Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN GURU

BERWAWASAN NASIONALISME DI SMA N DEMPET


DAN SMK N 2 DEMAK

Masrukhi, Maman Rachman, Suyahmo

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

Abstract. Goals to be achieved in this community service activities are: (1)


Teachers SMAN Dempet and SMKN 2 Demak understand the knowledge about
teacher's personality competence insight nationalism; (2) obtained odel or
programs in developing the concept of teacher personality with insight of
nationalism based on the recommendation of the results of information
dissemination between the presenters and teachers of SMAN Dempet and SMKN 2
Demak; and (3) mentoring the implementation of the teacher's personality
development model with the insight of nationalism. Benefits for the target audience
are as follows: (1) Community service activity is oriented towards the development
of teacher's personality competence with vision of nationalism through
socialization and training on teachers of SMAN Dempet and SMKN 2 Demak; (2)
teachers of SMAN Dempet and SMKN 2 Demak will gain knowledge about the
development of teacher's personality competence with nationalism; (3) teachers of
SMAN Dempet and SMKN 2 Demak will gain skills of internalizing the values of
nationalism; and (4) companion lecturers gain knowledge of the development
needs of teacher's personality competence with nationalist insight on teachers of
SMAN Dempet and SMKN 2 Demak. Activities are carried out through stages,
namely: (1) Socialization and training of development activities delivered by
facilitators from universities. In the socialization is conveyed, among others, the
background of the importance of teacher competence development with the insight
of nationalism, impact, mechanism, technical, and implementation planning. (2)
Coordination meeting to discuss the development activities of teacher's personality
competence with nationalist insight, observer, moderator, facilitator and note taker.
In addition, technical preparations are discussed, such as the selection of the hall as
a place for the implementation of activities. (3) Preparation of a detailed schedule
of the development of teacher's personality competence with the insight of
nationalism on teachers which includes the timing of the implementation of the
planning, implementation, and reflection of the activities, the personnel involved
and the place of execution. (4) Evaluation phases are discussed issues that arise
both principal and technical issues, and remedial solutions for the sustainability of
the development activities of teachers' personality competencies with insight into
the next nationalism.

Keywords: Personality, Master, Nationalism

Abstrak. Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat
ini yaitu: (1) Guru-Guru SMAN Dempet dan SMKN 2 Demak memahami
pengetahuan mengenai kompetensi kepribadian guru berwawasan nasionalisme; (2)
diperoleh odel atau program-program dalam mengembangkan konsep kepribadian
guru berwawasan nasionalisme berdasarkan rekomendasi hasil urun rembug
informasi antara pemateri dan guru-guru SMAN Dempet dan SMKN 2 Demak; dan
(3) pendampingan pelaksanaan model pengembangan kepribadian guru

95
96

berwawasan nasionalisme. Manfaat bagi khalayak sasaran kegiatan yaitu sebagai


berikut : (1) Kegiatan pengabdian masyarakat ini berorientasi pada pengembangan
kompetensi kepribadian guru berwawasan nasioalisme melalui sosialisasi dan
pelatihan pada guru-guru SMAN Dempet dan SMKN 2 Demak; (2) guru-guru
SMAN Dempet dan SMKN 2 Demak akan mendapatkan pengetahuan mengenai
pengembangan kompetensi kepribadian guru berwawasan nasionalisme; (3) guru -
guru SMAN Dempet dan SMKN 2 Demak akan mendapatkan keterampilan
internalisasi nilai - nilai nasionalisme; dan (4) dosen pendamping memperoleh
pengetahuan kebutuhan pengembangan kompetensi kepribadian guru berwawasan
nasionalisme pada guru - guru SMAN Dempet dan SMKN 2 Demak. Kegiatan
dilaksanakan melalui tahapan, yaitu: (1) Sosialisasi dan pelatihan kegiatan
pengembangan disampaikan oleh fasilitator dari perguruan tinggi. Dalam
sosialisasi tersebut disampaikan antara lain latar belakang pentingnya
pengembangan kompetensi guru berwawasan nasionalisme, dampak, mekanisme,
teknis, dan perencanaan pelaksanaan. (2) Rapat koordinasi untuk membahas
kegiatan pengembangan kompetensi kepribadian guru berwawasan nasionalisme,
observer, moderator, fasilitator, dan notulen. Selain itu dibicarakan juga persiapan
teknis seperti pemilihan aula sebagai tempat pelaksanaan kegiatan. (3) Penyusunan
jadwal detail pelaksanaan pengembangan kompetensi kepribadian guru
berwawasan nasionalisme terhadap guru-guru yang meliputi waktu pelaksanaan
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi hasil kegiatan, personel yang terlibat,
dan tempat pelaksanaan. (4) Tahap evaluasi dibicarakan permasalahan yang
muncul baik masalah yang bersifat prinsip, maupun teknis, dan solusi perbaikan
untuk keberlanjutan pelaksanaan kegiatan pengembangan kompetensi kepribadian
guru berwawasan nasionalisme berikutnya.

