Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

LEADER STYLE IN BUILDING COMMUNICATION STRATEGY

(Gaya Pemimpin Dalam Membangun Strategi Komunikasi)

Fanny Suhery

Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Teuku Umar
Email : suherynasution07@gmail.com

Abstract
Leadership style is an attitude in organizing the organization's movement to achieve the
objectives that want to be achieved in an organization. Each leader has a different style of
leadership between one leader and the other, and it is not a necessity that a leadership style is
better or worse than other leadership styles. Leadership styles show directly or indirectly,
regarding the beliefs of a leader on their subordinate abilities. This means that leadership styles
are behaviours and strategies, as a result of a combination of philosophy, skills, traits, attitudes,
which a leader often applies when attempting to influence his or her subordinate performance.
In this lead activity there is a pattern of communication that occurs between the dreamer and
subordinate. That is, a leader has an important role in every process of organizational activity.
Start from changing attitudes and actions that employees do. But establishing this
communication, a leader must have a special strategy in establishing internal and external
communication. In other words, the leader must have an insight and review related to the
superiors with the subordinate in establishing effective communication to the employees. In
addition, a leader should not be an arbitrary communication, but must have the planning and
communication strategies used to connect with employees. Therefore, the responsibility of the
leader has a major influence on the performance of employees involved in the organization.

A. PENDAHULUAN
Kepemimpinan yang efektif sangat dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin.
Setiap pemimpin harus memiliki aspek-aspek kepribadian yang dapat menunjang
usahanya dalam mewujudkan hubungan manusia yang efektif dengan karyawannya.
Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu menjadi pendorong bagi
bawahannya dalam menciptakan suasana dan budaya kerja yang dapat memacu
pertumbuhan dan perkembangan kinerja karyawannya. Pemimpin tersebut memiliki
kemampuan untuk memberikan pengaruh positif bagi karyawannya untuk melakukan
pekerjaan sesuai dengan yang diarahkan dalam rangka mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Dalam memimpin tentu banyak aspek yang menjadi konsep dalam pergerakan
kepemimpinan salah satunya adalah gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan
merupakan suatu proses tindakan mempengaruhi prilaku, sikap, serta tindakan terhadap
anggota organisasinya atau karyawan. Dengan kata lain, adanya gaya kepemimpinan
merupakan aspek yang sangat berpengaruh terhadap karyawannya. banyak
mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin dalam mempengaruhi pilaku
bawahannya. Kepemimpinan dalam sebuah organisasi perlu membangun iklim motivasi
yang menghasilkan tingkat produktivitas tinggi pada karyawan dalam sebuah
organisasi.
Kepemimpinan dalam suatu organisasi diperlukan adanya suatu pola
komunikasi, yang tujuannya untuk mendukung sekaligus melancarkan proses
