Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

Pengaruh Pemberian Pasta Tape Temulawak, Tabut Blok, dan Konsentrat

Laktasi terhadap Kualitas Susu pada Sapi Perah FH (Fries Holland)


The Effect Of Feeding Curcuma - Fermented Cassava Paste, Tabut Block, And Lactation
Concentrates On Milk Quality Of Dairy Cow

Toni Supriadi , Irma Badarina , Endang Sulistyowati


Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu
Jalan Raya W.R Supratman, Kandang Limun, Bengkulu, 3837A
Email : tonisupriadi052@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pasta tape temulawak, tabut
blok, dan konsentrat laktasi terhadap kualitas susu sapi perah FH (Fries Holland). Penelitian
ini dilaksanakan selama 50 hari dengan 10 hari masa adaptasi ternak dan 40 hari masa
pemberian pasta tape temulawak, Tabut blok, dan konsentrat laktasi. dilaksanakan pada
tanggal 22 Juni 2018 sampai dengan 10 Agustus 2018. Bertempat di Desa Mojorejo
Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong dengan desain rancangan bujur
sangkar latin 4 x 4 yang terdiri dari 4 ekor sapi, 4 periode, 4 perlakuan dan 4 ulangan.
Adapun 4 perlakuan yang digunakan yaitu P0 kontrol, P1 pasta tape temulawak, P2 tabut
blok, P3 konsentrat laktasi. Berdasarkan analisis ragam (anova) menunjukkan perlakuan
tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap kadar protein susu dan kadar lemak susu sapi perah
FH selama penelitian. Namun kadar lemak dan kadar protein susu tertinggi terdapat pada
perlakuan P2 Tabut blok. Konsumsi BK ransum tertinggi terdapat pada perlakuan P1 Pasta
tape temulawak.

Kata kunci : Sapi Perah FH, Pasta Tape Temulawak, Tabut Blok, Konsentrat Laktasi,
Kualitas Susu.

ABSTRACT
The purpose of this study was to examine the effect of curcuma - fermented cassava
paste, Tabut block and lactation concentrate on the quality of lactating dairy cows. This
research was conducted for 50 days starting on June 22, 2018 to August 10, 2018 in Mojorejo
Village, Selupu Rejang Sub-District, Rejang Lebong District, Bengkulu Province. The design
used was the Latin Square Design (LSD), with treatments were (P0 = Control, P1 = curcuma
- fermented cassava paste, P2 = Tabut Block, P3 = Lactation concentrate). This study used 4
treatments, 4 replications, 4 periods, in a period of 10 days, 10 days of adaptation and the last
3 days for each period of milk sampling. The variables observed were consumption of dietary
dry matter, fat content and milk protein levels. The data obtained were analyzed using
variation analysis (ANOVA). The results showed that the treatment had no significant effect
on fat and protein contents. Fat contents were P0 (2.79%), P1 (2.67%), P2 (4.08%), and P3
(3.42%) and protein contents were P0 (4.06%), P1 (3.71%), P2 (4.36%) and P3 (4.14%).

Keyword : Lactating dairy cows , Fermented cassava paste, Tabut block, Lactation
concentrate. Milk quality.
Pendahuluan
Latar Belakang

