Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 8

DIMENSI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN YANG DOMINAN

TERHADAP UPAYA PRODUKSI BERSIH PERUSAHAAN


( Studi Kasus Industri Pengolahan Karet Remah )
Sawarni Hasibuan

Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,


Universitas Djuanda Bogor

Abstract
This study is designed to identify dimension of environmental management system
that influence of cleaner production’s strategy accept and implementation at natural
rubber industry, especially in crumb rubber industry. Factor Analysis technic with
Principal Component is aplicated to extract that dimension, while correlation analysis
is using to inference the influence that dimension with cleaner production performance.
Based of existing condition, deviation of cleaner production performance from the
crumb rubber corporate’s enough big. Percentage of waste solid range 3 – 11 %, the
corporate don’t treatment that waste because almost of waste solid use for landfill.
Treatment of unpleasant odour from crumb rubber industry, i.e.: with scrubber at the
smokestack after drying process, reengineering of pre-drying process, spray of volatile
oil, and soak bokar with liquid smoke. Alternatives for waste water treatment i.e.:
activated sludge system, chemical system, and aeration system.
Principal Component analysis results 13 dimension, namely: internal communication,
evaluation tools, environmental benefit, employee ability, professional team, incentive
system, cleaner production centre, community consultation, regulation, operational
policy, environmental investment, green consumer, and environment requisite. The
correlation of that dimension with cleaner production performance at natural rubber
industry is not good (rs < 0,5). The dimension has significant correlation are
professional team, environment requisite, internal communication, evaluation tools,
regulation, incentive system, and employee ability; while the others is not significant.

Keywords: Environmental Management System, Cleaner Production, and Crumb Rubber


Industry

1. PENDAHULUAN pada tahun 2004 atau naik dari tahun 2003


yang sebesar 1,79 juta ton(2).
1.1. Latar Belakang Produksi karet alam Indonesia tersebut
hampir seluruhnya (sekitar 95 %) ditujukan
Karet alam (Hevea braziliensis)
untuk pasar ekspor dengan total perolehan
merupakan komoditas tradisional sekaligus
devisa untuk tahun 2003 mencapai US$
komoditas ekspor yang cukup penting
1.494,625 juta, atau meningkat dibanding
peranannya sebagai penghasil devisa negara
tahun 2002 yang hanya sebesar US$
dari sub-sektor perkebunan. Hingga saat ini
1.038,387 juta.(3) Negara tujuan ekspor karet
komoditas karet masih menjadi tumpuan mata
alam Indonesia dari tahun ke tahun
pencaharian tidak kurang dari 8 juta keluarga
cenderung bertambah luas, dan kini sudah
petani, terutama di Sumatera dan Kalimantan.
mencapai 166 negara. Dari sebanyak 166
Luas areal tanaman karet mencapai 3,32 juta
negara tujuan ekspor karet alam Indonesia
Ha, dimana hampir 85 % merupakan
tersebut terdapat beberapa negara pengimpor
perkebunan rakyat, selebihnya adalah
terbesar antara lain AS, Jepang, Cina,
Perkebunan Negara dan Swasta.(1) Saat ini
Singapura, Korea Selatan, Jerman, Kanada,
Indonesia merupakan negara produsen karet
Belgia dan Prancis.
alam terbesar kedua di dunia setelah
Mengingat produksi karet alam Indonesia
Thailand, Indonesia diperkirakan akan
sebagian besar ditujukan untuk pasar ekspor,
memproduksi 1,95 juta ton karet alam pada
maka Indonesia perlu mencermati berbagai