komunikasi antara anggota dengan pompinan organisasi. Pengertian pola dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau tata kerja. Adapun istilah sistem secara
umum adalah suatu susunan yang terdiri atas pilihan berdasarkan fungsinya, individu-
individu yang mendukung membentuk kesatuan utuh. Tiap individu dalam sistem
penyampaian pesan melalui lambang (symbol) tertentu, yang mengandung arti, serta
sistem penciptaan makna untuk mengubah tingkah laku individu yang lain. Penggunaan
pola komunikasi mempengaruhi efektivitas proses komunikasi.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia harus selalu berinterksi dan beradaptasi
dengan sesama maupun lingkungannya, sebab manusia merupakan makhluk sosial yang
tidak dapat hidup sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia juga di tuntut agar hidup
berkelompok atau berorganisasi, baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok
kecil. Hal itu ditunjukkan agar manusia dapat bersosialisa, berinteraksi, dan membantu
sesamanya.
Keberhasilan yang dicapai dalam pelaksanaan tugas-tugas oleh anggota sangat
ditentukan dari pola komunikasi organisasi dari instansi tersebut. Namun pola
komunikasi organisasi yang diterapkan juga dapat membuat banyak tantangan-
tantangan tersendiri dalam penerapannya. Mulai dari hubungan dari pimpinan bersama
anggota, ataupun sebaliknya. Pola komunikasi kelompok /organisasi akan menciptakan
keadaan dimana situasi organisasi menjadi sangat formal karena adanya pola
komunikasi organisasi yang telah terbentuk. Pola komunikasi organisasi tercipta dari
kebijakan interaksi pimpinan yang menentukan kepada siapa ia akan berinteraksi lebih
dahulu, dalam situasi yang formal pimpinan akan berinteraksi dengan anggota yang
jabatan dan pangkatnya ada dibawahnya. Adanya pola komunikasi yang ditetapkan oleh
pimpinan membuat komunikasi dalam organisasi berjalan berdasarkan pola-pola yang
telah ditetapkan.
Untuk melancarkan komunikasi yang baik diperlukan pola komunikasi didalam
organisasi tersebut, dan interaksi diantara bagian yang satu dengan yang lain berjalan
secara harmonis, dinamis dan pasti. Pola komunikasi organisasi diperlukan untuk
pengembangan komunikasi yang baru agar pimpinan dapat melahirkan strategi atau
planning yang inovatif dalam penerapan visi dan misi. Untuk membentuk pola
komunikasi organisasi yang baik dan akut maka pimpinan harus memperhatikan arah-
arah komunikasi yang terdapat dalam organisasi. Arah-arah komunikasi yang terjalin
dalam organisasi secara formal membentuk sebuah pola komunikasi yang secara
langsung dilakukan oleh pimpinan. Maka sebagai komunikator perilaku interaksi
pimpinan sangat menentukan pola komunikasi organisasi yang di tetapakan pada
himpunan.
Dalam uraian diatas menjeskan bahwa pola komunikasi organisasi yang
dilakukan pimpinan Ikatan Mahasiswa Sumatera Utara sangat penting tidak hanya
secara internal bagi organisasi yang bersangkutan, akan tetapi juga dalam menghadapi
berbagai respon dari pihak luar organisasi. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan
organisasi dalam mencapai tujuan khusunya dalam penerapan visi misi organisasi. Atas
dasar inilah penulis tertarik untuk mengetahui terkait dengan dengan gaya
kepemimpinan dalam membangun strategi komunikasi dalam organisasi.

