Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 3 No.

1 | April - Juli 2010 (75 - 98) Kebutuhan dan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis - Retno Astuti, Marimin, Roedhy Poerwanto, Machfud, Yandra Arkeman

Kota Depok. Disertasi tidak diterbitkan.


Depok.Program Pasca Sarjana Ilmu
Zeithaml, Valarie, A.; Parasuraman, A; Berry,
Leonard, L. (1995). Delivering Quality Kebutuhan dan Struktur
Adminsitrasi FISIP Universitas Indonesia. Service, Balancing Customer Perceptions
and Expectations, New York : The free Kelembagaan Rantai Pasok
Buah Manggis
Wright, Hook (editor). (2007). Bus Rapid Transit Press, Macmillan Inc
Planning Guide. New York: Institute for
Transportation and Development Policy
(ITDP) Studi Kasus Rantai Pasok di Kabupaten Bogor

Retno Astuti Marimin Roedhy Poerwanto Machfud Yandra Arkeman


Institut Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor
retno_astuti_triharso@yahoo.com marimin_07@yahoo.com roedhy08@yahoo.co.id machfud@ipb.ac.id yandra_ipb@yahoo.com

Mangosteen (Garcinia mangostana L.) is the highly demanded fruit for export commodity from
Indonesia. The biggest mangosteen production center in Indonesia is West Java Province that Abstract
includes Purwakarta, Subang, Bogor, and Tasikmalaya contributing 90% of mangosteen production
in West Java Province and 29% of national mangosteen production. The activities of mangosteen
production in West Java Province have not been efficient yet, so the potential source of the fruit in
West Java Province is not efficient enough to compete internationally. In order to have competitive
advantages, supply chain management in mangosteen business was initiated in Bogor district in
2007 which integrated processes from receiving raw material to selling finished products. Needs
identification and institutional structure in emerging supply chain of mangosteen in Bogor District
were necessary to be carried out to improve the efficiency and effectiveness of the chain to achieve
its objectives. In running its business processes, the member of the chain will be linked between each
other. Supply chain needs will also be linked with each other. In this study, Intepretative Structural
Modeling was used to describe the relationship between needs of the chain and relationships among
the institutions in the chain.

Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan buah yang diekspor dari Indonesia yang
permintaannya sangat tinggi. Purwakarta, Subang dan Bogor yang terletak di Provinsi Jawa Barat
merupakan sentra produksi buah manggis terbesar di Indonesia yang memberikan kontribusi
90% dari produksi buah manggis di Provinsi Jawa Barat dan 29% dari produksi buah manggis
nasional. Kegiatan produksi buah manggis di Provinsi Jawa Barat pada saat ini belum efisien
sehingga potensi buah manggis di Provinsi Jawa Barat tidak cukup efisien untuk bersaing secara
internasional. Agar buah manggis memiliki keunggulan kompetitif, manajemen rantai pasok buah
manggis dibentuk di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 yang merupakan terintegrasi proses
bisnis dari penerimaan bahan baku hingga penjualan produk. Identifikasi kebutuhan dan struktur
kelembagaan pada rantai pasok buah manggis yang baru terbentuk di Kabupaten Bogor perlu
dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas rantai pasok tersebut mencapai tujuannya.
Dalam menjalankan proses bisnisnya, lembaga dalam suatu rantai pasok akan terkait antara satu
dengan yang lain. Kebutuhan rantai pasok tersebut juga akan terkait antara satu dengan yang lain.
Pada penelitian ini, Intepretative Structural Modeling digunakan untuk menjelaskan hubungan
antar kebutuhan dan hubungan antar lembaga tersebut.

Keywords: rantai pasok baru, kebutuhan rantai pasok, struktur kelembagaan, Interpretive
Structural Modeling (ISM)

98 99
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 3 No. 1 | April - Juli 2010 (99 - 115) Kebutuhan dan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis - Retno Astuti, Marimin, Roedhy Poerwanto, Machfud, Yandra Arkeman

