Professional Documents
Culture Documents
2193-Article Text-2779-1-10-20171231
2193-Article Text-2779-1-10-20171231
Abstract. Sulistiani HR, Handayani S, Pangastuti A. 2012. Characterization of isoflavone bioactive compounds and antioxidant activity
test of ethanol extract of tempe made from Glycine soja, Lablab purpureus, and Phaseolus lunatus. Biofarmasi 14: 62-72. The aim of this
research was: (i) finding out the content of the isoflavone compounds of daidzein, genistein, glisitein, and factor-2, (ii) conducting the
test of antioxidant activity of the tempeh made of black soybean, hyacinth bean, and lima bean with the variations of length of
fermentation (0,1,2, 3, 4 day(s)), and (iii) comparing the antioxidant activity of the black soybean, hyacinth bean, and lima bean and
their tempeh product with both the ethanol extract of the yellow soybean and its tempeh product and several natural antioxidants (α-
tocoferol, ß carotene, ascorbic acid) and BHT synthetic antioxidant. The materials used for the research were black soybean, hyacinth
bean, and lima bean with the variations of seed measure (whole seed and chopped seed) and length of fermentation (0,1,2, 3, 4 day(s)).
The method used to extract the isoflavone compounds was maceration, and the method used to identify the isoflavone compounds was
that of HPLC. The test of antioxidant activity used the method of DPPH. The calculation of the antioxidant activity used the computer
program of SPSS, Version 15. General Model – Univariate and One Way – Anova. The results of the research showed that both the
whole black soybean and hyacinth bean genistein, while the whole lima bean contained daidzein. The largest total contents of isoflavone
were in the 2-day fermentation of the black soybean, in the 1-day fermentation of the hyacinth bean, in the 3-day fermentation of the
lima bean, and in the 2-day fermentation of the yellow soybean. The highest antioxidant activity in the 3-day fermentation of the black
soybean, hyacinth bean, lima bean, and yellow soybean; the black soybean highest antioxidant activity compared to other compounds
such as ß-carotene, α- tocopherol, vitamin C, and BHT synthetic antioxidant. Thus, the black soybean and its tempeh product fermented
for three days were potential to be used as a natural antioxidant.
Keywords: Antioxidant, ethanol extract, Glycine soja, isoflavone, Lablab purpureus, Phaseolus lunatus, tempe
Selama ini kita ketahui antioksidan yang digunakan waktu fermentasi kedelai untuk menghasilkan tempe yang
sebagai pengawet pada bahan makanan adalah antioksidan paling optimum dari sisi cita rasa untuk dikonsumsi, tetapi
sintetik seperti Butylated Hydroxyanisole (BHA), lama waktu fermentasi yang optimum untuk menghasilkan
Butylated Hydroxytoluene (BHT), Propyl Gallat (PG) dan ekstrak antioksidan khususnya isoflavon yang optimum
Etylene Diamine Tetra Acetic Acid (EDTA). Pemanfaatan belum diketahui. Kedelai hitam, koro hitam, dan koro
zat antioksidan sintetik dapat menimbulkan gangguan kratok mempunyai ukuran biji yang hampir sama dari
kesehatan bagi konsumen antara lain gangguan fungsi hati, ukuran biji kedelai, untuk itu perlu diteliti lama waktu
paru, mukosa usus, dan keracunan (Suryo dan Tohari fermentasi untuk menghasilkan ekstrak antioksidan
1995). Untuk itu perlu dicari alternatif lain untuk khususnya isoflavon yang optimum. Penelitian ini akan
mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu cara adalah difokuskan pada optimasi produksi senyawa antioksidan
dengan mengganti pemanfaatan antioksidan sintetik khususnya isoflavon dengan variasi lama waktu fermentasi
dengan antioksidan alami. Mengingat adanya kandungan baik pada biji kedelai dan produk tempenya maupun pada
isoflavon dalam kedelai yang dapat berfungsi sebagai biji koro hitam, koro kratok serta kedelai hitam dan produk
antioksidan, maka tempe kedelai dapat direferensikan tempenya.
