157 Other 643 1 10 20180115 PDF

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Jurnal Mutiara Ners, 1-10

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN


PERILAKU PASIEN HIV/AIDS
1)
Nur’Ainun Jambak, 2) Aria Wahyuni
1)
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukit Tinggi
Email :ainunjambak@gmail.com
2)
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukit Tinggi
Email :ariawahyuni@gmail.com

ABSTRACT
Treatment of HIV/AIDS can be given by medical and supported by behavioral changes. This study
aims to determine the factors that influence behavior change in patients with HIV/AIDS. Design of
the research is descriptive analytic with cross sectional study. This research was conducted in a
clinic HIV/AIDS of a hospital in Bukittinggi West Sumatera. The population of this study is that
patients with HIV / AIDS who actively visiting the clinic HIV / AIDS amounted to 98 people. he
sample taken by purposive sampling as many as 82 people with the criteria of patients willing to
be sampled. The data were analyzed using univariate and bivariate analysis (Chi-Square Test).The
result showed most respondents have a high knowledge (61%), high motivation (57.3%), good
family support (51.2%), counseling is high (59.8%) and behavioral changes in a positive direction
(52 , 4%). Statistical analysis showed the relationship between knowledge (p = 0.005; OR = 7),
motivation (p = 0.005; OR = 9.84), family support (p = 0.005; OR = 6.57) and counseling HIV /
AIDS ( p = 0.005; OR = 7.81) with the change in the behavior of patients with HIV / AIDS. It can
be concluded there is a relation between knowledge, motivation, counseling and family support
behavior change HIV / AIDS patients.Expected at the hospital and the respondent is always active
giving and receiving counseling in order to reduce the incidence of HIV / AIDS and is expected to
families receiving family members of HIV / AIDS. The next research is done with different
variables such as perception, emotion, age, peer support.

Keywords : Behavioral Change, HIV/AIDS

1. PENDAHULUAN penyakit akibat lemahnya sistem


Acquired Immune Deficiency kekebalan tubuh ini disebut dengan
Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan AIDS (Acquired Immune Deficiency
gejala penyakit yang disebabkan oleh syndrome) (Murni, 2011)
Human Immunodeficiency Virus (HIV). United Nation Programeon
Virus HIV ditemukan dalam cairan HIV/AIDS (UNAIDS) memperkirakan
tubuh terutama pada darah, cairan pada tahun 1993 jumlah penderita HIV
sperma, cairan vagina, dan air susu ibu. di dunia sebanyak 12 juta orang dan
Virus tersebut merusak sistem kekebalan pada akhir tahun 2000 sebanyak 20 juta
tubuh manusia dan mengakibatkan orang. Prevalensi AIDS pada tahun 1993
turunnya atau hilangnya daya tahan sebesar 900.000, sedangkan pada akhir
tubuh sehingga mudah terjangkit tahun 2000 sebesar 2 juta. Pada tahun
penyakit infeksi (Marubeny, 2013). HIV 2001 insidensi infeksi HIV–baru pada
(Human Immunodeficiency Virus) anak sebanyak 800.000 dengan 580.000
adalah virus yang menyerang sistem kematian akibat HIV/AIDS. Dari
kekebalan tubuh manusia dan 800.000 anak, 65.000 kasus
melemahkan kemampuan tubuh untuk diperkirakan terjadi di Asia Selatan dan
melawan segala penyakit yang datang. Asia Tenggara (Widoyono, 2011). Di
Pada saat kekebalan tubuh mulai Asia terdapat 4.9 juta yang terinfeksi
melemah, maka menimbulkan masalah HIV, 440 ribu diantaranya adalah infeksi
kesehatan. Gejala umum yang timbul baru dan telah menyebabkan kematian
antara lain demam , batuk, atau diare 300 ribu orang di tahun 2007. Cara
secara terus-menerus. Kumpulan gejala penularan di Asia sangat bervariasi,

