PHYSICS EXPERIMENT REPORT (III)

Basic Physics

“Total Internal Reflaction”

Arranged by :

Nama : Putri Margaretha Glaudy Pani

NIM : 19101105032

Departement : Pharmacy

Group : V (Five)

Dosen / Asisten

PHYSICS LABORATORY

FACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCE

SAM RATULANGI UNIVERSITY

MANADO
A. Aim
To determine the critical angle, which total internal reflection occurs in the acrylic trapezoid and
confirm the result using Snell’s Law.

B. Equipment Required
- Light Source
- Trapezoid from Ray Optics Kit
- Protractor
- White Paper

C. Introduction
When light passes from a medium of larger refractive index into one of smaller refractive index – for
example, from water to air- the refracted ray bends away from the normal. As the angle of incidence
increases, the angle of refraction also increases. When the angle of incidence reaches a certain value,
called the critical angle 𝜃 the angle ofrefraction is 90°. Then the refracted ray points along the surface:
when the angle of incidence exceeds the critical angle, there is no refracted light. All the incident light is
reflected back into the medium from which it came, a phenomenon called Total internal Reflaction.
Total internal reflection occurs only when light travels from a higher index medium toward a lower-
index medium. It does not occur when light propagates in the reverse direction-for example, from air to
water. An expression for the critical angle 𝜃 can be obtained from Snell’s law by setting 𝜃1 =
𝜃𝑐 𝑎𝑛𝑑 𝜃2 = 90°. (Cutnell John, dkk. 2013)

𝑛2 sin 90°
sin 𝜗𝑐 =
𝑛1
𝑛2
sin 𝜃𝑐 = (𝑛1 > 𝑛2 )
𝑛1

For instance, the critical angle for light traveling from water (𝑛1 = 1,33) to air ((𝑛2 = 1.00) is 𝜃𝑐 =
1.00
𝑠𝑖𝑛−1 (1.33) = 48.8°. For incident angles greater than 48.8°. snell’s law predicts that sin 𝜃2 is greater

than unity, a value that is not possible. Thus light is totally reflected back into the water. Then, the air-
water interface acts like a mirror. For example , shows the mirror-like ability of the interface to form a
reflected image of a salamander with its snout near the surface of the water. Light from the salamander’s
body that strikes the surface at angles esceeding the critical angle is reflected to form the image in the
upper part of the photograph. (Cutnell John, dkk. 2013)
The angle or direction of light beam propagation is measured by referring to the normal line of
the boundary plane between the two materials. A normal line is a line that leads perpendicular to the
surface of the boundary plane. The angle formed by the direction of the incident ray coming into the
boundary plane (towards the normal line) and the angle formed by the direction of the ray leaving the
plane of the border (towards the normal line) are referred to respectively as the angle of incidence and
the bias angle of the ray of light. (Crisp, 2006)

In order to trace a ray through such an optical system. It is necessary only to apply Snell’s law at
each refracting surface which are as follows :
a) The incident ray, the refracted ray and the normal (to the surface) lie in the same plan
sin ∅1 𝑛
b) If ∅1 𝑎𝑛𝑑 ∅2 represent the angles of incidence and refraction, then = 𝑛2
𝑠𝑖𝑛∅2 1

Where 𝑛1 𝑎𝑛𝑑 𝑛2 are the refractive indices of the two media. Although there is no additional physics in
volved(other than the snell’s law) in the tracing of rays, the design of even a simple optical system
involves tracing many rays and therefore considerable numerical computations. Nowadays, such
numerical computations are usually done on a high speed computer. It may be of interest to note that
optical designer were among the first to make use of electronic computers when they were introduced in
the early fifties. (Ghatak, 2012)
On the feature of the above treatment merits some futher discussion. It was reasonably assumed
that each point on the interface, coincides with a particular point on each of the incident, reflected, and
transmitted waves. In other words, there is a fixed phase relationship between each of the waves, and so
forth. As the incident front sweeps across the interface, every point on it in contact with the interface is
also a point on both a corresponding reflected front and a corresponding transmitted front. (Hecht, 1990)
This effect is the answer to the question of how light can be 'locked up' in optical fibers. If optical
fibers have parallel sides, and are wrapped by another material (mantle) with a smaller index of
refraction, then light can be made always reflected back on the boundary plane of the mantle fiber with a
fixed angle. Light can travel through a series of reflections in optical fibers (Crisp, 2006)
 In this experiment, practicer will study a ray as it passes out of the trapezoid from acrylic
(n=1,5) to air (n =1). If the incident angle (θ1) is greater than the critical angle (θc), there is no
refrected ray, and total internal reflection occurs. If θ1 = θc, the angle of the refracted ray (θ2) is 90˚.
(Tim Penyusun, 2019)
In this case Snell’s Law state :
n sin θc = 1 sin 90˚
Solving for the sin of critical angle gives :
sin θc = 1
n

