Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Syarikah P-ISSN 2442-4420 e-ISSN 2528-6935 Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 1

TAX AMNESTY DALAM BINGKAI MAQASHID AL-SYARI’AH

MAQASHID AL-SYARI’AH’s VIEW OF TAX AMNESTY

M. Wahyuddin Abdullah1, Bahrul Ulum Rusydi2, Norsulfiani3


1
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Alauddin Makassar, Jl. HM Yasin
Limpo No.36, Samata-Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia. Email: tosir_wahyu@yahoo.com
2Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Alauddin Makassar, Jl. HM

Yasin Limpo No.36, Samata-Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia. Email : bahrul.rusydi@gmail.com


3Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Alauddin Makassar, Jl. HM Yasin

Limpo No.36, Samata-Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia. Email: nursolfiani23@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to analyze the impact of tax amnesty policy on taxpayer compliance, but also
to see this policy from maqashid al-syari'ah review. To achieve that goal, the research using
qualitative approach with normative and sociological approach sourced from primary and
secondary data. For data collection methods, interviews and documentation are used. Then
the processing technique and its analysis is data reduction, data presentation, and
conclusion.
The result of the research shows that tax amnesty policy has no effect on registration
compliance based on low utilization of tax amnesty policy and increasing percentage of
taxpayer increase with small amount compared to the working population of Indonesia. In
addition, the tax amnesty policy has a positive impact on tax collection on the annual tax
return based on the increasing number of taxpayers who make the annual tax return.
Furthermore, it can be seen that tax amnesty policy has fulfilled what is desired maqashid
al-syari'ah based on the many kemaslahatan obtained from tax amnesty policy not only for
government but also for society. Tax amnesty in the current situation, to keep and balance
all development programs that have been scheduled by the government or general
kemashlahatan can be classified as a hajj needs for the increase in tax revenue national
Key words: Tax Amnesty, Tax Payer Compaliance, Maqashid al-Syari’ah, Tax Payer, Tax.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan tax amnesty terhadap
kepatuhan wajib pajak, selain itu juga untuk melihat kebijakan ini dari tinjauan maqashid al-
syari’ah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan normatif dan
sosiologis bersumber dari data primer dan sekunder. Untuk metode pengumpulan data,
digunakan wawancara dan dokumentasi. Kemudian teknik pengolahan dan analisisnya
adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian didapatkan
bahwa kebijakan tax amnesty tidak memberikan dampak terhadap kepatuhan pendaftaran
berdasarkan rendahnya pemanfaatan kebijakan tax amnesty dan persentase penambahan
wajib pajak meningkat dengan jumlah yang kecil dibandingkan jumlah penduduk Indonesia
yang bekerja. Selain dari itu, kebijakan tax amnesty memberikan dampak positif terhadap
kepatuhan penyetoran pajak atas SPT Tahunan berdasarkan meningkatnya jumlah wajib
pajak yang melakukan penyetoran SPT Tahunan. Selanjutnya dapat dilihat bahwa kebijakan
tax amnesty telah memenuhi apa yang dikehendaki maqashid al-syari’ah berdasarkan
kepada banyaknya kemashlahatan yang diperoleh dari kebijakan tax amnesty bukan hanya
untuk pemerintah melainkan juga bagi masyarakat. Tax amnesty pada situasi sekarang ini,
2 Norsulfiani, et al Tax Amnesty dalam Bingkai Maqashid al-Syariah

untuk tetap menjaga dan menyeimbangkan semua program pembangunan yang telah
diagendakan oleh pemerintah atau kemashlahatan umum dapat digolongkan sebagai suatu
kebutuhan hajiyyat bagi peningkatan pendapatan perpajakan nasional.
Kata kunci: Tax Amnesty, Kepatuhan, Maqashid al-Syari’ah, Wajib Pajak, Pajak.

