Professional Documents
Culture Documents
157 Other 643 1 10 20180115 PDF
157 Other 643 1 10 20180115 PDF
157 Other 643 1 10 20180115 PDF
ABSTRACT
Treatment of HIV/AIDS can be given by medical and supported by behavioral changes. This study
aims to determine the factors that influence behavior change in patients with HIV/AIDS. Design of
the research is descriptive analytic with cross sectional study. This research was conducted in a
clinic HIV/AIDS of a hospital in Bukittinggi West Sumatera. The population of this study is that
patients with HIV / AIDS who actively visiting the clinic HIV / AIDS amounted to 98 people. he
sample taken by purposive sampling as many as 82 people with the criteria of patients willing to
be sampled. The data were analyzed using univariate and bivariate analysis (Chi-Square Test).The
result showed most respondents have a high knowledge (61%), high motivation (57.3%), good
family support (51.2%), counseling is high (59.8%) and behavioral changes in a positive direction
(52 , 4%). Statistical analysis showed the relationship between knowledge (p = 0.005; OR = 7),
motivation (p = 0.005; OR = 9.84), family support (p = 0.005; OR = 6.57) and counseling HIV /
AIDS ( p = 0.005; OR = 7.81) with the change in the behavior of patients with HIV / AIDS. It can
be concluded there is a relation between knowledge, motivation, counseling and family support
behavior change HIV / AIDS patients.Expected at the hospital and the respondent is always active
giving and receiving counseling in order to reduce the incidence of HIV / AIDS and is expected to
families receiving family members of HIV / AIDS. The next research is done with different
variables such as perception, emotion, age, peer support.
1
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10
namun yang mendorong epidemi adalah HIV/AIDS pada tahun 2013 sebanyak
tiga perilaku yang berisiko tinggi: seks 91 orang.Sampai pada bulan Juni 2014
komersial yang tidak terlindungi, terdapat 98 pasien HIV/AIDS yang lama
berbagi alat suntik di kalangan dan masih aktif menjalani pengobatan
pengguna napza dan seks antar lelaki dan konseling di Poliklinik. Rata-rata
yang tidak terlindungi (KPAN& Mboi, kunjungan pasien pada hari senin dan
2010). kamis adalah 4-5 orang perhari. Pasien
Penyimpangan perilaku yang dulu yang berkunjung tidak hanya pasien
dilakukan oleh pasien HIV adalah yang positif terkena HIV,namun ada
berganti-ganti pasangan dalam juga pasien yang beresiko yang ingin
melakukan hubungan seksual. melakukan test HIV.
Menggunakan alat suntik yang tidak Berpijak pada fenomena tersebut dan
steril dan penggunaannya yang melihat Kota Bukittinggi merupakan
dilakukan secara bergantian khususnya salah satu kota yang kental dengan nilai
pada pasien penahun. Penyimpangan spiritual maka penting dilakukan
perilaku individu maupun masyarakat penelitian yang bertujuan melihat
tersebut mempunyai pengaruh yang perubahan perilaku ke arah yang lebih
besar terhadap potensi peningkatan baik sehingga dapat mengurangi angka
penyebaran penyakit HIV/AIDS. terjadi HIV AIDS yang tercatat di kota
Penanganan penyakit HIV/AIDS jelas Bukittinggi. Tujuan penelitian ini adalah
tidak mungkin mengandalkan untuk mengetahui faktor-faktor yang
penanganan dari segi medis saja, berhubungan dengan perubahan prilaku
melainkan juga memerlukan perhatian pasien HIV/AIDS di salah rumah sakit
tentang faktor perilaku. Perilaku yang ada di Kota Bukittinggi.
