Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 12

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Hlm.

689-700, Desember 2016

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TONGKOL Euthynnus affinis


DI PERAIRAN SELAT SUNDA

REPRODUCTION BIOLOGY EASTERN LITTLE TUNA Euthynnus affinis


IN THE SUNDA STRAIT

Vera Ardelia*, Yon Vitner, dan Mennofatria Boer


Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB
*E-mail: verauniski@gmail.com

ABSTRACT
Eastern little tuna is small pelagic fish that has high economic value. Fishing effort of the eastern little
tuna for the last eight years have also exceeded the optimum level. To ensure the sustainability of the
pelagic fish resources, it is necessary to perform the management efforts. This study was to observe
reproductive Biology of the eastern little tuna, as one of the necessary information in the management
of fishery resources. Fish -samples were collected from the catch of local fishermen in April-August
2015. Based on T test (α = 0.05), the eastern little tuna males and females showed positive allometric
growth patterns. Average size of the first time caught fish for the female (308.37 mm) and male
(280,63 mm) was smaller than that observed in those first time maturity gonads (ranging 407-408 mm
for female and 438-440 mm for male). The eastern little tuna spawn gradually or partially (partial
spawner), and have high reproductive potential with fecundity ranged 17,814-560,792 eggs (average
fecundity: 109,807) in fish of 285-630 mm body length. The gonad maturity level of the eastern Little
Tuna is dominated by Gonad maturity level I and II,(immature). The value of gonad maturity for the
female level is about 0.0769-0.6879 and the male is 0.1913-0.3000.

Keywords: Banten, reproduction biology, eastern little tuna, Sunda Strait

ABSTRAK
Ikan tongkol adalah ikan pelagis kecil yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Upaya penangkapan ikan
tongkol selama delapan tahun terakhir juga telah melebihi batas optimum. Untuk menjamin kelestarian
sumberdaya ikan pelagis tersebut, perlu dilakukan suatu upaya pengelolaan. Salah satu informasi yang
diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan adalah biologi reproduksi ikan tongkol. Peneli-
tian ini bertujuan untuk mengkaji aspek biologi reproduksi ikan tongkol. Pengambilan contoh
dilakukan pada bulan April-Agustus 2015 dari hasil tangkapan nelayan. Uji t (α = 0,05) ) terhadap
nilai b ikan tongkol jantan dan betina diperoleh pola pertumbuhan allometrik positif. Analisis Rata-
rata ukuran ikan pertama kali tertangkap lebih kecil untuk ikan tongkol betina dan jantan masing-
masing adalah 308,37 mm dan 280,63 mm dibandingkan dengan ukuran pertama kali matang gonad
ikan tongkol betina berkisar antara 407-408 mm dan jantan 438-440 mm. Ikan tongkol memijah secara
bertahap atau secara parsial pada selang kelas 0,4741-0,5491 mm. Ikan tongkol memiliki potensi
reproduksi yang cukup besar dengan fekunditas berada pada kisaran 17.814–560.792 butir telur
dengan rata-rata 109.807 butir. Tingkat Kematangan Gonad ikan Tongkol didominasi oleh TKG I dan
II yaitu fase belum matang. Nilai indeks kematangan gonad ikan Tongkol betina berkisar antara
0,0769-0,6879, sedangkan nilai IKG tongkol jantan berkisar antara 0,1913-0,3000.

Kata kunci: Banten, biologi reproduksi, ikan tongkol, Selat Sunda

I. PENDAHULUAN yang mempunyai peran penting dalam rantai


makanan sebagai ikan karnivor sehingga
Ikan tongkol merupakan ikan yang berpengaruh terhadap keseimbangan ekosis-
memiliki nilai ekonomis di perairan Selat tem perairan (Johnson et al., 2013). Peneliti-
Sunda. Ikan tongkol sebagai ikan pelagis an Williams (1963) di Afrika Timur menun-

@Ikatan Sarjana Oseanologi Indonesia dan


Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, FPIK-IPB 689
Biologi Reproduksi Ikan Tongkol Euthynnus affinis . . .

