Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

ANALISIS AFIKSASI PADA LIRIK LAGU ‘LIR ILIR’ DAN ‘LINGSIR WENGI’

Dosen Pebimbing: Renki Afria, S.Pd,.M.Hum

Oleh

Muhammad Anton Ghunarso, Adha Amelia, M Khotib Zidhan

gaim611@gmail.com, adhaamelia21@gmail.com, khotibzidhan@gmail.com

Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi,

ABSTRACT

Research on affixation is not only fou nd in prose or other literary works but also in Song Lyrics in
Javanese as a discussion with the aim of research is to describe the use of affixation of song lyrics
in the songs "Lir-ilir and Lingsir wengi". In the connection between affixation with music, of course
there is something that needs to be considered, namely how is the contribution of affixation to
music. This research was conducted using qualitative descriptive methods. The object in this study
is affixation in the songs "Lir-ilir and Lingsir wengi". The research technique used in this study is
content analysis. The results of the research on affixation in the songs "Lir-ilir and Lingsir wengi"
with 3 kinds of affixations that appeared in the songs "Lir-ilir" and 2 kinds of affixations that
appeared in the song "Lingsir wengi", it can be concluded that. First, there are prefixes that occur
in the song lyir and wengi, namely {te-}, {m-}, {k-}, {we-}, and {ng-}. there are 5 words that
experience prefixes, which are 2 words in the song lir-ilir and 3 words in the song wengi. Then the
suffix that occurs in the song lir-ilir and lengsir wengi is {-e}, {-no}, {-ne}, {-o}, and {-ke}. There
are 9 words that have suffixes, which are 5 words in the song lyir-ilir and 4 words in the song
Wengi. And there are also infixes that occur in the song lir-ilir and lengsir wengi namely {–um-}.
There are 2 words that experience infix in the song lir-ilir. So that the total number of affixed words
is 16 words.

ABSTRAK

Penelitian tentang afiksasi tidak hanya terdapat pada karangan prosa atau karya sastra
lainnya saja tetapi juga terdapat dalam Lirik Lagu dalam Bahasa Jawa sebagai
pembahasan dengan tujuan penelitian ialah mendeskripsikan penggunaan afiksasi Lirik
lagu dalam lagu “Lir-ilir dan Lingsir wengi”. Dalam keterkaitan antara afiksasi dengan
musik tentu saja ada yang perlu diperhatikan, yaitu bagaimana sumbangan afiksasi
terhadap musik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Objek dalam penelitian ini adalah afiksasi dalam lagu “Lir-ilir dan Lingsir wengi”. Teknik
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis isi. Hasil dari penelitian
mengenai Afiksasi dalam lagu “Lir-ilir dan Lingsir wengi” dengan 3 macam afiksasi yang
muncul dalam lagu “Lir-ilir” dan 2 macam afiksasi yang muncul dalam lagu “Lingsir
wengi”, maka dapat disimpulkan bahwa. Pertama, terdapat prefiks yang terjadi pada lagu
lir-ilir dan lengsir wengi yaitu {te-}, {m-}, {ka-}, {we-}, dan {ng-}. terdapat 5 kata yang
mengalami prefiks, yaitu 2 kata pada lagu lir-ilir dan 3 kata pada lagu lengsir wengi. Lalu
sufiks yang terjadi pada lagu lir-ilir dan lengsir wengi yaitu {-e}, {-no}, {-ne}, {-o}, dan {-
ke}. Terdapat 9 kata yang mengalami sufiks, yaitu 5 kata pada lagu lir-ilir dan 4 kata pada
lagu lengsir wengi. Dan juga ada infiks yang terjadi pada lagu lir-ilir dan lengsir wengi
yaitu {–um-}. Terdapat 2 kata yang mengalami infiks di dalam lagu lir-ilir. Sehinga jumlah
keseluruhan kata yang berafiksasi berjumlah 16 kata.

Keyword: Affixation, Lir-ilir, Lengsir wengi.

