Keluhan Kesehatan Masyarakat Akibat Kabut Asap Kebakaran Hutan Dan Lahan Di Kota Pekanbaru

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Journal Endurance 1(1) 25 February 2016 (37-46)

KELUHAN KESEHATAN MASYARAKAT AKIBAT KABUT ASAP


KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN
DI KOTA PEKANBARU
Awaluddin
STIKes Tengku Maharatu Pekanbaru, Riau
email : awaluddinhasan@yahoo.com

Submitted :20-10-2016, Reviewed:23-10-2016, Accepted:27-10-2016


DOI : http://dx.doi.org/10.22216/jen.v1i1.1079

ABSTRACT
Forest fires have always occurred Riau Province since the last 18 years. Forest fires have an impact
on humans. This study aimed to describe the health symptoms of citizens that affected by smog haze
due to the forest fire in Pekanbaru city in 2015. This study is a quantitative research using descriptive
method with cross sectional approach. This research was conducted in the Pekanbaru city starting
on 10 - 31 October 2015. The study population was haze affected residents in Pekanbaru. The
sampling technique was accidental sampling method. The number of samples was 343 people.
Measuring instrument used was the questionnary sheet by asking to citizens who perceived symptoms
since the haze in the Pekanbaru. Data were analyzed descriptively. The research result is known that
the age group of respondents who have symptoms due to haze majority was 18-60 years with 140
respondents (40.8%), sex were women as many 250 respondents (72.9% ) and symptoms of citizens is
most coughs and colds as many as 111 respondents (32.4%). Expected to residents who affected by
smog haze to reduce activities outside the home and if the need to leave home in order to use a mask,
and drink lots of water.

Keywords : forest fire; health symptom; smog haze

ABSTRAK
Kebakaran hutan selalu terjadi di Provinsi Riau sejak 18 tahun terakhir. Kebakaran hutan memiliki
dampak terhadap manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keluhan kesehatan
masyarakat di Kota Pekanbaru akibat kabut asap yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dan lahan
pada tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Kota Pekanbaru mulai tanggal 10-31
Oktober 2015. Populasi penelitian ini adalah masyarakat Kota Pekanbaru yang terkena dampak kabut
asap. Teknik pengambilan sampel dengan metode accidental sampling. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 343 orang. Alat ukur yang digunakan adalah lembar kuesioner dengan cara
menanyakan kepada masyarakat keluhan yang dirasakan sejak adanya kabut asap di Kota Pekanbaru.
Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian adalah diketahui bahwa kelompok usia responden
yang mengalami keluhan akibat kabut asap yang terbanyak adalah usia 18 – 60 tahun yaitu sebanyak
140 responden (40,8%), jenis kelamin yang terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 250
responden (72,9%) dan keluhan masyarakat akibat kabut asap yang terbanyak adalah batuk dan pilek
yaitu sebanyak 111 responden (32,4%). Diharapkan kepada masyarakat yang terkena dampak kabut
asap untuk mengurangi aktifitas di luar rumah dan jika perlu keluar rumah agar menggunakan masker,
meningkatkan status gizi dan minum air putih yang banyak.

Kata kunci : kabut asap; kebakaran hutan; keluhan kesehatan

Kopertis Wilayah X 37
Awaluddin– Keluhan Kesehatan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016

