Shopping Life Style Memediasi Hubungan Hedonic Dan

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 21

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393

Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

SHOPPING LIFE STYLE MEMEDIASI HUBUNGAN HEDONIC DAN


UTILITARIAN VALUE TERHADAP IMPULSE BUYING

Krido Eko Cahyono


kridoeko@gmail.com
Khuzaini
Hermono Widiarto
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

Sidoarjo an area affected by national disasters such as mud, giving the image to the public that the disasters had
a negative impact on the existence of a small industrial centers are located in Tanggulangin. The level of public
purchases on product bags and suitcases showed a declining trend since the occurrence of the disaster. Aware of
the result, efforts to provide stuimulus reappointed to the general public to shop in the Center Industrial Bags
and Luggage in Tanggulangin, Sidoarjo. This study requires data and information from respondents are skin
products consumers who shop at Sentra Leather Industry waas. The purpose of this research is to know Hedonic
and Utilitarian direct effect on Impulse Buying, To know Hedonic indirect effect on Impulse Buying through a
shopping lifestyle, To know Utilitarian indirect effect on Impulse Buying through lifestyle shopping. To test the
effect of intervening variables used path analysis method (Path Analysis). Path analysis is an extension of the
multiple linear regression analysis that serves to assess causal relationships between variables that have been
previously defined. In this study, there are four variables that will be analyzed parameters are Hedonic,
Utilitarian, Shopping Lifestyle Shopping on Impulse Buying with Lifestyle as an intervening variable.

Keywords: hedonic value, utilitarian value, shopping lifestyle and impulse buying

ABSTRAK

Sidoarjo merupakan wilayah yang terkena bencana nasional berupa lumpur, yang memberikan
image kepada masyarakat bahwa bencana tersebut memberikan dampak negatif terhadap keberadaan
sentra industri kecil yang terletak di Tanggulangin. Tingkat pembelian masyarakat atas produk tas
dan koper menunjukkan kecenderungan menurun sejak terjadinya bencana tersebut. Menyadari
akan adanya akibat tersebut, perlu upaya mengangkat kembali dengan memberikan stuimulus
kepada masyarakat luas untuk berbelanja di Sentra Industri Tas dan Koper di Tanggulangin, Sidoarjo.
Penelitian ini memerlukan data dan informasi dari responden yaitu konsumen produk kulit yang
berbelanja di Sentra Industri Kulit Tanggulangin Sidoarjo. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui hedonic dan utilitarian berpengaruh langsung terhadap impulse buying , Untuk mengetahui
hedonic berpengaruh tidak langsung terhadap impulse buying melalui shopping lifestyle, Untuk
mengetahui utilitarian berpengaruh tidak langsung terhadap impulse buying melalui shopping lifestyle.
Untuk menguji pengaruh variabel intervening digunakan metode analisis jalur (path analysis). Analisis
jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linear berganda yang berfungsi untuk menaksir
hubungan kausalitas antar variabel yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini ada 4
variabel yang akan dianalisis parameternya yaitu hedonic, utilitarian, shopping lifestyle terhadap impulse
buying dengan shopping lifestyle sebagai variabel intervening.

Kata kunci: hedonic value, utilitarian value, shopping lifestyle, dan impulse buying

PENDAHULUAN rakat terhadap keberadaan sentra industri


Sidoarjo merupakan wilayah yang ter- kecil yang terletak di Tanggulangin. Tingkat
kena bencana nasional berupa lumpur, yang pembelian masyarakat atas produk tas dan
memberikan image negatif kepada masya- koper menunjukkan kecenderungan me-
188
Shopping Life Style Memediasi Hubungan ... – Cahyono, Khuzaini, Widiarto 189

nurun sejak terjadinya bencana tersebut. serupa (Japarianto dan Sugiharto, 2011:33).
Menyadari akan adanya akibat tersebut, Jackson mengatakan bahwa shopping lifestyle
perlu upaya mengangkat kembali dengan merupakan ekspresi tentang lifestyle dalam
memberikan stuimulus kepada masyarakat berbelanja yang mencerminkan perbedaan
luas untuk berbelanja di Sentra Industri status sosial (Japarianto dan Sugiharto,
Kulit Tanggulangin, Sidoarjo. Keputusan 2011).
pembelian konsumen dapat didasari oleh
faktor individu konsumen yang cenderung TINJAUAN TEORETIS
berperilaku kognitif dan afektif. Perilaku ini Perilaku Konsumen
kemudian membuat pelanggan memiliki Schiffman dan Kanuk (2008) menge-
pengalaman belanja. Pengalaman ini dapat mukakan bahwa studi perilaku konsumen
dikelompokkan menjadi hedonic value dan adalah suatu studi mengenai bagaimana
utilitarian Value. seorang individu membuat keputusan un-
Menurut Park et al., (2006) dalam me- tuk mengalokasikan sumber daya yang ter-
nentukan perilaku impulse buying khusus sedia (waktu, uang, usaha, dan energi). Hal
produk, salah satu hal yang penting adalah ini didasarkan pada karakteristik konsumen
motif hedonic. Menurut Hausman et al., yang yang memiliki keragaman yang menarik
dikutip oleh Rachmawati (2009), keinginan untuk dipelajari karena ia meliputi seluruh
hedonic memainkan peran yang cukup individu dari berbagai usia, latar belakang
penting dalam impulse buying. Rachmawati budaya, pendidikan, dan keadaan sosial
(2009) meneliti hubungan antara hedonic ekonomi lainnya, oleh karena itu, sangatlah
shopping value dengan impulse buying, di- penting untuk mempelajari bagaimana
mana hedonic shopping value mempengaruhi konsumen berperilaku dan faktor-faktor
perilaku impulse buying seseorang yang apa saja yang mempengaruhi perilaku ter-
berbelanja di department store. Hedonic shop- sebut.
ping value mencerminkan potensi belanja Menurut Kotler dan Keller (2009), peri-
dan nilai emosi pelanggan dalam ber- laku konsumen adalah studi tentang bagai-
belanja. Konsumen lebih mungkin terlibat mana individu, kelompok, dan organisasi
dalam perilaku impulse buying ketika me- memilih, membeli, menggunakan, dan
reka termotivasi atau akan kebutuhan dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengala-
keinginan hedonis, seperti kesenangan, man untuk memuaskan kebutuhan dan
fantasi, dan sosial atau kepuasan emosional. keinginan mereka, sedangkan Schiffman
Konsumsi hedonis meliputi aspek-aspek dan Kanuk (2008) mendefinisikan perilaku
perilaku yang terkait dengan multi-indera, konsumen sebagai berikut: “consumer beha-
fantasi, dan konsumsi emosional yang di- vior can be defined as the behavior that customer
dorong oleh manfaat seperti menyenang- display in searching for, purchasing, using,
kan menggunakan produk dan estetika evaluating, and disposing of products, services
(Park et al., 2006). and ideas they expect will satisfy they needs”,
Shopping lifestyle juga dapat berdampak yang artinya bahwa perilaku konsumen
pada impulse buying behavior. Shopping life- merupakan perilaku yang diperlihatkan
style mengacu pada pola konsumsi yang konsumen dalam mencari, membeli, meng-
mencerminkan pilihan seseorang tentang gunakan, mengevaluasi dan menghabiskan
bagaimana cara menghabiskan waktu dan produk yang diharapkan akan memuaskan
uang. Dalam arti ekonomi, shopping lifestyle kebutuhan hidup. Menurut Mowen (2008)
menunjukkan cara yang dipilih oleh se- perilaku konsumen (consumer behaviour)
seorang untuk mengalokasikan pendapatan, didefinisikan sebagai studi tentang unit
baik dari segi alokasi dana untuk berbagai pembelian (buying units) dan proses per-
produk dan layanan, serta alternatif-alter- tukaran yang melibatkan perolehan, kon-
natif tertentu dalam pembedaan kategori sumsi dan pembuangan barang, jasa,
190 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 188 – 208