B. KAJIAN TEORISTIK
Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Teori
dalam gaya kepemimpin ada beberapa tipe gaya kepemimpinan yang memiliki
karakteristik pedoman pada seorang pemimpin, dalam hal ini, teori yang digunakanan
adalah Situasional (Hersey dan Blanchard) didasarkan pada saling berhubungannya
diantara hal-hal berikut: Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh
pimpinan, jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan dan tingkat
kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan dalam melaksankan tiugas
khusus, fungsi atau tujuan tertentu.
Teori kepemimpinan situasional yaitu suatu pendekatan terhadap kepeimpinan
yang menganjurkan pemimpin untuk memahami perilaku bawahan, dan situasi sebelum
menggunakan perilaku kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini menghendaki pemimpin
untuk memiliki kemampuan diagnosa dalam hubungan antara manusia Monica
(1998:31). Teori ini muncul sebagai reaksi terhadap teori perilaku yang menempatkan
perilaku pemimpin dalam dua kategori yaitu otokratis dan demokratis. Dalam teori ini
dijelaskan bahwa seorang pemimpin memilih tidakan terbaik berdasarkan variabel
situasional. Menurut pandangan perilaku, dengan mengkaji kepemimpinan dari
beberapa variabel yang mempengaruhi perilaku akan memudahkan menentukan gaya
kepemimpinan yang paling cocok. Teori ini menitik beratkan pada berbagai gaya
kepemimpinan yang paling efektif diterapkan dalam situasi tertentu. Keefektifan
kepemimpinan tidak tergantung pada gaya tertentu terhadap suatu siatusi, tetapi
tergantung pada ketepatan pemimpin berpilaku sesuai dengan situasinya.
Kematangan anak buah adalah kemampuan yang dimiliki oleh anak buah dalam
menyelesaikan tugas dari pimpinan, termasuk didalamnya adalah keinginan atau
motivasi mereka dalam menyelesaiakan suatu tugas. Kematangan individu dalam teori
kepemimpinan situasional Hersey-Blanchard dibedakan dalam 4 kategori kematangan
yang masing- masisng punya perbedaan tingkat kematangan sebagai berikut:
M1: Tingkat kematangan anggota rendah Ciri-cirinya : adalah anggota tidak
mampu dan tidak mau melaksanakan tugas, maksudnya: Kemampuan anggota dalam
melaksanakan tugas rendah dan anggota tersebut juga tidak mau bertanggung jawab.
Penyebabnya: tugas dan jabatan yang dijabat memang jauh dari kemampuan, kurang
mengerti apa kaitan antara tugas dan tujuan organisasi, mempunyai sesuatu yang
diharapkan tetapi tidak sesuai dengan ketersediaan dalam organisasi.
M2: Tingkat kematangan anggota rendah ke Sedang atau Moderat Rendah Ciri-
cirinya: anggota tidak mampu melaksanakan tapi mau bertanggung jawab, yaitu
walaupun kemampuan dalam melaksanakan tugasnya rendah tetapi memiliki rasa
tanggung jawab sehingga ada upaya untuk berprestasi. Mereka yakin akan pentingnya
tugas dan tahu pasti tujuan yang ingin dicapai. Penyebabnya : anggota belum
berpengalaman atau belum mengikuti pelatihan dan pendidikan tetapi memiliki
motivasi tinggi, menduduki jabatan baru dimana semangat tinggi tetapi bidangnya baru
dan selalu berupaya mencapai prestasi, punya harapan yang sesuai dengan ketersediaan
yang ada dalam organisasi.
M3: Tingkat kematangan anggota sedang ke tinggi atau moderat tinggi. Ciri-
cirinya: anggota mampu melaksanakan tetapi tidak mau. Yaitu mereka yang
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas tetapi karena suatu hal tidak yakin
akan keberhasilan sehingga tugas tersebut tidak dilaksanakan. Penyebabnya : anggota
merasa kecewa atau prustasi misalnya: baru saja mengalami alih tugas dan tidak puas
dengan penempatan yang baru.
M4: Tingkat Kematangan Anggota Tinggi Ciri- cirinya: anggota mau dan
mampu, yaitu : mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyelesaikan tugas
ataupun memecahkan masalah dan punya motivasi tinggi serta besar
tanggungjawabnya. Mereka adalah yang berpengalaman dan punya kemampuan yang
tinggi dalam menyelesaikan tugas. Mereka mendapat kepuasan atas prestasinya dan
yakin akan selalu berhasil (Thoha, 1983:74-76). Merujuk pada tingkat kematangan
masing- masing kelompok atau anggota kelompok, maka perilaku kepemimpinan harus
disesuaikan demi tercapainya efektifitas kepemimpinan berdasarkan analisis pemimpin
terhadap tingkat kematangan anggota, digunakan kombinasi perilaku tugas dan perilaku
hubungan. Ada beberapa kombinasi perilaku kepemimpinan yang merujuk pada
kematangan yaitu :

