Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Hotel Berbintang Di Indonesia

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 22

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA HOTEL

BERBINTANG DI INDONESIA

ARTIKEL ILMIAH

Oleh:

APRILIANA KARTIKA SARI


2010310390

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


SURABAYA
2015
PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Nama : Apriliana Kartika Sari

Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 29 April 1992

N.I.M : 2010310390

Jurusan : Akuntansi

Program Pendidikan : Strata 1

Konsentrasi : Akuntansi Keuangan

Judul : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Hotel

Berbintang Di Indonesia
COMPARATIVE ANALYSIS OF FINANCIAL PERFORMANCE
STAR HOTEL IN INDONESIA

Apriliana Kartika Sari


STIE Perbanas Surabaya
Email : Kaprilana@yahoo.com
Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya

ABSTRACT

This research is a comparative study that examine differences in financial performance four-
stars and five-stars hotels listed on the Indonesian Stock Exchange within included in the
quantitative research. The purpose of this research was determine whether there are
differences in the financial performance of four-stars and five-stars hotels since 2010 till
2013. The variable in this research is independent variables, it mean the financial
performance that used analysis at liquidity ratio, leverage ratio, profitability ratio, and the
activity ratio. The data used in this research is secondary data taken from the annual
financial statements has published in the Indonesian Stock Exchange since 2010 – 2013.
Samples were as many as 16 companies with a total of 64 data. This hypothesis has been
proposed and tested using an independent sample T-test and Mann-Whitney U-test. The
results of this research indicate there is difference of financial performance according to
Quick Ratio, Net Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity, and Inventory Turnover.
While the ratio of Current Ratio, Cash Ratio, Debt to Total Assets Ratio, Debt to Equity
Ratio, Gross Profit Margin, Fixed Assets Turnover, and Total Assets Turnover there are no
differences in financial performance of the four-stars and five-stars hotels. The results as a
whole there is a difference of financial performance that used analysis at Quick Ratio, Net
Profit Margin, Return on Assets, Return on Equity, and Inventory Turnover at the five-stars
hotel is better than a four-stars hotel.

Keywords : Financial Performance, Liquidity Ratio, Leverage Ratio, Profitability Ratio,


Activity Ratio.

PENDAHULUAN Negara Indonesia memiliki banyak


Sektor perekonomian merupakan sektor yang mendukung majunya
salah satu sektor terpenting bagi sebuah perkembangan perekonomian, salah
negara khususnya di Indonesia. Dalam satunya adalah sektor pariwisata. Sudah
masa sekarang ketatnya persaingan dalam bukan jadi rahasia lagi bahwa sektor
dunia usaha sangatlah tinggi. Oleh karena pariwisata saat ini sangat membantu
itu, perusahaan harus memiliki pertumbuhan perekonomian negara. Hal
kemampuan yang kuat di berbagai bidang, ini terbukti dengan bertambahnya jumlah
seperti ; bidang keuangan, bidang wisatawan yang datang ke Indonesia untuk
operasional perusahaan, bidang mengunjungi tempat wisata yang ada di
pemasaran, bidang teknologi, dan bidang seluruh Indonesia. Banyaknya lokasi
sumber daya manusianya, terutama bidang pariwisata yang baru dan bertambahnya
keuangan yang sangat penting dalam suatu wisatawan yang berkunjung, hal tersebut
perusahaan. akan semakin menguntungkan bagi para
pelaku usaha penyedia sarana akomodasi
perhotelan, yang dapat mempengaruhi

1
pertumbuhan tingkat huniannya juga akan Juli menjadi sebesar 49,09 persen.
ikut naik. Hotel memiliki fungsi utama Semakin bertambahnya hotel baru
sebagai sarana akomodasi tempat mengindikasikan semakin ketatnya
menginap sementara bagi para tamu yang persaingan yang mengakibatkan tingkat
datang dari berbagai tempat untuk urusan hunian (occupancy rate) mengalami
bisnis atau berlibur. penurunan tajam sebesar 9 persen sampai
Pertumbuhan hotel di Indonesia dengan 15 persen dibandingkan dengan
sangatlah pesat, hal ini terungkap dari data tingkat hunian pada tahun 2013. Semakin
lembaga riset perhotelan dunia yang tingginya persaingan dalam industri
berbasis di London menyatakan bahwa perhotelan maka sangatlah perlu untuk
hingga bulan Maret 2014, Indonesia melakukan penilaian sejauh mana
tengah menyiapkan pasokan unit hotel manajemen dapat mengalokasikan dana
mencapai 53.100 kamar dengan tingkat dengan baik dan juga sebagai acuan untuk
pertumbuhan sebanyak 35,7 persen. perkembangan bisnis perhotelan
Sayangnya hal ini tidak berlaku sama kedepannya.
dengan tingkat hunian kamar pada hotel Berdasarkan permasalahan diatas,
bintang di 23 provinsi pada tahun 2014. maka penulis tertarik untuk melakukan
Berdasarkan data dari Badan Pusat penelitian tentang apakah terdapat
Statistik Tingkat Penghunian Kamar perbedaan kinerja keuangan pada hotel
(TPK) pada tahun 2014, pertumbuhannya bintang empat dan hotel bintang lima yang
naik dari bulan Januari sebesar 46,98 terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
persen sampai bulan Juni menjadi sebesar periode tahun 2010 samapai dengan tahun
55,40 persen, namun terjadi penurunan 2013.
tingkat penghunian kamar hotel pada bulan

RERANGKA TEORITIS DAN industri geografis serta pengungkapan


HIPOTESIS pengaruh perubahan harga (Laporan
keuangan menurut Ikatan Akuntan
Laporan Keuangan Indonesia, 2002:2),.
Laporan keuangan adalah hasil
dari proses akuntansi yang dapat Kinerja Keuangan Perusahaan
digunakan sebagai alatuntuk Kinerja keuangan adalah sampai
berkomunikasi antara data keuangan atau sejauh mana prestasi peningkatan posisi
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak- kesehatan atau performa dari nilai
pihak yang berkepentingan dengan data perusahaan yang diukur melalui laporan
atau aktivitas perusahaan tersebut keuangan baik melalui neraca maupun
(Munawir, 2002:2). laporan laba rugi yang dibutuhkan oleh
Laporan keuangan merupakan pihak-pihak tertentu. Pengukuran kinerja
bagian dari peoses pelaporan keuangan perusahaan sangat diperlukan untuk
yang lengkap biasanya meliputi laporan menetukan sejauh mana tingkat
neraca, laporan laba rugi, laporan keberhasilan perusahaan dalam mencapai
perubahan posisi keuangan (yang dapat tujuan tertentu. Pengukuran kinerja
disajikan dengan berbagai cara misal arus keuangan merupakan suatu hal penting
kas atau sebagai laporan arus dana), dalam infrastruktur dari perusahaan itu
catatan dan laporan lain serta materi sendiri. Pengukuran kinerja keuangan
penjelasan yang merupakan bagian perusahaan bergantung pada sudut
integral dari laporan keuangan. Disamping pandang yang diambil dan tujuan analisis.
itu juga termasuk skedul dan informasi Tujuan umum penilaian kinerja
tambahan yang berkaitan laporan tersebut, perusahaan adalah untuk mengevaluasi
misalnya informasi keuangan segmen perubahan-perubahan atas sumber daya