sebagai bahan baku sumber antioksidan alami. Disamping Untuk memperoleh zat antioksidan alami, dapat
sebagai antioksidan, isoflavon daidzein, genistein, glisitein dilakukan dengan cara ekstraksi tanaman menggunakan
dan faktor-2 juga mempunyai khasiat lain diantaranya pelarut organik seperti, heksana, benzena, etil eter,
sebagai estrogenik (zat yang mirip estrogen), anti kloroform, etanol atau metanol. Metanol 90 % merupakan
inflamasi, anti tumor atau anti kanker, anti hemolisis, anti pelarut optimum untuk mengekstrak isoflavon dari kedelai,
kontriksi (penyempitan) pembuluh darah, anti kolesterol, namun penggunaannya untuk skala komersial masih perlu
menurunkan kadar trigliserida VLDL dan LDL serta dikaji lebih lanjut karena bersifat toksik. Penelitian dengan
meningkatkan HDL (pawiroharsono 2001). Dengan menggunakan pelarut etanol untuk ekstraksi diharapkan
demikian isoflavon dari tempe kedelai selain berkhasiat dapat mengganti metanol untuk menghasilkan ekstrak
sebagai antioksidan juga mempunyai khasiat ganda seperti antioksidan alami secara komersial, karena kepolaran
yang tertera diatas. etanol mendekati metanol dan relatif tidak beracun (Ariani
Pada saat ini tengah terjadi dilema dalam memproduksi dan Hastuti 2009). Untuk selanjutnya pada penelitian ini
bahan pangan berbahan baku kedelai (termasuk tempe), juga akan difokuskan pada ekstraksi dengan menggunakan
karena harganya yang melambung yaitu, dari Rp 2.500,00 pelarut etanol.
(tahun 2004) menjadi Rp 8.000,00 (tahun 2009) / kg. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah:
Penurunan harga kedelai sudah tidak memungkinkan lagi Mengetahui lama waktu fermentasi yang optimum untuk
karena saat ini kedelai selain diperebutkan sebagai bahan menghasilkan ekstrak etanol tempe berbahan baku kedelai
pangan (food ), juga untuk pakan (feed). Untuk itu perlu hitam, koro hitam dan koro kratok dengan aktivitas
dicari alternatif lain, yaitu dengan menggali potensi bahan antioksidan yang optimum pada perlakuan fermentasi (0, 1,
lokal yang murah dan melimpah di Indonesia sebagai 2, 3, 4 hari). Mengetahui Isoflavon jenis apa saja yang
alternatif pengganti kedelai sebagai sumber antioksidan terkandung dalam tempe berbahan baku koro hitam, koro
alami khususnya isoflavon (Ariani 2001) kratok serta kedelai hitam dan produk tempenya
Handajani et al. (2008) menyatakan bahwa Indonesia berdasarkan variasi lama waktu fermentasi (0, 1, 2, 3, dan
mempunyai banyak jenis legume yang beberapa 4 hari). Mengetahui aktivitas antioksidan tempe berbahan
diantaranya belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu baku koro hitam, koro kratok serta kedelai hitam dan
jenis legume yang cocok dibudidayakan di Indonesia dan produk tempenya bila dibandingkan dengan ekstrak etanol
dapat berfungsi sebagai bahan pangan tetapi produk dari kedelai dan produk tempenya serta beberapa
olahannya masih jarang dikonsumsi yaitu koro hitam antioksidan alami (α-tokoferol, β-karoten, dan asam
(Lablab purpureus), koro kratok (Phaseolus lunatus), dan askorbat) maupun antioksidan sintetis (BHT).
kedelai hitam (Glycine soja).
Dalam rangka pengembangan senyawa antioksidan
alami khususnya isoflavon maka perlu dilakukan penelitian BAHAN DAN METODE
tentang optimasi produksi senyawa antioksidan dari koro
hitam, koro kratok, dan kedelai hitam dan produk Tempat dan waktu penelitian
tempenya serta karakterisasi kandungan isoflavonnya. Penelitian ini dilakukan pada pertengahan bulan Maret
Dipilihnya koro hitam, koro kratok dan kedelai hitam sampai Juni 2009. Laboratorium Program Kimia P.MIPA
sebagai alternatif obyek penelitian sumber isoflavon karena FKIP UNS, Surakarta. Sub Laboratorium Biologi Pusat
isoflavon merupakan metabolit sekunder yang banyak MIPA UNS, Surakarta, dan Laboratorium Kimia Organik
disintesis oleh tanaman namun tidak disintesis oleh F.MIPA UGM, Yogyakarta.