Kata Kunci: Kepribadian, Guru, Nasionalisme

PENDAHULUAN sebuah bangsa. Sebuah survei yang


dilakukan oleh Lingkar Survei Indonesia
Nasionalisme di era global saat ini (LSI) pada tahun 2010 menunjukkan
menjadi hal yang sangat mahal. Eskalasi bahwa semangat nasionalisme yang
proses-proses globalisasi yang sangat dimiliki bangsa Indonesia berada pada
tinggi dari hitungan hari demi hari, tanpa posisi yang agak bagus. Sebanyak 92,1
terasa mengaburkan batas-batas persen responden menjawab sangat atau
kehidupan berbangsa bernegara, baik cukup bangga sebagai bangsa Indonesia,
politik, ekonomi, maupun budaya. sementara yang kurang atau tidak bangga
Menurut Ohmae, K. (1995) dikatakan sama sekali sebanyak 4,2 persen dan 3,7
bahwa Negara dan bangsa adalah ,,the persen tidak tahu (Asril, 2010). Dalam
artifact of the 18th and 19th centuries” rentang waktu empat tahun terjadi
Pada waktu itu tapal batas dimana penurunan kadar nasionalisme yang cukup
pada waktu itu tapal batas sebuah negara memprihatinkan. Hasil survei yang
masih cukup jelas dan penting, tetapi kini dilakukan oleh Developing Countries
negara telah lenyap karena kegiatan Studies Center (DCSC) Indonesia tentang
ekonomi di tingkat global yang ditandai semangat nasionalisme terhadap para
dengan masuknya “capital secara pemuda dalam rangka Hari Sumpah
markets‟ bebas ke negara manapun Pemuda 28 Oktober serta Hari Pahlawan
sehingga menafikan batas-batas tersebut 10 November 2014, menemukan
dan juga hegemoni politik tradisional kenyataan bahwa 83,3 persen responden

Rekayasa Vol. 16 No. 1, Juli 2018


97

mengaku sangat bangga dan bangga melihat adanya perkembangan lain


sebagai orang Indonesia. Sementara, nasionalisme di Indonesia, yaitu: pertama,
hanya 5,5 persen yang mengatakan tidak melalui penerapan otonomisasi dan
bangga, sisanya, 11,2 persen menjawab desentralisasi sejak 2004 yang cenderung
tidak tahu ( Anonim, 2014). menon kedaerahan”, tidak jarang
Kendatipun kedua hasil survey berimplikasi pada lokalitas tertentu.
tersebut dilakukan oleh lembaga yang (KOMPAS.com. Jumat, 8 Agustus 2014).
berbeda, akan tetapi dengan metode Generasi muda Indonesia sedang berada
penelitian yang dapat di di persimpangan jalan. Pada satu sisi
pertanggungjawabkan secara akademis, sedang mengalami keterkejutan
sudah menunjukkan adanya indikasi globalisasi dengan berbagai implikasinya,
bahwa semakin hari kadar nasionalisme di pada sisi yang lain mereka sulit
kalangan para generasi muda Indonesia memperoleh keteladanan dari para tokoh
semakin mengalami penurunan. Salah satu masyarakat di daerah yang dengan
faktor penting atas fenomena di atas semangat otonomi daerah secara
adalah kehidupan global Syamsudin, berlebihan kurangmenekankan bingkai
2011). Efek globalisasi yang tidak mampu Negara kesatuan Republik Indonesia.
dibendung oleh kehidupan masyarakat Dalam konteks demikian, nasionalisme
generasi muda adalah kemajuan teknologi sebagai karakter bangsa Indonesia
informasi. Kaum generasi muda dengan semakin diperlukan dalam menjaga harkat
mudah mampu mengakses model dan martabat bangsa di era globalisasi.
kehidupan kaum muda yang berasal dari Peneguhan kembali semangat
tempat dimana globalisasi lahir dan nasionalisme merupakan suatu yang
berkembang (barat). Kaum muda sangat penting dan relevan dalam
Indonesia merupakan mereka yang berada memperkuat komitmen dan ikatan sebagai
di garis terdepan sosial media (secara sebuah bangsa. Menurut Azra (2011)
kuantitas 90% dari pengguna internet nasionalisme perlu direvitalisasi dan
ialah kaum muda). Kemajuan teknologi kembali digelorakan oleh setiap anak
informatika telah memunculkan gejala- bangsa, sehingga Indonesia tidak hanya
gejala yang kontra produktif dengan jiwa mampu tetap bertahan, tetapi sekaligus
nasionalismeseperti sikap narsisme, lebih berjaya baik di dalam maupun di
hedonisme, pemanfaatan waktu yang luar, dalam percaturan internasional.
terbuang percuma, dan sejenisnya. Faktor Dalam konteks ini, hendaknya kaum muda
lain yang berkontribusi pada menipisnya berperan penting dalam meneguhkan
nasionalisme di kalangan generasi muda kembali semangat nasionalisme sebagai
adalah semangat kedaerahan yang sempit sebuah bangsa.Generasi muda saat ini
(chauvinisme). Sedikit banyak munculnya sebagai ujung tombak perbaikan bangsa
fenomena ini sebagai imbas dari harus tetap berpegang teguh pada prinsip-
implementasi otonomi daerah yang prinsip nasionalisme dalam menghadapi
berlebihan. Implementasi yang berlebihan arus globalisasi.
ini menjadikan kepala-kepala daerah Dalam konteks dunia pendidikan,
bertindak seperti raja-raja kecil, yang peran guru SMA sangatlah strategis.
dengan egoism kedaerahannya kurang Pertama, para siswa SMA merupakan
memberikan penguatan dalam bingkai kelompok generasi muda yang sedang
Negara Kesatuan Republic Indonesia. berkembang mencari identitas diri
Menurut Azra, A. (Lan, T. J. dan Manan, sehingga memerlukan pemahaman,
M. A., 2011), akhir-akhir ini kita bisa penghayatan, sekaligus keteladanan