254 Hasibuan. S. 2005: Dimensi Sistem Manajemen……..J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 6: (1): 254-261
perkembangan tuntutan konsumen global. 1.2. PRODUKSI BERSIH DALAM SISTEM
Pada berbagai negara perkembangan isu MANAJEMEN LINGKUNGAN
lingkungan kerapkali dikaitkan dengan dunia
usaha, beberapa negara konsumen misalnya Sistem Manajemen Lingkungan
berlandaskan kekuatan pasarnya yang tinggi (Environmental Management System, EMS)
telah mengembangkan program ekolabel (4, 5, dapat diartikan sebagai integrasi strukur
6)
. Sertifikasi ISO 14001 yang diberlakukan organisasi, wewenang dan tanggung jawab,
pada perdagangan global sejak 1996 mekanisme dan prosedur/proses, praktek
mengisyaratkan perlunya industri memiliki operasional, dan sumberdaya untuk
sistem manajemen lingkungan yang implementasi pengelolaan lingkungan.(7)
komprehensif.(6, 7, 8) Sistem Manajemen Lingkungan (SML/EMS)
Agar efisien dalam pengelolaan memberikan mekanisme untuk mencapai dan
lingkungan, kalangan industri tidak lagi dapat menunjukkan kinerja lingkungan yang baik,
bertumpu pada pendekatan pengolahan akhir melalui pengendalian dampak lingkungan dari
pipa (end of pipe) yang tidak ekonomis. kegiatan. Menurut standar ISO 14001, SML
Pendekatan Produksi Bersih dalam mengatasi mencakup lima unsur yang saling berkaitan
masalah pencemaran diyakini sebagai win- yaitu : (1) kebijakan lingkungan, (2)
win solution bagi kepentingan lingkungan dan perencanaan, (3) penerapan dan operasi, (4)
bisnis.(9, 10) Pendekatan yang menerapkan pemeriksaan dan tindakan koreksi, dan (5)
prinsip-prinsip efisiensi dan pencegahan pengkajian manajemen. Kelima unsur terkait
pencemaran tersebut di satu sisi akan mampu tersebut merupakan urutan proses yang
mengurangi biaya produksi, sementara pada merupakan suatu seri langkah penerapan
sisi lain kepentingan lingkungan juga yang saling berhubungan. Umpan balik
terpenuhi.(11, 12) Penerapan produksi bersih kelima unsur dalam SML tersebut akan
secara bertahap akan dapat membantu menjamin penyempurnaan kinerja lingkungan
meningkatkan efisiensi, keuntungan, serta suatu perusahaan dan dapat dilakukan secara
daya saing industri Indonesia di pasar global. berkelanjutan (continual improvement).
Sistem manajemen lingkungan Setiap organisasi tanpa batasan bidang
(Environmental Management System, EMS ) kegiatan, jenis kegiatan, dan status organisasi
ISO 14001 diyakini merupakan alat bantu dapat mengimplementasikan SML tersebut
manajemen yang paling umum dimanfaatkan untuk mencapai kinerja lingkungan yang lebih
untuk tujuan produksi bersih, walaupun baik dan sistematis. Pada dasarnya produksi
terdapat sistem manajemen lain seperti bersih menyangkut perlunya perubahan atau
Baldridge Quality Award dan Balance inovasi proses maupun produk, dan dapat
Scorecard.(13) diterapkan di unit kerja manapun. Karena
Walaupun strategi produksi bersih sifatnya yang proaktif, produksi bersih dapat
merupakan metoda kunci untuk dijadikan sebagai alat bantu yang baik untuk
mengharmonisasikan kepentingan ekonomi perbaikan berkelanjutan. Introduksinya ke
dan pemeliharaan lingkungan, namun realitas dalam EMS 14001 akan membawa pada
menunjukkan bahwa dukungan terhadap percepatan yang terarah dan terukur, baik
pelaksanaan produksi bersih dari dengan indikator fisik maupun ekonomi.
perusahaan-perusahaan Indonesia masih Keberadaan SML akan memberikan sarana
belum cukup kuat. yang lebih terstruktur bagi manajemen
Dengan demikian, identifikasi faktor-faktor organisasi untuk mencapai target pengelolaan
organisasi yang berperan dalam menentukan lingkungan.(14)
keberhasilan pengelolaan lingkungan, Penerapan produksi bersih memang
khususnya produksi bersih di Indonesia, perlu bersifat spesifik untuk berbagai jenis industri.
dieksplorasi sejauh mungkin untuk Namun begitu, dari hasil kajian terhadap
memberikan masukan bagi berbagai pihak keberhasilan penerapan produksi bersih di
dalam menentukan arah kebijakan strategi berbagai negara memperlihatkan bahwa
pengelolaan lingkungan yang lebih efektif. faktor-faktor yang menyangkut organisasi
Faktor-faktor organisasi tersebut perlu (dimensi sistem manajemen) kerap kali lebih
dikaitkan dengan dimensi Sistem Manajemen menentukan dibandingkan dengan faktor-
Lingkungan ISO 14001 yang merupakan faktor teknis di lapangan.
perangkat bagi kebutuhan sertifikasi Untuk menilai efektifitas suatu organisasi
lingkungan. dalam mengimplementasikan suatu strategi,
tidak terkecuali strategi produksi bersih, dapat
diadopsi model Seven-S McKinsey & Co.(15)

