Professional Documents
Culture Documents
Lap Oran Resistor Dan Hukum Ohm
Lap Oran Resistor Dan Hukum Ohm
1
2
I. Data Pengamatan
Rangkaian seri
Rangkaian parallel
V sumber = 3 volt
VR (V) IR1 (A) IR2 (A) IT (A)
0.00099 0.00325
0.00098 0.00326
3.25 0.00098 0.00325 0.00424
0.00099 0.00326
0.00099 0.00325
V sumber = 6 volt
0.00194 0.00645
0.00195 0.00644
6.43 0.00194 0.00645 0.00838
0.00193 0.00645
0.00194 0.00644
V sumber = 9 volt
0.0029 0.00963
0.00292 0.00964
9.61 0.0029 0.00965 0.01254
0.00288 0.00964
0.0029 0.00964
3
Data Tunggal Hambatan 1 (R1)
Tegangan pada power supply R1 = 3300 Ω ± 5%
V1 = 3 V = 3,3 k Ω ± 5%
1
∆V = 2 × nst ∆R = 5%×3,3 kΩ
1
= 2 ×0,01 = 0,165𝑘Ω
Ksr = 5% (3 AP)
= 0,005 V
∆𝑉
R = (R ± ∆R)
Ksr = × 100%
𝑉 = (3,3 ± 0,165) kΩ
0,005
= × 100%
3
= 0,0557 %( 4 AP)
V = (V±∆V)
= (6±0,005) V
4
I(Vsumber = 6 V) = 1,494 mA Kuat Arus Total pada Rangkaian Paralel
∆I
1
= 2 × nst I(Vsumber = 3 V) = 4,24 mA
1
1
= 2 × 0,001 ∆I = 2 × nst
1
= 5 ×10-4 mA = 2 × 0,001
∆𝐼
Ksr = × 100% = 5 ×10-4 mA
𝐼
5 ×10−4 ∆𝐼
= × 100% Ksr = × 100%
1,494 𝐼
5 ×10−4
= 0,033% (4 AP) = × 100%
4,24
I = (I ± ∆I) = 0,0005% (4 AP)
= (0,756 ± 0,0005) mA I = (I ± ∆I)
I(Vsumber = 6 V) = 1,494 mA = (4,24 ± 0,0005) mA
1
∆I = 2 × nst I(Vsumber =6 V) = 8,38 mA
1 1
= 2 × 0,001 ∆I = 2 × nst
1
= 5 ×10-4 mA = 2 × 0,001
∆𝐼
Ksr = 𝐼
× 100% = 5 ×10-4 mA
5 ×10−4 ∆𝐼
= × 100% Ksr = × 100%
1,494 𝐼
5 ×10−4
= 0,033% (4 AP) = × 100%
8,38
I = (I ± ∆I)
= 0,005% (4 AP)
= (1,494 ± 0,0005) mA
I = (I ± ∆I)
I(Vsumber = 9 V) = 2,228 mA
= (8,38 ± 0,0005) mA
1
∆I = 2 × nst
1
= 2 × 0,001
= 5 ×10-4 mA
∆𝐼
Ksr = × 100%
𝐼
5 ×10−4
= × 100%
2,228
= 0,022% (4 AP)
I = (I ± ∆I)
= (= 2,228 ± 0,0005) mA
5
VR pada Rangkaian Paralel
VR1 = 3,25 V
1
∆I = 2 × nst
1
= 2 × 0,01
= 5 ×10-3 V
∆𝑉
Ksr = × 100%