Pengembangan Kepribadian Guru Berwawasan...( Masrukhi, Maman Rachman, Suyahmo)


98

mengenai nasionalisme. Kedua, sebagai berkualitas. Pembelajaran yang


seorang guru, dirinya merupakan role berkualitas sangat diharapkan agar dapat
model atau teladan bagi para siswanya menghasilkan peserta didik yang cerdas
sehingga sangat strategis untuk dan memiliki perilaku yang berbudi luhur
menanamkan jiwa nasionalisme secara sebagaimana yang diamanatkan di dalam
benar. Ketiga, sebagai siswa SMA, Undang-undang No. 2 tahun 2003 tentang
mereka sudah mampu mengakses internet Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas).
secara kuat, menjadikan mereka tidak
dapat mengelak dari pengaruh globalisasi METODE PENDEKATAN
yang sangat massiv sehingga di sekolah
para guru harus megimbanginya dengan Kegiatan pelaksanaan ini dilaksanakan
penanaman jiwa nasionalisme secara melalui tahapan sebagai berikut:
efektif. Pekerjaan sebagai guru adalah a) Sosialisasi dan pelatihan kegiatan
pekerjaan profesi, yang membutuhkan pengembangan disampaikan oleh
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, fasilitator dari perguruan tinggi. Dalam
kemampuan, keahlian, ketekunan, untuk sosialisasi tersebut disampaikan antara
menciptakan proses pembelajaran yang lain latar belakang pentingnya
interaktif dan berkualitas. Oleh karena itu, pengembangan kompetensi guru
dapat dikatakan bahwa guru yang berwawasan nasionalisme, dampak,
profesional adalah guru yang memiliki mekanisme, teknis, dan perencanaan
kemampuan yang baik dalam pelaksanaan.
merencanakan, melaksanakan, dan b) Rapat koordinasi untuk membahas
melakukan refleksi atas tugasnya sebagai kegiatan pengembangan kompetensi
guru sehingga mampu menghantarkan kepribadian guru berwawasan
keberhasilan siswa secara optimal. Dalam nasionalisme, observer, moderator,
konteks ini, tidak hanya materi pelajaran fasilitator, dan notulen. Selain itu
yang disampaikan akan tetapi pesan-pesan dibicarakan juga persiapan teknis
nasionalisme kepada para siswanya. seperti pemilihan aula sebagai tempat
Guru profesional menjadi salah satu pelaksanaan kegiatan.
kunci penentu keberhasilan pembelajaran. c) Penyusunan jadwal detail pelaksanaan
Berkaitan dengan hal tersebut, guru harus pengembangan kompetensi kepribadian
memilki berbagai kompetensi mulai dari guru berwawasan nasionalisme
kompetensi profesional, kompetensi terhadap guru-guru yang meliputi
pedagogik, kompetensi sosial, dan waktu pelaksanaan tahap perencanaan,
kompetensi kepribadian; untuk menjadi pelaksanaan, dan refleksi hasil
guru profesional. Dalam konteks kegiatan, personel yang terlibat, dan
kompetensi kepribadian, para guru harus tempat pelaksanaan.
memiliki wawasan nasionalisme, agar d) Tahap evaluasi dibicarakan
mampu menyampaikan pesan-pesan permasalahan yang muncul baik
kebangsaan kepada para siswanya. Oleh masalah yang bersifat prinsip, maupun
karena itu guru juga harus mampu teknis, dan solusi perbaikan untuk
melakukan komunikasi yang interaktif keberlanjutan pelaksanaan kegiatan
kepada siswa, orang tua siswa, maupun pengembangan kompetensi kepribadian
kepada teman sejawat, serta mampu guru berwawasan nasionalisme
memfasilitasi siswa untuk dapat belajar berikutnya.
secara aktif dan optimal sehingga proses
pembelajaran menjadi efektif dan Prosedur Kerja, Langkah-Langkah dan