PENDAHULUAN

Bahasa adalah suatu media yang digunakan untuk menyampaikan dan memahami gagasan,
pikiran dan pendapat. Bahasa juga media komunikasi utama di dalam kehidupan manusia
untuk berinteraksi (Surahman, 1994: 11). Bahasa mempunyai peran penting dalam
kehidupan manusia, terutama untuk sarana komunikasi antara manusia satu dengan yang
lainnya. Berkaitan dengan bahasa sebagai sarana komunikasi bahasa dapat dibedakan
menjadi dua yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis atau biasa disebut dengan istilah ragam
lisan dan ragam tulis. Ragam lisan adalah ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap
manusia, sedangkan ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan manusia yang
dihasilkan oleh alat tulis. Ragam lisan biasanya digunakan dalam orasi, pidato, lirik lagu,
ceramah, diskusi dan lain sebagainya. Ragam tulis dapat terlihat pada media cetak,
misalnya tabloid, majalah, buku cerita, novel dan koran.

Setiap daerah yang ada di Indonesia mempunyai ciri khas masing-masing yang berupa adat
istiadat dan kebudayaan. Contoh dari ciri khas suatu daerah adalah lagu, dalam lagu pun
terdapat bagian-bagiannya yaitu lirik lagu. Lirik lagu merupakan suatu wacana tulis yang
disajikan dalam bentuk yang cukup sederhana yang merupakan hasil buah pikiran
seseorang. Dalam lirik lagu terdapat wacana yang terbentuk kalimat, kata, morfem yang
merupakan bidang kajian linguistik terutama morfologi. Linguistik bidang morfologi ini
terdapat suatu kajian yang disebut proses morfemis. Diantara proses morfemis yang
terpenting adalah afiksasi yaitu pengimbuhan kata. Daerah Jawa Tengah sangat terkenal
dikalangan masyarakat akan berbagai kesenian dan adat istiadatnya yang penuh sopan
santun. Bahwa sampai ada yang menyebutkan Orang Jawa Tengah itu orangnya lembut tapi
berani. Tidak terlalu lembut dan tidak juga terlalu keras. Jika anda memperlakukan dengan
ramah maka mereka akan ramah pula, namun jika anda kasar maka mereka juga bisa
berubah menjadi kasar. Sifat lembut dan menjunjung harga diri seseorang bisa terlihat dari
lagu daerah Jawa Tengah yang mereka ciptakan. Lagu-lagu yang mereka ciptakan bukan
hanya sekedar ucapan yang tiada maknanya. Namun banyak sekali arti dan makna dari lagu
daerah Jawa Tengah tersebut. Setiap daerah pasti punya ciri khas masing-masing entah dari
seni, adat, lagu, maupun budaya. Disini akan dibahas beberapa lagu daerah dari Jawa
Tengah yaitu “Lir-Ilir dan Lingsir Wengi”.

Telah dibahas sebelumnya bahwa lagu-lagu yang mereka ciptakan bukan hanya sekedar
ucapan yang tiada maknanya. Namun banyak sekali arti dan makna dari lagu seperti lagu
seperti Lir-ilir. Lagu Lir-ilir merupakan lagu daerah yang berasal dari Jawa tengah.
Tembang Lir-ilir diciptakan oleh Raden Said atau Sunan Kalijaga yang digunakan untuk
berdakwah menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Jawa. Tembang Lir-Ilir yang banyak
dianggap lagu dolanan anak-anak ini sebetulnya adalah bukti kepandaian para wali Songo
dalam mengajarkan Islam kepada masyarakat melalui cara yang sangat menyenangkan dan
tak terasa menggurui.

Kata-kata dalam tembang itu seolah-olah deretan kata-kata biasa yang menggambarkan
keriangan dunia kanak-kanak. Namun jika dibaca sungguh-sungguh, akan banyak makna
agamawi yang muncul. Sebagai ummat muslimin kita diharuskan untuk selalu bangun dan
bangkit dalam segala keterpurukan. Jangan sampai ada sifat malas dalam hati seorang
muslim yang beriman pada Allah. Kita bangun dari sifat malas agar bisa menambah
keimanan dan ketawakalan yang telah Allah tanamkan pada diri seorang muslim.
Digambarkan dalam lirik lagu tersebut seperti tanaman yang mulai bersemi dan menghijau.
Pilihan sudah Allah Ta’ala berikan pada kita semua, tergantung bagaimana kita
menghadapinya. Mau terus tidur atau bangun untuk berjuang hingga akan tiba saatnya
kebahagian yang hakiki.