merupakan faktor terbesar kedua setelah
faktor lingkungan yang mempengaruhi 2. METODE PENELITIAN
kelompok atau masyarakat. Jenis penelitian ini adalah analitik
Perubahan yang dilakukan pasien dengan desain penelitian Cross
HIV/AIDS antara lain perubahan sosial, Sectional Study, untuk melihat
perubahan kesehatan dan lain-lain. hubungan pengetahuan, motivasi,
Perubahan perilaku tersebut terjadi dukungan keluarga, dan konseling
karena mereka mendapatkan pendidikan terhadap perubahan perilaku pasien
kesehatan, konseling dan arahan dari HIV/AIDS. Populasi penelitian ini
petugas kesehatan.Perubahan perilaku adalah semua pasien HIV/AIDS yang
yang dijalani pasien HIV/AIDS antara tercatat di Poliklinik berjumlah 98 orang
lain lebih rajin olahraga, lebih sedangkan sampel diambil
memperhatikan asupan makanan yang menggunakan teknik pengambilan
dikonsumsi, melakukan kegiatan seperti sampling purposive sampling sebanyak
akupuntur, mendengar ceramah dan 82 orang dengan kriteria pasien bersedia
tidak berganti-ganti pasangan. menjadi sampel saat dilakukan
Hasil pendataan Depkes Provinsi penelitian. Alat pengumpulan data yaitu
Sumatera Barat memiliki jumlah kuesioner tentang pengetahuan yang
kumulatif AIDS sampai tahun 2012 diadop dari Budiman tahun 2013,
sebanyak 802 kasus. Jumlah kumulatif motivasi, dukungan keluarga, konseling,
positif penderita HIV/AIDS di Kota dan perilaku pasien HIV/AIDS yang
Bukittinggi pada tahun akhir September sudah dilakukan uji validitas dan
2013 tercatat sebanyak 165. Dari data reliabilitas sehingga dapat digunakan
tersebut Kota Bukittinggi mendapat dalam penelitian. Analisa data meliputi
rangking kedua dalam jumlah penderita analisa univariat dan bivariat dengan
HIV/AIDS se-Sumbar (Ditjen PP & PL, menggunakan uji statistik yang
2013). Studi pendahuluan yang digunakan adalah uji chi-square
dilakukan disebuah rumah sakit di Kota
Bukittinggi didapatkan jumlah pasien
2
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10
3
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10
berdasarkan wawancara dengan Kepala baik dan sikap yang positif terhadap
Ruangan di tempat penelitian diketahui usaha konselor dalam perubahan
pasien HIV/AIDS hanya mendapatkan perilaku. Hal ini terlihat dari hasil
penyuluhan kesehatan dalam bentuk observasi dimana sebagian besar
konseling tapi waktunya responden menganggap konselor
terbatas.Sedangkan bagi responden yang membantu mereka untuk meningkatkan
memiliki pengetahuan tinggi disebabkan kesehatan.
tingginya rasa ingin tahu tentang Hasil pengumpulan data yang telah
perubahan perilaku HIV/AIDS sehingga diketahui dari 82 responden lebih dari
mereka cenderung sudah tahu beberapa sebagian responden sebanyak 42
hal tentang pengertian faktor-faktor responden (51,2%) mempunyai
yang mempengaruhi perubahan perilaku dukungan keluarga yang mendukung.
tersebut. Hasil penelitian sejalan dengan
Hasil pengumpulan data yang telah penelitian yang dilakukan Handayani
dilakukan dari 82 responden lebih dari (2011) tentang faktor-faktor yang
sebagian responden sebanyak 47 berhubungan dengan perubahan perilaku
responden (57,3%) mempunyai motivasi pada pasien HIV/AIDS Di wilayah kerja
yang tinggi. Penelitian ini sejalan Puskesmas Jatinangor didapatkan lebih
dengan penelitian yang dilakukan Lely dari setengah responden mendapat
(2010) tentang faktor-faktor yang dukungan yang baik dari keluarga
mempengaruhi motivasi ODHA dalam (53,45%).
pencegahan HIV/AIDS di Puskesmas Menurut asumsi peneliti tidak
Kedung Mundu Semarang, dimana adanya dukungan dari keluarga
dalam penelitiannya menyatakan bahwa disebabkan kurangnya informasi yang
motivasi HIV/AIDS yang tinggi sebesar didapat keluarga dan keluarga
61,7%. Mariana dkk (2008) dalam cenderung menganggap perubahan
penelitiannya juga menunjukkan bahwa perilaku pasien HIV/AIDS akan terjadi
sebesar 78.9% responden memiliki dengan sendirinya atas dasar kesadaran
motivasi yang tinggi tentang perubahan pasien itu sendiri. Hasil obeservasi
perilaku HIV/AIDS. Dan juga Hasil ini menunjukkan beberapa responden
sejalan dengan penelitian Mahardining belum berani untuk mengungkapkan
(2010) tentang Hubungan Antara statusnya kepada keluarga dan sebagian
Pengetahuan, Motivasi, dan Dukungan responden merasa tidak ada yang
Keluarga Dengan Kepatuhan Terapi memberikan semangat dan tidak adanya
ARV Odha disebutkan bahwa persentase keinginan keluarga untuk membantu
terbesar responden memiliki motivasi responden untuk memanfaatkan
tinggi sebesar (68,2%) adanya hubungan konselor serta tidak adanya keluarga
yang signifikan antara motivasi minum yang mau menemani atau mengantar
obat dengan kepatuhan terapi ARV. pada saat berobat. Dukungan keluarga
Menurut asumsi peneliti rendahnya yang baik disebabkan responden merasa
motivasi responden disebabkan faktor cukup diperhatikan dalam menjalankan
pengetahuan yang rendah dan sikap aktifitasnya.Sebagian besar responden
yang apatis pada HIV/AIDS terhadap merasa diperhatikan dengan meluangkan
perubahan perilaku dan mereka waktu untuk mendengar keluhan dan
mengangggap tidak ada kepedulian keluarga selalu mengatur aktifitas
pada usaha konselor dalam membentuk responden serta memberikan dukungan
perubahan perilaku tersebut. Hal ini emosional berupa simpati dan empati
cukup realistis untuk menunjang pada pasien HIV/AIDS.