𝑉
5 ×10−3
= × 100%
3,25
= 0,15% (4 AP)
V = (V ± ∆V)
= (3,25 ± 0,005) V
VR2 = 6,43 V
1
∆I = 2 × nst
1
= 2 × 0,01
= 5 ×10-3 V
∆𝑉
Ksr = × 100%
𝑉
5 ×10−3
= × 100%
6,43
= 0,07% (4 AP)
V = (V ± ∆V)
= (6,43 ± 0,005) V
VR3 = 9,61 V
1
∆I = 2 × nst
1
= 2 × 0,01
= 5 ×10-3 V
∆𝑉
Ksr = × 100%
𝑉
5 ×10−3
= × 100%
9,61
= 0,05% (4 AP)
V = (V ± ∆V)
= (9,61 ± 0,005) V
6
DATA MAJEMUK 𝛥𝑉
Ksr = 𝑥 100%
𝑉
𝛥𝑉
Ksr = 𝑥 100%
𝑉
7
0,002449 0,002449
= x 100% = x 100%
0,744 4,926
8
= 0,1648% (4AP) (V ± ΔV) = (7,372 ± 0,04280)V
1 5(24,6422) − (11,1)2
1 𝑛(∑𝑉 2 ) − (∑𝑉)2 = √
𝛥𝑉 = √ 5 5−1
𝑛 𝑛−1
1 123,211 − 123,21
1 5(271,732) − (36,86)2 = √
= √ 5 4
5 5−1
1 0,001
1 1.358,66 − 1.358,659 = √
= √ 5 4
5 4
1
= √0,00025
1 0,001 5
= √
5 4 1
= 𝑥 0,015811
5
1
= √0,00025 = 0,0031622 𝑉
5
1 𝛥𝑉
= 𝑥 0,015811 Ksr = 𝑥 100%
𝑉
5
0,0031266
= 0,0031622 𝑉 = x 100%
2,22
𝛥𝑉
Ksr = 𝑥 100%
𝑉
= 0,1424% (4AP)
0,0031266
= 7,372
x 100% (V ± ΔV) = (2,22 ± 0,003162)V
= 0,0428% (4AP)
9
2. Rangkaian Seri Dengan = 0,2483% (4AP)
R1 =
(I ± ΔI) = (0,896 ± 0,002449)A
R2 =
V = 3V IR2 (A) IR22 (A)
3,25 10,5625
IR1 (A) IR12 (A) 3,26 10,6276
0,99 0,9801 3,25 10,5625
0,98 0,9604 3,26 10,6276
0,98 0,9604 3,25 10,5625
0,99 0,9801 ∑ IR2 2=
0,99 0,9801 ∑ IR2 = 16,27 52,9427
∑ IR1 = ∑ IR12 = ∑𝐼
4,93 4,8611 𝐼=
5
∑𝐼
𝐼= 16,27
5 =
5
4,93
= = 3,245 𝐴
5
= 0,986 𝐴
1 𝑛(∑𝐼 2 ) − (∑𝐼)2
𝛥𝐼 = √
𝑛 𝑛−1
1 𝑛(∑𝐼 2 ) − (∑𝐼)2
𝛥𝐼 = √
𝑛 𝑛−1 1 5(52,9427) − (16,27)2
= √
5 5−1
1 5(4,8611) − (4,93)2
= √
5 5−1 1 264,7135 − 264,7129
= √
5 4
1 24,3055 − 24,3049
= √
5 4 1 0,0006
= √
5 4
1 0,0006
= √ 1
5 4 = √0,00015
5
1
= √0,00015 1
5 = 𝑥 0,01225
5
1
= 𝑥 0,01225 = 0,002449
5
= 0,002449
𝛥𝐼
Ksr = 𝑥 100%
𝐼
𝛥𝐼
Ksr = 𝑥 100% 0,002449
𝐼 = x 100%
3,245
0,002449
= x 100%
0,986 = 0,0754% (4AP)
10
(I ± ΔI) = (3,245 ± 0,002449)A IR2 (A) IR22 (A)
