Karakteristik Karkas Kelinci Peranakan New Zealand White Yang Diberi Pakan Limbah Kubis Brassica Oleracea Tercemar Pestisida

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

EFFECTS OF PESTICIDE RESIDUES CONTAMINATION ON WASTED CABBAGE

(Brassica oleracea) AS A FEED ON THE CARCASS CHARATERISTICS OF NEW


ZEALAND WHITE RABBIT

Supriyadi1, Sri Minarti2 and Nur Cholis2


1
Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, Malang
2
Lecturer of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, Malang
ABSTRACT

The research purpose to identify and investigate the carcass characteristics of new zealand
white rabbit that are given cabbage waste that is contaminated by pesticide. The material used in this
study were 12 rabbits of New Zealand White breed by the age of 1.5 months with 4 replications were
classified into 3 groups based on the initial weights are: large group (B), medium (S) and small (K).
The research method which involves the exploration of the habits of farmers use waste cabbage as
rabbit feed. Secondary data obtained from interviews directly to farmers, from rabbit ranchers that use
cabbage as feed, and from the results of laboratory analysis. Results from this study is that there
pesticide residues in agricultural waste cabbage is endosulfan, profenofos and klorpirifos 0.0017
ppm; 0.0028 ppm; 0.0012 ppm. Carcass weight of rabbit large group (B) 601,25 ± 35,07 % , medium
group(S) 480,50 ± 14,01 % and small group 386,50 ± 20,27 % (K). Carcass percentage of rabbit
large group (B) 44,33 ± 1,05 % , medium group (S) 41,88 ± 0,59 % and small group (K) 41,17 ± 0,96
% . Weight cut fore quarter of rabbit group large (B) 221,00±12,83 %, medium group (S) 190,50 ± 5
% and small group (K) 155,00 ± 10,17 %. Weight cut hind quarter of rabbit large group (B) 380,25 ±
22,25, medium group (S) 290,00 ± 9,20 % and small group (K) 231,50 ± 10,12 %. This results did not
gave the significant differentials with normal carcass from other previous author. In conclusion that
feeding wasted cabbage containing pesticides below the Minimum Residual for New Zealand White
rabbits did not gave the significant impact on the state of carcass rabbit because it is still in the normal
amount.

Keywords: rabbit, cabbage, carcass wight, percentage carcass and cut of carcass

KARATERISTIK KARKAS KELINCI PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE YANG


DIBERI PAKAN LIMBAH KUBIS (Brassica oleracea) TERCEMAR PESTISIDA

Supriyadi1, Sri Minarti2 and Nur Cholis2


1
Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang
2
Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang

ABSTRAK

Penelitian bertujuan mengetahui dan mempelajari krakteristik karkas kelinci peranakan new
zealand white yang diberi pakan limbah kubis tercemar pestisida. Materi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 12 ekor kelinci peranakan New Zealand White dengan umur 1,5 bulan dengan 4
kali ulangan yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan bobot awal yaitu: kelompok
besar (B), sedang (S) dan kecil (K). Metode penelitian yaitu secara eksplorasi tentang kebiasaan
peternak menggunakan limbah kubis sebagai pakan kelinci. Data skunder diperoleh dari hasil
wawancara langsung terhadap petani kubis dan peternak kelinci, data skunder diperoleh dari hasil
analisis labolatorium dan hasil penimbangan karkas kelinci. Hasil dari penelitian ini menujukkan
terdapat beberapa jenis residu pestisida pada limbah pertanian kubis yaitu endosulfan,
profenofos dan klorpirifos masing-masing sebanyak 0,0017 ppm, 0,0028 ppm dan 0,0019
ppm. Bobot karkas besar (B) 601,25±35,07 %, sedang (S) 480,50±14,01 % dan kecil (K)
386,50±20,27 %. Persentase karkas besar (B) 44,33±1,05 % , sedang (S) 41,88±0,59 % dan kecil (K)
41,17±0,96 %. Bobot potongan karkas bagian depan besar (B) 221,00±12,83 %, sedang (S) 190,50+5
% and kecil (K) 155,00+10,17 %. Bobot potongan karkas bagian belakang besar (B) 380,25±22,25,
sedang (S) 290,00±9,20 % dan kecil (K) 231,50±10,12 %. Kesimpulan dari penelitian ini tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap karateristik karkas kelinci New Zealand White yang
diberi pakan limbah daun kubis yang terkontaminasi residu pestisida karena hasil yang didapatkan
tidak berbeda dengan karkas kelici normal.