Norsulfiani, M. Wahyuddin Abdullah, Bahrul Ulum Rusydi. 2018. Tax Amnesty dalam Bingkai
Maqashid al-Syari’ah. Jurnal Syarikah 4(1)

PENDAHULUAN banyaknya dana-dana warga Indonesia


yang disimpan di negara-negara tax haven,
Indonesia merupakan negara
sehingga tidak dilaporkan dalam SPT
berkembang yang ingin menjadi negara
mereka.
maju, dan sedang gencar-gencarnya
melaksanakan agenda pembangunan di Ketiga, besarnya aset-aset yang dimiliki
berbagai sektor. Tujuannya jelas, yaitu oleh warga Indonesia yang berada di luar
untuk meningkatkan kesejahteraan negeri utamanya di perbankan asing. Rasbin
ekonomi masyarakat. Guna mencapai (2016) menemukan bahwa potensi pajak
semua itu, maka pemerintah Indonesia yang dapat diperoleh dari kebijakan ini
membutuhkan jumlah dana yang tidak cukup besar dilihat dari dana potensi dana
sedikit. Dalam keuangan negara, repatriasi masuk lagi ke dalam negeri.
penerimaan utama negara adalah dari pajak Oleh karena itu, tax amnesty dipandang
(Hamdan, 1993). Sehingga, pajak dalam oleh pemerintah sebagai solusi dalam
struktur keuangan negara memiliki menambah pendapatan negara guna
kontribusi yang sangat besar artinya. melaksanakan pembangunan ekonomi.
Berkaitan dengan kebijakan pajak, Setiap kebijakan memiliki tolak ukurnya
pemerintah beberapa tenggat waktu yang masing-masing. Begitu pula dengan
lalu mengeluarkan kebijakan yang cukup peraturan tax amnesty ini. Bila dilihat dari
kontroversi, tax amnesty. Pengampunan ilmu ekonomi positif, maka kebijakan ini
pajak (tax amnesty) adalah sebuah merupakan kebijakan yang memiliki tujuan
kesempatan dengan batasan waktu bagi yang sangat baik yaitu menambah
kelompok wajib pajak dalam membayar penerimaan pemerintah melalui deklarasi
pajak dengan jumlah tertentu sebagai wajib pajak dan repatriasi aset.
remisi atas kewajiban membayar pajak Namun demikian, terlihat adanya sudut
(termasuk dihilangkannya bunga dan pandang lain yang bisa dijadikan tolak ukur,
denda) yang berkaitan dengan pembayaran diantaranya adalah nilai kemasyarakatan,
pajak sebelumnya tanpa takut dakwaan termasuk di dalamnya adalah agama
pidana (Rasbin, 2016). (Bagiada et al, 2016) yaitu maqashid al-
Ketentuan tax amnesty ditempuh oleh syari’ah. Terminologi maqashid al-syari’ah
pemerintah Indonesia karena beberapa merupakan konsep yang paling utama
pertimbangan (Leba, 2016). Pertama, dalam syariat Islam yang diartikan sebagai
pertumbuhan setoran pajak dalam struktur suatu ajaran atau nilai-nilai yang tersirat
penerimaan negara menghadapi degradasi dalam Alquran dan Hadits yang diatur
yang signifikan dari tahun ke tahun. Nar ketentuanya oleh Allah SWT terhadap
(2015) menemukan bahwa kebijakan tax manusia dengan tujuan untuk memberikan
amnesty sangat berkorelasi dengan kebaikan kepada umat manusia atau
kepatuhan sukarela dari wajib pajak. kemaslahatan (Bakri, 1996).
Sehingga, strategi tax amnesty bisa menjadi Berbicara mengenai tax amnesty terkait
harapan untuk kembali meningkatkan dengan peningkatan wajib pajak, tidak bisa
penerimaan pajak negara. Kedua,
Jurnal Syarikah P-ISSN 2442-4420 e-ISSN 2528-6935 Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 3