Hasibuan. S. 2005: Dimensi Sistem Manajemen….…..J. Tek.Ling. P3TL-BPPT. 6: (1): 254-261 255
McKinsey & Co. mengemukakan perlunya 2. METODE PENELITIAN
mengenali tujuh faktor kunci yang dapat
memberi pengaruh keberhasilan perubahan 2.1. Lokasi Penelitian
dalam sebuah organisasi, yakni Strategy Penelitian ini dilakukan di Sumatera
(Strategi), System (Sistem), Structure Selatan, Sumatera Utara, dan Jawa Barat
(Struktur), Skills (Ketrampilan), Staff (Staf), dengan mengambil sampel sebanyak delapan
Style (Gaya), dan Shared Value (Nilai-nilai perusahaan pengolahan karet alam,
bersama). Apabila salah satu dari ketujuh khususnya industri yang mengolah bahan
faktor tersebut diabaikan maka proses baku olah karet rakyat (Bokar) menjadi karet
perubahan akan berlangsung lambat, remah. Pemilihan perusahaan dilakukan
menyakitkan, bahkan gagal. Setiap faktor secara purposive sampling, mengacu pada
sama pentingnya dan saling berkaitan dengan keragamanan perusahaan terutama dikaitkan
faktor yang lain. Lingkungan dapat dengan kegiatan pengelolaan lingkungan.
menentukan faktor yang mana yang menjadi Sebagai unit sampel adalah karyawan
kekuatan penentu dalam pelaksanaan strategi perusahaan yang memenuhi kriteria tertentu.
tertentu.
Ketujuh komponen dalam kerangka Model 2.2. Analisa Data
7-S tersebut selanjutnya dapat diuraikan Data yang dikumpulkan berupa data
dalam bentuk pernyataan-pernyataan dalam umum perusahaan karet remah dan data hasil
format item kuesioner. Pada penelitian ini, penyebaran kuesioner. Kuesioner yang
model 7-S McKinsey & Co. tersebut akan disebarkan terdiri dari tiga bagian, yaitu: (1)
digunakan sebagai kerangka untuk bagian pertama berupa data-data umum
menganalisa dukungan dan hambatan dalam responden, (2) bagian kedua berisi pendapat
upaya penerapan produksi bersih dalam responden mengenai sistem manajemen
konteks sistem manajemen lingkungan lingkungan perusahaan dan karakteristik
berdasarkan persepsi karyawan perusahaan tuntutan lingkungan terhadap implementasi
karet remah (crumb rubber). produksi bersih yang dipersepsikan
responden, dan (3) bagian ketiga berupa
1.3. Tujuan Penelitian pendapat responden berkenaan dengan
Penelitian ini bersifat explanatory, yang upaya penerapan produksi bersih di
mempunyai tujuan untuk mengungkapkan perusahaan. Variabel-variabel yang diukur
dimensi dominan sistem manajemen dalam penelitian ini diturunkan dari kerangka
lingkungan yang berperan bagi pelaksanaan 7-S McKinsey, analisis sistem manajemen
strategi produksi bersih pada industri lingkungan, serta analisis konsep produksi
pengolahan karet alam. Berdasarkan hasil bersih yang dikemukakan berbagai pakar dan
evaluasi faktor-faktor dominan dan kondisi peneliti relevan.(8, 10, 15, 17, 18) Untuk
proses produksi pada industri tersebut, mengungkapkan data perseptif, digunakan
selanjutnya direkomendasikan tindakan yang skala Likert dengan skala 1 – 5.
diperlukan bagi pengembangan produksi Untuk mengungkapkan dimensi-dimensi
bersih pada industri pengolahan karet alam. (faktor-faktor) sistem manajemen lingkungan
pada industri pengolahan karet alam
1.4. Ruang Lingkup digunakan analisis faktor. Analisis faktor
Kondisi yang dianalisis adalah industri berkaitan dengan identifikasi struktur dalam
hulu pengolahan karet alam, khususnya sekumpulan variabel-variabel yang diteliti.(19)
produk crumb rubber. Sebagai dasar Tujuan utama analisis faktor adalah untuk
pertimbangannya adalah karena ekspor karet mengelompokkan variabel-variabel manifes
alam Indonesia didominasi (96,2 persen) oleh (item pernyataan) yang memiliki korelasi yang
karet remah (crumb rubber, Standard tinggi ke dalam satu kelompok dan meringkas
Indonesian Rubber/SIR), sisanya sebesar 3.1 informasi yang terkandung dalam sejumlah
persen diekspor dalam bentuk RSS (Ribbed variabel awal menjadi sebuah set faktor yang
Smoke Sheet) dan 0.7 persen dalam bentuk hanya terdiri dari beberapa faktor saja.
lateks pekat.(16) Penelitian dan pembahasan Selanjutnya dapat ditetapkan sebuah faktor
diarahkan pada penilaian karakteristik sistem loading (muatan) dari setiap variabel ke dalam
manajemen lingkungan perusahaan setiap faktornya. Input matriks data mentah
berdasarkan persepsi karyawan dan kondisi bagi analisis faktor diperoleh dari konversi
sistem produksi yang dikaitkan dengan upaya jawaban responden ke dalam skala Likert
produksi bersih perusahaan. dengan aturan : Sangat Sesuai=5, Sesuai=4,