pengalaman serta ide-ide. Dalam Schiffman konsumsi emosional yang dikendalikan


dan Kanuk (2008: 6), ruang lingkup perilaku oleh manfaat seperti kesenangan dalam
konsumen berpusat pada bagaimana indi- menggunakan produk dan pendekatan este-
vidu mengambil keputusan untuk meng- tis (Alba dan Williams, 2012). Hal ini me-
gunakan sumber daya mereka yang tersedia nunjukkan bahwa konsumen lebih mungkin
(waktu, uang, dan usaha) guna membeli terlibat dalam Impulse Buying ketika mereka
barang-barang yang mereka konsumsi. Hal termotivasi oleh keinginan hedonis atau
ini mencakup apa yang mereka beli, me- alasan ekonomi, seperti kesenangan, fantasi,
ngapa mereka membeli, kapan mereka beli, dan sosial atau kepuasan emosional
dan dimana mereka membeli. Menurut (Rachmawati, 2009).
Kotler dan Armstrong (2008) terdapat be- Demikian halnya dengan Hausman et
berapa faktor yang dapat mempengaruhi al., dalam Park et al., (2006) Impulse Buying
perilaku konsumen. memainkan peran penting dalam me-
menuhi keinginan hedonis yang terkait
Hedonic Value dengan Motif hedonic. Peran ini mendukung
Hirschman dan Holbrook mendefinisi- hubungan konseptual antara motivasi hedo-
kan Motif hedonic sebagai konsumsi produk nis belanja dan perilaku pembelian impuls.
yang terutama didasarkan pada keinginan Artinya, konsumen lebih mungkin terlibat
untuk mengalami kesenangan dan ke- dalam Impulse Buying ketika mereka ter-
bahagiaan (Tifferet dan Herstein, 2012). motivasi oleh keinginan hedonis atau dengan
Motif hedonic meliputi aspek-aspek perilaku alasan non-ekonomi, seperti kesenangan,
yang terkait dengan multi-indera, fantasi, fantasi, dan kepuasan sosial atau emosional.
dan konsumsi emosional yang didorong Dibandingkan dengan aspek belanja
oleh manfaat seperti senang dalam meng- utilitilarian, nilai hedonis “menyenangkan”
gunakan produk dan estetika. Hirsman and menggembirakan. Nilai hedonis lebih subyek-
Holbrook yang dikutip Johnstone and tif dan personal daripada nilai utilitarian
Conroy mengatakan bahwa nilai hedonic sebagai pertimbangan dan menghasilkan
konsumsi merupakan pengalaman konsum- lebih dari senang dalam permainan dari
si yang berhubungan dengan perasaan, pada penyelesaian tugas (Hirschman dan
fantasi, kesenangan, dan pancaindera, di Hoolbrook dalam Rachmawati, 2009). De-
mana pengalaman tersebut mempengaruhi ngan demikian dapat dikatakan bahwa nilai
emosi seseorang (Rohman, 2009). Emosi belanja hedonis menggambarkan potensi
seseorang berhubungan dengan lingkungan hiburan berbelanja dan bernilai emosional.
di dasarkan pada pengalaman dengan Konsumsi hedonik dapat diukur melalui
lingkungan. Konsumen yang berbelanja beberapa indikator, dimana dalam peneliti-
untuk rekreasi mengharapkan nilai hedonik an ini variabel konsumsi hedonik diukur
yang tingkatannya lebih tinggi. Lebih lanjut melalui beberapa indikator yang mengacu
Holbrook and Hirsman; Rook yang dikutip dalam penelitian Park et al., (2006) yaitu: (1)
oleh Hausman menambahkan bahwa Ke- Konsumen ingin memuaskan rasa keingin-
inginan konsumen untuk mencari nilai tahuannya; (2) Konsumen ingin menawar-
hedonic dalam berbelanja dapat menghasil- kan pengalaman baru; (3) Konsumen ingin
kan adanya impulse buying (Rohman, 2009: merasa seperti menjelajahi dunia baru.
252-253). Meskipun tampaknya ada sedikit
kontroversi mengenai pentingnya konsumsi Shopping Life Style
hedonic, kegiatan itu sendiri tidak bisa Gaya hidup didefinisikan secara seder-
dibatasi. Seperti Hirschman dan Hol- brook hana sebagai bagaimana konsumen hidup.
yang mengatakan bahwa konsumsi hedonic Gaya hidup (lifestyle) menunjukkan bagai-
meliputi aspek tingkah laku yang ber- mana orang hidup, bagaimana mereka
hubungan dengan multy-sensory, fantasi dan membelanjakan uangnya, dan bagaimana
Shopping Life Style Memediasi Hubungan ... – Cahyono, Khuzaini, Widiarto 191

mereka mengalokasikan waktu mereka. dasarkan definisi tersebut dapat disimpul-


Menurut Kotler (2008) gaya hidup adalah kan bahwa shopping lifestyle merupakan cara
pola hidup seseorang di dunia yang di- seseorang untuk mengalokasikan waktu
ekspresikan dalam aktivitas, minat dan dan uang untuk berbagai produk, layanan,
opininya. Gaya hidup menggambarkan ke- teknologi, fashion, hiburan dan pendidikan
seluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dalam berbelanja yang mencerminkan per-
dengan lingkungannya. Gaya hidup meng- bedaan status social.
gambarkan seluruh pola seseorang dalam Berdasarkan beberapa definisi di atas
beraksi dan berinteraksi di dunia. dapat disimpulkan bahwa gaya hidup me-
Shopping lifestyle mengacu pada pola rupakan cara hidup seseorang dalam men-
konsumsi yang mencerminkan pilihan se- jalani kehidupannya, yang diidentifikasikan
seorang tentang bagaimana cara meng- dengan bagaimana cara menggunakan uang
habiskan waktu dan uang. Menurut Kotler dan memanfaatkan waktu yang dimiliki-
(2008) gaya hidup adalah pola hidup se- nya. Shopping lifestyle mengacu pada pola
seorang di dunia yang diekspresikan dalam konsumsi yang mencerminkan pilihan se-
aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup seorang tentang bagaimana cara meng-
menggambarkan keseluruhan diri sese- habiskan waktu dan uang.
orang dalam berinteraksi dengan lingku- Cobb dan Hoyer dalam Japarianto dan
ngannya. Gaya hidup menggambarkan Sugiharto (2011) mengemukakan bahwa
seluruh pola seseorang dalam beraksi dan untuk mengetahui hubungan shopping life-
berinteraksi di dunia. style terhadap impulse buying behavior adalah
Menurut Mowen dan Minor dalam dengan menggunakan indikator: (1) Me-
Sumarwan (2011) menjelaskan bahwa gaya nanggapi untuk membeli setiap tawaran
hidup mencerminkan pola konsumsi yang iklan mengenai produk fashion; (2) Mem-
menggambarkan seseorang bagaimana ia beli pakaian model terbaru; (3) Berbelanja
menggunakan waktu dan uang. Gaya hidup merk yang paling terkenal; (4) Yakin bahwa
mempunyai sifat yang tidak permanen atau merk (produk kategori) terkenal yang di
cepat berubah. Sumarwan (2011) mengata- beli terbaik dalam hal kualitas; (5) Sering
kan gaya hidup seringkali digambarkan membeli berbagai merk (produk kategori)
dengan kegiatan, minat dan opini dari daripada merk yang biasa di beli; (6) Yakin
seseorang (acitivities, interests and opinions). ada dari merk lain (kategori produk) yang
Cobb dan Hoyer dalam Tirmizi (2009) sama seperti yang di beli
mendefinisikan shopping lifestyle sebagai
perilaku yang ditunjukkan oleh pembeli Utilitarian Value
sehubungan dengan serangkaian tang- Nilai utilitarian adalah nilai yang di-
gapan dan pendapat pribadi tentang pem- pertimbangkan secara obyektif dan rasional
belian produk. Sedangkan menurut Zabloc- (Hanzaee, 2011). Yang termasuk di dalam
ki dan Kanter dalam Japarianto dan Sugi- nilai utilitarian antara lain: (To, et al., 2007;
harto (2011) shopping lifestyle menunjukkan Ferrand, et al., 2010).
cara yang dipilih oleh seseorang untuk a. Penghematan Biaya (Cost Saving)
mengalokasikan pendapatan, baik dari segi Penghematan biaya atau cost saving men-
alokasi dana untuk berbagai produk dan jadi faktor yang signifikan untuk me-
layanan, serta alternatif-alternatif tertentu lakukan pembelian kembali, dimana ang-
dalam pembedaan kategori serupa. gota akan mencari harga yang paling
Selanjutnya Betty Jackson dalam Japari- murah dengan kualitas produk dan pe-
anto dan Sugiharto (2011) mengatakan layanan yang sama.
bahwa shopping lifestyle merupakan ekspresi b. Services
tentang lifestyle dalam berbelanja yang Layanan yang ditawarkan juga menjadi
mencerminkan perbedaan status sosial. Ber- pertimbangan konsumen untuk melaku-
192 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 188 – 208

kan pembelian kembali. Menurut Chau- spontan, dengan sedikit atau tanpa musya-
dhuri dan Holbrook (2001) terdapat dua warah atau pertimbangan dengan konse-
variabel untuk mengukur nilai-nilai utili- kuensi.
tarian: (1) I realy on this product, (2) This Rock dan Fisher mendefinisikan impulse
productis necessity for me. buying sebagai kecenderungan konsumen
untuk melakukan pembelian secara spon-
Pernyataan tersebut menunjukkan bah-
tan, tidak terefleksi, secara terburu-buru
wa utilitarian value merupakan suatu bentuk
didorong oleh aspek psikologis emosional
sikap dari konsumen dimana mereka ber-
terhadap suatu produk dan tergoda oleh
belanja dengan melakukan pembelian atau-
persuasi dari pemasar (Cole dan Clow,
pun tidak melakukan pembelian atas barang
2011). Beatty dan Ferrell dalam Park et al.,
yang sudah mereka tentukan sesuai ke-
(2006) mendefinisikan impulse buying se-
butuhan. Persepsi utilitarian value dapat
bagai pembelian seketika itu juga, yang
bergantung pada apakah yang ingin dicapai
sebelumnya tidak memiliki tujuan untuk
konsumen dari kegiatan berbelanja tersebut.
membeli suatu barang. Lebih lanjut Rook
Konsumen akan merasa puas jika sudah
dan Fisher menjelaskan pula bahwa impulse
mendapatkan produk yang sesuai kebutuh-
buying terjadi ketika konsumen mengalami
an mereka dengan cara yang efisien,
pengalaman tiba-tiba, memiliki dorongan
khususnya dalam hal waktu yang diguna-
yang kuat dan keras hati untuk membeli
kan. Hal ini ditandai dengan pembelian
sesuatu dengan segera (Cole dan Clow,
secara sengaja yang dilakukan konsumen
2011).
untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam
Fokus pada suatu titik penjualan me-
waktu yang singkat.
rupakan hal yang tepat yang memungkin-
kan untuk meningkatkan gairah pembelian
Impulse Buying
pada calon konsumen. Kacen dan Lee (2008)
Beberapa peneliti tidak membedakan
juga menyatakan bahwa impulse buying
pemahaman tentang konsep pembelian
mempunyai sejumlah karakteristik sebagai
impulsif (impulse buying) dan pembelian
berikut: (a) Adanya perasaan yang berlebih-
tidak direncanakan (unplanned buying).
an akan ketertarikan dari produk yang
Konsumen seringkali membeli suatu pro-
dijual; (b) Adanya perasaan untuk segera
duk tanpa direncanakan terlebih dahulu.
memiliki produk yang dijual; (c) Mengabai-
Keinginan untuk membeli seringkali mun-
kan segala konsekuensi dari pembelian
cul di toko atau di mall. Banyak faktor yang
sebuah produk; (d) Adanya perasaan puas;
menyebabkan hal tersebut. Ko dalam Park
(e) Adanya konflik yang terjadi antara
et al., (2006) menjelaskan perilaku pembeli-
pengendalian dengan kegemaran didalam
an impulsif adalah perilaku yang tidak
diri orang tersebut.
direncanakan wajar bila hal itu berkaitan
Impulse buying dapat dijelaskan sebagai
dengan evaluasi obyektif dan preferensi
pembelian yang tidak direncanakan. Me-
emosional dalam berbelanja.
nurut Kacen dan Lee (2008), karakteristik
Menurut Kacen dan Lee (2008), impulse
dari pembelian secara impulse yaitu relative-
buying (pembelian yang tidak terncana)
ly rapid decision-making, and a subjective bias
diartikan sebagai tindakan pembelian yang
in favor immediate possession. Ini dapat di-
dilakukan tanpa melakukan pertimbangan
artikan sebagai pembelian yang tidak me-
terlebih dahulu. Sejalan dengan pengertian
libatkan perhitungan atau mengikuti ego
tersebut Weun et al. Beatty dan Ferrell da-
mereka dan disertai dengan pertimbangan
lam Mohan et al. (2013), mendefinisikan
yang kurang. Pelanggan yang sering me-
Impulse Buying sebagai kecenderungan
lakukan pembelian secara impulsif sering
untuk melakukan pembelian yang tidak
kali mempunyai perhatian yang sangat
direncanakan dan untuk membeli secara
rendah terhadap potensi terjadinya dampak
Shopping Life Style Memediasi Hubungan ... – Cahyono, Khuzaini, Widiarto 193

