JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1 Februari 2016

You might also like

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

PELAKSANAAN TUGAS BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

(BPOM) DALAM PENGAWASAN PANGAN YANG MENGANDUNG


BAHAN BERBAHAYA DI KOTA PEKANBARU

Oleh : Jumpa Malum Simarmata


Pembimbing 1 : Dr. Maryati Bachtiar, SH., M.Kn
Pembimbing 2 : Ulfia Hasanah, S.H., M.Kn
Alamat : Jalan Sentosa Ujung Nomor 38 A Pekanbaru
Email : Simarmata.jumpa@yahoo.com Telepon : 085240415376

ABSTRACT
Government regulates consumer protection explicitly in Act Number 8
of 1999 on Consumer Protection. The problem formulation of this thesis:
First, the implementation of the tasks of Food and Drug Supervisory Agency
in monitoring food containing harmful ingredients in Pekanbaru, Second,
barriers to the implementation of the tasks of Food and Drug Supervisory
Agency in monitoring food containing harmful ingredients in Pekanbaru.
In this study, the authors use a kind of sociological research the nature
of descriptive research that accurately describe the nature of an individual,
phenomenon, studied. This research was conducted in BPOM Pekanbaru,
while population and sample an entire party related to the problem under
study, data collection techniques interview with the head section of the
examination, questionnaire data collection methods make a list of questions
that have a correlation with the problems studied by the author to consumers
and businesses, namely data collection study literature library reading
literature, qualitative data analysis is based on the description of sentences
and draw conclusions deductively that from the general to the particular, the
date source used, primary date, secondary and tertiary.
The results obtained from this study, first, the implementation of the
tasks BPOM Pekanbaru refers to the Minister of Trade Regulation Number
44 Year 2009 concerning Procurement, Distribution and Monitoring of
Hazardous Materials. Second, barriers, industries that use harmful
ingredients not listed on Industry and Trade and the Department of Health,
the people's habits, lack of human resources BPOM Pekanbaru.
Based on the research results, there are two basic problems that can be
inferred. First, the implementation of the tasks BPOM Pekanbaru refers to
the Minister of Trade Regulation Number 44 Year 2009 concerning
Procurement, Distribution and Monitoring of Hazardous Materials. Second,
barriers, lack of implementation of duties and functions, because the vast
working area, the lack of human resources. Suggestions author, first, to
optimize the duties and functions of BPOM Pekanbaru by increasing human
resources. Second, the industry must have a permit, people's habits have to
be changed.

Keywords: Implementation - Consumer Protection - Food - Hazardous


Material

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1 Februari 2016 Page 1


I. PENDAHULUAN selanjutnya disebut sebagai Undang-
Undang Perlindungan Konsumen,
A. Latar Belakang Masalah
yaitu:3
Akses terhadap bahan pangan
1. Hak atas kenyamanan,
mengacu kepada kemampuan
keamanan, dan keselamatan
membeli dan besarnya alokasi bahan
dalam mengonsumsi barang
pangan juga faktor selera pada suatu
barang dan/atau jasa;
individu dan rumah tangga individu.
2. Hak untuk memilih barang
Sejarah teknologi pangan di Indonesia
dan/atau jasa serta mendapatkan
menyangkut beberapa aspek,
barang dan/atau jasa tersebut
disamping aspek program pendidikan
sesuai dengan nilai tukar dan
juga berhubungan erat dengan sejarah
kondisi serta jaminan yang
perkembangan institusi, bidang
dijanjikan;
IPTEK, SDM, (Staff, lulusan)
3. Hak atas informasi yang benar,
prasarana dan fasilitas, juga
jelas dan jujur mengenai kondisi
menyangkut perkembangan lapangan
dan jaminan barang dan/atau
kerja, industri dan perdagangan
jasa;
produk pangan serta dinamika
4. Hak untuk didengar pendapat dan
masyarakat dan trend konsumsi
keluhannya atas barang dan/atau
pangan.1
jasa yang digunakan.
Untuk mewujudkan
kesejahteraan umum, maka dalam
Berdasarkan Peraturan Kepala
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 36
BPOM Nomor 14 Tahun 2014
Tahun 2009 tentang Kesehatan,
tentang organisasi dan tata kerja unit
pembangunan kesehatan bertujuan
pelaksana teknis di lingkungan Badan
untuk meningkatkan kesadaran,
Pengawas Obat dan Makanan
kemauan, dan kemampuan hidup
kedudukan, tugas dan fungsi BPOM
sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang di dalam Pasal 1 mengatakan:4
1) Unit pelaksana teknis di
setinggi-tingginya, sebagai investasi
lingkungan Badan Pengawas
bagi pembangunan sumber daya
Obat dan Makanan berkedudukan
manusia yang produktif secara sosial
di bawah dan bertanggung jawab
dan ekonomi.2
kepada kepala Badan Pengawas
Pemerintah mengatur tentang
Obat dan Makanan, yang secara
perlindungan konsumen ini secara
teknis dibina oleh Deputi dan
tegas dengan menyebutkan hak-hak
secara administratif dibina oleh
konsumen yang harus dipenuhi oleh
sekretaris utama.
pelaku usaha dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen yang 3
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan
Konsumen di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,
1
https://www.wikipedia.org/wiki/teknologi Bandung: 2006, hlm. 1
4
pangan, diakses pada tanggal 3 September 2015, Peraturan kepala Badan Pengawas Obat
Pukul : 14.30 Wib. dan Makanan Republik Indonesia nomor 14 Tahun
2
Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Dirugikan, Transmedia Pustaka, Jakarta: 2008, Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas
hlm. 2. Obat dan Makanan.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1 Februari 2016 Page 2