Ternak sapi adalah salah satu jenis beranak pertama, frekuensi pemerahan,
ternak ruminansia yang populasinya hampir kesehatan dan masa kering kandang
tersebar luas di seluruh dunia, terutama pada (Schmidt et al., 1988).
daerah yang mempunyai produk pertanian
Pakan adalah salah satu faktor utama
memungkinkan. Penyebaran ternak sapi ini
yang penting dalam keberhasilan suatu usaha
lebih merata jika dibandingkan domba dan
peternakan. Pakan bagi ternak berfungsi
kambing, serta ternak sapi jarang ditemukan
sebagai penunjang kebutuhan hidup pokok,
pada lingkungan yang cukup ekstrim atau
produksi dan reproduksi. Produksi susu,
tidak bersahabat. Sapi di negara berkembang
kualitas susu dan kesehatan sapi perah
memberikan pengaruh yang cukup besar
dipengaruhi oleh jenis pakan yang diberikan,
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sapi
pada sapi perah laktasi terdiri atas hijauan
perah khususnya, dengan produksi susu yang
dan konsentrat (Siregar 2001). Salah satu
tinggi mampu mensuplai kebutuhan susu
cara dalam memperbaiki kualitas susu serta
untuk manusia (Irawan, 2010).
produksi susu dapat ditingkatkan dengan
Sapi perah yang banyak dipelihara di cara memperbaiki pakan (Sudono et al.,
Indonesia adalah jenis sapi perah Friesian 2003).
Holstein (FH). Sapi FH merupakan salah Temulawak adalah bahan suplemen
satu bangsa dari sapi perah yang memiliki alternatif untuk sapi perah. Tanaman
tingkat produksi susu yang tertinggi dengan temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb)
kadar lemak relatif lebih rendah adalah salah satu jenis tanaman obat
dibandingkan sapi perah lain (Blakely dan alternatif pengganti antibiotik. Kandungan
Blade 1998). Kapasitas produksi susu dalam kurkumin dan desmetoxy kurkumin yang
negeri dapat ditingkatkan dengan terdapat dalam temulawak berfungsi untuk
penambahan jumlah populasi sapi perah serta meningkatkan nafsu makan, memperbaiki
produktivitas pada sapi perah. Produktivitas fungsi pencernaan, fungsi hati, menurunkan
sapi perah dipengaruhi oleh beberapa faktor, lemak darah, pereda rasa nyeri sendi dan
antara lain : tata laksana pemberian pakan, tulang, antioksidan serta menghambat proses
kualitas genetik ternak, periode laktasi, umur penggumpalan darah. Minyak atsiri bekerja
mempercepat pengosongan dalam lambung laktasi dan sapi potong laktasi (Sulistyowati,
sehingga dapat menimbulkan rasa cepat 1999).
lapar (Rahardjo, 2010). Komponen penting yang terkandung
Tabut Blok merupakan didalam susu adalah lemak dan protein.
pengembangan dari pasta tape temulawak kandungan protein dalam susu berkisar
serta Sakura Blok pasta tape temulawak telah antara 3%–5% sedangkan kandungan lemak
diaplikasikan pada sapi madura dan sapi bali susu berkisar antara 3%-8%. Komposisi air
laktasi sebanyak 5% BK ransum, hasilnya susu rata-rata adalah sebagai berikut: air
diduga dapat meningkatkan produksi susu (87,90%); kasein(2,70%); lemak (3,45%);
sebanyak 0,42 kg/ekor atau 9,5 kali lebih bahan kering (12,10%); albumin (0,50%);
tinggi jika dibandingkan dengan sapi yang protein (3,20%); bahan kering laktosa
tidak diberi pasta tape temulawak (4,60%); enzim, vitamin, serta gas (0,85 %).
(Sulistyowati, 1999). Pada kambing PE Kadar lemak susu yang tinggi pada susu sapi
laktasi, pemberian pasta tape (7,5%) dan perah dapat meningkatkan harga susu yang
larutan temulawak (50%) menghasilkan dihasilkan (Winarno, 1993).
produksi susu tertinggi (0,37kg/hari) dengan Pada uji kualitas susu dapat ditentukan
kandungan lemak susu rendah (2,09%) melalui warna, bau, rasa, berat jenis,
(Sulistyowati dan July 2009). kebersihan, kadar lemak, kadar protein dan
BK 35% konsentrat (850 g tape – 345 bahan kering tanpa lemak (Sudono, 1999).