negatif sebagai hasil tindakan yang mereka Menurut Mowen dan Minor dalam
lakukan. Rachmawati (2009), impulse buying di-
Bayley dan Nancarrow dalam Tendai definisikan sebagai “tindakan membeli
(2009), impulse buying adalah pembelian yang sebelumnya tidak diakui secara sadar
secara spontan dan langsung tanpa melalui sebagai hasil dari suatu pertimbangan atau
perencanaan sebelumnya di mana konsu- niat membeli yang terbentuk sebelum
men tidak secara aktif mencari produk dan memasuki toko”. Pembelian impulsif bisa
tidak mempunyai perencanaan utama da- dikatakan suatu desakan hati secara tiba-
lam melakukan pembelian. Sering kali tiba dengan penuh kekuatan, bertahan dan
konsumen dalam proses belanjanya, ke- tidak direncanakan untuk membeli sesuatu
putusan yang diambil untuk membeli suatu secara langsung, tanpa banyak memper-
barang adalah yang sebelumnya tidak ter- hatikan akibatnya. Produk impulsif kebanya
cantum dalam daftar belanja barang (out of kan adalah produk-produk baru, contoh-
purchase list). Keputusan ini muncul begitu nya: produk dengan harga murah yang ti-
saja terstimulasi oleh variasi bauran produk dak terduga. Beberapa macam dari barang-
(assortment) dan tingkat harga barang yang barang pelanggan berasal dari pembelian
ditawarkan. tidak terencana (impulse buying), barang-
Rook dan Fisher dalam Muruganan- barang yang dilaporkan paling sering dibeli
tham dan Bhakat (2013) menyatakan “Intro- adalah pakaian, perhiasan ataupun akse-
duced impulsiveness as a personality trait and soris yang dekat dengan diri sendiri dan
defined as consumer’s tendency to buy spontan- mendukung penampilan (Park, et al., 2006).
eously, non-reflectively, immediately, and kineti- Coob dan Hayer dalam Japarianto dan
cally”, atau dapat diartikan Impulse Buying Sugiharto (2011) mengklasifikasikan suatu
didefinisikan sebagai kecenderungan kon- pembelian impulsif terjadi apabila tidak
sumen untuk membeli secara spontan, terhadap tujuan pembelian merek tertentu
reflek, tiba-tiba, dan otomatis sehingga da- atau kategori produk tertentu pada saat
pat dikatakan bahwa konsumen cenderung masuk ke dalam toko. Penelitian Rook
untuk membeli secara spontan, sesuai dalam Tarmizi et al., (2009) melaporkan
dengan suasana hati. Beatty dan Ferrell bahwa impulse buying biasanya terjadi ketika
dalam Muruganantham dan Bhakat (2013) seorang konsumen merasakan motivasi
merumuskan definisi pembelian impulse yang kuat yang berubah menjadi keinginan
sebagai pembelian tiba-tiba dan langsung untuk membeli barang langsung. Bitner,
tanpa niat sebelum belanja baik untuk Booms, dan Tetreault dalam Japarianto dan
membeli kategori produk tertentu atau Sugiharto (2011) mengatakan bahwa ke-
untuk memenuhi tugas membeli spesifik. putusan pembelian yang dilakukan belum
Rook dalam Muruganantham dan tentu direncanakan, terdapat pembelian
Bhakat (2013) berpendapat bahwa selama yang tidak direncanakan (impulsive buying)
impulse buying, konsumen mengalami ke- akibat adanya rangsangan lingkungan
inginan sesaat, kuat dan gigih. Dia ditandai belanja. Implikasi dari lingkungan belanja
pem- belian impuls yang tidak diinginkan, terhadap perilaku pembelian mendukung
reaksi non-reflektif, yang terjadi segera asumsi bahwa jasa layanan fisik menyedia-
setelah terkena rangsangan dalam toko. kan lingkungan yang mempengaruhi peri-
Rook dan Gardner dalam Muruganantham laku konsumen, dihubungkan dengan
dan Bhakat (2013) didefinisikan pembelian karakteristik lingkungan konsumsi fisik.
impulsif sebagai perilaku yang tidak di- Rencana pembelian melibatkan me-
rencanakan melibatkan cepat pengambilan makan waktu pencarian informasi dengan
keputusan dan kecenderungan untuk akui- pengambilan keputusan rasional, sedang-
sisi langsung dari produk. kan yang tidak direncanakan pembelian
mengacu pada semua keputusan belanja
194 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 188 – 208

dibuat tanpa perencanaan terlebih dahulu. pembelian sebelumnya atau telah pernah
Membeli secara tidak diduga dibedakan melihat produk tersebut dalam iklan.
dari pembelian yang tidak direncanakan c. Suggestion impulse buying merupakan
dalam hal pengambilan keputusan yang pembelian yang terjadi pada saat kon-
cepat. Selain menjadi tidak direncanakan, sumen melihat produk, melihat tata cara
pembelian yang tidak direncanakan meng- pemakaian atau kegunaannya, dan me-
alami dorongan tiba-tiba, kuat, dan tak ter- mutuskan untuk melakukan pembelian.
tahankan untuk membeli. Pembelian impul- d. Planned impulse buying merupakan pem-
sif karena ingatan terjadi ketika pembeli belian yang terjadi ketika konsumen
mengingatkan dan menyadari kebutuhan membeli produk berdasarkan harga spe-
produknya di toko. Pembelian impulsif sial dan produk-produk tertentu. Dengan
murni adalah hal yang baru atau melarikan demikian planned impulse buying merupa-
diri pembelian yang pembelanjanya ber- kan pembelian yang dilakukan tanpa
istirahat dalam mengikuti tren belanja biasa. direncanakan dan tidak tengah memerlu-
Engel dan Blackwell dalam Muruga- kannya dengan segera.
nantham dan Bhakat (2013) impulse buying
Sedikit berbeda dengan pendapat di
adalah suatu tindakan yang dilakukan
atas, menurut Han et al. dalam Park et al.
tanpa sebelumnya yang telah diakui secara
(2006) impulse buying mengklasifikasikan
sadar atau niat membeli yang terbentuk
kedalam empat jenis yaitu: (1) Planned
sebelum memasuki toko. Mereka me-
impulse buying, (2) Reminded impulse buying,
nyimpulkan bahwa membeli secara tidak
(3) Fashion-oriented impulse buying, (4) Pure
direncanakan melibatkan keputusan pem-
impulse buying
belian hedonis yang dibuat di dalam toko
Menurut penelitian Engel dalam Japari-
dan tidak termasuk kegiatan pembelian
anto dan Sugiharto (2011), pembelian ber-
pengingat.
dasar impulse mungkin memiliki satu atau
Berdasarkan beberapa definisi dan
lebih karakteristik ini: (a) Spontanitas. Pem-
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
belian ini tidak diharapkan dan memotivasi
impulse buying merupakan pembelian saat
konsumen untuk membeli sekarang, sering
itu juga yang tidak direncanakan sebelum-
sebagai respons terhadap stimulasi visual
nya dan didasarkan pada tindakan yang
yang langsung di tempat penjualan, (b)
sangat kuat serta dorongan atau motivasi
Kekuatan, kompulsi, dan intensitas. Mung-
yang sangat kuat untuk membeli.
kin ada motivasi untuk mengesampingkan
Pembelian yang tidak terencana (impul-
semua yang lain dan bertindak dengan se-
se buying) dapat diklasifasikan dalam empat
ketika, c) Kegairahan dan stimulasi. Desak-
tipe: planned impulse buying, reminded impulse
an mendadak untuk membeli sering disertai
buying, suggestion impulse buying, dan pure
dengan emosi yang dicirikan sebagai meng-
impulse buying (Miller; Stern; yang dikutip
gairahkan, menggetarkan, atau liar, (d) Ke-
dalam Japarianto dan Sugiharto, 2011).
tidakpedulian akan akibat. Desakan untuk
a. Pure impulse buying merupakan pem-
membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak
belian secara impulse yang dilakukan
sehingga akibat yang mungkin negatif di-
karena adanya luapan emosi dari konsu-
abaikan.
men sehinga melakukan pembelian ter-
hadap produk di luar kebiasaan pem-
Pengembangan Hipotesis Dan Model
beliannya.
Penelitian
b. Reminder impulse buying merupakan pem-
Rachmawati (2009) dalam penelitian-
belian yang terjadi karena konsumen
nya menghasilkan variabel hedonic dan
tiba-tiba teringat untuk melakukan pem-
utilitarian value mempunyai pengaruh posi-
belian produk tersebut. Dengan demi-
tif dan signifikan terhadap impulse buying.
kian konsumen telah pernah melakukan
Shopping Life Style Memediasi Hubungan ... – Cahyono, Khuzaini, Widiarto 195