PENDAHULUAN Sejumlah besar bahan kimia asap


Indonesia memiliki luas hutan ketiga kebakaran hutan mengakibatkan polusi
terluas di dunia setelah Brazil dan Zaire. udara. Polusi udara tersebut terjadi karena
Luas hutan Indonesia diperkirakan adanya karbon monoksida (CO), nitrogen
mencapai 120,35 juta hektar atau 63 persen oksida, sulfur dioksida (SO2), formaldehid,
dari luas daratan (Samsul, 2015). Sebanyak akrelein, benzen, nitrogen oksida (NOx)
27 juta hektar dari hutan tersebut dan ozon (O3), timah, particulate matter
merupakan lahan gambut. Lahan gambut (PM10), partikel halus (PM2,5), partikel
tersebar di Sumatera, Kalimantan dan Irian kasar (PM25-10). Partikulat ini dapat
Jaya (Papua); luas ini merupakan 60% dari menyebabkan penyakit kardiovaskular
total gambut di kawasan tropis (Simbolon, sampai kematian. (Brook et al., 2002).
2004). Lahan tersebut berisiko mengalami Pencemaran udara dapat didefinisikan
kebakaran yang menimbulkan kabut asap. suatu kegiatan di atmosfer, dimana
World Health Organization konsentrasi dari substansi – substansi yang
memperkirakan sekitar 20 juta orang ada cukup tinggi dan berada diatas nilai
Indonesia telah terpajan asap kebakaran ambient dan dapat menimbulkan dampak –
hutan yang mengakibatkan berbagai dampak bagi manusia, hewan, vegetasi,
gangguan paru dan sistem pernapasan. maupun material. Substansi-substansi yang
Sekitar 25,6 juta jiwa yang terdiri atas 22,6 ada di atmosfer berupa gas, cair, maupun
juta jiwa di Sumatera dan 3 juta jiwa di padatan. Partikulat adalah padatan atau
Kalimantan menjadi korban asap akibat likuid di udara dalam bentuk asap, debu dan
kebakaran hutan dan lahan tersebut uap, yang dapat tinggal di atmosfer dalam
(Samsul, 2015). waktu yang lama. Di samping menganggu
estetika, partikel berukuran kecil di udara
Perhatian awal dari masyarakat dapat terhisap ke dalam sistem pernafasan
internasional pertama kali tertuju kepada dan menyebabkan penyakit gangguan
Indonesia pada saat terjadinya kebakaran pernafasan dan kerusakan paru-paru.
hutan pada skala yang sangat besar di era Partikel yang terhisap ke dalam sistem
tahun 1980-an yang menghanguskan lebih pernafasan akan disisihkan tergantung dari
dari 3,5 juta hektar hutan di Kalimantan diameternya.
Timur dengan radius kabut asap hingga
13.500 mil persegi. Kebakaran hutan Partikel berukuran besar akan tertahan pada
memiliki dampak terhadap manusia, hewan saluran pernafasan atas, sedangkan partikel
dan vegetasi. Dampak langsung akibat kecil (inhalable) akan masuk ke paru-paru
kebakaran hutan adalah (1) timbulnya dan bertahan di dalam tubuh dalam waktu
penyakit infeksi saluran pernafasan akut (2) yang lama. Partikel inhalable adalah
kerugian secara sosial dan ekonomi (3) partikel dengan diameter di bawah 10 μm
kerugian materil dan non materil (4) (PM10). PM10 diketahui dapat
transboundary haze pollution (pencemaran meningkatkan angka kematian yang
asap lintas batas) ke wilayah negara-negara disebabkan oleh penyakit jantung dan
tetangga, seperti Malaysia, Singapura dan pernafasan, pada konsentrasi 140 μg/m3
Brunei Darussalam (Samsul, 2015). dapat menurunkan fungsi paru-paru pada
anak-anak, sementara pada konsentrasi 350

Kopertis Wilayah X 38
Awaluddin– Keluhan Kesehatan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016