ml larutan temulawak) merupakan Menurut hasil penelitian Mardalena
suplementasi PTT 5%. meningkatkan (2012) didapat rataan kadar protein 3,40 –
produksi susu sebanyak 0,45 kg/ekor/hari 4,43% dan laktosa susu 4,75 – 5,47%.
atau 10 kali lebih tinggi jika dibandingkan Selama penelitian dapat dilihat adanya
dengan kontrol (0,048 kg/ekor/hari) pada peningkatan kadar protein susu sebesar 3,13
sapi Madura laktasi (Sulistyowati, 1999). – 23,25% dan kadar laktosa sebesar 4,43 –
Konsentrat laktasi merupakan 13,16%, meningkatnya kadar protein dalam
suplementasi hasil pengembangan dari blok susu dan kadar laktosa susu disebabkan oleh
tabut yang mengandung temulawak, tape tingginya taraf pemberian pakan suplemen.
serta bahan lainnya. Temulawak serta tape kadar lemak susu dalam penelitian ini
dua bahan ini bekerja secara sinergis didalam diperoleh 6,29 – 6,71% yang dipengaruhi
metabolisme serta biosintesis nutrisi menjadi oleh pakan hijauan yaitu semakin tinggi
prekursor susu. Blok ini terbukti telah pakan hijauan yang diberikan maka semakin
meningkatkan produksi susu sapi perah tinggi pula kadar lemak susu.
Pemberian 20% larutan temulawak dan berarti bertambah banyaknya blok Tabut
35% tape dengan ukuran 450 g/blok, mampu yang dikonsumsi maka ketersediaan nutrisi
meningkatkan produksi susu sebesar 2,82 berupa karbohidrat, protein, mineral, dan
kg/hari (Sulistyowati et al. 2008). Hal ini kurkuminoid akan disentesis menjadi susu.

Tujuan Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas,maka Pemberian Pasta tape temulawak,
penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi Tabut blok dan Konsentrat laktasi diduga
pengaruh pemberian Pasta Tape temulawak, dapat memperbaiki kualitas susu sapi perah.
Tabut blok dan konsentrat laktasi terhadap
kualitas susu sapi perah.

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat kandang, timbangan, sekop, baskom/ember,
Penelitian ini dilaksanakan pada plastik,paralon bulat, timbangan analitik.
tanggal 22 Juni 2018 sampai 10 Agustus Tahap Penelitian
2018 dan dilaksanakan selama 50 hari Penelitian ini dilakukan dengan
dengan 10 hari masa adaptasi ternak dan 40 beberapa tahapan dimulai dengan (1)
hari masa perlakuan, penelitian ini persiapan bahan pakan (pembuatan tabut
dilaksanakan di Desa Mojorejo Kecamatan blok, pasta tape temulawak dan konsentrat
Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong laktasi) (2) persiapan kandang (3) persiapan
dengan rata-rata ketinggian 968,31 m/dpl dan ternak (4) pelaksanaan penelitian (5) analisis
suhu udara berkisar rata-rata antara 23,240C. protein susu (6) analisis kadar lemak (7)
analisis data.
Alat dan Bahan Prosedur Penelitian
Materi yang digunakan dalam Persiapan bahan pakan
penelitian ini adalah 4 ekor sapi FH (Fries
Hijauan yang diberikan sebanyak 40
Holstein) sedang laktasi. Bahan yang
kg yang diberikan oleh peternak. Hijauan
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah bahan
terdiri atas king grass dan tebon jagung.
konsentrat (dedak, ,jagung giling, minyak
Tabut blok sesuai perlakuan dengan berat
sawit, tepung tapioka, ragi tape, urea, TSP,
300 g diberikan sebanyak 6 buah/ekor/hari
garam, premix, kapur, pasta tape
diberikan 3 buah pagi dan 3 buah sore hari,
temulawak), tempat pakan, tempat minum,
konsentrat laktasi diberikan sebanyak 2
kg/ekor/hari diberikan 1 kg pagi dan 1 kg
sore hari, pasta tapai temulawak diberikan Tabel 1. Kandungan nutrisi bahan pasta tape
temulawak, Tabut blok, konsentrat
850 g tape dengan sari temulawak 350
laktasi dan dedak
g/ekor/hari diberikan pagi dan sore hari.
Perlakuan K. Air (%) Abu (%) Lemak (%) Protein (%) SK (%)

