Tinjauan Tentang Aspergillus SP.: Kingdom

You might also like

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 3

Tinjauan Tentang Aspergillus sp.

Kingdom: Fungi

Division: Ascomycota

Class: Eurotiomycetes

Order: Eurotiales

Family: Trichocomaceae

Aspergillus nidulans (Emericella nidulans) has been used as a research organism for many years

and was used by Guido Pontecorvo to demonstrate parasexuality in fungi. Recently, A.

nidulans was one of the pioneering organisms to have its genome sequenced by researchers at

the Broad Institute. As of 2008, a further seven Aspergillus species have had their genomes

sequenced: the industrially useful A. niger (two strains), A. oryzae, and A. terreus, and the

pathogens A. clavatus, A. fischerianus (Neosartorya fischeri), A. flavus, and A. fumigatus (two

strains).[10] A. fischerianus is hardly ever pathogenic, but is very closely related to the common

pathogen A. fumigatus; it was sequenced in part to better understand A.

fumigatus pathogenicity.[11]
A. terreus is commonly used in industry to produce important organic acids and enzymes, and
was the initial source for the cholesterol-lowering drug lovastatin. In 2013, A. terreus was found
to be capable of sexual reproduction when strains of opposite mating types were crossed under
appropriate culture conditions.[16]
These findings with Aspergillus species are consistent with accumulating evidence, from studies
of other eukaryotic species, that sex was likely present in the common ancestor of
all eukaryotes.[17][18][19]
A. nidulans, a homothallic fungus, is capable of self-fertilization. Selfing involves activation of the
same mating pathways characteristic of sex in outcrossing species, i.e. self-fertilization does not
bypass required pathways for outcrossing sex, but instead requires activation of these pathways
within a single individual.[20]
Among those Aspergillus species that exhibit a sexual cycle, the overwhelming majority in nature
are homothallic (self-fertilizing).[21] This observation suggests Aspergillus species can generally
maintain sex though little genetic variability is produced by homothallic self-fertilization. A.
fumigatus, a heterothallic (outcrossing) fungus that occurs in areas with widely different climates
and environments, also displays little genetic variability either within geographic regions or on a
global scale,[22] again suggesting sex, in this case outcrossing sex, can be maintained even when
little genetic variability is produced.
Aspergillus adalah suatu jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycetes yang dapat

ditemukan dimana–mana khususnya di alam. Aspergillus tumbuh sebagai saprofit pada tumbuh-
tumbuhan yang membusuk dan terdapat pula pada tanah, debu organik, makanan dan merupakan
kontaminan yang lazim ditemukan di rumah sakit dan laboratorium.
Aspergillus adalah jamur yang membentuk filamen-filamen panjang bercabang, dan
dalam media biakan membentuk miselia dan konidiospora. Aspergillus berkembang biak
dengan pembentukan hifa atau tunas dan menghasilkan konidiofora pembentuk spora.
Sporanya tersebar bebas di udara terbuka sehingga inhalasinya tidak dapat dihindarkan dan
masuk melalui saluran pernapasan ke dalam paru.
Aspergillus sp. dapat tumbuh dengan cepat, memproduksi hifa aerial yang membawa
struktur konidia yang khas yaitu konidiofora yang panjang dengan vesikel-vesikel terminal
dimana phialid menghasilkan rantai konidia basipetal. Spesies ini diidentifikasi menurut
perbedaan morfologis dalam struktur ini, yang meliputi ukuran, bentuk, tekstur dan warna
konidia (Jawetz, 2012).
1. Morfologi
a) Makroskopis Aspergillus sp.
Pada media SDA, Aspergillus sp. dapat tumbuh cepat pada suhu ruang membentuk
koloni yang granular, berserabut dengan beberapa warna sebagai salah satu ciri
identifikasi. Aspergillus fumigatus koloni berwarna hijau, Aspergillus niger berwarna hitam
dan Aspergillus flavus koloni berwarna putih atau kuning (Jawetz, 2005)
b) Mikroskopis Aspergillus sp.
Aspergillus sp. mempunyai hifa bersekat dan bercabang, pada bagian ujung hifa terutama
pada bagian yang tegak membesar merupakan konidiofornya. Konidiofora pada bagian
ujungnya membulat menjadi fesikel. Pada fesikel terdapat batang pendek yang disebut
sterigmata Sterigmata atau filadia biasanya sederhana berwarna atau tidak berwarna. Pada
sterigmata tumbuh konidia yang membentuk rantai yang berwarna hijau, cokelat atau hitam
(Fardiaz,1992).
2. Patogenitas Aspergillus sp.
Spesies dari Aspergillus sp. diketahui terdapat di mana-mana dan hampir tumbuh pada
semua substrat. Beberapa jenis spesies ini termasuk jamur patogen, misalnya yang
disebabkan Aspergillus sp. disebut Aspergillosis, beberapa diantaranya bersifat saprofit
sebagaimana banyak ditemukan pada bahan pangan (Fardiaz,1992).
Toksin yang dihasilkan oleh Aspergillus sp. berupa mikotoksin. Mikotoksin adalah
senyawa hasil sekunder metabolisme jamur. Mikotoksin yang dihasilkan oleh Aspergillus
sp. lebih dikenal dengan aflatoxin, dapat menyerang sistem saraf pusat, beberapa diantaranya
bersifat karsinogenik menyebabkan kanker pada hati, ginjal, dan perut (Buckle, K.A,2007).

BACA JUGA : TINJAUAN UMUM ASPERGILLUS NIGER

3. Epidemiologi Aspergillus sp.


Aspergillus sp. terdapat di alam sebagai saprofit, hampir semua bahan dapat ditumbuhi
jamur tersebut , terutama daerah tropik dengan kelembaban yang tinggi dan dengan adanya
faktor predisposisi memudahkan jamur tersebut menimbulkan penyakit (Ramona, 2008).

Masuknya spora jamur Aspergillus sp. pada manusia umumnya melalui inhalasi dan
masa inkubasinya tidak diketahui, Aspergillosis dapat mengenai semua ras dan semua
usia. Dari laporan diketaui bahwa lingkungan rumah sakit sering terkontaminsi dengan
spora Aspergillus sp, kontaminasi ini dapat dijumpai pada konstruksi rumah sakit dimana
dijumpai peningkatan jumlah spora Aspergillus sp, pada sistem ventilasi, daerah sekitar kateter
intravena juga merupakan jalan masuknya Aspergillus sp, penggunaan plester serta penutupan
luka yang terlalu lama (Ramona, 2008).

You might also like