M
anggis (Garcinia mangostana maka manajemen rantai pasok manggis yang lain. Keterkaitan tersebut harus kan hirarki dan hubungan antar strategi
L.) m e r u p a k a n b u a h y a n g dibentuk di Kabupaten Bogor pada tahun dikelola secara bersama agar memberikan untuk mengurangi resiko dalam sebuah
diekspor dari Indonesia yang 2007 yang merupakan terintegrasi proses kontribusi yang positif terhadap seluruh rantai pasok. ISM juga digunakan oleh
permintaannya sangat tinggi. Buah manggis bisnis dari penerimaan bahan baku hingga anggota rantai pasok dan mengurangi Kannan, Haq, Sasikumar, dan Arunachalam
memberikan kontribusi 37,4% terhadap total penjualan produk. akibat negatif pada setiap anggota rantai (2008) untuk menganalisa hubungan
buah yang diekspor dari Indonesia pada pasok. Oleh karena itu, hubungan antar antara kriteria yang digunakan untuk
tahun 2006. Volume ekspor buah manggis Manajemen rantai pasok manggis kebutuhan dan antar lembaga yang terkait memilih pemasok yang memperhatikan
dari Indonesia mengalami peningkatan dari mempunyai sifat khusus, yaitu (1) dengan kebutuhan rantai pasok tersebut lingkungan dalam kegiatannya. Identifikasi
8.500 ton pada tahun 2006 menjadi 9.000 Produk bersifat mudah busuk/rusak. (2) perlu dilakukan pada rantai pasok buah hubungan antar kendala untuk Corporate
ton pada tahun 2008 (Direktorat Jenderal Proses penanaman, pertumbuhan, dan manggis yang baru terbentuk di Kabupaten Social Responsibility (CSR) dalam sebuah
Hortikultura, 2007). pemanenan produk tergantung pada Bogor ini. rantai pasok dan hubungan antara kendala
iklim dan musim. (3) Produk mempunyai tersebut juga dilakukan oleh Faisal (2010)
Sentra produksi buah manggis terbesar berbagai ukuran dan bentuk. (4) Produk Penelitian mengenai kelembagaan pada dengan menggunakan ISM.
di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat bersifat kamba, yaitu produk sulit untuk sektor pertanian telah dilakukan oleh
dengan Kabupaten Purwakarta, Subang, diangkut atau dikelola karena ukuran beberapa peneliti. Eaton, Bijman, dan Kondisi rantai pasok buah manggis yang
Bogor, dan Tasikmalaya merupakan dan bentuk produk yang kompleks. (5) Meijerink (2008) menganalisa pengaruh baru terbentuk di Kabupaten Bogor
kabupaten penghasil buah manggis yang Mempunyai berbagai bentuk kemitraan perbedaan kebijakan di Tanzania, Kenya, pada penelitian ini akan dijelaskan
terbanyak. Produksi buah manggis dari dari yang bersifat informal hingga yang Ethiopia, dan Uganda terhadap susunan dalam pembahasan kemudian dilakukan
keempat kabupaten tersebut memberikan bersifat formal (Marimin, 2008). kelembagaan pada usaha tani buah analisis kebutuhan rantai pasok dan
kontribusi sebesar 90% terhadap produksi dan sayur segar. Saptana dkk. (2006) keterkaitannya dengan kebutuhan lain.
buah manggis di Provinsi Jawa Barat dan Pengembangan rantai pasok buah manggis melakukan analisis kelembagaan kemitraan Analisis struktur kelembagaan berdasarkan
29% terhadap produksi buah manggis yang lebih terintegrasi harus diikuti dengan rantai pasok komoditas hortikultura. kebutuhan rantai pasok juga dilakukan
nasional (Direktorat Jenderal Hortikultura, pengembangan kinerja rantai pasok agar Analisis kelembagaan kemitraan untuk mengidentifikasi lembaga yang
2007) rantai pasok tersebut dapat menjalankan agribisnis hortikultura juga dilakukan mempunyai kekuatan penggerak dalam
proses bisnisnya secara efektif dan efisien. oleh Indraningsih, Ashari, dan Friyatno rantai pasok tersebut serta hubungannya
Kegiatan produksi buah manggis di Provinsi Apakah kebutuhan rantai pasok dan (2007) dengan memaparkan kendala, dengan lembaga lain.
Jawa Barat belum efisien karena petani bagaimana struktur kelembagaan pada dan potensinya di Bali. Seluruh penelitian
manggis hanya mempunya kebun manggis rantai pasok buah manggis yang baru mengenai kelembagaan tersebut dilakukan Metode
dengan skala kecil. Kebun manggis tersebut terbentuk di Kabupaten Bogor tersebut dengan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di sentra produk
terletak di berbagai tempat dan dikelola perlu diidentifikasi untuk meningkatkan buah manggis di Kabupaten Bogor,
secara individu. Karena keterbatasan efisiensi dan efektivitas rantai pasok dalam Pada penelitian ini, Intepretative Structural Provinsi Jawa Barat mulai bulan April
keterampilan para petani manggis dalam mencapai tujuannya. Modeling (ISM) digunakan untuk men- 2009 – Desember 2009. Rantai pasok pada
memelihara kebun manggisnya dan dalam jelaskan hubungan antar kebutuhan dan penelitian ini hanya dibatasi pada rantai
mengelola bisnis manggis, maka potensi Dalam menjalankan proses bisnisnya, hubungan antar lembaga yang terkait pasok buah manggis segar untuk pasar
manggis di Provinsi Jawa Barat tidak cukup lembaga dalam rantai pasok buah manggis dengan kebutuhan rantai pasok buah ekspor.
efisien untuk bersaing secara internasional. yang baru terbentuk di Kabupaten Bogor manggis yang baru terbentuk di Kabupaten
tersebut akan terkait antara satu dengan Bogor. ISM merupakan metode yang dapat Pengumpulan data dilakukan melalui
Kerjasama antara mitra bisnis dan yang lain. Kebutuhan rantai pasok tersebut diterapkan pada sebuah sistem agar dapat beberapa cara, yaitu: (1) Observasi
bertanggung jawab terhadap permintaan juga akan terkait antara satu dengan yang lebih memahami hubungan langsung dan lapangan, yakni melihat secara langsung
pelanggan merupakan strategi bersaing lain. Perubahan salah satu lembaga dapat hubungan tidak langsung antara komponen kegiatan-kegiatan dalam rantai pasok. (2)
dalam bisnis manggis. Agar bisnis manggis berpengaruh terhadap lembaga lain. dalam sistem (Gorvett dan Liu, 2006). Faisal, Wawancara mendalam yang dilakukan
mempunyai keunggulan bersaing dalam Pemenuhan salah satu kebutuhan juga akan Banwet, dan Shankar (2006) menggunakan untuk memperoleh informasi yang
menghadapi permintaan konsumen, mempengaruhi pemenuhan kebutuhan ISM untuk menunjukkan model berdasar- lebih menyeluruh tentang rantai pasok

100 101
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 3 No. 1 | April - Juli 2010 (99 - 115) Kebutuhan dan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis - Retno Astuti, Marimin, Roedhy Poerwanto, Machfud, Yandra Arkeman