mikroorganisme. Koro hitam, koro kratok, dan kedelai
hitam merupakan spesies dari familia leguminoceae Prosedur kerja
sehingga dimungkinkan juga mengandung isoflavon Pembuatan tempe
seperti yang dijumpai pada kedelai. Pembuatan tempe kedelai berbahan baku kedelai
Selama ini tempe kedelai yang dikonsumsi oleh kuning Madura sebagai berikut: Sebelum difermentasi,
masyarakat adalah tempe hasil fermentasi kedelai selama kedelai mengalami serangkaian perlakuan yang meliputi:
48 jam. Lama waktu fermentasi tersebut merupakan lama Persiapan bahan dan sortasi, Penyiapan bahan baku berupa
64 B io fa r ma s i 12 (2): 62-72, Agustus 2014
kedelai kuning Madura dan kedelai 500 gr dipilih biji-biji dengan mengambil 1 mg ekstrak etanol hasil ekstraksi, lalu
yang besar, licin dan mengkilat kulitnya. Perendaman masing-masing dilarutkan dalam etanol 10 mL. Larutan
dilakukan dengan merendam 500 gr kedelai kuning Madura kemudian disentrifuge lalu diambil 20 µL dengan alat
dalam 1000 mL air bersih selama 24 jam, dengan injeksi. Selanjutnya sampel diinjeksikan ke dalam HPLC
penggantian air rendaman setiap 8 jam. Pengupasan kulit setelah pengkondisian HPLC selesai. Menganalisis
dilakukan untuk menghasilkan biji yang bersih Sekaligus kromatogram HPLC dengan menggunakan pembanding
mempermudah penetrasi miselium kapang disaat terjadi kromatogram isoflavon standar yang terdiri dari daidzein,
fermentasi. Biji direbus dalam air sebanyak 1000 mL genistein, glisitein dan faktor-2. Adapun kondisi HPLC
selama 45 menit, kemudian ditiriskan dan diangin- adalah sebagai berikut: Panjang Kolom: 10 cm, Jenis
anginkan sampai biji kedelai dalam keadaan lembab (tidak Kolom: Lichrosper (R) 100 RP-18 (non polar), Fase Gerak:
terlalu basah). Setelah sampel dalam keadaan tidak terlalu metanol:asam asetat 0,02 (57,5%; 42,5%), Volume Injeksi:
basah, ditaburi ragi atau Inokulum sebanyak 0,5 gr untuk 20 µL, Detektor: sinar UV pada panjang gelombang 265
500 gr sampel. Inokulum yang digunakan produk dari LIPI nm, Suhu Oven: suhu kamar
dengan merek RAPRIMA. Sampel yang sudah diberi
inokulum dicampur dengan rata kemudian dibungkus Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH
dengan menggunakan daun pisang dan diperam selama 24, Pembuatan Larutan DPPH; Pembuatan larutan DPPH
48, 72, 96 jam dalam suhu kamar (27ºC) dam terbentuklah dengan menimbang kristal sebanyak 7,88 mg DPPH dan
tempe kedelai. dilarutkan dalam metanol 100 mL sehingga diperoleh
Pembuatan tempe berbahan baku koro hitam dari konsentrasi 0,2 mM sebagai larutan kontrol. Pengukuran
Wonogiri, kedelai hitam dan koro kratok dari Solo sebagai absorbansi larutan DPPH dilakukan dengan memipet 600
berikut: Tahap pertama dimulai dengan penyiapan bahan µL pelarut (metanol) ke dalam kuvet dan ditambahkan
baku yaitu biji koro hitam (Lablab purpureus), koro kratok larutan DPPH sampai volume 3 mL kemudian ditutup dan
(Phaseolus lunatus), kedelai hitam (Glycine soja) masing- dikocok sampai homogen warnanya. Selanjutnya diukur
masing 500 g. Perendaman dilakukan dengan merendam absorbansinya pada panjang gelombang (λ) 400-600 nm
500 g biji koro hitam, koro kratok dan kedelai hitam dalam dan mencatat absorbansinya pada puncak panjang
1000 mL air bersih selama 3 x 24 jam, dengan penggantian gelombang 517 nm sebagai absorban kontrol.
air rendaman sebanyak tiga kali dalam 24 jam, untuk Pembuatan Larutan Sampel; Pembuatan larutan uji
menghilangkan senyawa asam sianida (HCN). Pengupasan dengan menimbang ekstrak sebanyak 2 mg dan melarutkan
kulit dilakukan untuk menghasilkan biji yang bersih ke dalam etanol 4 mL untuk membuat larutan uji dengan
sekaligus mempermudah penetrasi miselium kapang disaat konsentrasi 100 ppm. Kemudian pengukuran antioksidan
terjadi fermentasi. Pemasakan dilakukan dengan cara bahan uji digunakan metode yang sama, dimana 600 µL
mengukus biji koro hitam, koro kratok dan kedelai hitam pelarut diganti dengan 600 µL larutan uji (sampel).
selama satu jam, kemudian ditiriskan dan diangin- Selanjutnya diukur absrbansinya pada panjang gelombang
anginkan. Setelah sampel dalam keadaan tidak terlalu (λ) 400-600 nm dan mencatat absorbansinya pada puncak
basah, ditaburi ragi/inokulum. Bahan inokulum yang panjang gelombang mendekati 517nm sebagai absorban
digunakan dari produk LIPI dengan merk RAPRIMA. sampel.
