Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No.

1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302- 2493

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG K3


DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA KELOMPOK
NELAYAN DI DESA BELANG KECAMATAN BELANG KABUPATEN
MINAHASA TENGGARA

Stevanus Yonathan Kalalo1), Wulan P.J. Kaunang1), Paul A.T. Kawatu1)


1)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRACT

One dangerous job in the world is fishing. Occupational safety and health is a right for workers in the
formal sector and the informal sector, as well as for fishermen. Fishermen are very vulnerable to
workplace accidents. This study aims to determine the relationship between knowledge and attitudes
about K3 with the incidence of occupational accidents in the group of fishermen. This research was a
analytic survey research with a cross sectional study design. The population in this study are all 5 groups
of fishermen Aldira totaling 50 people. Samples of 50 fishermen were taken by total sampling. Data were
collected through interviews using a questionnaire. The data was analyzed using Fisher's Exact test. This
study shows that there is a relationship between knowledge of the K3 with the incidence of occupational
accidents in the group of fishermen (p=0,000) . there is a relationship between attitudes about K3 with the
incidence of occupational accidents in the group of fishermen (p=0,002). There is a relationship between
knowledge and attitudes about K3 with the incidence of occupational accidents in the group of fishermen.
Advice for owners Aldira fishing groups that provide personal protective equipment to be used in the
work. Suggestions for the Department of Health and local health centers are on sale on K3 related risks
and hazards in the work as fishermen and provide information on occupational accidents and
occupational diseases that can be experienced by fishing and how to prevent it.

Key Word: knowledge, attitude, work accidents

ABSTRAK

Salah satu pekerjaan yang berbahaya di dunia adalah penangkapan ikan. Kesehatan dan keselamatan kerja
merupakan hak bagi pekerja yang berada dalam sektor formal maupun sektor informal, begitupun bagi
nelayan. Nelayan sangat rentan sekali terhadap kecelakaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang K3 dengan kejadian kecelakaan kerja pada
kelompok nelayan. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan studi potong
lintang (cross sectional). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh 5 kelompok nelayan Aldira yang
berjumlah 50 orang. Sampel sebesar 50 nelayan yang diambil secara total sampling. Data dikumpulkan
melalui wawancara menggunakan kuesioner. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan
uji Fisher’s Exact. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan tentang K3
dengan kejadian kecelakaan kerja pada kelompok nelayan (p=0,000), terdapat hubungan antara sikap
tentang K3 dengan kejadian kecelakaan kerja pada kelompok nelayan (p=0,002). Terdapat hubungan
antara pengetahuan dan sikap tentang K3 dengan kejadian kecelakaan kerja pada kelompok nelayan.
Saran untuk pemilik kelompok nelayan Aldira yaitu menyediakan alat pelindung diri (APD) untuk dipakai
dalam bekerja. Saran untuk Dinas Kesehatan dan Puskesmas setempat yaitu memberikan promosi tentang
K3 terkait resiko dan bahaya dalam pekerjaan sebagai nelayan dan memberikan informasi tentang
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) yang dapat dialami oleh nelayan dan cara
pencegahannya.