buah manggis yang baru terbentuk dan berdasarkan beberapa tinjuan pustaka 3. SSIM ditransformasikan ke dalam oleh satu sub-elemen tersebut.
di Kabupaten Bogor. (3) Menggali mengenai struktur kelembagaan rantai bentuk matriks biner yang disebut Kelompok antecedent mencakup
pendapat pakar mengenai kebutuhan pasok hortikultura di Indonesia. Keterkaitan matriks reachability awal dengan cara satu sub-elemen dan sub-elemen lain
rantai pasok dan struktur kelembagaan antar lembaga yang terlibat dalam rantai menggantikan V, A, X, O dengan angka yang mendukung keberadaan satu
rantai pasok yang diperoleh dengan cara pasok juga dianalisis menggunakan metode 0 dan 1 sesuai peraturan sebagai sub-elemen tersebut. Perpotongan
memberikan kuesioner untuk analisis ISM, ISM pada langkah ini. berikut: antara kedua kelompok tersebut
dan (4) Studi pustaka. Jika sub-elemen (i,j) pada SSIM diisi kemudian diturunkan untuk seluruh
ISM dibuat dengan tujuan untuk memahami V, maka sub-elemen (i,j) pada matriks sub-elemen. Sub-elemen dengan
Secara ringkas, langkah penelitian yang perilaku sistem secara utuh setelah reachability menjadi 1 dan sub-elemen reachability dan perpotongan yang
dilakukan adalah sebagai berikut: dilakukan identifikasi hubungan antar sub- (j,i) pada matriks reachability menjadi 0 sama merupakan tingkat atas pada
1. Pemetaan struktur rantai pasok elemen sistem dalam tiap elemen sistem Jika sub-elemen (i,j) pada SSIM diisi A, hirarki ISM Sub-elemen tingkat atas
buah manggis yang baru terbentuk (Eriyatno, 2003). Langkah – langkah analisis maka sub-elemen (i,j) pada matriks dalam hirarki tidak akan mendukung
di Kabupaten Bogor. Berdasarkan kebutuhan rantai pasok dan struktur reachability menjadi 0 dan sub-elemen keberadaan sub-elemen lain di tingkat
observasi lapangan dan informasi kelembagaan sebagai elemen sistem (j,i) pada matriks reachability menjadi 1 atasnya. Sub-elemen dipisahkan dari
yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan ISM adalah sebagai Jika sub-elemen (i,j) pada SSIM diisi sub-elemen lain setelah sub-elemen
mendalam diperoleh gambaran berikut: X, maka sub-elemen (i,j) pada matriks tingkat atas teridentifikasi. Proses
mengenai rantai pasok buah manggis 1. Penyusunan sub-elemen kebutuhan reachability menjadi 1 dan sub-elemen yang sama kemudian diulang untuk
yang baru terbentuk di Kabupaten rantai pasok dan struktur kelembagaan (j,i) pada matriks reachability menjadi 1 memperoleh sub-elemen lain pada
Bogor , yaitu mengenai kelembagaan yang diperoleh dari para pakar Jika sub-elemen (i,j) pada SSIM diisi O, tingkat berikutnya
yang ada pada saat ini, aliran produk, maka sub-elemen (i,j) pada matriks
aliran uang, dan aliran informasi di 2. Analisis hubungan kontekstual bahwa reachability menjadi 0 dan sub-elemen 5. Model struktural dapat dibuat dari
antara pihak pemangku kepentingan satu sub-elemen (sub-elemen i) (j,i) pada matriks reachability menjadi 0 matriks akhir reachability. Jika terdapat
dalam rantai pasok tersebut mendukung keberadaan sub elemen Transivitas hubungan kontekstual ter- hubungan antar sub-elemen i dan j,
2. Identifikasi kebutuhan rantai pasok lain (sub-elemen j). Hubungan sebut kemudian diperiksa (jika sub- maka anak panah dibuat dengan dari
Data kebutuhan rantai pasok diperoleh kontekstual antar sub-elemen i dan elemen i mendukung keberadaan sub- sub-elemen i ke sub-elemen j. Gambar
melalui pendapat pakar yang j ini diperoleh dari para pakar yang elemen j dan sub-elemen j mendukung ini disebut directed graph (digraph).
merupakan orang yang mempunyai memberikan pendapatnya melalui keberadaan sub-elemen k, maka Setelah transitivitas dihilangkan,
pengalaman dalam bisnis manggis. pengisian kuesioner dengan simbol sub-elemen i seharusnya mendukung digraph dikonversikan ke dalam model
Metode pemilihan pakar sebagai sebagai berikut: sub-elemen k) untuk memperoleh berdasarkan ISM.
responden pada penelitian ini adalah V: sub-elemen i mendukung matriks reachability akhir. Pada matriks
purposive sampling. Pakar yang keberadaan sub-elemen j, tetapi tidak akhir tersebut, kekuatan penggerak HASIL DAN PEMBAHASAN
dipilih merupakan wakil dari setiap sebaliknya sub-elemen ditunjukkan melalui Rantai Pasok Buah Manggis yang
anggota rantai pasok. Pada langkah A: sub-elemen j mendukung penjumlahan sub-elemen (i,j) pada tiap Terbentuk di Kabupaten Bogor
ini, keterkaitan antar kebutuhan rantai keberadaan sub-elemen i, tetapi tidak baris dan keterkaitan antar sub-elemen Suatu rantai pasok terdiri dari berbagai
pasok dianalisis dengan menggunakan sebaliknya ditunjukkan melalui penjumlahan sub- pihak, baik terlibat secara langsung maupun
metode ISM X: sub-elemen i dan sub-elemen j saling elemen (j,i) pada tiap kolom secara tidak langsung. Rantai pasok bersifat
3. Analisis struktur kelembagaan rantai mendukung keberadaannya dinamis dan memiliki aliran informasi,
pasok berdasarkan keterkaitan O: sub-elemen i dan sub-elemen j tidak 4. Kelompok reachability kelompok produk, dan uang. Struktur rantai pasok
kebutuhan rantai pasok yang telah saling behubungan antecedent untuk setiap sub-elemen menjelaskan mengenai pihak yang terlibat
teridentifikasi Structural Self Interaction Matrix diperoleh dari matriks reachability akhir. dan perannya serta aliran informasi, produk
(SSIM) kemudian dibuat berdasarkan Kelompok reachability mencakup satu dan uang pada rantai pasok. Struktur rantai
Data struktur kelembagaan rantai pasok hubungan kontekstual yang diperoleh sub-elemen dan sub-elemen lain yang pasok buah manggis di Kabupaten Bogor
juga diperoleh melalui pendapat para pakar dari para pakar tersebut. mungkin keberadaannya didukung ditunjukkan pada Gambar 1.

102 103
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 3 No. 1 | April - Juli 2010 (99 - 115) Kebutuhan dan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis - Retno Astuti, Marimin, Roedhy Poerwanto, Machfud, Yandra Arkeman

