisikawan di Institut Teknologi
Israel di Haifa, mengatakan kepada Space.com. "Kontradiksi ini telah menimbulkan bayangan
panjang pada model dampak raksasa."

Tim Mastrobuono-Battisti mampu membuat model yang menyarankan bahwa Theia dan
Bumi tidak boleh jauh berbeda dari yang diperkirakan sebelumnya.

Pada tahun 2017, para peneliti Israel mengusulkan bahwa hujan puing-puing kecil jatuh di
Bumi untuk menciptakan bulan.

"Skenario multi-dampak adalah cara yang lebih alami untuk menjelaskan pembentukan
bulan," Raluca Rufu, seorang peneliti di Institut Ilmu Pengetahuan Weizmann di Israel dan penulis
utama studi tersebut, mengatakan kepada Space.com. "Pada tahap awal tata surya, dampaknya
sangat melimpah; oleh karena itu, lebih alami bahwa beberapa penabrak umum membentuk bulan,
daripada satu yang khusus.
 Co-formation theory

Moons can also form at the same time as their parent planet. Under such an explanation, gravity
would have caused material in the early solar system to draw together at the same time as gravity bound
particles together to form Earth. Such a moon would have a very similar composition to the planet, and would
explain the moon's present location. However, although Earth and the moon share much of the same material,
the moon is much less dense than our planet, which would likely not be the case if both started with the same
heavy elements at their core.

In 2012, researcher Robin Canup, of the Southwest Research Institute in Texas, proposed that Earth
and the moon formed at the same time when two massive objects five times the size of Mars crashed into
each other.

"After colliding, the two similar-sized bodies then re-collided, forming an early Earth surrounded by a
disk of material that combined to form the moon," NASA said. "The re-collision and subsequent merger left the
two bodies with the similar chemical compositions seen today

Terjamahan Bahasa Indonesia

Teori pembentukan bersama

Bulan juga dapat terbentuk bersamaan dengan planet induknya. Di bawah penjelasan seperti itu,
gravitasi akan menyebabkan material di tata surya awal untuk bersatu pada saat yang sama ketika partikel-
partikel yang terikat gravitasi bersama-sama membentuk Bumi. Bulan seperti itu akan memiliki komposisi
yang sangat mirip dengan planet ini, dan akan menjelaskan lokasi bulan saat ini. Namun, meskipun Bumi dan
bulan memiliki banyak materi yang sama, bulan jauh lebih tidak padat daripada planet kita, yang kemungkinan
tidak akan terjadi jika keduanya dimulai dengan unsur-unsur berat yang sama pada intinya.

Pada 2012, peneliti Robin Canup, dari Southwest Research Institute di Texas, mengusulkan bahwa
Bumi dan bulan terbentuk pada saat yang sama ketika dua benda besar berukuran lima kali ukuran Mars saling
menabrak.

"Setelah bertabrakan, kedua benda berukuran serupa itu kemudian bertabrakan kembali,
membentuk Bumi purba yang dikelilingi oleh piringan material yang bergabung membentuk bulan," kata
NASA. "Tabrakan ulang dan merger berikutnya meninggalkan kedua badan dengan komposisi kimia yang sama
terlihat hari ini
 The Capture Theory

Many of the moons surrounding other planets are really captured asteroids and not objects that
formed in place with the mother planet, or were ejected by the mother planet.

One sign that a moon is really a captured asteroid is that it has a non-spherical shape, or looks more
like a potato than round like our Moon. Moons that look like this are the two moons of Mars; Phobos and
Deimos. Another sign that a moon may be captured is if it orbits in a direction opposite to that of the mother
planet. An example of a moon of this kind is Neptune's moon Triton.

The Earth's Moon is both rounded in shape and orbits with Earth. These are the most direct pieces of
evidence that the Moon is not a captured object. If the Moon were a captured object it would explain why the
Moon and the Earth do not appear to be made of the same material.

Terjamahan Bahasa Indonesia

Teori Penangkapan

Banyak moon yang mengelilingi planet lain benar-benar ditangkap asteroid dan bukan benda yang
terbentuk di tempat dengan planet ibu, atau dikeluarkan oleh planet ibu.

Satu tanda bahwa sebuah bulan benar-benar sebuah asteroid yang tertangkap adalah memiliki
bentuk non-bola, atau terlihat lebih seperti kentang dari pada bulan seperti bulan kita. Moones yang terlihat
seperti ini adalah dua bulan mars, maranya adalah dua bulan mars, phosos dan deimos. Tanda itu bisa
ditangkap adalah jika itu mengorbit ke arah yang ditunjukkan oleh planet ibu. Bulan dari bulan ini adalah Bulan
Neptunune. Bulan. Bumi Bentuk bulat. Bentuk bulat dan boros.

Dengan bumi. Ini adalah potongan yang paling langsung. BUKTI bahwa Bulan bukan objek yang
tertangkap. Jika Bulan. Benda itu tidak tampak terbuat dari bahan yang sama.
 The Fission Theory (1)

This theory proposes that the Moon was once part of the Earth and somehow separated from the
Earth early in the history of the solar system. The present Pacific Ocean basin is the most popular site for the
part of the Earth from which the Moon came. This theory was thought possible since the Moon's composition
resembles that of the Earth's mantle and a rapidly spinning Earth could have cast off the Moon from its outer
layers. However, the present-day Earth-Moon system should contain "fossil evidence" of this rapid spin and it
does not. Also, this hypothesis does not have a natural explanation for the extra baking the lunar material has
received

The Fission Theory (2)

In the 1800s, George Darwin, the son of Charles Darwin, suggested that the moon looked so similar to
the Earth because at one point in Earth's history, Earth might have been spinning so fast that part of our planet
spun off into space but was kept tethered by Earth's gravity. Fission theorists posit that the Pacific Ocean
might be the site where the would-be moon material came off of Earth. However, after moon rocks were
analyzed and introduced to the equation, they largely debunked this theory because the moon rock
compositions differed from those in the Pacific Ocean. In short, the Pacific Ocean is too young to be the source
of the moon.

Terjamahan Bahasa Indonesia

Teori Fisi (1)

Teori ini mengusulkan bahwa Bulan itu adalah bagian dari bumi dan entah bagaimana berpisah dari
bumi di awal sejarah tata surya. Basin Samudera Pasifik sekarang adalah tempat yang paling populer untuk
bagian dari bumi yang muncul. Teori ini dipikirkan mungkin karena komposisi bulan menyerupai mantel bumi
dan bumi berputar cepat bisa melemparkan Bulan dari lapisan luarnya. Namun, sistem bumi bumi sekarang
harus mengandung "bukti fosil" dari spin cepat ini dan tidak. Juga, hipotesis ini tidak memiliki penjelasan alami
untuk baking tambahan bahan lunar telah diterima.

Teori Fisi (2)

Pada tahun 1800an, George Darwin, anak Charles Darwin, menyarankan agar bulan tampak sangat
mirip dengan bumi karena pada satu titik dalam sejarah Bumi, Bumi mungkin telah berputar begitu cepat
sehingga bagian dari planet kita berputar ke luar angkasa namun tetap ditetap oleh gravitasi bumi. Forestis Fisi
mengeposkan bahwa Samudera Pasifik mungkin adalah tempat dimana bahan confinal adalah dari Bumi.
Namun, setelah bulan bulan dianalisis dan diperkenalkan pada persamaan, mereka sebagian besar membuang
teori ini karena komposisi batu bulan berbeda dari yang di Samudra Pasifik. Singkatnya, Samudra Pasifik terlalu
muda untuk menjadi sumber bulan.