1
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

namun yang mendorong epidemi adalah HIV/AIDS pada tahun 2013 sebanyak
tiga perilaku yang berisiko tinggi: seks 91 orang.Sampai pada bulan Juni 2014
komersial yang tidak terlindungi, terdapat 98 pasien HIV/AIDS yang lama
berbagi alat suntik di kalangan dan masih aktif menjalani pengobatan
pengguna napza dan seks antar lelaki dan konseling di Poliklinik. Rata-rata
yang tidak terlindungi (KPAN& Mboi, kunjungan pasien pada hari senin dan
2010). kamis adalah 4-5 orang perhari. Pasien
Penyimpangan perilaku yang dulu yang berkunjung tidak hanya pasien
dilakukan oleh pasien HIV adalah yang positif terkena HIV,namun ada
berganti-ganti pasangan dalam juga pasien yang beresiko yang ingin
melakukan hubungan seksual. melakukan test HIV.
Menggunakan alat suntik yang tidak Berpijak pada fenomena tersebut dan
steril dan penggunaannya yang melihat Kota Bukittinggi merupakan
dilakukan secara bergantian khususnya salah satu kota yang kental dengan nilai
pada pasien penahun. Penyimpangan spiritual maka penting dilakukan
perilaku individu maupun masyarakat penelitian yang bertujuan melihat
tersebut mempunyai pengaruh yang perubahan perilaku ke arah yang lebih
besar terhadap potensi peningkatan baik sehingga dapat mengurangi angka
penyebaran penyakit HIV/AIDS. terjadi HIV AIDS yang tercatat di kota
Penanganan penyakit HIV/AIDS jelas Bukittinggi. Tujuan penelitian ini adalah
tidak mungkin mengandalkan untuk mengetahui faktor-faktor yang
penanganan dari segi medis saja, berhubungan dengan perubahan prilaku
melainkan juga memerlukan perhatian pasien HIV/AIDS di salah rumah sakit
tentang faktor perilaku. Perilaku yang ada di Kota Bukittinggi.
merupakan faktor terbesar kedua setelah
faktor lingkungan yang mempengaruhi 2. METODE PENELITIAN
kelompok atau masyarakat. Jenis penelitian ini adalah analitik
Perubahan yang dilakukan pasien dengan desain penelitian Cross
HIV/AIDS antara lain perubahan sosial, Sectional Study, untuk melihat
perubahan kesehatan dan lain-lain. hubungan pengetahuan, motivasi,
Perubahan perilaku tersebut terjadi dukungan keluarga, dan konseling
karena mereka mendapatkan pendidikan terhadap perubahan perilaku pasien
kesehatan, konseling dan arahan dari HIV/AIDS. Populasi penelitian ini
petugas kesehatan.Perubahan perilaku adalah semua pasien HIV/AIDS yang
yang dijalani pasien HIV/AIDS antara tercatat di Poliklinik berjumlah 98 orang
lain lebih rajin olahraga, lebih sedangkan sampel diambil
memperhatikan asupan makanan yang menggunakan teknik pengambilan
dikonsumsi, melakukan kegiatan seperti sampling purposive sampling sebanyak
akupuntur, mendengar ceramah dan 82 orang dengan kriteria pasien bersedia
tidak berganti-ganti pasangan. menjadi sampel saat dilakukan
Hasil pendataan Depkes Provinsi penelitian. Alat pengumpulan data yaitu
Sumatera Barat memiliki jumlah kuesioner tentang pengetahuan yang
kumulatif AIDS sampai tahun 2012 diadop dari Budiman tahun 2013,
sebanyak 802 kasus. Jumlah kumulatif motivasi, dukungan keluarga, konseling,
positif penderita HIV/AIDS di Kota dan perilaku pasien HIV/AIDS yang
Bukittinggi pada tahun akhir September sudah dilakukan uji validitas dan
2013 tercatat sebanyak 165. Dari data reliabilitas sehingga dapat digunakan
tersebut Kota Bukittinggi mendapat dalam penelitian. Analisa data meliputi
rangking kedua dalam jumlah penderita analisa univariat dan bivariat dengan
HIV/AIDS se-Sumbar (Ditjen PP & PL, menggunakan uji statistik yang
2013). Studi pendahuluan yang digunakan adalah uji chi-square
dilakukan disebuah rumah sakit di Kota
Bukittinggi didapatkan jumlah pasien

2
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

3. HASIL DAN PEMBAHASAN pengetahuan, motivasi, dukungan


A. Analisa Univariat keluarga, konseling dan perubahan
Analisa univariat bertujuan untuk perilaku
mengetahui distribusi frekuensi

Tabel1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan, Motivasi, Dukungan Keluarga,


Konseling, Dan Perubahan Perilaku Pasien HIV/AIDS
No Kategori Jumlah Persentase (%)
Pengetahuan
1 Rendah 32 39
2 Tinggi 50 61
Total 82 100
Motivasi
1 Rendah 35 42,7
2 Tinggi 47 57,3
Total 82 100
Dukungan Keluarga
1 Tidak Mendukung 40 48,8
2 Mendukung 42 51,2
Total 82 100
Konseling HIV/AIDS
1 Rendah 33 40,2
2 Tinggi 49 59,8
Total 82 100
Perubahan Perilaku
1 Tidak Berubah 39 47,6
2 Berubah 43 52,4
Total 82 100