Peran masing-masing pihak yang terlibat pemeliharaan pohon manggis dan Dalam rantai pasok buah manggis ini, KBU negeri. Pada saat ini, eksportir yang
dalam rantai pasok buah manggis di pemanenan buah manggis, misal: hasil Al-Ihsan berperan sebagai penghubung terlibat dalam rantai pasok buah manggis
Kabupaten Bogor adalah sebagai berikut: panen para petani dicatat oleh petugas antara petani dan kelompok tani dengan di Kabupaten Bogor dengan perjanjian
kelompok tani kemudian dikumpulkan pelaku lain yang terlibat dalam rantai secara tertulis adalah PT. Agung Mustika
Petani dan dibawa ke gudang KBU Al-Ihsan, pasok, yaitu eksportir, Pusat Kajian Buah Selaras. Eksportir membeli buah manggis
Petani manggis merupakan pelaku dalam penjadualan panen, penjadualan Tropis Institut Pertanian Bogor (PKBT IPB), secara langsung dari KBU Al-Ihsan dan
rantai pasok yang berperan melakukan pemupukan serta pemangkasan, dan dan Horticultural Partnership Supporting membayarnya secara kontan. Harga beli
kegiatan budidaya manggis, mulai dari sebagainya. Program (HPSP). buah manggis disesuaikan dengan harga
pembibitan pohon manggis, pemeliharaan, jual buah manggis di negara konsumen
dan pemanenan. Koperasi Bina Usaha (KBU) Al-Ihsan KBU Al-Ihsan melakukan sorting pada buah serta berdasarkan kualitas buah manggis
KBU Al-Ihsan merupakan lembaga yang manggis yang dikirim oleh kelompok tani tersebut. Kualitas buah manggis yang dijual
Kelompok Tani merintis terbentuknya rantai pasok buah kemudian menjual buah manggis kualitas oleh KBU Al-Ihsan ditentukan setelah
Kelompok tani berperan dalam mencatat manggis di Kabupaten Bogor. Tujuan ekspor kepada eksportir secara langsung. dilakukan sorting dan grading oleh pihak
seluruh kegiatan petani anggota dari awal KBU Al-Ihsan merintis terbentuknya Buah manggis hasil sorting dan grading eksportir. Sebelum dikirim ke negara
kelompok tani tersebut, mulai dari rantai pasok buah manggis adalah untuk yang tidak memenuhi persyaratan kualitas konsumen, buah manggis dikemas agar
pembibitan pohon manggis, pemeliharaan, meningkatkan pendapatan petani dan ekspor dijual oleh KBU Al-Ihsan ke para kerusakan buah selama pengiriman dapat
dan pemanenan. Kelompok tani juga meningkatkan ketrampilan petani dalam pemasok swalayan / pemasok pedagang diminimumkan.
berperan dalam melakukan koordinasi budidaya manggis sehingga kualitas dan pengecer atau dijual langsung ke pedagang
terhadap anggotanya, terutama dalam kuantitas buah manggis dapat meningkat. pengecer. Pelaku Pendukung
Pusat Kajian Buah Tropis Institut Pertanian
Berdasarkan permintaan buah manggis Bogor (PKBT IPB)
Gambar 1. Struktur rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor dari eksportir, KBU Al-Ihsan mengatur PKBT IPB merupakan lembaga pengelola
jadwal panen tiap kelompok tani. Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS)
Koordinasi pemeliharaan pohon manggis dengan melakukan penelitian untuk
Petani PKBT IPB juga dilakukan oleh KBU Al-Ihsan, misal: menghasilkan teknologi yang bercirikan
pembagian pupuk bantuan eksportir, keunggulan akademik, mempunyai nilai
penentuan jadwal pemupukan, dan ekonomi, dan memberikan dampak sosial.
penentuan jadwal pemangkasan pohon Dalam rantai pasok buah manggis di
manggis. Kabupaten Bogor, PKBT IPB berperan dalam
Kelompok Tani HPSP
pembinaan kegiatan budidaya manggis
Untuk meningkatkan ketrampilan petani melalui penerapan teknologi, pembinaan
anggotanya dalam budidaya dan usaha kemitraan usaha untuk meningkatkan daya
manggis, KBU Al-Ihsan memberi fasilitas saing usaha manggis, dan penguatan peran
KBU Al-Ihsan Diperta
kepada para petani anggotanya berupa kelembagaan dalam pemasaran buah
pelatihan. Pelatihan tersebut dilakukan manggis segar untuk pasar ekspor.
bekerja sama dengan Dinas Pertanian a. Horticultural Partnership Supporting
(Diperta) Kabupaten Bogor, PKBT IPB, dan Program (HPSP)
Exportir HPSP. HPSP merupakan salah satu program
dari Indonesia-Benelux Chamber of
Aliran Manggis Informasi Eksportir Commerce (organisasi kamar dagang
Aliran Uang Teknologi, pengetahuan, Eksportir merupakan pihak yang terlibat nirlaba di Jakarta yang memberikan
dan ketrampilan dalam rantai pasok buah manggis sebagai layanan bagi pelaku usaha Indonesia,
penghubung dengan konsumen di luar Belanda, Belgia, dan Luxemburg). Dalam

104 105
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 3 No. 1 | April - Juli 2010 (99 - 115) Kebutuhan dan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis - Retno Astuti, Marimin, Roedhy Poerwanto, Machfud, Yandra Arkeman