mengapa kebanyakan responden Hasil pengumpulan data yang telah
memiliki motivasi yang rendah terhadap diketahui dari 82 responden sebagian
perubahan perilaku. Namun masih besar sebanyak 49 responden (59,8%)
adanya motivasi yang tinggi responden mempunyai konseling yang tinggi
disebabkan faktor pengetahuan yang terhadap HIV/AIDS. Konseling
4
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10
5
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10
6
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10
terhadap suatu penyakit tapi jika tidak internal dan eksternal. Faktor intern
ada dorongan atau motivasi untuk diantaranya adanya pengalaman pahit
pencegahannya maka penanganannya dari keluarga responden karena virus
akan percuma. HIV/AIDS yang telah mengalami
Hasil analisis hubungan antara penurunan kualitas hidup sehingga
motivasi dengan perubahan perilaku menuntut mereka untuk melakukan
pasien HIV/AIDS diperoleh bahwa ada perubahan perilaku.Faktor ekstern
sebanyak 27 dari 35 (77,1%) responden seperti kondisi rumah yang sehat dan
yang mempunyai motivasi rendah tidak lingkungan yang selalu mendukung para
mengalami perubahan perilaku, pasien HIV/AIDS.
sedangkan diantara responden yang Hasil analisis hubungan antara
mempunyai motivasi tinggi sebanyak 12 dukungan keluarga dengan perubahan
dari 47 (25,5%) responden tidak perilaku pasien HIV/AIDS diperoleh
mengalami perubahan perilaku. Hasil uji bahwa ada sebanyak 28 dari 40 (70%)
statistic diperoleh nilai p = 0,005 maka responden yang tidak mempunyai
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga tidak mengalami
motivasi dengan perubahan perilaku perubahan perilaku, sedangkan diantara
pada pasien HIV/AIDS. Dari hasil responden yang mempunyai dukungan
analisis diperoleh pula nilai OR 9,84 keluarga sebanyak 31 dari 42 (73,8%)
artinya responden yang mempunyai responden dengan perubahan perilaku.
motivasi rendah berpeluang 9,84 kali Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
tidak mengalami perubahan perilaku 0,005 maka dapat disimpulkan bahwa
dibandingkan dengan responden yang ada hubungan keluarga dengan
mempunyai motivasi tinggi. perubahan perilaku pada pasien
Hasil penelitian sejalan dengan HIV/AIDS. Dari hasil analisis diperoleh
penelitian yang dilakukan Handayani pula nilai OR= 6,57 artinya responden
(2011) tentang Faktor-faktor yang yang tidak mempunyai dukungan
berhubungan dengan perubahan perilaku keluarga peluang /risiko 6,57 kali tidak
pada pasien HIV/AIDS Di wilayah kerja mengalami perubahan perilaku
Puskesmas Jatinangor dengan desain dibandingkan dengan responden yang
penelitian cross sectional dengan 40 mempunyai dukungan keluarga yang
responden menunjukkan terdapat mendukung
hubungan yang signifikan antara Keluarga merupakan tempat yang
motivasi dengan perubahan perilaku, paling nyaman untuk seseorang dalam
dengan nilai p =0,002. Motivasi menghadapi segala persoalan hidup,
merupakan faktor utama dalam berbagi kebahagiaan dan tempat
perubahan perilaku. Menurut asumsi tumbuhnya harapan-harapan akan hidup
peneliti adanya motivasi yang tinggi yang lebih baik (Helebec, 2009 dalam
tapi tidak melakukan perubahan Yaswita, 2014). Pemberian kesempatan
perilaku dapat disebabkan tidak adanya oleh keluarga bagi ODHA untuk
dukungan dari keluarga dan dukungan mengekspresikan kesedihan, masalah,
lingkungan dalam membentuk dan stressor yang dialaminya dapat
perubahan perilaku serta adanya sikap menurunkan tingkat stress dan
yang negative dan apatis dengan kondisi melindunginya dari efek negatif stress
yang ddapi. Perubahan perilaku dapat sehingga dapat menurunkan angka
disebabkan oleh faktor interna dan kejadian HIV/AIDS. Eagly & Chaiken
ekstern faktor intern datang dari dalam (1993) dalam Yaswita (2014),
diri sendiri seperti pengetahuan dan menyatakan bahwa pihak yang
sikap sedangkan faktor eksternal berupa memberikan dukungan (motivator)
dukungan keluarga dan sosial.Bagi sangat berperan dalam memotivasi
responden yang mempunyai motivasi individu untuk merubah perilakunya.
rendah tapi melakukan perubahan Makin tinggi status pihak yang memberi
perilaku mungkin disebabkan faktor
7
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10
8
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10
9
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1
Jurnal Mutiara Ners, 1-10
10
Jurnal Mutiara Ners Januari 2018, Vol.1 No.1