jukkan bahwa ikan tongkol yang kecil cen- yang diperlukan dalam pengelolaan sumber-
derung bergerombol secara bersama. Gerom- daya perikanan adalah biologi reproduksi
bolan campuran spesies ini diantaranya yaitu ikan tongkol. Penelitian ini bertujuan untuk
yellowfin tuna kecil (Thunnus albacares), mengkaji aspek biologi reproduksi ikan
cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol tongkol. Pendekatan melalui kajian aspek
mackarel (Auxis thazard) dan tongkol biologi reproduksi ini merupakan langkah
(Megalaspis cordyla). Menurut Ahmed et al. awal sebagai upaya dalam pengelolaan sum-
(2014) ikan tongkol (Euthynnus affinis) berdaya perikanan agar pemanfaatan ikan
cenderung membentuk multispecies schools tongkol dapat dilakukan secara optimal dan
berdasarkan ukuran yang terdiri dari 100 berkelanjutan.
sampai lebih dari 5.000 individu.
Penelitian Kusumawardani (2014) II. METODE PENELITIAN
menunjukkan bahwa data hasil tangkapan
ikan tongkol dan upaya penangkapan yang 2.1. Waktu dan Tempat Penelitian
telah distandardisasi di perairan Selat Sunda Penelitian dilakukan dari bulan April
pada tahun 2006-2013 mengalami fluktuasi sampai Agustus 2015 dengan interval peng-
pada setiap tahun. Hasil tangkapan Ikan ambilan contoh selama satu bulan. Lokasi
Tongkol tertinggi terjadi pada tahun 2008 pengambilan ikan contoh terletak di PPP La-
sebesar 1.829,20 ton. Upaya penangkapan buan, Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Kabu-
tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar paten Pandeglang, Provinsi Banten (Gambar
10.115 trip. Hasil tangkapan ikan tongkol 1) yang merupakan ikan hasil tangkapan
pada tahun 2006 dan 2008 telah melebihi nelayan di perairan Selat Sunda. PPP Labuan
nilai MSY sebesar 1.811 ton per tahun berada pada posisi koordinat 06°24’30’’LS
(Kusumawardani, 2014). Upaya penangkap- dan 105°49’15’’BT. Gambar 1 menunjukkan
an Ikan tongkol selama delapan tahun lokasi penelitian dan daerah penangkapan
terakhir juga telah melebihi upaya optimum ikan tongkol dan tetengkek yang didaratkan
yaitu sebesar 7.180 trip. Hasil tersebut di PPP Labuan, Banten. Analisis laboratori-
menunjukkan bahwa upaya rata-rata dan um dilakukan di Laboratorium Biologi
upaya aktual telah melebihi nilai upaya Perikanan, Departemen Manajemen Sumber
penangkapan optimum, sehingga dapat didu- Daya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
ga ikan tongkol di perairan Selat Sunda telah Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
mengalami tangkap lebih.
Statistik Perikanan Kementerian Ke- 2.2. Analisis Data
lautan dan Perikanan (2011) menunjukkan 2.2.1. Hubungan Panjang Bobot
kondisi sumberdaya ikan pelagis di Selat Model pertumbuhan mengikuti pola
Sunda telah mengalami tangkap lebih. Menu- hukum kubik dari 2 parameter yang dijadikan
rut Jenning et al. (2000), untuk menjaga ke- analisis. Asumsi hukum kubik artinya setiap
berkelanjutan penangkapan harus ada ke- pertambahan panjang akan menyebabkan
seimbangan antara kematian yang mengu- pertambahan bobot 3 kali lipatnya. Namun
rangi populasi biomassa ikan, dan reproduksi pada kenyataannya tidak demikian, karena
serta pertumbuhan yang meningkatkan popu- panjang dan bobot ikan berbeda pada setiap
lasi biomassa ikan tersebut. Ikan tongkol spesies ikan. Analisis hubungan panjang
memiliki nilai ekonomis penting, namun bobot tubuh dilakukan untuk menentukan
sedikit yang diketahui tentang biologi spesies pola pertumbuhan ikan tongkol yang dida-
ikan ini (Motlagh et al., 2010). ratkan di PPP Labuan Banten mengikuti
Menjamin kelestarian sumberdaya persamaan Effendie (2002):
ikan pelagis tersebut, perlu dilakukan suatu
upaya pengelolaan. Salah satu informasi W = a.Lb ................................................ (1)

690 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt82
Ardelia et al.

Gambar 1. Peta daerah penagkapan Ikan Tongkol Euthynnus affinis.

W adalah bobot (gram), L adalah panjang ........................... (2)