mengabaikan unsur maqashid al-syari’ah. hukum atau hadits-hadits hukum, baik yang
Karena pajak merupakan suatu pengaturan diperlihatkan oleh pengertian
terhadap kehidupan bernegara yang kebahasaannya atau tujuan yang terdapat
disusun dan diatur penerapannya oleh didalamnya (Shidiq, 2009). Definisi yang
pemerintah kepada rakyat. Disisi lain nilai- bersifat general identik dengan pengertian
nilai yang dikandung oleh maqashid al- istilah maqashid al-syari' (tujuan Allah SWT
syari’ah tidak hanya pada kepatuhan terkait dengan penurunan ayat hukum, atau
kepada Allah SWT, namun juga pada sebab Rasulullah dalam menyampaikan
dimensi insani berupa aturan kepada hadits hukum). Sedangkan pengertian yang
sesama manusia (Jamaa, 2011). bersifat khusus adalah substansi atau pokok
Oleh karena itu, maka berangkat dari tujuan yang ingin dicapai oleh suatu draft
persoalan tersebut dilakukan kajian tentang atau rancangan hukum/syariah.
kebijakan tax amnesty di Indonesia dalam Menurut Al-Raisuni (1992), Al-Syatibi
meningkatkan kepatuhan wajib pajak membagi maqashid al-syari’ah menjadi tiga
dilihat dalam bingkai maqashid al-syari’ah. tingkatan, yaitu dharuriyat, hajiyat dan
tahsiniyat. As-Syatibi juga menjelaskan
MATERI DAN METODE hubungan keterkaitan antara dharuriyat,
hajiyat dan tahsiniyat sebagai berikut:
Konsep Tax Amnesty Pertama, dharuriyat merupakan landasan
Tax amnesty adalah strategi kebijakan bagi hajiyat dan tahsiniyat. Kedua,
pengampunan pajak yang diberikan Kerusakan pada dharuriyat akan
pemerintah kepada pembayar pajak berupa berdampak pada kerusakan hajiyat dan
pengeliminasian pajak tertunggak, sanksi tahsiniyat. Ketiga, sebaliknya kerusakan
adminstrasi, hukuman pidana perpajakan pada hajiyat dan tahsiniyat tidak
yang berkaitan dengan waktu pembayaran berdampak kerusakan dharuriyat. Keempat,
pajak sebelumnya atau kurun waktu kerusakan pada hajiyat dan tahsiniyat yang
tertentu tanpa takut adanya sanksi pidana, bersifat absolute terkadang berdampak
dengan cara memberitahukan harta yang kerusakan dharuriyat. Kelima,
dimiliki dan memberikan uang tebusan pemeliharaan hajiyat dan tahsiniyat
(Rasbin, 2016). diperlukan guna pemeliharaan dharuriyat
Objek pengampunan pajak mencakup secara tepat. Jika diterapkan dalam kajian
pembebasan atas kewajiban perpajakan ekonomi, maka pelaksanaan kebijakan tax
sampai tahun pajak berakhir, yang belum amnesty dapat dianalisa dengan
dapat sepenuhnya diselesaikan oleh para menggunakan konsep maqashid al-syari’ah
pembayar/penunggak pajak yang dari Al-Syatibi ini.
terpresentasi dalam harta yang belum Jenis penelitian yang digunakan adalah
pernah disampaikan dalam SPT PPh penelitian deskriptif kualitatif dengan
terakhir. Yaitu kewajiban Pajak Penghasilan pendekatan normatif dan sosiologis. Dalam
(PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan penelitian akan menjelaskan secara cermat
Pajak Penjualan atas Barang Mewah tinjauan maqashid syariah terhadap tax
(PPnBM). Kewajiban perpajakan selain PPh, amnesty dalam meningkatan kepatuhan
PPn, dan PPnBM bukan merupakan cakupan wajib pajak sebagai pendekatan mendobrak
pengampunan pajak (Lukman, 2016). pemikiran kapitalisme.
Data-data yang digunakan terbagi
Konsep Maqashid al-Syari’ah menjadi 2 jenis, yaitu data primer dan data
Istilah maqashid al-syari'ah memuat sekunder. Data primer diperoleh dari hasil
pengertian secara umum dan pengertian wawancara menggunakan instrumen
dalam makna khusus. Pengertian yang penelitian berupa pedoman wawancara
bersifat umum merujuk pada ayat-ayat terhadap informan yang dianggap ahli
dalam memahami kebijakan tax amnesty
4 Norsulfiani, et al Tax Amnesty dalam Bingkai Maqashid al-Syariah