Kata Kunci: pengetahuan, sikap, kecelakaan kerja

244
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302- 2493

PENDAHULUAN sehingga dikenal sebagai salah satu negara


Hakikat dari kesehatan dan maritim. Beberapa fakta menunjukkan
keselamatan kerja meliputi dua hal, yaitu bahwa kita memang layak disebut negeri
yang pertama sebagai alat untuk mencapai bahari karena menurut fakta 2/3 wilayah
derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal Indonesia berupa perairan, garis pantai
mungkin pada pekerja/buruh, petani, Indonesia mencapai 18.000 km terpanjang
nelayan, pegawai negeri, pengusaha, kedua setelah Kanada, dan keanekaragaman
manajer atau pekerja bebas di semua sektor laut kitapun diyakini merupakan salah satu
kegiatan formal dan informal, sehingga yang terlengkap di dunia (Cahyawati, 2010).
tercapai kesejahteraan tenaga kerja, dan International Labour Organization
yang kedua sebagai alat untuk meningkatkan (ILO) menunjukkan bahwa setiap tahun
produktivitas yang berlandaskan kepada terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan
perbaikan daya kerja dan produktivitas oleh karena penyakit atau kecelakaan akibat
faktor manusia dalam produksi (Alamsyah hubungan pekerjaan (Wibisono, 2013).
dan Muliawati, 2013). Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sulawesi Utara
Kesehatan dan keselamatan kerja menunjukkan data jumlah kasus kecelakaan
merupakan hak bagi pekerja yang berada ditempat kerja periode Januari-Mei 2015
dalam sektor formal maupun sektor berjumlah 126 kecelakaan kerja dari 67
informal, begitupun bagi nelayan. Nelayan perusahaan. Badan Pelayanan Jaminan
sangat rentan sekali terhadap kecelakaa Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Cabang
kerja. Hal ini disebabkan oleh minimnya Manado menunjukkan bahwa bulan Januari-
pengetahuan nelayan tentang kesehatan dan Juli 2015 terjadi 61 kasus kecelakaan kerja.
keselamatan kerja. Ada banyak jenis nelayan Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250
menurut lamanya waktu melaut, ada nelayan juta kecelakaan dan sisanya adalah kematian
harian, mingguan dan juga bulanan. karena penyakit akibat hubungan pekerjaan,
Kurangnya pengetahuan dan sikap yang dimana diperkirakan terjadi 160 juta
tidak sesuai tentang hygiene sanitasi pada penyakit akibat hubungan pekerjaan baru
saat melaut menyebabkan banyaknya setiap tahunnya (Eka, 2010).
nelayan yang mengalami kecelakaan kerja Kesalahan manusia merupakan
(Ratri dan Paskarini, 2014). penyebab utama terjadinya kecelakaan di
Ramli (2010) menyatakan bahwa laut yang berujung pada kematian. Sebanyak
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 80% faktor kecelakaan laut disebabkan oleh
adalah ilmu pengetahuan dan penerapan kesalahan manusia (human error) dan
untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyebab lainnya adalah pengabaian yang
penyakit akibat kerja. K3 merupakan upaya dilakukan oleh penyelenggara transportasi
perlindungan yang ditujukan agar tenaga laut dan instansi-instansi terkait, serta
kerja dan orang lain di tempat kerja atau perlengkapan keselamatan transportasi laut
perusahaan selalu dalam keadaan selamat yang tidak memadai (Handayani, 2014).
dan sehat, serta agar setiap produksi Fenomena kecelakaan dihasilkan dari
digunakan secara aman dan efisien (Afrianto interaksi host (pekerja) berupa umur, masa
,2014). kerja, dan tingkat pendidikan, agent
Indonesia merupakan negara yang (mesin/pekerjaan) berupa unit kerja dan
memiliki wilayah perairan yang besar waktu kerja, dan faktor-faktor lingkungan