μg/m3 dapat memperparah kondisi sebanyak 6,3 juta jiwa di 12 Kabupaten/


penderita bronkhitis (Huboyo & Sutrisno, Kota. Data yang didapat sampai tanggal 17
2009). Polusi udara, yaitu dengan September 2015, ditemukan jumlah
terakumulasinya debu dan asap, penduduk yang menderita penyakit
konsentrasi kation NH4 , Ca , Mg+dan
++ +
sebanyak 31.518 jiwa terdiri dari; ISPA
anion Cl-, NO3-- dan SO4= di dalam suatu sebanyak 25.834 jiwa, iritasi kulit 2.246
kolom udara dengan jumlah di atas ambang jiwa, iritasi mata 1.656 jiwa dan pneumonia
batas yang telah ditetapkan sehingga dapat sebanyak 538 jiwa (Kementerian
membahayakan kesehatan baik bagi Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
manusia, hewan dan tanaman, serta Sedangkan data dinas kesehatan propinsi
penurunan derajat keasaman udara. Riau menemukan bahwa bencana kabut
Konsentrasi ion SO4 sebesar 0,05 ppm pada asap pada periode 29 Juni-29 Oktober 2015
menyebabkan penyakit ISPA sebesar
udara dalam waktu lama (lebih dari 2 jam
83,9%, penyakit kulit sebesar 6,07 %,
selama per hari) dapat membahayakan bagi
penyakit mata sebesar 4,83%, penyakit
kesehatan yang berupa gangguan penyakit
asma sebesar 3,83% dan pneumonia
ISPA (infeksi saluran pernafasan akut),
sebesar 1,34%.
bronchitis dan asma (Lestari, 1997).
Sementara di Kota Pekanbaru penyakit
Penilaian polusi udara menggunakan
ISPA meningkat drastis sejak adanya kabut
Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)
asap, dimana pada tanggal 27 Juli 2015
yang dibagi menjadi 5 kategori yaitu (1)
tercatat 900 kasus dan pada tanggal 6
nilai 0-50: sehat (2) nilai 51-100: sedang (3)
Agustus 2015 meningkat menjadi 1.562
nilai 101-199: tidak sehat (4) nilai 200-299:
kasus. Begitu juga kasus iritasi kulit
sangat tidak sehat (5) nilai >300: berbahaya
meningkat dari 35 kasus menjadi 56 kasus,
dan (6) nilai > 400: sangat berbahaya
iritasi mata mencapai 37 kasus, asma 40
(http://dinkes.baritokualakab.go.id). Data
kasus, pneumonia 17 kasus dan diare 56
ISPU pada tanggal 19 Oktober 2015 di
kasus (Dinkes Kota Pekanbaru, 7 Agustus
Kota Pekanbaru menunjukan pencemaran
2015). Bahkan seorang anak usia sekolah
dengan indikator sangat berbahaya yaitu
meninggal dunia yang diduga kuat akibat
mencapai angka 799 dan merupakan nilai
menghirup udara yang tidak sehat akibat
ISPU tertinggi di Sumatera dibandingkan
kabut asap (Riau Pos, 22 Oktober 2015).
kota lain.Tingkat sangat berbahaya ini akan
membahayakan semua orang terutama Data penyakit akibat kabut asap di kota
balita, ibu hamil, orang tua dan penderita Pekanbaru dari tanggal 29 Juni-8
gangguan pernapasan (Kementerian September 2015 yang tertinggi adalah
Kesehatan Republik Indonesia, 2015). ISPA sebanyak 3.254 orang (86,6%, dan
penyakit lain adalah diare, iritasi kulit,
Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di
asma, iritasi mata dan pneumonia (Dinas
provinsi Riau berada di lahan gambut yang
Kesehatan Kota Pekanbaru, 2015).
mendominasi daerah ini mencapai 60%
(Telekomunikasi & Caltex, 2012). Tahun Perawat sebagai salah satu tenaga
2015 bencana kabut asap di Propinsi Riau kesehatan dapat berperan dalam
terjadi sejak tanggal 1 Maret 2015. Jumlah meminimalisir keluhan masyarakat akibat
penduduk Provinsi Riau yang terpapar asap kabut asap. Data mengenai keluhan

Kopertis Wilayah X 39
Awaluddin– Keluhan Kesehatan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016

masyarakat akibat kabut asap merupakan Karakteristik berdasarkan usia dapat dilihat
data subjektif yang diperlukan oleh seorang pada tabel 1 berikut ini :
perawat dalam merumuskan diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan yang Karakteristik responden berdasarkan usia
baik tentu diharapkan sebagai dasar Tabel 1. Karakteristik responden
membuat tujuan yang SMART (Spesific, berdasarkan usia (n=343)
Measurable, Achievable, Realistic and Usia (tahun) Frekuensi %
Time). Dari hal yang sederhana tersebutlah 0-1 23 6.7
>1-5 81 23.6
perawat dapat berpartisipasi dalam >5-12 62 18.1
penanggulangan masalah yang timbul >12-18 8 2.3
akibat kabut asap pada manusia. >18-60 140 40.8
>60 29 8.5
Berdasarkan latar belakang diatas maka
Jumlah 343 100.0
perlu dilakukan penelitian yang bertujuan
mendeskripsikan keluhan kesehatan
masyarakat di kota Pekanbaru akibat kabut asap Pada tabel 1 diketahui bahwa kelompok
yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dan usia yang terbanyak adalah usia lebih dari
lahan pada tahun 2015. 18 - 60 tahun yaitu sebanyak 140 responden
(40,8%) dan yang paling sedikit adalah
rentang usia lebih dari 12-18 tahun yaitu
METODE PENELITIAN sebanyak 8 orang (2,3%).
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif menggunakan metode deskriptif
dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian ini dilakukan di Kota Pekanbaru
yaitu RW 11 Kelurahan Sri Meranti
Kecamatan Rumbai Pesisir, RW 05
Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Rumbai
dan RW 06 Kelurahan Kampung Baru
Kecamatan Senapelan. Penelitian Karakteristik responden berdasarkan jenis
dilakukan mulai tanggal 10-31 Oktober kelamin
2015. Populasi penelitian ini adalah Tabel 2. Karakteristik responden
masyarakat kota Pekanbaru yang terkena berdasarkan jenis kelamin (n=343)
dampak kabut asap. Teknik pengambilan
sampel dengan metode accidental Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki-laki 93 27.1
sampling. Jumlah sampel dalam penelitan Perempuan 250 72.9
ini adalah 343 orang. Alat ukur yang Jumlah 343 100.0
digunakan adalah lembar kuesioner dengan
cara menanyakan kepada masyarakat
keluhan yang dirasakan sejak adanya kabut Pada tabel 2 diketahui bahwa jenis kelamin
asap di Kota Pekanbaru. yang terbanyak adalah perempuan yaitu
sebanyak 250 responden (72,9%).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keluhan kesehatan masyarakat akibat
Karakteristik responden dalam penelitian kabut asap
ini meliputi usia dan jenis kelamin.

