Pembelajaran Seni Tari Menggunakan Pendekatan Apresiasi Dan Kreasi

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

PEMBELAJARAN SENI TARI MENGGUNAKAN

PENDEKATAN APRESIASI DAN KREASI

Malarsih, Eny Kusumastuti

Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang


Email: unnesmalarsih@yahoo.com

Abstract. The issues raised in this community service are Junior High School
teachers in Semarang Regency have not given dance lesson in arts and cultures
subjects by implementing the appreciation and creation approach in order to
achieve the purpose of learning which is needed by public schools. The purpose
of this activity is to introduce how to apply the methods of learning dance art
by implementing the appreciation and creation approach. The activity was
conducted through learning and training of dance art lesson using the appreciation
and creation approach. The learning methods which are implemented here are
lectures, discussion, demonstrations, exercises, and drills. The result of this
community service activity is the teachers are able to understand the cultural arts
education by implementing the appreciation and creation approach. The learning
appreciation was done through four main stages namely the initial introduction
or description, understanding, interpretation or appreciation, and evaluation or
assessment. The steps of creativity have been understood as the apprecitation
development in a form of dance work. The process initiates from getting the
idea, constructing the concept, implementing the idea and concepts in a form of
movement, composing the movement into a whole dance form, and ended by the
establishment of the new dance product.

Keywords: appreciation, creation, learning, dance art.

Abstrak. Permasalahan yang diangkat dalam kegiatan pengabdian kepada


masyarakat ini adalah, para guru Sekolah Menegah Pertama kabupaten Semarang
belum memberikan pelajaran seni budaya tari menggunakan pendekatan apresiasi
dan kreasi untuk menuju tercapainya pendidikan yang diinginkan di sekolah
umum. Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat ini adalah ingin mengenalkan
bagaimana menerapkan metode pembelajaran seni budaya tari menggunakan
pendekatan apresiasi dan kreasi itu. Kegiatan dilaksanakan melalui pendidikan
dan pelatihan pembelajaran seni budaya tari menggunakan pendekatan apresiasi
dan kreasi. Metode pembelajaran dilaksanakan menggunakan ceramah, tanya
jawab, demonstrasi, latihan, dan drill. Hasil kegiatan pengabdian kepada
masyarakat dapat dikemukakan, dapat dipahaminya pembelajaran pendidikan
seni budaya tari oleh para guru menggunakan pendekatan apresiasi dan kreasi.

43
44

Langkah pembelajaran apresiasi melalui empat tahapan utama, yakni pengenalan


awal atau deskripsi, pemahaman, interpretasi atau penghayatan, dan evaluasi atau
penilaian. Langkah kreativitas telah dipahami sebagai pengembangan apresiasi
dalam bentuk karya tari. Prosesnya berangkat dari adanya ide, memunculkan
konsep, penuangan ide dan konsep dalam bentuk gerak, meramu gerak dalam
bentuk tarian utuh, dan terwujudnya produk karya tari baru.

Kata Kunci : apresiasi, kreasi, pembelajaran, seni tari.