245
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302- 2493

berupa fisik, kimia, dan biologi (Dauly, berada pada kelompok umur 36-50 tahun
2010). Whardani (2008) menyatakan bahwa yaitu sebanyak 32 responden (64%) dan
kecelakaan kerja mempunyai tingkat sebanyak 8 responden (16%) berada pada
kategori keparahan yang berbeda yaitu kelompok umur 51-65 tahun yang paling
ringan, sedang dan parah (Siregar, 2014). sedikit. Distribusi responden berdasarkan
pendidikan terakhir, yaitu SD (34%), SMP
METODE PENELITIAN (60%) dan SMA (6%). Tingkat pendidikan
Penelitian ini merupakan penelitian nelayan di Desa Belang khususnya pada
survei analitik dengan menggunakan kelompok nelayan Aldira lebih banyak
rancangan study cross sectional (potong memiliki tingkat pendidikan terakhir SMP
lintang) yaitu suatu penelitian untuk dengan jumlah 30 responden dengan
mempelajari dinamika korelasi antara faktor- persentase 60%. Distribusi responden
faktor resiko dengan efek, penelitian ini berdasarkan masa kerja didapatkan hasil
dilakukan dengan cara pendekatan, paling banyak pada kelompok masa kerja >
observasi atau pengumpulan data dalam 10 tahun yaitu sebanyak 38 responden (76%)
waktu yang bersamaan pada suatu saat dan paling sedikit pada kelompok masa kerja
(Notoatmodjo, 2012). Penelitian dilakukan < 6 tahun yaitu sebanyak 4 responden (8%).
di Desa Belang Kecamatan Belang
Kabupaten Minahasa Tenggara pada bulan Hubungan antara Pengetahuan tentang
Agustus-Oktober 2015. Populasi dalam K3 dengan Kejadian Kecelakaan Kerja
penelitian ini adalah semua tenaga kerja pada kelompok nelayan di Desa Belang
yang bekerja sebagai nelayan yang Analisis bivariat digunakan untuk
tergabung dalam 5 kelompok nelayan mencari hubungan variabel bebas
Aldira. Nelayan yang masing-masing (pengetahuan tentang K3) dengan variabel
kelompok berjumlah 10 orang sehingga total terikat (kejadian kecelakaan kerja).
populasi berjumlah 50 orang. Jumlah sampel Hubungan antara pengetahuan tentang K3
adalah 50 responden dengan teknik dengan kejadian kecelakaan kerja dapat
pengambilan sampel secara Total Sampling. dilihat pada tabel 1.
Penelitian ini menggunakan instrumen Tabel 1. Hubungan antara pengetahuan
kuesioner dan juga melakukan wawancara tentang K3 dengan Kejadian Kecelakaan
dengan subyek penelitian. Analisis data Kerja
menggunakan uji chi square.
Kecelakaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Kerja
Karakteristik Responden POR
Pengeta PernaTidak P
Total (95%
Karakteristik responden dikaji berdasarkan huan h Pernah value
CI)
umur, pendidikan terakhir dan masa kerja. n % n % n %
Distribusi responden berdasarkan
umur dibagi dalam tiga kelompok umur, 3
Kurang 33 100 0 0 100 1,70
3
yaitu umur 20-35 tahun dengan persentase 0,000 0
20%, umur 36-50 tahun dengan persentase 1
Baik 10 58,8 7 41,2 100
64% dan umur 51-65 tahun dengan 7
Total 5
persentase 16%, hasil penelitian 43 86,0 7 14,0 100
0
menunjukkan paling banyak responden

246
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302- 2493

Hasil uji fisher’s exact diperoleh nilai terhadap penyebab kecelakaan kerja dan
p sebesar 0,000 (p<0,05), maka secara kebijakan K3. Sebagian besar responden dari
statistik menyatakan bahwa terdapat penelitian Siregar (2014) memiliki
hubungan antara pengetahuan tentang K3 pengetahuan kurang tentang penyebab
dengan kejadian kecelakaan kerja dan nilai kecelakaan kerja dan kebijakan K3, dari 106
POR (95% CI) sebesar 1,700. responden ada 65 responden (61,3%) yang
Hasil analisis bivariat didapatkan pengetahuannya kurang.
bahwa dari 17 responden yang Penelititan ini sesuai dengan
pengetahuannya baik, sebanyak 10 pendapat Green yang menyatakan bahwa
responden (58,8%) yang pernah mengalami pengetahuan merupakan salah satu faktor
kecelakaan kerja dalam kurun waktu 6 bulan penting dalam memotivasi seseorang dalam
terakhir, sedangkan dari 33 responden yang bertindak. Perilaku seseorang yang didasari
pengetahuannya kurang, ada 33 responden pengetahuan akan lebih bersifat bertahan
(100%) pula yang pernah mengalami lama daripada perilaku seseorang tanpa
kecelakaan kerja dalam kurun waktu 6 bulan didasari pengetahuan. Semakin psitif
terakhir. Hasil POR (95% CI) menunjukkan perilaku yang dilakukannya akan mampu
nilai 1,700 artinya responden yang menghindari kejadian yang tidak diinginkan
pengetahuan tentang K3 kurang lebih (Siregar, 2014).
beresiko mengalami kecelakaan kerja Pekerja yang memiliki pengetahuan
dibandingkan dengan responden yang tinggi akan mampu membedakan dan
pengetahuan tentang K3 baik tidak berisiko mengetahui bahaya disekitarnya serta dapat
mengalami kecelakaan kerja. Ini artinya melakukan pekerjaan sesuai dengan
pengetahuan nelayan tentang K3 prosedur yang ada karena mereka sadar akan
berpengaruh atas kejadian kecelakaan kerja. resiko yang diterima, sehingga kecelakaan
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kerja dapat dihindari. Pekerja yang memiliki
terdapat hubungan antara pengetahuan pengetahuan tinggi akan berusaha
tentang K3 dengan kejadian kecelakaan menghindari kecelakaan ringan karena
kerja pada nelayan. Ini disebabkan oleh mereka sadar bahwa kecelakaan ringan akan
karena mayoritas responden pada penelitian menyebabkan kecelakaan kerja yang lebih
ini adalah berpengetahuan kurang. Adapun parah. Jika pekerja memiliki pengetahuan
kemungkinan adanya faktor lain yaitu faktor yang baik maka mereka akan bertindak
sosialisasi tentang kesehatan dan positif dan berusaha untuk menghindari
keselamatan kerja, reponden banyak yang kecelakaan kerja. Sebaliknya pekerja yang
belum mengetahui bahwa kesehatan dan memiliki pengetahuan rendah akan
keselamatan kerja itu sangat penting dalam cenderung mengabaikan bahaya disekitarnya
pekerjaan di sektor informal. dan tidak melakukan pekerjaan sesuai
Penelitian ini sejalan dengan prosedur karena ketidktahuan akan resiko
penelitian dari Siregar (2014) bahwa akan diterima. Pekerja yang memiliki
terdapat hubungan antara pengetahuan pengetahuan kesehatan dan keselamatan
dengan kecelakaan kerja di PT. Aqua kerja akan cenderung bekerja terburu-buru
Golden Mississipi Bekasi dengan p < 0,000. dan hanya ingin menyelesaikan pekerjaan
Pengetahuan yang diukur dalam penelitian dengan cepat guna menghemat waktu dan
tersebut adalah pemahaman responden waktu istirahat menjadi lebih cepat. Hal ini