Hasil data yang telah dilakukan sebagian besar responden memiliki


terhadap 82 responden HIV/AIDS di pemahaman yag tinggi tentang
Poliklinik menunjukkan bahwa lebih HIV/AIDS. Kondisi tersebut
dari sebagian yaitu 50 responden (61%) menunjukkan bahwa semakin tinggi
mempunyai pengetahuan yang tinggi Pemahaman Tentang HIV/AIDS yang
dengan pengetahuan yang rendah ada 32 dimiliki subjek maka Kecemasan
responden (39%). Hasil penelitian ini TertularHIV/AIDS semakin
sejalan dengan penelitian Nugrahaeni tinggi.Sebaliknya, semakin rendah
(2009) tentang Pengaruh Konseling Pemahaman Tentang HIV/AIDS yang
Terhadap Pengetahuan dan Sikap dimiliki subjek maka Kecemasan
ODHA (Studi Di Kec. Margahayu Tertular HIV/AIDS semakinrendah.
Bandung), dimana dari hasil analisis Responden yang memiliki
univariat penelitian dari 58 orang pengetahuan rendah disebabkan
responden menunjukan sebagian kurangnya keaktifan dalam mencari
responden mempunyai pengetahuan informasi yang berhubungan dengan
yang tinggi. Hasil penelitian ini juga pencegahan dan perubahan perilaku
sejalan dengan penelitian yang HIV/AIDS. Sebagian besar responden
dilakukan Anurmalasari (2010) tentang beranggapan bahwa mereka tidak perlu
Hubungan Antara Pemahaman Tentang mengetahui hal yang berhubungan
HIV/AIDS Dengan Kecemasan Tertular dengan perubahan perilaku pasien
HIV/AIDS Pada WPS (Wanita Penjaja HIV/AIDS karena perubahan perilaku
Seks) Langsung di Cilacap, dari hasil dapat berubah dengan kemauan dari
univariat menunjukkan bahwa terdapat individu itu sendiri.Selain itu

3
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

berdasarkan wawancara dengan Kepala baik dan sikap yang positif terhadap
Ruangan di tempat penelitian diketahui usaha konselor dalam perubahan
pasien HIV/AIDS hanya mendapatkan perilaku. Hal ini terlihat dari hasil
penyuluhan kesehatan dalam bentuk observasi dimana sebagian besar
konseling tapi waktunya responden menganggap konselor
terbatas.Sedangkan bagi responden yang membantu mereka untuk meningkatkan
memiliki pengetahuan tinggi disebabkan kesehatan.
tingginya rasa ingin tahu tentang Hasil pengumpulan data yang telah
perubahan perilaku HIV/AIDS sehingga diketahui dari 82 responden lebih dari
mereka cenderung sudah tahu beberapa sebagian responden sebanyak 42
hal tentang pengertian faktor-faktor responden (51,2%) mempunyai
yang mempengaruhi perubahan perilaku dukungan keluarga yang mendukung.
tersebut. Hasil penelitian sejalan dengan
Hasil pengumpulan data yang telah penelitian yang dilakukan Handayani
dilakukan dari 82 responden lebih dari (2011) tentang faktor-faktor yang
sebagian responden sebanyak 47 berhubungan dengan perubahan perilaku
responden (57,3%) mempunyai motivasi pada pasien HIV/AIDS Di wilayah kerja
yang tinggi. Penelitian ini sejalan Puskesmas Jatinangor didapatkan lebih
dengan penelitian yang dilakukan Lely dari setengah responden mendapat
(2010) tentang faktor-faktor yang dukungan yang baik dari keluarga
mempengaruhi motivasi ODHA dalam (53,45%).
pencegahan HIV/AIDS di Puskesmas Menurut asumsi peneliti tidak
Kedung Mundu Semarang, dimana adanya dukungan dari keluarga
dalam penelitiannya menyatakan bahwa disebabkan kurangnya informasi yang
motivasi HIV/AIDS yang tinggi sebesar didapat keluarga dan keluarga
61,7%. Mariana dkk (2008) dalam cenderung menganggap perubahan
penelitiannya juga menunjukkan bahwa perilaku pasien HIV/AIDS akan terjadi
sebesar 78.9% responden memiliki dengan sendirinya atas dasar kesadaran
motivasi yang tinggi tentang perubahan pasien itu sendiri. Hasil obeservasi
perilaku HIV/AIDS. Dan juga Hasil ini menunjukkan beberapa responden
sejalan dengan penelitian Mahardining belum berani untuk mengungkapkan
(2010) tentang Hubungan Antara statusnya kepada keluarga dan sebagian
Pengetahuan, Motivasi, dan Dukungan responden merasa tidak ada yang
Keluarga Dengan Kepatuhan Terapi memberikan semangat dan tidak adanya
ARV Odha disebutkan bahwa persentase keinginan keluarga untuk membantu
terbesar responden memiliki motivasi responden untuk memanfaatkan
tinggi sebesar (68,2%) adanya hubungan konselor serta tidak adanya keluarga
yang signifikan antara motivasi minum yang mau menemani atau mengantar
obat dengan kepatuhan terapi ARV. pada saat berobat. Dukungan keluarga
Menurut asumsi peneliti rendahnya yang baik disebabkan responden merasa
motivasi responden disebabkan faktor cukup diperhatikan dalam menjalankan
pengetahuan yang rendah dan sikap aktifitasnya.Sebagian besar responden
yang apatis pada HIV/AIDS terhadap merasa diperhatikan dengan meluangkan
perubahan perilaku dan mereka waktu untuk mendengar keluhan dan
mengangggap tidak ada kepedulian keluarga selalu mengatur aktifitas
pada usaha konselor dalam membentuk responden serta memberikan dukungan
perubahan perilaku tersebut. Hal ini emosional berupa simpati dan empati
cukup realistis untuk menunjang pada pasien HIV/AIDS.
mengapa kebanyakan responden Hasil pengumpulan data yang telah
memiliki motivasi yang rendah terhadap diketahui dari 82 responden sebagian
perubahan perilaku. Namun masih besar sebanyak 49 responden (59,8%)
adanya motivasi yang tinggi responden mempunyai konseling yang tinggi
disebabkan faktor pengetahuan yang terhadap HIV/AIDS. Konseling