2
yang dimiliki perusahaan. Analisis kenerja keamanan pinjaman yang diberikan oleh
keuangan dapat dilakukan dengan analisis kreditur.
rasio keuangan.
Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas mampu
Rasio Keuangan Perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba. Adapun
Rasio Likuiditas beberapa alat yang bisa digunakan untuk
Rasio ini menunjukkan menghitung rasio profitabilitas
kemampuan perusahaan untuk membayar menggunakan Gross profit margin
kewajiban financial jangka pendek tepat diperoleh atas laba usaha dari operasional
pada waktunya. Likuiditas perusahaan terhadap pendapatan. Semakin tinggi gross
ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva profit margin menunjukkan semakin tinggi
lancar. perolehan laba usaha dari operasional
Alat untuk mengukur rasio perusahaan. Net profit margin diperoleh
likuiditas menggunakan Current Ratio atas laba bersih setelah pajak terhadap
yang diperoleh dari total aktiva lancar pendapatan. Semakin tinggi net profit
dibagi total hutang lancar. Semakin tinggi margin menunjukkan semakin tinggi
current ratio berarti semakin besar perolehan laba bersih dari operasional
kemampuan aktiva lancar perusahaan perusahaan. Return on asset diperoleh dari
untuk memenuhi kewajiban financial laba bersih terhadap total aset. Semakin
jangka pendek. Cash Ratio diperoleh dari tinggi nilai return on asset menunjukkan
total kas dan bank dibagi total hutang semakin tinggi pula kemampuan
lancar. Semakin tinggi cash ratio berarti perusahaan dalam menghasilkan laba dari
semakin besar kemampuan kas dan bank total aset yang dikelolanya. Return on
perusahaan untuk memenuhi kewajiban equity diperoleh dari laba bersih
financial jangka pendek. Quick Ratio perusahaan terhadap kekayaan pemilik
diperoleh dari aktiva lancar yang dikurangi (ekuitas). Return on equity menunjukkan
persediaan dibagi total hutang lancar. tingkat kemampuan perusahaan untuk
Quick ratio dapat dinilai baik jika nilainya memperoleh laba bagi pemegang saham.
adalah 1.
Rasio Aktivitas
Rasio Leverage Rasio aktivitas menunjukkan
Pada rasio ini menunjukkan bagaimana optimalisasi pemanfaatan
kemampuan perusahaan atas proporsi sumber daya. Rasio ini diperoleh dengan
penggunaan hutang dalam membiayai cara membandingkan rasio aktivitas
investasi. Perusahaan yang tidak dengan standar industri, sehingga dapat
mempunyai leverage artinya perusahaan diketahui tingkat efisiensi dalam
tersebut menggunakan 100% modal mengelola aset yang dimiliki oleh
sendiri untuk membiayai investasi. perusahaan terhadap standar industri.
Beberapa alat yang bisa digunakan Ada beberapa alat yang dapat
untuk menghitung rasio leverage digunakan untuk menghitung rasio
menggunakan Debt to total asset ratio aktivitas menggunakan Inventory turnover
diperoleh dari total hutang terhadap total diperoleh atas pendapatan terhadap
aktiva. Rasio ini menunjukkan seberapa persediaan. Semakin besar rasio ini maka
besar total aktiva yang dimiliki perusahaan akan semakin baik, karena dianggap
yang berasal dari pembiayaan hutang. perusahaan mampu melakukan kegiatan
Debt to equity ratio diperoleh dari total penjulan dengan baik. Fixed assets
kewajiban terhadap kekayaan pemilik turnover diperoleh atas pendapatan
(ekuitas). Rasio ini dapat menunjukkan terhadap aktiva tetap bersih setelah

3
dikurangi biaya penyusutan dan diperoleh atas pendapatan terhadap total
amortisasi. Semakin tinggi rasio ini, maka aktiva. Semakin tinggi total assets
semakin baik, karena kemampuan aktiva turnover menunjukkan semakin tinggi pula
tetap dalam menciptakan pendapatan perputaran aset yang dilakukan
adalah tinggi. Total asset turnover perusahaan.
Hipotesis 1 = Ada perbedaan kinerja Hipotesis 3 = Ada perbedaan kinerja
keuangan berdasarkan rasio keuangan berdasarkan rasio
likuiditas pada hotel bintang profitabilitas pada hotel
empat dan hotel bintang bintang empat dan hotel
lima. bintang lima.
Hipotesis 2 = Ada perbedaan kinerja Hipotesis 4 = Ada perbedaan kinerja
keuangan berdasarkan rasio keuangan berdasarkan rasio
leverage pada hotel bintang aktivitas pada hotel bintang
empat dan hotel bintang empat dan hotel bintang
lima. lima.

Kerangka pemikiran yang mendasari


penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :

Hotel Bintang Uji Beda Hotel Bintang


Empat Lima

Kinerja Keuangan Perusahaan


1. Rasio Likuiditas
 Current Ratio
 Cash Ratio
 Quick Ratio
2. Rasio Leverage
 Debt to Total Asset Ratio
 Debt to Equity Ratio
3. Rasio Profitabilitas
 Gross Profit Margin
 Net Profit Margin
 Return on Asset
 Return on Equity
4. Rasio Aktivitas
 Inventory Turnover
 Fixed Asset Turnover
 Total Asset Turnover

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian

4
METODE PENELITIAN Penelitian ini mengambil sampel
pada perusahaan yang mengelola hotel
Klasifikasi Sampel bintang empat dan hotel bintang lima serta
Populasi dalam penelitian ini telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia
adalah perusahaan yang bergerak dibidang (BEI) yang sudah dikategorikan dengan
jasa perhotelan yang terdaftar pada Bursa ciri-ciri khusus yang telah tercantum
Efek Indonesia. Populasi yang menjadi sebelumnya selama periode 2010-2013.
sasaran penelitian adalah hotel bintang Data yang digunakan dalam penelitian ini
empat dan bintang lima pada 16 industri adalah data kuantitatif. Teknik
perhotelan. Sedangkan sampel dalam pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan penelitian ini adalah dokumentasi.
hotel bintang empat dan bintang lima Dokumentasi yang dilakukan dengan
selama kurun waktu 4 (empat) tahun yaitu mengumpulkan dan merangkum data yang
mulai tahun 2010 sampai dengan tahun dianggap berhubungan dengan laporan
2013. keuangan yang terdiri dari neraca dan
Pengambilan sampel dilakukan laporan laba rugi.
dengan menggunakan metode sensus Data- data laporan keuangan
(sampling jenuh), yaitu merupakan salah perusahaan diperoleh melalui situs
satu bentuk teknik penentuan sampel bila www.idx.co.id dan juga situs
semua anggota populasi digunakan sebagai www.sahamok.com. Sedangkan untuk
sampel. Hal ini sering dilakukan bila pengkalsifikasian hotel berbintang data
jumlah populasi relatif kecil kurang dari diperoleh dari situs www.traveloka.com
30 atau penelitian yang ingin membuat dan www.wego.com. Teknik analisis data
generalisasi dengan kesalahan yang sangat yang digunakan adalah Independent
kecil. Adapun kriteria yang harus dipenuhi Sampel T-Test dan Mann-Whitney U-Test.
adalah sebagai berikut : perusahaan hanya
bergerak pada bidang perhotelan, telah Variabel Penelitian
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum Variabel penelitian yang digunakan
tahun 2010, dan memiliki laporan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
keuangan konsolidasi yang telah di audit : Variabel Likuiditas, yang terdiri dari ;
untuk tahun 2010 sampai tahun 2013. Current Ratio, Cash Ratio, dan Quick
Dari 16 perusahaan yang Ratio. Variabel Leverage, yang terdiri dari
mengelola hotel bintang empat dan hotel ; Debt to Total Asset Ratio dan Debt to
bintang lima dan tahun pengambilan Equity Ratio. Variabel Profitabilitas, yang
sampel selama 4 tahun, maka diperoleh 64 terdiri dari ; Gross Profit Margin, Net
laporan keuangan yang menjadi sampel Profit Margin, Return on Asset (Return on
dalam penelitian yang telah sesuai dengan Investment), dan Return on Equity (Return
kriteria pemilihan sampel. on Net Worth). Variabel Aktivitas, yang
terdiri dari; Inventory Turnover, Fixed
Data Penelitian Assets Turnover, dan Total Assets
Turnover.