2) Unit pelaksana teknis di f. Pelaksanaan sertifikasi
lingkungan Badan Pengawas produk, sarana produksidan
Obat dan Makanan dipimpin oleh distribusi tertentu yang
seorang kepala. Di dalam pasal 2 ditetapkan oleh Kepala
mengatakan unit pelaksana teknis Badan pengawas Obat dan
di lingkungan Badan Pengawas Makanan;
Obat dan Makanan mempunyai g. Pelaksanaan kegiatan
tugas melaksanakan kebijakan di layanan informasi
bidang pengawasan obat dan konsumen;
makanan, yang meliputi h. Evaluasi dan penyusunan
pengawasan atas produk laporan pengujian obat dan
terapetik, narkotika, psikotropika, makanan;
zat adiktif, obat tradisional, i. Pelaksanaan urusan tata
kosmetik, produk komplemen usaha dan kerumah
serta pengawasan atas keamanan tanggaan; dan
pangan dan bahan berbahaya. j. Pelaksanaan tugas lain yang
Sedangkan dalam Pasal 3 ditetapkan oleh Kepala
mengatakan, dalam Badan Pengawas Obat dan
melaksanakan tugas sebagaimana Makanan, sesuai dengan
dimaksud dalam Pasal 2, Unit bidang tugasnya.
Pelaksana Teknis di Lingkungan Tugas Badan Pengawas Obat
Badan pengawas obat dan dan Makanan hingga sampai saat ini
Makanan menyelenggarakan yang belum terlaksana dengan baik
fungsi: yaitu dalam hal pengawasan
a. Penyusunan rencana dan walaupun sidak kelapangan sudah
program pengawasan obat sering dilaksanakan tetapi tetap saja
dan makanan; bahan berbahaya ditemukan, dan
b. Pelaksanaan pemeriksaan sampai saat ini Badan POM terus
secara laboratorium, melaksanakan tugasnya sesuai dengan
pengujian dan penilaian peraturan yang berlaku dengan tujuan
mutu produk terapetik, untuk melindungi masyarakat dari
narkotika, psikotropika zat makanan yang mengandung bahan
adiktif, obat tradisional, berbahaya. 5
kosmetik, produk Menurut Peraturan Menteri
komplemen, pangan dan Kesehatan Republik Indonesia Nomor
bahan berbahaya; 453/MEN.KES/IX/1983 tentang
c. Pelaksanaan pemeriksaan Bahan Berbahaya menyebutkan
laboratorium, pengujian dan bahwa formalin termasuk bahan
penilaian mutu produk berbahaya golongan iritan, cairan
secara mikrobiologi; yang mudah menyala jenis
d. Pelaksanaan pemeriksaan karsinogenik, mutagenik dan
setempat, pengambilan teratogenik yang apabila dikonsumsi
contoh dan pemeriksaan secara berlebihan dapat menyebabkan
sarana produksi dan rasa mual, pusing dan dalam jangka
disribusi;
e. Investigasi dan penyidikan 5
pada kasus pelanggaran Wawancara dengan Ibu Lindayeni, Apt
selaku kepala seksi pengujian pangan dan
hukum; berbahaya, Hari Selasa, Pada 2 September 2015,
bertempat di Kantor Balai Besar Pengawas Obat
dan makanan (BBPOM) di Pekanbaru.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1 Februari 2016 Page 3
panjang dapat mengakibatkan kanker sehingga peran pemerintah melalui
dan tumor. BPOM harus dilaksanakan secara
Hal ini jelas bertentangan intensif.
dengan Undang-Undang Berdasarkan uraian di atas,
Perlindungan Konsumen Pasal 8 maka penulis tertarik untuk
Huruf e yaitu: melakukan penelitian lebih lanjut
“Pelaku usaha dilarang dengan judul “Pelaksanaan Tugas
memproduksi dan/atau Badan Pengawas Obat dan
memperdagangkan barang Makanan (BPOM) dalam
dan/atau jasa yang tidak sesuai Pengawasan Pangan Yang
dengan mutu, tingkatan, Mengandung Bahan Berbahaya Di
komposisi, proses pengolahan, Kota Pekanbaru”.
gaya, mode atau penggunaan
tertentu sebagaimana yang B. Rumusan Masalah
dinyatakan dalam label atau 1. Bagaimana pelaksanaan tugas
keterangan barang dan/atau jasa Badan Pengawas Obat dan
tersebut.6 Makanan (BPOM) dalam
Peraturan menteri kesehatan pengawasan pangan yang
Republik Indonesia Nomor 033 tahun mengandung bahan berbahaya di
2012 mengenai bahan tambahan Kota Pekanbaru ?
pangan, PERMENKES menyebutkan 2. Apa saja hambatan Badan
bahan tambahan pangan yang Pengawas Obat dan Makanan
dilarang digunakan pada pangan, (BPOM) dalam melakukan
diantaranya pewarna sintetis pengawasan pangan yang
Rhodamin B yang berbentuk kristal mengandung bahan berbahaya di
berwarna hijau atau ungu kemerahan Kota Pekanbaru ?
yang biasanya digunakan pada
industri tekstil dan kertas, sebagai C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
pewarna kain. Sedangkan di dalam 1.Tujuan penelitian ini adalah
peraturan menteri kesehatan sebagai berikut:
(permenkes) Nomor a. Untuk mengetahui
239/Menkes/Per/V/85 menyebutkan pelaksanaan tugas Badan
larangan penggunaan bahan Pengawas Obat dan
berbahaya Metanil Yellow yang Makanan (BPOM) dalam
merupakan bahan sintetik yang bukan pengawasan pangan yang
digunakan untuk makanan karena mengandung bahan
dapat membahayakan sistem tubuh berbahaya di Kota
manusia, tidak hanya ginjal dan gagal Pekanbaru.
hati tapi kadang-kadang dapat b. Untuk mengetahui
menghasilkan karsinoma. hambatan pelaksanaan
Peredaran bahan pangan yang tugas Badan Pengawas
mengandung zat berbahaya dapat Obat dan Makanan
berdampak luas bagi masyarakat, (BPOM) dalam
pengawasan pangan yang
mengandung bahan
6
Yulia Fitriani, “Perlindungan Hukum berbahaya di Kota
Yang Dilakukan Oleh Pemerintah Terhadap Pekanbaru.
Konsumen Atas Penggunaan Zat Formalin Pada
Bahan Makanan Di Kota Pekanbaru”skripsi,
Program Kekhususan Hukum Ekonomi, Fakultas
Hukum Universitas Riau, Pekanbaru,2007, hlm. 5.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1 Februari 2016 Page 4
2. Kegunaan Penelitian a. Perlindungan Hukum
a) Kegunaan Teoritis Preventif
1. Untuk mengembangkan ilmu Perlindungan hukum
hukum secara umum dan kepada rakyat yang diberikan
ilmu perdata secara khusus kesempatan untuk mengajukan
dalam hal penelitian pangan keberatan (inspraak) atau
yang mengandung bahan pendapatnya sebelum suatu
berbahaya di Kota keputusan pemerintah menjadi
Pekanbaru. bentuk yang bisa dijelaskan
2. Sebagai salah satu syarat atau dipastikan (definitife).
yang harus dipenuhi untuk b. Perlindungan Hukum Represif
memperoleh gelar Sarjana Perlindungan hukum
Srata Satu (S1) Ilmu hukum yang represif bertujuan untuk
di Fakultas Hukum menyelesaikan sengketa.7
Universitas Riau. Menurut Pasal 1 ayat (2)
b) Kegunaan Praktis Undang-Undang Perlindungan
1) Sebagai referensi bagi Badan Konsumen. pengertian
Pengawas Obat dan Konsumen adalah setiap orang
Makanan (BPOM) Kota pemakai barang atau jasa yang
Pekanbaru dalam mengawasi tersedia dalam masyarakat,
pangan yang mengandung baik bagi kepentingan diri
bahan berbahaya yang sendiri, keluarga, orang lain
ditemukan yang dapat maupun makhluk hidup lain
membahayakan dan dan tidak untuk
merugikan konsumen. diperdagangkan.8
2) Sebagai referensi dan Philipus M. Hadjon
sumber ilmu bagi konsumen mengemukakan, perlindungan
dalam memperjuangkan hak- hukum dalam kepustakaan hukum
haknya dan memperoleh berbahasa Belanda dikenal dengan
pengetahuan terkait dengan sebutan “rechbescherming van de
sumber pangan yang burgers”. Dari pendapat tersebut
mengandung bahan dapat disimpulkan bahwa
berbahaya. perlindungan hukum berasal dari
3) Sebagai referensi bagi Badan bahasa Belanda yakni
Pengawas Obat dan “rechbescherming” dengan
Makanan (BPOM) dalam mengandung pengertian bahwa
memeriksa pangan yang dalam kata perlindungan terdapat
mengandung bahan suatu usaha untuk memberikan
berbahaya. hak-hak yang dilindungi sesuai