Sedangkan pada lagu Lingsir Wengi, lagu ini awalnya diciptakan oleh Sunan Kalijaga dan
dipakai setelah melakukan salat malam yang berfungsi untuk menolak bala atau mencegah
perbuatan makhluk gaib yang ingin mengganggu. Selain itu, makna lagu tersebut
menyiratkan sebuah doa kepada Tuhan. Sayangnya, beberapa dari kita salah mengartikan
lagu ini menjadi pengundang mahkluk halus. Masyarakat yang salah menempatkan lagu
Lingsir Wengi ini sebagai lagu yang memiliki imej negatif, menyeramkan, atau melarang
untuk menyanyikannya dalam waktu-waktu tertentu. Entah ini penafsiran dari mana hingga
berkembang seperti sekarang. Tapi yang jelas, semenjak lagu ini digunakan sebagai
soundtrack film Kuntilanak, masyarakat yang tidak tahu menahu asal-usul lagu ini pun
mulai memiliki pandangan yang berbeda terhadap lagu ini. Dari lagu yang semula
esensinya adalah penolak bala, masyarakat justru menganggapnya lagu ini adalah
pemanggil makhluk halus. Mitos lagu ini memang belum bisa dibuktikan kebenarannya,
begitupula dengan mitos jika lagu ini sebagai rapalan pemanggil arwah. Yang pasti lagu ini
merupakan satu dari sekian banyak kekayaan budaya yang wajib dipertahankan, harus
dijaga dengan baik. Semua kembali kepada masing-masing orang untuk percaya ataupun
tidak. Maka dari itu, berdasarkan paparan diatas keanekaragaman bahasa yang digunakan
terutama dalam lirik lagu, maka wacana dalam suatu lirik lagu memang sangat tepat
dijadikan objek suatu kajian linguistik terutama dalam bidang morfologi.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini maka metode penelitian yang
akan digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif adalah
penyajian data berdasarkan kenyataan-kenyataan sesuai dengan yang ada pada lirik lagu
Lir-ilir dan Lingsir wengi. Kemudian dikatakan kualitatif karena di dalamnya tidak
menggunakan prinsip-prinsip statistik, tetapi berpedoman pada teori-teori kebahasaan yang
mendukung penelitian ini. Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah
teknik analisis isi. Dilakukan dengan mengunduh lagu Lir-ilir dan Lingsir wengi dari
internet. Kemudian lagu Lir-ilir dan Lingsir wengi tersebut akan dianalisis terkait tentang
afiksasi dan reduplikasi. Sehingga akan diketahui penggunaan afiksasi dan reduplikasi yang
ada dalam lagu tersebut. Lalu penelitian berlanjut dengan mencetak lirik lagu tersebut ke
dalam bentuk teks. Dan langkah selanjutnya dengan melingkari dan memisahkan kata-kata
yang tergolong berafiksasi dan bereduplikasi. Selanjutnya data akan disajikan dalam bentuk
tabel.

TEORI

Istilah afiksasi tergolong dalam ilmu pembentukkan kata atau ilmu Morfologi. Morfologi
merupakan cabang linguistik yang mempelajari kata dan proses pembentukannya.
Morfologi berkaitan dengan kajian pembentukan kata melalui proses penggabungan
morfem yang satu dengan morfem yang lain. Menurut Ramlan (2012:21) morfologi adalah
bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa morfologi merupakan ilmu kebahasaan yang mempelajari seluk-
beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik dari segi fungsi
gramatik maupun fungsi semantik.

Afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang didalam satu kata merupakan unsur yang
bukan kata dan bukan pokok kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan
lain untuk membentuk kata lain untuk membentuk kata baru. Misalnya kata minuman, kata
ini terdiri dari dua unsur yaitu minum yang merupakan kata dasar dan -an yang merupakan
satuan terikat. Maka morfem {-an} diduga merupakan afiks. Sebelum {-an} ditetapkan
sebagai afiks, harus diteliti lebih jauh, apakan –an itu mampu melekat pada satuan-satuan
lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru. Sesuai dengan sifat kata yang
dibentuknya, dibedakan adanya dua jenis afiks, yaitu afiks inflektif dan afiks derivative.
Yang dimaksud dengan afiks inflektif adalah afiks yang digunakan dalam pembentukan
kata-kata inflektif atau paradigma infleksional. Misalnya {-s} pada kata books sebagai
penanda jamak, atau {-ed} pada kata looked sebagai penanda lampau dalam bahasa
inggris. Dalam bahasa Indonesia dibedakan adanya prefiks {me-} yang inflektif dan {me-}
derivatif. Sebagai afiks inflektif, prefiks {me-} menandai bentuk kalimat induktif aktif.
Sebagai kebalikan dari prefiks {di-} yang menandai bentuk indikatif pasif. Sebagai afiks
derivatif, prefiks {me-} membentuk kata baru, yaitu yang identitas leksikalnya tidak sama
dengan bentuk dasarnya. Misalnya terdapat pada kata membengkok yang berkelas verba
dari dasar adjektiva, atau mematung yang berkelas verba dari dasar nomina.