Rekayasa Vol. 16 No. 1, Juli 2018


99

Partisipasi bahwa kompetensi sebagai agen


pembelajaran pada jenjang pendidikan
Pelaksanaan kegiatan pengabdian dasar dan menengah serta pendidikan anak
masyarakat tentang pengembangan usia dini meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian guru berwawasan kompetensi kepribadian, kompetensi
nasionalisme akan dilakukan pada waktu; profesional, dan kompetensi sosial.
sosialisasi, perencanaan pendampingan, Kompetensi kepribadian adalah
dan refleksi. Secara rinci mekanisme salah satu kompetensi yang harus dimiliki
evaluasi sebagai berikut: oleh seorang guru yang berkaitan dengan
a Ketika sosialisasi dan pelatihan akan tingkah laku pribadi guru itu sendiri yang
dikumpulkan data tentang tingkat kelak harus memiliki nilai-nilai luhur
pemahaman kompetensi kepribadian sehingga terlihat dalam perilaku sehari-
guru dan wawasan nasionalisme. hari (Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus,
b Pada tahap perencanaan di evaluasi 2011:42). Sementara Suyanto dan
tingkat pemahaman guru-guru terkait Asep Jihad (2013:42) memamaparkan
kompetensi kepribadian guru bahwa “kompetensi kepribadian bagi guru
berwawasan nasionalisme sekaligus merupakan cerminan kepribadian yang
menentukan model mantap, stabil, dewasa, arif, berakhlak
pengembangannya. mulia dan berwibawa, dan dapat menjadi
c Tahap pelaksanaan akan teladan bagi Kemudian Permendiknas No.
dikumpulkan data pengamatan oleh 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi
observer sedangkan tahap refleksi Akademik dan Kompetensi Guru
dinilai dari keberhasilan menjelaskan kompetensi kepribadian
pengembangan kompetensi untuk guru kelas dan guru mata pelajaran,
kepribadian guru berwawasan pada semua jenjang pendidikan dasar dan
nasionalisme. menengah, sebagai berikut:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama,
HASIL DAN PEMBAHASAN hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia, mencakup: (a)
Kompetensi Kepribadian Guru menghargai peserta didik tanpa
membedakan keyakinan yang dianut,
Kompetensi kepribadian adalah suku, adat-istiadat, daerah asal, dan
salah satu kompetensi yang harus dimiliki gender; dan (b) bersikap sesuai dengan
oleh guru selain tiga kompetensi yang norma agama yang dianut, hukum dan
lainnya yakni kompetensi pedagogis, sosial yang berlaku dalam masyarakat,
sosial dan profesional. Hal ini dan kebudayaan nasional Indonesia
sebagaimana yang dijelaskan dalam yang beragam.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang
tentang Guru dan Dosen menyatakan jujur, berakhlak mulia, dan menjadi
bahwa guru wajib memiliki kualifikasi teladan bagi peserta didik dan
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, masyarakat, mencakup: (a) berperilaku
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki jujur, tegas, dan manusiawi; (b)
kemampuan untuk mewujudkan tujuan berperilaku yang mencerminkan
pendidikan nasional. Kemudian hal ini ketakwaan dan akhlak mulia; dan (c)
diperkuat dalam Peraturan Pemerintah berperilaku yang dapat diteladani oleh
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun peserta didik dan anggota masyarakat
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan di sekitarnya.
(2005:21). Pasal 28 ayat 3, menyebutkan

Pengembangan Kepribadian Guru Berwawasan...( Masrukhi, Maman Rachman, Suyahmo)