247
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302- 2493

dikarenakan ketidaktahuan dan Hasil uji fisher’s exact diperoleh nilai p


ketidaksadaran pekerja akan pentingnya sebesar 0,002 (p<0,05), maka secara
prosedur dan peraturan dalam bekerja guna statistik menyatakan bahwa terdapat
melindungi pekerja itu sendiri. Oleh karena hubungan antara sikap tentang K3 dengan
itu pengetahauan pekerja yang rendah akan kejadian kecelakaan kerja dan nilai POR
kesehatan dan keselamatan kerja dapat (95% CI) sebesar 1,467.
menimbulkan kecelakaan ringan dan Hasil analisis menujukkan bahwa
kecelakaan kerja yang lebih parah. dari 22 responden dengan sikap tentang K3
Westerman dan Donoghue yang baik ada 15 responden (68,2%) yang
menyatakan bahwa cara pengembangan pernah mengalami kecelakaan kerja dalam
pengetahuan dan sikap yang diperlukan kurun waktu 6 bulan terakhir dan 28
seseorang untuk melaksanakan tugas atau responden dengan sikap tentang K3 kurang,
pekerjaannya secara memadai adalah dengan 28 responden (100%) yang pernah
melakukan pelatihan yang rutin (Siregar, mengalami kecelakaan kerja dalam kurun
2014). waktu 6 bulan terakhir. Hasil POR (95% CI)
menunjukkan nilai 1,467 artinya responden
Hubungan antara Sikap tentang K3 yang sikap tentang K3 kurang lebih beresiko
dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada mengalami kecelakaan kerja dibandingkan
kelompok nelayan di Desa Belang dengan responden yang sikap tentang K3
Analisis bivariat digunakan untuk mencari baik tidak berisiko mengalami kecelakaan
hubungan variabel bebas (sikap tentang K3) kerja. Ini artinya sikap nelayan tentang K3
dengan variabel terikat (kejadian kecelakaan berpengaruh atas kejadian kecelakaan kerja.
kerja). Hubungan antara sikap tentang K3 Sikap merupakan predisposisi perilaku,
dengan kejadian kecelakaan kerja dapat sehingga merupakan respon awal terhadap
dilihat pada tabel 2. stimulus sebelum seseorang melakukan
Tabel 2. Hubungan antara sikap tentang K3 sebuah perilaku, jadi sikap akan memberikan
dengan kejadian kecelakaan kerja dampak kepada pencapaian indikator
kesehatannya (Notoatmodjo, 2011). Hal ini
Kecelakaan sejalan dengan penelitian dari Siregar (2014)
Kerja bahwa terdapat hubungan antara sikap
Sikap POR dengan kecelakaan kerja di PT. Aqua
Perna Tidak P
Total (95% Golden Mississipi Bekasi dengan p < 0,002.
h Pernah value
CI) Sikap yang diukur dalam penelitian tersebut
n % n % n % adalah respon responden resiko kecelakaan
kerja kebijakan keselamatan kerja dan
2
Kurang 28 100 0 0 100 1,46 pencegahan kecelakaan kerja. Sebagian
8
0,002 7 besar responden dari penelitian Siregar
2 (2014) memiliki sikap kurang/negatif
Baik 15 68,2 7 31,8 100
2 tentang pencegahan kecelakaan kerja dan
Total 9 kebijakan keselamatan kerja, dari 106
34 35,1 63 63,9 100
7 responden ada 56 responden (52,8%) yang
sikapnya kurang.