Pembubuhan imbuhan (afiks) pada suatu bentuk kata dalam bahasa Jawa sering disebut
dengan wuwuhan “kata berimbuhan‟. Menurut (Cahyono, 1995: 110), afiks merupakan
bentuk terikat yang apabila ditambahkan pada bentuk lain akan merubah nosi
gramatikalnya. (Yasin, 1987: 40) menyatakan bahwa nosi ialah arti yang timbul sebagai
akibat proses morfologi. Kata yang dibentuk dengan proses afiksasi itu disebut kata
berafiks. Ada empat jenis afiks, yaitu prefiks, sufiks, infiks dan konfiks. Poedjosoedarmo
(1979: 6) menyatakan bahwa dalam proses afiksasi kata dibentuk dengan mengimbuhkan
awalan, sisipan, akhiran, atau gabungan dari imbuhan-imbuhan itu pada kata dasarnya.

Nurlina, dkk. (2003: 58-128) menyatakan bahwa afiks pembentuk verba terdiri dari prefiks,
sufiks, infiks, dan konfiks. Prefiks pembentuk verba terdiri dari {N-}, {di-}/{-dipun}, {tak-
}/{dak-}, {kok-}/{mbok-}, {ka-}, {ke-}, {a-}, {ma-}/{me}, {mer-}, {kuma-}, dan {kapi-}.
Infiks pembentuk verba terdiri dari {-in-} dan {-um-}. Afiks selanjutnya yaitu, sufiks, dan
konfiks yang membentuk verba. Sufiks pembentuk verba terdiri dari {-i}, {-ake}, {-a}, {-
en}, {-na}, dan {-ana}. Konfiks pembentuk verba terdiri atas {N-}/{-i}, {N-}/{-ake}, {N-
}/{-a}, {mi-}/{-i}, {tak-}/{-i}, {tak}/{-ake}, {tak-}/{-e}, {tak-}/{-ne}, {tak-}/{-ane},
{kok-}/{-i}, {kok-}/{-ake}, {di-}/{-i}, {di-}/{-ake}, {di-}/{-ana}, {ka-}/{-an}, {ke-}/{-a},
{ka-}/{-ana}, {ka-}/{-na}, {ka-}/{-ake}, {kami-}/{-en}, {-in-}/{-an}, {-in-}/{-ake}, {-in-
}/{-ana} dan {-in-}/{-na}. Masing-masing afiks pembentuk verba akan diuraikan berikut
ini.

1. Prefiks
Prefiks merupakan afiks yang dibubuhkan di muka bentuk dasar. Prefiks dalam
bahasa Jawa disebut ater-ater, adalah sistem pengimbuhan afiks atau imbuhan yang
diletakkan di awal morfem. Prefiks disebut juga awalan. Prefiks pembentuk verba
terdiri dari {di-}, {tak-}/{dak-}, {kok-}, {a-}, {ma-}, {mer-}, {ka-}, {ke-}, {kuma-
}, {kapi-}, dan {N-}.

2. Sufiks
Sufiks merupakan afiks yang dibubuhkan di belakang bentuk dasar. Sufiks dalam
bahasa Jawa disebut panambang adalah sistem pengimbuhan afiks atau imbuhan
yang ditambahkan di akhir morfem. Sufiks disebut juga akhiran. Wujud sufiks
pembentuk verba dalam bahasa Jawa adalah sebagai berikut. Sufiks pembentuk
verba terdiri dari {-i}, {-ake}, {-a}, {-an}, {-en}, {-na}, dan {-ana}.