dan maqashid al-syari’ah. Adapun data tahun 2016, Wajib pajak yang terdaftar
sekunder adalah data-data yang dianggap dalam sistem administrasi Direktorat
mendukung dan mampu memberikan Jenderal Pajak tahun 2015 mencapai 30,04
penguatan terhadap data primer yang juta WP. Hal ini cukup memprihatinkan
peroleh. mengingat menurut data Badan Pusat
Teknik analisis data dilakukan untuk Statistik (BPS) hingga tahun 2013, jumlah
memperoleh informasi mengenai tax penduduk Indonesia yang bekerja mencapai
amnesty dalam konsep ekonomi Islam, 93,72 juta orang. Artinya, baru sekitar 32,05
Penilaian terhadap kandungan aspek persen dari total jumlah orang pribadi
maslahah dan kesesuaian dengan maqashid pekerja dan berpenghasilan di Indonesia
syariah. Teknik analisis data yang yang mendaftarkan diri atau terdaftar
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai wajib pajak.
analisis data kualitatif, mengikuti konsep Hasil wawancara penelitian diperoleh
yang diberikan Miles and Huberman. Miles hasil bahwa dapat dipahami secara jelas
and Huberman (1984), menguraikan bahwa sebelum adanya tax amnesty kepatuhan
tindakan dalam analisis data kualitatif pendaftaran wajib pajak masih sangat
dilakukan secara interaktif dan berlangsung rendah. Hal ini sangat memprihatinkan
secara kontinu pada masing-masing mengingat porsi terbesar APBN (Anggaran
tahapan penelitian sampai dengan selesai, Pendapatan dan Belanja Negara) berasal
dan datanya sampai jenuh. Aktivitas analisis dari pendapatan pajak. Fakta di lapangan
data, yaitu data reduction, data display, dan menunjukkan jumlah wajib pajak yang
conclusion drawing/verification (Sugiyono, belum patuh dalam melaporkan
2015). penghasilan masih cukup besar.
Pengujian keabsahan terhadap data Data akhir tahun 2016 yang diperoleh
primer dilakukan menggunakan pengujian dalam Laporan Kinerja Ditjen Pajak tahun
yang lazim dilakukan pada penelitian 2016, wajib pajak yang terdaftar dalam
kualitatif, yaitu Uji Kredibilitas. Komponen sistem administrasi Ditjen Pajak pada tahun
Uji Kredibilitas memakai prosedur tersebut mencapai 32,77 juta wajib pajak
triangulasi, yang berupa triangulasi dari atau sekitar 34,97 persen dari total jumlah
sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi orang pribadi pekerja dan berpenghasilan
waktu. di Indonesia yang mendaftarkan diri atau
terdaftar sebagai wajib pajak. Hal ini
menggambarkan bahwa terdapat kenaikan
HASIL DAN PEMBAHASAN
sekitar 2.92 juta wajib pajak. Sebagaimana
Dampak Tax Amnesty Terhadap diketahui bahwa akhir tahun 2016 program
Kepatuhan Wajib Pajak tax amnesty masih berjalan dan merupakan
Tingkat kepatuhan untuk kategori akhir dari periode kedua.
registration (tingkat kepemilikan NPWP) Jumlah ini mengindikasikan bahwa
dapat dilakukan dengan melakukan penambahan wajib pajak (kepemilikan
perbandingan data statistik jumlah individu NPWP) masih memiliki nilai yang kecil
atau entitas yang seharusnya telah memiliki dibandingkan jumlah penduduk Indonesia
NPWP dengan data masterfile NPWP yang yang bekerja. Peningkatan presentase
terdapat pada Direktorat Jenderal Pajak penambahan wajib pajak yang tidak terlalu
(DJP). Dalam hal ini, jumlah NPWP aktual tinggi ini seharusnya bisa dapat
dibagi dengan jumlah NPWP yang ditingkatkan lagi dengan adanya kebijakan
seharusnya akan menunjukkan registration tax amnesty seperti yang diharapakan
ratio (istilah lain untuk kriteria ini adalah Direktorat Jenderal Pajak bahwa kebijakan
non-registration gap). ini memberikan angin segar bagi
Berdasarkan data yang diperoleh dari masyarakat yang sudah memenuhi
Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Pajak
Jurnal Syarikah P-ISSN 2442-4420 e-ISSN 2528-6935 Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 5