D. Procedure
1. A lightsource placed in a ray-box mode on a piece of white paper. The wheel is rotated to choose
one beam.
2. Trapezoid Positioned with light entering the trapezoid at least 2cm from the tip.
3. The trapezoid is rotated until the light that appears almost disappears. Just as it disappears, the
light separates into color. Trapezoid is positioned correctly if the red color just disappears.
4. The surface of the trapezoid is marked, right at the surface where the light is reflected internally.
The incoming point is also marked from the incident ray and the exit point of the reflected ray.
5. The trapezoid is released and the incoming rays are drawn and reflected from the inner surface of
the trapezoid. The angle between these rays is measured using a protactor. (Extend this beam to
make the protractor easier to use) Note that this angle is twice the critical angle because the angle
of incidence is the same as the angle of reflection.
Dramatic critical angle here:
θc = ………… (experiment)
6. The critical angle is calculated using Snell's Law and the refractive index given to Acrylic (n =
1.5).
The theoretical value is noted here:
θc = ………… (theoretical)
7. The percent difference between the measured and theoretical values is calculated:
% = ………

E. Result.
(file pdf)
 F. Analysis
Pada praktikum total internal reflection praktikan belajar menghitung sudut kritis dan mengetahui
proses pemantulan sempurna. Proses pemantulan sempurna terjadi ketika tidak ada cahya yang
dibiaskan.pada percobaan ini, praktikum melekukan 6 kali percobaan, dengan memindahkan sumber
cahaya. Pada percobaan pertama besar sudut bias yang diperoleh yaitu 41°, percobaan kedua 49°,
percobaan ketiga 60°, percobaan keempat 72°, percobaan kelima 76° dan percobaan keenam 90°.
Pada setiap percobaan letak sumber cahaya atau light source digeser dengan trapezium akrilik
digeser sedikit demi sedikit, dibawahnya terdapat kertas putih yang sudah tergambang bidang
kartesius. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses penghitungan sudut bias. sudut bias
merupakan sudut yang berseberangan dengan sudut kritis. Dikatakan pemantulan sempurna ketika
sudut bias mencapai 90° yang arinya sinar atau cahaya dapat dipantulkan dengan sempurna atau tidak
ada cahaya yang berhasil melewati trapezium akrilik.
Pada percobaan ini, sudut kritis yang diambil yaitu 47°. Pada sudut tersebut terjadi proses
pemantulan sempurna dan tidak ada cahaya yang di biaskan. Pda proses ini cahaya melewati 2
medium. Yang pertama cahaya yang berasal dari sumber cahaya menuju ke trapezium, medium yang
dilewatinya adalah trapezium akrilik maka berlaku indeks bias akrilik yaitu 1,5. Setelah melewati
medium trapezium akrilik cahaya melewati medium udara dengan indeks udara yaitu 1. Praktikum
dengan teliti mengukur sudut yang terbentu dari data pertama sampai data ke enam. Sebelum memulai
percobaan harus dipastikan bahwa posisi trapezium sudah berimpit dengan garis horizontal. Hal ini
dilakukan agar mudah dalam proses penghitungan sudut.
Pada percobaan pertama, praktikan mengarahakan melewati medium trapezium akrilik, cahaya
dibiaskan dan sudut bias yang didapatkan yaitu 41°. Yang berarti bahwa masih ada cahaya yang
dibiaskan dan belum terjadi pemantulan sempurna. Untuk mencari data selanjutnya, yang harus
diubah posisinya adalah sumber cahya. Sebenarnya bisa juga yang diubah posisi letaknya adalah
trapezium akrilik. Namun tidak boleh mengubah kedua posisi trapezium dan sumber cahaya
sekaligus. Hal ini guna supaya mendapatkan perhitungan sudut yang benar.
Selanjutnya pada perc obaan kedua letak sumber cahaya yang digeser, namun tetap masih dalam
kuadran yang sama, yang digeser beberapa inchi saja. Dan sudut bias yang diperoleh adalah 49° dan