3. Infiks
Infiks merupakan afiks yang dibubuhkan di dalam bentuk dasar. Infiks dalam
bahasa Jawa disebut seselan, adalah sistem pengimbuhan afiks atau imbuhan yang
disisipkan di tengah morfem. Infiks disebut juga sisipan. Dalam bahasa Jawa wujud
infiks sangat terbatas, yaitu {-er-}, {-el-}, {-um-} dan {-in-}. Infiks yang
membentuk kata kerja bahasa Jawa ada dua macam, yaitu {-in-} dan {-um-}.

4. Konfiks
Konfiks pembentuk verba terdiri dari {ka-}/{-na}, {ka-}/{-ana}, {ka-}/{-ake}, {ka-
}/{-an}, {-in-}/{-an}, {-in-}/{-ake}, {-in-}/{-ana}, {mi-}/{-i} dan {ke-}/{-a}. Pada
bagian konfiks tersebut di atas ada bentuk yang dikatakan sebagai afiks gabung
(simulfiks) yang pelekatannya bertahap.

HASIL PENELITIAN

Dalam jurnal ini, kami membahas afiksasi dan reduplikasi pada lagu lir-ilir dan lengsir
wengi. Dan lagu tersebut diciptakan oleh Sunan Kalijaga dan menggunakan bahasa jawa
pada liriknya. Lagu tersebut menyimpan banyak makna yang sampai sekarang masih
dianggap misterius. Berikut adalah lirik lagu lir-ilir beserta terjemahannya.

Lirik lagu Lir-ilir:


Lir-ilir, lir-ilir, tandure wes sumilir
Tak ijo royo-royo, tak sengguh temanten anyar
Cah angon, cah angon, penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro, dodotiro, kumitir bedah ing pinggir
Dondomono, jlumatono, kanggo sebo mengko sore
Mumpung pandhang rembulane, mumpung jembar kalangane
Yo surako surak hiyo

Terjemahan lirik lagu Lir-ilir:


Bangunlah, bangunlah, Tanaman sudah bersemi
Demikian menghijau bagaikan pengantin baru
Anak gembala, anak gembala panjatlah (pohon) belimbing itu
Biar licin dan susah tetaplah kau panjat untuk membasuh pakaianmu
Pakaianmu, pakaianmu terkoyak-koyak di bagian samping
Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore
Mumpung bulan bersinar terang, mumpung banyak waktu luang
Ayo bersoraklah dengan sorakan iya

Lirik lagu Lengsir Wengi:


Lingsir wengi
Sepi durung biso nendro
Kagodho mring wewayang
Kang ngerindhu ati
Kawitane
Mung sembrono njur kulino
Ra ngiro yen bakal nuwuhke tresno
Nanging duh tibane
Aku dewe kang nemahi
Nandang bronto
Kadung loro
Sambat sambat sopo
Rino wengi
Sing tak puji ojo lali
Janjine mugo biso tak ugemi

Terjemahan lirik lagu Lengsir Wengi:


Menjelang Tengah Malam
saat menjelang tengah malam
sepi tidak bisa tidur
tergoda bayanganmu
di dalam hatiku
permulaanya
hanya bercanda kemudian terjadi
tidak mengira akan jadi cinta
kalau sudah saatnya akan terjadi pada diriku
menderita sakit cinta(jatuh cinta)
aku harus mengeluh kepada siapa
siang dan malam
yang saya cinta jangan lupakan ku
janjinya kuharap tak diingkari
Dari lirik lagu lir-ilir dan lengsir wengi di atas, didapatkan hasil data afiksasi yang disajikan
di dalam tabel berikut.

Tabel 1. Afiksasi pada lagu lir-ilir

No kata prefiks sufiks infiks Kata Dasar Terjemahan

1 Tandure -e Tandur Tanam


2 Sumilir -um- Silir Sejuk
3 Temanten Te- Manten Pengantin
4 Penekno -no Menek Panjat
5 Mbasuh M- Basuh Cuci
6 Kumitir -um- Kitir Sobek
7 Rembulane -ne Rembulan Rembulan
8 Kalangane -e Kalangan Kalangan
9 Surako -o Surak Sorak