persyaratan tetapi belum mendaftarkan diri Negara. Hasil penelitian ini


sebagai wajib pajak. menggambarkan bahwa pelaksanaan
Dampak Tax Amnesty Terhadap kebijakan tax amnesty dapat menjadi solusi
Kepatuhan Penyetoran Pajak untuk memperbaiki tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam hal penyetoran pajak atas
Berdasarkan data yang diperoleh dalam
SPT Tahunan.
Laporan Kinerja Ditjen Pajak tahun 2016,
Wajib pajak yang terdaftar Wajib SPT tahun Relevansi Pajak dalam Syariat
2015 mencapai 18.159.840 WP dengan Tata aturan dalam syari’ah sangat terkait
realisasi SPT mencapai 10.972.336 WP. dengan berragam dimensi aspek perilaku
Artinya tingkat atau rasio kepatuhan WP manusia (Shidiq, 2009). Aspek ekonomi
mencapai 60,42 persen dari jumlah total WP menjadi salah satu bagian dari serangkaian
wajib SPT dengan target rasio kepatuhan perilaku manusia. Begitu pula kewajiban
yang telah ditetapkan oleh Kemenkeu untuk pajak merupakan suatu ketetapan aturan
tahun 2015 sebesar 70,00 persen. perundang-undangan negara yang
Analisis terhadap hasil wawancara mempunyai tujuan dan hikmah untuk
responden dapat disimpulkan bahwa membawa kebaikan dan kesejahteraan bagi
sebelum tax amnesty tingkat kepatuhan manusia dalam suatu Negara sebagai warga
penyampaian SPT masih rendah dan negara yang baik (Rahayu, 2014).
berdasarkan capaian, rasio kepatuhan Pajak mengatur interaksi antara manusia
masih berada di bawah target yang telah dengan manusia lainnya (mu’amalah), oleh
ditetapkan dengan berdasarkan target yang karena itu ia merupakan bagian dari syariat
tercantum data-data menunjukkan bahwa Islam (Gusfahmi, 2011). Tanpa adanya
dalam beberapa tahun terakhir penerimaan petunjuk syariat dalam perpajakan, maka
pajak masih rendah. Tidak hanya pajak dapat dijadikan sebagai alat penindas
penerimaan pajak tetapi rasio pajak juga rakyat. Tanpa batasan syariat, pemerintah
belum optimal. Ketidakoptimalan ini akan menetapkan dan memungut pajak
disebabkan karena rendahnya kepatuhan sesuka hati, dan menggunakannya menurut
penyampaian pajak wajib pajak Indonesia apa yang diinginkannya (Sodiq, 2015).
(Jamil, 2017). Hasil analisa data penelitian diperoleh
Perhitungan filing ratio (rasio keterangan bahwa dapat dipahami hanya
penyampaian SPT) dapat dilakukan dengan syariat yang boleh menjadi pemutus
cara menjumlahkan SPT PPh yang secara perkara, apakah suatu jenis pajak boleh
aktual diterima DJP dibagi dengan jumlah dipungut atau tidak. “Barang siapa tidak
dari SPT yang seharusnya diterima oleh DJP. memutuskan perkara menurut syariat (apa
Data akhir tahun 2016 yang diperoleh yang telah ditetapkan Allah swt.), maka dia
dalam Laporan Kinerja Direktorat Jenderal adalah zalim” (QS Al-Maidah [5]: 45). Oleh
Pajak tahun 2016, jumlah wajib pajak yang karena pajak adalah bagian dari perkara
terdaftar wajib SPT mencapai 20.165.718 muamalah, maka pajak mesti memiliki dalil
wajib pajak dengan realisasi SPT mencapai atau landasan yang kuat dari al-Qur’an dan
12.735.463 dan tingkat rasio kepatuhan Hadis, agar memberi manfaat (buah) bagi
wajib pajak mencapai 63,15 persen. kemaslahatan umat (Gusfahmi, 2011).
Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Meskipun pemungutan pajak (dharibah)
(SPT) hingga 31 Maret 2017 terdata diperbolehkan oleh ulama, namun ia harus
mencapai 9,01 juta laporan. tetap dibuat dan dilakukan sesuai dengan
Hal ini mengindikasikan bahwa aturan Islam (Bohari, 2004). Aturan
penerapan tax amnesty memberikan imbas mengenai perpajakan harus berpedoman
positif terhadap peningkatan kepatuhan kepada Al-Qur’an, Hadits, Ijma dan Qiyas
pembayaran pajak atas SPT Tahunan yang (Karim, 2004). Pemungutan pajak secara
akan berimplikasi terhadap penerimaan dzalim (tidak sesuai syari’at) maka hal
6 Norsulfiani, et al Tax Amnesty dalam Bingkai Maqashid al-Syariah