Kopertis Wilayah X 40
Awaluddin– Keluhan Kesehatan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016

Tabel 3. Keluhan masyarakat akibat kabut untuk mengurangi atau menghindari


asap (n=343) aktifitas di luar rumah bila tidak perlu.
Keluhan Frekuensi % Alasan lain tingginya keluhan pada usia
Batuk 61 17.8 tersebut karena pada orang yang berusia
Batuk dan Pilek 111 32.4 dewasa; terutama lebih dari 35 tahun akan
mengalami penurunan fungsi tubuh. Orang
Mata Perih 16 4.7
berusia tua mudah terpengaruh oleh asap
Gatal-gatal 22 6.4
karena mekanisme pertahanan saluran
Pusing 23 6.7 napas mereka terutama fungsi pembersih
Sesak Napas 28 8.2 partikel sudah berkurang. Pajanan asap
Batuk, Pilek & akan meningkatkan kemungkinan infeksi
31 9.0
Sesak napas saluran napas oleh bakteri dan virus akibat
Batuk & Sesak 15 4.4 penekanan aktivitas makrofag sehingga
Napas
timbul gejala pneumonia dan komplikasi
Sakit kepala & 10 2.9
Batuk pernapasan lain (Faisal, Yunus, & Harahap,
Mata Perih & 8 2.3 2012). Hasil penelitian ini berbeda dengan
Batuk yang ditemukan oleh (Novita, 2008)
Pilek 18 5.2
dimana balita adalah usia yang terbanyak
Total 343 100.0 yang terserang penyakit ISPA. Sedangkan
pada penelitian ini balita menempati urutan
Pada tabel 3 diketahui bahwa keluhan kedua terbanyak yaitu sebanyak 81 orang
masyarakat akibat kabut asap yang atau sebesar 23,6%. Novita menemukan
terbanyak adalah batuk dan pilek yaitu anak-anak mempunyai kemungkinan besar
sebanyak 111 responden (32,4%). terserang penyakit ini karena berhubungan
dengan belum adekuatnya sistem kekebalan
Karakteristik responden berdasarkan usia tubuh.

Hasil penelitian menunjukan kelompok Karakteristik responden berdasarkan jenis


usia yang terbanyak yang mengalami kelamin
keluhan kesehatan akibat kabut asap adalah
usia 18-60 tahun yaitu sebanyak 40,8% dan Pada tabel 2 diketahui bahwa jenis kelamin
yang paling sedikit adalah rentang usia 12- yang terbanyak adalah perempuan yaitu
18 tahun yaitu sebanyak 2,3%.Usia 18 - 60 sebanyak 250 responden (72,9%). Smeltzer
tahun merupakan usia produktif. Pada usia et al (2010) menyatakan bahwa terdapat
tersebut orang banyak beraktifitas di luar perbedaan fungsi sistem kekebalan tubuh
rumah sehingga peluang terpapar asap antara pria dan wanita. Misalnya, banyak
menjadi lebih lama. Kemungkinan hal ini penyakit autoimun memiliki insiden lebih
yang menyebabkan tingginya angka tinggi pada wanita dibandingkan pada laki-
kejadian keluhan kesehatan akibat kabut laki. Fenomena ini diyakini berkorelasi
asap pada rentang usia tersebut. dengan hormon seks. Hormon seks telah
Kementerian Kesehatan Republik lama dikenal dalam perannya dalam fungsi
Indonesia (2015) menghimbau masyarakat reproduksi. Dalam 20 tahun terakhir
penelitian mengungkapkan bahwa hormon
ini merupakan modulator sinyal yang tak