(mm), a adalah: intersep (perpotongan kurva
hubungan panjang-bobot dengan sumbu Y), dimana: m adalah logaritma dari kelas
b adalah “slope” untuk menguji nilai b = 3 panjang pada kematangan pertama, d adalah
atau b ≠ 3 dilakukan uji t (uji parsial), dengan selisih logaritma dari pertambahan nilai te-
hipotesis : H0 : b = 3, hubungan panjang dan ngah panjang, k adalah jumlah kelas panjang,
bobot adalah isometrik, H1:b ≠ 3, hubungan xk adalah logaritma nilai tengah panjang di
panjang dengan bobot adalah allometerik mana ikan matang gonad (atau di mana pi=
yaitu: Pola hubungan panjang-bobot bersifat 1). Lm dapat diduga dari antilog m.
allometrik positif, bila b > 3 (pertambahan
bobot lebih cepat daripada pertambahan pan- 2.3.3. Ukuran Pertama Kali Tertangkap
jang), dan allometrik negatif, bila b < 3 (Lc)
(pertambahan panjang lebih cepat daripada Ukuran pertama kali tertangkap (Lc)
pertambahan bobot). dihitung dengan metode kantung berlapis
(covered conden method). Hasil dari perhitu-
2.2.2. Ukuran Pertama Kali Matang Go- ngan tersebut membentuk kurva ogif yang
nad (Lm) berbentuk sigmoid. Ukuran pertama kali
Penentuan panjang ikan pertama kali tertangkap diduga melalui metode Beverton
matang gonad (Lm) dapat menggunakan and Holt (1957) in Sparre and Venema
sebaran frekuensi proporsi gonad yang telah (1999) :
matang gonad (King, 1995). Ukuran pertama
kali matang gonad dihitung menggunakan
.................................. (3)
persamaan Spearman-Karber telah dikem-
bangkan oleh Finney (1971) in Saputra et al.
(2009):

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Desember 2016 691
Biologi Reproduksi Ikan Tongkol Euthynnus affinis . . .

dimana: SL adalah nilai estimasi, L adalah gonad (%), BG adalah bobot gonad ikan
nilai tengah panjang kelas (mm), a dan b (gram), BT adalah bobot tubuh ikan (gram).
adalah konstanta. Dengan demikian, a dan b
dapat dihitung melalui dugaan regresi linear: 2.3.5. Fekunditas dan Diameter Telur
Penghitungan fekunditas ikan tongkol
.............................. (4) dilakukan dengan mengambil gonad ikan
tongkol yang sudah mencapai TKG III dan
IV.
diman: SLc adalah frekuensi kumulatif Diameter telur diukur menggunakan
relatif, L adalah nilai tengah panjang kelas mikroskop dengan bantuan mikrometer oku-
(mm). ler yang sudah ditera. Pengukuran dilakukan
Adapun Lc dapat dihitung melalui : pada telur-telur yang berada pada tingkat
kematangan gonad III dan IV dengan jumlah
................................................ (5) 50 telur ikan pada setiap gonad ikan. Data
yang telah diperoleh dikonversi terlebih
diman: Lc adalah panjang ikan pertama kali dahulu, dengan cara mengalikan data dengan
tertangkap (mm), a dan b adalah konstanta. nilai konversi 0,025, kemudian ditentukan
jumlah kelas, dibuat selang kelas dari data
2.3.4. Tingkat Kematangan Gonad dan dihitung frekuensi ikan pada tiap selang
(TKG) dan Indeks Kematangan kelas.
Gonad (IKG) Fekunditas dihitung dengan meng-
Penentuan TKG bertujuan untuk me- gunakan metode gabungan sebagai berikut
ngetahui kondisi ikan yang diperoleh selama (Effendie, 2002):
penelitian dalam keadaan tingkat kematangan
gonad sehingga dapat diduga musim pemi-
jahan ikan tersebut. TKG ditentukan secara .......................................... (7)
morfologi menggunakan modifikasi Cassie
in Effendie dan Sjafei (1976) yang didasar- dimana: F adalah fekunditas (butir), G adalah
kan pada bentuk, warna, ukuran, dan bobot bobot gonad (g), V adalah volume pengen-
gonad. ceran (cc), X adalah jumlah telur contoh tiap
Indeks kematangan gonad yaitu cc (butir), Q adalah bobot telur contoh (g).
suatu nilai dalam persen sebagai hasil dari
perbandingan bobot gonad dengan bobot III. HASIL DAN PEMBAHASAN
tubuh ikan termasuk gonad dikalikan dengan
100. Sejalan dengan perkembangan gonad, 3.1. Hasil
bobot gonad semakin bertambah dan semakin 3.1.1. Hubungan Panjang Bobot
besar sampai mencapai maksimum ketika Hubungan panjang bobot ikan tong-
ikan mencapai memijah. Tujuan penghitung- kol pada Gambar 2, Gambar 3 dan Gambar 4
an IKG adalah untuk mengetahui perban- menunjukkan persamaan ikan tongkol betina
dingan ukuran gonad dan tubuh ikan, dengan W = 5x10-6 L 3,1531 dengan koefisien deter-
rumus (Effendie, 1997): minasi 95,8%, sedangkan ikan tongkol jantan
W = 3 x 10-6 L 3,2773 dengan koefisien deter-
............................... (6) minasi 96,5%, dan secara keseluruhan persa-
maan untuk ikan tongkol total adalah W = 1
x 10-5 L 2,966 dengan koefisien determinasi
dimana: IKG adalah Indeks kematangan dari
sebesar 97,39%.