rantai pasok buah manggis di Bogor, Hubungan antar kebutuhan pada rantai Tabel 3. Intepretasi Reachability Matrix Akhir untuk Kebutuhan Rantai Dengan daya gerak yang besar dan
Pasok Buah Manggis yang Baru Terbentuk di Kabupaten Bogor
HPSP berperan sebagai organisasi pasok ini diperoleh dari kumpulan ketergantungan terhadap sistem
j.
yang membantu dalam hal sarana pendapat para ahli. SSIM awal (Tabel 1 2 3 4 5 6 DP R yang lemah, maka ketersediaan
i
dan prasarana, pembinaan kegiatan 1) kemudian disusun berdasarkan 1 1 0 0 0 A 1 2 4 modal, ketersediaan teknologi,
usaha tani, pelatihan ketrampilan hubungan antar kebutuhan pada rantai 2 1 1 0 0 0 1 3 3 dan sumberdaya manusia yang
pasca panen, dan penguatan peran pasok tersebut. Reachability Matrix yang 3 1 1 1 0 0 1 4 2 berkualitas merupakan kebutuhan
kelembagaan dalam pemasaran buah diperoleh berdasarkan SSIM kemudian 4 1 1 0 1 1 1 5 1 yang diutamakan untuk dipenuhi
manggis segar untuk pasar ekspor. direvisi menurut aturan transitivity. 5 1 1 0 1 1 1 5 1 dalam rantai pasok ini. Tiga
6 0 0 0 0 0 1 1 5
b. Dinas Pertanian (Diperta) Intepretasi Reachability Matrix akhir untuk kebutuhan ini dapat terpenuhi
D 5 4 1 2 2 6
Diperta Kabupaten Bogor merupakan kebutuhan rantai pasok buah manggis R 2 3 6 4 4 4 jika dalam rantai pasok tersebut
perwakilan dari pihak pemerintah yang baru terbentuk di Kabupaten Bogor, Keterangan: DP: Driver Power, D: Dependence, R: Rank melibatkan lembaga yang
yang memiliki kepentingan terhadap ditunjukkan pada Tabel 3, sedangkan mempunyai daya gerak yang
keberlangsungan sektor pertanian di diagram model struktural kebutuhan rantai besar untuk menyediakan modal,
Gambar 2. Diagram model struktural kebutuhan rantai pasok buah manggis
Kabupaten Bogor. Dalam rantai pasok pasok buah manggis yang baru terbentuk yang baru terbentuk di Kabupaten Bogor menyediakan teknologi dan
buah manggis di Kabupaten Bogor, di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada mningkatkan kualitas sumberdaya
Diperta berperan dalam pembinaan Gambar 2. Matriks DP-D kebutuhan rantai manusia. Keterlibatan lembaga
6. Peningkatan pendapatan pelaku
dan penyuluhan budidaya dan usaha pasok buah manggis yang baru terbentuk dalam rantai pasok perbankan/keuangan, lembaga
manggis. di Kabupaten Bogor kemudian dapat penelitian/universitas, LSM/fasilita-
dibuat berdasarkan Driver Power (DP) 1. Jaminan kualitas dan kuantitas buah tor, pemerintah, dan investor
manggis yang siap dipasarkan
Kebutuhan Rantai Pasok dan Dependence (D). Matriks tersebut ke pasar ekspor
dapat mendukung pemenuhan
Kebutuhan rantai pasok diperoleh dari hasil ditunjukkan pada Gambar 3. kebutuhan utama rantai pasok ini.
identifikasi rantai pasok buah manggis 2. Jaminan kualitas dan kuantitas
yang baru terbentuk di Kabupaten Bogor, Diagram struktural kebutuhan rantai pasokan buah manggis Pada saat ini, KBU Al-Ihsan sebagai
yang merupakan hasil panen petani
yaitu: (1) Jaminan kualitas dan kuantitas pasok buah manggis yang baru terbentuk penggerak rantai pasok buah
buah manggis yang siap dipasarkan ke di Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa manggis ini masih mengalami
3. Sumberdaya manusia
pasar ekspor, (2) Jaminan kualitas dan dukungan ketersediaan modal dan yang berkualitas kesulitan untuk memberikan
kuantitas pasokan buah manggis yang ketersediaan teknologi dibutuhkan oleh kemudahan dalam hal akses
merupakan hasil panen petani manggis rantai pasok buah manggis yang baru 4. Ketersediaan 5. Ketersediaan
permodalan usaha manggis kepada
di Kabupaten Bogor, (3) Sumberdaya terbentuk di Kabupaten Bogor. Ketersediaan modal teknologi petani manggis anggotanya. KBU
manusia yang berkualitas, (4) Ketersediaan modal dan ketersediaan teknologi akan Al-Ihsan harus mampu bersaing
modal, (5) Ketersediaan teknologi, serta saling mendukung untuk memenuhi dengan para tengkulak yang
(6) Peningkatan pendapatan pelaku dalam kebutuhan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan memberikan
rantai pasok. berkualitas dalam rantai pasok tersebut. Ketersediaan modal, ketersediaan teknologi, modal atau dana talangan pemasaran
dan sumberdaya manusia yang berkualitas yang lebih besar. Petani masih lebih
mempunyai daya gerak yang besar untuk memilih menjual buah manggisnya kepada
Tabel 1. SSIM Awal untuk Kebutuhan Rantai Pasok Buah Manggis Tabel 2. Reachability Matrix untuk Kebutuhan Rantai Pasok Buah Manggis memenuhi kebutuhan lain dalam rantai pembeli yang sudah menjamin kepastian
yang Baru Terbentuk di Kabupaten yang Baru Terbentuk di Kabupaten Bogor
pasok buah manggis yang baru terbentuk pendapatannya dengan cara membayar
j. j.
1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 di Kabupaten Bogor. Ketiga kebutuhan pembeliannya di muka walaupun harga
i i
tersebut mempunyai ketergantungan yang pembeliannya rendah. Jika petani tidak
1 A A A A V 1 1 0 0 0 A 1
2 A A V V 2 1 1 0 0 0 1 lemah terhadap kebutuhan lain dalam rantai menjual buah manggisnya ke KBU Al-Ihsan,
3 O O V 3 1 1 1 0 0 1 pasok ini. Hal ini ditunjukkan pada matriks maka kuantitas pasokan buah manggis ke
4 O V 4 1 1 0 1 1 1 DP-D kebutuhan rantai pasok buah manggis eksportir akan berkurang. Oleh karena itu,
5 V 5 1 1 0 1 1 1 yang baru terbentuk di Kabupaten Bogor. KBU Al-Ihsan membayar di muka sebagian
6 6 0 0 0 0 0 1

106 107
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 3 No. 1 | April - Juli 2010 (99 - 115) Kebutuhan dan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis - Retno Astuti, Marimin, Roedhy Poerwanto, Machfud, Yandra Arkeman

Gambar 3. Matriks DP-D kebutuhan rantai pasok buah manggis yang baru terbentuk di Kabupaten Bogor jika sumber daya manusia yang terlibat pakar, yaitu: (1) Petani, (2) Kelompok tani,
dalam rantai pasok tersebut berkualitas. (3) Pengumpul, (4) Industri pengemas/
Sumber daya manusia yang berkualitas pengolah, (5) Pedagang pengecer, (6)
dapat diperoleh melalui peningkatan Asosiasi Pelaku Usaha Manggis (ASPUMA),
IV III ketrampilan dan pengetahuan petani (7) Eksportir, (8) Perusahaan transportasi, (9)
6
dalam budidaya dan bisnis manggis. Pemasok bibit, (10) Lembaga perbankan/
5 4,5 Kebutuhan jaminan kualitas dan kuantitas finansial, (11) Koperasi, (12) Lembaga
pasokan buah manggis yang merupakan penelitian / universitas, (13) LSM / fasilitator,
Driver Power