(P1) Pasta tape 15,96 14,45 2,49 8,74 9,72


temulawak

(P2) Tabut Blok 41,69 11,88 0,40 9,45 5,00

(P3) Konsentrat 12,36 7,50 1,28 8,82 13,22


laktasi

(P0) Dedak 3,84 13,25 3,64 5,43 2,32

Sumber: Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan jagung giling 15%, garam 3%, kapur 3%,
Bioteknologi Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan
Masyarakat, IPB (2018) dan Laboratorium Jurusan TSP 1%, semen 3,5%, urea 3% serta premix
Peternakan, Universitas Bengkulu (2018)
1,5%. Tabut blok ini diberikan pada sapi
Tabut blok dibuat berdasarkan
potong laktasi sebanyak 300 g/ekor/hari
formula dasar yang terdiri dari tape singkong
(Sulistyowati et al., 2001).
40%, larutan temulawak 15%, dedak 15%,
Tabel.2 Formula Tabut blok

Bahan Baku Formula


Dedak 15%
Jagung giling 15%
Urea 3%
TSP 1%
Garam 3%
Premix 1,5%
Kapur 3%
Tape Singkong 40%
Tepung tapioka 3,5%
Larutan Temulawak 15%
Total (%) 100
Sumber : (Sulistyowati et al., 2007) 1.Menyiapkan semua bahan-bahan yang
A.Langkah-langkah pembuatan Tabut Blok diperlukan.
2.Menimbang semua bahan-bahan menimbangnya dengan berat yang
dengan komposisi yang telah ditentukan. telah ditentukan yaitu sebesar 300 g.

3.Mencampur semua bahan-bahan 5.Membungkus Tabut blok dengan


menjadi satu, dan mengaduk semua menggunakan plastik agar terhindar dari
bahan hingga tercampur secara kerusakan.
homogen.
Tabel 3. Formulasi konsentrat laktasi
4.Mencetak Tabut blok dengan
menggunakan paralon bulat,dan
Persentase (%)
Bahan Baku
Dedak 35
Jagung giling 30
Tepung singkong 15
Tepung kedelai 15
Minyak sawit 1,5
Mineral Mix 1
Ragi tape 0,5
Tepung temulawak 2
Total (%) 100
Sumber : (Sulistyowati et al., 2014) itu timbang konsentrat laktasi dengan
B.Cara pembuatan Konsentrat Laktasi. berat 1 kg/ekor/hari.
1. Menyiapkan dedak, tepung kedelai, C.Pembuatan ragi tape
tepung temulawak, jagung sangrai,
Bahan : 1000 g tepung beras, 100 g
urea, minyak sawit, ragi tape serta
singkong segar, 15 g gula, 25 g laos, 10 g air
mineral.
jeruk, 10 g ragi lokal, 500 g air.
2. Mencampur bahan pakan dimulai
dari kuantitas yang terbanyak hingga Cara pembuatan : menghaluskan
yang terkecil. singkong, laos, ragi lokal, kemudian
3. Pakan penghomogen dilakukan mencampurkan semua bahan yang telah
secara manual yaitu dengan dihaluskan dengan tepung beras, gula dan air
menggunakan tangan. jeruk. Setelah itu mengaduk bahan dengan
4. Mengaduk sampai bahan-bahan air sampai tercampur rata dan dicetak,
tercampur menjadi homogen setelah kemudian dikeringkan dibawah sinar
matahari selama 2 hari (Pusbangtepa, 1981) dan tempat minum dibersihkan setiap
dalam (Sulistyowati, 2014). harinya.

D. Pembuatan larutan temulawak. Persiapan Ternak

Bahan : 1000 g temulawak segar, 500 Ternak yang digunakan sebelum


g air. penelitian dimulai, dipastikan dan diseleksi
dalam kondisi yang sehat serta dalam kondisi
Cara pembuatan : Temulawak dicuci
sedang laktasi, dengan bobot badan rata-rata
hingga bersih, selanjutnya kulit temulawak
300 kg, laktasi periode pertama dan
dikupas sampai bersih, temulawak diparut
pertengahan masa laktasi.
hingga menjadi halus, tambahkan air dalam
parutan temulawak tadi, diaduk hingga Ransum dan air minum
tercampur rata, lalu diperas dan disaring sari
Ransum yang diberikan berupa
larutan temulawaknya.
hijauan sebanyak 40 kg yang diberikan oleh
Pasta Tape Temulawak peternak. Hijauan terdiri atas King grass dan
Pasta tape temulawak terdiri atas tape tebon jagung. Tabut blok sesuai perlakuan
850 g dan sari temulawak sebanyak 350 g. dengan berat 0,300 kg diberikan sebanyak 6
Level ini merupakan modifikasi dari buah/ekor/hari diberikan 3 buah pagi dan 3
(Sulistyowati et al., 1999). buah sore hari, Konsentrat laktasi diberikan
E.Cara Pemberian Pasta tape Temulawak : sebanyak 2 kg/ekor/hari diberikan 1 kg pagi
1.Tape ditimbang sebanyak 850 g dan sari dan 1 kg sore hari, Pasta tape temulawak
temulawak ditimbang sebanyak 350 g.lalu diberikan 0,850 kg tape dengan sari
mencampurnya hingga menjadi rata. temulawak 0,350 kg/ekor/hari diberikan pagi
2.Memberikan Pasta tape temulawak yang dan sore hari. Air minum ternak diberikan
sudah siap diletakkan di ember atau bisa secara adlibitum dan ditimbang setiap sore
diberikan diatas hijauan pagi dan sore hari. hari.