692 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt82
Ardelia et al.

tang gonad memiliki panjang berkisar antara


438-440 mm.

3.1.3. Tingkat Kematangan Gonad


(TKG) dan Indeks Kematangan
Gonad (IKG)
Struktur morfologis gonad (umumnya
TKG ditentukan secara histologis agar
tingkat kepercayaannya tinggi) ikan tongkol
betina pada TKG I (Gambar 5) berukuran
Gambar 2. Hubungan panjang bobot ikan kecil dengan warna putih kemerahan. Gonad
tongkol Euthynnus affinis betina. ikan tongkol betina TKG II memiliki warna
kemerahan dan ukuran yang lebih besar dari
gonad betina TKG I. Isi gonad betina yang
berupa butir-butir telur belum terlihat pada
gonad betina TKG I dan TKG II. Gonad
betina TKG III sudah memenuhi rongga
perut memiliki warna merah kekuning-
kuningan serta ukuran yang lebih besar dan
panjang dari gonad betina TKG II. Butir-
butir telur mulai terlihat pada gonad betina
TKG III. Gonad betina TKG IV memiliki
warna kuning kemerahan dan ukuran yang
Gambar 3. Hubungan panjang bobot ikan lebih besar dari gonad betina TKG III. Butir-
tongkol Euthynnus affinis jantan. butir telur terlihat sangat jelas dan padat pada
gonad betina TKG IV. Gonad ikan tongkol
(Euthynnus affinis) betina pada setiap TKG
disajikan pada Gambar 5.
Struktur morfologis gonad pada ikan
tongkol jantan (Gambar 6), untuk TKG I
menunjukkan ukuran gonad yang masih
sangat kecil dengan warna putih pucat dan
memiliki bentuk seperti benang. Gonad
jantan TKG II menunjukkan ukuran yang
lebih besar dari gonad jantan TKG I dan
Gambar 4. Hubungan panjang bobot ikan memiliki warna bening keputihan. Ukuran
tongkol Euthynnus affinis total. gonad jantan TKG III lebih besar dari gonad
jantan TKG II isi gonad telah memenuhi
3.1.2. Pendugaan Rata-rata Ukuran Per- rongga perut dan memiliki warna putih susu.
tama Kali Tertangkap (Lc) dan Gonad jantan TKG IV ukurannya lebih besar
Panjang Pertama Kali Matang Go- dari gonad jantan TKG III, serta memiliki
nad (Lm) warna putih pekat menyerupai lapisan lemak.
Analisis panjang pertama kali ter- Sebaran tingkat kematangan gonad
tangkap untuk ikan tongkol betina dan jantan ikan tongkol betina, jantan dan total pada
masing-masing adalah 308,37 mm dan setiap pengambilan contoh disajikan pada
280,63 mm. Ukuran pertama kali matang go- Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9. Nilai
nad ikan tongkol betina berkisar antara 407- IKG rata-rata betina meningkat dari TKG I
408 mm, sedangkan ikan tongkol jantan ma- sampai dengan TKG IV.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Desember 2016 693
Biologi Reproduksi Ikan Tongkol Euthynnus affinis . . .

Gambar 5. Struktur morfologis gonad ikan tongkol Euthynnus affinis betina.

Gambar 6. Struktur morfologis gonad ikan tongkol Euthynnus affinis.

694 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt82
Ardelia et al.

Gambar 7. Tingkat kematangan gonad ikan Gambar 9. Tingkat kematangan gonad ikan
tongkol Euthynnus affinis betina. tongkol Megalaspis cordyla total.

3.1.4. Fekunditas dan Diameter Telur


Fekunditas ikan tongkol berada pada
kisaran 17.814 – 560.792 butir telur dengan
rata-rata 10.9807 butir pada kisaran panjang
285-630 mm. Ikan tongkol memiliki kisaran
diameter telur yang bervariasi, berkisar an-
tara 0,0250 – 1,0750 mm. Diameter telur
dengan frekuensi tertinggi terdapat pada se-
lang kelas 0,4741-0,5491 mm, sedangkan
frekuensi terendah terdapat pada selang kelas
1,073-1,148 mm. Sebaran diameter telur ikan
tongkol betina disajikan pada Gambar 10.
Gambar 8. Tingkat kematangan gonad ikan
tongkol Megalaspis cordyla jan-
tan.

Gambar 10. Sebaran diameter telur ikan tongkol Euthynnus affinis betina.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Desember 2016 695
Biologi Reproduksi Ikan Tongkol Euthynnus affinis . . .