Kata kunci : kelici, kubis, bobot karkas, persentase karkas dan potongan karkas.
PENDAHULUAN musim kemarau sesuai dosis dan
kosentrasi anjuran kemasan.
Latar Belakang Penangan pasca panen yang kurang
Kelinci merupakan salah satu komoditi memperhatikan kebersihan dapat
ternak yang sedang dikembangkan di mempengaruhi pertumbuhan dan
Indonesia. Pemeliharaan kelinci memiliki perkembang ternak kelinci yang
potensi biologis dan ekonomis yang tinggi disebabkan oleh sisa kandungan pestisida
dengan kemampuan berkembangbiak 4 - 6 didalam daun kubis. Penggunaan pestisi
kali dalam setahun serta mampu dalam jangka panjang dapat me-
menghasilkan anak 4 - 10 ekor per ngakibatkan kerusakan organ dalam tubuh
kelahiran, selain itu kelinci berpotensi bila tanaman dikonsumsi dengan
menghasilkan daging dengan kualitas timbulnya kandungan zat berbahaya
tinggi untuk memenuhi kebutuhan didalam pestisida tersebut. Pestisida dapat
masyarakat. Umumnya pemeliharaan membahayakan hewan atau ternak dan
kelinci dilakukan di daerah dataran tinggi manusia baik secara langsung maupun
yang memiliki suhu dingin seperti di secara tidak langsung melalui rantai
Kecamatan Bumiaji dan Batu Kabupaten makanan berupa timbulnya residu yang
Malang. Keadaan suhu yang dingin dengan dikonsumsi. Ancaman yang timbul dapat
dataran tinggi yang luas Kecamatan secara cepat atau lambat berupa timbulnya
Bumiaji juga cocok digunakan sebagai penyakit kanker. Bahayanya pada produk
sentral pertanian. peternakan adalah timbulnya residu yang
Kebutuhan pakan kelinci berasal dari terdapat pada produk petemakan yang di
hijauan dan konsentrat. Perbandingan konsumsi.
hijauan dan konsentrat pada peternakan Pengaruh pemberian limbah kubis yang
kelinci intensif adalah 50 – 60 % hijauan, tercemar pestisida dapat menurunkan
50 – 40 % konsentrat, hal ini menunjukkan karakteristik karkas kelinci. Indraningsih,
bahwa kebutuhan ternak kelinci akan Widiastuti, Sani, dan Yuningsih (2011)
hijauan cukup besar. Indraningsih, menyatakan bahwa residu adalah sisa
Widiastuti, dan Sani (2010), menyatakan metabolit dari senyawa kimiawi hasil
bahwa salah satu alternatif penyediaan metabolisme yang tertinggal didalam
pakan ternak adalah memanfaatkan limbah jaringan tubuhseperti daging, telur susu
pertanian seperti limbah kubis. atau organ tubuh lainnya. Residu dapat
Keuntungan dari limbah pertanian bagi menimbulkan gangguan pada kesehatan
para peternak kelinci adalah limbah hewan atau manusia. Bahayanya pada
pertanian mudah diperoleh dengan harga manusia adalah timbul karena
yang lebih ekonomis sehingga hasil yang mengkonsumsi produk peternakan yang
didapat lebih menguntungkan. Keadaan mengandung residu pestisida.
nyata yang dirasakan dalam penanaman
kubis tidak terhindar dari adanya obat - 1.2 Rumusan Masalah
obatan kimia seperti pestisida. Secara Kebiasaan petani kubis dalam
umum dalam penanaman kubis petani penanganan berbagai macam hama
melakukan penyemprotan pestisida 12 kali menggunakan pestisida 12 kali pada
pada musim penghujan dan 6 - 8 kali pada musim penghujan dan 8 kali pada musim
kemarau sampai saat ini belum diketahui Lokasi dan Waktu Penelitian
tingkat kandungan residunya. Berdasarkan Penelitianini ini dilakukan pada
pernyataan diatas maka dapat diuraikan peternakan rakyat milik Pak Winarto yang
rumusan masalah tentang bagaima beralamatkan di Jalan Glatik Desa Ngijo
karateristik karkas kelinci peranakan New Rt 01 Rw 10 Kecamtan Karangploso,
Zealand White yang diberi limbah Kabupaten Malang. Analisa tingkat residu
tercemar pestisida. pestisida dilakuakn di Laboratorium
Toksikologi Pestisida Fakultas Pertanian
Rumusan Masalah dan Laboratorium Kimia Fakultas MIPA.
Kebiasaan petanikubis dalam Lama penelitian yang dilakukan adalah
penanganan berbagai macam hama selama 6 minggu pemeliharaan mulai 10
menggunakan pestisida 12 kali pada April sampai 22 Mei 2013 kemudian
musim penghujan dan 8 kali pada musim dilakukan pemotongan dan analisa sesuai
kemarau sampai saat ini belum diketahui dengan variabel yang digunakan.
tingkat kandungan residunya. Berdasarkan
pernyataan diatas maka dapat diuraikan Materi Penelitian
rumusan masalah tentang bagaima a. Kelinci
karateristik karkas kelinci peranakan New Ternak yang dalam penelitian ini
Zealand White yang diberi limbah adalah kelinciperanakan New Zealand
tercemar pestisida. White lepas sapih umur 1,5 bulan dengan
bobot badan 400- 700 g. Jumlah kelinci
Tujuan Penelitian yang digunakan sebanyak 12 ekor yang
Untuk mengetahui dan mempelajari ditempatkan pada kandang sistem battery
karakteristik karkas kelinci peranakan dengan masing – masing kandang berisi 1
New Zealand White yang diberi pakan ekor. Pemeliharaan dilakukan hingga
limbah kubis tercemar pestisida. kelinci berumur 3 bulan.