Persiapan Kandang Ternak

Kandang penelitian yang digunakan


yaitu kandang yang tersedia di tempat
peternak, serta dilengkapi dengan tempat
pakan dan tempat minum, atap yang Variabel yang diamati
digunakan terbuat dari seng, Tempat pakan Konsumsi BK Ransum
Konsumsi BK ransum merupakan Bahan : Susu sapi segar, Petroleum
pengukuran yang dilakukan setiap hari. benzene pa, etyl ether, alkohol, N-Hexan dll.
Konsumsi ransum (kg/ekor/hari) = Jumlah
Prosedur Kerja :
bahan ransum yang diberikan (kg) dikurangi
ransum sisa. 1.Sampel susu segar dikeringkan
Kualitas Susu dengan cara mengoven pada suhu
60oC hingga berbentuk menjadi
Pengujian kualitas susu sapi perah
tepung.
FH meliputi analisis kadar lemak, kadar
protein dan berat jenis. Uji kualitas susu 2.Kertas saring bebas lemak (a g)
dilakukan di laboratorium Jurusan ditimbang.
Peternakan Universitas Bengkulu. Sampel
3.Sampel 1,0 – 2,0 g (b g)
susu dikoleksi pada pemerahan pagi hari dan
ditambahkan, kemudian dibungkus
sore hari setiap akhir periode lalu dikomposit
seperti membungkus
sebanyak 200 ml/sampel/ekor.
puyer,(usahakan jangan sampe
Pengukuran lemak susu (%) dan tercecer).
protein (%). Kemudian sampel akan
4.Bungkusan kemudian dimasukkan
disimpan dalam termos es untuk dianalisis
kedalam oven pada suhu 1050C selama
kadar lemak dan protein di laboratorium
kurang lebih 6 jam.
Jurusan Peternakan Universitas Bengkulu.
5.Bungkusan sampel ditimbang dalam
Analisis Kadar lemak susu
keadaan panas (dengan cepat).
Lemak dapat di ekstrak
6.Bungkusan sampel dimasukkan
menggunakan metode Sokhlet, ether
kedalam sokhlet.
kemudian diuapkan dan lemak dapat
diketahui bobotnya. 7.Seperangkat alat ekstraksi kemudian
diletakkan diatas penangas air.
Perhitungan Kadar lemak : (EE) (%) = (c-
d)/(a-b) x 100% 8.Pelarut lemak dimasukkan melalui
lobang pendingin sampai pelarut lemak
Alat : Timbangan analitik, Oven,
turun seluruhnya kedalam labu
Water Bath, Sokhlet system HT 2 ekstraktion
lemak. Lalu diisi lagi sampai setengah
unit tecator dan selongsongnya, labu lemak,
bagian labu ekstraksi.
pendingin, spatula, gelas arloji, kertas saring
bebas lemak.
9.Air pendingin dialirkan, lalu Alat : Timbangan analitik, lemari
panaskan waterbath pada suhu : (tergantung asam, distruktor, distilator, kompor listrik,
titik didih pelarut lemak). labu kjeldahl 300 ml, labu distilasi 250 ml,
labu erlemeyer 250 ml, pipet ukur 10 ml,
10.Bungkusan sample diekstraksi
pipet tetes, gelas ukur 100 ml, gelas ukur 50
selama 16 jam (sampai pelarut lemak yang
ml, corong, buret.
ada dalam alat ekstraksi berubah
menjadi bersih atau tidak berwarna). Bahan : Susu Sapi, H2SO 4 pekat pa.
97-98%, H2SO4 0,1 N, Selenium Mixer,
11.Setelah ekstraksi selesai, lalu
H3BO3 1%, Indicator campuran, NaOH
bungkusan sampel dikeluarkan dari sokhlet
40%, Aquadest.
lalu diangin-anginkan diatas gelas
arloji sampai pelarut lemak menguap. Prosedur Kerja

12.Bungkusan sampel dioven pada A.Destruksi


suhu 1050C selama 6 jam.
1.Menimbang sampel (1,0-2,0 g)
13.Setelah di oven, ditimbang dalam masukkan kedalam Labu Kjeldahl.
keadaan panas, kemudian dicatat bobotnya (d
2.Masukkan 1,0 g selenium mixer.
g).
3.Tambahkan 13 ml H2SO4 pekat.
Analisis Kadar protein susu
4.Hidupkan blower.
Menggunakan metode Kjeldahl
5.Pemanasan dilakukan dimulai
Perhitungan Protein (%) : (x-y).N
dengan api kecil,kemudian sedikit demi
H2SO4.0,014.6,25/z .(100%)
sedikit dinaikkan sampai panas
Keterangan : 3500C selama 1 jam atau sampai larutan
jernih.
X : jumlah titrasi H2SO4 0,1N sampel
6.Setelah 30 menit distruksi dihentikan
Y : jumlah titrasi H2SO4 0,1N blangko
lalu kipas angin/blower dimatikan.
0,014 : bobot setara N
B.Destilasi
Z : bobot sampel
1.Pasang seperangkat alat destilasi
6,25 : Protein mengandung 6,25 N
2.Siapkan Erlenmeyer 250 ml yang
sudah diisi 10 ml H3BO3 1% 3 tetes
indicator campuran sebagai penampung C.Titrasi
hasil distilasi.
1.Hasil distilasi dititrasi dengan H2SO4
3.Sampel dipindah ke dalam labu 0,1 N perubahan warna dari biru ke merah
distilasi tambahkan 3 butir batu didih (Zn) muda.
aquadest sebanyak 65 ml, 35 ml
2.Dicatat pemakaian H2SO 0,1 N.
NaOH 40% melalui dinding labu kemudian
segera dihubungkan dengan alat distilasi. 3.Blanko dibuat dan dikerjakan seperti
pengerjaan sampel.
4.Panaskan pada skala 2, selama 25
menit atau volume penampung sampai 2.9 Rancangan Penelitian dan Analisis Data
volume 50- 75 ml.
Penelitian ini menggunakan
5.Penampung digeser dan dipindahkan Rancangan Bujur Sangkar Latin (RBSL) 4x4
ujung alat penyuling dicuci dengan aquadest dengan menggunakan 4 ulangan, 4 periode,
agar masuk kedalam erlenmeyer. 4 perlakuan ,dan 4 ekor sapi perah, dalam 1
periode adalah 10 hari perlakuan.
6.Penampung diganti dengan
erlenmeyer lain yang berisi 100 ml aquadest Table 4. Tabel pola perlakuan Tabut Blok,
dipasang dibawah alat distilasi. Pasta tape temulawak dan konsetrat laktasi.