PENDAHULUAN guru Sekolah Menengah Pertama agar para


guru dapat mempunyai bekal pengetahuan
Kegiatan pengabdian ini dilakukan, yang cukup dalam mengajarkan Seni Budaya
berangkat dari rasa keprihatinan terhadap Tari di sekolah.
pembelajaran seni budaya tari di sekolah Berdasar identifikasi masalah yang
khususnya di Sekolah Menengah Pertama ada, permasalahan yang diangkat dalam
yang belum dipahaminya secara nyata oleh pengabdian kepada masyarakat ini adalah,
para guru apa sebenarnya hakikat diberikannya bagaimana para guru khususnya guru Sekolah
pendidikan seni budaya tari di sekolah umum. Menegah Pertama kabupaten Semarang
Pendidikan seni budaya tari dalam kurikulum dapat memberikan pelajaran seni budaya
sekolah umum saat ini, tidak berbeda dengan tari menggunakan pendekatan apresiasi dan
kurikulum saat-saat lalu, yakni dimaksudkan kreasi untuk menuju tercapainya pendidikan
untuk meningkatkan kemampuan berapresiasi yang diinginkan di sekolah umum. Berpijak
dan kreasi siswa terhadap seni yang dalam dari permasalahan yang diangkat, maka dapat
konteks ini adalah seni budaya tari. disampaikan tujuan dari pengabdian kepada
Kondisi di lapangan saat ini, tim masyarakat ini, yakni untuk menanamkan
pengabdi ikut prihatin ketika melihat pengetahuan mengenai bagaimana
pembelajaran Seni Budaya, khususnya seni mengajarkan seni budaya tari menggunakan
budaya tari yang diberikan di kelas. Para pendekatan apresiasi dan kreasi untuk
guru benar-benar masih belum paham tujuan mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan
pembelajaran Seni Budaya Tari diberikan di sesuai tuntutan kurikulum, yakni seni sebagai
sekolah. Para guru masih mengajarkan kepada alat pendidikan apresiasi dan kreasi. Segi
para siswanya bagaimana siswa bisa menari, kemanfaatan dari dilakukannya pengabdian
bukan bagaimana siswa dapat memperoleh kepada masyarakat ini adalah, para guru dapat
pengalaman berapresiasi dan berkreasi tari. Hal pemahaman secara komprehensip mengenai
ini juga dijumpai ketika pengusul pengabdian bagaimana memberikan pelajaran seni budaya
ini bertugas membimbing mahasiswa yang tari menggunakan pendekatan apresiasi dan
sedang melakukan Praktek Pengalaman kreasi untuk menuju tercapainya pendidikan
Lapangan di sekolah latihan. Selain yang diinginkan di sekolah umum.
pengalaman ketika menjadi pembimbing PPL, Pendidikan pada hakikatnya adalah
juga ketika para guru SMP mengikuti PLPG suatu daya upaya untuk mengubah tingkah
yang diselenggarakan oleh UNNES. Berdasar laku peserta didik untuk menjadi lebih maju,
kondisi seperti itu lah, maka penting dilakukan baik, dan adab. Dalam pengertian ini, baik
pengabdian kepada masyarakat untuk para dalam tataran afektif, psikomotorik, maupun

Rekayasa Vol. 11 No. 1, Juli 2013


45

kognitif (Joseph, 2003). Pendidikan seni bila pelaksanaan pembelajarannya dilakukan


yang diberikan di sekolah juga merupakan melalui pendidikan apresiasi dan kreasi
pendidikan yang menggunakan skala afektif, atau ekspresi. Pengertian pembelajaran seni
psikomotorik, dan kognitif sekalipun masing- budaya di sini mengacu pada kurikulum
masing dalam tataran yang tidak persis sama 2006 yang pada intinya, pendidikan seni itu
bergantung pada skala atau aspek mana yang mengandung aspek budaya yang pelaksanaan
akan ditonjolkan oleh pendidik. Berdasar pembelajarannya aspek budaya tersebut
tujuan dasarnya sebagaimana dijelaskan dalam dibahas secara terintegrasi dengan seni
kurikulum 2006, pendidikan seni di sekolah yang diajarkan. Dengan demikian menurut
umum termasuk di Sekolah Menengah Pertama kurikulum 2006, pada dasarnya mata pelajaran
merupakan pendidikan yang mengutamakan seni budaya adalah merupakan pendidikan
didapatkannya pengalaman estetik siswa seni yang berbasis budaya.
melalui pembelajaran seni yang diberikan di Berkait dengan apresiasi dan kreasi atau
sekolah. Berkait dengan itu mestinya aspek ekspresi dalam pembelajaran seni budaya
afektif dan psikomotorik lebih ditonjolkan menuju tercapainya pendidikan estetika
yang didukung oleh aspek kognitif sebagai bahwa, apresiasi itu sendiri secara konsep
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. menurut Gove dalam Dostia dan Aminudin
(1987) adalah suatu pengenalan seni melalui
Pendidikan estetika melalui pembelajaran perasaan dan kepekaan batin terhadap seni
seni budaya berdasar acuan kurikulum yang diperkenalkan sampai kememahami
2006 hanya bisa tercapai jika pelaksanaan serta mengakui terhadap nilai-nilai keindahan
pendidikannya dilakukan melalui pendidikan yang diungkapkan oleh seniman. Berkait
apresiasi dan kreasi atau ekspresi. Berkenaan dengan itu menurut Sutopo (1989) yang
dengan itu maka diperlukan konsep apresiasi mengambil pendapat B.O Smith bahwa,
dan konsep kreasi atau ekspresi yang jelas apresiasi merupakan proses pengenalan
agar dapat digunakan sebagai landasan dalam dan pemahaman nilai karya seni, untuk
menjalankan pendidikan apresiasi dan kreasi menghargainya, dan menafsir makna yang
atau ekspresi tersebut menuju tercapainya terkandung di dalamnya.
pendidikan estetika yang optimal. Lebih lanjut Dalam pembelajaran seni setelah
untuk memahamkan estetika dalam dunia pendidik memahami konsep apresiasi,
seni secara khusus atau filsafat keindahan, selanjutnya pendidik harus memahami konsep
dijelaskan oleh Triyanto (2002) bahwa, ekspresi. Biasanya antara konsep ekspresi
keindahan itu menunjuk pada suatu kualitas dengan konsep kreasi dipahami/ dimengerti
nilai fisik objek tertentu. Suatu objek dikatakan rancu. Kerancuan ini bisa dimengerti sebab
memiliki kualitas nilai keindahan karena dalam dunia seni, berekspresi dalam bentuk
dalam objek itu terdapat ciri-ciri atau sifat- mewujudkan sebuah karya seni bisa dimengerti
sifat tertentu yang menjadikannya indah. The sebagai berkreasi namun berekpresi dalam
Liang Gie (1976); Sahman (1993); Sutrisno SJ bentuk penjiwaan dan/ atau pembawaan
dan Verhaak SJ (1993) mengemukakan, ada sebuah karya seni tanpa menghasilkan wujud
sejumlah syarat tertentu suatu objek/ benda karya seni baru tertentu hanya bisa dimengerti
dikatakan bernilai estetis atau indah, yakni sebagai berapresiasi. Dengan demikian
manakala objek/ benda itu ada perimbangan konsep ekspresi bisa dimengerti sebagai
antara bagian-bagiannya. suatu penjiwan dan/ atau pembawaan dalam
Pembelajaran seni budaya dapat sebuah tataran apresiasi namun juga bisa
digunakan sebagai alat pendidikan estetik dimengerti sebagai sebuah bentuk berkreasi