6,45 41,6025
V = 6V 6,44 41,4736
6,45 41,6025
IR1 (A) IR12 (A) 6,45 41,6025
1,94 3,7636 6,44 41,4736
1,95 3,8025 ∑ IR2 = ∑ IR22 =
1,94 3,7636 32,23 207,7547
1,93 3,7249 ∑𝐼
1,94 3,7636 𝐼=
5
∑ IR1 = ∑ IR12 =
32,23
9,7 18,8182 =
∑𝐼 5
𝐼=
5 = 6,446 𝐴
9,7
=
5 1 𝑛(∑𝐼 2 ) − (∑𝐼)2
𝛥𝐼 = √
= 1,94 𝐴 𝑛 𝑛−1
1 1.038,7735 − 1.038,7729
1 5(18,8182) − (9,7)2 = √
= √ 5 4
5 5−1
1 0,0006
1 94,091 − 94,09 = √
= √ 5 4
5 4
1
= √0,00015
1 0,001 5
= √
5 4 1
= 𝑥 0,01225
1 5
= √0,00025
5 = 0,002449
1 𝛥𝐼
= 𝑥 0,0158 Ksr = 𝑥 100%
5 𝐼
= 0,003162 0,002449
= x 100%
6,446
𝛥𝐼
Ksr = 𝑥 100%
𝐼
= 0,038% (4AP)
0,003162
= x 100%
1.94 (I ± ΔI) = (6,446 ± 0,002449)A
= 0,1629% (4AP)
1 0,004 1 0,001
= √ = √
5 4 5 4
1 1
= √0,001 = √0,001
5 5
1 1
= 𝑥 0,03162 = 𝑥 0,03162
5 5
= 0,006324 = 0,006324
𝛥𝐼
Ksr = 𝑥 100%
𝐼
𝛥𝐼
Ksr = 𝑥 100%
0,006324 𝐼
= x 100%
2,9
0,006324
= x 100%
9,644
= 0,218% (4AP)
= 0,0655% (4AP)
(I ± ΔI) = (2,900 ± 0,006324)A
(I ± ΔI) = (9,640 ± 0,006324)A
12
K. Perhitungan
Pada rangkaian Seri
V(beda potensial)
1 1
∆𝑅𝑠 = 2 𝑛𝑠𝑡 = 2 1Ω = 0,5Ω
2 2
∆𝑉 = √(𝑅𝑠 )2 (∆𝐼)2 + (𝐼)2 (3 ∆𝑅𝑠 )
2 2
∆𝑉 = √(4300)2 (0,0000005)2 + (0,000756)2 (3 0,5)
∆𝑉 = √0,0000046852
∆𝑉 = 0,002165
∆𝑉
KSR = 100%
𝑉
0,002165
= 3,2508
=0,067% (4AP)
(𝑽 ± ∆𝑽 = 𝟑, 𝟐𝟓𝟎 ± 𝟎, 𝟎𝟎𝟐)𝑽
Pada 𝑽 = 𝟔𝑽
I = 1,494 mA ∆𝐼 = 0,0000005
= 0,001494 A
𝑉 = 𝐼 × 𝑅𝑠 = 0,001494 × 4300 = 6,4242𝑉
𝜕𝑉 2 𝜕𝑉 2 2 2
∆𝑉 = √( 𝜕𝐼 ) (∆𝐼)2 + (𝜕𝑅 ) (3 ∆𝑅𝑠 )
𝑠
2 2
∆𝑉 = √(𝑅𝑠 )2 (∆𝐼)2 + (𝐼)2 (3 ∆𝑅𝑠 )
2 2
∆𝑉 = √(4300)2 (0,0000005)2 + (0,001494)2 (3 0,5)
13
∆𝑉 = √0,000000024552396
∆𝑉 = 0,0001567
∆𝑉
KSR = 100%
𝑉
0,0001567
= 6,4242
=0,002% (4AP)
(𝑽 ± ∆𝑽 = 𝟔, 𝟒𝟐𝟒 ± 𝟎, 𝟎𝟎𝟏) 𝑽
Pada 𝑽 = 𝟗𝑽
I = 2,228 mA ∆𝐼 = 0,0000005
= 0,002228 A
𝑉 = 𝐼 × 𝑅𝑠 = 0,002228 × 4300 = 9,5632𝑉
𝜕𝑉 2 𝜕𝑉 2 2 2
∆𝑉 = √( 𝜕𝐼 ) (∆𝐼)2 + (𝜕𝑅 ) (3 ∆𝑅𝑠 )
𝑠
2 2
∆𝑉 = √(𝑅𝑠 )2 (∆𝐼)2 + (𝐼)2 (3 ∆𝑅𝑠 )