Definisi Operasional Variabel ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva


lancar. Alat untuk mengukur rasio
Rasio Likuiditas likuiditas adalah :
Rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban financial jangka pendek tepat
pada waktunya. Likuiditas perusahaan

5
Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menunjukkan
bagaimana optimalisasi pemanfaatan
Rasio Leverage sumber daya. Rasio ini diperoleh dengan
Rasio ini menunjukkan cara membandingkan rasio aktivitas
kemampuan perusahaan atas proporsi dengan standar industri, sehingga dapat
penggunaan hutang dalam membiayai diketahui tingkat efisiensi dalam
investasi. Perusahaan yang tidak mengelola aset yang dimiliki oleh
mempunyai leverage artinya perusahaan perusahaan terhadap standar industri. Ada
tersebut menggunakan 100% modal beberapa alat yang dapat digunakan untuk
sendiri untuk membiayai investasi. menghitung rasio aktivitas adalah :
Beberapa alat yang bisa digunakan untuk
menghitung rasio leverage adalah :

Rasio Profitabilitas Alat Analisis


Rasio profitabilitas mampu Alat uji yang digunakan untuk
menunjukkan kemampuan perusahaan menguji perbedaan kinerja keuangan pada
dalam memperoleh laba. Ada beberapa hotel bintang empat dan hotel bintang lima
alat yang bisa digunakan untuk adalah uji parametrik (Independent Sampel
menghitung rasio profitabilitas, adalah : T-test), tetapi apabila sampel tidak
berdistribusi normal maka uji beda yang
akan digunakan dalam penelitian ini
adalah uji non parametrik (Mann-Whitney
U-test).
Alasan dipilihnya alat uji penelitian
ini dikarenakan untuk mengetahui
perbedaan kinerja keuangan yang diukur
dengan menggunakan rasio keuangan pada
hotel bintang empat dan hotel bintang
lima.

ANALISIS DATA DAN Uji Deskriptif


PEMBAHASAN
Analisis statistik deskriptif masing variabel, yaitu rasio likuiditas,
berfungsi menjelaskan gambaran data rasio leverage, rasio profitabilitas, dan
secara umum tanpa mempengaruhi hasil rasio aktivitas. Tabel 1 berikut ini adalah
akhir penelitian. Analisis statistika hasil dari pengujian deskriptif pada hotel
deskriptif dilakukan terhadap masing- bintang empat dan hotel bintang lima :

6
Tabel 1
Analisis Deskriptif Variabel Penelitian Hotel Bintang 4
Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
Current Ratio 40 .350 6.478 1.730 1.052
Cash Ratio 40 .027 6.039 .836 1.002
Quick Ratio 40 .345 6.329 1.673 1.040
Debt to Total Asset Ratio 40 .109 .900 .357 .189
Debt to Equity Ratio 40 .122 9.036 .920 1.560
Gross Profit Margin 40 -.221 1.189 .564 .222
Net Profit Margin 40 -.456 .803 .083 .195
Return on Asset 40 -.158 .139 .030 .057
Return on Equity 40 -1.584 .236 .023 .274
Inventory Turn Over 40 .000 590.449 108.861 139.355
Fixed Asset Turn Over 40 .114 8.205 1.168 1.484
Total Asset Turn Over 40 .070 1.491 .490 .419
Sumber : Data Diolah

Tabel 2
Analisis Deskriptif Variabel Penelitian Hotel Bintang 5
Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
Current Ratio 24 .809 4.195 1.688 .761
Cash Ratio 24 .050 1.707 .559 .422
Quick Ratio 24 .174 3.146 1.161 .623
Debt to Total Asset Ratio 24 .222 .656 .391 .128
Debt to Equity Ratio 24 .285 1.908 .774 .451
Gross Profit Margin 24 .092 .830 .581 .190
Net Profit Margin 24 .045 .568 .176 .113
Return on Asset 24 .008 .273 .061 .058
Return on Equity 24 .011 .443 .114 .109
Inventory Turn Over 24 .677 348.436 58.005 86.291
Fixed Asset Turn Over 24 .159 5.961 1.497 1.728
Total Asset Turn Over 24 .132 .980 .347 .231
Sumber : Data Diolah

Berdasarkan hasil analisis 2012), sedangkan rata-rata current ratio


deskriptif pada tabel 1 menjelaskan bahwa pada hotel bintang lima adalah sebesar
current ratio terkecil hotel bintang empat 1,688. Sehingga dapat diketahui bahwa
adalah sebesar 0,350 (ICON tahun 2010) rata-rata kemampuan aktiva lancar yang
dan current ratio terbesar adalah 6,478 dimiliki oleh hotel bintang empat selama
(PGLI tahun 2013), sedangkan rata-rata periode tahun 2010 – 2013 untuk
current ratio pada hotel bintang empat membayar kewajiban financial jangka
adalah sebesar 1,730. Sedangkan pada pendeknya lebih baik dibandingkan hotel
tabel 2 menjelaskan bahwa current ratio bintang lima.
terkecil hotel bintang lima adalah sebesar
0,809 (BUVA tahun 2010) dan current Berdasarkan hasil analisis
ratio terbesar adalah 4,195 (JIHD tahun deskriptif pada tabel 1 menjelaskan bahwa

7
cash ratio terkecil hotel bintang empat quick ratio terkecil hotel bintang empat
adalah sebesar 0,027 (ICON tahun 2010) adalah sebesar 0,345 (ICON tahun 2010)
dan cash ratio terbesar adalah 6,039 (PGLI dan quick ratio terbesar adalah 6,329
(PGLI tahun 2013), sedangkan rata-rata
tahun 2013), sedangkan rata-rata cash
quick ratio pada hotel bintang empat
ratio pada hotel bintang empat adalah adalah sebesar 1,673. Sementara itu, pada
sebesar 0,836. Sementara itu, pada tabel 2 tabel 2 menjelaskan bahwa quick ratio
menjelaskan bahwa cash ratio terkecil terkecil hotel bintang lima adalah sebesar
hotel bintang lima adalah sebesar 0,050 0,174 (SHID tahun 2010) dan quick ratio
(SHID tahun 2010) dan cash ratio terbesar terbesar adalah 3,146 (JIHD tahun 2013),
adalah 1,707 (JIHD tahun 2013), sedangkan rata-rata quick ratio pada hotel
bintang lima adalah sebesar 1,161.
sedangkan rata-rata cash ratio pada hotel
Sehingga dapat diketahui bahwa rata-rata
bintang lima adalah sebesar 0,559. kemampuan aktiva lancar tanpa persediaan
Sehingga dapat diketahui bahwa rata-rata yang dimiliki oleh hotel bintang empat
kemampuan kas yang dimiliki oleh hotel selama periode tahun 2010 – 2013 untuk
bintang empat selama periode tahun 2010 membayar kewajiban financial jangka
– 2013 untuk membayar kewajiban pendeknya lebih baik dibandingkan hotel
financial jangka pendeknya lebih baik bintang lima.
Informasi statistik deskriptif
dibandingkan hotel bintang lima.
pada rasio likuiditas melalui pengukuran
Berdasarkan hasil analisis current ratio, cash ratio, dan quick ratio
deskriptif pada tabel 1 menjelaskan bahwa dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1
Grafik Perbandingan Rasio Likuiditas Hotel Bintang 4 dan 5
Sumber : Data Diolah