3.2. Pembahasan pa dengan penelitian sebelumnya yang telah


Secara keseluruhan, jumlah ikan dilakukan oleh Hidayat (2015) di perairan
tongkol jantan lebih banyak daripada ikan Selat Sunda dengan pola pertumbuhan ikan
betina. Perbandingan antara ikan tongkol tongkol jantan dan betina adalah allometrik
jantan dan betina sebesar 1,22 : 1. Hasil uji positif. Sebaliknya, penelitian Kusumawar-
Chi square ikan tongkol jantan dan betina dani (2013) di Perairan Selat Sunda me-
menunjukkan rasio dalam keadaan tidak nunjukkan pola pertumbuhan ikan jantan dan
seimbang. Menurut Thanh (2011) umumnya betina adalah allometrik negatif. Menurut
perbedaan jumlah ikan betina dan jantan Bagenal in Febrianti et al. (2013), faktor-
yang tertangkap oleh nelayan berkaitan faktor yang menyebabkan perbedaan nilai b
dengan pola tingkah laku ruaya ikan, baik selain perbedaan spesies adalah perbedaan
untuk memijah maupun mencari makan. Hal jumlah dan variasi ukuran ikan yang diamati,
ini diduga karena terkait dengan proses faktor lingkungan, berbedanya stok ikan
alamiah dari strategi reproduksi ikan, yaitu dalam spesies yang sama, tahap perkem-
jumlah ikan jantan lebih banyak dibutuhkan bangan ikan, jenis kelamin, tingkat kema-
untuk memenuhi kuantitas sperma dalam tangan gonad, termasuk perbedaan waktu
menunjang keberhasilan untuk reproduksi, dalam hari karena perubahan isi perut. Secara
meskipun belum diketahui secara pasti kom- umum, nilai b tergantung pada kondisi fisio-
posisi jantan dan betina dalam pemijahan. logi dan lingkungan seperti suhu, pH, salini-
Hal itu berhubungan dengan fertilisasi ekster- tas, letak geografis dan teknik sampling
nal ikan yang memiliki faktor penghambat (Jennings et al., 1998 in Mulfizar et al.,
fertilisasi yang sangat besar, seperti faktor 2012). Selain itu perbedaan umur, kematang-
lingkungan dan predator. Kuantitas sperma an gonad, jenis kelamin, letak geografis, dan
yang dibutuhkan untuk membuahi sel telur kondisi lingkungan (aktifitas penangkapan);
harus berada dalam jumlah besar. Selain itu kepenuhan lambung, dan penyakit dapat
juga perbedaan jumlah pada ikan betina dan mempengaruhi keragaman nilai b (Le Cren
jantan dapat disebabkan oleh perbedaan ting- 1951; Neff dan Cargnelli 2004; Ecoutin et
kah laku bergerombol antara ikan betina dan al., 2005 in Rahardjo dan Simanjuntak 2008).
jantan, perbedaan laju pertumbuhan, dan laju Analisis panjang pertama kali ter-
mortalitas (Motlagh et al., 2010). tangkap untuk ikan tongkol betina dan jantan
Persamaan yang diperoleh dari ana- masing-masing adalah 308,37 mm dan
lisis hubungan antara panjang dan bobot 280,63 mm. Ukuran pertama kali matang go-
untuk ikan tongkol betina adalah W = 5x10 -6 nad ikan tongkol betina berkisar antara 407-
L 3,1531 dengan koefisien determinasi 95,8%, 408 mm, sedangkan ikan tongkol jantan
sedangkan untuk ikan tongkol jantan W = 3 x matang gonad memiliki panjang berkisar an-
10-6 L 3,2773 dengan koefisien determinasi tara 438 - 440 mm. Hal ini menunjukkan
96,5% dan persamaan untuk ikan tongkol bah-wa ikan tongkol betina memiliki ukuran
gabungan adalah W = 1 x 10 -5 L 3,2131 dengan pertama kali matang gonad lebih kecil diban-
koefisien determinasi sebesar 97,39%. Hasil dingkan dengan ikan tongkol jantan. Ini me-
uji t terhadap parameter b pada ikan tongkol nunjukkan bahwa ikan tongkol betina lebih
dengan selang kepercayaan 95% (α= 0,05), cepat matang gonad dibandingkan dengan
diperoleh thitung > ttabel yang artinya b tidak ikan tongkol jantan. Menurut Lagler et al.
sama dengan 3, sehingga hubungan panjang (1997), faktor yang mempengaruhi ikan per-
bobot ikan tongkol baik betina jantan mau- tama kali matang gonad adalah spesies,
pun gabungan pola pertumbuhannya bersifat umur, ukuran, dan kemampuan adaptasi ter-
allometrik positif. Hal ini berarti, pertamba- hadap lingkungan.
han bobot ikan lebih dominan dibandingkan Panjang pertama kali tertangkap ada-
pertambahan panjangnya. Penelitian ini seru- lah panjang ikan yang ke-50% dari ikan ter-