tersebut tidak diperkenankan dan dilarang untuk dapat terealisasinya program


oleh Rasulullah, sebagaimana hadits yang pembangunan tersebut itu perlu dukungan
berbunyi artinya,”Laa yadkhulul jannah dan bantuan dari seluruh masyarakat
shahibul maks”, yang artinya “Tidak masuk terutama para wajib pajak.
surga petugas pajak yang dzalim”, (HR. Abu Tujuan dilaksanakannya tax amnesty
Daud). sebagai upaya untuk menarik penerimaan
Sejumlah fuqaha dan ekonom Islam negara melalui pajak kekayaan yang ada
menyatakan bahwa pemungutan pajak itu diluar negeri dengan pedoman UU
dibolehkan karena alasan kemaslahatan Pengampunan Nasional. Dengan adanya
umat (Sakirman, 2016). Pajak dewasa ini pengampunan pajak akan berdampak
memang telah menjadi kewajiban warga terhadap peningkatan penerimaan APBN di
negara dalam sebuah negara, dengan alasan Indonesia.
dana pemerintah tidak mencukupi untuk Dari hasil analisa data penelitian dapat
membiayai berbagai pengeluaran (Rusydi, dipahami bahwa tax amnesty merupakan
2010). upaya yang paling efektif untuk bisa
Berdasarkan hasil wawancara menarik dana warga Indonesia dari luar
dimengerti bahwa pajak sangat berperan negeri dan dapat lebih menertibkan
penting bagi negara dalam membiayai kewajiban pembayaran pajak bagi yang
berbagai pengeluaran, yang mana jika mampu untuk menopang kebutuhan
pengeluaran itu tidak dibiayai, maka akan negara. Aturan Islam dalam konsep
timbul kemudharatan. Mencegah suatu pembangunan perekonomian negara
kemudharatan adalah kewajiban, memposisikan pajak menjadi penopang
sebagaimana kaidah ushul fiqh kebutuhan negara hanya merupakan
mengatakan; “Segala sesuatu yang tidak bisa alternatif terakhir manakala sumber
ditinggalkan demi terlaksananya kewajiban pemasukan negara dari sektor lain belum
selain harus dengannya, maka sesuatu itu mencukupi (Rahman, 2013).
pun wajib hukumnya.” (Syarifuddin, 2008). Dari sisi jenis pajak yang mendominasi
Oleh karena itu, pajak itu tidak boleh penerimaan pajak, yaitu pajak penghasilan
dipungut dengan cara-cara paksaan dan memberikan kontribusi terbesar
menggunakan kekuasaan semata, dibandingkan jenis pajak lainnya. Besarnya
melainkan karena adanya kewajiban kaum peranan pajak penghasilan terhadap
muslimin yang dipikulkan kepada negara, pendapatan Negara, hal ini mengindikasi
seperti memberi rasa aman, kesehatan dan bahwa pajak penghasilan telah menjadi
pendidikan dengan pengeluaran seperti “kendaraan utama” bagi pemerintah dalam
nafkah untuk para tentara, gaji para merealisasikan semua program
pegawai, guru, hakim dan sejenisnya, atau pembangunan yang sudah diagendakan
kejadian-kejadian yang tiba-tiba seperti dapat berjalan sebagaimana mestinya dan
kelaparan, banjir, gempa bumi, dan memiliki dampak bagi peningkatan
sejenisnya. kesejahteraan masyarakat. Namun, pada
program tax amnesty terdapat tiga jenis
Tax Amnesty dengan Pendekatan pajak yang menjadi sasaran program tax
Maqashid al-Syari’ah amnesty yaitu PPh, PPN, dan PPnBM.
Artinya, kebijakan tax amnesty pada situasi
Pada saat ini negara dengan program
sekarang ini, untuk tetap menjaga dan
pembangunannya yang sangat luas dan
menyeimbangkan semua program
banyak sasarannya sehingga perlu
pembangunan yang telah diagendakan oleh
mendapat perhatian, membutuhkan banyak
dana sedangkan sumber penerimaan biaya pemerintah atau kemaslahatan umum dapat
digolongkan dalam kebutuhan hajiyat bagi
pembangunan dari sektor lain tidak dapat
peningkatan pendapatan perpajakan
mencukupinya (Rosdiana, 2012). Maka
nasional.
Jurnal Syarikah P-ISSN 2442-4420 e-ISSN 2528-6935 Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 7