Tingkat Kematangan Perilaku kepemimpinan


Rendah (M-1) Instruksi (S-1)

Tidak mau dan tidak mampu Tinggi tugas dan tenah hubungan

Rendah ke sedang atau moderat rendah (M-2) Konsultasi (S-2)

Tidak mau dan tidak mampu Tinggi tugas dan tinggi hubungan

Sedang ke tinggi atau moderat tinggi (M-3) Partispasi (S-3)

Mampu tapi tidak mau Rendah tugas dan tinggi hubungan

Tinggi (M-4) Delegasi (S-4)

Mau tapi mampu Rendah tugas dan rendah hubungan

Sumber : (Thoha, 1983:74-76)

Strategi Komunikasi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani klasik yaitu ‘’Stratos” yang artinya
tentara dan kata ‘’agein’’ yang berarti memimpin. Dengan demikian strategi yang
dimaksudkan adalah memimpin tentara. Artinya, strategi komunikasi ini adalah suatu
konsep yang mengibaratkan konsep militer yang bisa di artikan sebagai seni perang para
Jendral (The Art Of General). Dalam strategi ada prinsip yang harus dicamkan, yakni
‘’Tidak ada sesuatu yang berarti dari segalanya kecuali mengetahui apa yang akan
dikerjakan oleh musuh, sebelum mereka mengerjakannya’’.
Berbicara tentang strategi merupakan suatu hasil gagasan dan konsepsi yang
dikembangkan oleh para praktisi. Karena itu para pakar strategi tidak saja lahir dari
kalangan militer, namun juga dari profesi lain yaang berfikir logis terkait dengan
pemahaman strategi. Dalam hal strategi komunikasi merupakan langkah yang krusial
yang memerlukan penanganan secara hati-hati dalam perencanaan komunikasi (Hafied
Cangara, 2014).

Dalam melakukan strategi komunikasi memiliki landasan ataupun dasar dalam


membangun komunikasi yaitu adanya perencanaan strategi. Perencanaan strategi
(Strategic Planning) adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk menentukan
strategi atau arahan dalam mengambil keputusan untuk mengalokasikan sumber daya
manusia dalam mencapai tujuan. Secara visual perencanaan visual yang dimaksud
digambarkan sebagai berikut :
Dasar Perencanaan Strategi

Perencanaan intuitif Perencanaan jangka


antisipatif panjang formal

Dasar pengalaman masa Dasar Prosedur


lalu, pertimbangan, cara Melibatkan banyak orang
berfikir reflektif menghasilkan seperangkat
rencana tertulis

PERENCANAAN
STRATEGI

Gambar perencanaan strategi

Struktur diatas, menjelaskan bahwa dalam melakukan komunikasi perlu adanya


tahapan dalam melakukan strategi komunikasi yang efektif sebuah organisasi. Artinya,
perencanaan strategi telah menjadi landasan menciptsakan strategi komunikasi yang
efektif terhadap anggota organisasinya. Dengan kata lain, dengan adanya perencanaan
strategi ini menjadi terarah untuk udah mencapai tujuan yang hendak dicapai pada
sebuah organisasi (Cangara, 2014)

Pentingnya Pemimpin Melakukan Perencanaan Dan Strategi Komunikasi


Pemimpin memiliki tanggung jawab penuh terhadap jalannya sebuah organisasi.
Untuk itu banyak aspek-aspek kepemimpinan yang harus diterapkan dalam kegiatan
memanajemen organisasi. Artinya, pelaku atau para pemimpin tidak sembarang
melakukan interaksi secara langsung dengan anggotanya. Pemimpin memiliki gaya
kepemimpinannya masing-masing dalam membangun interaksi dengan anggotanya.
Salah satu tujuan utama pemimpin melakukan perencanaan dan strategi komunikasi
adalah memudahkan terarahnya tujuan yang hendak dicapai pada sebuah perusahaan.
Jika perencanaan strategi komunikasi tidak diterapkan, tentu akan berpengaruh terhadap
produktivitas maupun efektifitas karyawan yang terkibat dalam organisasi tersebut.

C. METODOLOGI
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulisan adalah lapangan (field research)
peneliti menggunakan jenis penelitian campuran/kombinasi (mixed methodology).
Mixed method menghasilkan fakta yang lebih komprehensif dalam meneliti masalah
penelitian, karena peneliti ini memiliki kebebasan untuk menggunakan semua alat
pengumpul data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan.Sedangkan kuantitati fatau
kualitatif hanya terbatas pada jenis alat pengumpul data tertentu saja.(Creswell, 2014:5)
Proses pengambilan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan sumber
data secara langsung dengan informan (Primer) dan sumber data sekunder yang diambil
dari dokumen ataupun arsip yang tersimpan dalam organisasi yang dapat dijadikan
acuan penelitian. Teknik yan dilakuakndengan dalam penelitian adalah obeservasi yaitu
dengan pengamatan dan pencacatan secara sistematik, selanjutnya dengan wawancara
dengan informan atau bawahan yang bersedia untuk memberikan jawaban, dan
dokumentasi yaitu berdasarkan pelaporan terkait dengan masalah – masalah yang terkait
organisasi.