2 2
∆𝑉 = √(4300)2 (0,0000005)2 + (0,002224)2 (3 0,5)
∆𝑉 = √0,000000054407936
∆𝑉 = 0,0002332
∆𝑉
KSR = 100%
𝑉
0,0002332
= 9,5632
=0,002% (4AP)
(𝑽 ± ∆𝑽 = 𝟗, 𝟓𝟔𝟑 ± 𝟎, 𝟎𝟎𝟏) 𝑽
Pada Rangkaian Paralel
1 1 1
=𝑅 +𝑅
𝑅𝑃 1 2
1 1 1
= 3300 + 1000
𝑅𝑃
1 1000+3300
=
𝑅𝑃 33000
33000 1 1
𝑅𝑃 = = 7,674Ω ∆𝑅𝑃 = 2 𝑁𝑆𝑇 = 2 1 = 0,5Ω
4300
Pada 𝑽𝑺𝒖𝒎𝒃𝒆𝒓 = 𝟑𝑽
𝑉𝑅 = 3,25𝑉 ∆𝑉𝑅 = 0,005𝑉
14
𝑉 3,25
𝐼 = 𝑅𝑅 = 7,674 = 0,4235𝐴
𝑝
𝜕𝐼 2 𝜕𝐼 2 2 2
Δ𝐼 = √(𝜕𝑉 ) (∆𝑉𝑅 )2 + (𝜕𝑅 ) (3 ∆𝑅𝑃 )
𝑅 𝑃
1 2 𝑉 2 2 2
Δ𝐼 = √(𝑅 ) (∆𝑉𝑅 )2 + (− 𝑅 𝑅2 ) (3 ∆𝑅𝑃 )
𝑃 𝑃
1 2 3,25 2
Δ𝐼 = √(7,674) (0,005)2 + (− 7,6742 ) (0,333)2
Δ𝐼 = √0,0003372545
Δ𝐼 = 0,0184 𝐴
∆𝐼 0,0184 𝐴
𝐾𝑆𝑅 = 100% = 100% = 4,34% (2𝐴𝑃)
𝐼 0,4235𝐴
𝑰 ± ∆𝑰 = 𝟎, 𝟒𝟐 ± 𝟎, 𝟎𝟏 𝑨
Pada 𝑽𝑺𝒖𝒎𝒃𝒆𝒓 = 𝟔𝑽
𝑉𝑅 = 6,43𝑉 ∆𝑉𝑅 = 0,005𝑉
𝑉 6,43
𝐼 = 𝑅𝑅 = 7,674 = 0,8378𝐴
𝑝
𝜕𝐼 2 𝜕𝐼 2 2 2
Δ𝐼 = √(𝜕𝑉 ) (∆𝑉𝑅 )2 + (𝜕𝑅 ) (3 ∆𝑅𝑃 )
𝑅 𝑃
1 2 𝑉 2 2 2
Δ𝐼 = √(𝑅 ) (∆𝑉𝑅 )2 + (− 𝑅 𝑅2 ) (3 ∆𝑅𝑃 )
𝑃 𝑃
1 2 6,43 2
Δ𝐼 = √(7,674) (0,005)2 + (− 7,6742 ) (0,333)2
∆𝐼 0,0363 𝐴
𝐾𝑆𝑅 = 100% = 0,8378 𝐴 100% = 4,33% (2𝐴𝑃)
𝐼
15
𝑰 ± ∆𝑰 = 𝟎, 𝟖𝟑 ± 𝟎, 𝟎𝟑 𝑨
Pada 𝑽𝑺𝒖𝒎𝒃𝒆𝒓 = 𝟗𝑽
𝑉𝑅 = 9,61𝑉 ∆𝑉𝑅 = 0,005𝑉
𝑉 9,61
𝐼 = 𝑅𝑅 = 7,674 = 1,252 𝐴
𝑝
𝜕𝐼 2 𝜕𝐼 2 2 2
Δ𝐼 = √(𝜕𝑉 ) (∆𝑉𝑅 )2 + (𝜕𝑅 ) (3 ∆𝑅𝑃 )
𝑅 𝑃
1 2 𝑉 2 2 2
Δ𝐼 = √(𝑅 ) (∆𝑉𝑅 )2 + (− 𝑅 𝑅2 ) (3 ∆𝑅𝑃 )
𝑃 𝑃
1 2 9,61 2
Δ𝐼 = √(7,674) (0,005)2 + (− 7,6742 ) (0,333)2
𝑰 ± ∆𝑰 = 𝟏, 𝟐𝟓 ± 𝟎, 𝟎𝟓 𝑨
16
L. Analisis data
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang mengalir
melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang
diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan mematuhi hokum ohm
apabila nilai resistensinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda
potensial yang dikenakannya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk
semua jenis penghantar, namun istilah hokum tetap digunakan dengan alas an sejarah.