256 Hasibuan. S. 2005: Dimensi Sistem Manajemen……..J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 6: (1): 254-261
Tidak Ada Pendapat=3, Tidak Sesuai=2, dan koefisien korelasi Spearman.(14) Model awal
Sangat Tidak Sesuai=1. yang digunakan untuk menjelaskan kinerja
Adapun penentuan dimensi sistem produksi bersih dengan sistem manajemen
manajemen yang dominan terhadap upaya lingkungan perusahaan diilustrasikan pada
penerapan produksi bersih pada industri Gambar 1.
pengolahan karet alam dianalisis dengan

STRATEGI STAFF & SKILL


Kebijakan strategis Penempatan staff
Kebijakan operasional Personal organisasi

Kinerja
STYLE Produksi STRUKTUR
Gaya kepemimpinan Bersih Struktur organisasi
Gaya komunikasi Hubungan antar unit
Industri Wewenang dan tanggung jawab
Karet
Remah
SISTEM SHARED VALUES
Sistem informasi dan pengendalian Nilai-nilai bersama
Sistem imbalan Persepsi terhadap tuntutan lingkungan

Gambar 1. Model Penelitian Dimensi Sistem Manajemen Lingkungan dan Produksi Bersih
Industri Pengolahan Karet Alam

3. HASIL DAN PEMBAHASAN berkisar 3 – 11 % dari bobot bahan baku olah


karet rakyat (Bokar).
3.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Untuk penanganan emisi bau umumnya
Dari delapan perusahaan yang disurvey, digunakan scrubber pada cerobong asap
tujuh diantaranya merupakan perusahaan setelah proses pengeringan akhir. Emisi bau
swasta dan satu perusahaan perkebunan yang berasal dari proses pre-drying masih
negara. Dari ketujuh perusahaan swasta dirasakan cukup mengganggu bagi
tersebut, satu perusahaan berstatus PMDN masyarakat sekitar. PT. Badja Baru dan PT.
(PT. Badja Baru); tiga perusahaan berstatus Hok Tong mencoba mensiasati dengan tidak
PMA berafiliasi ke perusahaan induk di melakukan pre-drying pada kamar gantung
Jepang (PT. Aneka Bumi Pratama, PT. Muara namun memanfaatkan sistem lipat. Sistem
Kelingi II, dan PT. Kirana Sapta); dan tiga lipat pada proses pre-dring sedikit banyak
perusahaan berstatus PMA yang berafiliasi ke cukup mengurangi emisi bau dari kegiatan
perusahaan di Singapura (PT. Remco, PT. pre-drying. Disamping itu PT. Hok Tong
Sunan Rubber, dan PT Hok Tong). melakukan penyemprotan minyak atsiri dan
Secara umum penanganan limbah padat PT. Badja Baru memanfaatkan asap cair dari
yang dilakukan hanya terbatas pada hasil pengolahan arang untuk absorban bau
penimbunan (landfill) lahan berawa bagi di lingkungan pabrik.
lingkungan pabrik maupun memenuhi Terdapat perbedaan karakteristik dalam
permintaan masyarakat sekitar pabrik. pengelolaan limbah cair. Perusahaan yang
Hingga saat ini penanganan limbah padat berafiliasi ke induk perusahaan di Jepang
masih belum memberikan nilai komersial, lebih pionir mengadopsi sistem biologis
kecuali pada PT. Aneka Bumi Pratama telah lumpur aktif dalam mengolah limbah cairnya,
melakukan transaksi komersil walaupun tidak sedangkan yang lainnya menggunakan
rutin dari limbah karet yang dihasilkan. sistem kimia kombinasi aerasi alami. PT.
Limbah padat yang dominan adalah pasir, Aneka Bumi Pratama yang memiliki kapasitas
tatal, dan limbah karet produksi. Proporsi produksi terbesar di Palembang dan PT.
limbah padat berupa pasir cukup tinggi Kirana Sapta telah menerapkan sistem
pengolahan biologis lumpur aktif secara utuh,