D. HASIL
Dari hasil penelitian yang dilakukan terkait dengan gaya kepemimpinan dalam
membangun strategi komunikasi dalam teori menyatakan penting dan sangat
berpengaruh terhadap kinerja bawahan dalam menjalankan wewenangnya. Namun pada
kehidupan lapangan, teori pendekatan ini tidaklah berfungsi secara baik dalam
hubungan terhadap atasan dan bawahan. Dan hasil jawaban wawancara menyatakan
dominan atasan tidaklah bertindak luwes terhadap bawahan namun sebaliknya. Inilah
yang menjadi permasalahn dalam kegiatan organisasi yaitu kurangnya kesadaran
terhadap perencanaan strategi komunikasi yang efektif dan terarah.
Artinya, pendekatan pemimpin dengan bawahan belum terjalin komunikasi
yang efektif dan luwes. Menurut teori, ini adalah kesenggangdican yang terjadi dalam
pergerakan organisasi yang menyebabkan terjadinya kevakuman dalam mencapai tujuan
yang hendak dictapai organisasi. Untuk itu, perlunya keaktifan kembali pemimpin
dalam menjalin komunikasi dengan bawahan untuk memperetat hubungan terhadap
bawahan. Sehingga jika terjadi kesalahan, pemimpin tidak semerta menyelesaikan
sendiri, namun juga akan dibantu oleh bawahan.

KESIMPULAN
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin memiliki karakter yang masing-
masingnya berbeda. Namun pentingnya perencanaan dan strategi komunikasi dalam
sebuah organisasi merupakan konsep yang harus diterapkan dalam untuk membangun
komunikasi yang efektif. Salah satu teori gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan
adalah Situasional (Hersey dan Blanchard) didasarkan pada saling berhubungannya
diantara hal-hal berikut: Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh
pimpinan, jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan dan tingkat
kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan dalam melaksankan tiugas
khusus, fungsi atau tujuan tertentu.
Teori kepemimpinan situasional yaitu suatu pendekatan terhadap kepeimpinan
yang menganjurkan pemimpin untuk memahami perilaku bawahan, dan situasi sebelum
menggunakan perilaku kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini menghendaki pemimpin
untuk memiliki kemampuan diagnosa dalam hubungan antara manusia. Dengan kata
lain, pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan yang memiliki sikap terbuka
terhadap bawahan. Kondisi ini yanag menjadikan interaksi antara atasan dan bawahan
terjadi secara terus-menerus. Namun, hal yang harus diperhatikan adalah etika dalam
melakukan interaksi dengan pemimpin.
Selain itu, dalam gaya kepemimpinan juga penting dalam melakukan
perencanaan dan strategi komunikasi yang efektif dengan bawahan. Alasan diterapkan
konsep strategi ini adalah untuk mudah mengarahkan bawahan dalam mencapai tujuan
atau target organisasi demi kelangsungan jangka panjang jalannya operasional
organisasi.

REFERENSI

Brahmansari,Ida. 2010 ‘’Pengaruh Budaya Organisasi’’,Skripsi. Jurusan administrasi


fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.

Bennet, W.L. 2004. ”Communicating Global Activism: Strengths and


Vulnerabilitiesof Networked Politics” dalam van de Donk, W., et.al.
Cyberprotest. London: Routledge.

Creswell John w. 2014. Pendekatan Kualitatif, Kuantatif dan Mixed. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

Cangara, Hafid. 2011.Pengantar Ilmu Komunikasi. Makasar, Rajagrafindo Persada

Cangara, Hafid, 2014. Perencanaan dan Strategi Komuniakasi, Makassar, Rajagrafindo


Persada
Febriati, A. 2014. “Efektivitas komunikasi antar pribadi guru dan siswa dalam
mencegah kenakalan siswa di SMA negeri 1 kota Bandung’’ Jurnal Ilmu
Komunikasi, Vol II, (4),287-296

Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung : ALFABETA.

Stephen, P. Robbins.2015 Perilaku Organisasi, Edisi 16, Jakarta :Salemba Empat

Sukanto, H. 1997 Organisasi Perusahan. Teori, Stuktur dan Perilaku. BPFE.


Yogyakarta.

You might also like