Penelitian yang dilakukan Pattipeilohi et al. H3 : Utilitarian value berpengaruh tidak


(2013) mendapatkan hasil hedonic consumtion langsung secara signifikan terhadap
value berpengaruh positif dan signifikan impulse buying dimediasi oleh shop-
terhadap perilaku impulse buying, serta ping life sytle.
penelitian yang dilakukan Foroughi et al.
(2013) ada hubungan positif dan langsung METODE PENELITIAN
antara hedonic dan utilitarian dengan impulse Populasi
buying. Dari beberapa pemaparan tersebut, Populasi adalah wilayah generalisasi
maka dapat ditentukan hipotesis sebagai yang terdiri atas obyek/subyek yang mem-
berikut: punyai kualitas dan karakteristik tertentu
H1 : Hedonic dan Utilitarian berpengaruh yang ditetapkan oleh peneliti untuk di-
positif dan signifikan terhadap impul- pelajari dan kemudian ditarik kesimpulan-
se buying. nya (Sugiyono, 2010:61). Jadi populasi tidak
hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-
Penelitan yang dilakukan oleh Rachma- benda lainnya. Populasi dalam penelitian
wati (2009) ketika hedonic value digabungkan ini adalah seluruh konsumen Produk Kulit
dengan shopping life style, maka setiap ke- yang berbelanja di Sentra Industri Kulit
naikan atau penurunan dari hedonic mampu Tanggulangin Sidoarjo.
mempengaruhi Impulse Buying. Penelitian
yang dilakukan oleh Rohman (2009) juga Sampel
mendapatkan hasil yang sama dimana pe- Sampel adalah bagian dari jumlah dan
ngaruh shopping life style yang semakin karakteristik yang dimiliki oleh populasi
positif maka semakin tinggi hedonic value. (Sugiyono, 2010: 62). Sampel dalam peneliti-
Penelitian yang dilakukan Amiri et al. (2012) an ini ditentukan oleh peneliti berdasarkan
menunjukan bahwa hedonic memiliki efek pertimbangan masalah, tujuan, hipotesis,
positif pada shopping life style dalam waktu metode, dan instrumen penelitian, di sam-
melakukan impulse buying. Dari beberapa ping pertimbangan waktu tenaga dan pem-
pemaparan tersebut, maka dapat ditentukan biayaan (Sudjamin dalam Putra, 2008).
hipotesis sebagai berikut: Berdasarkan pertimbangan di atas, metode
H2 : Hedonic value berpengaruh tidak yang digunakan adalah judgmental sampling
langsung secara signifikan terhadap yang merupakan bagian dari purposive
impulse buying dimediasi oleh shop- sampling karena peluang dari anggota popu-
ping life sytle. lasi yang dipilih sebagai sampel didasarkan
Rachmawati (2009), mengungkapkan pada pertimbangan dan keputusan peneliti.
bahwa shopping life style berpengaruh signi- Metode ini merupakan bagian dari metode
fikan terhadap impulse buying. Menurut non-probability sampling, dimana sampel
penelitian yang dilakukan oleh Hetharie yang diambil berdasarkan kriteria–kriteria
(2011) pada matahari department store di yang telah ditentukan oleh peneliti, yaitu
kota Ambon, menunjukkan bahwa shopping siapa saja yang secara kebetulan bertemu
life style berpengaruh positif dan signifikan dengan peneliti dan memenuhi kriteria–
terhadap impulse buying pada waktu ber- kriteria dapat digunakan sebagai sampel.
belanja di matahari departement store kota Karakteristik dari sampel penelitian ini
ambon. Penelitian yang dilakukan Amiri et adalah konsumen Produk Kulit yang ber-
al. (2012) menunjukan bahwautilitarian me- belanja di Sentra Industri Kulit Tanggul-
miliki efek positif pada shopping life style angin Sidoarjo.
dalam waktu melakukan impulse buying. Jumlah populasi dalam penelitian ini
Dalam beberapa pemaparan tersebut maka tidak diketahui maka digunakan rumus
dapat di hipotesiskan sebagai berikut: “jumlah populasi tidak diketahui” sebagai
berikut:
196 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 188 – 208

 ( z )( ) 
2 dan adanya keinginan untuk memiliki se-
n =   /2  cara cepat. Pengukuran Impulse Buying
 e  menggunakan indikator yang mengacu
dimana : pada penelitian Japarianto dan Sugiharto
n = Jumlah sampel (2011), antara lain: (1) Tawaran khusus. Bila
Z(1-α) = ukuran tingkat kepercayaan, α = ada tawaran khusus, saya cenderung ber-
0,05 (tingkat kepercayaan 95%) belanja banyak; (2) Model terbaru. Saya
berarti cenderung membeli model terbaru walau-
Z(1-α) = Z(1-α) dimana (0,05/2 = 0,025) pun mungkin tidak sesuai dengan saya; (3)
σ = standar deviasi (0,25) Tanpa berpikir. Saat berbelanja produk
e = standar error atau kesalahan yang fashion, saya cenderung berbelanja tanpa
dapat ditoleransi (5% = 0,05) berpikir panjang dulu sebelumnya; (4)
Langsung memasuki shopping center. Setelah
 1,96. 0,25
2
 ( z )( ) 
2

n =   /2 =  memasuki Sentra Industri, saya segera


  = 96,04 memasuki sebuah toko produk kulit untuk
 e   0,05 
membeli sesuatu; (5) Terobsesi berbelanja.
Untuk hasil yang representatif maka Saya cenderung terobsesi untuk mem-
penelitian mengambil sampel sebanyak 96 belanjakan uang yang saya bawa sebagian
responden ditambah dengan nilai distorsi atau seluruhnya untuk produk kulit; (6)
sebesar 20%. Sehingga total sampel yang Cenderung membeli walaupun tidak me-
digunakan adalah 115 responden. merlukannya. Saya cenderung membeli
produk kulit meskipun saya tidak begitu
Teknik Pengumpulan Data membutuhkannya.
Kuesioner adalah pengumpulan infor-
masi yang di mana peneliti membuat be- Hedonic Value (Variabel X1)
berapa macam pertanyaan dan jawaban dari Motif hedonic merupakan konsumsi
responden dapat dikemukakan secara ter- produk yang terutama didasarkan pada
tulis. Pengumpulan data dengan jalan mem- keinginan untuk mengalami kesenangan
berikan pertanyaan-pertanyaan secara ter- dan kebahagiaan. Pengukuran Motif hedonic
tulis kepada responden dan responden akan menggunakan indikator yang mengacu pa-
memberikan jawaban sesuai dengan ke- da penelitian Park et al. (2006), antara lain:
tentuan yang sudah disampaikan sebelum- (1) Konsumen ingin memuaskan rasa ke-
nya. Teknik ini mengharuskan responden ingintahuannya, (2) Konsumen ingin me-
untuk membaca dan menjawab pertanyaan nawarkan pengalaman baru, (3) Konsumen
tersebut tanpa harus ada peneliti yang men- ingin merasa seperti menjelajahi dunia baru.
dampingi. (Indrianto dan Supomo, 2009).
Shopping lifestyle (Variabel Y1)
Variabel dan Definisi Operasional Varia- Shopping life style merupakan perilaku
bel yang ditunjukkan oleh pembeli sehubungan
Adapun definisi operasional variabel dengan serangkaian tanggapan dan pen-
yang berhubungan dengan judul dan pe- dapat pribadi tentang pembelian produk
nyusunan sebagai berikut: Pengukuran Shopping life style mengguna-
kan indikator yang mengacu pada peneliti-
Impulse Buying (Variabel Y2) an Japarianto dan Sugiharto (2011), antara
Variabel terikat dalam penelitian ini lain: (1) Tawaran iklan. Setiap tawaran iklan
adalah Impulse Buying atau pembelian yang mengenai Produk Kulit, saya cenderung
tidak direncanakan, dimana karakteristik- menanggapi untuk membelinya, (2) Model
nya adalah pengambilan keputusannya di- terbaru. Saya cenderung membeli Produk
lakukan dalam waktu yang relatif cepat; Kulit model terbaru ketika saya melihatnya
Shopping Life Style Memediasi Hubungan ... – Cahyono, Khuzaini, Widiarto 197