D. Kerangka Teori
1. Teori Perlindungan Hukum
Konsumen 7
Zahirin Harahap, Hukum Acara
Negara hukum pada dasarnya Peradilan Tata Usaha Negara, jakarta, PT Raja
bertujuan untuk memberikan Grafindo Perkasa: 2001, hlm. 2.
8
perlindungan hukum bagi rakyat Kelik Wardiono, Hukum Perlindungan
terhadap tindakan pemerintah Konsumen Aspek Substansi Hukum, Struktur
Hukum dan Kultur Hukum Dalam Undang-
dilandasi dua prinsip negara hukum, Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
yaitu: Perlindungan Konsumen, Ombak, Yogyakarta:
2014, hlm. 1.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1 Februari 2016 Page 5
dengan kewajiban yang asas yang relevan dalam
9 11
dilakukan. pembagunan nasional yaitu:
Berdasarkan Pasal 1 angka a. Asas manfaat dimaksud untuk
1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun mengamanatkan bahwa segala
1999 tentang Perlindungan upaya dalam
Konsumen disebutkan bahwa: menyelenggarakan
“Perlindungan Konsumen adalah perlindungan konsumen harus
segala upaya yang menjamin memberikan manfaat sebesar-
adanya kepastian hukum untuk besarnya bagi kepentingan
memberikan perlindungan kepada konsumen dan pelaku usaha
konsumen”. secara keseluruhan;
Pengaturan perlindungan b. Asas keadilan dimaksud agar
konsumen dilakukan dengan: 10 partisipasi seluruh rakyat
a. Menciptakan sistem dapat diwujudkan secara
perlindungan konsumen yang maksimal dan memberi
mengandung akses informasi, kesempatan kepada
serta menjamin kepastian konsumen dan pelaku usaha
hukum; untuk memperoleh haknya dan
b. Melindungi kepentingan melaksanakan kewajibannya
konsumen pada khususnya secara adil;
dan kepentingan seluruh c. Asas keseimbangan
pelaku usaha; dimaksudkan untuk
c. Meningkatkan kualitas dan memberikan kesempatan
pelayanan jasa; kepada konsumen dan pelaku
d. Memberikan perlindungan usaha untuk memperoleh
kepada konsumen dari praktek haknya dan melaksanakan
usaha yang menipu dan kewajibannya secara adil serta
menyesatkan; memberikan keseimbangan
e. Memadukan penyelenggaraan, antara kepentingan konsumen,
pengembangan dan pelaku usaha, dan pemerintah
pengaturan perlindugan dalam arti materi dan spiritual;
konsumen dengan bidang- d. Asas keamanan dan
bidang perlindungan pada keselamatan konsumen
bidang-bidang lainnya. dimaksudkan untuk
Menurut Pasal 2 Undang-Undang memberikan jaminan atas
Perlindungan Konsumen, keamanan dan keselamatan
perlindungan konsumen kepada konsumen dalam
diselenggarakan berdasarkan lima penggunaan pemakaian, dan
pemanfaatan barang dan/atau
jasa yang dikonsumsi atau
digunakan;
e. Asas kepastian hukum
dimaksud agar pelaku usaha
9
Philipus M. Hadjon, Perlindungan maupun konsumen menaati
Hukum bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu, hukum dan memperoleh
Surabaya: 1987, hlm. 1. keadilan dalam
10
Sigit Wibowo, Perlindungan Hukum
Terhadap Konsumen dengan Penerapan Product
11
liability, Jurnal Media Hukum, Fakultas Hukum Ahmadi, Miru dan Sutarman Yodo,
Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta, volume 15, Hukum Perlindungan Konsumen, PT Raja
No.1 juni 2008, hlm. 132. Grafindo Persada, Jakarta: 2010, hlm. 17.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1 Februari 2016 Page 6
menyelenggarakan dan berbasis potensi sumber daya
perlindungan konsumen serta lokal untuk:14
negara menjamin kepastian a. Memenuhi pola konsumsi
hukum. pangan yang beragam, bergizi
Berdasarkan Pasal 19 angka seimbang, dan aman;
(1) Undang-Undang Perlindungan b. Mengembangkan usaha pangan;
Konsumen menyebutkan, “bahwa c. Meningkatkan kesejahteraan
pelaku usaha bertanggung jawab masyarakat.
memberikan ganti rugi atas Sedangkan di dalam Pasal 67
kerusakan, pencemaran, kerusakan Undang-Undang Republik Indonesia
dan kerugian konsumen, Nomor 18 Tahun 2012 tentang
pencemaran dan kerugian Pangan menyatakan;
konsumen’’. Pasal 41 angka (1) a. Keaman pangan diselenggarakan
Undang-Undang Nomor 7 tahun untuk menjaga pangan tetap
1996 tentang Pangan dikatakan aman, hiegienis, bermutu,
“badan usaha yang memproduksi bergizi, dan tidak bertentangan
pangan olahan untuk diedarkan dan dengan agama, keyakinan, dan
atau orang perorangan dalam badan budaya masyarakat;
usaha diberi tanggung jawab b.Keamanan pangan dimaksudkan
terhadap jalanya usaha tersebut untuk mencegah kemungkinan
bertanggung jawab atas keamanan cemaran biologis, kimia, dan
pangan yang diproduksinya terhadap benda lain yang dapat
kesehatan orang lain.12 mengganggu, merugikan, dan
Perlindungan hukum harus membahayakan kesehatan
melihat tahapan yakni, perlindungan manusia.
hukum lahir dari suatu ketentuan Pembangunan pangan dan gizi
hukum dan segala peraturan hukum perlu diposisikan sebagai central of
yang diberikan oleh masyarakat development. Permasalahan pangan
yang pada dasarnya merupakan dan gizi mengalami perkembangan
kesepakatan masyarakat tersebut yang sangat cepat dan kompleks.
untuk mengatur hubungan prilaku Perkembangan lingkungan global
antara anggota-anggota masyarakat seperti adanya global climate
dan antara perseorangan dengan change dan meningkatnya harga
pemerintah yang dianggap mewakili minyak dunia telah mendorong
rakyat.13 kompetisi penggunaan hasil
Penganekaragaman pangan pertanian untuk pangan (food),
dalam Pasal 41 Undang-Undang bahan energy (fuel) dan pakan
Republik Indonesia Nomor 18 ternak (feed) yang makin tajam.15
Tahun 2012 tentang Pangan
merupakan upaya meningkatkan
ketersediaan pangan yang beragam

