Professional Documents
Culture Documents
Laporan Pemberdayaan Kelompok Difabel Dalam Sosialisasi Politik Sebagai Pemilih Pemula
Laporan Pemberdayaan Kelompok Difabel Dalam Sosialisasi Politik Sebagai Pemilih Pemula
Abstract
Abstrak
Pendahuluan
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN PENELITIAN
Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
Kajian Pustaka
Temuan data
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Informan ke-tiga adalah Prisillia Anggun Wibowo
berusia 19 tahun, tinggal di Kalijudan-Surabaya. Proses
wawancara didampingi oleh ibu Suci untuk menerjemahkan
respon siswa dan membantu peneliti dalam menyampaikan
pertanyaan kepada subyek. Prisil adalah siswi kelas XI
dengan hambatan tuna rungu. Ia juga memiliki kesamaan
dengan siswa difabel lainnya. Prisil masih kurang dalam
kesadaran berpartisipasi dalam pemilu. Untuk sosialisasi
pemilu Prisil hanya mendapatkan sosialisasi di kelas melalui
kegiatan belajar mengajar di mata pelajaran PPKn. Karena
ia memiliki hambatan tuna rungu, maka dalam mengikuti
sosialisasi pemilu di kelas ia mengandalkan pendengaran
dan gerak bibir dari guru. Secara intelektual ia dapat
memahami pemilu itu seperti apa, pemilu harus memilih
siapa, kandidatnya siapa saja, ia dapat memahaminya.
Ketika peneliti menanyakan apakah Prisil sudah pernah
berpartisipasi dalam pemilu, Prisil mengatakan bahwa
sebelumnya ia belum pernah mencoblos. Alasan subyek
tidak pernah berpartisipasi dalam pemiliu karena
sebelumnya ia tidak mengetahui kapan pelaksanaan pemilu
baik pemilihan wali kota atau pemilihan presiden. Subyek
juga menambahkan bahwa alasan lain adalah karena pada
waktu itu identitas di KTP nya masih identitas Ambon, jadi
ia tidak dapat melaksanakan pemilihan wali kota Surabaya.
Informan 4
Informan 6
Informan 7
Analisis Data
Kesimpulan
Penerapan pembelajaran tentang politik dilakukan
dalam bentuk penyampaian materi di kelas dan simulasi
pemilihan OSIS, dimana sekolah SMA Galuh Handayani
menggunakan sistem demokrasi. Jadi pada praktek
pemilihan OSIS semua penyampaiannya ilmu dan praktek
politik tidak membedakan keterbatasan siswa. Meskipun
peran guru masih besar dalam terlaksananya kegiatan
demokrasi seperti memberikan gagasan, ide dan
sebagainnya. Kegiatan simulasi pemilihan OSISdiajarkan
cara memilih dan mengenali kandidat yang berkontestasi.
Siswa dan siswi berkebutuhan khusus sangat mudah
terpengaruh oleh lingkungan sekitar seperti teman,
tetangga dan sebagainnya. Namun guru-guru di sekolah
SMA Galuh Handayanimengajar mengajarkan siswanya agar
tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan dengan caraguru-
guru disini menanamkan sikap percaya pada diri sendiri dan
juga untuk meminimalisir terjadinya intervensi dari pihak
lainnya ketika melaksanakan hak pilihnya nanti.
Peranan sekolah sangat penting dalam meminimalisir
terjadinya kesalahan yang hanya membuat siswa difabel
tidak percaya diri dan tidak mandiri.Seperti fenomena yang
terjadi disekolahan Galuh Handayani ini para guru-guru
menanamkan sikap percaya diri agar siswa-siwanya bisa
hidup mandiri untuk dirinya sedniri dan mengurangi
ketergantungannya kepada orang lain. Oleh karena itu guru-
guru tidak hanya memberikan sosialisasi ketika menjelang
pemilu akan tetapi jauh-jauh hari para pengajar
memberikan sosialisai mengenai perpolitiakan di
Indonesia.dalam penelitian tersebut apabila dikaitkan
dengan darwinisme sosial dapat dilihat bahwa di sekolah
Galuh Handayani Sendiri terutama kepada siswa yang
sebagai pemilih pemula tidak menerima pendekatan amal
atau mendapatkan praktik money politik yang berasal dari
para kandidat yang bertarung.
Pentingnya peran sekolah terhadap sosialisasi politik
untuk kelompok difabel juga menentukan pengetahuan dan
minat siswa disabilitas tentang politik Indonesia dan
penggunaan hak suara mereka dalam pemilu. Namun tidak
semua siswa dan siswi disabilitas yang merasakan atau
belum mendapatkan sosialisasi politik. Sekolah inklusi SMA
Galuh Handayani setidaknya telah berusaha untuk
mensosialisaikan pengetahuan politik sesuai dengan
penjelasan kepala sekolah menekankan dan
mensosialisasikan bagaimana politik yang sebenarnya agar
mereka (kelompok difabel) tidak dirugikan dan mudah
dipengaruhi pihak-pihak tertentu dalam menggunakan
suaranya. Seperti pelarangan adanya intervensi terhadap
pilihan masing masing anak, penolakan politik uang, dan
segala hal yang tidak benar dalam politik. Sehingga perlu
adanya peningkatan sosialisasi pengetahuan tentang politik
secara baik agar semua siswa dan siswi mereka mengerti
dengan sangat baik mengenai dunia politik.
DAFTAR PUSTAKA