4
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

merupakan suatu proses bantuan penambahan ketrampilan sehingga


pemecahan masalah klien agar dapat pasien HIV/AIDS merasa kualitas hidup
menyesuaikan dirinya secara efektif yang lebih baik
dengan dirinya sendiri dan dengan Hasil pengumpulan data yang telah
lingkungannya, yang dilakukan seorang diketahui dari 82 responden lebih dari
konselor kepada klien secara bersama- sebagian besar sebanyak 43 responden
sama, dimana klien mengambil (52,4%) mengalami perubahan perilaku
keputusan atas masalahnya sendiri baik pada pasien HIV/AIDS. Hasil penelitian
kehidupan di masa sekarang maupun sejalan dengan penelitian yang
yang akan dating. Konseling bertujuan dilakukan Sumarlin (2013) tentang
untuk mencegah penularan HIV, faktor-faktor yang mempengaruhi
mengubah perilaku ODHA (orang yang perubahan perilaku pada pasien
hidup dengan HIV/AIDS), pemberian HIV/AIDS di Klinik VCT Bunga
dukungan yang dapat menumbuhkan Harapan RSUD Banyumas didapatkan
motivasi mereka dan meningkatkan sebagian responden melakukan
kualitas hidup pasien HIV/AIDS perubahan perilaku setelah diadakan
(Priyanto 2012). konseling (78,9%). Menurut asumsi
Hasil penelitian sejalan dengan peneliti responden yang tidak ada
penelitian yang dilakukan Sumarlin perubahan perilaku disebabkan
(2013) tentang Faktor-Faktor Yang kurangnya kesadaran responden dalam
Memengaruhi Perubahan Perilaku Pada perubahan perilaku kearah yang positif
Pasien HIV/AIDS Di Klinik VCT dan tidak adanya dukungan lingkungan
Bunga Harapan RSUD Banyumas sekitar yang memberikan informasi
didapatkan lebih dari sebagian besar penting dalam perubahan perilaku
responden mempunyai intensitas kesehatan. Responden beranggapan
konseling yang tinggi dalam perubahan bahwa mereka tidak perlu melakukan
perilaku (53,45%). Menurut analisa hal yang berhubungan dengan perilaku
peneliti, tingkat konseling yang rendah kesehatan seperti tidak melakukan
pada responden disebabkan responden pemeriksaan rutin ke rumah sakit dan
banyak yang masih keliru tentang tidak ingin mencari tahu mengenai
manfaat konseling, dan dampak setelah pengobatan dan isu terbaru tentang
melakukan konseling karena adanya penyakit AIDS. Sedangkan bagi
anggapan bahwa kurangnya responden yang memiliki perubahan
kepercayaan responden terhadap perilaku yang tinggi disebabkan adanya
konselor dan merasa konseling tidak motivasi yang tinggi disertai niat untuk
begitu mempengaruhi kehidupan merubah perilaku dan dukungan yang
mereka. Namun pada beberapa baik dari keluarga dan masyarakat
responden yang mempunyai konseling terhadap perubahan perilaku kesehatan
tinggi disebabkan adanya anggapan pasien HIV/AIDS.
konseling memberikan efek yang positif
terhadap perubahan perilaku yang terjadi B. Analisa Bivariat
pada pasien HIV/AIDS. Responden Analisa bivariat digunakan untuk
merasakan mendapatkan informasi yang mengetahui hubungan pengetahuan,
penting, yakni alternatif dalam motivasi, dukungan keluarga, konseling
pengembangan pribadi berupa dan perubahan perilaku