Kegunaan Penelitian b. Kandang


Hasil penelitian ini diharapkan dapat Kandangyang digunakan dalam
memberikan informasi tentang karateristik penelitian ini adalah kandang dengan
karkas kelinci peranakan New Zealand sistem battery dengan ukuran masing –
White yang diberi pakan limbah kubis masing panjang, lebar dan tinggi
tercemar pestisida sehingga dapat kandangadalah 60 x 60 x 45 cm.Jarak
memberikan dampak positif pada peternak kandang atas dengan kandang bawah
dalam penggunaan pakan limbah pertanian adalah 40 cm. Alas kandang terbuat dari
pada ternak kelinci. bambu dan dilengkapi dengan tempat
pakan konsentrat. Sekat kandang terbuat
Hipotesis dari triplek atau kayu tipis yang berfungsi
Pemberian pakan limbah daun untuk mengurangi kontak antara ternak
kubis tercemar perstisida dapat satu dengan ternak yang berada .
mempengaruhi karateristik karkas kelinci Kandang bagian atas
peranakan New Zealand White. B1 S1 K1 B2 S2 K2

Kandang bagian bawah


B3 S3 K3 B4 S4 K4
c. Pakan 6. Tempat minum ternak digunakan
Bahan pakan yang digunkan dalam sebagai wadah air minum ternak.
penelitian ini adalah limbah pertanian 7. Semprotan digunakan untuk sanitasi
kubis (Brassica oleracea) dan konsentrat. kandang.
Limbah kubis yang diberikan pada ternak 8. Plastik untuk menyimpan bahan
setiap hari disisihkan untuk dianalisa di pakan.
labortorium untuk mengetahui kandungaan e. Obat dan Penanganan.
pestisida didalamnya. Konsentrat yang 1. Obat yang digunakan untuk
digunakan adalah konsentrat susu pap yang mengatasi penykit kudis Medoksil
di produksi oleh PT. Japfa Comfeed LA.
Indonesia, Tbk. Pemberian pakan sesuai 2. Obat untuk mengatasi penyakit
dengan pemberian peternak. Kandungan mencret daun jambu biji muda.
nutrisi pakan konsenrat dapat dilihat pada 3. Alkohol 70 % untuk mensterilkan
Tabel 1 dibawah ini. kanndang yang akan digunakan.
Tabel. 1 Kandungan pakan konsentrat susu
pap. Metode Penelitian.
Penelitian dilakukan secara eksplorasi,
Kandungan Jumlah (%)
dimana mengkaji keadaan dilapang tentang
Air 12
kebiasaan peternak kelinci dan petani
Proein Kasar 16
kubis. Pada metode penelitian ini meng-
Lemak Kasar 3–7
gunakan 3 kelompok yang dibedakan
Serat kasar Maks 8
berdasarkan bobot badan awal yaitu
Abu Maks 10
besar(B) 600 - 700 g, bobot sedang (S) 500
Kalsium 0,9 – 1,2
- 600 g dan bobot kecil (K) 400 - 5000 g.
Phosphor 0,6 – 1,0
Masing-masing kelompok diberi pakan
Sumber : PT. Japfa Comfeed Indonesia.
perlakuan yang sama dan setiap kelompok
Tbk (2013)
diberi 4 ulangan.
d. Alat Penelitian
Prosedur Penelitian
1. Timbangan duduk dengan kapasitas 5
a. Tahap Persiapan
kg dengan grade 1 g digunakan untuk
Tahap persiapan meliputi beberapa
menimbang bobot hidup, bobot
langkah sebagai berikut:
karkas, dan bobot potongan karkas.
1. Mengadakan kelinci New Zealand
2. Dua buah ember yang digunakan
White lepas dengan estimasi umur
sebagai tempat pemisahan antara
1,5 bulan yang dibedakan
karkasdengan non karkas (kulit,
berdasarkan bobot badan awal yaitu
kepala, keempat kaki, dan organ
besar, sedang dan kecil.
Viseral).
2. Mempersiapkan kandang dan
3. Pisau digunakan untuk memotong
peralatan yang akan digunkan.
kelinci.
3. Mengadakan limbah kubis dari
4. Thermohygrometer digunakan untuk
petani.
mengetahui suhu dan kelembaban
4. Mengadakan pakan konsentrat susu
kandang.
pap.
5. Tempat pakan ternak digunakan
5. Mengadakan sanitasi kandang.
sebagai wadah pakan konsentrat.
b. Tahap Pelaksanaan 8. Menganalisa residu pestisida pada
Tahap pelaksanaan penelitian meliputi kubis.
beberapa langkah sebagai berikut: 9. Pemotongan kelinci.
1. Mensterilkan kandang menggunakan a. Kelinci yang hendak dipotong
alkohol 70 % didiamkan selama 1 dipuasakan untuk meng-osongkan
jam. isi usus, sebelum memotong
2. Memasukkan kelinci kedalam membaca bacaan basmalah.
kandang yang telah dipersiapkan, b. Pemotongan dilakukan dengan
masing-masing diisi 1 ekor kelinci. cara memotong bagian leher
3. Pemberian pakan. dengan memotong bagian vena
4. Pakan berupa konsentrat diberikan jugularis, arteri karotis, trakea,