7.Pemanas dan pendingin dimatikan.

Periode Sapi A Sapi B Sapi C Sapi D


1 P2 P3 P0 P1
2 P3 P0 P1 P2
3 P0 P1 P2 P3
4 P1 P2 P3 P0
Perlakuan dibedakan berdasarkan P2 = Perlakuan Pemberian (2 x 900 g) Tabut
pemberian bahan ransum, pasta tape Blok (3 x 300 g)
temulawak, Tabut blok dan konsentrat P3 = Perlakuan Pemberian (2 x 1000 g)
laktasi yaitu: konsentrat laktasi

P0 = Kontrol/Tanpa perlakuan (Hijauan dan Analisis data yang digunakan dalam


dedak) penelitian ini ialah menggunakan analisis
P1 = Perlakuan pemberian pasta tape ragam (ANOVA) dan jika berpengaruh nyata
temulawak (2 x 1200 g) (P<0,05) maka dilakukan uji lanjut yaitu uji
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT)
untuk melihat perbedaan antar perlakuan (Lentner and Bishop, 1986).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Konsumsi Bahan Kering Ransum Tabel 5. Rataan konsumsi bahan kering


ransum Tabut blok, konsentrat laktasi dan
Data hasil konsumsi bahan kering pasta tape temulawak pada sapi perah
FH laktasi
ransum selama penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut.

Perlakuan
Ransum
P0 P1 P2 P3
kg/ekor/hari

Konsumsi BK hijauan 10,50±2,19 10,61±1,97 10,56±2,00 10,69±2,00

Konsumis BK dedak 3,84±0,00 3,84±0,00 3,84±0,00 3,84±0,00

Konsumsi BK Pasta Tape


_ 2,14±0,00 _ _
Temulawak
Konsumsi BK Tabut Blok _ _ 1,05±0,00 _
Konsumsi BK Konsentrat
_ _ _ 1,75±0,00
Laktasi

Total BK Ransum ± SD 14,34±2,19 16,59±1,97 15,45±2,00 16,28±2,00


Keterangan : P0 Kontrol, P1 Pasta tape temulawak, P2 Tabut blok, dan P3 Konsentrat laktasi berpengaruh tidak
nyata (P>0,05).

Berdasarkan analisis ragam (anova) kg/ekor/hari, dan 16,28 kg/ekor/hari.


menunjukkan bahwa perlakuan tidak Konsumsi BK tertinggi terdapat pada
memberikan pengaruh nyata (P>0,05) atau perlakuan P1 : 16,59 kg dan yang terendah
non signifikan terhadap konsumsi bahan pada perlakuan P0 : 14,34 kg. Konsumsi
kering ransum. Rataan konsumsi bahan bahan kering ransum total dari P0 sebanyak
kering ransum untuk P0, P1, P2, dan P3 14,34 kg/ekor/hari merupakan konsumsi BK
secara berurutan sebanyak 14,34 hijauan tanpa pakan perlakuan atau kontrol,
kg/ekor/hari, 16,59 kg/ekor/hari, 15,45 sedangkan konsumsi BK total P1 16,59
kg/ekor/hari terdiri dari BK hijauan dan menggambarkan tingkat kesukaan ternak
Pasta tape temulawak 2400 gr, P2 15,45 terhadap pakan. (Kartadisastra, 1997),
kg/ekor/hari terdiri dari BK hijauan dan menyatakan bahwa keadaan fisik serta
Tabut blok 1800 gr serta P3 16,28 kimiawi pakan yang mencerminkan dari
kg/ekor/hari terdiri dari BK hijauan dan bentuk, rasa, aroma, dan tekstur
konsentrat laktasi 2000 gr. menunjukkan daya tarik, sehingga dapat
merangsang nafsu makan pada ternak untuk
. Pada perlakuan P1 bahan pakan
memakannya.
penelitian yang terdiri atas 350 gr sari
Pemberian pakan pada perlakuan P1
temulawak dan 850 tape memberikan
(pasta tape temulawak) memberikan
pengaruh yang baik terhadap konsumsi BK
pengaruh yang baik terhadap konsumsi BK
ransum, sari temulawak dan tape merangsang
ransum, hal tersebut menunjukkan bahwa
nafsu makan ternak sehingga konsumsi
pakan perlakuan yang digunakan
hijauan meningkat, serta menghasilkan BK
memberikan nafsu makan terhadap ternak
ransum tertinggi. Jika dibandingkan dengan
sehingga konsumsi hijauan meningkat. Jika
hasil konsumsi BK pada perlakuan P0,P2
ditinjau dari tingkat konsumsi BK ransum
serta P3.
antara 14,34-16,59 kg/ekor/hari telah sesuai
Konsumsi bahan kering ransum total
dengan kebutuhan konsumsi BK sebesar
P1, P2, dan P3 masing-masing terdiri dari
2,7% bobot badan selama penelitian. Hal
konsumsi BK hijauan dan pemberian pakan
tersebut didukung oleh Williamson dan
perlakuan sedangkan pada P0 terdiri dari
Payne (1993), yang menyatakan bahwa
konsumsi BK hijauan tanpa pemberian pakan
konsumsi bahan kering ransum sapi laktasi
perlakuan. Tingkat konsumsi BK disebabkan
berkisar antara 2-4% dari bobot badan. Sapi
oleh palatabilitas ternak terhadap pakan
perah bobot badan 400 kg konsumsi
karena setiap ternak memiliki tingkat
kebutuhan BK hijauan yang
kesukaan yang berbeda terhadap pakan yang
direkomendasikan sebesar 10,8 kg BK
diberikan sehingga mampu menunjukkan
(NRC, 1989).
tinggi dan rendahnya konsumsi ternak
Bahan pakan pada sapi perah harus
tersebut.
mempertimbangkan faktor nilai nutrisi,
Menurut Tillman et al. (1991),
palatabilitas, ketersediaan dan tidak bersaing
palatabilitas pakan dipengaruhi oleh bentuk,
dengan kebutuhan manusia, serta harga yang
aroma, dan rasa dari pakan tersebut menurut
terjangkau. Pakan pada sapi perah terdiri atas
(Parakkasi, 1999), tingkat konsumsi dapat
hijauan dan konsentrat. Pakan utama pada
disamakan dengan palatabilitas yang
ternak ruminansia adalah hijauan karena
melalui proses fermentasi pada rumen oleh banyak mengandung protein serta kaya akan
mikroba, serta menyediakan energi untuk energi, yang dapat meningkatkan kualitas
memenuhi kebutuhan hidup pokok. Pakan dan kuantitas pada sapi perah (Dwiyanto,
konsentrat merupakan bahan pakan yang 2011).