5
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

Tabel 2. Hubungan pengetahuan, motivasi, dukungan keluarga, konseling dengan


perubahan perilaku pasien HIV/AIDS
Perubahan Perilaku Total
p OR
Variabel Tidak Berubah
Value 95% CI
n % N % N %
Pengetahuan
Rendah 24 75 8 25 32 100 7
0,005
Tinggi 15 30 35 70 50 100 (2,56- 19,08)
Total 39 47,6 43 52,4 82 100
Motivasi
Rendah 27 77,1 8 22,9 35 100 9,84
0,005
Tinggi 12 25,5 35 74,5 47 100 (3,52-27,45)
Total 39 47,6 43 52,4 82 100
Dukungan Keluarga
Tidak 28 70 12 30 40 100 6,57
0,005
Mendukung 11 26,2 31 73,8 42 100 (2,50-17,25)
Total 39 47,6 43 52,4 82 100
Konseling
Rendah 25 75,8 8 24,2 33 100 7,81
0,005
Tinggi 14 28,6 35 71,4 49 100 (2,84-21,42)
Total 39 47,6 43 52,4 82 100

Dari tabel diatas 2.hasil analisis perubahan perilaku, dengan nilai p


hubungan antara pengetahuan dengan =0,019. Sumarlin menambahkan bahwa
perubahan perilaku pasien HIV/AIDS semakin tinggi pengetahuan maka
diperoleh bahwa ada sebanyak 24 dari semakin tinggi seseorang meningkatkan
32 (75%) responden yang mempunyai perubahan perilaku. Menurut analisa
pengetahuan rendah tidak mempunyai peneliti pada responden dengan
perubahan perilaku, sedangkan diantara pengetahuan yang rendah dan
responden yang mempunyai melakukan perubahan perilaku hal ini
pengetahuan tinggi sebanyak 15 dari 50 mungkin bisa dijelaskan bahwa karena
(30%) responden tidak mengalami mereka bersikap positif terhadap
perubahan perilaku. Hasil uji statistik perilaku kesehatan, sehingga mereka
diperoleh nilai p = 0,005 maka dapat cenderung untuk mencari tahu tentang
disimpulkan bahwa ada hubungan perilaku kesehatan yang baik. Hal ini
pengetahuan dengan perubahan perilaku dibuktikan dengan jawaban responden
pada pasien HIV/AIDS. Dari hasil yang sudah banyak mengetahui
analisis diperoleh pula nilai OR 7 perubahan perilaku kesehatan dan
artinya responden yang mempunyai berusaha mencari informasi mengenai
pengetahuan rendah berpeluang 7 kali pengobatan dan isu terbaru tentang
tidak mengalami perubahan perilaku penyakit AIDS. Bagi mereka yang
dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan tinggi dan tidak
mempunyai pengetahuan tinggi. melakukan perubahan perilaku hal ini
Hasil penelitian sejalan dengan mungkin bisa disebabkan motivasi yang
penelitian yang dilakukan Sumarlin sudah tidak ada dan menyerah dengan
(2013) tentang Faktor-Faktor Yang kondisi yang dihadapi. Misalnya hal ini
Mempengaruhi Perubahan Perilaku Pada bisa dijelaskan dengan perilaku yang
Pasien HIV/AIDS Di Klinik VCT kurang peduli terhadap pemeriksaan
Bunga Harapan RSUD Banyumas kesehatan dan tidak ingin mencari tahu
dengan desain penelitian cross sectional hal-hal yang berhubungan dengan
menunjukkan terdapat hubungan yang perubahan perilaku kesehatan tersebut
signifikan antara pengetahuan dengan sebaik apapun pengetahuan seseorang