4 3
hasil panen petani merupakan kebutuhan (14) Pemerintah, dan (15) Investor
3 2
yang mempunyai penggerak dan
2 1 ketergantungan yang besar. Perubahan Hubungan antar kelembagaan dalam rantai
kebutuhan tersebut dapat mempengaruhi pasok ini diperoleh dari studi pustaka dan
1 6
perubahan kebutuhan lain. Dengan kumpulan pendapat para ahli. SSIM awal
0 jaminan kualitas dan kuantitas pasokan (Tabel 4) kemudian disusun berdasarkan
0 1 2 3 4 5 6 7
buah manggis yang merupakan hasil panen hubungan antar kelembagaan dalam
I Dependence II
petani, maka kebutuhan jaminan kualitas rantai pasok tersebut. Reachability Matrix
dan kuantitas buah manggis yang siap yang diperoleh berdasarkan SSIM (Tabel
dipasarkan ke pasar ekspor diharapkan 5) kemudian direvisi menurut aturan
dapat terpenuhi. Jika kualitas dan kuantitas transitivity. Intepretasi Reachability Matrix
Keterangan: I : Autonomous, II : Dependent, III : Linkage, IV : Independent
pasar ekspor dapat terpenuhi, maka buah akhir untuk kelembagaan rantai pasok
manggis akan dibeli dengan harga yang buah manggis yang baru terbentuk di
tinggi sehingga kebutuhan peningkatan Kabupaten Bogor, ditunjukkan pada Tabel
pembelian buah manggis dari petani. Hal ini secara berkesinambungan karena mutu 6, sedangkan diagram model struktural
pendapatan pelaku dalam rantai pasok
menyebabkan KBU Al-Ihsan membutuhkan hasilnya masih perlu diperbaiki agar dapat kelembagaan rantai pasok buah manggis
tersebut dapat terpenuhi.
modal untuk sistem transaksi pembelian ini. diterima oleh konsumen. yang baru terbentuk di Kabupaten Bogor
Kebutuhan peningkatan pendapatan ditunjukkan pada Gambar 4. Matriks DP-D
Selain ketersediaan modal, rantai pasok Sarana teknologi informasi juga belum kelembagaan rantai pasok buah manggis
pelaku dalam rantai pasok buah manggis
buah manggis yang baru terbentuk di diperhatikan secara serius oleh semua yang baru terbentuk di Kabupaten Bogor
yang baru terbentuk di Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor ini juga membutuhkan pihak yang terlibat dalam rantai pasok buah kemudian dapat dibuat berdasarkan Driver
serta jaminan kualitas dan kuantitas
ketersediaan teknologi. Petani anggota KBU manggis di Kabupaten Bogor. Teknologi Power (DP) dan Dependence (D). Matriks
buah manggis yang siap dipasarkan ke
Al-Ihsan telah mendapatkan bimbingan dan informasi yang dapat dimanfaatkan tersebut ditunjukkan pada Gambar 5.
pasar ekspor merupakan kebutuhan yang
pengarahan dari PKBT IPB dalam teknologi untuk mengetahui harga dan permintaan
tergantung pada kebutuhan lain dan
pasca panen teknologi pengolahan buah buah manggis secara online dari waktu IMPLIKASI MANAJERIAL
mempunyai kekuatan penggerak yang
manggis, tetapi teknologi tersebut belum ke waktu belum dimiliki oleh semua Diagram struktural kelembagaan rantai
lemah. Hal tersebut ditunjukkan pada
dimanfaatkan secara optimal. Para petani pelaku yang terlibat dalam rantai pasok pasok buah manggis yang baru terbentuk
matriks DP-D kebutuhan rantai pasok buah
tersebut telah mencoba mengolah buah ini. Kelancaran arus informasi sebenarnya di Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa
manggis yang baru terbentuk di Kabupaten
manggis yang tidak memenuhi standar sangat dibutuhkan untuk menciptakan KBU Al-Ihsan, ASPUMA, eksportir, lembaga
Bogor, yaitu kedua kebutuhan tersebut
kualitas ekspor menjadi produk olahan transparansi yang lebih baik antara pihak perbankan/keuangan, lembaga penelitian/
terletak pada kuadran II.
yang memiliki nilai tambah. Pengolahan yang terlibat dalam rantai buah pasok universitas, LSM/fasilitator, pemerintah,
yang dilakukan antara lain pembuatan jus manggis di Kabupaten Bogor.
Struktur Kelembagaan Rantai Pasok dan investor mempunyai daya gerak yang
manggis dan bubur manggis yang dapat kuat dalam proses bisnis rantai pasok buah
Struktur kelembagaan rantai pasok
diawetkan di dalam freezer hingga beberapa Kebutuhan jaminan kualitas dan kuantitas manggis yang baru terbentuk di Kabupaten
diperoleh dari hasil identifikasi rantai pasok
bulan lamanya untuk dimanfaatkan sarinya, pasokan buah manggis yang merupakan Bogor. Kesembilan lembaga tersebut
buah dari beberapa pustaka dan pendapat
tetapi kegiatan ini belum dilaksanakan hasil panen petani dapat terpenuhi

108 109
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 3 No. 1 | April - Juli 2010 (99 - 115) Kebutuhan dan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis - Retno Astuti, Marimin, Roedhy Poerwanto, Machfud, Yandra Arkeman

Tabel 4 SSIM Awal untuk Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis yang Baru Terbentuk di Kabupaten Bogor Gambar 4. Diagram model struktural kelembagaan rantai pasok buah manggis yang baru terbentuk di Kabupaten Bogor
j.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
i
1 X X X X A X X A A A A A A Industri
Kelompok Perusahaan Pemasok
2 X X X A X X A A A A A A Petani Pengumpul Pengemas / Pedagang
Tani Transportasi Bibit
3 X X A X X A A A A A A Pengolah
4 X A X X A A A A A A
5 A X X A A A A A A
6 V V X V X X X X
7 X A A A A A A
Asosiasi Pelaku
8 A A A A A A KBU Al-Ihsan
9 V X X X X Usaha Manggis
10 A A A A
11 X X X
12 X X
Lembaga Lembaga
13 X LSM /
Eksportir Perbankan / Penelitian / Investor Pemerintah
14 Fasilitator
Finansial Universitas

Tabel 5 Reachability Matrix untuk Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis yang Baru Terbentuk di Kabupaten Bogor

j.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
i Gambar 5. Matriks DP-D kebutuhan rantai pasok buah manggis yang baru terbentuk di Kabupaten Bogor
1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
3 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
4 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 15
5 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 14
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 6, 9, 11, 12, 13,
7 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 12
11 14
8 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 10

