Professional Documents
Culture Documents
Konservasi Keanekaragaman Hayati Dengan Kearifan Lokal: I Made Supartha Utama Naniek Kohdrata
Konservasi Keanekaragaman Hayati Dengan Kearifan Lokal: I Made Supartha Utama Naniek Kohdrata
net/publication/311509510
CITATION READS
1 3,889
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Development of edible coating to be integrated on small-scale value chain system of horticultural crops; Postharvest regulation of ethylene production
to prolong shelf life of horticultural products View project
All content following this page was uploaded by I Made Supartha Utama on 08 December 2016.
DAFTAR PUSTAKA 7
2.1. Pendahuluan 8
9
2.2. THK dan Keanekaragaman Hayati
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 21
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widi Wasa)
modul pembelajaran terkait “Konservasi Keanekaragaman Hayati Dengen Kearifan
Lokal” dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan modul ini sangat penting bagi
pembelajar agar lebih memahami serta merubah sikap untuk memberikan apresiasi
yang baik terhadap keanekaragaman hayati bagi keberlanjutan kehidupan di dunia.
Perubahan iklim global telah mengakibatkan berbagai bencana bagi kehidupan
manusia dan mahluk hidup lainnya, seperti banjir, longsor, kegagalan panen,
kelaparan, musim dingin berkepanjangan dengan suhu dibawah toleransi kehidupan
makhluk hidup, dan lainnya, mengharuskan kita mengembangkan visi untuk
merancang pembangunan berkelanjutan. Berbagai pilar kehidupan harmonis dan
berkelanjutan telah didiskusikan dalam berbagai buku dan artikel. Pilar-pilar yang
berkembang menitik beratkan pada aspek ekologi, ekonomis, social, budaya (culture)
dan religi yang menarik dipelajari untuk memberikan visi pembangunan berkelanjutan
(sustainable development). Aspek ekologi berkaitan dengan keanekaragaman hayati
adalah salah satu pilar penting. Pada modul pembelajaran ini didiskusikan tentang
konservasi keanekaragaman hayati didukung oleh nilai-nilai kearifan lokal. Secara
khusus juga dijelaskan tentang ragam kearifan lokal Bali, yang dimanifestasikan ke
dalam ragam tradisi yang kuat, dapat dijadikan rujukan secara universal untuk
pelestarian keanekaragaman hayati dan untuk mendukung kehidupan berkelanjutan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu memberikan informasi dan referensi untuk pengembangan modul
pembelajaran ini. Semoga modul pembelajaran ini memberikan manfaat bagi
pembelajar.
Ttd
Penyusun
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
BAB I.
Hal | 1
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
sumber daya alam Indonesia yang beraneka ragam dan ancaman ketersediaannya
akibat dari kegiatan manusia.
UU No.5 Tahun 1994 mendefinisikan keanekaragaman hayati sebagai
keanekaragaman diantara mahluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya,
daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang
merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di dalam
species, antara species dan ekosistem. Definisi tersebut merupakan terjemahan dari
definisi biological diversity yang tercantum dalam Convention on Biological
Diversity.
Keanekaragaman hayati mencakup keragaman gen, species, dan proses
ekologi yang membentuk sistem kehidupan di darat, perairan air tawar, dan laut
yang saling mendukung dan membentuk keragaman di muka bumi. Implikasi
konsep biodiversity adalah kesadaran dan kesepahaman antar negara akan nilai
penting dan tanggung jawab bersama dalam menjaga dan melestarikan
keanekaragaman hayati tersebut.
Sumber daya alam merupakan suatu kekayaan yang tiada nilainya bagi
kehidupan manusia. Kebutuhan manusia pada masa kini tidak hanya terbatas pada
kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan akan kesehatan juga menjadi
hal penting dalam hidup manusia. Semua kebutuhan manusia tersebut disediakan
oleh alam. Dengan kata lain, manusia tergantung pada alam. Sementara alam itu
sendiri terbentuk dari susunan hubungan saling ketergantungan antara elemen satu
dengan lainnya yang sangat kompleks.
Ditinjau dari sudut pandang ilmu ekologi, Odum dalam bukunya
Fundamentals of Ecology (1996) menyebutkan saling ketergantungan antara
organisme hidup dan lingkungnnya. Hubungan yang terjalin antar elemen adalah
saling mempengaruhi sehingga arus energi mengarah pada struktur makanan,
keanekaragaman biotik, dan daur material. Kehilangan atau ketidakseimbangan
salah satu elemen pada mata rantai arus energi tersebut sudah tentu akan
menyebabkan gangguan pada yang lain pada sistem tersebut.