6
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

terhadap suatu penyakit tapi jika tidak internal dan eksternal. Faktor intern
ada dorongan atau motivasi untuk diantaranya adanya pengalaman pahit
pencegahannya maka penanganannya dari keluarga responden karena virus
akan percuma. HIV/AIDS yang telah mengalami
Hasil analisis hubungan antara penurunan kualitas hidup sehingga
motivasi dengan perubahan perilaku menuntut mereka untuk melakukan
pasien HIV/AIDS diperoleh bahwa ada perubahan perilaku.Faktor ekstern
sebanyak 27 dari 35 (77,1%) responden seperti kondisi rumah yang sehat dan
yang mempunyai motivasi rendah tidak lingkungan yang selalu mendukung para
mengalami perubahan perilaku, pasien HIV/AIDS.
sedangkan diantara responden yang Hasil analisis hubungan antara
mempunyai motivasi tinggi sebanyak 12 dukungan keluarga dengan perubahan
dari 47 (25,5%) responden tidak perilaku pasien HIV/AIDS diperoleh
mengalami perubahan perilaku. Hasil uji bahwa ada sebanyak 28 dari 40 (70%)
statistic diperoleh nilai p = 0,005 maka responden yang tidak mempunyai
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga tidak mengalami
motivasi dengan perubahan perilaku perubahan perilaku, sedangkan diantara
pada pasien HIV/AIDS. Dari hasil responden yang mempunyai dukungan
analisis diperoleh pula nilai OR 9,84 keluarga sebanyak 31 dari 42 (73,8%)
artinya responden yang mempunyai responden dengan perubahan perilaku.
motivasi rendah berpeluang 9,84 kali Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
tidak mengalami perubahan perilaku 0,005 maka dapat disimpulkan bahwa
dibandingkan dengan responden yang ada hubungan keluarga dengan
mempunyai motivasi tinggi. perubahan perilaku pada pasien
Hasil penelitian sejalan dengan HIV/AIDS. Dari hasil analisis diperoleh
penelitian yang dilakukan Handayani pula nilai OR= 6,57 artinya responden
(2011) tentang Faktor-faktor yang yang tidak mempunyai dukungan
berhubungan dengan perubahan perilaku keluarga peluang /risiko 6,57 kali tidak
pada pasien HIV/AIDS Di wilayah kerja mengalami perubahan perilaku
Puskesmas Jatinangor dengan desain dibandingkan dengan responden yang
penelitian cross sectional dengan 40 mempunyai dukungan keluarga yang
responden menunjukkan terdapat mendukung
hubungan yang signifikan antara Keluarga merupakan tempat yang
motivasi dengan perubahan perilaku, paling nyaman untuk seseorang dalam
dengan nilai p =0,002. Motivasi menghadapi segala persoalan hidup,
merupakan faktor utama dalam berbagi kebahagiaan dan tempat
perubahan perilaku. Menurut asumsi tumbuhnya harapan-harapan akan hidup
peneliti adanya motivasi yang tinggi yang lebih baik (Helebec, 2009 dalam
tapi tidak melakukan perubahan Yaswita, 2014). Pemberian kesempatan
perilaku dapat disebabkan tidak adanya oleh keluarga bagi ODHA untuk
dukungan dari keluarga dan dukungan mengekspresikan kesedihan, masalah,
lingkungan dalam membentuk dan stressor yang dialaminya dapat
perubahan perilaku serta adanya sikap menurunkan tingkat stress dan
yang negative dan apatis dengan kondisi melindunginya dari efek negatif stress
yang ddapi. Perubahan perilaku dapat sehingga dapat menurunkan angka
disebabkan oleh faktor interna dan kejadian HIV/AIDS. Eagly & Chaiken
ekstern faktor intern datang dari dalam (1993) dalam Yaswita (2014),
diri sendiri seperti pengetahuan dan menyatakan bahwa pihak yang
sikap sedangkan faktor eksternal berupa memberikan dukungan (motivator)
dukungan keluarga dan sosial.Bagi sangat berperan dalam memotivasi
responden yang mempunyai motivasi individu untuk merubah perilakunya.
rendah tapi melakukan perubahan Makin tinggi status pihak yang memberi
perilaku mungkin disebabkan faktor

7
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

dukungan makin besar kemungkinan ditetapkan.Sedangkan sebagian


individu merubah perilakunya. responden yang memiliki dukungan
Hasil penelitian sejalan dengan keluarga yang mendukung tapi tidak
penelitian yang dilakukan Siahaan mengalami perubahan perilaku
(2011) tentang Pengaruh Dukungan disebabkan adanya sikap dan persepsi
Keluarga Terhadap Program Pengobatan yang selalu negative dalam hal apapun
Pasien HIV-AIDS di Posyansus Rumah sehinga berakibat pada perilaku
Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik sedangkan responden yang memiliki
Medan Tahun 2011 dengan desain dukungan yang baik tapi mengalami
penelitian cross sectional dengan 30 perubahan perilaku disebabkan adanya
responden menunjukkan ada pengaruh sikap dan motivasi yang baik dalam
keluarga terhadap program pengobatan merubah perilaku yang tidak baik
HIV/AIDS dengan nilai p =0,003. Hasil Hasil analisis hubungan antara
penelitian ini juga relevan dengan konseling dengan perubahan perilaku
penelitian yang dilakukan Hestri pasien HIV/AIDS diperoleh bahwa ada
Sumarlin (2013) tentang Faktor-Faktor sebanyak 25 dari 33 (75,8%) responden
Yang Mempengaruhi Perubahan yang mempunyai konseling rendah tidak
Perilaku Pada Pasien HIV/AIDS Di mengalami perubahan perilaku
Klinik VCT Bunga Harapan RSUD sedangkan diantara responden yang
Banyumas dengan desain penelitian mempunyai konseling tinggi sebanyak
cross sectional dengan 38 responden 35 dari 49 (71,4%) responden dengan
menunjukkan terdapat hubungan yang perubahan perilaku. Hasil uji statistik
signifikan antara dukungan keluarga diperoleh nilai p = 0,005 maka dapat
dengan perubahan perilaku, dengan nilai disimpulkan bahwa ada hubungan
p =0,000. Berdasarkan hasil penelitian konseling dangan perubahan perilaku
diketahui bahwa responden yang pada pasien HIV/AIDS. Dari hasil
memiliki dukungan keluarga yang tidak analisis diperoleh pula nilai OR= 7,81
mendukung cenderung mengalami artinya responden yang tidak
perubahan perilaku yang tidak baik mempunyai peran konseling peluang
disebabkan ketidakpedulian keluarga /risiko 7,81 kali tidak mengalami
terhadap salah satu anggota keluarganya perubahan perilaku dibandingkan
yang sakit seperti tidak adanya tindak dengan responden yang mempunyai
lanjut keluarga ataupun proteksi konseling rendah.
keluarga terhadap perubahan perilaku Konseling HIV/AIDS merupakan
kesehatan responden. Disamping itu dialog antara seseorang (klien) dengan
juga terdapat responden yang memiliki pelayanan kesehatan (konselor) yang
dukungan keluarga yang tidak bersifat rahasia, sehingga
mendukung tapi mengalami perubahan memungkinkan orang tersebut mampu
perilaku disebabkan responden menyesuaikan atau mengadaptasi diri
mendapatkan motivasi dan dorongan dengan stress dan sanggup membuat
dari pihak luar seperti teman-teman dan keputusan bertindak berkaitan dengan
tokoh agama yang selalu membina HIV/AIDS. Konseling merupakan
akhlak responden sehingga terjadi interaksi yang terjadi antara dua orang,
perubahan perilaku yang baik. Hal ini yang satu disebut konselor dan lainnya
juga dapat diketahui dari responden sebagai klien yang berlangsung dalam
yang mendapat dukungan keluarga kerangka profesional mengarah pada
dimana pasien selama menjalani kemungkinan terjadinya perubahan
program pengobatan berjalan dengan perilaku pada klien (Nursalam, 2007).
lancar dan baik. Sedangkan pasien yang Penelitian ini sejalan dengan
dukungan keluarga kurang merasa penelitian Nugrahaeni (2009) tentang
psikologinya terganggu, terkadang Pengaruh Konseling Kesehatan
pasien dalam mengkonsumsi obat tidak Terhadap Perubahan Perilaku ODHA
sesuai dengan jadwal yang (Studi di Kecamatan Suka Miskin