Hasibuan. S. 2005: Dimensi Sistem Manajemen….…..J. Tek.Ling. P3TL-BPPT. 6: (1): 254-261 257
sementara PT. Muara Kelingi II baru pada secara terpisah untuk variabel manifes
taraf pilot project. Perusahaan lainnya dependen dan variabel manifes independen.
umumnya hanya menggunakan sistem kimia. Matriks data mentah variabel manifes
Karakteristik air limbah yang dihasilkan dari dependen upaya produksi bersih yang diolah
sistem lumpur aktif relatif lebih baik dilihat dari berukuran 134 x 5. Dengan menggunakan
parameter COD dan BOD. Secara umum metoda ekstraksi Analisis Komponen Utama
parameter COD, BOD, dan TSS telah mampu (Principal Component Analysis) dan metoda
memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan rotasi varimax dihasilkan satu variabel laten
pada SK MenegLH No. 51/MKNLH/10/1991. yang diberi nama (label) sebagai Upaya
Namun jika dilihat dari parameter N-NH3 Produksi Bersih (Tabel 2).
masih cukup tinggi karena di atas ambang Sementara matriks data mentah yang
batas yang ditetapkan yakni sebesar 5 ppm. diolah untuk variabel manifes independen
sistem manajemen lingkungan berukuran 134
3.2. Pengolahan Data Perseptif x 45. Dengan metoda Principal Component
Analysis dan rotasi varimax dihasilkan 13
1). Analisis Reliabilitas variabel laten independen. Agregasi dan
Jumlah kuesioner yang disebarkan pelabelan terhadap 13 variabel laten
sebanyak 150 kuesioner, yang dikembalikan independen tersebut selengkapnya disajikan
dan dianggap valid sebanyak 134 kuesioner. pada Tabel 3.
Pada penelitian ini pengujian keandalan alat
ukur dilakukan dua tahap. Pada tahap awal, Tabel 2. Agregasi Variabel Manifes Upaya
dilakukan dengan memasukkan semua Produksi Bersih Hasil Matriks Faktor
variabel manifes (53 variabel manifes Terotasi
independen sistem manajemen lingkungan Dimensi Variabel Label
dan 5 variabel manifes dependen upaya dominan manifes variabel laten
produksi bersih). Analisis item dilakukan Penerapan X54, X55, Upaya
untuk mengeliminasi item-item pertanyaan Produksi X56, X57, Produksi
yang tidak valid, kemudian kembali dilakukan Bersih X58 Bersih (UPB)
pengujian keandalan alat ukur. Hasil
selengkapnya disajikan pada Tabel 1.
Item-item yang direduksi tersebut tersebar 3). Analisis Korelasi
di semua dimensi yakni : 1 item dari dimensi Sebagai variabel independen pada
Strategy yaitu X1; 2 item dari dimensi System analisis korelasi peringkat Spearman adalah
yaitu X9 dan X10; 1 item dari dimensi Upaya Produksi Bersih (UPB), sementara
Structure yaitu X18; 2 item dari dimensi Style variabel dependen adalah dimensi dari sistem
yaitu X37 dan X38; 2 item dari dimensi manajemen lingkungan yang telah diberi label
Shared value. Secara umum keandalan alat : 1) Komunikasi Internal (KI), 2) Mekanisma
ukur untuk semua dimensi penelitian sudah Evaluasi (ME), 3) Manfaat Lingkungan (ML),
memadai karena nilai Alpha-Cronbach-nya 4) Kemampuan Karyawan (KK), 5) Tim
melebihi batas tengah yaitu 0.5. Profesional (TF), 6) Sistem Insentif (SIn), 7)
Sistem Informasi Produksi Bersih (Iprosih), 8)
Komunikasi Masyarakat (KM), 9) Peraturan
Tabel 1. Reliabilitas Alat Ukur Penelitian Pemerintah (PP), 10) Kebijakan Operasional
Dimensi Alpha Cronbach (KO), 11) Investasi Lingkungan (IL), 12)
Penelitian Awal Akhir Konsumen Hijau (KH), dan 13) Persyaratan
Strategi (S1) 0.5896 0.6018 Lingkungan (PL). Masing-masing dimensi
Sistem (S2) 0.7572 0.7837 sistem manajemen lingkungan tersebut akan
Struktur (S3) 0.7838 0.8018 dievaluasi korelasinya dengan Upaya
Style (S4) 0.8344 0.8344 Produksi Bersih. Berdasarkan nilai koefisien
Staff & Skill (S5) 0.7257 0.7629 korelasi peringkat Spearman yang diperoleh
Shared values (S6) 0.5382 0.6379 akan dapat diinterpretasikan dimensi-dimensi
Upaya Produksi Bersih 0.6432 0.6432 dominan sistem manajemen lingkungan yang
berperan terhadap Kinerja Produksi Bersih
2). Analisis Faktor industri pengolahan karet alam. Hasil analisis
korelasi kedua kelompok variabel tersebut
Dengan demikian untuk keperluan analisis
dirangkum pada Tabel 4.
faktor dalam rangka mengungkap variabel
laten penelitian tersisa 45 variabel manifes
independen sistem manajemen lingkungan
dan 5 variabel manifes dependen upaya
produksi bersih. Analisis faktor dilakukan