Kadar Protein dan Lemak Susu

Data hasil lemak susu dan protein susu sapi FH selama penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 6 : Rataan lemak susu dan protein susu sapi FH selama penelitian yang diberi Tabut
blok, konsentrat laktasi dan pasta tape temulawak.

Perlakuan
Variabel
P0 P1 P2 P3

Lemak Susu 2,79 ± 1,58 2,67 ± 0,38 4,08 ± 1,05 3,42 ±1 ,99

Protein Susu 4,06 ± 1,23 3,71 ± 1,36 4,36 ± 1,11 4,14 ± 0,88

Keterangan : P0 Kontrol, P1 (Pasta Tape Temulawak), P2 (Tabut Blok), P3 (Konsentrat Laktasi) berpengaruh
tidak nyata (P>0,05).

Berdasarkan analisis varian (anova) adalah 2,79 ; 2,67 ; 4,08 dan 3,42. kadar
terdapat perlakuan berpengaruh tidak nyata lemak susu tertinggi terdapat pada perlakuan
(P>0,05) terhadap kadar lemak dan kadar P2 pemberian tabut blok dan P3 pemberian
protein susu. Kadar lemak dan kadar protein konsentrat laktasi yaitu sebesar 4,08% dan
susu dipengaruhi oleh faktor pakan hijauan 3,42% hasil ini menunjukkan bahwa
yang diberikan serta keadaan sapi selama pemberian tabut blok dan konsentrat laktasi
penelitian. tidak menunjukkan hasil yang berpengaruh
Namun jika dilihat dari rata-rata nyata terhadap kualitas susu, walaupun tidak
lemak susu pada tabel diatas menunjukkan menunjukkan hasil yang signifikan serta
rataan lemak susu selama penelitian pada terdapat perbedaan jumlah kandungan lemak
perlakuan P0, P1, P2 dan P3 berturut-turut susu tiap perlakuan, akan tetapi kadar lemak
susu tersebut sangat tinggi dan telah Protein susu selama penelitian
memenuhi standar kualitas susu. Menurut menunjukkan hasil rataan pada tiap
peraturan pemerintah (SNI 01-3141-1998) perlakuan P0, P1, P2 dan P3 berturut-turut
yaitu kadar lemak susu minimal sebesar adalah 4,06% ; 3,71% ; 4,36% dan 4,14%.
3,0%. Kadar protein susu tertinggi terdapat pada
perlakuan P2 pemberian tabut blok sebesar
Menurut pendapat Ace dan
4,36% dan P3 pemberian konsentrat laktasi
Wahyuningsih (2010), setelah pemerahan,
yaitu sebesar 4,14% hasil ini menunjukkan
kelenjar ambing akan mensintesis susu
bahwa pemberian tabut blok dan konsentrat
kembali, semakin lama tekanan ambing
laktasi tidak menunjukkan hasil yang
akan semakin meningkat, sintesis susu
berpengaruh nyata terhadap kualitas susu,
berlangsung selama 6 sampai 8 jam
walaupun tidak menunjukkan hasil yang
kemudian gland cistern akan terpenuhi oleh
signifikan serta terdapat perbedaan jumlah
susu dan seluruh lumen akan penuh
kandungan protein susu tiap perlakuan, akan
dengan air susu.
tetapi protein susu tersebut cukup tinggi dan
Kadar lemak susu terendah terdapat telah memenuhi syarat mutu susu segar di
pada perlakuan P0 kontrol dan P1 pasta tape Indonesia menurut Standarisasi Nasional
temulawak yaitu sebesar 2,79% dan 2,67%, 3141.1 (2011) yaitu minimum 2,8%.
kadar lemak susu yang dihasilkan Menurut (Sukarni 2006), nilai protein susu
dipengaruhi oleh kandungan serat kasar yang dipengaruhi oleh pemberian konsentrat. Jika
terkandung didalam ransum. Jika kadar serat pemberian konsentrat tinggi maka semakin
kasar rendah maka kadar lemak susu yang tinggi kadar protein susu yang dihasilkan.
dihasilkan juga menurun (Sudono, 1999). Kandungan kadar protein susu berkorelasi
positif terhadap energi pakan, terutama
. Menurut (Ramadhan et al., 2013)
karbohidrat yang mudah larut.
konsumsi serat kasar sangat mempengaruhi
Ketersediaanya menfasilitasi dalam
kadar lemak susu karena berpengaruh
pembentukan propionat sehingga
terhadap asam asetat yang digunakan untuk
menurunkan kebutuhan asam amino dalam
prekursor lemak susu. (Larson, 1985)
pembentukan glukoneogenesis yang
sebagian gliserol disentesis dari glukosa.
menjadikan asam amino lebih banyak
Glukosa diubah menjadi gliserol-3-fosfat
tersedia di usus halus dan sintesa protein di
melalui jalur Embden Meyerhof dan diubah
kelenjar susu.
menjadi gliserol untuk disintesis menjadi
Menurut (Liang et al. 1985), Blok
lemak susu.
tabut berbeda dengan suplemen lain karena
mengandung zat bioaktif yang terkandung protein susu yang meningkat tergantung pada
didalam temulawak, yaitu kurkuminoid asupan protein di pakan ternak yang
(3,16%) dan minyak atsiri (15,5%) per 10 g membentuk asam amino dan selanjutnya
bahan kering. Zat bioaktif ini berfungsi akan diserap tubuh melalui darah.
untuk stimulan konsumsi ransum, Protein susu terbentuk dari tiga
antiinflamasi, hipokoleretik, anticacing, dan sumber utama yang berasal dari darah yaitu
zat serupa hormon oxytocin dan prolactin, plasma protein, peptida dan asam amino
serta memperbaiki kondisi dalam rumen. bebas. Peningkatan kadar protein dalam susu
Sementara itu, tape yang merupakan bahan disebabkan oleh penurunan pada rasio
sumber karbohidrat yang mudah tercerna hijauan yang diberikan dalam pakan yang
dan kaya akan yeast, terutama S. cereviseae menyebabkan rasio konsentrat meningkat,
akan menjaga keseimbangan dalam mikroba peningkatan rasio konsentrat mengakibatkan
rumen, meningkatkan konsumsi nurisi serta terjadinya peningkatan energi metabolisme
kecernaan nutrisi yang pada akhirnya akan atau metabolisme energi (ME). Pada saat
meningkatkan produksi susu dihasilkan. keadaan laktasi protein susu dalam kondisi
Kadar protein susu terendah terdapat relatif tetap, karena protein ini disintesis
pada perlakuan P0 kontrol dan P1 pasta tape dalam sel epitel kelenjar ambing yang
temulawak yaitu sebesar 4,06% dan 3,71%. dikontrol oleh gen yaitu DNA (Sanh et al.,
(Mc Donald et al., 2002), menyatakan kadar 2002).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat Pemberian pasta tape temulawak,


disimpulkan bahwa pemberian pasta tape Tabut blok dan kosentrat laktasi cukup baik
temulawak, Tabut blok dan konsentrat untuk menghasilkan kualitas susu dan
laktasi terhadap kualitas susu sapi perah FH disukai oleh ternak, namun sebaiknya untuk
(Fries Holland) laktasi tidak berpengaruh meningkatkan kadar lemak dan kadar protein
terhadap kadar protein susu serta kadar susu pada sapi perah FH disarankan pada
lemak susu. pemberian Tabut blok.
DAFTAR PUSTAKA

Ace, I. S dan Wahyuningsih. 2010. Liang, O.P., Y. Asparton, T. Widjaja, S.