Hal | 2
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Sementara dari perspektif budaya, konsep biodiversity tidak dapat lepas dari
faktor manusia yang memiliki tanggung jawab terhadap keberlangsungan
keanekaragaman yang ada di muka bumi. UNESCO dan UNEP pada KTT Dunia
mengenai Pembangunan Berkelanjutan yang diadakan di Johannesburg tahun 2002
menyatakan bahwa pembangunan yang lestari memerlukan keanekaragaman
budaya dan keanekaragaman hayati sebagai komponen yang sama penting dan
utama. Maksud dari pernyataan tersebut adalah untuk melindungi keanekaragaman
hayati dan sekaligus menghargai dan mengakui hak dan peran masyarakat lokal
sebagai agen utama yang menjaga dan membentuk keanekaragaman hayati.
UNESCO menyatakan bahwa kita tidak akan bisa memahami dan
mengkonservasi lingkungan alam kita jika tidak memahami kebudayaan dari
manusia yang ikut membentuk alam tersebut. UNEP bahkan menyebutkan bahwa
keanekaragaman budaya merupakan pencerminan dari keanekaragaman hayati.
Kedua pernyataan tersebut merupakan pengakuan bahwa masing-masing budaya
Hal | 3
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Hal | 4
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
organisasi adat yang mengelola lanskap alam tersebut, contoh organisasi subak di
Bali. Sementara bentuk literal muncul seperti pada pemberian kain berwarna pada
pohon besar yang dapat dijumpai di Thailand dan juga di Bali untuk menegaskan
bahwa pohon tersebut tidak dapat ditebang dengan sembarangan.
Media ritual adat juga banyak dipakai oleh masyarakat lokal untuk
mengapresiasi keanekaragaman hayati. Masyarakat di Bali menggunakan sarana
ritual sebagai wujud rasa syukur atas pemanfaatan sumber daya alam hayati yang
dapat mereka peroleh. Beberapa ritual dikhususkan oleh masyarakat Bali untuk
menghormati/menghargai alam, seperti tumpek wariga/tumpek uduh. Dalam
Hal | 5
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Hal | 6
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
DAFTAR PUSTAKA
Byers, B.A., R.N. Cunliffe, and A.T. Hudak. 2001. Linking Conservation of
Culture and Nature: A Case Study of Sacred Forest in Zimbabwe. Human
Ecology, Vol. 29, No. 2, p.187-218.
Garett, L. 2007. Attitudinal Values Towards Sacred Groves, Southwest Sichuan,
China. Thesis. Faculty of Natural Science, Impreial College London.
Isager, L. and S. Ivarsson. 2002. Contesting Landscapes in Thailand: Tree
Ordination as Counter-territorialization. Critical Asian Studies, Vol.34,
No.3, p395-417.
Jopela, A. 2011. Traditional Custodianship: a useful framework for heritage
management in southern Africa? Special issue of Conservation and
Management of Archaeological Sites on “Archaeological site management
in sub-Saharan Africa”.
Sponsel, L.E. 2008. Sacred places and biodiversity conservation. D. Casagrande
(ed.) URL:
http://www.eoearth.org/article/Sacred_places_and_biodiversity_conservatio
n
Masalu, D.C.P., M.S. Shalli, and R.A. Kitula. 2010. Customs nd Tanoos: The Role
of Indigenous of Fish Stocks and Coral Reefs in Tanzania. Coral Reef
Targeted Research and Capacity Building for Management Program,
Melbourne.
Odum, E.P. 1996. Dasar-dasar Ekologi, ed.3 (terjemahan). Samingan, T.
(penterjemah). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sardiana, I K. et al. 2010. Taman Gumi Banten: ensiklopedia tanaman upakara.
Udayana University Press, Bali.
Secretariat of the Convention on Biological Diversity. 2005. Handbook of the
Convention on Biological Diversity Including its Cartagena Protocol on
Biosafety, 3rd edition. Montreal, Canada.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan
United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan
Bangsa-bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati).