258 Hasibuan. S. 2005: Dimensi Sistem Manajemen……..J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 6: (1): 254-261
Tabel 3. Agregasi Variabel Manifes Sistem Keberadaan divisi lingkungan yang
Manajemen Hasil Matriks Faktor didukung oleh tim professional dalam
Terotasi pengelolaan lingkungan merupakan faktor
penting bagi keberhasilan pelaksanaan
No Dimensi Variabel Label produksi bersih di perusahaan. Secara umum
Sistem Manifes Variabel keberadaan tim professional di bidang
Laten
1. Style X20, X21, X24, KI lingkungan pada industri pengolahan karet
X25, X26, X28, alam masih minim, inisitatif pengelolaan
X39 lingkungan saat ini masih lebih banyak
2. System X11, X12, X13, ME bertumpu dari tim inti Gabungan Asosiasi
X2, X3, X4
3. Shared values X42, X44, X45, ML
Perusahaan Karet Remah Indonesia
X46, X41 (GAPKINDO) baik dari tingkat pusat maupun
4. Staff & Skill X33, X34, X35, KK daerah. Realitas di lapangan menunjukkan
X36, X40 bahwa pada sebagian besar perusahaan, tim
5. Staff & Skill X19, X22, X23 TF lingkungan sekaligus dirangkap oleh tim
6. System X16, X17, X27 SIn
7. System X5, X14, X15 Iprosih
produksi. Peningkatan kemampuan karyawan
8. Style X32, X8 KM di bidang pengelolaan lingkungan umumnya
9. Shared values X51, X53 PP diupayakan perusahaan melalui peran serta di
10. Strategy X6, X7 KO dalam pelatihan-pelatihan yang
11. Shared values X43 IL diselenggarakan oleh instansi terkait.
12. Shared values X48, X50 KH
Keberhasilan penerapan produksi bersih
13. Shared values X47 PL
di perusahaan karet remah tersebut ternyata
berkorelasi dengan adanya komunikasi
Dengan demikian, dilihat dari perspektif internal yang intensif, mekanisma evaluasi,
sistem manajemen perusahaan ternyata dan sistem insentif. Komunikasi internal yang
masih cukup banyak hal-hal yang perlu terjadi pada perusahaan-perusahaan karet
dibenahi. Hal ini terlihat dari masih remah saat ini cukup kondusif bagi upaya
rendahnya korelasi dari dimensi sistem manajemen lingkungan. Sistem insentif yang
manajemen lingkungan dengan Upaya dimaksud berkenaan dengan pemberian
Produksi Bersih perusahaan. Secara umum imbalan (finansial dan non-finansial) yang
faktor-faktor yang dipersepsikan cukup disadari oleh karyawan bagi prestasi-prestasi
signifikan peranannya terhadap upaya di bidang lingkungan. Korelasi yang signifikan
implementasi produksi bersih pada industri dari variabel sistem insentif terhadap upaya
karet remah berturut-turut adalah keberadaan produksi bersih tampaknya disadari oleh
Tim Profesional, Persyaratan Lingkungan, perusahaan, kemungkinan persepsi cukup
Komunikasi Internal, Sistem Insentif, baiknya sistem insentif yang diberlakukan
Mekanisma Evaluasi, Peraturan Pemerintah, terhadap kinerja karyawan di bidang
dan Kemampuan Karyawan. Sementara lingkungan lebih ditunjang oleh kondusifnya
Komunikasi Masyarakat, Sistem Informasi komunikasi internal di industri karet remah,
Produksi Bersih, Manfaat Lingkungan, walaupun kondisi ini belum merata di semua
Kebijakan Operasional, Konsumen Hijau, dan perusahaan. Namun sayangnya mekanisma
Investasi Lingkungan tidak signifikan evaluasi kinerja lingkungan yang dimiliki
peranannya bagi Upaya Produksi Bersih perusahaan saat ini masih amat sederhana,
industri karet remah. karena baru pada taraf pencatatan konsumsi
total air, energi, dan bahan. Hingga kini
Tabel 4. Korelasi Dimensi SML dengan belum dikembangkan perangkat yang dapat
Upaya Produksi Bersih (UPB) menganalisis efisiensi lingkungan perusahaan
Dimensi SML Dimensi Korelasi (Rs) secara umum. Adanya kesadaran bahwa
Produksi Bersih konsumen telah mulai mengkaitkan
**
KI UPB 0.389
ME UPB 0.322
** persyaratan lingkungan terhadap penerimaan
ML UPB 0.157
ts produk karet remah pada hakekatnya
KK UPB 0.183
*
merupakan motivasi yang mampu
**
TF UPB 0.445 meningkatkan Upaya Produksi Bersih
**
Sin UPB 0.355 perusahaan, disamping perlunya memenuhi
ts
Iprosih UPB 0.113
ts peraturan pemerintah di bidang lingkungan
KM UPB 0.137
PP UPB 0.216
* hidup.
ts
KO UPB 0.103
ts
IL UPB - 0.008
KH UPB 0.076 ts
PL UPB 0.411 **
ts
** (P<0.01), * (P<0.05), tidak signifikan