Pembelajaran Seni Tari ... (Malarsih, Eny Kusumastuti)


46

manakala ekspresi tersebut sampai ketataran situasi, serta memiliki kemampuan dalam
mewujudkan sebuah karya seni (lihat Rohidi, analisis dan sintesis.
1993; dan Suryobrongto, 1982). Bertolak dari konsep atau pemahaman
Dalam hubungannya dengan kepentingan tentang apresiasi dan kreasi atau ekspresi
pemahaman pembelajaran seni sebagai alat seperti yang telah dikemukakan, jika
pendidikan estetika, lebih lanjut diperlukan dihubungkan dengan pembelajaran seni dalam
pemahaman tentang konsep kreasi secara hubungannya dengan pencapaian pendidikan
khusus. Secara harafiah atau khusus dari estetika, tampaknya akan menjadi sarana
sisi kebahasaan, kreasi dapat dimengerti ketersampaiannya. Alasan dari pemikiran ini
sebagai hasil dari sebuah kreativitas. adalah, dalam berapresiasi seni mengandung
Lebih lanjut Santrock dalam Sumaryanto kepekaan estetik, begitu pula dalam berkreasi
(2001) mengemukakan, kreativitas adalah atau berekspresi seni juga mengandung
kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan kepekaan estetik. Proses yang demikian ini
cara yang baru untuk dapat menemukan akan menjadikan pengalaman estetik bagi
pemecahan masalah yang unik. Vogel dalam peserta didik sesuai dengan keinginan bagi
Sumaryanto (2001) mengambil pendapat kepentingan pendidikan estetika melalui
Guilfort, bahwa paling sedikit terdapat dua pembelajaran seni budaya.
kemampuan yang terlibat dalam berpikir
kreatif, yaitu kemampuan produksi divergen METODE
dan kemampuan transformasi. Menurut Vogel
Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada
itu, kreativitas tampaknya berkorelasi dengan
fleksibilitas dalam proses berpikir, yaitu adanya masyarakat ini, dilakukan melalui kegiatan
gagasan-gagasan yang lebih mengarah pada pendidikan dan latihan. Dalam menjalankan
kompleksitas berpikir. Berhubungan dengan kegiatan dilakukan menggunakan dasar
itu Vogel demikian menurut Sumaryanto, pijakan konsep pembelajaran seni budaya
mendefinisikan kreativitas sebagai proses tari menggunakan pendekatan apresiasi dan
berpikir yang menghasilkan konsep-konsep kreasi. Sasarannya adalah para guru pengajar
baru atau menghasilkan pemecahan masalah. seni budaya tari Sekolah Menegah Pertama
Horlock dalam Munandar (1988) kabupaten Semarang. Penyampaian materi
mengemukakan, kreativitas berkait dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab,
daya cipta seseorang yang menghasilkan demonstrasi, latihan, dan drill. Khusus
sesuatu dalam wujud/ bentuk baru dan/ atau mengenai penggunaan metode ceramah,
berbeda dengan yang lain dan ini bisa bersifat dilakukan setiap penyampaian materi apapun
verbal, non verbal, nyata, atau abstrak. Hadirnya yang membutuhkan penjelasan.
kreativitas menurut Ross (1978); Lowenfeld Metode tanya jawab selalu digunakan
dan Brittain (1982) ditandai oleh beberapa pada saat kapanpun namun lebih diutamakan
indikator, antara lain memiliki kepekaan pada kesempatan tim pengabdian memberikan
terhadap masalah, memiliki ide yang lancar, penjelasan atau peragaan atau demonstrasi
memiliki keluwesan dalam menyesuaikan dan atau latihan. Demonstrasi dilaksanakan
diri, memiliki keaslian dalam menanggapi dan dengan meragakan bagaimana mengajarkan
memecahkan masalah yang dihadapi, bebas seni budaya tari menggunakan pendekatan
dalam mengungkapkan gagasan, mampu apresiasi dan kreasi dengan menempatkan
memecahkan masalah dengan cara yang tim pengabdian sebagai guru dan para peserta
berbeda dengan yang dilakukan oleh orang pengabdian sebagai murid. Latihan dilakukan
lain, memiliki kemampuan menyusun ulang oleh para peserta dengan masing-masing