100

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang bangsa/suku asal mereka (Ritter, 1986:
mantap, stabil, dewasa, arif, dan 295). Awalnya nasionalisme erat
berwibawa, mencakup: (a) kaitannya dengan rasa cinta sekelompok
menampilkan diri sebagai pribadi yang orang pada bangsa, bahasa dan daerah
mantap dan stabil; dan (b) asal usul semula. Rasa cinta itu kemudian
menampilkan diri sebagai pribadi yang menjelma dengan apa yang disebut
dewasa, arif, dan berwibawa. patriotisme. Jadi pada mulanya
d. Menunjukkan etos kerja, tanggung nasionalisme dan patriotisme itu sama
jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi maknanya. Akan tetapi sejak pecahnya
guru, dan rasa percaya diri, mencakup: revolusi Perancis tahun 1789, pengertian
(a) menunjukkan etos kerja dan nasionalisme mengalami perluasan makna
tanggung jawab yang tinggi; (b) dengan latar belakang yang bermacam-
bangga menjadi guru dan percaya pada macam. Nasionalisme tidak lagi menjadi
diri sendiri; dan (c) bekerja mandiri hasil pemikiran Eropa melainkan
secara profesional. semacam identitas perjuangan di negara-
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi negara Asia-Afrika yang dijajah bangsa
guru, mencakup: (a) memahami kode Barat. Keragaman makna itu dapat dilihat
etik profesi guru; (b) menerapkan kode dari sejumlah pendapat berikut. Smith
etik profesi guru; dan (c) berperilaku (1979: 1) memaknai nasionalisme sebagai
sesuai dengan kode etik guru. gerakan ideologis untuk meraih dan
memelihara otonomi, kohesi dan
Berdasarkan beberapa penjelasan individualitas bagi satu kelompok sosial
tentang indikator di atas, maka dapat tertentu yang diakui oleh beberapa
dikatakan bahwa kompetensi kepribadian anggotanya untuk membentuk atau
guru bermuara bagaimana sisi internal menentukan satu bangsa yang
pribadi guru harus dibentuk sedemikian sesungguhnya atau yang berupa potensi
rupa sehingga mampu melaksanakan saja. Snyder (1964: 23) sementara itu
tujuan dari pendidikan nasional. memaknai nasionalisme sebagai satu
Kompetensi kepribadian memiliki peran emosi yang kuat yang telah mendominasi
penting bagi seorang guru, tidak hanya pikiran dan tindakan politik kebanyakan
bagi dirinya secara pribadi tetapi juga rakyat sejak revolusi Perancis. Ia tidak
bagi sekolah. Pengaruh kepribadian guru bersifat alamiah, melainkan merupakan
ini menjadi vital karena diantara satu gejala sejarah, yang timbul sebagai
kompetensi pedagogik professional dan tanggapan terhadap kondisi politik,
sosial, kompetensi ini berperan besar ekonomi dan sosial tertentu. Sementara
dalam meningkatkan antusias peserta itu Carlton Hayes, seperti dikutip Snyder
didik dalam pembelajaran di sekolah. (1964: 24) membedakan empat arti
nasionalisme:
Nasionalisme a) Sebagai proses sejarah aktual, yaitu
proses sejarah pembentukan
Istilah nasionalisme pertama kali nasionalitas sebagai unit-unit politik,
digunakan menurut Abbe Barruel di pembentukan suku dan imperium
Jerman pada abad ke-15, yang kelembagaan negara nasional modern.
diperuntukan bagi para mahasiswa yang b) Sebagai suatu teori, prinsip atau
datang dari daerah yang sama atau implikasi ideal dalam proses sejarah
berbahasa sama, sehingga mereka itu (di aktual.
kampus yang baru dan daerah baru) tetap c) Nasionalisme menaruh kepedulian
menunjukkan cinta mereka terhadap

Rekayasa Vol. 16 No. 1, Juli 2018


101

terhadap kegiatan-kegitan politik, nasionalisme, Hans Kohn (1971: 9)