UNEP. 2003. Cultural Diversity and Biodiversity for Sustainable Development. A
jointly convened UNESCO and UNEP high-level Roundtable held on 3
September 2002 in Johannesburg during the World Summit on Sustainable
Development.
United Nations. 1992. Convention on Biological Diversity.
Wilson, E.O. and F.M. Peter (eds.) 1988. Biodiversity. National Academy Press,
Washington, D.C.
Hal | 7
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
BAB II
2.1. Pendahuluan
Hal | 8
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Gambar 3. THK dengan pilar yang saling terkait merupakan filosofi kehidupan
harmonis dan berkelanjutan
Hal | 9
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Bali adalah tujuan wisata nasional maupun internasional. Tantangan ini terlihat
dengan kadang terjadi pertentangan antara lembagat adat sebagai pengawal nilai-
nilai THK dan tradisinya dengan lembaga formal birokrasi pemerintahan terkait
dengan mengalirnya investasi komersial di sector pariwisata dan pendukungnya.
Di pihak Lembaga Adat dan masyarakatnya tetap ingin mempertahankan tradisi
dengan segala aktivitasnya yang dilandasi oleh nilai-nilai THK , sedangkan di
pihak lembaga formal pemerintahan menginginkan masuknya investasi intuk
meningkatkan secara sgnifikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai wujud
keberhasilan pimpinan pemerintahan. Pertentangan dan tensi antara modernisasi
dan tradisi telah pula ditulis di dalam bukunya Delors (2010) “Learning: the
Tresure Within” yang menggambarkan perubahan-perubahan akibat globalisasi
memasuki abad ke 21. Secara tersirat di jelaskan bagaimana nilai-nilai tradisi atau
budaya suatu daerah yang mengusung nilai-nilai pengembangan berkelanjutan
dapat terdektruksi oleh arus modernisasi/globalisasi. Nilai-nilai THK mesti tetap
dipertahankan walaupun tradisi atau budaya sedikit mengalami perubahan dalam
penyesuaiannya dengan globalisasi. Atau dengan kata lain, perubahan tradisi
dalam mengadopsi nilai-nilai positif globalisasi mesti tetap berlandaskan nilai-nilai
THK.
Modernisasi atau dapat dikatakan globalisasi cenderung meningkatkan
konsumsi energi sebagai akibat dari investasi komersial di berbagai sector, seperti
di Bali erat kaitannya dengan investasi di bidang pariwisata. Kebutuhan energi
adalah untuk memenuhi suplai fasilitas pariwisata demi kenyamanan wisatawan
(hotel, restoran dan industry pendukungnnya), maka eksplorasi energi yang dapat
berpengaruh destruktif dan bertentangan dengan nlai-nilai THK akan mengalami
pertentangan. Nurse (2006) menyebutkan bahwa ekonomi untuk kebanyakan small
island developing states (SIDS) untuk pariwisata tergantung pada eklpoitasi bio-
systems seperti perikanan dan terumbu karang. SIDS juga sangat rentan terhadap
degradasi lingkungan, sehingga berakibat ganda yaitu di samping merusak
ecological sub-system juga mengurangi kapabilitas ekonomi dan social daerah
tersebut.
Perkembangan pariwisata yang dinamis mengikuti perkembangan global,
telah berakibat pada peningkatan standard dan kebutuhan hidup masyarakat Bali,
sedangkan kapasitas ekonomi dan social terjadi kecenderungan menurun. Hal ini
Hal | 10
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Hal | 11
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
makluk itu sehingga sifat baik dan kekuatanya dapat berguna bagi kesejahteraan umat
manusia dan alam (Darma, 2008)
Kaitan Panca Yadnya dengan tiga pilar THK adalah sebagai berikut: a)
Hubungan antara manusia dengan Tuhan (palemahan) diwujudkan dengan Dewa
Yadnya. b) Hubungan antara manusia dengan sesamanya (Pawongan) diwujudkan
dengan Pitra Yadnya, Resi Yadnya dan Manusia Yadnya, dan c) Hubungan manusia
dengan alam lingkungan (Palemahan) diwujudkan dengan Buhta Yadnya (Darma,
2008). Terlihat bahwa yadnya yang terkait pemujaan keragaman hayati adalah pada
yadnya ke lima (Butha Yadnya). Namun demikian, seluruh kegiatan yadnya
berkontribusi terhadap pelestarian keanekaragaman hayati karena kebutuhan ragam
bahan tanaman untuk sarana pemujaan, baik sebagai pelambang atau symbol, maupun
sebagai sarana perlengkapan upakara (Tabel 1). Pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan
dalam upacara memberi amanat atau pesan tanggungjawab atas pelestarian tumbuh-
tumbuhan, agar pelaksanaan upacara bisa terus berlangsung.