248
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302- 2493

Notoatmodjo (2010) juga terhadap kejadian kecelakaan kerja. Azwar


mengatakan bahwa sikap adalah respon yang (2005) mengatakan bahwa pembentukan
tidak teramati secara langsung yang masih sikap dapat dipengaruhi oleh pengalaman
tertutup dari seseorang terhadap stimulus pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap
atau objek. Penelititan ini sesuai dengan penting, pengaruh kebudayaan, dan media
pendapat International Labour Organization informasi (Siregar, 2014).
(ILO) yang menyatakan bahwa sikap
seseorang dapat berubah melalui penekanan KESIMPULAN
keselamatan selama kursus pelatihan dan Dari penelitian ini dapat disimpulkan
pendidikan. Sehingga apabila pengetahuan bahwa:
pekerja tentang faktor-faktor penyebab 1. Terdapat hubungan antara pengetahuan
kecelakaan kerja baik maka dapat tentang K3 dengan kejadian kecelakaan
menimbulkan sikap yang baik pula. Jika kerja pada kelompok nelayan di Desa
seseorang bersikap positif akan cenderung Belang.
berperilaku positif pula dan sebaliknya. 2. Terdapat hubungan antara sikap tentang
Perilaku positif inilah yang diharapkan akan K3 dengan kejadian kecelakaan kerja
menghasilkan sesuatu yang positif dan dapat pada kelompok nelayan di Desa Belang.
menghindarkan dari adanya hasil yang tidak
diinginkan seperti kecelakaan kerja (Siregar, SARAN
2014). Bagi Dinas Kesehatan dan Puskesmas
Nelayan yang memiliki sikap positif Setempat:
akan merasa bahwa pencegahan terhadap 1. Memberikan promosi tentang Kesehatan
kejadian tidak diinginkan seperti kecelakaan dan Keselamatan Kerja (K3) terkait
kerja. Mereka akan merasa dan berpendapat resiko dan bahaya dalam pekerjaan
bahwa prosedur dan peraturan kesehatan dan sebagai nelayan.
keselamatan kerja dibuat dan dibentuk untuk 2. Memberikan informasi tentang
melindungi dan meningkatkan produktivitas kecelakaan kerja dan penyakit akibat
nelayan. Sikap yang positif akan kerja (PAK) yang dapat dialami oleh
menimbulkan perilaku yang positif sehingga nelayan dan cara pencegahanny.
sikap positif ini dapat menghindarkan Bagi Pemilik Kelompok Nelayan:
nelayan dari kecelakaan ringan bahkan 1. Menyediakan alat pelindung diri (APD)
kecelakaan kerja yang lebih berat. untuk dipakai dalam melakukan
Sebaliknya pekerja yang memiliki sikap pekerjaan.
negatif akan cenderung tidak peduli terhadap 2. Memperhatikan kondisi para nelayan.
lingkungan dan bahaya disekitarnya. Mereka Bagi Peneliti Lain:
merasa dan berpendapat bahwa prosedur dan Mengkaji faktor-faktor lain yang
peraturan kesehatan dan keselamatan kerja berhubungan dengan kejadian
hanya dapat dibuat dan dibentuk untuk kecelakaan kerja pada nelayan.
kepentingan instansi yang terkait dan hanya Mengkaji faktor-faktor lain yang
membebani nelayan dengan beberapa mempengaruhi penerapan Sistem
peraturan yang menghambat kinerja. Manajemen K3 pada kelompok
Sehingga nelayan yang memiliki sikap nelayan seperti faktor ketersediaan
negatif tidak mampu melakukan pencegahan sarana dan prasarana atau alat
pelindung diri (APD), dsb.