Rekayasa Vol. 11 No. 1, Juli 2013


47

kadang berperan sebagai guru dan kadang tari, (2) menyebutkan unsur pokok tari,
pula sebagai murid. Metode drill dilakukakan (3) menyebutkan unsur keindahan tari,
saat peserta pengabdian diberi materi seni (4) menyebutkan jenis tari daerah, (4)
budaya tari dalam kaitannya materi untuk menyebutkan fungsi tari, (5) menyebutkan
pembelajaran kreasi. unsur pendukung tari, (6) mengidentifikasi
Materi yang diberikan pada para guru keunikan salah satu bentuk penyajian tari
Sekolah Menengah Pertama di kabupaten tunggal, dan (7) menampilkan sikap serius,
Semarang dalam kesempatan pengabdian berani mengeluarkan pendapat, menghargai
kepada masyarakat ini adalah berkait dengan pendapat orang lain, serta bekerja sama
materi yang berhubungan dengan bagaimana dengan orang lain atau kawan.
pelaksanaan pendidikan seni budaya tari Kelanjutan dari itu adalah, siswa
dengan menggunakan pendekatan apresiasi diharapkan dapat: (1) mempresentasikan hasil
dan kreasi itu. Sehubungan dengan itu maka identifikasi secara kelompok, (2) membuat
dipahamkan konsep apresiasi dan kreasi tanggapan serius terhadap hasil identifikasi
dan sekaligus dihubungkan dengan materi secara berkelompok, dan (3) menampilkan
pelajaran yang termuat dalam kurikulum sikap serius, berani mengeluarkan pendapat,
Sekolah Menengah Pertama. Dengan menghargai pendapat orang. Tujuan
demikian pelaksanaan pengabdian tidak lepas pembelajarannya, agar siswa mempunyai
dari pelajaran untuk seni budaya tari yang bekal untuk mengapresiasi keunikan hasil
memang harus diajarkan oleh para peserta karya tari tunggal daerah setempat.
pengabdian di sekolah. Materi pembelajaran, mengambil
contoh dari tari daerah setempat yaitu tari
HASIL DAN PEMBAHASAN Semarangan, tari dari mancanegara yaitu tari
Petani, dan tari Nusantara yaitu tari Cha-cha.
Hasil pengabdian kepada masyarakat Kegiatan mengeksplorasi Tari Petani seperti
ini, antara hasil dan pembahasannya akan ini misalnya melakukan penjelajahan gerak
disatukan. Alasan dijadikannya satu antara dengan tujuan memperoleh pengetahuan
hasil dan pembahasan ini karena pelaksanaan lebih banyak, berkegiatan untuk memperoleh
pengabdian, sejak awal kegiatan sampai akhir pengalaman baru dari situasi yang baru.
kegiatan telah menggunakan dasar pijakan Mengeksplorasi gerak tari Petani yang meliputi
konsep dan atau teori yang digunakan sebagai mengolah sawah, menabur benih, memupuk
landasan dalam kegiatan. dan menyiangi, serta diserang hama.
Pelaksanaan pembelajaran apresiasi Langkah sebagai model pembelajaran
seni budaya tari, dilaksanakan menggunakan apresiasi yang dikembangkan adalah pertama,
pendekatan apresiasi. Standar kompetensi mengenalkan materi secara kontekstual
seni tari yang ditarik dari kurikulum untuk dan disertai dengan penikmatan dengan
kepentingan pembelajaran apresiasi tari cara menyaksikan sebuah sajian tari yang
ini adalah hal-hal yang berkait dengan akan diapresiasi. Kedua, adalah memahami.
mengapresiasi karya seni tari. Kompetensi Pengertian memahami di sini adalah
dasarnya adalah, mengidentifikasi jenis pemahaman secara tekstual dan kontekstual.
karya seni tari tunggal daerah setempat Pemahaman tekstual adalah pemahaman
dan menampilkan sikap apresiasif tentang seninya dalam hubungannya dengan
terhadap keunikan seni tari tunggal daerah materi teks/ tarinya. Pemahaman kontekstual
setempat. Indikator pencapaian, siswa berkaitan dengan segala sesuatu yang berkait
dapat : (1) menjelaskan pengertian seni dengan teks/ materi tarinya.