Alasan Pengaturan kebijakan tax amnesty DAFTAR PUSTAKA


digolongkan dalam kebutuhan hajiyat hal Aini, Hamdan. Perpajakan. cet. Ketiga,
ini didasarkan bahwa pendapatan Negara Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
tidak hanya bersumber dari 3 jenis pajak
saja (PPh, PPN serta PPnBM). Sehingga, bila Al-Raisuni, Ahmad Nadariyât al-Maqâshid
PPh, PPN dan PPnBM dalam Inda al-Imâm al-Shâthibi, Beirut:
pelaksanaannya mengalami gangguan yaitu Muassasah al-Jami‟ah, 1992.
belum optimalnya wajib pajak PPh, PPN, Bagiada, I Made dan I Nyoman Darmayasa.
PPnBM memenuhi kewajibannya, akan “Tax Amnesty Upaya Membangun
memberikan implikasi terhadap Kepatuhan Sukarela”. Simposium
pendapatan dari sektor pajak secara Nasional Akuntansi Vokasi 5 (Makassar
keseluruhan. 12-14 Mei 2016).
Bakri, Asafri Jaya. Konsep Maqashid Syari’ah
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI menurut al-Syatibi. Jakarta: Rajawali
Press, 1996.
Berdasarkan hasil penelitian yang Bohari, H. Pengantar Hukum Pajak. Jakarta:
didukung data dan informasi yang telah PT RajaGrafindo Persada, 2004.
dikemukakan sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut: Gusfahmi. Pajak menurut Syariah. Jakarta:
Rajawali Pers, 2011.
Pertama, dampak pelaksanaan kebijakan
tax amnesty terhadap kepatuhan wajib Jamaa, La. “Dimensi Ilahi dan Dimensi Insani
pajak yaitu: Pertama, kebijakan tax amnesty dalam Maqashid al-Syari’ah”. Asy-
tidak memberikan dampak terhadap Syir’ah Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum
kepatuhan pendaftaran berdasarkan 45, no. 2. (Juli-Desember 2011).
rendahnya pemanfaatan kebijakan tax Jamil, Nur Asyiah. “Efektivitas Penerapan
amnesty dan persentase penambahan wajib Tax Amnesty di Indonesia”. Academica.
pajak meningkat dengan jumlah yang kecil vol.1, no.1 (Januari-Juni 2017).
dibandingkan jumlah penduduk Indonesia Karim, Adiwarman Azwar. Sejarah
yang bekerja. Kedua, kebijakan tax amnesty Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT.
memberikan dampak positif terhadap RajaGrafindo Persada, 2004.
kepatuhan penyetoran pajak atas SPT Nar, Mehmet. “The Effects of Behavioral
Tahunan berdasarkan meningkatnya Economics on Tax Amnesty”,
jumlah wajib pajak yang melakukan International Journal of Economics and
penyetoran SPT Tahunan. Financial Issues 5. Issue 2, 2015.
Kedua, program tax amnesty telah Rahayu, Ani Sri. Pengantar Kebijakan Fiskal.
memenuhi apa yang dikehendaki maqashid cet. Kedua, Jakarta: Bumi Aksara , 2014.
al-syari’ah berdasarkan kepada banyaknya
Rahman, Muh Fudhail. “Sumber-sumber
kemashlahatan yang diperoleh dari
Pendapatan dan pengeluaran Negara
kebijakan tax amnesty bukan hanya untuk
Islam”. Jurnal Al-Iqtishad 5. no. 2 (Juli
pemerintah melainkan juga bagi
2013).
masyarakat. Tax amnesty pada situasi
sekarang ini, untuk tetap menjaga dan Rasbin. “Tax Amnesty, Potensi Dana
menyeimbangkan semua program Repatriasi, dan Pembangunan di
pembangunan yang telah diagendakan oleh Indonesia”, Majalah Info Singkat,
pemerintah atau kemashlahatan umum Ekonomi dan Kebijakan Publik. vol. 8, no.
dapat digolongkan sebagai suatu kebutuhan 08 (April 2016).
hajiyyat bagi peningkatan pendapatan Rosdiana, Haula dan Edi Slamet Irianto.
perpajakan nasional. Pengantar Ilmu Pajak, Kebijakan dan
Implementasi di Indonesia. Jakarta:
Rajawali Pers, 2012.
8 Norsulfiani, et al Tax Amnesty dalam Bingkai Maqashid al-Syariah

Sakirman. “Urgensi Maslahah dalam Konsep Sodiq, Amirus. “Konsep Kesejahteraan


Ekonomi Syariah”. Palita: Journal of dalam Islam”. Equilibrium 3, no. 2
Social-Religi Research 1, no. 1 (April (Desember 2015).
2016). Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif.
Shidiq, Ghofar. “Teori Maqashid Al-Syari'ah Bandung: Alfabeta, 2015.
dalam Hukum Islam”. Sultan Agung 44, Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh 2. Jakarta:
no. 118 (Juni-Agustus 2009). Kencana, 2008.

You might also like