Secara smatematis hukum ohm diekspresikan dengan persamaan :
1
V = I.R
Ampheremeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat arus
listrik. Pemakaian alat ukur ini dihubungkan ke dalam rangkaian sehingga terhubung
seri dengan komponen yang akan dihitung kuat arusnya. Voltmeter merupakan alat
ukur beda potensial antara 2 titik. Pemakaian voltmeter dipasang parallel dengan
komponen yang akan diukur beda potensialnya.2
Dalam percobaan resistor dan hukum ohm ini terlebih dahulu menentukan
besar nilai resistor yang digunakan dalam percobaan ini. Pada percobaan ini
menggunakan 2 resistor yang berbeda. Kedua resistor tersebut ditentukan antara R1
dan R2. Untuk menentukannya dilihat dari warna urutan cincin pada resistor dan
dihitung nilai resistansi resistor dengan melihat tabel urutan cincin warna. Pada
resistor 1 (R1) didapatkan nilai resistansinya sebesar 3300 Ω ± 5% dan besar resistor
2 (R2) 1000 Ω ± 5%. Setelah menghitung besar resistor mengambil data kuat arus
tetap dengan memasang rangkaian listrik secara seri dan parallel dan dihubungkan ke
sumber tegangan, kemudian mengatur saklar dalam posisi terhubung (ON), mengatur
potensi pada catu daya sehingga amperemeter menunjukkan pada angka tetentu (I),
dan mencatat angka yang tertera pada ampermeter dan voltmeter serta besarnya
resistor yang digunakan. Untuk mengambil data hambatan tetap langkah yang harus
dilakukan adalah memasang rangkaian secara seri dan parallel kemudian
menghubungkannya ke sumber tegangan, mengatur skalar dalam posisi ON, mengatur
1
Hayt. 1991. Rangkaian Listrik Edisi Keenam Jilid I. Jakarta : Erlangga
2
Sunaryo. 2010. Super Tips dan Trik Fisika. Jakarta : Kawah Media
17
ujung voltmeter pada hambatan dengan nilai tertentu (R) dan mencatat besarnya arus
dan tegangan.
18
Pada rangkaian parallel :
Berdasarkan tabel pengamatan diatas dapat kita lihat adanya berbedaan yang cukup
signifikan anatara rangkaian seri dan parallel. Pda rangkaian seri nilai arus akan sama untu
masing-masing resistor, sedangkan tegangan berbeda tergantung nilai resistansi dari
resistornya. Pada rangkaian parallel nilai tegangan akan bernilai sama untuk masing-masing
resistor, sedangkan nilai arus berbeda tergantung nilai atau besar dari resistansi masing-
masing resistor.
19
Kemudian dari data juga membuktikan bahwa semakin besar tegangan yang digunakan
maka arus yang terbaca akan semakin besar pula. Hal tersebut memenuhi hukum ohm yang
menjelaskan hubungan antara tegangan listrik dan kuat arus listrik. Hukum ohm berbunyi
“tegangan pada hambatan berbanding lurus dengan kuat arus”. Perbandingan beda potensial
dan kuat arus listrik selalu tetap. Semakin besar beda potensial semakin besar juga kuat arus
yang mengalir.3
Adanya kesalahan perhitungan nilai pada tiap masing-masing elemen di rangkaian seri
maupun parallel dapat terjadi dengan beberapa factor seperti salah dalam merangkai
rangkaian listrik tersebut dan salah ketika membaca besar resistansi resistor (salah melihat
warna pada cincin warna resistor).
M. Pertanyaan akhir
RANGKAIAN SERI
GRAFIK I TERHADAP V
0.002228
0.0025
0.002 0.001494
0.0015
I(A)
0.001 0.000756
0.0005
0
1.617 3.206 4.796
V (volt)
RANGKAIAN PARALEL
GRAFIK I TERHADAP V
0.015 0.01254
0.00838
0.01
I (A)
0.00424
0.005
0
3.25 6.43 9.61
V (volt)
3
Durbin, dkk. 2005. Rangkaian Listrik. Jakarta : Erlangga
20
N. KESIMPULAN
6. Berdasarkan hukum ohm, arus yang mengalir pada suatu rangkaian akan berbanding
lurus dengan tegangan yang diberikan
7. Semakin besar hambatan semakin besar pula tegangannya dan semakin kecil arus
yang mengalir
8. Pada rangkaian seri arus yang mengalir pada R1 dan R2 besarnya sama
9. Pada rangkaian paralel tegangan yang mengalir pada R1 dan R2 besarnya sama
10. Semakin besar arus maka tegangannya makin besar dan hambatannya semakin kecil.
O. DAFTAR PUSTAKA
21