Kopertis Wilayah X 41
Awaluddin– Keluhan Kesehatan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016

terpisahkan dari sistem kekebalan tubuh. keadaan api menjadi tidak terkontrol dalam
Hormon seks berperan dalam pematangan vegetasi yang mudah terbakar di daerah
limfosit, aktivasi, dan sintesis antibodi dan pedesaan atau daerah yang luas. Kebakaran
sitokin. Pada penyakit autoimun, ekspresi hutan dapat disebabkan oleh petir pada
hormon seks diubah, dan perubahan ini hutan kering, erupsi vulkanik dari letusan
memberikan kontribusi terhadap gangguan gunung api, percikan api dari reruntuhan
regulasi imun. batu atau peralatan, pembakaran disengaja
saat membuka lahan pertanian, kebakaran
Hal lain yang mungkin berpengaruh adalah dibawah tanah gambut dan puntung rokok
karena penelitian ini dilakukan pada siang yang menyala (Faisal et al., 2012).
hari yang merupakan jam kerja, dimana Kebakaran tersebut akan menimbulkan
laki-laki sedang bekerja sehingga asap.
responden yang banyak adalah perempuan.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang Asap memiliki kandungan karbon
dilakukan di Kabupaten Indragiri Hulu monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2) ,
selama tahun 2007 bahwa laki-laki lebih Sulfur dioksida (SO2), Ozon (O3) dan
banyak terserang penyakit ISPA partikulat matter (PM10). CO merupakan
dibandingkan perempuan (Novita, 2008). gas tidak berwarna/berbau/ berasa; berasal
Hal ini dikaitkan dengan aktifitas laki-laki dari pembakaran tidak sempurna; mudah
yang lebih tinggi di luar rumah daripada terbakar dan beracun; yang menganggu
perempuan. kemampuan darah mengikat oksigen
sehingga darah kekurangan oksigen. CO
Keluhan kesehatan masyarakat akibat kabut memiliki afinitas untuk berikatan dengan
asap Hb yang lebih tinggi dibandingkan oksigen
Pada tabel 3 diketahui bahwa keluhan (O2) (240 kali) sehingga jika terpapar maka
masyarakat akibat kabut asap yang akan mudah diserap oleh darah dalam
terbanyak adalah batuk dan pilek yaitu tubuh. Akibatnya CO menggantikan O2
sebanyak 111 responden (32,4%). Batuk dalam darah yang menuju ke sistem
dan pilek merupakan salah satu gejala pembuluh darah dan jantung serta
ISPA. Hal ini hampir sama dengan data persarafan.CO pada konsentrasi rendah
yang ditemukan oleh David Glover (1997) (<400 ppmv) dapat menyebabkan pusing-
bahwa kejadian ISPA akibat kabut asap pusing dan keletihan karena oksigen dalam
adalah sebesar 9%, alergi sebesar 2%, asma tubuh yang berkurang dan pada konsentrasi
sebesar 4%, iritasi mata sebesar 2% dan tinggi (>2.000 ppmv) dapat menyebabkan
paru-paru sebesar 1% (Wahyuni, 2011). keracunan bahkan kematian. NO2 berperan
Data lain yang sejalan yaitu data yang terhadap polusi partikel dan deposit asam
didapat dari masyarakat Ogan Ilir, dan prekusor ozon yang merupakan unsur
Sumatera Selatan yang terkena penyakit pokok dari kabut fotokimia. NO2 bersifat
ISPA sebanyak 3.074 orang selama kurun racun bagi makhluk hidup. SO2 berperan
waktu bulan September 2015 (Nursatria. dalam terjadinya hujan asam dan polusi
2015). partikel sulfat aerosol. SO2 merupakan gas
pedas yang dapat menyebabkan sesak
Keluhan ini terjadi akibat adanya napas, iritasi mukosa saluran napas dan
kebakaran hutan. Kebakaran hutan adalah penyempitan bronkus sehingga

Kopertis Wilayah X 42
Awaluddin– Keluhan Kesehatan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016