di Sentra Industri Kulit Tanggulangin Sido- ukur sah atau valid tidaknya suatu kuesi-
arjo, (3) Merek terkenal. Saya cenderung oner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika
berbelanja Produk Kulit merek terkenal, (4) pertanyaan pada kuesioner mampu untuk
Kualitas terbaik. Saya yakin bahwa merk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
Produk Kulit dengan harga yang lebih oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2009).
terjangkau terkenal yang saya beli terbaik Untuk mengetahui kekuatan hubungan
dalam hal kualitas, (5) Beli merk berbeda. antara variabel hedonic value (X1), utilitarian
Saya sering membeli berbagai merk Produk value (X2), shopping lifestyle (Y1), impulse
Kulit yang berbeda daripada merk yang buying (Y2), uji ini menggunakan korelasi
biasa saya beli, (6) Merk lain sama. Saya product moment dari Pearson.
yakin ada Produk Kulit merk lain yang Perhitungan tersebut dilakukan untuk
sama kualitasnya seperti yang saya beli. seluruh variabel yang instrumen peng-
ukurannya menggunakan angket atau ba-
Utilitarian Value (Variabel X2) han tes. Kriteria untuk dinyatakan valid
Utilitarian value merupakan perilaku atau dianggap memenuhi syarat dengan
berbelanja yang lebih rasional dan non- (Sudarmanto, 2005).
emosional yang secara alamiah terbentuk a. Tingkat koefisien korelasi yang diperoleh
apabila seseorang ingin mengalokasikan dari analisis dibandingkan dengan ting-
sumberdayanya secara efisien. Pengukuran kat koefisien korelasi pada tabel dengan
Utilitarian value menggunakan indikator tingkat kepercayaan yang telah dipilih.
yang mengacu pada penelitian Bagyarta b. Dibuat suatu ukuran tertentu, misalnya
dan Diah Dharmayanti, (2014), serta (To, et batas minimun 0,30. Jadi apabila harga
al. 2007; Ferdinand, et al. 2010) antara lain: koefisien kurang dari 0,30, maka butir
(1) Cost Saving. Penghematan biaya merupa- atau item pertanyaan dalam instrumen
kan faktor utama dari konsep utilitarian, tersebut dinyatakan tidak valid. Dengan
dimana dalam hal ini seseorang akan men- demikian maka instrumen dinyatakan
coba mengurangi biaya yang dikeluarkan valid jika harga koefisien rhitung > 0,30
untuk mendapatkan produk tertentu, (2)
Maximizing Utility. Dengan memaksimalkan Uji Reliabilitas
nilai utilitas, konsumen utilitarian akan lebih Reliabilitas sebenarnya adalah alat
puas dalam menentukan produk apa yang untuk mengukur suatu kuesioner yang me-
dikonsumsi, hal ini dilakukan dengan cara rupakan indikator dari variabel atau kons-
menyeleksi produk-produk yang memberi- truk. Suatu kuesioner dinyatakan reliabel
kan keuntungan utilitas paling tinggi. atau handal jika jawaban seseorang ter-
hadap pertanyaan adalah konsisten atau
Teknik Analisis Data stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2009).
Uji Reliabilitas dan Uji Validitas Dalam penelitian ini, teknik yang diguna-
Reliabilitas dan validitas merupakan kan untuk mengukur konsistensi internal
syarat penting untuk kuesioner. Suatu adalah koefisien alpha atau cronbach’s alpha.
kuesioner dikatakan valid (sah) jika per- Fungsi dari cronbach’s alpha adalah untuk
tanyaan pada kuesioner tersebut mampu mengukur tingkat reliabilitas konsistensi
mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh diantara butir-butir pertanyaan dalam ins-
kuesioner, sedangkan suatu kuesioner di- trumen untuk mengukur construct tertentu.
katakan reliable (andal) jika jawaban respon- Suatu konstruk atau variabel dikatakan
den atas pertanyaan adalah atau stabil dari reliabel jika memberikan nilai Cronbach
waktu ke waktu (Ghozali, 2009). Alpha > 0.60 (Nunnally, 1960) dalam (Gho-
zali, 2009).
Uji validitas Analisa pengujian yang digunakan
Uji validitas digunakan untuk meng- dalam penelitian ini adalah model analisis
198 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 188 – 208

jalur (path analysis). Analisis jalur adalah (Y1); (2) Shopping lifestyle (Y1) = β3 hedonic
analisis yang digunakan untuk menjelaskan value (X1) + β4 utilitarian value (X2)
hubungan kausalitas antara satu atau be- Pengaruh langsung hedonic value ter-
berapa variabel. Model path analysis diguna- hadap impulse buying ditunjukkan oleh
kan untuk menganalisa pola hubungan parameter β1 dan pengaruh langsung uti-
antar variabel dengan tujuan untuk me- litarian value terhadap impulse buying di-
ngetahui pengaruh langsung dan pengaruh tunjukkan oleh parameter β2. Pengaruh ti-
tidak langsung seperangkat variabel bebas dak langsung motif hedonic terhadap impulse
(eksogen) terhadap variabel terikat (endo- buying melalui shopping lifestyle ditunjukkan
gen) (Riduwan, 2007). Path analysis didasar- dengan perkalian antara parameter β3
kan pada perhitungan kuatnya hubungan dengan parameter β5, sedangkan pengaruh
kausal antara korelasi dari beberapa varia- tidak langsung utilitarian value terhadap
bel (Ferdinand, 2002). impulse buying dimediasi shopping lifestyle
ditunjukkan dengan perkalian antara para-
Pengolahan Data meter β4 dengan parameter β5. Pengaruh
Untuk menguji pengaruh variabel langsung shopping lifestyle terhadap impulse
intervening digunakan metode analisis jalur buying ditunjukkan oleh parameter β5.
(path analysis). Analisis jalur merupakan
perluasan dari analisis regresi linear ber- ANALISIS DAN PEMBAHASAN
ganda yang berfungsi untuk menaksir Gambaran Umum Objek Penelitian
hubungan kausalitas antar variabel yang Kecamatan Tanggulangin-Sidoarjo me-
telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan rupakan sentra industri Tas dan kulit yang
teori (Ghozali, 2007). Dalam penelitian ini sudah terjamin kualitasnya. Sehingga jika
ada 4 variabel yang akan dianalisis para- ke Tanggulangin salah satu tujuannya ada-
meternya yaitu hedonic value, utilitarian lah berbelanja Tas dan aneka produk dari
value, shopping lifestyle terhadap impulse bahan kulit. Objek Penelitian pada sentra
buying dengan shopping lifestyle sebagai industri kulit ini adalah di Pusat Grosir Tas
variabel intervening ditunjukkan pada Tanggulangin (PUSGITA). PUSGITA adalah
Gambar 2. pusat grosir tas yang terdiri dari puluhan
Parameter β1 sampai dengan β5 me- anggota pengrajin tas kulit Tanggulangin
rupakan koefisien standard beta yang di- yang terbentuk sejak tahun 2002. Salah satu
hasilkan oleh 2 buah regresi yaitu: (1) kelebihan dari PUSGITA adalah lokasinya
Impulse buying (Y2)= β1 hedonic value (X1) + β2 yang sangat strategis berada di jalan masuk
utilitarian value (X2) + β5 shopping lifestyle ke Desa Kludan dan dekat dengan jalan

β1
Hedonic
Value(X1)
β3
Shopping β5 Impulse
Lifestyle(Y1) Buying(Y2)
Β4

Utilitarian Β2
Value(X2)

Gambar 1
Parameter penelitian
Shopping Life Style Memediasi Hubungan ... – Cahyono, Khuzaini, Widiarto 199