Pembelajaran Seni Tari ... (Malarsih, Eny Kusumastuti)


48

Pemahaman konteks bisa dihubungkan kita. Artinya apakah tari itu misalnya bisa kita
dengan keadaan dan kesejarahan munculnya nikmati, apakah tari itu bisa menumbuhkan
tari tersebut, bisa dihubungkan dengan imajinasi, dan apakah tari itu bisa mewujudkan
keadaan dan kesejarahan lingkungan sosial nilai budaya. Intinya termasuk apakah tari itu
budaya berkait dengan tari yang diapresiasi dapat kita jadikan alat ekspresi estetik. Jika
tersebut, bisa dihubungkan dengan keadaan evaluasi kita atau penilaian kita terhadap
dan kesejarahan lingkungan fisik atas tari tari itu banyak positifnya, maka kita akan
yang diapresiasi tersebut, dan bisa juga menghargai tari tersebut. Dengan kita
dihubungkan dengan keadaan kehidupan menghargai melalui proses yang demikian,
sehari-hari si apresiator. Dalam pemahaman maka apresiasi kita terhadap seni tari tersebut
konteks ini semakin lengkap yang dikaitkan dapat kita katakan baik atau tinggi. Proses
dengan keberadaan tari itu semakin bagus. penghargaan atau apresiasi yang demikian
Pemahaman teks tarian adalah berkait inilah yang kita namakan pembelajaran tari
dengan teksnya/ materi tarinya atau tentang melalui pendekatan apresiasi.
tarinya. Dengan demikian pemahaman tekstual Gerak selanjutnya adalah pendekatan
ini akan sangat erat hubungannya dengan kreasi. Kreasi ini berangkat dari hasil apresiasi.
unsur-unsur gerak tari/ komposisi gerak, Melalui apresiasi yang baik, akhirnya akan
rias dan busana, serta iringan. Jika dianalisis tumbuh ide dan konsep. Apresiasi terhadap
berdasar model analisis tari, sisi gerak ini tari Manca Negara sebagaimana yang
misalnya bisa dilihat dari unsur gerak kepala, digunakan sebagai bahan ajar di sekolah akan
badan, dan kaki. Rias dan busana misalnya menunbuhkan ide baru berkait tari kreasi yang
dapat dilihat dari misalnya rias cantik dan rias masing-masing siswa bisa tumbuh ide yang
karakter. Iringan misalnya dilihat dari iringan berbeda-beda. Ide tertentu akan menumbuhkan
eksternal dan internal. Iringan eksternal konsep yang berbeda. Ide ingin membuat
dimaksudkan dengan iringan yang berasal semacam kreasi tari India, konsep terhadap
dari luar tubuh penari. Iringan internal berkait tari india masing-masing tidak sama.
dengan iringan yang didapat dari tubuh penari Berangkat dari ide dan konsep, akan
atau suara-suara dari tubuh penari. menuju pada penuangan ide dan gerak.
Ketiga, adalah penghayatan. Pada Penuangan ide akan berdasar pada konsep
pemahaman penghayatan ini dikaitkan dengan yang ada pada masing-masing anak. Selain
penjiwaan. Dalam hubungannya dengan ini ide dan konsep yang masing-masing anak
bisa dikaitkan dengan mengekspresikan isi pasti berbeda, akan lebih berbeda lagi pada
cerita tari yang dibawakan dan karakter tari. penuangan ide dan konsep. Sekalipun ide
Mengekspresikan isi cerita tari misalnya, dan konsep misalnya sama, penuangannya
cerita yang berkait dengan temanya, misal pun pasti berbeda. Penuangan ide dan konsep
tema binatang, tema tumbuhan, tema di sini dalam kaitannya bagaimana ide dan
kepahlawanan, tema kegembiraan, tema konsep itu diwujudkan dalam bentuk tarian.
kesedihan. Penghayatan karakter, misalnya Berpijak dari penuangan ide dan konsep
karakter gagah, karakter putri, dan karakter akan berkait erat dengan kemampuan
halus. masing-masing anak dalam menghubung-
Keempat, adalah evaluasi. Pada hubungkan apa-apa yang ada dibenak berkait
pemahaman evaluasi berkait dengan penilaian. ide dan konsep si anak. Menghubungkan
Penilaian berhubungan dengan baik buruk. setiap ide dengan konsep yang berbeda akan
Dalam konteks ini pengertian baik dan buruk menghasilkan ragam gerak yang berbeda. Ide
bisa dihubungkan dengan makna tari bagi jiwa tertentu yang sama serta konsep tertentu yang