menimbulkan mengi dan dapat merusak Materi partikulat ini akan berada di udara
paru-paru. dalam waktu relatif lama dalam keadaan
melayang dan masuk ke dalam tubuh
O3 merupakan pencemar sekunder yang manusia melalui saluran pernapasan dan
terbentuk dengan bantuan sinar matahari dapat menganggu paru. Kandungan lain
yang menyebabkan reaksi photochemical dalam asap seperti karbon monoksida,
oxidants; bersifat reaktif akrolein, formaldehid dan benzene dapat
(menghancurkan/mengubah molekul- mengiritasi saluran pernapasan melalui
molekul); pembentuk kabut asap yang inhalasi (Faisal et al., 2012). Iritasi akibat
berbahaya bagi kesehatan; mengurangi partikel ini tentu juga diduga menjadi
produksi tanaman; menimbulkan efek tingginya keluhan batuk dan pilek
panas (Faisal et al., 2012). O3 dapat masyarakat kota Pekanbaru akibat kabut
menyebabkan iritasi pada mata dan saluran asap.
pernapasan serta penyakit asma, bronchitis
dan penyebab sakit kepala. Kandungan lain dalam asap dan debu
adalah SPM dan Pb, dimana keduanya telah
Partikulat matter (PM10) berukuran< 10 dibuktikan memberi pengaruh yang
micron pada konsentrasi diatas 140 merugikan kesehatan manusia. Dampak
microgram/m3 dapat menganggu fungsi yang merugikan bagi kesehatan manusia,
paru-paru dan pada konsentrasi lebih tinggi bukan saja dengan terhisap langsung, tetapi
dapat memperparah kondisi penderita juga dengan cara-cara pemaparan lainnya
bronchitis seperti: meminum air yang terkontaminasi
(http://dinkes.baritokualakab.go.id. Materi dan melalui kulit.
partikulat dalam asap merupakan bagian
yang mengakibatkan pajanan jangka SPM juga memengaruhi sistem pernafasan.
pendek. Materi partikulat dibagi menjadi Pemaparan yang akut dapat menyebabkan
(1) ukuran lebih dari 10 mm biasanya tidak radang paru sehingga respon paru kurang
sampai ke paru yang dapat membuat iritasi permeabel, fungsi paru menjadi berkurang
pada mata, hidung dan tenggorokan (2) dan menghambat jalan udara. Pb
ukuran kurang atau sama dengan 10 mm menghambat sistem pembentukan Hb
yang dapat terhirup sampai ke paru (3) dalam darah merah, sumsum tulang,
Partikel debu atau materi partikulat merusak fungsi hati dan ginjal dan
melayang (suspended particulate penyebab kerusakan syaraf.
matter=SPM) yang merupakan campuran
dari berbagai senyawa organik dan Pengaruh-pengaruh langsung dari polusi
anorganik yang ada di udara dengan udara terhadap kesehatan manusia
diameter <1-500 μm. Kemungkinan materi tergantung pada; intensitas dan lamanya
partikulat yang berukuran lebih dari 10 mm pemaparan, juga status kesehatan penduduk
ini yang menyebabkan masyarakat kota yang terpapar (Revida & Idealisme, 2003).
Pekanbaru mayoritas mengeluh batuk dan Inhalasi merupakan jalur pajanan yang
pilek. paling membahayakan. Partikulat yang
Partikel akibat asap kayu yang terbakar berukuran 5 μm dapat langsung masuk
hampir seluruhnya berukuran <1 μm, kedalam paru dan akan mengendap di
sebagian besar antara 0,15 sampai 0,4 μm alveoli. Partikulat > 5 μm dapat menganggu

Kopertis Wilayah X 43
Awaluddin– Keluhan Kesehatan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016