pada pagi hari sekitar pukul 08.00 dan esophagus.
WIB dengan proporsi 60 g per ekor, c. Dilakukan pengulitan yaitu
sedangkan pemberian pakan berupa dengan menggantung kaki kelinci
limbah kubis diberikan pada sore belakang dibagian atas, kemudian
hari sekitar pukul 16.00 WIB dengan pengulitan mulai dari kaki
proporsi 40 g. Kegiatan pemberian belakang ke arah kepala.
pakan dilakukan selama 42 hari d. Pengeluaran jeroan dengan cara
penelitian. kulit perut disayat kemudian
5. Pemberian air minum. jeroan dikeluarkan.
Air minum diberikan pada ternak e. Pemotongan karkas yaitu dengan
dengan menggunakan media botol cara kelinci dipotong dengan
plastik yang sudah dimodifikasi memotong 2 potong kaki depan, 2
untuk memudahkan ternak dalam potong kaki belakang, kepala,
mendapatkan air minum. ekor, organ dalam, dan kulit.
6. Penimbangan bobot badan kelinci 10. Menghitung bobot karkas,
dilakukan pada awal penelitian dan persentase karkas, bobot potongan
tiap akhir minggu selama diberi karkasbagian depan dan bobot
pakan perlakuan sampai ternak potongan karkas bagian belakang.
dipotong. Alat untuk menimbang
menggunakan timbangan digital Tahap Pengamatan
dengan ketelitian 1 g. 1. Pengamatan suhu kelembapan
7. Pengambilan kubis. dilakukan setiap hari pada pukul
a. Pengambilan kubis dilakukan 08.00 WIB dan 15.00 WIB untuk
setiap 1 minggu sekali pada mengetahui rata-rata suhu dan
lahan pertani. kelembapan pada penelitian dengan
b. Kubis diberikan setiap hari menggunakan termohigrometer.
sampai 7 hari sesuai dengan 2. Pengambilan sampel kubis dilakukan
proporsi yang ditetapkan setiap hari sebesar 10 g dan
kemudian dilkukan pengambilan diakumulasikan selama 1 minggu.
lagi. Setelah terkumpul, sampel kubis
c. Pengambilan sampel uji analisis dibawa ke laboratorium untuk
residu dilakukan setiap hari dianalisa kandungan residu
sebesar 10 gram selama 7 hari. pestisidanya.
3. Penimbangan bobot badan kelinci HASIL DAN PEMBAHASAN
dilakukan setiap minggu.
Keadaan Umum Petani dan Peternakan
4. Penimbangan bobot karkas dan
pada Saat Penelitian.
bagian karkas dilakukan setelah
Hasil pengamatan yang dilakukan
pemotongan ternak kelinci.
terhadap 15 petani kubis yang berada di
Variable Penelitian Kecamatan Bumiaji, Kabupten Malang.
Variabel yang diamati dalam penelitian ini Semua petani masih menggunakan
adalah: pestisida dalam pengendalian hama
1. Bobot karkas : dapat dihitung dengan tanaman. Aplikasi penggunaan pestisida
menimbang ternak yang sudah kebanyakan dilakukan oleh petani mulai
dipotong yang dikurangi dengan awal tanam hingga pasca panen.
darah, kulit, kepala, keempat kaki isi Penyemprotannya dilakukan 12 kali pada
rongga dada, dan isi rongga perut musim penghujan dan 8 kali penyemprotan
kecuali ginjal dan lemak pada musin kemarau. Beberapa contoh
disekitarnya(Rao et al., 1987). jenis pestisida yang digunakan oleh petani
2. Persentase karkas, Dressing kubis di Bumiaji antara lain adalah sebagai
Precentage atau persentase karkas berikut: Lantis Daconil 75 WP, prevathon
adalah antara bobot karkas dengan 50 SC, Curacron 500 EC, Dursban 200
bobot hidup waktu disembelih EC, Sevin 85 WP, Dharmasan 600 E,
dikalikan dengan 100%, atau dapat Diazinon 60 EC, Fastrin 100 EC.
disederhanakan menjadi sebagai Hasil pengamatan yang dilakukan
berikut (Santosa, 2010): terhadap 10 peternak kelinci di Kecamatan
Karangploso, Kabupaten Malang. Secara
% Karkas = x 100 %
umum pemanfaatan limbah pertanian
3. Bobot potongan karkas bagian depan seperti kubis dilakukan sebagai pakan
(gram), berat bagiaan karkas yang hijauan utama ternak, hal ini dikarenakan
terdiri dari sepasang kaki bagian limbah kubis mudah diperoleh dengan
depan, dada, hingga tulang iga. harga yang relatif lebih murah. Limbah
4. Bobot potongan karkas baagian kubis yang diperoleh berasal dari lahan
belakang (gram),berat potongan petani di Kecamatan Bumiaji melalui para
karkas terdiri dari tulang punggung , pengepul. Sebagian besar pemberian
sepasang kaki bagian belakang limbah kubis pada ternak kelinci tanpa
hingga paha. dilakukan pencucian terlebih dahulu.