Drver Power
9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
10 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 8 10
11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7
6 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 5
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3
2
1
0
Tabel 6 Intepretasi Reachability Matrix Akhir untuk Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis yang Baru Terbentuk di Kabupaten Bogor
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
j. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 DP R Dependence
i
3
1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 7
3
2 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 7
3
3 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 7 Keterangan: I : Autonomous, II : Dependent, III : Linkage, IV : Independent
3
4 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 7
3
5 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 7
2
6 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 8
1
7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 mempunyai ketergantungan yang lemah yang baru terbentuk di Kabupaten Bogor
3
8 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 7
9 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 7
3 terhadap lembaga lain dalam rantai pasok karena (1) Kebutuhan eksportir untuk
1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 ini. Hal ini ditunjukkan pada matriks DP-D mengekspor buah manggis dengan kualitas
2
11 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 8 kelembagaan rantai pasok buah manggis dan kuantitas serta waktu pengiriman yang
1
12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
1 yang baru terbentuk di Kabupaten Bogor. sesuai dengan permintaan konsumen. (2)
13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
1
14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Pinjaman modal dari lembaga perbankan/
1
15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14
KBU Al-Ihsan dan ASPUMA dapat melakukan finansial dengan pengembalian yang
D 14 14 14 14 14 7 6 14 14 6 7 6 6 6 6
R 1 1 1 1 1 2 3 1 1 3 2 3 3 3 3 perannya dalam rantai pasok buah manggis dapat terjangkau oleh KBU Al-Ihsan serta
Keterangan: DP: Driver Power, D: Dependence, R: Rank

110 111
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 3 No. 1 | April - Juli 2010 (99 - 115) Kebutuhan dan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis - Retno Astuti, Marimin, Roedhy Poerwanto, Machfud, Yandra Arkeman

asosiasi petani dan pengusaha manggis. (3) merupakan pengurus ASPUMA sehingga ditanggung oleh pihak pemasok dan yang berkualitas dalam rantai pasok yang
Dukungan penelitian dan pengembangan peran ASPUMA sebagai lembaga nasional eksportir dapat diminimumkan. baru terbentuk di Kabupaten Bogor.
teknologi dan ketrampilan dalam belum optimal. Ketersediaan modal, ketersediaan teknologi,
melakukan bisnis manggis dari lembaga Perusahaan transportasi dan pemasok bibit dan sumberdaya manusia yang berkualitas
penelitian/universitas, LSM/fasilitator. (4) Peningkatan peran ASPUMA akan saling manggis juga dapat dilibatkan dalam rantai mempunyai daya gerak yang besar untuk
Dukungan kebijakan pemerintah terkait mendukung dengan KBU Al-Ihsan untuk pasok buah manggis yang baru terbentuk memenuhi kebutuhan lain dalam rantai
dengan pinjaman modal serta akses menggerakkan petani, kelompok tani, di Kabupaten Bogor ini. Perusahaan pasok tersebut. Dengan daya gerak yang
informasi dan teknologi. (5) Tambahan pengumpul, industri pengemas/pengolah, transportasi yang dijadikan mitra adalah besar dan ketergantungan terhadap sistem
modal dari investor. Pada rantai pasok pedagang, perusahaan transportasi, dan perusahaan transportasi yang bersedia yang lemah, maka ketersediaan modal,
buah manggis yang baru terbentuk di pemasok bibit. Pada saat ini, lembaga yang terikat kontrak untuk menjamin kualitas ketersediaan teknologi, dan sumberdaya
Kabupaten Bogor ini, belum tampak peran dapat digerakkan secara lebih intensif oleh buah manggis selama dalam pengangkutan manusia yang berkualitas merupakan
dari lembaga perbankan/finansial dan KBU Al-Ihsan adalah petani dan kelompok sehingga resiko kerusakan yang ditanggung kebutuhan yang diutamakan untuk
investor. Dukungan kebijakan pemerintah tani. KBU Al-Ihsan akan mulai menggerakkan oleh pemasok dapat diminimumkan. dipenuhi dalam rantai pasok ini. Kebutuhan
yang terkait dengan pinjaman modal serta pengumpul untuk membantu KBU Al-Ihsan Kualitas buah manggis yang dipasok kepada lain yang mempunyai daya gerak yang
akses informasi dan teknologi juga belum mengumpulkan buah manggis dari daerah eksportir juga akan lebih baik jika buah besar adalah kebutuhan jaminan kualitas
intensif disosialisasikan kepada para pelaku lain jika KBU Al-Ihsan kekurangan buah manggis tersebut berasal dari pohon yang dan kuantitas pasokan buah manggis yang
usaha manggis sehingga mereka belum manggis untuk memenuhi permintaan bibitnya telah tersertifikasi. Oleh karena itu, merupakan hasil panen petani. Kebutuhan
dapat memanfaatkan dukungan tersebut eksportir. pemasok bibit manggis dapat dilibatkan ini mempunyai ketergantungan yang
untuk meningkatkan kinerja usahanya. dalam rantai pasok ini agar kualitas buah besar dengan kebutuhan lain sehingga
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan KBU Al-Ihsan pada saat ini sedang manggis lebih terjamin karena berasal dari perubahannya dapat mempengaruhi
keterlibatan lembaga perbankan/finansial, merencanakan pendirian industri pengolah bibit yang telah tersertifikasi yang dipasok perubahan kebutuhan lain.
investor, dan pemerintah sebagai lembaga buah manggis untuk mengolah buah oleh pemasok bibit manggis tertentu.
yang mempunyai daya gerak yang kuat manggis yang tidak memenuhi persyaratan Hasil analisis struktur kelembagaan
dalam rantai pasok ini. untuk diekspor. Industri pengolah ini KESIMPULAN menunjukkan bahwa KBU Al-Ihsan dan
tidak harus didirikan oleh KBU Al-Ihsan, Sebagai rantai pasok yang baru terbentuk, ASPUMA akan menggerakkan petani,
Dengan dukungan dari eksportir, lembaga tetapi industri pengolah ini dapat menjadi kinerja rantai pasok buah manggis di kelompok tani, pengumpul, industri
perbankan/keuangan, lembaga penelitian/ anggota rantai pasok dengan cara bermitra Kabupaten Bogor perlu ditingkatkan agar pengemas/pengolah, pedagang,
universitas, LSM/fasilitator, pemerintah, dan dengan industri pengolah buah manggis dapat menjalankan proses bisnisnya secara perusahaan transportasi, dan pemasok
investor, maka KBU Al-Ihsan dan ASPUMA yang sudah beroperasi. Selain industri efektif dan efisien. Identifikasi kebutuhan bibit dengan dukungan dari eksportir,
akan menggerakkan petani, kelompok tani, pengolah, industri pengemas dapat terlibat dan struktur kelembagaan pada rantai lembaga perbankan/keuangan, lembaga
pengumpul, industri pengemas/pengolah, dalam rantai pasok buah manggis yang baru pasok buah manggis yang baru terbentuk penelitian/universitas, LSM/fasilitator, pe-
pedagang, perusahaan transportasi, dan terbentuk di Kabupaten Bogor ini Sorting di Kabupaten Bogor perlu dilakukan untuk merintah, dan investor. Peran ASPUMA,
pemasok bibit. ASPUMA merupakan dan grading sekaligus dapat dilakukan meningkatkan efisiensi dan efektivitas lembaga perbankan/finansial, investor,
sebuah organisasi yang baru didirikan di industri pengemas ini. Keterlibatan rantai pasok tersebut mencapai tujuannya. dan pemerintah perlu ditingkatkan dalam
pada tahun 2008 dengan tujuan untuk industri pengemas buah manggis Pemahaman hubungan antar kebutuhan rantai pasok ini. Lembaga yang belum
memberikan informasi secara umum yang akan diekspor dapat mengurangi dan antar lembaga pada rantai pasok terlibat dalam rantai pasok ini, tetapi
kepada pelaku rantai pasok serta pihak kerusakan buah manggis selama dalam tersebut dilakukan dengan menggunakan perlu dilibatkan adalah industri pengolah/
lain yang tertarik dengan bisnis manggis transportasi. Industri pengemas ini dapat metode Intepretive Structural Modeling (ISM). pengemas, perusahaan transportasi, dan
di Indonesia. Pada saat ini, peran ASPUMA didirikan oleh eksportir di tempat yang perusahaan bibit.
dalam rantai pasok buah manggis yang merupakan pertengahan antar daerah Hasil analisis menunjukkan bahwa
baru terbentuk di Kabupaten Bogor masih pemasok buah manggis dengan tempat ketersediaan modal dan ketersediaan Pembentukan rantai pasok dapat
rancu dengan peran KBU Al-Ihsan karena eksportir memberangkatkan buah manggis teknologi akan saling mendukung untuk meningkatkan keunggulan bersaing buah
sebagian besar pengelola KBU Al-Ihsan untuk diekspor sehingga kerusakan yang memenuhi kebutuhan sumberdaya manusia manggis dari Kabupaten Bogor untuk