seperti kegiatan partai politik tertentu, mengemukakan bahwa maknastate
penggabungan proses historis dan satu dari n of mind, in which the supreme
teori politik. loyality of the individual is felt to be
d) Sebagai satu sentimen, yaitu due the nation state” (sikap mental,
menunjukkan keadaan pikiran di kesetiaan tertinggi dimana dirasakan
antara satu nasionalitas. sudah selayaknya diserahkan kepada
negara bangsa).
Sementara itu Benedict Anderson
(1996: 6, dlm, Baskara Wardaya, 2002: Kajian Penelitian tentang Kompetensi
16) mendefinisikan nation (bangsa) Kepribadian Guru dan Nasionalisme
sebagai- “s dan dibayangkan sekaligus
sebagai sesuatu yang secara inheren Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila
terbatas dan berdaulat (“an imagined dan Nasionalisme Melalui Pendidikan
political community and imagined as both Kewarganegaraan (Bunyamin Maftuh,
inherently limited and Univeristas Pendidikan Indonesia). Dalam
sovereign”).BoydShafer (1955: 6) menginternalisasikan Nilai-Nilai Pancasila
mengatakan bahwa nasionalisme itu multi dan Nasionalisme PKn perlu
makna, hal tersebut tergantung pada menggunakan interpretasi maksimal,
kondisi objektif dan subjektif dari setiap dimana PKn mesti mengembangkan
bangsa. Oleh sebab itu nasionalisme dapat kemampuan kritis dan reflektif,
bermakna sebagai berikut: kemerdekaan fikiran tentang isu-isu
a) Nasionalisme adalah rasa cinta pada sosial, dan kemampuan untuk
tanah air, ras, bahasa atau budaya berpartisipasi secara aktif dalam proses
yang sama, maka dalam hal ini sosial dan politik. Dengan demikian, Oleh
nasionalisme sama dengan karena itu, dengan melalui interpretasi
patriotisme. maksimal, PKn tidak hanya melaksanakan
b) Nasionalisme adalah suatu keinginan tradisi transmisi nilai-nilai
akan kemerdekaan politik, kewarganegaraan (citizenship
keselamatan dan prestise bangsa. transmission), tetapi juga harus lebih
c) Nasionalisme adalah suatu kebaktian bersifat reflective inquiry, yang berarti
mistis terhadap organisme sosial yang mendidik siswa untuk secara kritis
kabur, kadang-kadang bahkan mengkaji dan memecahkan permasalahan
adikodrati yang disebut sebagai kemasyarakatan, serta menerapkan nilai-
bangsa atau Volk yang kesatuannya nilai Pancasila dan nasionalisme dengan
lebih unggul daripada bagian- penuh keyakinan.
bagiannya. Dalam membinakan nilai-nilai
d) Nasionalisme adalah dogma yang Pancasila dan nasionalisme, PKn juga
mengajarkan bahwa individu hanya perlu menggunakan secara terintegrasi
hidup untuk bangsa dan bangsa demi pendekatan pendidikan nilai secara
bangsa itu sendiri. langsung, yang didasari oleh perspektif
e) Nasionalisme adalah doktrin yang sosialisasi, dan pendekatan pendidikan
menyatakan bahwa bangsanya sendiri nilai secara tidak langsung, yang didasari
harus dominan atau tertinggi di antara oleh perspektif sosialisasi. Pembelajaran
bangsa-bangsa lain dan harus PKn pun hendaknya memiliki kekuatan
bertindak agresif. Meskipun terdapat (powerful), yakni pembelajaran PKn yang
berbagai macam definisi tentang bermuatan nilai, bermakna, aktif, terpadu,
mengundang kemampuan berfikir tingkat

Pengembangan Kepribadian Guru Berwawasan...( Masrukhi, Maman Rachman, Suyahmo)