Berdasarkan hasil analisis asset ratio pada hotel bintang empat


deskriptif pada tabel 1 menjelaskan bahwa adalah sebesar 0,357. Sementara itu, pada
debt to total asset ratio terkecil hotel tabel 2 menjelaskan bahwa debt to total
bintang empat adalah sebesar 0,109 asset ratio terkecil hotel bintang lima
(MAMI tahun 2010) dan debt to total asset adalah sebesar 0,222 (PUDP tahun 2010)
ratio terbesar adalah 0,900 (ICON tahun dan debt to total asset ratio terbesar adalah
2010), sedangkan rata-rata debt to total 0,656 (SSIA tahun 2012), sedangkan rata-

8
rata debt to total asset ratio pada hotel terkecil hotel bintang lima adalah sebesar
bintang lima adalah sebesar 0,391. 0,285 (JIHD tahun 2013) dan debt to
Sehingga dapat diketahui bahwa rata-rata equity ratio terbesar adalah 1,908 (SSIA
aktiva yang dimiliki oleh hotel bintang tahun 2012), sedangkan rata-rata debt to
lima selama periode tahun 2010 – 2013 equity ratio pada hotel bintang lima adalah
lebih besar dibiayai dari hutang sebesar 0,774. Sehingga dapat diketahui
dibandingkan hotel bintang empat. bahwa rata-rata modal sendiri (ekuitas)
Berdasarkan hasil analisis yang dimiliki oleh hotel bintang empat
deskriptif pada tabel 1 menjelaskan bahwa selama periode tahun 2010 – 2013
debt to equity ratio terkecil hotel bintang memiliki kemampuan lebih baik untuk
empat adalah sebesar 0,122 (MAMI tahun membayar seluruh hutangnya
2010) dan debt to equity ratio terbesar dibandingkan hotel bintang lima.
adalah 9,036 (ICON tahun 2010), Informasi statistik deskriptif
sedangkan rata-rata debt to equity ratio pada rasio leverage melalui pengukuran
pada hotel bintang empat adalah sebesar debt to total asset ratio dan debt to equity
0,920. Sementara itu, pada tabel 2 ratio dapat dilihat pada gambar 2 berikut
menjelaskan bahwa debt to equity ratio ini.

Gambar 2
Grafik Perbandingan Rasio Leverage Hotel Bintang 4 dan 5
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan hasil analisis 2013), sedangkan rata-rata gross profit
deskriptif pada tabel 1 menjelaskan bahwa margin pada hotel bintang lima adalah
gross profit margin terkecil hotel bintang sebesar 0,581. Sehingga dapat diketahui
empat adalah sebesar -0,221 (ARTA tahun bahwa rata-rata laba usaha yang dihasilkan
2010) dan gross profit margin terbesar oleh hotel bintang lima selama periode
adalah 1,189 (PNSE tahun 2010), tahun 2010 – 2013 dari pendapatan yang
sedangkan rata-rata gross profit margin diperolehnya lebih baik dibandingkan
pada hotel bintang empat adalah sebesar hotel bintang empat.
0,564. Sementara itu, pada tabel 2 Berdasarkan hasil analisis
menjelaskan bahwa gross profit margin deskriptif pada tabel 1 menjelaskan bahwa
terkecil hotel bintang lima adalah sebesar net profit margin terkecil hotel bintang
0,092 (JIHD tahun 2011) dan gross profit empat adalah sebesar -0,456 (ICON tahun
margin terbesar adalah 0,830 (JIHD tahun 2010) dan net profit margin terbesar

9
adalah 0,803 (ARTA tahun 2011), bintang lima selama periode tahun 2010 –
sedangkan rata-rata net profit margin pada 2013 dari total aktiva yang dikelolanya
hotel bintang empat adalah sebesar 0,083. untuk menghasilkan pendapatan lebih baik
Sementara itu, pada tabel 2 menjelaskan dibandingkan hotel bintang empat.
bahwa net profit margin terkecil hotel Berdasarkan hasil analisis
bintang lima adalah sebesar 0,045 (JIHD deskriptif pada tabel 1 menjelaskan bahwa
tahun 2010) dan net profit margin terbesar return on equity terkecil hotel bintang
adalah 0,568 (JIHD tahun 2013), empat adalah sebesar -1,584 (ICON tahun
sedangkan rata-rata net profit margin pada 2010) dan return on equity terbesar adalah
hotel bintang lima adalah sebesar 0,176. 0,236 (PLIN tahun 2010), sedangkan rata-
Sehingga dapat diketahui bahwa rata-rata rata return on equity pada hotel bintang
laba laba bersih yang dihasilkan oleh hotel empat adalah sebesar 0,023. Sementara itu,
bintang lima selama periode tahun 2010 – pada tabel 2 menjelaskan bahwa return on
2013 dari pendapatan yang diperolehnya equity terkecil hotel bintang lima adalah
lebih baik dibandingkan hotel bintang sebesar 0,011 (SHID tahun 2011) dan
empat. return on equity terbesar adalah 0,443
Berdasarkan hasil analisis (SSIA tahun 2012), sedangkan rata-rata
deskriptif pada tabel 1 menjelaskan bahwa return on equity pada hotel bintang lima
return on assets terkecil hotel bintang adalah sebesar 0,114. Sehingga dapat
empat adalah sebesar -0,158 (ICON tahun diketahui bahwa rata-rata laba bersih yang
2010) dan return on assets terbesar adalah dihasilkan oleh hotel bintang lima selama
0,139 (GMCW tahun 2013), sedangkan periode tahun 2010 – 2013 untuk
rata-rata return on assets pada hotel memenuhi hak pemegang saham lebih
bintang empat adalah sebesar 0,030. tinggi dibandingkan hotel bintang empat,
Sementara itu, pada tabel 2 menjelaskan hal ini mengindikasikan kemampuan laba
bahwa return on assets terkecil hotel bersih yang diperolehnya sebesar 11,4%
bintang lima adalah sebesar 0,008 (SHID bagi pemegang saham.
tahun 2011) dan return on assets terbesar Informasi statistik deskriptif
adalah 0,273 (JIHD tahun 2013), pada rasio profitabilitas melalui
sedangkan rata-rata return on assets pada pengukuran gross profit margin, net profit
hotel bintang lima adalah sebesar 0,061. margin, return on asset, dan return on
Sehingga dapat diketahui bahwa rata-rata equity dapat dilihat pada gambar 3 berikut
laba bersih yang dihasilkan oleh hotel ini.