Hubungan Variasi Pakan terhadap Susu Puspa. 1985. Beberapa Aspek
Segar di Desa Pasirbuncir Kabupaten Bogor. Isolasi, Identifikasi dan Penggunaan
Jurnal Penyuluhan Pertanian. 5(1) : 66-77. Komponen-komponen Curcuma
xanthorrhiza, Roxb dan Curcuma
Ambo Ako, 2012. Ilmu Ternak Perah Daerah domestica VAL. Prosiding
Tropis. IPB Press. Taman Kencana Seminar Nasional Temulawak.
Bogor. Lembaga Penelitian UNPAD.
Bandung.
Badan Standardisasi Nasional. 2011. Standar
nasional Indonesia susu segar. Bagian Mardalena. 2012. Suplementasi Serbuk Kulit
1-Sapi SNI- 3141.1-2011.. Badan Nenas serta Mineral Cu dan Zn dalam
Standardisasi Nasional. Jakarta. Ransum dan Pengaruhnya terhadap
Badan Standarisasi Nasional. 1998. Standar Kandungan Antioksidan Susu
Nasional Indonesia 01-3141-1998: Kambing. Disertasi S3 Unand.
Susu Segar. Departemen
Perindustrian Indonesia, Jakarta. McDonald, P., R.A, Edwards, J.F.D.
Greenhalgh, and C.A, Morgan. 2002.
Blakely J, Blade DH. 1998. Ilmu Peternakan. Animal Nutrition. 6th Ed. London
B Srigandono, Penerjemah; Sudarsono, (GB). Pretice Hall
Editor. Ed ke- 4. Yogyakarta (ID).
UGM. [NRC] National Research Council. 1989.
Nutrient Requirement of Dairy Cattle.
Dwiyanto, 2011. Cara meningkatkan Sixth Revised Edition Update. Nasional
produksi susu sapi perah pada Academy Press. Washington D.C.
peternakan rakyat.Sinar Harapan. Jakarta.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan
Irawan, F. 2010. Korelasi Produksi Susu Makanan Ternak Ruminansia.
dengan Status Fisiologis Sapi FH Universitas Indonesia
(Fries Holland) pada Saat Laktasi di Press. Jakarta.
UPTD Ruminansia Besar Dinas
Petenakan Kabupaten Kampar. Pusbangtepa. 1981. Ragi Tape. Pusat
Skripsi Program Studi Peternakan Penelitian dan Pengembangan
Fakultas Pertanian dan Peternakan Teknologi Pangan.
Universitas Islam Negeri Sultan IPB.Bogor.Indonesia.
Syarif Kasim. Pekanbaru.
Rahardjo, M. 2010. Penerapan SOP
Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan dan budidaya untuk mendukung temulawak
Pengelolaan Pakan Ternak sebagai bahan
Ruminansia. Kanisius. Yogyakarta. baku obat potensial. Balai Penelitian
Tanaman Obat dan Aromatik.
Larson, B.L., 1985. Lactation. Iowa State
University Press, Ames.
Ramadhan, B.A.G.I., Suprayogi, T.H.,
Lentner, M. & Bishop, T. 1986. Sustiyah, A., 2013. Tampilan
Experimental Design and Analysis. Valley produksi susu dan kadar lemak susu
Book Company. kambing Peranakan Etawa akibat
pemberian pakan dengan imbangan Sulistyowati, E., U. Santoso, S. Mujiharjo
hijauan dan konsentrat yang berbeda. dan S.A.Abutani. 2001. Produksi
Amin. Agric. J. 2 (1) : 353-361. susu sapi potong laktasi dengan
teknologi Tabut. Med. Pet. 51-53. Ed.
Sanh, M. V., H. Wiktorsson & V. Lyl. 2002. Khusus. Fapet IPB.Desember. ISSN:
Effect of natural grass forage to 0126-0472
concretate ratios and feeding
principles on milk production and Sulistyowati, E., I. Badarina, R. E. Putra, T.
performance of crossbred lactating Saputra, F. Hendriaman, dan A.
cows. Asian Aus. J. Anim. Sci. 15 : Jaya. 2007. Kecernaan dan Total
650-657. Digestible Nutrient (TDN) Ransum
dengan Tabut Blok pada Sapi FH
Schmidt G.H , L.D Van Vleck , M.P
Laktasi. Jurnal Ilmu- ilmu Pertanian
Hutjens. 1988. Principles of Dairy
Indonesia (JIPI). Ed. Khs. Dies
Science. 2th Ed. New
Natalis ke -26 UNIB. No. 3. 322 –
Jersey (US): Prentice Hall.
327.
Siregar SB. 2001. Peningkatan kemampuan
Sulistyowati, E., U. Santoso, I. Badarina, E.
berproduksi susu sapi perah laktasi
Soetrisno, and T. Saputra. 2008.
melalui perbaikan pakan dan
Modification of Temulawak
frekuensi pemberiannya. JITV.
(Curcuma xanthorriza, Roxb)
6(2):76-82.
Levels of Tabut Block on Milk
Production of FH Cows. Prociding
Sudono, A. 1999. Ilmu Produksi Ternak
of International Seminar:
Perah. Fakultas Peternakan, Institut
Management Strategies on Animal
Pertanian Bogor, Bogor.
Health and Production Control in
Sudono, A. F, Rosdiana, dan S, Setiawan. the Anticipation of Global
2003. Beternak Sapi Perah Secara Warming for the Achievement of
Intensif. Agromedia. Jakarta Millenium Development Goals.
ISBN 978-979-17677-1-2. FKH-
Sukarni. 2006. Produksi dan Komposisi Susu UNAIR. Surabaya, June 3- 4.
Kambing Peranakan Etawah yang Sulistyowati, E. dan July Cl. 2009. Produksi
Diberi Tambahan Konsentrat pada Susu dan Lemak Susu Kambing
awal Laktasi. Universitas Peranakan Ettawa (PE) dengan
Udayana,Denpasar. Bali Pemberian Pasta Tape Temulawak
(C. xanthorrhiza, Roxb). Semirata
Sulistyowati, E. 1999. Meningkatkan BKSPTN-B Faperta-UNTIRTA
Produksi Susu Sapi Lokal Laktasi Serang, Banten 13-16 April.
dengan Bioaditif Pasta Tapai dan
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza, Sulistyowati, E.Sudarman, K.G. Wiryawan,
Roxb). JurnalPenelitian UNIB and T. Toharmat. 2014. Milk
5(15):67-73. Production of Late Lactation Dairy
Goat fed PUFA-diet Suplemented
Sulistyowati, E. 1999. Meningkatkan Yeast and C.xanthorriza Roxb.
Produksi Susu Sapi Lokal Laktasi Proceeding the 2nd Asian-
dengan Bioaditif Pasta Tapai dan Australian Dairy Goat
Temulawak (Curcuma Conference. April 25-27-2014. Bogor
xanthorrhiza, Roxb). Jurnal Indonesia. Pp: 223-226.
Penelitian UNIB 5.(15):67-73.
Tillman, A.D., H. Hartadi, S.
Reksohadiprodjo,S.
Prawirokusumodan Labdosoekodjo.
1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar.
Fakultas Peternakan Universitas
Gadjah Mada. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Williamson, G dan W.J.A.Payne. 1993.
Pengantar Peternakan di Daerah
tropis. Mada University Press
Yogyakarta (Diterjemahkan oleh
Djiwa Darmadja dan Ida Bagus
Djagra).
Winarno, F. G. 1993. Pangan Gizi,
Teknologi dan Konsumen. Gramedia
Pustaka. Jakarta.

You might also like