Sampel yang sudah diberi inokulum dicampur dengan rata,
kemudian dibungkus dengan menggunakan daun pisang Pengukuran kadar antioksidan
dan diperam selama 24, 48, 52, 96 jam dalam suhu kamar Aktivitas antiradikal dihitung dengan metode DPPH
(27oC ) dan terbentuklah tempe koro hitam, tempe koro dimana sampel direaksikan dengan larutan DPPH.
kratok dan tempe kedelai hitam. Aktivitas antiradikal diperlihatkan pada sistem yang
Ekstraksi isoflavon dengan metode maserasi warnanya berubah dari ungu menjadi kekuningan.
Sebanyak 100gr sampel diblender hingga terbentuk Perubahan warna larutan menunjukkan aktivitas
bubur, kemudian dimaserasi dalam 250 mL etanol 70 % penangkapan radikal bebas DPPH dan dapat diukur dengan
selama 24 jam, kemudian disaring dan filtratnya perbedaan absorbansi yang dihasilkan pada sampel
dibandingkan dengan kontrol. Aktivitas antiradikal
ditampung. Residu ditambah dengan 100 mL etanol 70
%, kemudian dimaserasi selama 24 jam, kemudian dinyatakan dalam bentuk persen penangkapan radikal
disaring dan filtratnya ditampung. Residu kedua ditambah DPPH dan dihitung dengan persamaan (Yen dan Chen
1995).
dengan100 mL etanol 70 %, lalu di saring lagi. Filtrat
hasil maserasi kemudian dipekatkan dengan rotary
evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak
kental di oven selama 30 menit dengan suhu 50oC Nilai 0% berarti tidak mempunyai aktivitas antiradikal
sehingga diperoleh ekatrak etanol. Ekstrak etanol yang bebas atau antioksidan, sedangkan nilai 100% berarti
dihasilkan kemudian diidentifikasi isoflavonnya dengan peredaman total dan pengujian perlu dilanjutkan dengan
metode HPLC. pengenceran larutan uji untuk melihat batas konsentrasi
aktivitasnya.
Metode identifikasi isoflavon
Identifikasi isoflavon dengan menggunakan metode
HPLC dilakukan dengan pengkondisian instrumen HPLC
dan pembuatan larutan sampel. Larutan sampel dibuat
SULISTIANI et al. – Karakterisasi isoflavon ekstrak etanol tempe 65
dari senyawa protein termasuk senyawa isoflavon yang glisitein, genistein dan faktor- 2 standar dilakukan pada
masih kompleks, selanjutnya filtrat dipisahkan dari residu hari yang sama dengan penentuan waktu retensi dari
untuk diproses lebih lanjut menjadi ekstrak yang murni. masing-masing sampel untuk meminimalkan perbedaan
Filtrat yang diperoleh selanjutnya diuapkan dengan rotary kondisi.
evaporator pada suhu 50º C sampai didapatkan ekstrak Analisis kuantitatif senyawa isoflavon dilakukan
yang pekat atau hampir semua etanol teruapkan. Ekstrak ini dengan cara menghitung area di bawah puncak luas.
selanjutnya disimpan dalam oven suhu 40ºC (untuk Konsentrasi senyawa isoflavon daidzein, glisitein, genistein
menguapkan pelarut yang masih tersisa) dan ditimbang dan faktor-2 dapat diketahui dengan mengalikan persentase
sehingga diperoleh massa hasil ekstraksi. Hasil ekstraksi luas masing-masing senyawa isoflavon dalam
seperti yang tercantum dalam Tabel 2. kromatogram dengan massa ekstrak etanol yang dihasilkan.