saluran napas bagian atas dan dapat mata, hidung dan tenggorokan. Namun
menyebabkan iritasi. Bahan yang partikel yang berukuran kurang dari 10 μm
terkandung dalam asap kebakaran juga dapat terinhalasi sampai ke paru. Dalam
dapat menganggu fungsi makrofag, jangka pendek (akut) asap kebakaran hutan
peningkatan kadar albumin dan laktosa dapat mengakibatkan iritasi selaput lendir
dehidrogenase yang menunjukan kerusakan mata, hidung, tenggorokan, sehingga bisa
membran sel serta kerusakan sel epitel. menimbulkan gejala mata perih dan berair,
hidung berair dan rasa tidak nyaman di
Asap dapat menimbulkan iritasi mata, kulit tenggorokan, sakit kepala, mual dan mudah
dan gangguan saluran pernapasan yang terjadi ISPA(Kementerian Kesehatan
berat, berkurangnya fungsi paru, bronkitis, Republik Indonesia, 2015).
dan asma. Konsentrasi yang tinggi dari
partikel-partikel iritasi pernapasan dapat Tingginya risiko yang ditimbulkan oleh
menyebabkan batuk dan sesak napas. kabut asap tidak hanya menyerang saluran
Materi partikulat juga dapat memengaruhi pernapasan tetapi juga sistem
sistem kekebalan tubuh karena terhirupnya kardiovaskuler. Hal ini dibuktikan oleh
benda asing ke paru. Dampak yang penelitian bahwa peningkatan partikel
ditimbulkan dipengaruhi oleh karakteristik halus di udara meningkatkan risiko terkena
individu seperti usia, penyakit pernapasan penyakit myocardial infarction (Peters,
sebelumnya, infeksi lain, keadaan jantung Dockery, Muller, & Mittleman, 2001).
dan paru serta ukuran partikel. Inhalasi partikel halus di udara dan ozon
dalam waktu yang singkat dapat
Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menyebabkan vasokonstriksi pada arteri
dilakukan oleh (Telekomunikasi & Caltex, (Brook et al., 2002). Ada hubungan antara
2012) yang bertujuan untuk mengetahui polusi udara dengan meningkatnya pasien
kandungan partikel dari hasil pembakaran stroke yang masuk rumah sakit karena
lahan gambut di propinsi Riau, didapatkan peningkatan polutan PM10 and NO2(Tsai,
hasil bahwa asap hasil pembakaran lahan Goggins, Chiu, & Yang, 2003). PM10 dapat
gambut di ruang terbuka mengandung menyebabkan penyakit paru dan
beberapa unsur yaitu CO (15 ppm), CO2 kardiovaskuler (van EEDEN et al., 2001).
(97ppm), Methan ( 3 ppm), gas oline (74,26 PM10 juga dapat meningkatkan kejadian
ppm). Asap yang berasal dari kebakaran aterosklerosis (Suwa et al., 2002). Kadar
hutan (kayu dan bahan organik lain) partikel halus di udara berhubungan dengan
mengandung campuran gas, partikel dan risiko kematian akibat penyakit pernapasan
bahan kimia akibat pembakaran yang tidak dan kardiovaskuler (England, 1996) and
sempurna. (Pope III et al., 2002).
Bukti lain juga menunjukan bahwa Mengingat sangat berbahayanya pengaruh
komposisi asap kebakaran hutan terdiri dari kabut asap terhadap kesehatan manusia,
gas seperti karbon monoksida, karbon yang tidak hanya menyerang sistem
dioksida, nitrogen oksida, ozon, sulfur pernapasan tapi juga sistem kardiovaskuler
oksida. Partikel yang timbul akibat bahkan dapat menyebabkan kematian maka
kebakaran hutan disebut particulate matter perawat memiliki tanggung jawab terhadap
(PM). Ukuran lebih dari 10 μm biasanya hal tersebut. Perawat sebagai salah satu
tidak masuk paru tetapi dapat mengiritasi

Kopertis Wilayah X 44
Awaluddin– Keluhan Kesehatan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016

tenaga kesehatan profesional harus mengurangi aktifitas di luar rumah dan jika
berperan aktif dalam membantu menangani perlu keluar rumah agar menggunakan
masalah-masalah yang ditimbulkan akibat masker, meningkatkan status gizi dan
kabut asap yang merupakan bencana minum air putih yang banyak.
tahunan tersebut.
UCAPAN TERIMA KASIH
Perawat memiliki peran dalam melakukan
asuhan keperawatan pada masyarakat yang Ucapan terima kasih disampaikan kepada
terkena dampak akibat kabut asap. Peran Yayasan Tengku Maharatu Pekanbaru
tersebut antara lain dengan pemberian Riau
layanan perawatan dan memberikan asuhan DAFTAR PUSTAKA
keperawatan berbasis bukti. Perawat adalah
lini terdepan dalam perawatan masyarakat. Brook, R. D., Brook, J. R., Urch, B.,
Perawat mempunyai tanggungjawab untuk Vincent, R., Rajagopalan, S., & Silverman,
menciptakan lingkungan yang sehat. F. (2002). Inhalation of fine particulate air
Perawat juga ikut mendorong pollution and ozone causes acute arterial
digunakannya praktik berbasis bukti karena vasoconstriction in healthy adults.
memiliki dasar yang lebih kuat dibanding Circulation, 105(13), 1534–1536.
praktik lain. Perkembangan landasan https://doi.org/10.1161/01.CIR.000001383
penelitian menunjukan bahwa perawat 8.94747.64
lebih sering mengenali, menghentikan dan
mengoreksi kesalahan yang seringkali England, T. N. (1996). Journal Medicine
mengancam jiwa. Perawat dapat ©. Victoria, 69–75.
merumuskan diagnosis keperawatan dalam Faisal, F., Yunus, F., & Harahap, F. (2012).
membantu setiap masalah keperawatan Dampak Asap Kebakaran Hutan pada
(Herdman, 2012). Peran perawat dalam Pernapasan. Cdk-189, 39(1), 31–35.
mengatasi permasalahan keluhan
masyarakat akibat kabut asap tentu sangat Huboyo, H. S., & Sutrisno, E. (2009).
diharapkan sehingga masalah yang Analisis Konsentrasi Particulate Matter 10
dihadapi masyarakat dapat diatasi. (Pm10) Pada Udara Diluar Ruang (Studi
Kasus: Stasiun Tawang-Semarang). Teknik,
SIMPULAN 30(1), 44–48.
Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui Indek Standar Pencemar Udara (ISPU)
bahwa kelompok usia reponden yang diakses dari
mengalami keluhan akibat kabut asap yang (http://dinkes.baritokualakab.go.id)
terbanyak adalah usia antara 18-60 tahun
Kementerian Kesehatan Republik
yaitu sebanyak 140 responden (40,8%),
Indonesia. (2015). Masalah kesehatan
jenis kelamin yang terbanyak adalah
akibat kabut asap kebakaran hutan dan
perempuan yaitu sebanyak 250 responden
lahan tahun 2015.
(72,9%) dan keluhan masyarakat akibat
kabut asap yang terbanyak adalah batuk dan Lestari, S. (1997). Dampak dan antisipasi
pilek yaitu sebanyak 111 responden kebakaran hutan. Jurnal Teknologi
(32,4%). Diharapkan kepada masyarakat Lingkungan, (8).
yang terkena dampak kabut asap untuk