102

tinggi, demokratis, menyenangkan, dilakukan pelatihan nilai-nilai


efektif, efisien, kreatif, melalui belajar nasionalisme, yang substansinya
dengan bekerja sama (cooperative merupakan bagian dari pengembangan
learning), dan mengundang aktivitas kompetensi kepribadian guru. Dengan
sosial. Dengan menggunakan kedua kata lain kompetensi kepribadian guru
pendekatan itu, secara terintegrasi dan diwarnai oleh haruslah diwarnai oleh
didukung oleh suasana pembelajaran yang nilai-nilai nasionalisme. Hanya dari guru-
memiliki kekuatan seperti di atas, maka guru yang nasionalis lah (apa pun mata
diharapkan para siswa dapat menerima pelajaran yang diajarkan di sekoah) akan
dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dapat melahirkan para siswa yang
dan nasionalisme dengan penuh nalar dan memiliki jiwa nasionalisme.
keyakinan. Rumusan masalah dalam kegiatan
Dalam upaya menghadapi pengabdian kepada masyarakat ini yaitu
kehidupan global, generasi muda perlu bagaimanakah pengembangan kompetensi
memahami dan menghayati secara benar kepribadian guru berwawasan
prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia. nasionalisme SMAN Dempet dan SMKN
Tatkala mereka memiliki pemahaman dan 2 Demak. Pengembangan yang dimaksud
penghayatan tentang nasionalisme maka meliputi kegiatan sosialisasi dan
diharapkan akan tumbuh dan berkembang pelatihan, dilanjutkan dengan kegiatan
spirit nasionalisme sebagai bekal bagi pendampingan terhadap guru-guru dalam
dirinya sebagai warga negara Indonesia mengembangkan kompetensi kepribadian
yang baik (good citizenship), yang akan guru yang memiliki wawasan
diimplementasikan dalam kehidupan nasionalisme di SMAN Dempet dan
sehari-hari dalam menjalani profesinya SMKN 2 Demak.
masing-masing. Pendidikan di tingkat
sekolah menengah atas memiliki makna Pelaksanaan Pengabdian
yang strategis. Para siswa sudah mampu
berinteraksi dengan berbagai kehidupan Pelaksanaan kegiatan pengabdian
dan budaya asing melalui dunia maya. kepada masyarakat ini dilakukan dengan
Mereka kerapkali mengalami keterkejutan beberapa tahapan. Tahapan-tahapan
ketika berhadapan dengan budaya asing, tersebut antara lain:
dan pada saat yang sama memiliki
pemahaman yang kurang memadai a. Perencanaan (Planing)
tentang nasionalisme. Dengan demikian Kegiatan perencanaan merupakan pra
penanaman nilai-nilai nasionalisme pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat
diri mereka merupakan sebuah tuntutan. yang meliputi beberapa kegiatan awal,
Penanaman nilai-nilai nasionalisme ini diantaranya: (1) rapat persiapan
tidak hanya dilakukan oleh guru pelaksanaan pengabdian dengan tim
Pendidikan Pancasila dan pengabdi; (2) pembuatan materi yang
Kewarganegaraan saja, akan tetapi oleh akan disampaikan; (3) penentuan jadwal
semua guru pada seluruh mata pelajaran. observasi awal ke sekolah mitra; dan (4)
Yang diajarkan. Sudah tentu dengan penentuan jadwal pelaksanaan kegiatan
metode dan teknik yang berbeda-beda pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan
sesuai dengan substansi mata ini diikuti oleh semua tim pengabdi
pelajarannya. dibantu dengan beberapa perwakilan
Guna tercapai proses-proses mahasiswa yang dilibatkan. Dari
tersebut, kepada para guru SLTA perlu pelaksanaan rapat ini diperoleh bahwa

Rekayasa Vol. 16 No. 1, Juli 2018


103

hasil kegiatan observasi dilaksanakan masyarakat di SMK 2 Demak dan SMA 1


dengan berkunjung ke sekolah mitra 2 Dempet dijelaskan sebagai berikut.
minggu sebelum pelaksanaan kegiatan Indonesia sebagai bangsa yang besar
pengabdian, yaitu tanggal 14 Juli 2017. memiliki kelebihan dan kekuatan yang
Lokasi pertama yang dikunjungi adalah berbeda dengan bangsa/negara lain.
SMK 2 Demak kemudian dilanjutkan Kelebihan dan kekuatan tersebut terlihat
berkunjung ke SMA 1 Dempet. Dalam dari adanya kemajemukan masyarakat
kegiatan observasi ini tim pengabdi Indonesia, dimana masyarakat Indonesia
diterima langsung oleh Kepala Sekolah di tidak hanya terdiri dari satu golongan, satu
masing-masing sekolah mitra. agama, satu suku maupun satu kelompok
Berdasarkan koordinasi dengan sekolah tertentu, melainkan terdiri dari berbagai
mitra, disepakati bahwa pelaksanaan macam suku, ras dan agama yang
pengabdian kepada masyarakat, beranekaragam. Kemajemukan ini jelas
khususnya terkait dengan Ibm merupakan peluang bagi bangsa
Pengembangan Kepribadian Guru Indonesia, karena dengan adanya
Berwawasan Nasionalisme dilaksanakan kemajemukan bangsa kita akan semakin
dua kali pertemuan, yaitu tanggal 28 Juli kokoh dan kuat. Oleh karena itu, sebagai
2017 (pertemuan pertama) dan tanggal 18 upaya menjaga kemajemukan ini
Agustus 2017 (pertemuan kedua). Untuk diperlukan kesadaran masyarakat untuk
lokasi yang digunakan sebagai tempat bersikap toleran terhadap kelompok
pertemuan adalah di SMK 2 Demak. masyarakat yang berbeda. Salah satu
Pelaksanaan kegiatan penabdian kepada wujud implementasi dari nilai-nilai
masyarakat ini akan dihadiri semua guru, toleransi tersebut adalah melalui
baik guru SMK 2 Demak maupun guru pengimplementasian nilai-nilai Pancasila
SMA 1 Dempet. secara benar dan konsisten. Hal ini karena
Pancasila telah menjadi pilihan bangsa
b. Pelaksanaan Indonesia ebagai Philosofische grondslag,
sebagaimana yang disampaikan Soekarno
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni
ini dikemas dalam wadah kegiatan 1945.
Professor Goes To School. Kegiatan ini
dilakukan dua kali pertemuan, yaitu SIMPULAN DAN SARAN
tanggal 28 Juli 2017 dan tanggal 18
Agustus 2017. Pertemuan pertama Simpulan
dihadiri oleh 100 guru yang terdiri dari 60
guru SMK 2 Demak dan 40 guru dari Pelaksanaan pengabdian kepada
SMA 1 Dempet. Pada pertemuan pertama masyarakat di SMK 2 Demak dan SMA 1
tim pengabdian manyampaikan materi, Dempet dilaksanakan selama dua kali
melakukan diskusi kepada peserta, tanya pertemuan. Pertemuan pertama
jawab, serta merencanakan tindak lanjut dilaksanakan pada tanggal 28 Juli 2017
untuk pertemuan berikutnya. Materi yang bertempat di SMK 2 Demak. Dalam
disampaikan dalam pertemuan pertama pertemuan pertama ini tim pengabdi
antara lain Penguatan Pancasila Dalam memberikan materi kepada 70 guru.
Masyarakat Plural, Nasionalisme Dalam Materi yang diberikan antara lain
Karya Tulis Ilmiah, dan Pancasila dalam Penguatan Pancasila Dalam Masyarakat
Konteks Filsafat Bangsa. Plural, Nasionalisme Dalam Karya Tulis
Secara singkat materi yang Ilmiah, dan Pancasila dalam Konteks
disampaikan dalam pengabdian kepada Filsafat Bangsa. Setelah melakukan