Analisisa Statistik
Data skunder berasal dari Kandungan Residu Pestisida pada Kubis
pengamatan terhadap peternak kelinci dan Winarti dan Miskiyah (2010),
petani kubis, sedangkan hasil data primer menyatakan bahwa munculnya beberapa
berasal dari hasil pengamatan dan analisa kasus keracunan makanan dan penyakit
laboratorium yang kemudian dianalisis karena mengkonsumsi buah-buahan atau
secara deskriptif dengan menghitung sayur - sayuran segar maupun olahan
rataan menggunakan microsoft excel mengindikasikan adanya kontaminasi
berdasarkan pengelompokan bobot badan pestisida dalam bahan pangan tersebut.
kelinci besar, sedang, dan kecil. Penyakit yang disebabkan oleh makanan
selain bakteri adalah cemaran logam berat,
pestisida dan bahan kimialainnya ( Harsojo pemberian pakan menggunakan limbah
dan Chairul, 2011). Berdasarkan analisa pertanian sebaiknya dilakukan penginapan
residu pestisida diketahui bahwa didalam untuk menurunkan kadungan pestisida
daun kubis mengandung residu pestisida didalam daun.
dengan bahan aktif sebagai berikut: Aplikasi penggunaan pestisida harus
endosulfan, profenosof,dan klorpirifos. tepat sasaran sehingga hasil yang didapat
Kandungan residu pestisida dalam daun lebih efektif. Tahapan yang perlu
kubis yang digunakan dalam penelitian dilakukan adalah bagaimana cara aplikasi
dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah: tersebut dilakukan, kapan aplikasi tersebut
dijalankan, ukuran dosis yang digunakan,
Tabel 2. Kandungan residu pestisida pada dan berapa volume semprotan yang akan
kubis (ppm)
digunakan (Dadang, 2006).
Bahan Aktif Kandungan Residu
Pestisida Pestisida (ppm) Rataan Bobot potong, Bobot Karkas
Endosulfan 0,0017 dan Persentase KarkasKelinci yang
Profenofos 0,0028 Diberi Pakan Limbah Kubis
Klorpirifos 0,0019
Total 0,0064 Hasil penelitian tentang penggunaan
Sumber: Data primer diolah (2013) limbah pertanian kubis sebagai pakan
kelinci terhadap bobot potong, bobot
Hasil analisa residu pestisida yang
karkas dan persentase karkas disajikan
didapat pada daun kubis menunjukkan
pada Tabel 3 di bawaah ini.
bahwa bahan aktif pestisida jenis
profenofos memiliki nilai paling besar Tabel 3. Rataan, bobot potong (g), bobot
dengan kandungan residu pestisida karkas (g) dan persentase karkas
mencapi 0,0028 ppm. Residu lain yang (%)
kelompok Bobot Bobot Persentase
terdeteksi antara lain klorpirifos dan Kelinci potong karkas karkas
endusolfan sebesar 0,0019 ppm dan 0,0017 Besar 1355,2± 601,25± 44,33 ±
ppm. Residu pestisida yang terdeteksi 47,05 35,07 1,05
Sedang 1147,5± 480,50± 41,88 ±
masih dibawah ambang batas residu 47,36 14,01 0,59
pestisida yang diperbolehkan dalam Kecil 930,75± 386,50± 41,17 ±
36,14 20,27 0,96
makanan. SNI 7313:2008 (Anonymous,
Sumber: Data primer diolah (2013)
2008) standart residu pestisida endosulfan,
klorpirifos, profenofos berturut-turut yaitu Bobot Potong
1,0 ppm, 0.5 ppm,dan 1,0 ppm.
Faktor yang mempengaruhi bobot
Deteksi kandungan residu pestisida
potong kelinci adalah umur, jenis, dan
yang sedikit dalam penelitan ini
pakan yang digunakan. Kelinci dengan
dikarenakan analisis residu pestisida tidak
umur muda akan menghasilkan bobot
dilakukan pada daun kubis yang masih
potong yang rendah dibandingkan dengan
segar, kubis yang digunakan sudah
dengan kelinci berumur dewasa. Yurmiaty
diinapkan selama satu minggu, hal ini
(2006), menyatakan bahwa pertumbuhan
dikarenakan terjadi penguapan yang
dapat terjadi karena peningkatan jumlah
mengakibatkan terurainya kadar pestisida
dan pertambahan ukuran sel tubuh, proses
pada daun. Berdasarkan hasil tersebut
tersebut terjadi sejalan dengan umur dan
dapat dijadikan sebuah acuan dalam
kondisi ternak.
Pakan yang digunakan dalam penelitian persentase karkas kelinci karena kosentrasi
ini adalah konsentrat susu PAP dan dari residu pestisida yang digunakan
limbah daun kubis dengan imbangan 60 : sebagai pakan masih dibawah ambang
40. Pemberian tersebut sesuai dengan batas aman, namun bobot karkas yang
kebiasan peternak kelinci. Rataan bobot dihasilkan masih belum tinggi dikarenakan