Rekayasa Vol. 11 No. 1, Juli 2013


49

sama tidak akan menjadikan gerakan tari yang pendekatan apresiasi ini adalah melalui
dimunculkan oleh anak akan sama. Apalagi rentetan proses apresiasi, yakni dari tarap
jika ide dan konsepnya berbeda tentu akan pengenalan/ penikmatan, dilanjutkan
menghasilkan gerak tari yang sangat berbeda. pemahaman, dilanjutkan lagi penghayatan,
Bergerak dari kemampuan menghubung- dan yang terakhir evaluasi atau penilaian.
hubungkan apa yang ada dibenak berkait Pembelajaran seni budaya tari dengan
dengan ide dan konsep akan menumbuhkan menggunakan pendekatan kreasi juga dapat
jalinan ide, konsep, dan menghubung- dilakukan dengan baik oleh guru yang dijadikan
hubungkan untuk mendapatkan sesuatu model pembelajaran di kelas. Langkah yang
yang baru. Di sinilah akan muncul berbagai diterapkan oleh guru dalam mengajar seni
macam gerakan yang terangkai yang dapat budaya tari menggunakan pendekatan kreasi
menggambarkan segala sesuatu yang ini adalah melalui rentetan proses kreasi, yakni
ada dibenak anak berkait dengan ide dan dari tarap mendayagunakan hasil apresiasi,
konsepnya. Oleh karena itu dalam berkreasi selanjutnya siswa menumbuhkan ide dan
tari setiap anak akan menghasilkan jenis tarian gagasan, menuangkan konsep dalam bentuk
yang berbeda sekalipun yang digambarkan gerak, menghubungkan ide, gagasan dan
atau tema tarian yang digunakan untuk konsep yang ada dibenak siswa ke dalam wujud
berangkat menciptakan tari itu sama. tarian, dan yang terakhir mewujudkan bentuk
Berangkat dari menghubung-hubungkan tarian baru berdasar ide, gagasan, konsep, dan
apa yang ada dibenak berkait dengan ide kemampuan utuh menghubungkan jaringan
dan konsep akan menumbuhkan jalinan ide, ide, gagasan, dan konsep dalam bentuk tarian
konsep, dan menghubung-hubungkan untuk yang telah dapat menyampaikan pesan.
mendapatkan sesuatu yang baru. Di sini telah
berkait dengan penciptaan untuk menghasilkan Saran
produk baru. Jadi sebenarnyalah setiap anak
manusia diberi kemampuan untuk mencipta, Berdasar simpulan yang telah dituangkan
karena mencipta bukanlah semuanya berarti mengenai aplikasi model pembelajaran seni
baru. Yang jelas mencipta itu ada ide dasarnya budaya tari menggunakan pendekatan apresiasi
dan ada konsep-konsep yang dijadikan dasar dan kreasi ini dapat disarankan: (1) Para guru
untuk menuangkan ide apapun wujudnya. hendaknya dalam mengajar berpegang pada
Melalui ini terjadilah penciptaan yang dalam kurikulum dengan selalu memperhatikan
konteks pendidikan, proses seperti ini kita filosofi pendidikan seni yang menjadikan
namakan pendidikan kreativitas. Jelasnya seni sebagai alat pendidikan bukan seni
telah menghasilkan produk baru melalui sebagai tujuan pendidikan sebagaimana yang
pendekatan apresiasi dan kreasi. dilaksanakan pada sekolah kejuruan. Dengan
demikian pelaksanaan pembelajarannya
SIMPULAN DAN SARAN harus menggunakan pendekatan apresiasi
dan kreasi sebagaimana yang digariskan
Simpulan
dalam kurikulum. (2) Pihak Kepala
Pembelajaran seni budaya tari dengan Sekolah hendaknya ikut memahami bahwa
menggunakan pendekatan apresiasi dapat pendidikan seni di sekolah umum bukanlah
dilakukan dengan baik oleh guru yang untuk mencapai tujuan siswa terampil
dijadikan model untuk mengajar di kelas. berkesenian, melainkan seni tersebut hanya
Langkah yang diterapkan oleh guru dalam digunakan sebagai alat pendidikan estetika
mengajar seni budaya tari menggunakan dengan mengutamakan apresiasi dan kreasi.