Pengembangan Kepribadian Guru Berwawasan...( Masrukhi, Maman Rachman, Suyahmo)


104

pertemuan pertama, tim pengabdi Educationist Vol II No 2 Juli 2008.


kemudian menentukan jadwal pertemuan Bandung: Universitas Pendidikan
kedua, dan disepakati pertemuan Indonesia
dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus Nasional.Shafer, Boyd C. (1955).
2017. Kegiatan pada pertemuan kedua Nationalism Myth and Reality. New
berbeda dengan kegiatan pada York: A Harvest Book Harcourt
pertemuan pertama. Pada pertemuan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
kedua peserta langsung melakukan diskusi Nomor 16 Tahun 2007 tentang
terkait dengan strategi untuk Standar Kualifikasi Akademik dan
menanamkan rasa nasionalisme di Kompetensi Guru. Jakarta:
tengah tantangan global kepada siswa. Departemen Pendidikan Nasional.
Hasil dari pertemuan kedua ini adalah Peraturan Pemerintah Tahun 2006
dibentuknya pendampingan kepada siswa Tentang Badan Standar Nasional
untuk meningkatkan rasa nasionalisme Pendidikan. Jakarta: Departemen
baik pada siswa SMK 2 Demak maupun Pendidikan Nasional
SMA 1 Dempet. Ritter, Herry. (1986). Dictionary of
Concepts in History. New York:
Saran Greenwood Press Smith, A. D.
(1979). Nationalist Movement.
Dalam upaya melawan segala London: The Macmillan Press.
ancaman yang akhir-akhir ini Snyder, L. L. (1964). The Dynamic of
mengancam kemajemukan masyarakat Nationalism. Princeton: D. Van
Indonesia diperlukan suatu upaya Nostrand Co. Inc. Suyanto dan Asep
secara berkelanjutan. Salah satu upaya Jihad. 2013. Menjadi Guru
yang dapat dilakukan adalah bekerjasama Profesional Strategi Meningkatkan
dengan pihak sekolah melalui pemberian Kulaifikasi dan Kualitas Guru di
pemahaman tentang pentingnya Era Global. Jakarta: Esensi.
nasionalisme bagi warga sekolah. Oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun
karena itu, harapan dari tim pengabdi 2005 tentang Guru dan Dosen.
kegiatan yang baik ini bisa tetap berlanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Baskara Wardaya. (2002).”Nasionalisme
Universal: M Nasionalis”nya,
dalam Romo Jurnal Iman, Mangun”
Ilmu, Budaya. vol. 3.Sept. 2002.
Jakarta: Yayasan Bhumiksara
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus.
(2011). Pengembangan
Profesionalitas Guru. Jakarta:
Gaung Persada PressKohn, H.
(1969). The Idea of Nationalism,
Toronto: Cillier Books.
Maftuh, B. (2008). Internalisasi Nilai-
Nilai Pancasila dan Nasionalisme
Melalui Pendidikan
Kewarganegaraan, dalam Jurnal

Rekayasa Vol. 16 No. 1, Juli 2018

You might also like