potong yang dihasilkan dari kelompok B, S umur pemotongan kelinci masih muda.
dan K berturut – turut adalah sebagai Hasil ini sesuai penelitian Hernandez et
berikut: 1355,2±47,05 %:1147,5±47,36 % al., (2001) yang menggunakan 4 jenis
:930,75±36,14 %. Bobot potong kelompok bangsa kelinci (California, Chinchilla,
B lebih tinggi dibandingkan dengan New Zealand umur 80 hari dan Rex umur
kelompok S dan K, selain itu pakan yang 90 hari) pada rataan bobot potong yang
digunakan tidak mempengaruhi bobot sama (1900 - 2000 g) dan menghasilkan
potong karena kadar residu yang rendah. bobot karkas (1100 - 1180 g).
Indraningsih, Widiastuti dan Sani (2004),
menyatakan bahwa pemberian limbah Persentase Karkas
pertanian dengan kadar residu rendah pada Peningkatan sedikit ukuran tubuh dapat
ternak tidak menimbulkan keracunan. menyebabkan peningkatan secara
proporsional dari bobot tubuh suatu ternak
Pestisida golongan organofosfat adalah
jenis pestisida yang mudah terlarut dalam (Rao et al., 1978). Hasil penghitungan
persentase karkas sejalan dengan hasil
air dan mudah terhidrolisis menjadi
senyawa yang tidak berbahaya (Munarso pengukuran terhadap bobot potong (bobot
dkk, 2006) hidup) dan bobot karkas karena persentase
karkas merupakan perbandingan antara
Bobot Karkas. bobot karkas dengan bobot hidup saat
Haryoko dan Titik (2008), menyatakan dipotong (dikurangi isi saluran pencernaan
bahwa komponen karkas terdiri dari dan urin) dikali dengan 100% (Santoso,
daging, tulang dan lemak. Mutu produksi 2010).
daging dipengaruhi oleh umur. Prasetyo Hasil penelitian diperoleh rataan
dan Herawati, (2006). persentase karkas pada kelinci new zealand
Hasil penelitian menunjukkan bahwa whiteyang disajikan pada Tabel 3. Hasil
rataan bobot karkas kelinci new zealand penelitian menunjukkan bahwa rataan
white dengan kelompok B, S dan K persentase karkas kelinci new zealand
berturut – turut sebagai berikut: 601,25 ± white berdasakan kelompok B, S, dan K
35,07 g : 480,50 ± 14,01 : 386,50 ± 20,27 Berturut – turut sebagai berikut: 44,33±
g. Hasil penimbangan menunjukkan 1,05 % : 41,88 ± 0,59 % : 41,17 ± 0,96 %.
semakin besar bobot kelinci maka akan Bobot potong mempengaruhi persentase
dihasilkan bobot karkas yang tinggi pula. karkas yang dihasilkan. Penggunaan
Bobot karkas menjadi salah satu hal yang limbah kubis yang tercemar pestisida pada
menarik dalam karakteristik karkas. Bobot penelitian ini tidak mempengaruhi
karkas sangat tergantung dari bangsa persentase karkas dikarenakan kandungan
kelinci dan pemberian pakan. Pemberian residu yang terdeteksi masih dalam batas
limbah kubis yang tercemar pestisida pada aman. Penggunaan
kelinci selama penelitian tidak memberi Tingginya persentase karkas kelompok
pengaruh terhadap bobot karkas dan B dibandingkan dengan kelompok S dan K
disebabkan oleh bobot awal ternak. Bobot Potongan Karkas
Risqiani (2011), menyatakan bahwa bobot Hasil penelitian penggunaan
awal kelinci mempengaruhi bobot hidup limbah pertanian kubis sebagai pakan
kelinci, karena ketika bobot awalnya lebih kelinci terhadap bobot karkas, bobot
tinggi maka memungkinkan hasil bobot potongan karkas bagian depan,bobot
akhirnya lebih tinggi juga. Sumardianto potongan bagian belakang, persentase
dkk, (2013), menyatakan bahwa semakin bagian depan, dan persentasebagian
tinggi bobot potong maka pesentase belakang pada kelinci berdasarkan bobot
karkasnya semakin tinggi pula. badan disajikan pada Tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4. Rataan persentase karkas, potongan karkarks bagian depan, potongan karkas bagian
belakang, persentsi bagian depan, dan persentasi bagian belakang.
Kelompok Bobot Karkas Potongan Karkas Potongan Karkas Persentase Bagian Persentase Bagian
Kelinci (g) Bagian Depan (g) Bagian Belakang (g) Depan (%) Belakang (%)
Besar 601,25+35,07 221,00+12,83 380,25+22,25 36,75+0,04 63,24+0,04
Sedang 480,50+14,01 190,50+5 290,00+9,20 39,64+0,20 60,35+0,20
Kecil 386,50+20,27 155,00+10,17 231,50+10,12 40,08+0,54 59,91+0,54
Sumber: Data primer diolah (2013)