raya, sehingga para pengunjung atau antara Rp2juta–Rp3juta dan Rp3juta–


wisatawan tidak perlu masuk terlalu jauh Rp4juta sebanyak 78 responden. Hasil ter-
dari jalan raya Tanggulangin. Selain itu area sebut didapat berdasarkan penyebaran
parkir yang luas dan rest area bagi para kuesioner kepada pembeli produk kulit di
pengunjung menjadi nilai lebih dari PUS- sentra industri kulit Tanggulangin Sidoarjo.
GITA, maka tidak heran jika banyak bus -
bus Pariwisata yang mampir ke PUSGITA. Distribusi Jawaban Terhadap Indikator
Disini ada dua jenis produk yang dijual, Variabel
yaitu produk kulit sintetis dan produk kulit Variabel hedonic, utilitarian, shopping life
asli yang diproduksi dari CV.Citra Mulya style, dan impulse buying dalam Penentuan
Perkasa. Tersedia beragam jenis tas seperti kelas atas pertanyaan responden terhadap
tas wanita, tas ransel, tas kantor, troly serta variabel penelitian rata-rata keseluruhan
sepatu dan sandal. Salah satu keunggulan adalah sebagai berikut. (1) Nilai terendah
dari produk di PUSGITA ini adalah pilihan adalah 1,0 dan nilai tertinggi 5,0, (2) Interval
modelnya sangat banyak dan up to date, kelas adalah (5-1)/5 = 0,8. Dari penentuan
karena setiap dua sampai tiga bulan sekali kelas tersebut maka diperoleh kelas rata-
kami selalu mengganti model sehingga ti- rata nilai indikator sebagai berikut:
dak ketinggalan tren yang sedang ber- 1,00 – 1,80 = sangat rendah
kembang. 3,40 – 4,20 = tinggi
Umumnya pengunjung PUSGITA ada- 1,80 – 2,60 = rendah
lah para wisatawan dari luar provinsi 4,20 – 5,00 = sangat tinggi
seperti Kalimantan dan Sulawesi, sedang- 2,60 – 3,40 = normal
kan yang dari luar negeri kebanyakan dari
Jepang dan Kanada. Salah satu strategi Nilai Hedonic
promosi dari PUSGITA adalah bekerja sama Hedonic merupakan konsumsi produk
dengan travel-travel tersebut, PUSGITA yang terutama didasarkan pada keinginan
juga sering diajak PEMDA Sidoarjo untuk untuk mengalami kesenangan dan ke-
ikut pameran keliling Indonesia. bahagiaan. Distribusi jawaban variabel nilai
hedonic disajikan pada Tabel 1.
Deskripsi Data Berdasarkan hasil pengujian indikator
Responden dalam penelitian ini be- pada variabel hedonic diperoleh hasil bahwa
ragam, baik itu wanita-pria, usia yang ber- pada dua indikator didominasi oleh jawab-
beda, tingkat pendidikan dan pekerjaan. an responden setuju dan hanya pada per-
Umumnya responden memiliki beberapa nyataan pertama jawaban responden me-
produk yang terbuat dari kulit. Penelitian nunjukkan hasil normal dengan jumlah
ini dilakukan dengan menyebarkan kuesio- responden 70 orang dan persentase 43%.
ner ke konsumen yang membeli produk Berdasarkan hasil pengujian indikator pada
kulit di sentra. variabel hedonic menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian mengenai responden membeli produk kulit karena
karakteristik responden dilihat dari jenis ingin menggunakan produk dengan model
kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir baru dan ingin merasakan penggunaan
serta pekerjaan disimpulkan bahwa pe- bahan yang berkualitas.
nyuka produk kulit didominasi oleh wa-
nita sebanyak 85 responden dari 115, ren- Nilai Utilitarian
tang usia 31-40 tahun sebanyak 73 respon- Utilitarian value merupakan perilaku
den, tingkat pendidikan terakhir mayoritas berbelanja yang lebih rasional dan non-
responden adalah SMA dan S1 dengan jum- emosional yang secara alamiah terbentuk
lah 45 responden dan 50 responden serta apabila seseorang ingin mengalokasikan
penghasilan responden rata-rata perbulan sumber dayanya secara efisien, pada Tabel 2
200 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 188 – 208

Tabel 1
Distribusi Jawaban terhadap indikator variabel hedonic

No Pernyataan SkorJawaban Rata- Ket


Rata
STS TS N S SS
1 Membeli produk kulit, karena produk Normal
kulit memiliki merek yang mirip dengan 3% 9% 43% 34% 11% 3,38
merek ternama
2 Membeli produk kulit karena ingin Tinggi
menggunakan produk kulit dengan 2% 3% 20% 50% 25% 3,87
model baru dan trendy
3 Membeli produk kulit, karena ingin Tinggi
merasakan menggunakan produk 5% 7% 27% 30% 29% 3,66
dengan bahan yang berkualitas

Rata-rata 3,64 Tinggi


Sumber : Data Diolah

Tabel 2
Distribusi Jawaban Terhadap Indikator Variabel Utilitarian
No Pernyataan Skor Jawaban Rata- Ket
STS TS N S SS Rata
1 Membeli produk kulit dengan Tinggi
harga yang terjangkau dan awet 2,2% 2,8% 12,4% 50,6% 32% 4,07

2 Membeli produk kulit yang 1,7% 1,7% 16,3% 50% 30,3% 4,06 Tinggi
bisa diperbaiki
Rata-Rata 4,07 Tinggi
Sumber : Data Diolah

menjelaskan mengenai distribusi jawaban Distribusi jawaban variabel utilitarian di-


atas variabel utilitarian. Dengan hasil yang gambarkan pada Tabel 3. Berdasarkan hasil
diperoleh dari jawaban kuesioner respon- pengujian indikator pada variabel shopping
den menunjukkan bahwa responden men- lifestyle dimana dalam hal ini semua
jawab setiap indikator dengan setuju. Ber- responden menjawab setuju bahwa produk
dasarkan hasil pengujian indikator pada yang mereka beli sesuai dengan yang
variabel nilai utilitarian pada pembeli pro- mereka harapkan.
duk kulit menunjukkan bahwa konsumen
membeli produk tersebut karena harga Nilai Impulse Buying
yang terjangkau dan awet serta tahan lama. Impulse buying atau pembelian yang
tidak direncanakan, dimana karakteristik-
Nilai Shopping Lifestyle nya adalah pengambilan keputusannya di-
Shopping lifestyle merupakan perilaku lakukan dalam waktu yang relatif cepat dan
yang ditunjukkan oleh pembeli sehubungan adanya keinginan untuk memiliki secara
dengan serangkaian tanggapan dan pen- cepat. Distribusi jawaban terhadap variabel
dapat pribadi tentang pembelian produk. Impulse buying dijelaskan dalam Tabel 4.
Shopping Life Style Memediasi Hubungan ... – Cahyono, Khuzaini, Widiarto 201

Tabel 3
Distribusi Jawaban terhadap Indikator Variabel Shopping Lifestyle
No Pernyataan Skor Jawaban Rata- Ket
Rata
STS TS N S SS
1 Tawaran iklan mengenai produk Tinggi
yang terbuat dari kulit, cenderung 2% 1% 19% 56% 22% 3,93
menanggapi untuk membelinya
2 Cenderung membeli produk yang Tinggi
terbuat dari kulit dengan model 1% 1% 13% 50% 35% 4,12
terbaru ketika melihatnya
3 Cenderung berbelanja produk Tinggi
kulit merek terkenal 2% 1% 15% 48% 34% 4,10
4 Produk kulit yang dibeli memiliki Tinggi
kualitas yang tinggi 2% 1% 13% 56% 28% 4,06
5 Membeli berbagi merek produk Normal
kulit 5,1% 18% 26,4% 33,7% 16,9% 3,39
6 Membeli produk kulit yang Tinggi
mereknya hampir sama dengan 3,9% 5,1 38,8% 42,7% 9,6% 3,49
merek ternama
Rata-Rata 3,85 Tinggi
Sumber : Data Diolah

Berdasarkan hasil pengujian indikator dalam sub struktur satu. (2) Terdapat pe-
pada variabel impulse buying dimana dalam ngaruh hedonic value, utilitarian value, dan
hal ini semua responden menjawab setuju shopping lifestyle terhadap impulse buying,
bahwa produk yang mereka beli merupa- pernyataan ini tercermin dalam sub struktur
kan pembelian yang tidak direncanakan. dua.

Hasil Analisis Data Hasil uji pengaruh langsung hedonic value


Pengujian Hipotesis dan utilitarian value terhadap shopping
Setelah dilakukan analisis terhadap lifestyle.
instrumen penelitian, analisis data secara Pengujian sub-hipotesis penelitian per
deskriptif, dan pengujian asumsi regresi, tama tentang pengaruh hedonic value (X1)
kemudian data yang diperoleh digunakan dan utilitarian value (X2) terhadap shopping
untuk menganalisis dan menguji rumusan lifestyle (Y1) mendasarkan pada sub struk-
hipotesis penelitian. Hubungan struktur tur pertama. Pengujian sub-hipotesis per-
antar variabel seperti gambar 2. tama ini dilakukan dengan melakukan
Pengujian hipotesis dilakukan terhadap regresi berganda dengan persamaan berikut
sub-sub struktur karena sub-sub struktur menggunakan program SPSS versi 20:
apabila digabungkan akan merupakan Y1 = βY1X1X1 + βY1X2X2 + βY1Ɛ1
suatu kesatuan struktur lengkap. Pengujian ................ Persamaan (1)
hipotesis dilakukan dengan urutan: (1) Hasil pengujian pada persamaan (1)
hedonic value berpengaruh langsung ter- terdapat pada Tabel 5. Nilai-nilai standar-
hadap shopping lifestyle dan utilitarian dized coefficients beta dalam Tabel 5 merupa-
value berpengaruh langsung terhadap shop- kan nilai koefisien regresi untuk data yang
ping lifestyle, pernyataan ini tercermin sudah dibakukan.
202 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 188 – 208

Dengan demikian nilai koefisien regresi kan nilai sig. t lebih kecil dari nilai α = 0,05
tersebut adalah nilai koefisien jalur. Dari dan ditunjukkan bahwa variabel X1 ber-
nilai tersebut, gambaran hubungan struktur pengaruh secara signifikan terhadap Y1, dan
pertama terdapat pada Gambar 3. variabel X2 berpengaruh secara signifikan
Uji hipotesis tentang pengaruh dari terhadap Y1 karena nilai sig.t lebih kecil dari
masing-masing variabel X1 dan X2 terhadap α = 0,05.
variabel Y1 dilakukan dengan membanding-

Tabel 4
Distribusi Jawaban Terhadap Indikator Variabel Impulse Buying

No Pernyataan Skor Jawaban Rata- Ket


STS TS N S SS Rata

1 Berbelanja banyak produk kulit, ketika ada 4,08 Tinggi


penawaran khusus berupa promo atau 2% 1% 17% 48% 32%
diskon
2 Memilih model produk kulit terbaru 3,83 Tinggi
walaupun tidak sesuai dengan model 3% 1% 27% 48% 21%
3 Ketika toko yang menjual produk kulit 4,04 Tinggi
ramai pembeli, maka langsung ikut untuk 1% 2% 15% 52% 30%
membeli produk kulit di toko itu
4 Setelah memasuki tempat perbelanjaan, 4,07 Tinggi
maka langsung memasuki toko produk 2% 2% 8% 63% 25%
kulit untuk membeli
5 Terobsesi untuk membelanjakan uang 4,19 Tinggi
untuk membeli produk kulit 1% 3% 10% 46% 40%
6 Membeli produk kulit meskipun saya tidak 3,87 Tinggi
terlalu memerlukannya 2% 3% 20% 50% 25%

Rata-Rata 4,01 Tinggi


Sumber : Data diolah

X1
βY2X1 ε2
βY1X1
βY2Y1
Y1 Y2
βY1X2
βY2X2
X2 ε1
Gambar 2
Hubungan Struktur Lengkap
Shopping Life Style Memediasi Hubungan ... – Cahyono, Khuzaini, Widiarto 203

Tabel 5
Hasil Pengujian Regresi Sub Struktur Pertama
Model Summaryb
Model R R Adjusted Std. Error Change Statistics Durbin-
Square R Square of the R F df1 df2 Sig. F Watson
Estimate Square Change Change
Change
1 ,326a ,106 ,090 2,98143 ,106 6,640 2 112 ,002 1,786
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y1

Coefficients

Model Unstandardized Standardized t Sig.


Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 13,921 1,588 8,764 ,000
1 X1 ,347 ,118 ,262 2,932 ,004
X2 ,291 ,145 ,180 2,013 ,047
a. Dependent Variable: Y1

X1
βY2X1
0,262
βY2Y1
Y1 Y2
0,180

βY2X2
X2
Ɛ1 = 0,946

Gambar 3
Hubungan Sub Struktur Pertama

Hasil pengujian hipotesis pertama ini utilitarian value (X2), dan shopping lifestyle
mengindikasikan adanya temuan bahwa (Y1) terhadap impulse buying (Y2) mendasar
hedonic value berpengaruh secara langsung pada sub struktru kedua. Pengujian sub-
terhadap shopping lifestyle dan utilitarian hipotesis kedua dilakukan dengan melaku-
value berpengaruh secara langsung ter- kan regresi linear dengan persamaan beri-
hadap shopping lifestyle. kut yang menggunakan program SPSS versi
20.
Hasil Uji Pengaruh Hedonic Value, Utili- Y2 = βY2X1X1 + βY2X2X2 + βY2Y1Y1 +
tarian Value, Dan Shopping Life Style βY2Ɛ2 .............................. Persamaan (2)
terhadap Impulse Buying
Hasil pengujian pada persamaan (2)
Pengujian sub-hipotesis penelitian ke-
tedapat pada Tabel 6.
dua tentang pengaruh hedonic value (X1),
204 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 188 – 208

Nilai-nilai standardized coefficient beta Uji hipotesis tentang pengaruh dari


dalam tabel 6 merupakan nilai koefisien masing-masing variabel X1, X2, dan variabel
regresi untuk data yang sudah dibakukan. Y1 terhadap variabel Y2 dilakukan dengan
Dengan demikian nilai koefisien regresi membandingkan nilai sig.t lebih kecil dari
yang telah dibakukan tersebut adalah nilai nilai α = 0,05. Untuk variabel X1 dan X2 nilai
koefisien jalur. Dari nilai koefisien jalur ini, sig.t lebih besar dari α = 0,05 yang berarti
terdapat hubungan struktrural yang ter variabel X1 dan X2 tidak berpengaruh secara
cermin dalam Gambar 4. signifikan terhadap variabel Y2.

Tabel 6
Hasil Pengujian Regresi Sub Struktur Kedua
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted Std. Error Change Statistics Durbin-
R Square of the R Square F df1 df2 Sig. F Watson
Estimate Change Change Change

1 ,441a ,195 ,173 3,15732 ,195 8,953 3 111 ,000 1,777


a. Predictors: (Constant), X2, X1, Y1
b. Dependent Variable: Y2
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 9,281 2,184 4,250 ,000
X1 ,040 ,130 ,027 ,305 ,761
1
Y1 ,464 ,100 ,417 4,633 ,000
X2 ,110 ,156 ,061 ,706 ,482
a. Dependent Variable: Y2

X1
0,027 Ɛ2 = 0,897
0,262
0,417
Y1 Y2
0,180

0,061
X2
Ɛ1 = 0,946

Gambar 4
Hubungan Sub Struktur Kedua

Hanya variabel Y1 yang memiliki nilai Hasil pengujian hipotesis kedua meng-
sig.t lebih kecil dari α = 0,05, sehingga indikasikan adanya temuan bahwa hedonic
variabel Y1 berpengaruh secara signifikan value dan utilitarian value tidak berpengaruh
terhadap variabel Y2. langsung pada impulse buying, hanya
Shopping Life Style Memediasi Hubungan ... – Cahyono, Khuzaini, Widiarto 205

variabel shopping lifestyle yang memiliki langsung tanpa direncanakan (impulse buy-
pengaruh lagsung terhadap impulse buying. ing), karena konsumen pada saat membeli
Melihat hasil mediasi pada Gambar 4, produk kulit sudah direncanakan terlebih
maka dapat dikatakan bahwa mediasi yang dahulu untuk membeli produk yang me-
terjadi adalah mediasi penuh (complete miliki merek mirip dengan merek terkenal
mediation), dikarenakan tidak ada pengaruh seperti merek lynarici yang mirip dengan
langsung dari X1 ke Y2 ataupun dari X2 ke merek ninarici. Hasil penelitian ini men-
Y2, dan terdapat pengaruh secara tidak dukung penelitian sebelumnya yang dilaku-
langsung dari X1 ke Y2 melalui Y1 dan dari kan oleh Rachmawati (2009) hasil penelitian
X2 ke Y2 melalui Y1. menunjukkan bahwa dari dua hipotesis
Uji pengaruh total pengaruh shopping yang dilakukan membuktikan yaitu hedonic
lifestyle memediasi hedonic dan utilitarian shopping value dan positive emotion tidak
value terhadap impulse buying dapat mempunyai pengaruh terhadap variabel
dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Impulse Buying, sedangkan utilitarian value
Pengaruh Total dari X1 ke Y2 melalui Y1 merupakan perilaku berbelanja yang lebih
sebagai berikut: rasional dan non-emosional yang secara
a) Pengaruh langsung dari X1 ke Y2 sebesar alamiah terbentuk apabila seseorang ingin
0,027 mengalokasikan sumberdayanya secara
b) Pengaruh Tidak Langsung dari X1 ke Y2 efisien, sedangkan impulse buying atau pem
melalui Y1 sebesar 0,262 x 0,417 = 0,109 belian yang tidak direncanakan, dimana
c) Pengaruh total sebesar 0,027 + 0,109 = karakteristiknya adalah pengambilan ke-
0,136 putusannya dilakukan dalam waktu yang
Pengaruh Total dari X2 ke Y2 melalui Y1 relatif cepat dan adanya keinginan untuk
sebagai berikut: memiliki secara cepat.
a) Pengaruh langsung dari X2 ke Y2 sebesar Dalam penelitian ini menunjukkan bah-
0,061 wa tidak ada pengaruh antara keinginan
b) Pengaruh Tidak Langsung dari X2 ke Y2 konsumen untuk membeli produk atas da-
melalui Y1 sebesar 0,180 x 0,417 = 0,075 sar pertimbangan rasional dan non emosi-
c) Pengaruh total sebesar 0,061 + 0,075 = onal dengan keinginan untuk membeli se-
0,136 cara langsung tanpa direncanakan (impulse
buying), karena konsumen pada saat mem-
Pembahasan beli produk kulit sebelumnya telah di-
Hasil pengujian pertama menyatakan rencanakan terlebih dahulu yaitu ketika
variabel hedonic value dan utilitarian value akan mengunjungi tempat wisata lumpur
tidak berpengaruh langsung terhadap lapindo, nantinya akan mampir berbelanja
impulse buying. produk kulit di sentra industri kulit Sido-
Hedonic merupakan konsumsi produk arjo. Hasil penelitian ini mendukung pe-s
yang terutama didasarkan pada keinginan nelitian sebelumnya yang di lakukan oleh
untuk mengalami kesenangan dan ke- Rachmawati (2009) hasil penelitian me-
bahagiaan, sedangkan impulse buying atau nunjukkan bahwa dari dua hipotesis yang
pembelian yang tidak direncanakan, di- dilakukan membuktikan yaitu hedonic shop-
mana karakteristiknya adalah pengambilan ping value dan positive emotion tidak mem-
keputusannya dilakukan dalam waktu yang punyai pengaruh terhadap variabel impulse
relatif cepat dan adanya keinginan untuk buying.
memiliki secara cepat. Dalam penelitian ini Kedua, Variabel hedonic value dan utili-
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh tarian value berpengaruh secara tidak lang-
antara keinginan konsumen untuk membeli sung terhadap impulse buying dimediasi oleh
produk atas dasar kesenangan (hedonic) variabel shopping lifestyle.
dengan keinginan untuk membeli secara
206 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 188 – 208