12
Kelik Wardiono, Hukum Perlindungan
Konsumen Aspek Substansi Hukum, Struktur
14
Hukum dan Kultur Hukum Dalam UU Nomor 8 Udang-Undang Republik Indonesia
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Nomor. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan
15
Penerbit Ombak, Yogyakarta: 2014, hlm. 1. Omas B. Rajagukguk, warta demografi
13
Sri Soemantri, Asas Negara Hukum Dan wahana memasyaratkan pemikiran demografi
Perwujudannya Dalam Sistem Hukum Nasional, ,dampak pertumbuhan penduduk terhadap
Dalam Politik Pembagunan Hukum Nasional, UII kebutuhan pangan, penerbit ui Depok 16424, edisi
Press, Yogyakarta, hlm. 25. tahun 38, Nomor .3, 2008, hlm. 9&11.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1 Februari 2016 Page 7
E. Kerangka Konseptual gambaran mengenai hal-hal yang
1. Pelaksanaan adalah proses, cara, dapat diterima, dipercaya atau
perbuatan melaksanakan mungkin dipaksakan, dan batas
keputusan, rancangan dan pengawasan (control Limit)
sebagainya.16 merupakan tingkat nilai atas suatu
2. Tugas adalah pekerjaan yang sistem dapat menerima sebagai
menjadi tanggung jawab batas toleransi dan tetap
seseorang, pekerjaan yang memberikan hasil yang cukup
dibebankan.17 memuaskan.20
3. Badan pengawas Obat dan 6. Pangan adalah segala sesuatu yang
Makanan adalah adalah Lembaga berasal dari sumber hayati dan air,
Pemerintah Non Departemen yang baik yang diolah maupun tidak
dibentuk untuk melaksanakan diolah yang diperuntukkan sebagai
tugas pemerintah tertentu dari makanan dan minuman bagi
presiden. BPOM mempunyai tugas konsumsi manusia, termasuk
melaksanakan tugas pemerintah di bahan tambahan pangan, bahan
bidang pengawasan obat dan baku pangan, dan bahan lain yang
makanan sesuai dengan ketentuan digunakan dalam proses
peraturan perundang-undangan penyiapan, pengolahan, dan atau
yang berlaku.18 pembuatan makanan atau
4. Makanan adalah kebutuhan pokok minuman.21
manusia karena di dalamnya 7. Bahan berbahaya adalah bahan
mengandung nutrisi yang yang karena sifat dan atau karena
diperlukan untuk pertumbuhan konsentrasinya dan atau
badan, memelihara dan jumlahnya, baik secara langsung
memperbaiki jaringan tubuh yang maupun secara tidak langsung, dan
telah tua atau rusak, yang mencemarkan dan atau merusak
diperlukan untuk proses yang lingkungan hidup, dan atau dapat
terjadi dalam tubuh untuk membahayakan lingkungan hidup,
berkembang biak serta kesehatan, kelangsungan hidup
menghasilkan energi untuk dapat manusia serta makhlup hidup
melakukan aktivitas.19 lainnya.22
5. Pengawasan adalah kegiatan 8. Perlindungan konsumen adalah
dimana suatu sistem segala upaya yang menjamin
terselenggarakan dalam kerangka adanya kepastian hukum untuk
norma-norma ditetapkan atau memberi perlindungan kepada
dalam keadaan keseimbagan konsumen.23
bahwa pengawasan memberikan 9. Konsumen adalah setiap orang
pemakai barang dan/atau jasa yang
16
Departemen Pendidikan dan tersedia dalam masyarakat, baik
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, bagi kepentingan diri sendiri,
Edisis Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta: 2001, hlm.
271.
17 20
Hoetomo M.A, Kamus Lengkap Bahasa basu Swastha, Loc.cit
21
Indonesia, Mitra Pelajar, Surabaya: 2005, hlm. Peraturan pemerintah Republik
375. Indonesia, Nomor 28 Tahun 2004 tentang
18
Keputusan Kepala Badan Pengawas Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.
22
Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM Peraturan pemerintah Republik
tentang Organisasi dan tata kerja Badan Pengawas Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang
Obat dan Makanan. pengolahan bahan berbahaya dan beracun.
19 23
Sartono, Racun dan Keracunan, Widya Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Op.cit,
Medika, Jakarta: 1999, hlm. 70. hlm.1.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1 Februari 2016 Page 8
keluarga, orang lain, maupun tempat, dengan sifat atau ciri
makhluk hidup lain dan tidak yang sama.27
untuk diperdagangkan.24 b. Sampel adalah himpunan
bagian atau sebagian dari
F. Metode Penelitian populasi. Dalam suatu
1. Jenis Penelitian penelitian, pada umumnya
Dalam penelitian ini penulis observasi dilakukan tidak
menggunakan jenis penelitian terhadap populasi, akan tetapi
sosiologis yaitu penelitian terhadap dilaksanakan pada sampel.28
efektifitas hukum yang sedang Adapun yang menjadi sampel
berlaku dalam masyarakat dan dalam penelitian:
mengidentifikasi hukum yang 1. Kepala Seksi Pemeriksaan
tidak tertulis yang berlaku dalam BPOM
masyarakat.25 2. Konsumen
2. Sifat Penelitian 3. Pelaku Usaha
Penelitian bersifat deskriptif yang G. Jenis dan Sumber data
bertujuan untuk menggambarkan Penelitian ini dilakukan dengan jenis
secara tepat sifat-sifat suatu penelitian yang akan digunakan
individu, keadaan, gejala atau adalah yuridis sosiologis (penelitian
kelompok tertentu, atau untuk hukum empiris) yaitu studi-studi
menentukan penyebaran suatu empiris untuk menemukan teori-teori
gejala, atau untuk menentukan ada mengenai proses terjadinya dan
tidaknya hubungan antara suatu mengenai proses bekerjanya hukum
gejala dengan gejala lainya dalam dalam masyarakat.