Hasibuan. S. 2005: Dimensi Sistem Manajemen….…..J. Tek.Ling. P3TL-BPPT. 6: (1): 254-261 259
4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.2. Saran
Beberapa saran yang direkomendasikan
4.1. Kesimpulan untuk mendukung implementasi produksi
Umumnya penanganan limbah padat bersih di industri pengolahan karet alam
yang dilakukan perusahaan-perusahaan karet adalah : (1) perlu adanya pusat informasi
remah hanya untuk penimbunan lahan (land berkenaan dengan peluang-peluang produksi
fill) sehingga belum mampu memberikan bersih beserta manfaat lingkungan dari
manfaat finansial bagi perusahaan, salah satu masing-masing peluang tersebut, (2) perlu
perusahaan telah melakukan transaksi ada subsidi pemerintah untuk investasi yang
komersial dari limbah karet yang dihasilkan dapat berdampak positif bagi lingkungan, (3)
walau tidak rutin. Limbah padat yang perusahaan perlu mengupayakan komunikasi
dominan adalah pasir, tatal, dan limbah karet eksternal untuk merespon aspirasi lingkungan
produksi dengan proporsi bervariasi dengan dari masyarakat sekitar perusahaan.
kisaran 3 – 11 % dari bobot bahan baku olah Perusahaan juga perlu mengembangkan
karet rakyat (Bokar). perangkat evaluasi dengan kriteria yang
Penanganan emisi bau yang dilakukan relevan dengan proses produksi karet remah
umumnya dengan menggunakan scrubber agar mampu menilai perkembangan kinerja
pada cerobong asap setelah proses lingkungannya.
pengeringan akhir. Emisi bau yang berasal
dari proses pre-drying masih dirasakan cukup
mengganggu bagi masyarakat sekitar. Pada DAFTAR PUSTAKA
dua perusahaan permasalahan emisi tersebut
coba disiasati dengan tidak melakukan pre- 1. Drajat, B. 2001. Perkembangan dan
drying pada kamar gantung namun Prospek Komoditas Karet. Tinjauan
memanfaatkan sistem lipat. Sistem lipat pada Komoditas Perkebunan Vol. 2 (2),
proses pre-dring sedikit banyak cukup Desember 2001.
mengurangi emisi bau dari kegiatan pre- 2. (http://agroindonesia.com/agnews/ind/200
drying. Perusahaan lainnya ada yang 4/September).
melakukan penyemprotan minyak atsiri atau 3. Bisnis Indonesia, 14 April 2004
pemanfaatan asap cair dari hasil samping 4. Dhewanthi, L. 2000. Kebijakan Produksi
pengolahan arang untuk absorban bau di Bersih di Indonesia. Makalah.
lingkungan pabrik. Dipresentasikan pada Lokakarya Produksi
Terdapat perbedaan karakteristik dalam Bersih di Industri Karet. Palembang 11
pengelolaan limbah cair. Perusahaan yang Agustus 2000.
berafiliasi ke induk perusahaan di Jepang 5. Gapkindo. 1992. Rencana Pengendalian
lebih pionir menggunakan sistem biologis Pencemaran Limbah Crumb Ruber.
lumpur aktif dalam mengolah limbah cairnya, Gapkindo, Jakarta.
sedangkan yang lainnya menggunakan 6. Hasibuan, S., R. Suprihatini, dan Y.
sistem kimia atau kombinasi aerasi alami. Nurendah. 2002. Analisis Prospektif
Hasil penelitian pada industri karet Untuk Identifikasi Faktor-faktor Kritis
remah menunjukkan bahwa kondisi-kondisi Manajemen Lingkungan Pada Industri
yang mendorong tingkat inovasi produksi Pengolahan Karet Alam. Hasil Lokakarya
bersih secara signifikan adalah 1) Sistem Pengembangan Sistem Penunjang
Insentif, 2) Persyaratan Lingkungan 3) Manajemen Audit Produksi Bersih Industri
Komunikasi Internal, 4) Mekanisma Evaluasi, Pengolahan Karet Alam. Bogor, 29 – 30
5) Kemampuan Karyawan, 6) Tim Profesional, Agustus 2002.
dan 7) Peraturan Pemerintah. Namun 7. International Organization for
demikian kondisi riil menunjukkan bahwa Standardization (ISO) 14000. 1996.
korelasi dari semua dimensi sistem International Standard ISO 14001:
manajemen tersebut dengan upaya produksi Environmental Management System-
bersih industri karet remah masih lemah. Spesification with quidance for use. ISO,
Sementara Komunikasi Masyarakat, Sistem Geneva.
Informasi Produksi Bersih, Manfaat 8. James, P. and M. Bennet. 1995.
Lingkungan, Kebijakan Operasional, Environment Related Performance
Konsumen Hijau, dan Investasi Lingkungan Measurement in Business, UNEP Industry
belum signifikan peranannya bagi Upaya and Environment, Apr-Sept 1995.
Produksi Bersih industri karet remah. 9. Bapedal. 1994. Produksi Bersih di
Indonesia: Booklet Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan, Jakarta.