Kopertis Wilayah X 45
Awaluddin– Keluhan Kesehatan... Journal Endurance 1(1) 25 February 2016

Novita, N. (2008). Hubungan Antara Smeltzer, Suzanne C; Bare, Brenda G;


Hospot (Titik Panas) Dengan Timbulnya Hinkle, Janice L; Cheever, Kerry H. (2010).
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut Brunner & Suddarth’s textbook of medical-
(ISPA) Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan surgical nursing (12th ed). Wolters Kluwer
di Kabupaten Indragiri Hulu Riau Tahun Health / Lippincott Williams & Wilkins
2007.
Suwa, T., Hogg, J. C., Quinlan, K. B.,
Nursatria. 2015. Jumat, 9 Oktober 2015 | Ohgami, A., Vincent, R., & Van Eeden, S.
04:46 WIB INDRALAYA, KOMPAS.com F. (2002). Particulate air pollution induces
http://regional.kompas.com/read/2015/10/ progression of atherosclerosis. Journal of
09/04460001/3.000.Warga.Ogan.Ilir.Terke the American College of Cardiology, 39(6),
na.ISPA.akibat.Kabut.Asap 935–942. https://doi.org/10.1016/S0735-
1097(02)01715-1
Peters, A., Dockery, D. W., Muller, J. E.,
& Mittleman, M. A. (2001). Increased Telekomunikasi, T., & Caltex, P. (2012).
Particulate Air Pollution and the Pengukuran Kadar Kepekatan Asap pada
Triggering of Myocardial Infarction. Lahan Gambut Intitut Teknologi Sepuluh
Circulation, 103(23), 2810 LP-2815. Nopember ( ITS ) Abstrak, (Snastikom).
JOUR. Retrieved from
http://circ.ahajournals.org/content/103/23/ Tsai, S. S., Goggins, W. B., Chiu, H. F., &
2810.abstract Yang, C. Y. (2003). Evidence for an
Association Between Air Pollution and
Pope III, C. A., Burnett, R. T., Thun, M. J., Daily Stroke Admissions in Kaohsiung,
Calle, E. E., Krewski, D., & Thurston, G. Taiwan. Stroke, 34(11), 2612–2616.
D. (2002). to Fine Particulate Air Pollution. https://doi.org/10.1161/01.STR.000009556
The Journal of the American Medical 4.33543.64
Association, 287(9), 1132–1141.
https://doi.org/10.1001/jama.287.9.1132 van EEDEN, S. F., TAN, W. C., SUWA,
T., MUKAE, H., TERASHIMA, T., FUJII,
Revida, D. E., & Idealisme, I. (2003). T., … HOGG, J. C. (2001). Cytokines
Digited by USU Digital Library 1, 1–5. Involved in the Systemic Inflammatory
Response Induced by Exposure to
Samsul, I. (2015). Instrumen hukum Particulate Matter Air Pollutants (PM 10 ).
penanggulangan kebakaran hutan, lahan, American Journal of Respiratory and
dan polusi asap. Critical Care Medicine, 164(5), 826–830.
Simbolon, H. (2004). PROSES AWAL https://doi.org/10.1164/ajrccm.164.5.2010
PEMULIHAN HUTAN GAMBUT 160
KELAMPANGAN-KALIMANTAN
TENGAH PASCA KEBAKARAN
HUTAN DESEMBER 1997 DAN
SEPTEMBER 2002 [ Early Process of
Recovery of Peat Swamp Forest at
Kelampangan-Central Kalimantan after
Forest Fires December 1997 and September
2002 ], 7(September 2002), 145–154.

Kopertis Wilayah X 46

You might also like