masyarakat.26 1. Sumber Data
3. Lokasi Penelitian a) Bahan hukum primer yaitu data
Lokasi penelitian merupakan yang diperoleh langsung dari
tempat penulis melaksanakan sumber pertama dan observasi
penelitian, yang diambil oleh langsung yanga dilakukan oleh
penulis adalah kantor Badan peneliti ke lapangan, diperoleh
Pengawas Obat dan Makanan melalui wawancara langsung
(BPOM) beralamat di Jalan dengan responden dan
Diponegoro Nomor 10 Kota pengamatan (observasi) di
Pekanbaru. lapangan serta menggunakan
4. Populasi dan Sampel kusioner yang telah disiapkan
a. Populasi adalah keseluruhan sebelumnya terhadap
atau himpunan obyek dengan masyarakat yang menjadi
ciri yang sama. Populasi dapat korban pangan yang
berupa himpunan orang, benda mengandung bahan berbahaya.
(hidup atau mati), kejadian, b) Bahan hukum sekunder, Data
kasus-kasus, waktu atau yang mencakup dokumen-
dokumen resmi, peraturan
perundang-undangan seperti
Undang-Undang Dasar
24
Ibid, hlm. 4. Republik Indonesia Tahun
25
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum
Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta: 2002, hlm.
27
16. Bambang Sunggono, Metode Penelitian
26
Amiruddin dan Zainal Askin, Pengantar Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta: 2011,
Metode Penelitian Hukum, PT.Raja Grafindo hlm. 118.
28
Persada, Jakarta: 2010, hlm. 25. Bambang Sunggono, Ibid, hlm. 119.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1 Februari 2016 Page 9
1945, Undang-Undang Nomor d. Kajian Kepustakaan adalah metode
8 Tahun 1999 tentang pengumpulan data melalui peran
Perlindungan Konsumen, aktif penulis dalam membaca
Undang-Undang Nomor 36 literatur-literatur kepustakaan yang
Tahun 2009 tentang Kesehatan, memiliki korelasi dengan
keputusan Presiden Nomor 103 permasalahan yang sedang
Tahun 2001 tentang diteliti.30
Kedudukan, Tugas, Fungsi, e. Analisis data dalam penelitian ini
Kewenangan, Susunan penulis tidak hanya menganalisis
Organisasi, dan Tata Kerja data sekunder, tetapi juga
Lembaga Pemerintah Non menganalisis data primer dari hasil
Departemen, Undang-Undang penelitian dilapangan (field
Republik Indonesia Nomor 18 research).Analisis yang dilakukan
Tahun 2012 tentang Pangan, adalah analisis kualitatif yaitu data
buku-buku, hasil-hasil berwujud yang berdasarkan uraian kalimat
laporan yang relevan dengan atau data tidak dianalisis dengan
penelitian yang dilakukan. menggunakan stastistik,
c) Bahan hukum Tertier matematika ataupun sejenisnya,
merupakan bahan hukum yang yaitu apa yang dinyatakan
memberikan petunjuk maupun responden secara tertulis atau lisan
penjelasan terhadap bahan dan perilaku nyata yang diteliti dan
hukum primer dan sekunder, dipelajari sebagai sesuatu yang
seperti kamus, ensiklopedia, utuh.
indeks kumulatif.29
II. HASIL PENELITIAN DAN
H. Teknik Pengumpulan Data PEMBAHASAN
a. Wawancara atau interview
Merupakan teknik pengumpulan A. Pelaksanaan Tugas Badan Pengawas
data dengan cara tanya jawab Obat dan Makanan (BPOM) Kota
secara lisan yang dilakukan secara Pekanbaru terkait Pengawasan
intensif dan mendalam terhadap Pangan yang Mengandung Bahan
informan. Berbahaya di Kota Pekanbaru
b. Kuisioner adalah metode Badan Pengawas Obat dan
pengumpulan data dengan cara Makanan Pekanbaru dalam
membuat daftar pertanyaan yang melaksanakan tugasnya mengacu pada
memiliki korelasi dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
permasalahan yang diteliti. 44 Tahun 2009 fungsi dan tugasnya
c. Observasi Metode pengumpulan lebih mengutamakan ke arah
data yang dilakukan dengan penyalahgunaan bahan berbahaya yang
pengamatan langsung terhadap digunakan di dalam makanan
objek bertujuan untuk Pelaksanaan tugas BPOM dalam
membuktikan kebenaran ilmiah, peredaran pangan yang mengandung
menjajaki, menggambarkan dan bahan berbahaya dapat dilakukan
atau menjelaskan kembali masalah sendiri-sendiri atau bersama-sama oleh
hukum. Pengawai/Pejabat Direktorat Dalam
Negeri, Pejabat Dinas Provinsi, Dinas
29
Soerjono Soekanto Dan Sri Mamuji,
Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2006,
30
hlm. 13 Bambang Sunggono, Op.cit, hlm. 113.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1 Februari 2016 Page 10
Kabupaten dan Kota bersama instansi b. Pelaksanaan kebijakan tertentu di
teknis terkait.31 bidang pengawasan obat dan
Berdasarkan Pasal 182 ayat (1) dan makanan,
(2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun c. Koordinasi kegiatan fungsional
2009 tentang Kesehatan menyebutkan dalam pelaksanaan tugas BPOM,
bahwa, Menteri melakukan d. Pemantauan, pemberian bimbingan
pengawasan terhadap masyarakat dan dan pembinaan terhadap kegiatan
setiap penyelenggara kegiatan yang instansi pemerintah dan
berhubungan dengan sumber daya masyarakat di bidang pengawasan
bidang kesehatan. Menteri dalam obat dan makanan,
melaksanakan pengawasan e. Penyelenggaraan pembinaan dan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelayanan administrasi umum di
dapat mendelegasikan kepada lembaga bidang perencanaan ketatausahaan,
pemerintah non kementerian, kepala organisasi dan tatalaksana,
dinas di Provinsi dan Kabupaten/Kota kepegawaian, keuangan, kearsipan,