Variabel shopping lifestyle merupakan dengan pertimbangan yang matang untuk


perilaku yang ditunjukkan oleh pembeli berbelanja.
sehubungan dengan serangkaian tanggapan
dan pendapat pribadi tentang pem belian Saran
produk. Dalam penelitian ini terbukti mem- Berdasarkan hasil penelitian dan sim-
punyai pengaruh terhadap pembelian kon- pulan yang ada, saran yang direkomendasi-
sumen atas dasar kesenangan dan pembeli- kan sebagai berikut: (1) Sentra Industri
an konsumen atas dasar rasional. Sehingga Kulit di Tanggulangin, Sidoarjo hendaknya
shopping lifestyle juga memiliki pengaruh selalu mengikuti tren perkembangan model
yang positif terhadap impulse buying. produk kulit, karena shopping lifestyle
masyarakat dari tahun ke tahun semakin
SIMPULAN DAN SARAN tinggi seiring berkembangnya era globali-
Simpulan sasi sehingga permintaan produk dari kulit
Simpulan dalam penelitian ini disusun terus mengalami peningkatan; (2) Faktor
secara singkat dan jelas untuk memper- harga merupakan salah satu cara agar
mudah pemahaman mengenai hasil pe- produk kulit tetap diminati oleh konsumen,
nelitian ini. (1) Hedonic value tidak memiliki karena faktor ini dapat menjadikan pem-
pengaruh langsung terhadap impulse buying, beda antara produk kulit khas tanggulangin
penelitian ini menjelaskan bahwa konsu- dengan produk kulit laiinya, harga yang
men pada saat membeli produk kulit sudah murah dan terjangkau dengan kualitas yang
direncanakan terlebih dahulu untuk mem- baik menjadi alternatif pilihan bagi masya-
beli produk yang memiliki merek mirip rakat untuk berbelanja produk kulit yang
dengan merek terkenal seperti merek ada di sentra industri kulit Tanggulangin,
lynarici yang mirip dengan merek ninarici; Sidoarjo.
(2) Utilitarian value tidak memiliki pengaruh
langsung terhadap impulse buying, peneliti- DAFTAR PUSTAKA
an ini menjelaskan bahwa konsumen pada Alba, J. W., dan E. F, Williams. 2012.
saat membeli produk kulit sebelumnya Pleasure principles: A review of research on
telah direncanakan terlebih dahulu yaitu hedonic consumption. Journal of Consumer
ketika akan mengunjungi tempat wisata Psychology: 1-17.
lumpur lapindo, nantinya akan mampir Amiri, F., J. Jasour., M. Shirpour., dan T.
berbelanja produk kulit di sentra industri Alizadeh. 2012. Evaluation of Effec-
kulit sidoarjo; (3) Hedonic value berpengaruh tive Fashionism Involvement Factors
tidak langsung terhadap Impulse Buying on Impulse Buying of Costumers and
dimediasi shopping lifestyle, dalam penelitian Condition of Interrelation between
ini terbukti mempunyai pengaruh terhadap These Factor. Journal of Basic and Applied
pembelian konsumen atas dasar kesenang- Scientific Research 2(9): 9413-9419.
an dalam lifestyle berbelanja sehingga ketika Banerjee, S. dan S. Saha. 2012. Impulse
melakukan pembelian produk sesuai Buying Behaviour in Retail Store-Trig-
dengan keinginan konsumen; (4) Utilitarian gering The Senses. Asia Pasific Journal or
value berpengaruh tidak langsung terhadap Marketing and Mangemen Review 1(2):
impulse buying dimediasi shopping lifestyle, 2319-2836.
penelitian ini terbukti mempunyai pe- Bagyarta, dan Dharmyanti. D. 2014. Ana-
ngaruh terhadap pembelian konsumen atas lisa Pengaruh Hedonic dan Utilitarian
dasar rasional terhadap shopping lifestyle Value terhadap Repurchase Intention
dan juga memiliki pengaruh yang positif pada Industry Pusat Kebugaran Kelas
terhadap Impulse Buying, sehingga ketika Menengah Atas di Sidoarjo. Jurnal
melakukan pembelian produk sesuai Manajemen Pemasaran petra 2(1).
Shopping Life Style Memediasi Hubungan ... – Cahyono, Khuzaini, Widiarto 207

Chaudhuri, A., dan M. B. Holbrook. 2001. Kacen, J. J. dan J. A, Lee. 2008. The Infl uence
The Chain of Effects from Brand Trust of Culture On Consumer Impulsive
and Brand Affect to Brand Perfor- Buying Behavior. Journal of Consumer
mance: The Role of Brand Loyalty. Psychology 12(2): 163-76.
Journal of Marketing 65: 81-93. Kasnaeny K., A. Sudiro., D. Hadiwidjojo.,
Cole, H. S. and E. C. Kenneth. 2011. A dan F. Rohman. 2013. Hedonic and
Model Development of Retail Patro- Utilitarian Motive of Coffee Shop
nage Loyalty. Journal of Bussines Studies Customer in Makasar, Indonesia.
Quarterly 2(2): 1-16. European Journal of Business and
Ferdinand, A. 2010. Structural Equation Management 5(25): 75-81.
Modeling dalam Penelitian Manajemen. Kotler, P. 2008. Manajemen Pemasaran, Edisi
Edisi ke 2, BP UNDIP. Semarang. Milenium diterjemahkan Benyamin
Foroughi, A., N. Buang., Z. Senik., dan R. Molan. PT. Prenhallindo. Jakarta.
Hajmisadeghi. 2013. Impulse Buying Kotler, P., dan K. L. Keller. 2009. Manajemen
Behavior and Moderating Role of Pemasaran. Jakarta: Salemba Empat.
Gender among Iranian Shoppers. Kuncoro, M. 2009. Riset Penelitian untuk
Journal of Basic and Applied Scientific Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Research 3(4): 760-769. Muruganantham, G. and R. S. Bhakat. 2013.
Ghozali, I. 2009. Aplikasi Analisis Multi- A Review of Impulse Buying Behavior.
variate Dengan Program SPSS. Edisi International Journal of Marketing Studies.
Keempat, Penerbit Universitas Dipo- 5(3): 149-160.
negoro. Mohan, G. 2013. Impact of store environment
Hanzaee, K. H. and S. P Rezaeyeh. 2011. on impulse buying behavior
Investigation of the effects of Hedonic Mohan, G., B. Sivakumaran., P. Sharma.
Value and Utilitarian Value on Custo- 2013. Impact of store environment on
mer Satisfaction and Behavioural Inten- Impulse Buying behavior. European
tions. Journal of Marketing 47(10): 1711-1732.
Hetharie, J. A. 2011. Peran Emosi Positif Mohan, G., B. Sivakumaran., P. Sharma.
sebagai Mediator Stimulus Lingkungan 2013. “Impact of store environment on
Toko danFaktor Sosial terhadap Impulse Impulse Buying behavior”, European
Buying Tendency pada Matahari Depar- Journal of Marketing 47(10): 1711-1732.
tement Store Kota Ambon. Jurnal Aplikasi Park, J. K. & Forney. 2006, A Structural
Manajemen 10(4): 890–898. Model of Fashion Oriented Impulse
Indriantoro, dan Supomo. 2009. Metodologi Buying behavior. Journal of Fashion
Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Marketing and Management 10(4): 433-
Manajemen. Edisi Pertama. BPFE. 446.
Yogyakarta. Pattipeilohy, V. R., Rofiati., dan M. S. Idrus.
Irani, N., dan K. Hanzaee. 2011. The Effect 2013. The Influence of The Availability
of Variety-seeking Buying Tendency of Money and Time, Fashion Involve-
and Price Sensitivity on Utilitarian and ment, Hedonic Consumtion Tendency
Hedonic Value in Apparel Shopping and Positive Emotion towards Impulse
Satisfaction. International Journal of Buying Behavior in Ambon City. Inter-
Marketing Studies 3(3): 89-103. national Journal of Business and Behavioral
Japarianto, E., S. Sugiharto. 2011. Pengaruh Sciences 3(8): 36-49.
Shopping Life Style Dan Fashion Putra, A. 2008. Analisis Pengaruh Persepsi
Involvement Terhadap Impulse Buying Keadilan Organisasi terhadap Komit-
Behavior Masyarakat High Income men Organisasi (studi kasus: PT.X).
Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas
6(1): 32-41. Indonesia.
208 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 188 – 208

Rachmawati. 2009. Hubungan Antara Hedo- Sudarmanto, G. 2005. Statistik Terapan


nic Shopping Value, Positive Emotion, Berbasis Komputer dengan Program IBM
Dan Perilaku Impulse Buying Pada SPSS Statistics 19. Mitra Wacana Media.
Konsumen Ritel. Majalah Ekonomi Tahun Jakarta.
XIX, No. 2 Agustus. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kunatitatif
Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel- Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Variabel Penelitian. Alfabeta. Bandung. Sumarwan, Ujang. 2011. Perilaku Konsu-
Rohman, F. 2009. Peran Nilai Hedonik men: Edisi 2. Bogor: Ghalia Indonesia.
Konsumsi dan Reaksi Impulsif sebagai Sunyoto, Danang. 2009. Analisis Regresi dan
Mediasi Pengaruh Faktor Situasional Uji Hipotesis. MedPress. Yogyakarta.
terhadap Keputusan Pembelian Impul- Tendai, M. dan C. Crispen. 2009. In-store
sif di Butik Kota Malang. Jurnal Aplikasi Shopping Environment and Impulsive.
Manajemen 7(2): 251-261. Buying.
Schiffman, L. dan K. Leslie Lazar. 2008. Tifferet, S., dan R. Herstein. 2012. Gender
Consumer Behaviour 7th. Edition. (Peri- Differences In Brand Commitment,
laku Konsumen). PT. Indeks. Jakarta. Impulse Buying, And Hedonic Consump-
Sembiring. 2013. Pengaruh Shopping lifestyle tion. Journal of Product & Brand Mana-
Dan Fashion Involvement Terhadap Impul- gement 21(3): 176–182.
se Buying Behaviour (Survey Pada Konsu- Tirmizi, M. A., dan K. U. Rehman., M. I Saif.
men Di Toko “Top Man, Top Shop” di 2009. An Empirical Study of Consumer
Paris Van Java Mall, Bandung). Jurusan Impulse Buying Behavior In Local
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Uni- Markets. European Journal of Scientific
versitas Komputer Indonesia. Research 28(4): 522-532.

You might also like