8
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

Bandung) analisis data menggunakan uji 4. KESIMPULAN


Mann Whitney Test dan diperoleh hasil Penelitian ini memberikan
bahwa konseling kesehatan reproduksi kesimpulan bahwa sebagian besar
remaja berpengaruh terhadap perubahan responden memiliki pengetahuan yang
perilaku dengan p value 0,0005. tinggi, motivasi yang tinggi, memiliki
Menurut analisa peneliti, responden dukungan keluarga yang baik dan
yang mempunyai konseling yang tinggi mendapatkankan konseling yang sering
tapi tidak mengalami perubahan perilaku serta adanya perubahan perilaku ke ara
disebabkan adanya stigma yang negatif yang positif. Serta adanya hubungan
dari lingkungan dan diskriminasi dalam antara pengetahuan, motivasi, dukungan
sosialisasi di lingkugan responden.Hal keluarga, konseling dengan perubahan
ini terlihat dari hasil wawancara perilaku pasien HIV/AIDS.
responden yang merasakan konselor Penelitian ini memberikan
kurang memotivasinya dalam kontribusi kepada pelayanan kesehatan
membentuk perilaku yang positif. agar lebih aktif memberikan pendidikan
Konselor cenderung menunggu pasien kesehatan tentang pencegahan dan
dalam mengungkapkan permasalahan penularan penyakit HIV/AIDS
terlebih dahulu sehingga rasa kedekatan khususnya tentang perubahan perilaku
antara konselor dan pasien kurang. Rasa kesehatan pasien HIV/AIDS secara
putus asa dan rasa duka yang berkala di lingkungan Rumah sakit,
berkelanjutan juga menjadi faktor puskesmas ataupun tempat pelayanan
perubahan perilaku. Saat ini, pasien kesehatan lainnya. Di samping itu perlu
sangat membutuhkan dukungan dari menginformasikan tentang pentingnya
berbagai pihak, tidak hanya dari menjaga keefektifan konseling antara
keluarga namun juga dari kontribusi pasien dan tenaga kesehatan dalam
pemerintah yakni melalui konseling menghadapi perubahan perilaku
dalam memberikan pemberdayaan kesehatan. Diharapkan kepada pasien
keterampilan sehingga rasa putus asa HIV/AIDS agar berpartisipasi dalam
pasien dapat menurun. Pasien juga akan kegiatan konseling dalam membentuk
merasa lebih terpacu untuk menjalani perubahan perilaku pencegahan dan
kehidupannya yang lebih baik lagi. penularan HIV/AIDS dan kualitas hidup
Dengan pelatihan keterampilan yang yang lebih baik dan memilih sumber
diperoleh pasien maka hasil karya yang yang tepat dan benar dalam mencari
diciptakan dapat berguna bagi informasi tentang perubahan atau isu-isu
kehidupan sehari-hari pasien maupun kesehatan tentang HIV/AIDS dari
untuk orang sekitarnya. Namun berbagai media elektronik dan media
responden yang mempunyai tingkat cetak dan keluarga agar
konseling rendah tapi mengalami mempertahankan dukungan yang
perubahan perilaku disebabkan diberikan kepada pasien yang
pengetahuan, adanya dukungan dari mengalami HIV/AIDS. Diharapkan
orang terdekat dan sikap yang positif kepada peneliti selanjutnya agar dapat
dalam mencegah penularan HIV/AIDS melakukan penelitian selanjutnya
dengan mengubah perilaku pasien dengan mengunakan rencana penelitian
HIV/AIDS tidak hanya membutuhkan yang berbeda dan variabel yang berbeda
informasi belaka, tetapi yang jauh lebih seperti persepsi, emosi, umur, dukungan
penting adalah pemberian dukungan kelompok sebaya.
yang dapat menumbuhkan motivasi
mereka, pentingnya konseling akan 5. REFERENSI
mendorong HIV/AIDS untuk melakukan Anurmalasari, R. 2010. Hubungan
tindakan preventif atau promotif dalam Antara Pemahaman Tentang
kesehatan reproduksi. Hiv/Aids Dengan Kecemasan
Tertular Hiv/Aids Pada Wps (Wanita
Penjaja Seks) Langsung Di Cilacap.