yang tugas pokok dan fungsinya di hukum, perlengkapan, dan rumah
bidang kesehatan. tangga.
Misi BPOM dalam melindungi B. Hambatan Pelaksanaan Tugas
masyarakat dari produk obat dan Badan Pengawas Obat dan
makanan yang membahayakan Makanan Dalam Pengawasan
kesehatan dituangkan dalam sistem Pangan yang Mengandung Bahan
pengawasan Full spectrum mulai dari Berbahaya
pre-market hingga post-market control Adapun hambatan yang dihadapi
yang disertai dengan upaya penegakan BPOM Kota Pekanbaru dalam
hukum dan pemberdayaan masyarakat pengawasan pangan yang mengandung
(community empowerment).32 bahan berbahaya dalam rangka
BPOM mempunyai tugas melindungi konsumen adalah sebagai
berdasarkan penelitian dan wawancara berikut:34
yang telah penulis lakukan, maka tugas 1. Industri yang menggunakan
BPOM Pekanbaru dapat diuraikan bahan berbahaya pangan tidak
sebagai berikut:33 terdaftar di Dinas Perindustrian
a. Pengkajian dan penyusunan dan Perdagangan (Disperindag)
kebijakan nasional di bidang dan Dinas Kesehatan
pengawasan obat dan makanan, Berdasarkan Pasal 11 ayat (1)
point e, Peraturan Menteri
Perdangangan Republik Indonesia
Nomor 75/M-DAG/PER/10/2014,
31
Wawancara dengan Ibu Veramika menyebutkan bahwa untuk
Ginting, S.Si., Apt Selaku kepala Pemeriksaan, memperoleh Surat Izin Usaha
Hari Senin, Pada 14 September 2015, bertempat di Perdangangan bahan berbahaya
Kantor Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (SIUP-B2) bagi distributor bahan
di Kota Pekanbaru, Jalan Diponegoro Nomor. 10. berbahaya harus memiliki dan
32
Pasal 68 Keputusan Presiden Nomor
103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, menguasai sarana distribusi bahan
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen.
33 34
Wawancara dengan Ibu Veramika Wawancara dengan Ibu Veramika
Ginting, S.Si., Apt Selaku Kepala Seksi Ginting, S.Si.,Apt Selaku Kepala Seksi
Pemeriksaan, Hari Senin, Pada12 Oktober 2015, Pemeriksaan, Hari Senin, Pada 14 September
bertempat di Kantor Balai Besar Pengawas Obat 2015, bertempat di Kantor Balai Besar Pengawas
dan Makanan di Pekanbaru, Jalan Diponegoro Obat dan Makanan di Kota Pekanbaru, Jalan
Nomor. 10. Diponegoro Nomor. 10.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1 Februari 2016 Page 11
berbahaya berupa tempat kartu stok harus disebutkan jelas
penyimpanan, fasilitas pengirim dan penerima dan harus
pengemasan ulang (Repacking), ada datanya seharusnya seperti itu
dan alat transportasi yang tetapi kenyataan yang ditemukan
memenuhi syarat keamanan, pihak BPOM di lapangan tidak
keselamatan, kesehatan, dan seperti itu.35
lingkungan hidup yang dibuktikan 2. Adanya budaya atau kebiasaan
dengan berita acara pemeriksaan masyarakat yang menggunakan
fisik oleh tim pemeriksa Provinsi bahan berbahaya secara turun
setempat. temurun karena bahan
Kenyataan yang terjadi di berbahaya begitu sangat mudah
lapangan khususnya di Kota ditemukan masyarakat
Pekanbaru belum sesuai dengan Para pelaku industri rumah
prosedur Peraturan Menteri tangga menggunakan bahan
Perdagangan, sehingga pihak tambahan pangan agar produk
BPOM kewalahan untuk menindak makanan yang dijual tahan lama,
perusahaan yang menggunakan lebih menarik sehingga konsumen
bahan berbahaya yang digunakan tertarik untuk membeli makanan
pada pangan dan memakan waktu yang dijualnya.
yang lama dalam proses Adapun upaya
membuktikannya sehingga penanggulangan yang di lakukan
perlindungan rasa aman yang BPOM untuk mengatasi kebiasaan
diberikan kepada konsumen tidak masyarakat yang menggunakan
maksimal. Upaya penanggulangan bahan berbahaya dalam pangan
yang dilakukan BPOM Pekanbaru secara turun temurun adalah
terhadap industri pangan yang sebagai berikut:36
menggunakan bahan berbahaya a. Penyebaran Informasi Dengan
adalah dengan cara melakukan Dialog Tatap Muka,
pemeriksaan rutin pengawasan b. Penyebaran Informasi Melalui
bahan berbahaya secara terus Media Massa dan Elektronik,
menerus bekerjasama dengan c. Penyebaran Informasi Melalui
Disperindag Kota Pekanbaru, Pameran.
karena Disperindag yang memiliki 3. Kurangnya Sumber Daya
peraturan, seharusnya Disperindag Manusia Badan Pengawas Obat
mempunyai kewenangan lebih dan Makanan Kota Pekanbaru
utuk mengeluarkan izin peredaran Sumber daya manusia
bahan berbahaya di Kota (SDM) merupakan salah satu
Pekanbaru berdasarkan peraturan faktor yang sangat penting bahkan
menteri perdagangan. tidak bisa dilepaskan dalam suatu
Setiap sarana distribusi harus organisasi, baik institusi maupun
memiliki izin namanya distribusi perusahaan. SDM juga merupakan
terdaftar bahan berbahaya izin
usaha, ada namanya importir 35
Wawancara dengan Ibu Veramika
terdaftar bahan berbahaya, Ginting, S.Si., Apt Selaku Kepala Seksi
distributor terdaftar bahan Pemeriksaan, Hari Senin, Pada 14 September
berbahaya dan pengecer bahan 2015, bertempat di Kantor Balai Besar Pengawas
berbahaya. Jadi masing-masing Obat dan Makanan di Pekanbaru, Jalan
Diponegoro Nomor. 10.
imfortir, distributor, dan pengecer 36
Laporan Akhir Tahun (LAFTAH)
bahan berbahaya harus mempunyai Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),
Tahun 2014, hlm. 58.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1 Februari 2016 Page 12