696 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt82
Ardelia et al.

tangkap di suatu perairan. Ukuran pertama pada bulan Agustus (Gambar 3). Nilai IKG
kali tertangkap dihitung menggunakan data yang diperoleh yaitu < 20%, yang mengin-
frekuensi dan selang kelas panjang. Analisis dikasikan bahwa ikan tongkol merupakan
panjang pertama kali tertangkap untuk ikan kelompok ikan yang bernilai IKG kecil dan
tongkol betina dan jantan masing-masing dikategorikan sebagai ikan yang dapat memi-
adalah 308 mm dan 282 mm. Rata-rata uku- jah lebih dari satu kali tiap tahun. Hal ini
ran pertama kali tertangkap ikan tongkol sesuai dengan Yustina (2002) in Mariskha
yang didaratkan lebih kecil dibandingkan (2012), menyatakan bahwa ikan yang mem-
dengan ukuran pertama kali matang gonad punyai nilai IKG lebih kecil dari 20% adalah
(Lc < Lm). Hal ini berarti bahwa sebelum kelompok ikan yang dapat memijah lebih
ikan tersebut tertangkap, ikan belum matang dari satu kali setiap tahunnya.
gonad atau belum melakukan proses rek- Nilai fekunditas pada ikan tongkol
ruitmen (individu baru) sehingga apabila hal betina dihitung berdasarkan perhitungan de-
ini terjadi terus-menerus maka secara biologi, ngan metode gabungan. Fekunditas ikan
pengelolaan ikan tongkol di perairan Selat tongkol berada pada kisaran 17.814 –
Sunda akan menjadi tidak berkelanjutan. 560.792 butir telur dengan rata-rata 109.807
Tahap-tahap atau perubahan kemata- butir pada kisaran panjang 285-630 mm.
ngan gonad akan memberikan keterangan Menurut Djuhanda (1981) in Yustina et al.
tentang waktu ikan memijah, baru memijah (2002), besar kecilnya fekunditas dipenga-
atau sudah memijah (Affandi dan Tang ruhi oleh makanan, ukuran ikan, dan kondisi
2002). Sebaran TKG I dan TKG II Ikan lingkungan Menurut Unus dan Sharifuddin
Tongkol baik betina, jantan dan gabungan (2010) fekunditas mempunyai hubungan atau
lebih mendominasi dibandingkan ikan de- keter-pautan dengan umur, panjang atau
ngan TKG III dan TKG IV (Gambar 2). Hal bobot tubuh, dan spesies ikan.
ini disebabkan akibat dari tekanan penang- Ikan tongkol memiliki kisaran diame-
kapan sehingga menyebabkan populasi ikan ter telur yang bervariasi, berkisar antara
dewasa yang matang gonad menjadi sedikit. 0,0250 – 1,0750 mm (Gambar 4). Diameter
Penelitian Hidayat (2015) di perairan Selat telur dengan frekuensi tertinggi terdapat pada
Sunda menunjukkan bahwa ikan tongkol di selang kelas 0,4741-0,5491 mm. Nikolsky
perairan Selat Sunda juga telah mengalami (1963) menyatakan bahwa salah satu para-
tekanan penangkapan. TKG IV dominan meter untuk menentukan potensi reproduksi
ditemukan pada bulan Juni (12,50%) dan adalah dengan mengetahui variasi diameter
Agustus (16,86%), sehingga diindikasikan telur. Pada tiap-tiap tingkat kematangan
pemijahan ikan tongkol terjadi pada bulan gonad memiliki penyebaran ukuran diameter
Juni dan Agustus. Kondisi tersebut serupa telur yang berbeda. Hal ini mengindikasikan
dengan kondisi di Perairan Pakistan di mana semakin tinggi tingkat kematangan gonad,
puncak pemijahan ikan tongkol (Euthynnus diameter telur yang ada di dalam ovarium
affinis) terjadi selama bulan Juli-Agustus dan akan semakin besar (Effendie, 2002). Lama
November-Januari (Ahmed et al., 2014). pemijahan pada ikan dapat diduga dari
Ikan tongkol jantan memiliki nilai ukuran diameter telur. Jika waktu pemijahan
IKG rata-rata lebih kecil dibandingkan nilai pendek, maka semua telur masak yang ada di
IKG rata-rata ikan tongkol betina berdasar- ovarium berukuran sama, dimana ukuran ini
kan waktu pengamatan. Nilai IKG ikan berbeda dengan ukuran telur pada saat folikel
tongkol betina berkisar antara 0,07-0,68, se- masih muda. Namun, apabila waktu pemi-
dangkan nilai IKG tongkol jantan berkisar jahan terus menerus pada kisaran waktu yang
antara 0,19-0,30. Nilai IKG tertinggi, pada lama, ukuran telur masak yang ada dalam
ikan betina terdapat pada bulan Juni, sedang- ovarium berbeda-beda (Hoar, 1957 in
kan nilai tertinggi untuk ikan jantan terdapat Siregar, 2004).