Gambar 3
Grafik Perbandingan Rasio Profitabilitas Hotel Bintang 4 dan 5
Sumber : Data Diolah

10
Berdasarkan hasil analisis tahun 2012), sedangkan rata-rata fixed
deskriptif pada tabel 1 menjelaskan bahwa asset turnover pada hotel bintang lima
inventory turnover terkecil hotel bintang adalah sebesar 1,497. Sehingga dapat
empat adalah sebesar 0,000 (ARTA tahun diketahui bahwa rata-rata perputaran
2010) dan inventory turnover terbesar aktiva tetap yang dikelola oleh hotel
adalah 590,449 (PSKT tahun 2013), bintang lima selama periode tahun 2010 –
sedangkan rata-rata inventory turnover 2013 dalam menghasilkan pendapatan
pada hotel bintang empat adalah sebesar lebih tinggi dibandingkan hotel bintang
108,861. Sementara itu, pada tabel 2 empat.
menjelaskan bahwa inventory turnover Berdasarkan hasil analisis
terkecil hotel bintang lima adalah sebesar deskriptif pada tabel 1 menjelaskan bahwa
0,677 (JIHD tahun 2012) dan inventory total assets turnover terkecil hotel bintang
turnover terbesar adalah 348,436 (SSIA empat adalah sebesar 0,070 (INPP tahun
tahun 2011), sedangkan rata-rata inventory 2011) dan total assets turnover terbesar
turnover pada hotel bintang lima adalah adalah 1,491 (ICON tahun 2012),
sebesar 58,005. Sehingga dapat diketahui sedangkan rata-rata total assets turnover
bahwa rata-rata perputaran persediaan pada hotel bintang empat adalah sebesar
yang dikelola oleh hotel bintang empat 0,490. Sementara itu, pada tabel 2
selama periode tahun 2010 – 2013 lebih menjelaskan bahwa total assets turnover
tinggi dibandingkan hotel bintang lima, hal terkecil hotel bintang lima adalah sebesar
ini mengindikasikan hotel bintang empat 0,132 (SHID tahun 2011) dan total assets
memiliki kemampuan yang baik dalam turnover terbesar adalah 0,980 (SSIA
melakukan kegiatan penjualan. tahun 2012), sedangkan rata-rata total
Berdasarkan hasil analisis assets turnover pada hotel bintang lima
deskriptif pada tabel 1 menjelaskan bahwa adalah sebesar 0,347. Sehingga dapat
fixed asset turnover terkecil hotel bintang diketahui bahwa rata-rata perputaran total
empat adalah sebesar 0,114 (INPP tahun asset atau aktiva yang dimiliki oleh hotel
2012) dan fixed asset turnover terbesar bintang empat selama periode tahun 2010
adalah 8,205 (ICON tahun 2013), – 2013 dalam menghasilkan pendapatan
sedangkan rata-rata fixed asset turnover lebih tinggi dibandingkan hotel bintang
pada hotel bintang empat adalah sebesar lima.
1,168. Sementara itu, pada tabel 2 Informasi statistik deskriptif
menjelaskan bahwa fixed asset turnover pada rasio aktivitas melalui pengukuran
terkecil hotel bintang lima adalah sebesar inventory turnover, fixed asset turnover,
0,677 (SHID tahun 2011) dan fixed asset dan total asset turnover dapat dilihat pada
turnover terbesar adalah 0,443 (SSIA gambar 4 berikut ini.

11
Gambar 4
Grafik Perbandingan Rasio Aktivitas Hotel Bintang 4 dan 5
Sumber : Data Diolah

Hasil Analisis dan Pembahasan


Tabel 3
Hasil Uji Independent Sample T-test
Rasio Selisih Sig.
t-hitung df t-tabel
Kinerja Keuangan Rata-Rata (2-tailed)
Quick Ratio 0,512 2.184 2 1,960 0.033
Debt to Total Asset Ratio -0,034 -0.778 2 1,960 0.440
Gross Profit Margin -0,017 -0.313 2 1,960 0.755
Sumber : Data Diolah

Berdasarkan hasil analisis lancar untuk membayar kewajiban jangka


Independent Sampel T-test pada tabel 3 pendek yang lebih baik dibandingkan hotel
variabel quick ratio menghasilkan t-hitung bintang lima tanpa memperhitungkan
sebesar 2.184 dengan nilai signifikansi persediaan yang dimilikinya, karena
sebesar 0.033. Nilai t-hitung yang persediaan merupakan asset yang paling
dihasilkan lebih besar dari nilai t-tabel (t- tidak likuid.
hitung > t-tabel) dan nilai signifikansi Pada variabel debt to total asset
kurang dari 0,05 (signifikan < 5%), ratio menghasilkan t-hitung sebesar -0.778
sehingga diputuskan Ho ditolak dan H1 dengan nilai signifikansi sebesar 0.440.
diterima. Kesimpulannya terdapat Nilai t-hitung yang dihasilkan lebih kecil
perbedaan signifikan pada quick ratio dari nilai t-tabel (t-hitung < t-tabel) dan
hotel bintang empat dan hotel bintang nilai signifikansi lebih dari 0,05
lima. Hal ini mengindikasikan bahwa (signifikan > 5%), sehingga diputuskan Ho
kemampuan hotel bintang empat dan diterima dan H1 ditolak. Kesimpulan yang
bintang lima dalam memenuhi kewajiban dapat ditarik adalah tidak terdapat
financial jangka pendek yang dibiayai dari perbedaan signifikan pada debt to total
aktiva lancar tanpa memperhitungkan asset ratio hotel bintang empat dan hotel
persediaan berbeda secara signifikan. bintang lima. Hal ini mengindikasikan
Karena pada hotel bintang empat bahwa total aktiva yang dibiayai dari
cenderung memiliki kemampuan aktiva hutang pada hotel bintang empat dan

12
bintang lima tidak berbeda secara 5%) sehingga diputuskan Ho diterima dan
signifikan. H1 ditolak, dan disimpulkan tidak terdapat
Variabel gross profit margin perbedaan signifikan pada gross profit
menghasilkan t-hitung sebesar -0.313 margin hotel bintang empat dan hotel
dengan nilai signifikansi sebesar 0.755. bintang lima. Hal ini mengindikasikan
Nilai t-hitung yang dihasilkan kurang dari bahwa laba kotor yang diperoleh hotel
nilai t tabel (t-hitung < t-tabel) dan nilai bintang empat dan bintang lima tidak
signifikansi lebih dari 0,05 (signifikan > berbeda secara signifikan.

Tabel 4
Hasil Uji Mann-Whitney U-test
Rasio Likuiditas dan Leverage
Selisih Mann-Whitney Sig.
Kinerja Keuangan
Rata-Rata U-test (2-tailed)
Current Ratio 0,042 473.000 0,923
Cash Ratio 0,278 403.000 0.286
Debt to Equity Ratio 0,512 365.000 0.111
Sumber : Data Diolah