kunci yang menentukan maju Kesimpulan Dan Saran
mundurnya suatu organisasi dan A. Kesimpulan
sebagai penggerak organisasi atau 1. Pelaksanaan tugas BPOM Kota
instansi untuk mencapai tujuan. Pekanbaru terkait peredaran
Sumber daya manusia bukan pangan yang mengandung bahan
sekedar sebagai aset utama, tetapi berbahaya mengacu pada
aset yang sangat bernilai dan dapat Peraturan Menteri Perdagangan
dikembangkan (bandingkan Nomor 44 Tahun 2009 tentang
dengan fortofolio investasi) dan Pengadaan, Distribusi dan
juga bukan sebaliknya sebagai Pengawasan Bahan Berbahaya.
liability (beban, cost) Pelaksanaan tugas BPOM belum
Adapun upaya yang berjalan maksimal karena, adanya
dilakukan BPOM Pekanbaru untuk kebisaan masyarakat yang sulit
meningkatkan sumber daya dirubah.
manusia adalah dengan melakukan 2. Hambatan pelaksanaan tugas
program pendidikan dan pelatihan BPOM dalam pengawasan pangan
SDM internal profesi, yang mengandung bahan
meningkatkan efektivitas SDM berbahaya adalah, masih
dalam organisasi, meminta terbatasnya pelaksanaan tugas
penambahan pengawai penyidikan pokok dan fungsinya belum
terhadap pemerintah terkait, untuk maksimal, karena wilayah kerjanya
meminimalisir terbatasnya SDM di begitu luas dan masih banyak
BPOM Pekanbaru, dalam pelaku usaha yang belum
melakukan pemeriksaan ke sarana mempunyai surat izin bahan
distribusi yang menjual pangan berbahaya dari Disperindag, serta
yang mengandung bahan kurangnya SDM yang
berbahaya. Tujuannya adalah berkompeten dalam melaksanakan
untuk memberikan kepada tugasnya.
organisasi satuan kerja yang
efektif, untuk mencapai tujuan, B. Saran
studi tentang manajemen 1. mengoptimalkan tugas pokok dan
personalia akan menunjukkan fungsi BPOM Pekanbaru dengan
bagaimana seharusnya organisasi cara meningkatkan sumber daya
mendapatkan, mengembangkan, manusianya. Serta melakukan
menggunakan, mengevaluasi, dan infeksi mendadak ke lapangan
memelihara karyawan dalam secara rutin untuk melakukan
jumlah (kuantitas) dan tipe pengawasan secara maksimal
(kualitas) yang tepat.37 terhadap pelaku usaha yang
menjual produk makanan dan
melakukan penyuluhan kepada
masyarakat tentang dampak
penggunaan bahan berbahaya
terhadap makanan dengan cara
melibatkan pemerintah daerah
37 setempat.
Wawancara dengan Ibu Veramika
Ginting, S.Si., Apt Selaku Kepala Seksi 2. Agar hambatan pelaksanaan tugas
Pemeriksaan, Hari Senin, Pada 14 September BPOM bisa diatasi maka setiap
2015, bertempat di Kantor Balai Besar Pengawas Industri yang menggunakan bahan
Obat dan Makanan di Pekanbaru, Jalan berbahaya harus mempunyai Surat
Diponegoro Nomor. 10.
JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1 Februari 2016 Page 13
Izin Usaha Perdagangan Bahan Waluyo, Bambang, 2002, Penelitian
Berbahaya (SIUP-B2). Budaya Hukum Dalam Praktek, Sinar
kebiasaan masyarakat harus Grafika, Jakarta.
dirubah dengan cara Wardiono, Kelik, 2014, Hukum
menumbuhkan kesadaran diri agar Perlindungan Konsumen
tidak menggunakan bahan Aspek Substansi Hukum,
berbahaya lagi. Sumber daya Struktur Hukum dan Kultur
manusia BPOM kemampuan, Hukum Dalam UU Nomor 8
kemandirian dan profesinonal Tahun 1999 tentang
kinerjanya ditingkatkan dengan Perlindungan Konsumen,
cara melakukan pendidikan, Penerbit Ombak, Yogyakarta.
pelatihan khusus di bidangnya
masing-masing. B. Peraturan Perundang-undangan
Udang-Undang Republik Indonesia
DAFTAR PUSTAKA Nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan Lembaran Negara
A. Buku Republik Indonesia Tahun
Amiruddin dan Zainal Askin, 2010, 2012 Nomor 227.
Pengantar Metode Penelitian Peraturan Kepala Badan Pengawas
Hukum, PT.Raja Grafindo Obat dan Makanan Republik
Persada, Jakarta. Indonesia Nomor 14 Tahun
Bambang Sunggono, 2011, Metode 2014 tentang Organisasi dan
Penelitian Hukum, PT Tata Kerja Unit Pelaksana
RajaGrafindo Persada, Jakarta. Teknis di Lingkungan Badan
Harahap, Zahirin, 2001, Hukum Acara Pengawas Obat dan Makanan.
Peradilan Tata Usaha Peraturan Pemerintah Republik
Negara, jakarta, PT Raja Indonesia Nomor 28 Tahun
Grafindo Perkasa. 2004 tentang Keamanan, Mutu
Hadjon, M, Philipus, 1987, dan Gizi Pangan Lembaran
Perlindungan Hukum bagi Negara Republik Indonesia
Rakyat Indonesia, Bina Ilmu, Tahun 2004 Nomor 107.
Surabaya. Peraturan Pemerintah Republik
Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo, 2010, Indonesia Nomor 74 Tahun
Hukum Perlindungan Konsumen,
2001 tentang Pengolahan
PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Bahan Berbahaya dan Beracun
Sartono, 1999, Racun dan Keracunan, Lembaran Negara Republik
Widya Medika, Jakarta. Indonesia Tahun 2001 Nomor
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 138.
2006, Penelitian Hukum Keputusan Kepala Badan Pengawas
Normatif Suatu Tinjauan Obat dan Makanan Nomor
Singkat, Raja Grafindo 02001/SK/KBPOM tentang
Persada, Jakarta. Organisasi dan tata kerja
Susanto, Happy, 2008, Hak-Hak Badan Pengawas Obat dan
Konsumen Jika Dirugikan, Makanan.
Transmedia Pustaka, Jakarta.
Sidabalok, Janus, 2006, Hukum
Perlindungan Konsumen di
Indonesia, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1 Februari 2016 Page 14