Hasil penelitian pada Tabel 4 diperoleh new zealand white dengan kelompok B, S
rataan bobot karkas bagian depan kelinci dan K adalah 63,24 ± 0,04 % : 60,35 ±
new zealand white dengan kelompok B, S 0,20 % : 59,91 ± 0,54 %. Hasil penelitin
dan K berturut – turut sebagai berikut: ini menunjukkan persentase potongan
221,00 ± 12,83 : 190,50 ± 5 : 155,00 ± karkas bagian belakang lebih besar
10,17 g. Hasil rataan bobot karkas bagian dibandingkan dengan persentase potongan
belakang kelinci new zealand whitedengan karkas bagian depan. Sesuai dengan
kelompok B, S dan K adalah sebagai pendapat (Bahmantyo, 2009), menyatakan
berikut: 380,25 ± 22,25 : 290,00 ± 9,20 : bahwa persentase paha bagian depan lebih
231,50 ± 10,12 g. Hasil penelitian ini rendah dari pada persentase paha bagian
menunjukkan bahwa bobot potongan belakang. Morra (2008) menyatakan
karkas bagian belakang lebih besar bahwa harga daging bagian dada ayam
dibandingkan dengan bobot potongan memiliki harga lebih mahal dari harga
karkas bagian depan. Brahmantyo (2010) daging bagian paha, hal ini dikarenakan
menyatakan bahwa potongan lengan dan deposisi daging yang lebih banyak terdapat
paha kelinci memiliki kandungan daging pada bagian dada daging ayam.
lebih tinggi dari pada bagian perut. Hasil penelitian menujukan bahwa berat
Priyanto, Kurniawan, dan Adam (2009) karkas kelinci pada potongan bagian
daging bagian perut bercampur dangan belakang lebih tinggi dari pada potongan
lemak dan harganya relatif lebih murah. karkas pada bagian depan. Sehingga dapat
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel ditarik kesimpulan bahwa harga komersial
4 diperoleh rataan persentase karkas daging bagian belakang kelinci lebih tinggi
bagian depan kelinci new zealand white dibandingkan dengan harga perkilo bagian
dengan kelompok B, S dan K adalah depan.
sebagai berikut: 36,75 ± 0,04 % : 39,64 ±
0,20% : 40,08 ± 0,54 %. Hasil rataan
persentase karkas bagian belakang kelinci
Kesimpulan Brahmantyo, B. Y. C. Raharjo. 2009.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat Karateristik Karkas Dan Potongan
disimpulkan hasil – hasil sebagai berikut: Konersial Kelinci Rex dan Satin.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan
1. Pemberian hijauan limbah kubis yang
dan Veteriner tahun 2009.
tercemar pestisida tidak memberikan
efek terhadap karateristik karkas Brahmantiyo, B. Y. C. Raharjo, H.Martojo
kelinci karena kosentrasi dari residu dan S.S.Mansjoer. 2010. Performa
pestisida tersebut masih dibawah batas Produksi Kelinci Rex, Satin dan
aman. Persilangannya.JITV 15(2): 131-
2. Jenis residu pestisida yang terdapat 137.
pada daun kubis yang digunakan Dadang.2006. Pengenalan Pestisida dan
sebagai pakan hijauan antara lain Teknik Aplikasi.
profenofos, klorpirifos, dan http://repository.ipb.ac.id/bitstream/han
endosulfan dengan jumlah kandungan dle/123456789/25654/workshop_hama_
residu sebesar 0,0028 ppm, 0,0019 jarak_pagar-6.pdf. diakses pada tanggal
ppm, 0,0017 ppm. Hasil penelitian 10 juni 2013.
masih dalam batas aman pemerintah.
3. Bobot karkas kelinci kelompok besar Harsojo., Sofnie, M. C. 2011. Kandungan
(B) 601,25 ± 35,07 %, sedang (S) Mikroba Patogen, Residu Insektisida
480,50 ± 14,01 % dan kecil (K) Organofosfat dan Logam Berat Dalam
386,50 ± 20,27 %. Sayuran. Ecolab Vol. 5 No. 2 juli
4. Persentase karkas kelinci kelompok 2011:89-96.
besar (B) 44,33+1,05 %, sedang (S)
Haryoko. I. Dan Titik Warsiti. 2008.
41,88 ± 0,59 %, kecil (K) 41,17 ± 0,96
Pengaruh Jenis Kelamin dan Bobot
%. Terdapat kecenderungan bahwa
Terhadap Karateristik Fisik Karkas
persentase karkas kelompok B lebih
Peranakan New Zealand White. J
tinggi dari pada kelompokS dan K.
Animal Production 2(10): 85 – 89.
Saran
Hernandez, J. A., M. S. Rubio Lozano R.
Diharapkan adanya penelitian lanjutan
D. And Carregai. 2001. Effect of Breed
dengan menggunakan limbah pertanian
and Sex On Rabbit carcass Yield and
organik sebagai pembanding sehingga
Meat Quality. Meat Science
dengan jelas dapat melihat pengaruh residu
Labolatory,Facultad de Medicina
terhadap karakteristik karkas kelinci.
Veterinaria y ZootecniaUniversidad
DAFTAR PUSTAKA NacionalAutonoma de Mexico, Mexico