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Desember 2016 697
Biologi Reproduksi Ikan Tongkol Euthynnus affinis . . .

IV. KESIMPULAN ikan tongkol komo Euthynnus Affinis


Di Perairan Laut Jawa. BAWAL.,
Pola pertumbuhan ikan tongkol baik 5(3):167-174.
betina jantan maupun gabungan bersifat Effendie, M.I. 1997a. Metoda Biologi Perika-
allometrik positif, yaitu pertambahan bobot nan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
lebih cepat daripada pertumbuhan panjang. 45hlm.
Rata-rata ukuran pertama kali tertangkap Effendie, M.I. 2002b. Biologi Perikanan.
lebih kecil dibandingkan dengan ukuran Yayasan Pustaka Nusatama. Yogya-
pertama kali matang gonad sehingga sebelum karta. 128hlm.
ikan tersebut tertangkap ikan belum melaku- Effendie, M.I dan D.S. Sjafei. 1976. Potensi
kan proses rekruitmen. Musim pemijahan reproduksi ikan belanak (Mugil dus-
ikan tongkol diduga terjadi pada bulan Juni sumieri Valenciennes) di perairan
dan Agustus, terlihat dari sebaran TKG IV Muara Sungai Cimanuk Indramayu.
yang terdapat di bulan ini. Ikan tongkol JPPL., 1:55-86.
memijah secara bertahap atau secara parsial Encina, L. dan C.G. Lorencio. 1997.
(partial spawner). Seasonal changes in condition,
nutrition, gonad maturity and energy
UCAPAN TERIMA KASIH content in Barbel, Barbus sclateri,
inhabiting a fluctuating river. Envi-
Penulis mengucapkan terimakasih ke- ronmental Biology of Fishes, 50:75-
pada Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, 84.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hidayat, N.L. 2015. Kajian stok sumber
atas biaya penelitian melalui Biaya Opera- daya ikan tongkol Euthynnus affinis
sional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN), di Perairan Selat Sunda. Skripsi.
Angga-ran Pendapatan Belanja Negara Institut Pertanian Bogor. Bogor.
(APBN), DIPA IPB Tahun Ajaran 2015 No. 22hlm.
544/IT3. 11/PL/2015, Penelitian Dasar untuk Holland, D.S. 2003. Integrating spatial mana-
Bagian, Penelitian Unggulan Perguruan gement measures into traditional
Tinggi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian fishery management system: the case
kepada Masyarakat, IPB. Ucapan terima of the Georges Bank multispecies
kasih kepada mitra bebestari yang mem- groundfish fishery. Heidelberg. 929p.
berikan komentar dan masukan untuk Johnson, M.G. and A.R. Tamatamah. 2013.
meningkatkan kualitas tulisan ini. Length frequency distribution, morta-
lity rate, and reproductive biology of
DAFTAR PUSTAKA Kawakawa Euthynnus affinis Cantor,
1849 in the Coastal Water of Tan-
Affandi, R. dan U.M. Tang. 2002. Fisiologi zania. Pakistan J. of Biological Scien-
Hewan Air. Pekanbaru. 172hlm. ce, 16(21):1270-1278.
Ahmed, Q., Y. Farzana, S. Maliha, M.A. King, M. 1995. Fishery biology, assessment,
Qadeer, A. Mansour, Z.S. Sher, and and management. Fishing News
A.A. Muhammad 2014. Euthynnus Books. London, USA. 341p.
affinis (little tuna): fishery, biono- Kusumawardani, N.M. 2014. Kajian stok
mics, seasonal elemental variations, sumber daya ikan tongkol Euthynnus
health risk assessment and conserva- affinis di perairan Selat Sunda yang
tional management. Frontiers in Life didaratkan di PPP Labuan, Pande-
Science, 14(1): 51-61. glang, Banten. Skripsi. Institut Perta-
Chodrijah, U., H. Thomas, dan N. Tegoeh. nian Bogor. Bogor. 28hlm.
2013. Estimasi parameter populasi

698 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt82
Ardelia et al.