249
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302- 2493

Universitas Islam Negeri Syarif


DAFTAR PUSTAKA Hidayatullah. Online.
(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/
Afrianto D. 2014. Pengaruh Penyuluhan bitstream/123456789/349/1/101949-
Terhadap Pengetahuan, Sikap dan FRISTIYAN%20AHMAD%20DAU
Tindakan Petani Paprika Di Desa LY-FKIK.PDF. Di akses 23 Agustus
Kumbo – Pasuruan Terkait 2015).
Penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) Dari Bahaya Pestisida Tahun Eka. S. 2010. Analisis Penyebab
2014. Jakarta: Program Studi Kecelakaan. Jurnal Kesehatan
Kesehatan Masyarakat Fakultas Masyarakat.
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan http://journal.unnes.ac.idnjjuindex.ph
Universitas Islam Negeri Syarif dkemasarticleview1866.pdf.di.
Hidayatullah. Online. Diakses Pada Tanggal 21 Oktober
(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/ 2013.
bitstream/123456789/25507/1/DEFR
I%20AFRIANTO%20- Handayani. S.N. 2014. Sistem Keselamatan
%20FKIK.pdf. Di akses 25 Agustus Kerja Nelayan Pada Perikanan Soma
2015). Pajeko (Mini Purse Seine) Di Bitung.
Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut
Alamsyah D. dan Muliawati R. 2013. Pilar Pertanian Bogor.
Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Cetakan Pertama. Yogyakarta: Nuha Notoatmodjo. S. 2011. Kesehatan
Medika. Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta:
Rineka Cipta.
Cahyawati. I. N. 2010. Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Notoatmodjo. S. 2012. MetodologiPenelitian
Dermatitis Pada Nelayan Yang Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Bekerja Di Pelelangan Ikan (TPI)
Tanjung Sari Kecamatan Rembang. Ratri dan Paskarini. 2014. Faktor Yang
Semarang: Jurusan Ilmu Kesehatan Berhubungan Dengan Kejadian
Masyarakat Fakultas Ilmu Scabies Pada Nelayan Di Desa Weru
Keolahragaan. Online. Kecamatan Paciran Kabupaten
(http://lib.unnes.ac.id/2681/1/7131.pd Lamongan. Surabaya: Universitas
f. Di akses 20 Agustus 2015). Airlangga. Online.
(http://journal.unair.ac.id/filerPDF/k
Dauly. F. A. 2010. Faktor-Faktor Yang klk1afb1cba042full.pdf. di akses 24
Berhubungan Dengan Kecelakaan Agustus 2015).
Kerja Pada Buruh Konstruksi Di PT.
PP (Persero) Proyek Tiffani Siregar. D. I. S. 2014. Faktor-Faktor Yang
Apertemen Kemang Jakarta Selatan Berhubungan Dengan Kecelakaan
Tahun 2010. Jakarta: Program Studi Ringan Di PT Aqua Golden
Kesehatan Masyarakat Fakultas Mississipi Bekasi Tahun 2014.
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Jakarta: Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran

250
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 1 FEBRUARI 2016 ISSN 2302- 2493

Dan Ilmu Kesehatan Universitas


Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Online:
(http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/
bitstream/123456789/25512/1/Dewi
%20Indah%20Sari%20Siregar%20-
%20FKIK%20.pdf. Di akses 20
Agustus 2015).

Wibisono. B. 2013. Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian
Kecelakaan Kerja Pada Pekerja
Tambang Pasir Gali Di Desa
Pinggiran Kabupaten Pemalang
Tahun 2013. Artikel Ilmiah.
Semarang: Program.

251

You might also like