Berdasarkan hasil analisis uji Pada hotel bintang empat memiliki


Mann-Whitney U-test Current Ratio pada current ratio yang lebih besar
tabel 4 nilai statistik uji Mann-Whitney dibandingkan hotel bintang lima, yaitu
sebesar 473,00 dengan nilai signifikansi terdapat selisih rasio sebesar 4,2%, begitu
sebesar 0,923. Nilai signifikansi lebih dari pula cash ratio hotel bintang empat juga
0,05 (signifikan > 5%) sehingga lebih besar dibandingkan hotel bintang
diputuskan Ho diterima dan Ha ditolak, dan lima, yaitu terdapat selisih rasio sebesar
disimpulkan tidak terdapat perbedaan 27,8%, walaupun perbedaan tersebut
signifikan pada current ratio hotel bintang disimpulkan tidak signifikan.
empat dan hotel bintang lima. Hal ini Sedangkan pada hasil analisis uji
mengindikasikan bahwa kemampuan hotel Mann-Whitney U-test Debt to Equity Ratio
bintang empat dan bintang lima dalam pada tabel 4 nilai statistik uji Mann-
memenuhi kewajiban financial jangka Whitney sebesar 365,00 dengan nilai
pendek yang dibiayai dari aktiva lancar signifikansi sebesar 0,111. Nilai
tidak berbeda secara signifikan. signifikansi lebih dari 0,05 (signifikan >
Pada hasil analisis uji Mann- 5%) sehingga diputuskan Ho diterima dan
Whitney U-test Cash Ratio pada tabel 4 Ha ditolak, dan disimpulkan tidak terdapat
nilai statistik uji Mann-Whitney sebesar perbedaan signifikan pada debt to equity
403,00 dengan nilai signifikansi sebesar ratio hotel bintang empat dan hotel
0,286. Nilai signifikansi lebih dari 0,05 bintang lima. Hal ini mengindikasikan
(signifikan > 5%) sehingga diputuskan Ho bahwa total aktiva yang dibiayai dari
diterima dan Ha ditolak, dan disimpulkan hutang pada hotel bintang empat dan
tidak terdapat perbedaan signifikan pada bintang lima tidak berbeda secara
cash ratio hotel bintang empat dan hotel signifikan. Disamping itu, hal ini juga
bintang lima. Hal ini mengindikasikan mengindikasikan kemampuan perusahaan
bahwa kemampuan hotel bintang empat dalam memenuhi seluruh kewajibannya
dan bintang lima dalam memenuhi dari modal sendiri tidak ada perbedaan
kewajiban financial jangka pendek yang yang signifikan.
dibiayai dari aktiva lancar tidak berbeda
secara signifikan.

13
Tabel 5
Hasil Uji Mann-Whitney U-test
Rasio Profitabilitas
Selisih Mann-Whitney Sig.
Kinerja Keuangan
Rata-Rata U-test (2-tailed)
Net Profit Margin -0,092 203.000 0,000
Return on Asset -0,032 271.000 0.004
Return on Equity -0,091 290.000 0.008
Sumber : Data Diolah

Berdasarkan hasil analisis uji Untuk hasil analisis uji Mann-


Mann-Whitney U-test Net Profit Margin Whitney U-test Return on Asset pada tabel
pada tabel 5 nilai statistik uji Mann- 5 nilai statistik uji Mann-Whitney sebesar
Whitney sebesar 203,00 dengan nilai 271,00 dengan nilai signifikansi sebesar
signifikansi sebesar 0,000. Nilai 0,004. Nilai signifikansi yang dihasilkan
signifikansi yang dihasilkan kurang dari kurang dari 0,05 (signifikan < 5%)
0,05 (signifikan < 5%) sehingga sehingga diputuskan Ho ditolak dan Ha
diputuskan Ho ditolak dan Ha diterima, dan diterima, dan disimpulkan terdapat
disimpulkan terdapat perbedaan signifikan perbedaan signifikan pada return on asset
pada net profit margin hotel bintang empat hotel bintang empat dan hotel bintang
dan hotel bintang lima. Hal ini lima. Hal ini mengindikasikan bahwa
mengindikasikan bahwa kemampuan hotel kemampuan hotel bintang empat dan
bintang empat dan bintang lima dalam bintang lima dalam memperoleh laba
memperoleh laba bersih dari operasional bersih dari operasional usahanya,
usahanya, efektifitas pengelolaan asset efektifitas pengelolaan asset untuk
untuk memperoleh laba, dan efektifitas memperoleh laba, dan efektifitas
operasional dalam memberikan operasional dalam memberikan
keuntungan bagi pemilik saham berbeda keuntungan bagi pemilik saham berbeda
secara signifikan. Pada hotel bintang lima secara signifikan. Pada hotel bintang lima
cenderung mampu menghasilkan laba cenderung mampu menghasilkan laba
bersih yang lebih tinggi dibandingkan bersih yang lebih tinggi dibandingkan
hotel bintang empat, hal tersebut hotel bintang empat, hal tersebut
dikarenakan rata-rata pendapatan yang mengindikasikan bahwa hotel bintang lima
diperoleh hotel bintang lima tidak hanya mampu meningkatkan pendapatan dari
terkait usaha jasa perhotelan saja, namun total aktiva yang dikelolanya. Sedangkan
berasal dari usaha yang lain seperti ; usaha pada hotel bintang empat, total aktiva yang
real estate, jasa konstruksi, jasa dikelola tidak hanya bersumber dari
manajemen, dan jasa telekomunikasi, kepemilikan sendiri, tetapi juga bersumber
dimana pendapatan tersebut memberikan dari asset milik pihak lain. Hal tersebut
kontribusi yang cukup besar dalam mengindikasikan bahwa kegiatan usaha
memperoleh laba yang dihasilkan. hotel bintang empat bisa jadi dilakukan
Sedangkan pada hotel bintang empat rata- dalam bentuk frenchise, kerjasama
rata pendapatan tidak hanya diperoleh dari operasional (KSO), bangun kelola alih
lingkup usaha jasa perhotelan saja, tetapi atau build of transfer (BOT) yang dimiliki
ada juga pendapatan yang diperoleh dari oleh entitas anak perusahaan (PT.
usaha yang lain seperti ; pengelolaan pusat Indonesian Paradise Property, Tbk., 2013 /
perbelanjaan, sewa perkantoran, dan Hotel Harris).
penjualan apartemen. Sedangkan pada analisis uji Mann-
Whitney U-test Return on Equity pada
14
tabel 5 nilai statistik uji Mann-Whitney bintang lima mampu meningkatkan
sebesar 290,00 dengan nilai signifikansi pendapatan dari total aktiva yang
sebesar 0,008. Nilai signifikansi yang dikelolanya. Pada hotel bintang lima
dihasilkan kurang dari 0,05 (signifikan < memiliki kemampuan yang lebih tinggi
5%) sehingga diputuskan Ho ditolak dan dalam menghasilkan laba bersih bagi
Ha diterima, dan disimpulkan terdapat pemegang saham dibandingkan hotel
perbedaan signifikan pada return on equity bintang empat. Berdasarkan laporan
hotel bintang empat dan hotel bintang kinerja keuangan yang di analisa
lima. Hal ini mengindikasikan bahwa menunjukkan bahwa manajemen
kemampuan hotel bintang empat dan perusahaan pada hotel bintang lima telah
bintang lima dalam memperoleh laba menetapkan kebijakan pembagian deviden
bersih dari operasional usahanya, bagi pemegang saham dari laba bersih
efektifitas pengelolaan asset untuk yang diperolehnya lebih dari 50% (PT.
memperoleh laba, dan efektifitas Hotel Sahid Jaya Internasional, Tbk., 2013
operasional dalam memberikan / Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta).
keuntungan bagi pemilik saham berbeda Sedangkan pada hotel bintang empat,
secara signifikan. Hal ini ditunjukkan pada manajemen perusahaan memutuskan untuk
hotel bintang lima yang cenderung mampu tidak membagikan deviden kepada para
menghasilkan laba bersih lebih tinggi pemegang saham. Namun, laba bersih
dibandingkan hotel bintang empat, hal yang diperoleh dialokasikan sebagai
tersebut mengindikasikan bahwa hotel cadangan umum perusahaan.