dengan menggunakan hukum snell diperoleh sudut yang datang adalah 30°. Yang menandakan bahwa
masih ada sudut yang dibiaskan.
Pada percobaan ketiga sumber cahya diarahkan menuju ke trapezium akrilik dan diperoleh sudut
biasnya adalah 60°, dengan menggunakan hukum snell diperoleh sudut datang yaitu 35°. Hal yang
harus diperhatikan bahwa trapezium tetap pada posisinya dan sumber cahya yang degeser sedikit demi
sedikit. Selanjutnya pada percobaan keempat, sinar diarahkan menuju trapezium dan dipeoleh sudut
biasnya yaitu 72°. Dengan diperolehnya sudut bias, maka praktikan menghitung sudut datang, dan
diperoleh bahwa sudut datangnya adalah 39°.
 Pada percobaan kelima, praktikan menggeser sedikit sumber cahaya sehingga cahaya menuju
trapezium dengan sudut bias yang diperoleh dengan menghitung menggunakan busur yaitu 76°.
Kemudian dihitung sudut datangya cahaya dan diperoleh 40°
Dan pada percobaan keenam, sinar gigeser menuju ke titik trapezium dan tanpa harus dihitung
dapat diketahui sudut biasnya adalah 90°, dikarenakan tidak ada cahaya yang menembus trapezium
melainkan cahya dipantulkan dan tidak ada yang dibiaskan. Disinilah terjadi pemantulan sempurna.
Pemantulan sempurna terjadi ketika tidak ada cahaya yang dibiaskan itulah yang dinamakan dengan
sudut kritis. Dan dengan menghitung menggunakan hukum snell diperoleh nilai sudut yaitu 37°.
Setelah dilakukannya enam percobaan berdasarkan data yang ada, sekaligus menghitung theta
teorika dengan menggunakan hukum Snell, sudut kritis eksperimen yang didapatkan dalam
percobaan, dibandingkan dengan sudut kritis yang didapatkan dengan menggunakan perhitungan
hukum Snell. Dengan menggunakan rumus, praktikkan akan mendapatkan nilai dari theta maks, yaitu
8,5. Selanjutnya praktikum mencari nilai kesalahan relative yang dilakukan dan memperoleh nilai
0,22 %. Kemudian praktikan menghitung presentase antara pengukuran dan perhitungan sehingga
memperoleh nilai presentase 0.259 %.
Sebagaimana data yang telah diperoleh, dapat dilihat bahwa kesalahan relatifnya mencapai 0,22
%. Itu berarti ada sedikit kekeliruan dalam perhitungan yang telah dilakukan. Hal yang menjadi factor
penyebab mungkin diantaranya adalah karena kesalahan praktikan dalam perhitungan yang juga
dikarenakan oleh minimnya cahaya sehingga mungkin terjadi sedikit kesalahan dalam melihat busu
atau menempatkan busur serta trapezium akrilik. Atau mungkin dikarenakan praktikan hanyalah
manusia biasa yang penuh dengan berbagai kekurangan sehingga mungkin melakukan kesalahan-
kesalahan dalam melakukan percobaan.
Namun disatu sisi tingkat kesalahan relatifnya tidak terlalu besar yang berarti bahwa
kebenarannya masih lebih banyak dibanding kesalahannya. Karena itu sangat diperlukan ketelitian
dalam memperhitungkan segala sesuatu. Terlebih khusus ketelitian dalam melihat skala dan
memposisiskan trapezium dan sumber cahaya dengan benar.

G. CONCLUSION
Pemantulan sempurna terjadi ketika sinar yang masuk menembus trapezium atau medium
pengantarnya, sehingga tidak terjadi pembiasan melainkan semua cahaya kembai dipantulkan
tanpa adanya pembiasan. Pemantulan sempurna terkjadi ketika sudut biasnya membentuk sudut
90° hal ini menunjukkna tidak adanya cahaya atausinar yang dibiaskan. Dalam hal ini, untuk
mengetahui sudut bias yang terbentuk maka berlaku hukum snell dimana 𝑛1 sin 𝜃1 = 𝑛2 sin 𝜃2
 REFERENCES

Crisp, John. 2006. Serat Optik : Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga

Ghatak, Ajoy. 2012. Optics. Singapura: Mc Graw Hill
Hecht, Eugene. 1990. Optics Second Edition. Canada: Addison Wesley Publishing Company, Inc
Jhonson, Cutnell ,dkk. 2013. Introduction physics. Wiley. California,USA.
Tim Penyusun. 2019. Modul Praktikum Fisika Dasar. Manado: FMIPA Universitas Sam Ratulangi