Anonymous. 2008. SNI.Batas Maksimum Indraningsih, R. Widistuti dan Y. Sani.


Residu Pestisida Pada Hasil Pertanian. 2010. Limbah Pertanian dan
ICS 65.100.01. Badan Standardisasi Perkebunan Sebagai Pakan Ternak :
Nasional. SNI 7313:2008. Kendala dan Prospeknya. Jurnal
(http://ditbuah.hortikultura.deptan.go.id Lokakarya Nasional. 1 : 1-7.
/admin). Diakses pada tanggal 5
februari 2013
Indraningsih. Widiastuti dan Sani. 2004. Santoso, U dan Sutarno. 2010. Bobot
Limbah Pertanian Dan Perkebunan Potong Dan Karkas Kelici New Zealand
Sebagai Pakan Ternak : Kendala Dan White Jantan Setelah Pemberian
Prospeknya. Balai Penelitian Veteriner. Ransum Kacang Koro (Mucuna
Bogor. pruriens var. utilis). Bioteknologi.
7(1):19-26.
Indraningsih, R. Widiastuti, Y. Sani dan
Yuningsih. 2011.Bahaya Pestisida dan Sumardianto. T. A., P. Endang dan
ResidunyaPada Produk Peternakan. Masykuri. 2013. Karateristi Karkas
www.balitvet.org. Diakses pada tanggal Kambing Peranakan Etawa dan
24 juli 2013. Kambing Kejabong Jantan Pada Umur
Satu Tahun. J. Animal Agriculture. 1(2)
Munarso, Joni, Miskiyah dan Broto, :175 – 182.
Wisnu. 2006. Studi Kandungan Residu
Pestisida Pada Kubis, Tomat Dan Yurmiaty. H. 2006. Hubumgan Berat
Wortel Di Malang Dan Cianjur. Nuletin Potong dengan Berat, Tebal Pelt
Teknologi Pascapanen Pertanian.Vol. 2. Kelinci. Jurlal Ilmu Ternak. 1 (6) : 48 -
52.
Moarra. 2008. Penawaran Ayam Potong.
(http:// www.tech.groups. yahooo.com). Winarti, C dan Miskiyah. 2010. Status
Diakses pada tanggl 3 juli 2013. Kontaminan Pada Sayuran dan Upaya
Pengendaliannya di Indonesia. Jurnal
Prasetyo, A dan T, Herawati. 2006. Pengembangan Inovasi Pertanian 3(3) :
Pengaruh Komposisi Pakan Terhadap 227-237.
Pertambahan Bobot Pada Kelinci .
Bunting (New Zealand White) Di
Kecamatan Sumo Woro Kabupaten .
Semarang. (http//:www.
peternakan.litbang.deptan.go.id/.../pro0
7-127.pdf). Diakses pada tanggal 20
febriari 2012.
Priyanto, R, D. Kurniawan and S. B.
Adam. 2009. Carcass and Beef
Charateristic From Brahman Cross
streers Faattened In Feedlot Prepared
For Traditional Market. J. Animal
Production. Halaman 320- 323.
Rao,. D. R, Sunki G.R, Johnson W.H,
Chen C.P. 1978. Effect ofweaning and
slaughter age on rabbit meat
productions II.carcass, quality and
composition. J Animal Sci 5: 578-582.
Rizqiani, Arifah. 2001. Performa Kelinci
Potong Jantan Local Peranakan New
Zealan White Yang Diberi Pakan Silase
Atau Ransum Komplit.

You might also like