Tabel 1. Tenis bahan tanaman yang digunakan sebagai pelengkan upakara Hindu Bali.
(Darma, 2008)
Pemanfaatan dalam Jenis Bahan Tanaman dan Maknanya
Upakara
Sebagai pelambang atau symbol
· Dewa Pada pembuatan prosan daun sirih melambangkan Dewa Wisnu,
kapur melambangkan Dewa Siwa dan buah pinang
melambangkan Dewa Brahma
· Sukma serira (badan Kelapa(Cocos nucifera Linn. )melambangkan kepala, kemiri (
halus) Aleuritesmolucana ) mata, daun delem (Pogostemon bortensis)
telinga, bunga pudak (Pandanus sp) hidung, buah durian (Durio
zibethinus L.) muka, bambu buluh (Bambusa sp) leher, Tebu
(Saccharum officinarum L.f.) tangan, pisang kayu (Musa
paradisiaca)tubuh, Tebu (Saccharum officinarum L.f.) kaki, dan
rimpang jahe (Zingiber officinalis ) jari kaki,
· Ketenangan Pelawa pada pembuatan Canang Genten sebagai symbol
ketenangan
· Ketulusan/kesucian Bunga pada pembuatan Canang Genten sebagai symbol
hati ketulusan/kesucian
Sebagai Sarana Perlengkapan Upakara
· Rerampen( jejahitan Daun kelapa dan enau muda yang dijarit
ron busung)
· Eteh-eteh banten serana dari upakara yang berasal dari bahan tumbuhan-
tumbuhan (daun, bunga, buah, batang) untuk pengisi banten,
pembuatan tirta dan persebahyangan ( pemuspan).
Hal | 12
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Gambar 4. Pura Subak Ulun Suwi (sebelah kiri) dan Pura Ulun Danu
(sebelah kanan)
Hal | 13
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Hal | 14
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Hal | 15
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Hal | 16
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Hal | 17
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Hal | 18
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Hal | 19
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
DAFTAR PUSTAKA
Hal | 20
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Tabel Lampiran 1. Ragam spesies tanaman umbi-umbian yang dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit dalam pengobatan tradisional
Bali (Usada) ( Prastika, 2009).
Hal | 21
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Obat Luar: Bungkil Biu dang saba, Bawang • Bungkil Biu dang saba, Bawang metambus, kepik Waru digerus
metambus, kepik Waru, minyak kemudian ditambahkan minyak kelapa bali dipakai obat tempel
kelapa bali. pada tulang Gihing.
10 Penyakit saluran Bahan Obat : Liligundi Sekemulan + Kesuna Liligundi Sekemulan + Kesuna Jangu + Kencur + Beras digerus
Pernapasan Jangu + Kencur + Beras sampai alus ditambahkan air panas secukupnya.
11 Penyakit batuk (Jahe Pahit + Jeruk Nipis + Minyak Dehe
Berdarah digunakan sebagai loloh).
12 Buh (Perut Biji Tabu (waluh), Pepaya matang, Kentang, Biji Tabu (waluh) dinyanyah kemudian digerus, Pepaya matang,
Membesar) Wortel, ½ sendok cuka, ½ sendok brem, ½ kecap Kentang, Wortel dikihkih kemudian dikukus airnya diambil
manis. ditambahkan ½ sendok cuka. ½ sendok brem, ½ kecap manis,
lalu diminum untuk obat.
13 Mag. Obat Dalam : Ketela Bun (rambat), Garam Ketela Bun (rambat) diparut, ditambahkan Garam sedikit, Air
sedikit, Air Titisan. Titisan kemudian dimakan sehari empat kali.
Hal | 22
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Hal | 23
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Hal | 24
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Hal | 25
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Hal | 26
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Tabel Lampiran 2. Ragam spesies tanaman umbi-umbian yang dimanfaatkan secara tradisional di Kabupaten Bangli dan Kelungkung
(Peneng dkk., 2010)
Hal | 27
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Hal | 28
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Hal | 29
TPC Project, Udayana University – Texas A&M University
Hal | 30