Tabel 6
Hasil Uji Mann-Whitney U-Test
Rasio Aktivitas
Selisih Mann-Whitney Sig.
Kinerja Keuangan
Rata-Rata U-test (2-tailed)
Inventory Turn Over 50,857 296.000 0,011
Fixed Asset Turn Over -0,329 414.000 0.360
Total Asset Turn Over 0,143 447.000 0.647
Sumber : Data Diolah

Berdasarkan hasil analisis uji memperoleh pendapatan dibandingkan


Mann-Whitney U-test Inventory Turn Over hotel bintang lima. Hal tersebut
pada tabel 6 nilai statistik uji Mann- dikarenakan bahwa persediaan yang
Whitney sebesar 296,00 dengan nilai dimiliki pada hotel bintang empat hanya
signifikansi sebesar 0,011. Nilai terfokus pada kegiatan jasa perhotelan.
signifikansi yang dihasilkan kurang dari Sedangkan pada laporan kinerja keuangan
0,05 (signifikan < 5%) sehingga hotel bintang lima menunjukkan bahwa
diputuskan Ho ditolak dan Ha diterima, dan persediaan yang dimiliki tidak hanya
disimpulkan terdapat perbedaan signifikan terkait usaha perhotelan saja, tetapi
pada inventory turnover hotel bintang persediaan dari usaha real estate seperti
empat dan hotel bintang lima. Hal ini persediaan bangunan yang siap dijual,
mengindikasikan bahwa efisiensi hotel contohnya apartemen strata title ”SCBD
bintang empat dan bintang lima dalam Suites” dan ruang komersial di gedung
pengelolaan persediaannya berbeda secara perkantoran. Selain itu juga memiliki
signifikan. Hasil penelitian ini ditunjukkan persediaan tanah siap dikembangkan untuk
oleh hotel bintang empat yang cenderung pembangunan proyek property atau real
memiliki kemampuan lebih baik dalam estate, dimana persediaan tersebut
mengelola persediaannya untuk
15
memerlukan waktu yang lama untuk aktiva tetap dan properti investasi berupa
memperoleh pendapatan. pembelian tanah untuk pembangunan
Untuk hasil analisis uji Mann- properti dan real estate maupun properti
Whitney U-test Fixed Asset Turn Over investasi dalam rangka bangun kelola alih
pada tabel 6 nilai statistik uji Mann- (BOT) baik oleh entitas anak perusahaan
Whitney sebesar 414,00 dengan nilai dari aset yang dimiliki dapat dikelola
signifikansi sebesar 0,360. Nilai secara efektif untuk menciptakan
signifikansi yang dihasilkan lebih besar pendapatan yang tidak hanya diperoleh
dari 0,05 (signifikan > 5%) sehingga dari lingkup usaha jasa perhotelan saja,
diputuskan Ho diterima dan Ha ditolak, dan tetapi juga pendapatan lain seperti ; service
disimpulkan tidak terdapat perbedaan charge dari pengelolaan pusat
signifikan pada fixed asset turnover hotel perbelanjaan, sewa perkantoran, dan
bintang empat dan hotel bintang lima. Hal penjualan apartemen serta pendapatan dari
ini mengindikasikan bahwa efektifitas parkir dan promosi di pusat perbelanjaan
dalam meningkatkan pendapatan dari (PT. Plaza Indonesia Realty, Tbk., 2013 /
aktiva tetap maupun total aktiva pada hotel Hotel Grand Hyatt Jakarta). Sedangkan
bintang empat dan bintang lima tidak laporan kinerja keuangan hotel bintang
berbeda secara signifikan. lima yang di analisa menunjukkan bahwa
Sedangkan pada hasil analisis uji perolehan aktiva tetap dan properti
Mann-Whitney U-test Total Asset Turn investasi juga mampu menciptakan
Over pada tabel 6 nilai statistik uji Mann- pendapatan yang tidak hanya diperoleh
Whitney sebesar 447,00 dengan nilai dari lingkup usaha jasa perhotelan saja,
signifikansi sebesar 0,647. Nilai tetapi juga pendapatan lain seperti ; usaha
signifikansi yang dihasilkan lebih besar real estate, jasa konstruksi, jasa
dari 0,05 (signifikan > 5%) sehingga manajemen, dan jasa telekomunikasi,
diputuskan Ho diterima dan Ha ditolak, dan dimana pendapatan tersebut memberikan
disimpulkan tidak terdapat perbedaan kontribusi yang sangat besar dalam
signifikan pada total asset turnover hotel memperoleh laba yang dihasilkan (PT.
bintang empat dan hotel bintang lima. Hal Jakarta Setyabudi International, Tbk., 2013
ini mengindikasikan bahwa efektifitas / Hotel Grand Hyatt Bali). Disamping itu,
dalam meningkatkan pendapatan dari berdasarkan laporan kinerja keuangan
aktiva tetap maupun total aktiva pada hotel hotel bintang empat dan hotel bintang lima
bintang empat dan bintang lima tidak menunjukkan bahwa semua aktiva, baik
berbeda secara signifikan. aktiva lancar dan aktiva tetap yang
Berdasarkan laporan kinerja dimilikinya mampu dikelola secara efektif
keuangan hotel bintang empat yang di untuk menciptakan pendapatan.
analisa menunjukkan bahwa perolehan

KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN bintang empat dan hotel bintang lima


DAN KETERBATASAN disimpulkan terdapat perbedaan kinerja
Berdasarkan hasil pengujian Mann- keuangan yang signifikan selama kurun
Whitney U-test pada variabel likuiditas waktu tahun 2010 sampai tahun 2013.
yang diwakili current ratio dan cash ratio Pada variabel leverage yang
disimpulkan tidak terdapat perbedaan diwakili debt to total asset ratio dan debt
kinerja keuangan yang signifikan pada to equity ratio, baik melalui hasil
hotel bintang empat dan hotel bintang pengujian independent sample T-test dan
lima. Namun, hasil pengujian independent hasil pengujian Mann-Whitney U-test,
sample T-test pada quick ratio hotel keduanya disimpulkan tidak terdapat