C. Jurnal/Kamus/Makalah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
2001, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
Fitriani, Yulia “Perlindungan Hukum
Yang Dilakukan Oleh
Pemerintah Terhadap
Konsumen Atas Penggunaan
Zat Formalin Pada Bahan
Makanan di Kota Pekanbaru”
skripsi, Program Kekhususan
Hukum Ekonomi, Fakultas
Hukum Universitas Riau,
Pekanbaru, 2007.
Hoetomo M.A, Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, 2005, Mitra
Pelajar, Surabaya.
Sigit Wibowo, Perlindungan Hukum
Terhadap Konsumen dengan
Penerapan Product liability,
Jurnal Media Hukum,
Fakultas Hukum Universitas
Proklamasi 45 Yogyakarta,
volume 15, No.1 juni 2008.
Omas B. Rajagukguk, Omas B, “warta
demografi wahana
memasyaratkan pemikiran
demografi ,dampak pertumbuhan
penduduk terhadap kebutuhan
pangan”, Jurnal, UI Depok
16424, edisi 38, Nomor 3, 2008.
Sri Soemantri, “Asas Negara Hukum
dan Perwujudannya Dalam
Sistem Hukum Nasional,
Dalam Politik Pembangunan
Hukum Nasional”, Makalah,
UII Press, Yogyakarta.
D. Website
https://www.wikipedia.org/wiki/teknologi-
pangan, diakses pada tanggal, 3
September 2015.

JOM Fakultas Hukum Volume III Nomor 1 Februari 2016 Page 15

You might also like