260 Hasibuan. S. 2005: Dimensi Sistem Manajemen……..J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 6: (1): 254-261
10. UNEP. 1994. What is Cleaner Kertas). Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol
Production and The Cleaner Production 1 (1), Januari 2000.
Programe?. United Nations Publication, 16. IRSG. 2003. Rubber Statistical Bulletin :
United Nations Environment Programe: 56 (5) February 2002. International
Industry and Environment Center, 75739 Rubber Study Group. Wembley, UK.
Paris Cedex 14, France. 17. Stoyell, J.P., P. Norman, C.R. Howarth, R.
11. Hirschorn, J. S. 1998. Manfaat Vaughan. `1999. Result of A
Pendekatan Penerapan Produksi Bersih Questionaire Investigation on The
oleh Industri. Program Produksi Bersih Management of Environmental Issues
Industri Indonesia, Jakarta. During Conceptua; design. A Case Study
12. Jackson, T. 1993. Clean Production of Two Large Made to Order Companies.
Strategies: Developing Preventive J. Cleaner Production. Vol. 7 : (457 -
Environmental Management in Industrial 764).
Economic, Lewis Publisher, Stockholm 18. Visvanathan, C. and S. Kumar. 1999.
Environment Institute. Issues for Better Implementation of
13. (http://www.cleanerproduction.com/tools/e Cleaner Production in Asian Small and
ms.htm). Medium Industries. J. Cleaner Prod.
14. Walpole, R.E. dan R.H. Myers. 1990. Vol.7:127 - 134.
Probability and Statistics for Engineers 19. Black, W.C., J.F. Hair, R.E. Anderson,
and Scientists. Macmillan, Inc., New dan R.L. Tatham. 1995. Multivariate
York. Data Analysys With Readings. Prentice-
15. Hasibuan, S. 2000. Karakteristik Hall International, Inc., New Jersey.
Dukungan Industri Terhadap Upaya 20. (http://www.gemi.org/docs/PubTools.htm).
Implementasi Produksi Bersih (Studi
Kasus: Perusahaan BUMN Pulp dan

Hasibuan. S. 2005: Dimensi Sistem Manajemen….…..J. Tek.Ling. P3TL-BPPT. 6: (1): 254-261 261

You might also like