Afiksasi pada lagu Lengsir Wengi

No kata prefiks sufiks Kata Dasar Terjemahan


1 Kagodho ka- godho goda
2 Wewayang we- wayang bayang
3 Ngerindhu ng- rindhu rindu
4 Kawitane -e kawitan pertama
5 Nuwuhke -ke nuwuh timbul
6 Tibane -ne tiba saat
7 Janjine -ne janji janji

Afiks atau disebut juga dengan imbuhan adalah suatu bunyi yang ditambahkan dalam
sebuah kata, baik itu diawal, diakhir, ditengah ataupun gabungan diantara ketiga letak
tersebut guna membentuk sebuah kata yang baru yang mana arti dari kata yang telah
dihasilkan tetap berhubungan atau sama dengan kata mulanya (kata pertama). Sedangkan
arti afiksasi adalah sesuatu hal yang terjadi pada pembentukan sebuah nomina. Menurut
Robins (1992), afiks dapat dibagi secara formal menjadi tiga kelas utama sesuai dengan
posisi yang didudukinya dalam hubungan dengan morfem dasar, yaitu prefiks, infiks dan
sufiks. Berdasarkan keterangan tersebut, pemaparan afiksasi pada lagu lir-ilir dan lengsir
wengi akan dijelaskan di bawah ini.
1. Penggunaan prefiks pada lagu Lir-ilir dan Lengsir wengi
Prefiks adalah afiks atau imbuhan yang diletakkan di awal kata dasar. Prefiks yang
terjadi pada lagu lir-ilir dan lengsir wengi yaitu {te-}, {m-}, {ka-}, {we-}, dan {ng-
}. terdapat 5 kata yang mengalami prefiks, yaitu 2 kata pada lagu lir-ilir dan 3 kata
pada lagu lengsir wengi. Berikut adalah penjabarannya:

 Prefiks {te-}
Terjadi pada lagu lir-ilir dalam kata tematen, dengan kata dasarnya yaitu
manten
{te-} + {manten} → temanten
Yang memiliki arti pengantin

 Prefiks {m-}
Terjadi pada lagu lir-ilir dalam kata mbasuh, dengan kata dasarnya yaitu
basuh
{m-} + basuh → mbasuh
Yang memiliki arti membasuh atau mencuci

 Prefiks {ka-}
Terjadi pada lagu lengsir wengi dalam kata kagodho, dengan kata dasar
godho
{ka-} + ghodo → kagodho
Yang memiliki arti tergoda

 Prefiks {we-}
Terjadi pada lagu lengsir wengi dalam kata wewayang, dengan kata dasar
wayang
{we-} + wayang → wewayang
Yang memiliki arti bayangan

 Prefiks {ng-}
Terjadi pada lagu lengsir wengi dalam kata ngerindhu, dengan kata dasar
rindhu
{ng-} + rindhu → ngerindhu
Yang memiliki arti merindu

2. Penggunaan sufiks pada lagu Lir-ilir dan Lengsir wengi


Sufiks adalah afiks atau imbuhan yang diletakkan di akhir kata dasar. Sufiks yang
terjadi pada lagu lir-ilir dan lengsir wengi yaitu {-e}, {-no}, {-ne}, {-o}, dan {-ke}.
Terdapat 9 kata yang mengalami sufiks, yaitu 5 kata pada lagu lir-ilir dan 4 kata
pada lagu lengsir wengi. Berikut adalah penjabarannya:

 Sufiks {–e}
Terjadi pada lagu lir-ilir dalam kata tandure, kalangane, dan pada lagu
lengsir wengi dalam kata kawitane yang masing-masing memiliki kata dasar
tandur, kalangan, dan kawitan.
Tandur + {-e} → tandure
Yang memiliki arti tanamannya
Kalangan + {-e} → kalangane
Yang memiliki arti kalangannya
Kawitan + {-e} → kawitane
Yang memiliki arti permulaannya

 Sufiks {–no}
Terjadi pada lagu lir-ilir dalam kata penekno, yang memiliki kata dasar
penek.
Penek + {-no} → penekno
Yang memiliki arti panjatkan

 Sufiks {–ne}
Terjadi pada lagu lir-ilir dalam kata rembulane dan pada lagu lengsir wengi
dalam kata tibane dan janjine, yang masing-masing memiliki kata dasar
rembulan, tiba, dan janji.
Rembulan + {–ne} → rembulane
Yang memiliki arti bulannya
Tiba + {-ne} → tibane
Yang memiliki arti saatnya
Janji + {-ne} → janjine
Yang memiliki arti janjinya