9
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10

Budiman.et. al. 2013.Kapita selekta di Balai Kesehehatan Paru


Kuesioner pengetahuan dan Sikap Masyarakat (BPKM) Semarang”.
Dalam Penelitian Kesehatan: Jurnal Keperawatan Komunitas
Jakarta: Salemba Medika. Volume 1. Halm 43-51. 1 Mei 2013

DITJEN PP & PL. 2013.Laporan Situasi Mboi, N. 2010. Hiv/Aids Research


Perkembangan HIV&AIDS di Inventori. Jakarta: KPAN
Indonesia Tahun 2013.Diunduh di
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_dow Murni, S. 2011. Seri buku kecil “hidup
nload/Laporan%20.pdf.Jakarta: dengan HIV/AIDS”. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI Yayasan Spiritia

Handayani. 2011. Faktor-faktor yang Nursalam, dkk.2007. Asuhan


Berhubungan dengan Perubahan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi
Perilaku pada Pasien HIV/AIDS di HIV/AIDS.Jakarta: Salemba Medika
wilayah kerja Puskesmas
Jatinangor.Skripsi Unpad Yaswita, N. 2014. Hubungan Dukungan
Kelompok Sebaya, Motivasi
Sumarlin, H. 2013. Faktor-faktor yang Instrinsik, dan Dukungan Keluarga
Mempengaruhi Perubahan Perilaku Terhadap Kepatuhan Minum Obat
Pasien HIV/AIDS di Klinik VCT Antiretroviral (ARV) pada Penderita
Bunga Harapan RSUD Banyumas HIV/AIDS Di Poliklinik Serunai
FK-MIPA Jurusan Keperawatan RSUD Dr. Achmad Mochtar
Universitas Jendral Soedirman Bukittinggi Tahun 2014.Skripsi.
Purwokerto STIKes Fort De Kock Bukittinggi

Lely, K. 2010. Faktor-faktor yang Nugrahaeni, A. 2008. Pengaruh


mempengaruhi motivasi ODHA Konseling Terhadap Pengetahuan
dalam Pencegahan HIV/AIDS di dan Sikap ODHA (Studi di
Puskesmas Kedung Mundu Kec.Margahayu Bandung).Skripsi
Semarang. Diunduh dari: Unpad
http://digilib.unimus.ac.id (05-02-
2015) Priyanto, A. 2012. Komunikasi dan
Konseling: Aplikasi dalam Sarana
Mahardining, A. 2010. Hubungan Pelayanan Kesehatan untuk Perawat
Antara Pengetahuan, Motivasi, Dan dan Bidan. Jakarta: Salemba Medika
Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Terapi Arv Odha. Siahaan,R. 2011. Pengaruh Dukungan
Diunduh dari: Keluarga Terhadap
http://journal.unnes.ac.id/index.php/k ProgramPengobatan Pasien Hiv-
emas ( 12-02-2015) Aids Di Posyansus Rumah Sakit
Mariana, dkk. 2008. Hubungan Umum Pusat Haji Adam Malik
Pengetahuan dan Sikap Remaja Medan Tahun 2011.Skripsi. USU
Tentang Penanggulangan HIV/AIDS
di SMAN 42 Kota Semarang. Skripsi KPAN, 2010.Strategi dan Rencana Aksi
Undip Nasional Penanggulangan HIV dan
AIDS 2010-2014. Jakarta: KPAN
Marubeny, S. 2013. “Perbedaan Respon Widoyono, 2011.Penyakit Tropis;
Sosial Penderita HIV/AIDS yang Epidemiologi, Penularan,
Mendapat Dukungan Keluarga dan Pencegahan & Pemberantasannya.
Tidak Mendapat Dukungan Keluarga Jakarta: Erlangga

10
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1

You might also like