Pembelajaran Seni Tari ... (Malarsih, Eny Kusumastuti)


50

Harapannya adalah, dengan diberikannya Kemiskinan”. Disertasi Doktor UI


pendidikan seni menggunakan pendekatan Jakarta
apresiasi dan kreasi maka siswa akan terasah Ross, Maleom. 1978. The Creative Art.
kepekaan rasanya dan tumbuh kreativitasnya London: Heinemann Educational Books
untuk menghadapi hidup dikemudian hari. Ltd.
Sahman, H. 1993. Estetika: Telaah Sistemik
DAFTAR PUSTAKA dan Historik. Semarang: IKIP Semarang
Press
Aminudin, Dostia. 1987. Pengantar Apresiasi. Sumaryanto, Totok. 2001. “Pemupukan
Bandung: CV. Sinar Baru Kreativitas Anak Melalui Pembelajaran
Joseph, Wagiman. 2003. “Pendidikan Musik” dalam Jurnal Pengetahuan dan
Kesenian di Sekolah Sub Materi Pemikiran Seni Harmonia Vol.2 No. 3/
Musik” dalam Jurnal Pengetahuan dan Januari – April 200
Pemikiran Seni Vol. IV No.1/ Januari – Suryobrongto. 1982. Nilai-nilai Keindahan
April 2003 Tari. Yogyakarta: Depdikbud.
Lowenfeld, V & Brittain, WL. 1982. Creative Sutopo, HB. 1989. Peranan Pendidikan Seni
and Mental Growth. New York: Masa Kini. Makalah dalam Seminar
Macmillan Pendidikan Seni Rupa di IKIP Semarang
Mendiknas. 2006. “Standar Isi dan Standar Sutrisno, Mudji SJ & Verhaak, Christ SJ.
Kompetensi Lulusan Tingkat Sekolah 1993. Estetika Filsafat Keindahan.
Menengah Pertama dan Madrasah Yogyakarta: Kanisius
Tsanawiyah” dalam Model Kurikulum The Liang Gie. 1996. Filsafat Seni. Yogyakarta:
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pusat Belajar Ilmu Berguna (PUBIB)
Jakarta: Binatama Raya Triyanto. 2002. “Estetika Lingkungan
Munandar, Utami. 1988. Kreativitas Penempatan Seni Papan Reklame di
Sepanjang Masa. Jakarta: Pustaka Sinar Pusat-pusat Keramaian Kota Semarang”
Harapan dalam Jurnal Bahasa dan Seni Lingua
Rohidi, TR. 1993. “Ekspresi Seni Orang Artistika No. 2 Th. XXV Mei 2002.
Miskin: Adaptasi Simbolik terhadap Semarang: IKIP Semarang Press

Rekayasa Vol. 11 No. 1, Juli 2013

You might also like