16
perbedaan kinerja keuangan yang perbedaan kinerja keuangan
signifikan pada hotel bintang empat dan perusahaan.(2) Keterbatasan mengakses
hotel bintang lima selama kurun waktu informasi secara langsung untuk
tahun 2010 sampai tahun 2013. Hal ini melakukan konfirmasi data keuangan pada
sependapat dengan hasil penelitian yang pihak perusahaan. Karena pengambilan
dilakukan oleh Shindu Bayu Adi (2008). data hanya berdasarkan data sekunder
Hasil pengujian independent berupa laporan keuangan yang terpublikasi
sample T-test pada variabel profitabilitas di situs resmi Bursa Efek Indonesia.
yang diwakili gross profit margin Berdasarkan pada hasil dan
disimpulkan tidak terdapat perbedaan keterbatasan penelitian, maka saran yang
kinerja keuangan yang signifikan pada dapat diberikan pada peneliti selanjutnya
hotel bintang empat dan hotel bintang adalah sebaiknya lebih banyak mencari
lima. Namun, hasil pengujian Mann- sampel penelitian baik dari segi jumlah
Whitney U-test pada net profit margin, perusahaan yang diteliti maupun tahun
return on asset, dan return on equity hotel peneitian. Selain itu perlunya melakukan
bintang empat dan hotel bintang lima wawancara secara langsung pada pihak
disimpulkan terdapat perbedaan kinerja perusahaan untuk lebih memahami
keuangan yang signifikan selama kurun aktivitas perusahaan dan memperkuat
waktu tahun 2010 sampai tahun 2013. informasi tentang data yang diperoleh
Hasil pengujian Mann-Whitney U- untuk penelitian.
test untuk semua variabel aktivitas, pada Bagi Perusahaan, agar lebih
inventory turnover disimpulkan terdapat meningkatkan aktiva lancar dan
perbedaan kinerja keuangan yang mengurangi pinjaman hutang ke pihak
signifikan pada hotel bintang empat dan luar, sehingga pengelolaan perusahaan
hotel bintang lima. Sedangkan untuk fixed dapat dijalankan lebih efektif. Perusahaan
asset turnover dan total asset turnover juga perlu meningkatkan aktiva tetap,
disimpulkan tidak terdapat perbedaan persediaan, piutang, dan seluruh aktiva
kinerja keuangan yang signifikan pada perusahaan lebih efektif dan efisien.
hotel bintang empat dan hotel bintang lima Bagi investor, sebaiknya lebih jeli
selama kurun waktu tahun 2010 sampai dalam mengetahui kinerja keuangan
tahun 2013. perusahaan sebelum menanamkan
Dalam penelitian ini memiliki modalnya. Lakukan analisa terlebih dahulu
keterbatasan : (1) Terbatasnya jumlah bagaimana kinerja perusahan dari tahun ke
sampel penelitian berupa perusahaan yang tahun berdasarkan rasio keuangan
bergerak di bidang perhotelan menjadi perusahaan. Dengan begitu investor akan
salah satu penghambat yang cukup berarti. mengetahui perusahaan tersebut akan
Selain itu periode pengamatan selama 4 memberikan keuntungan atau tidak atas
tahun dirasa kurang akurat untuk menguji penanaman modal yang dilakukan.

DAFTAR RUJUKAN
Agus Sawir, 2001, Analisis Kinerja warning dan Tidak Travel
Keuangan dan Perencanaan Warning”. Accounting Analysis
Keuangan Perusahaan, Cetakan Journal.Vol. 1, No. 1, Agustus
Kedua, Jakarta, PT Gramedia 2008.
Pustaka Utama. Blog Informasi Hotel.2014.Klasifikasi
Bayu Adi.2008. “Analisis Perbedaan Hotel Berdasarkan Bintang. Blog
Kinerja Keuangan Perusahaan Info Jenis Hotel Bintang.
Travel, Hotel, Pariwisata, dan www.jenishotel.info. Akses tanggal
Transportasi yang terdafatar di BEI 15 September 2014.
pada saat terjadinya Travel

17
Darmawan Dwi, dan Suartana W.2013. Fakultas Ekonomi – Universitas
“Kinerja Keuangan sebagai Dasar Widyatama
Pengambilan Keputusan Investas di Jumrin Asyikin, dan Veronica Suryanti
Dhyana Pura Beach Resort Tanu.2011. “Analisis Perbandingan
Seminyak Kuta Badung”. Jurnal Kinerja Keuangan Antara
Manajemen Agribisnis. Vol. 1, Perusahaan Farmasi Milik
No.2, Oktober 2013. Hlm. 24-42 Pemerintah (BUMN) dengan
Dilla Anggraini.2010. “Analisa Laporan Perusahaan Farmasi Swasta yang
Keuangan Guna Menilai Kinerja trdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Pada PT. Hotel Indonesia Natour Jurnal Spread.Vol. 1, No.1, April
(Dharma Deli Medan)”. Jurnal 2011. Hlm. 36-48.
Akuntansi Keuangan. Universitas Luluk Muhimatul, dan Hairida
Sumatra Utara. Hapsari.2012.Pengaruh Intelectual
Fauzi Muhammad.2012. “Analisis Capital Terhadap Kinerja
Perbandingan Kinerja Keuangan Keuangan Perusahaan Publik (Non
Bank Syariah dengan Keuangan) di Indonesia”. Jurnal
Menggunakan Income Statement rev Akuntansi dan Keuangan. Vol.
Approach dan Value Added 2, No. 1, April 2012.Hlm. 181-194.
Approach (Studi Bank Syariah di Marsel Pongoh.2013. “Analisis Laporan
Indonesia)”. Jurnal Ekonomi. Vol. Keuangan untuk Menilai Kinerja
7, No. 2, Desember 2012 Keuangan PT. Bumi Resource
Gelisha D.K.P. 2011. “Pengaruh Struktur Tbk”. Jurnal EMBA. Vol 1, No. 3,
Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, September 2013. Hlm. 669-679.
dan Umur Perusahaan Terhadap Nur Fatiah, dan Rawintan E.2010.
Kinerja Intellectual Capital”. “Analisis Perbandingan Kinerja
Skripsi Fakultas Ekonomi Keuangan pada Pemerintah Kota
Universitas Diponegoro Semarang. Banjarmasin dengan Pemerintah
Ikatan Akuntan Indonesia.2002. Standar Kota Banjarbaru tahun 2004-
Akuntansi Keuangan, Jakarta, 2008”. Jurnal Ekonomi
Salemba Empat. Pembangunan Manajemen dan
Ikatan Akuntan Indonesia.2006. Akuntansi. Vol. 9, No. 1, April
Pernyataan Standar Akuntansi 2010. Hlm. 92-101.
Keuangan. Dewan Standar Rahman Mubarok, dan Farida Ratna
Akuntansi Keuangan Ikatan Dewi.2010. “Analisis Kinerja
Akuntan Indonesia. Jakarta. Keuangan Perusahaan dengan
www.google.co.id. Akses tanggal metode Economic Value Added
22 Maret 2014. (EVA) (Studi Kasus Perusahaan
Indrawati Y, dan Donny A.2007. “Analisis Otomotif go public)”. Jurnal
Perbedaan Kinerja keuangan pada Manajemen dan Organisasi. Vol.
Koperasi Mandiri di Kabupaten 1, No.2, Agustus 2010. Hlm. 107-
Banyuwangi atas Jasa Kantor 117.
Akuntan Publik”. Jurnal Riset Ratih Puspitasari.2012. “Analisa Laporan
Ekonomi dan Bisnis. Vol. 7, No. 1, Keuangan Guna Mengukur Kinerja
Maret 2007. Keuangan PT. Astra Internasional
Irawati, Rosa.2005. “Analisis Laporan Tbk”. Jurnal Ilmiah Kesatuan.
Keuangan Dalam Bentuk Rasio Vol. 14, No. 1, April 2012.
Untuk Membandingkan Kinerja Rohana.2011. “Analisis Laporan
Perusahaan (Studi survey pada Keuangan pada Hotel Syariah di
perusahaan jasa perhotelan)”. Indonesia”. Skripsi sarjana
Skripsi sarjana diterbitkan,

18
diterbitkan, STIE Perbanas Perhotelan. Jakarta Badan
Surabaya. Pengawas Pasar Modal.
Surat Edaran Badan Pengawas Pasar Yuli Orniati.2009. “Laporan Keuangan
Modal. 2002. Pedoman Penyajian Sebagai Alat Untuk Menilai
dan Pengungkapan Laporan Kinerja Keuangan”. Jurnal
Keuangan Emiten atau Ekonomi Bisnis.No. 3, Nopember
Perusahaan Publik – Industri 2009. Hlm. 206-213.

19
22

You might also like