112 113
Integritas - Jurnal Manajemen Bisnis | Vol. 3 No. 1 | April - Juli 2010 (99 - 115) Kebutuhan dan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis - Retno Astuti, Marimin, Roedhy Poerwanto, Machfud, Yandra Arkeman

pasar eksport karena proses bisnisnya Kegiatan antar satu lembaga dengan Interpretative Structural Modelling and Kemitraan Rantai Pasok Komoditas
dapat dilakukan dengan lebih efektif dan lembaga lainnya juga harus saling Analytic Hierarchy Process. International Hortikultura. Jakarta: Pusat Analisis Sosial
Journal of Management and Decision Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan
efisien. Dalam melakukan proses bisnisnya, mendukung untuk memenuhi kebutuhan
Making, Vol. 9, No. 2 , 163-182 Penelitian dan Pengembangan Pertanan,
seluruh lembaga yang terlibat dalam rantai rantai pasok secara bersama. Oleh karena Departemen Pertanian.
pasok buah manggis yang baru terbentuk itu, para pengelola di setiap lembaga harus Marimin, 2008, Country Report: Supply Chains
di Kabupaten Bogor akan saling terkait dapat mengelola hubungan antar lembaga for Perishable Horticulture Products in Unggulan Tropika untuk Ekspor. Diunduh dari
Indonesia. Tokyo: Asian Productivity http://www.hortikultura.go.id/index.
satu dengan yang lain sehingga pemilihan dalam rantai pasok agar proses bisnis yang
Organization (APO) Research on Supply php?option=com_content&task=view&i
lembaga dalam rantai pasok diperlukan dilakukan dapat tetap terkendali sesuai Chains in Agribusiness. d=240&Itemid=2 . Diakses 16 Juli 2009
untuk keberlanjutannya. Lembaga yang dengan tujuan rantai pasok tersebut.
berperan pada keberlanjutan rantai pasok Saptana, Agustian, A., Mayrowani, H., dan
Sunarsih. (2006). Analisis Kelembagaan
hendaknya dipertimbangkan untuk
dilibatkan dalam proses bisnis rantai pasok
tersebut.

Direktorat Jendral Hortikultura. (2008). Upaya Faisal, M. N., Banwet, D.K., dan Shankar, R..
Referensi Pengembangan Kawasan Buah (2006). Supply Chain Risk Mitigation:
Modeling the Enablers. Business Process
Eaton, D., Bijman, J., dan Meijerink, G. (2008). The Management Journal, Vol 12, No. 4, 535 –
role of the institutional environment in 552
promoting the fresh fruit and vegetable
sector: A comparison between Tanzania, Gorvett, R. dan Liu, N. (2006). Interpretive
Ethiopia, Kenya and Uganda. Markets, Structural Modeling of Interactive Risks,
Chains, and Sustainable Developments, Enterprise Risk Management Symposium,
Strategy and Policy Brief, Paper No. 11. Society of Actuaries. Chicago, IL April 23-
26, 2006.
Eriyatno. (2003). Ilmu Sistem, Meningkatkan
Mutu dan Efektivitas Manajemen. Bogor: Indraningsih, K. S., Ashari, dan Friyatno, S.
IPB Press (2007). Strategi Pengembangan Model
Kelembagaan Kemitraan Agribisnis
Faisal, M.N. (2010). Analysing the Barriers to Hortikultura di Bali. Bogor: Pusat Analisis
Corporate Social Responsibility in Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Supply Chains: An Interpretive Structural
Modelling Approach. International Journal Kannan, G., Haq, A.N., Sasikumar, P., dan
of Logistics Research and Applications. Vol. Arunachalam, S.(2008). Analysis and
13, No. 3, 179 – 195 Selection of Green Suppliers Using

114 115

You might also like