Lagler, K.F. 1961. Freshwater fishery bio- Rahardjo, M.F., dan C.P.H. Simanjuntak.
logy. (2nd Ed). C. Brown Co. Dubu- 2008. Hubungan panjang bobot dan
que, lowa. 58hlm. faktor kondisi ikan tetet, Johnius
Mariskha, P.R. dan N. Abdulgani. 2012. belangerii Cuvier (Pisces: Scianidae)
Aspek reproduksi Ikan Kerapu Macan di Perairan Pantai Mayangan, Jawa
Epinephelus sexfasciatus di Perairan Barat. J. Ilmu-ilmu Perairan dan Pe-
Glodonggede Tuban. J. Sains dan rikanan Indonesia, 15(2):135-140.
Seni ITS, 1(1):27-31. Saputra, S.W., S. Prijadi, dan A.S. Gabriela.
Motlagh, T.S.A., S.A. Hashemi, and P 2009. Beberapa aspek biologi ikan
Kochanian. 2010. Population biology kuniran Upeneus spp. di perairan
and assessment of Kawakawa Euthy- Demak. J. Saintek Perikanan, 5(1):1-
nnus affinis in Coastal Waters of the 6.
Persian Gulf and Sea of Oman Siregar, R.P.A. 2004. Aspek biologi repro-
(Hormozgan Province). Iranian J. of duksi induk ikan patin kunyit
Fisheries Sciences, 9(2):315-326. Pangasius kunyit di perairan Sungai
Mulfizar, Z.A. Muchlisin, dan I. Dewiyanti. Kampar, Propinsi Riau. Institut Per-
2012. Hubungan panjang bobot dan tanian Bogor. Bogor. 24hlm.
faktor kondisi tiga jenis ikan yang Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, M.
tertangkap di perairan Kuala Gigieng, Brojo, dan Sulistiono. 1993. Fisiologi
Aceh Besar, Provinsi Aceh. Depik., ikan II: Reproduksi ikan. Fakultas
1(1):1-9. Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
Musbir, I. Nnurdian, R. Sihbudi, dan Sudir- Bogor. 213hlm.
man. 2008. Deskripsi alat tangkap Sluka, R.D., M. Chiappone, K.M.S. Sealey.
cantrang, analisis bycatch, discard, 2001. Influence of habitat on grouper
dan komposisi ukuran ikan yang abundance in the Florida Keys USA.
tertangkap di perairan Takalar. J. J. of Fish Biology, 58:682 -700.
perikanan Indonesia, 18(2):160-170. Sparre, P., dan S.C. Venema. 1999. Intro-
Neff, B.D. dan L.M. Cargnelli. 2004. Rela- duksi pengkajian stok ikan tropis.
tionship between condition factors, Pusat Penelitian dan Pengembangan
parasite load and paternity in Bluegill Perikanan. Jakarta. 438hlm.
Sunfish, Lepomis macrochirus. Envi- Thanh, N.V. 2011. Sustainable Management
ronmental Biology of Fishes, 71:297- of Shrimp Trawl in Tonkin Gulf,
304. Vietnam. Applied Economics J.,
Nikolsky, G.V. 1963. The ecology of fishes. 18(2): 65-81.
Translated by L. Birkett. Academic Tzikas, Z., I. Ambrosiadis, N. Soultos, and S.
Press. 352p. Georgakis. 2007. Seasonal size distri-
Nurhayati, M. 2001. Analisis beberapa aspek bution, condition status and muscle
potensi ikan tongkol Euthynnus yield of Mediterranean Hors Macke-
affinis di Perairan Pelabuhan Ratu rel Trachurus Mediterraneus from
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. The North Aegean Sea, Greece.
Bogor. 34hlm. Fisheries Science, 73:453-462.
Pertiwi, D. 2015. Biologi reproduksi ikan Unus, Fahriny, dan S.B.A. Omar. 2010.
tongkol Euthynnus Affinis Cantor, Analisis Fekunditas dan Diameter
1849 di Perairan Selat Sunda yang Telur Ikan Malalugis Biru Decapterus
didaratkan Di Ppp Labuan, Banten. macarellus Cuvier, 1833 di Perairan
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Kabupaten Banggai Kepulauan, Pro-
Bogor. 25hlm. vinsi Sulawesi Tengah. Torani J. Ilmu
Kelautan dan Perikanan, 2(1):37-43.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 8, No. 2, Desember 2016 699
Biologi Reproduksi Ikan Tongkol Euthynnus affinis . . .

Williams, F. 1963. Synopsis of biological Yustina dan Arnentis. 2002. Aspek Biologi
data on little tuna Euthynnus affinis Ikan Kapiek (Puntius schwanefeldi
Cantor 1850 (1ndian Ocean). Fish- Bleeker) di Sungai Rangau-Riau,
eries division, biology branch food Sumatera. J. Matematika dan Sains,
and agriculture organizatión of the 7:5 -14.
United Nations Rome. Colon (GB):
Off. Fish, 36:82-120. Diterima : 12 Juli 2016
Direview : 23 Agustus 2016
Disetujui : 22 Desember 2016

700 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt82

You might also like