 Sufiks {–o}
Terjadi pada lagu lir-ilir dalam kata surako, yang memiliki kata dasar surak.
Surak + {-o} → surako
Yang memiliki arti sorakkan

 Sufiks {–ke}
Terjadi pada lagu lengsir wengi dalam kata nuwuhke, yang memiliki kata
dasar nuwuh.
Nuwuh + {-ke} → nuwuhke
Yang memiliki arti menimbulkan

3. Penggunaan Infiks pada lagu Lir-ilir dan Lengsir wengi


Infiks adalah afiks atau imbuhan yang diletakkan di tengah kata dasar. Infiks yang
terjadi pada lagu lir-ilir dan lengsir wengi yaitu {–um-}. Terdapat 2 kata yang
mengalami infiks di dalam lagu lir-ilir. Berikut adalah penjabarannya:

 Infiks {–um-}
Terjadi pada lagu lir-ilir dalam kata sumilir dan kumitir, yang memiliki kata
dasar silir dan kitir.
Silir + {–um-} → sumilir
Yang memiliki arti bersemi
Kitir + {–um-} → kumitir
Yang memiliki arti terkoyak atau tersobek

Berikut adalah grafik afiksasi dalam lagu Lir-ilir dan Lengsir wengi

Banyaknya kata yang menggunakan


afiks
0
2
5
{-um-}
{te-},{m-},
Prefiks
{ka-},{we-},
9 Sufiks
{ng-}
Infiks
{-e}, {-no},{-ne}, Konfiks
{-o},{-ke}
Prefiks Sufiks Infiks

3.5

2.5

1.5

0.5

0
.te- .m- .ka- .we- .ng- .-e .-no .-ne .-o .-ke .-um-
Prefiks 1 1 1 1 1
Sufiks 3 1 3 1 1
Infiks 2
Jumlah kata yang menggunakan afiks

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Analisis afiksasi pada lirik lagu Lir-Ilir dan Lingsir
Wengi”. dengan 3 macam afiksasi yang muncul, maka dapat disimpulkan bahwa. Pertama,
terdapat prefiks yang terjadi pada lagu lir-ilir dan lengsir wengi yaitu {te-}, {m-}, {ka-},
{we-}, dan {ng-}. terdapat 5 kata yang mengalami prefiks, yaitu 2 kata pada lagu lir-ilir
dan 3 kata pada lagu lengsir wengi. Lalu sufiks yang terjadi pada lagu lir-ilir dan lengsir
wengi yaitu {-e}, {-no}, {-ne}, {-o}, dan {-ke}. Terdapat 9 kata yang mengalami sufiks,
yaitu 5 kata pada lagu lir-ilir dan 4 kata pada lagu lengsir wengi. Dan juga ada infiks yang
terjadi pada lagu lir-ilir dan lengsir wengi yaitu {–um-}. Terdapat 2 kata yang mengalami
infiks di dalam lagu lir-ilir. Sehinga jumlah keseluruhan kata yang berafiksasi berjumlah 16
kata.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, HP, dan Alek Abdullah. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.
Asmoko, Yulian Widi. 2014. Pembentukan Verba Turunan Bahasa Jawa Dengan Bahasa
Indonesia Berdasarkan Kamus (Analisis Kontrastif). Skripsi Program Studi
Pendidikan Bahasa Jawa. Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah. Fakultas Bahasa
Dan Seni. Universitas Negeri Yogyakarta
http://cipcipmuuach.blogspot.com/2013/04/lirik-lagu-lingsir-wengi-dan-makna.html
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mulyana. 2011. Morfologi Bahasa Jawa (Bentuk dan Struktur Bahasa Jawa dilengkapi
Peristilahan Paramasastra Jawa). Yogyakarta: Kanwa Publisher
Riza Saputra, Muhammad. 2017. Analisis Afiksasi Dalam Album Raya Lagu Iwan Fals.
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan. Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.
Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Shiyam, Khilyatus. 2017. Analisis Morfologi Bahasa Jawa dalam Wacan Bocah pada
Majalah Djaka Lodang Tahun 2015. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Jawa. Universitas Muhammadiyah Purworejo

You might also like