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa semakin lama Hasil identifikasi senyawa isoflavon berdasarkan
waktu fermentasi semakin banyak massa ekstrak etanol kromatogram pada kedelai hitam, koro hitam, koro kratok
yang dihasilkan. Massa ekstrak etanol terbanyak pada dan kedelai kuning dapat dilihat pada Tabel 3.
tempe kedelai hitam, koro kratok, koro hitam dan kedelai Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa: (i) Tempe
kuning terjadi fermentasi hari ke-4, yaitu 9,658 g/100g kedelai hitam mentah memiliki kandungan isoflavon
tempe; 3,172 g/100g tempe; 2,513 g/100g tempe; dan 5,192 genistein saja. Hasil fermentasi hari ke-0, 1, 2 memiliki
g/100g tempe yang menunjukkan massa ekstrak pada kandungan isoflavon Faktor-2, daidzein, glisitein dan
kedelai hitam lebih banyak daripada koro kratok, koro genistein. Hasil fermentasi hari ke-3 mengandung isoflavon
hitam dan kedelai kuning. Demikian juga pada massa hasil daidzein, glisitein dan genistein sementara hasil fermentasi
ekstraksi dari biji kedelai hitam mentah lebih banyak hari ke-4 tidak mengandung isoflavon Faktor-2, daidzein,
dibanding biji koro hitam, biji koro kratok dan kedelai glisitein dan genistein. (ii) Tempe koro hitam mentah
kuning mentah yaitu 4,541 g; 3,93 g; 4,215 g; dan 3,422 g. memiliki kandungan isoflavon genistein saja. Hasil
Hal ini disebabkan spesies tanaman yang diekstraksi fermentasi hari ke-0, 1, 4 mempunyai kandungan isoflavon
memiliki kandungan materi yang tidak sama meski dalam 1 Faktor-2, daidzein, glisitein dan genistein. Hasil fermentasi
jenis legume, ini terlihat pada warna hasil ekstraksi yang hari ke-2 hanya mengandung isoflavonDaidzein saja dan
dihasilkan biji mentah. Pada kedelai, koro kratok, dan koro hasil fermentasi hari ke-4 kandungan isoflavonnya adalah
hitam hasil ekstraksi berwarna hitam karena masih Faktor-2, daidzein, dan glisitein
mengandung senyawa sianida sedangkan hasil ekstraksi Tempe koro kratok mentah memiliki kandungan
kedelai kuning mentah berwarna coklat tua, karena isoflavon daidzein saja. Hasil fermentasi hari ke-0
kemungkinan kandungan sianidanya relative lebih sedikit mempunyai kandungan isoflavon Daidzein, Glisitein, dan
dan hilang pada saat perendaman selama 24 jam dan genistein. Hasil fermentasi hari ke-1 mengandung isoflavon
pengukusan. Hasil ekstraksi biji yang sudah daidzein dan glisitein. Hasil fermentasi hari ke-3
difermentasikan berwarna kuning muda sampai coklat tua mengandung isoflavon Faktor-2 dan genistein. Sementara
karena senyawa sianidanya sudah hilang pada saat itu, hasil fermentasi hari ke-4 mengandung isoflavon
perendaman selama 3 x 24 jam sehingga aman untuk gilsitein dan genistein.
dikonsumsi. Tempe kedelai kuning mentah memiliki kandungan
Berdasarkan Tabel 2 dapat disimpulkan bahwa massa isoflavon daidzein, glisitein, dan genistein. Hasil
hasil ekstraksi dari beberapa legume ternyata bervariasi, fermentasi hari ke-0 sampai dengan hasil fermentasi hari
yang dapat disebabkan karena perbedaan sifat kekerasan ke-4 kandungan isoflavonnya optimum yaitu terdiri dari
atau kelunakan biji, kepadatan komponen zat, serta Faktor-2, daidzein, glisitein dan genistein.
kandungan zat yang ada dalam biji. Menurut Handajani dan Dari data hasil identifikasi isoflavon total pada Tabel 3.
Atmaka (1993), bahwa faktor varietas, faktor daerah dapat dijelaskan bahwa pada kedelai hitam dan koro hitam
tempat tumbuh, musim tanam dan musim panen ternyata mentah hanya memiliki kandungan genistein, pada koro
memberikan pengaruh yang cukup bervariasi terhadap sifat kratok mentah hanya memiliki kandungan daidzein dan
fisis dan khemis dari biji kacang-kacangan. pada kedelai kuning mentah memiliki kandungan daidzein,
glisitein dan genistein. Dari keempat sampel legume
Hasil identifikasi isoflavon dengan metode HPLC (kedelai kuning, kedelai hitam, koro kratok dan koro hitam)
Analisis dengan HPLC bertujuan untuk mentah tidak ditemukan faktor-2, hal tersebut
mengidentifikasi keberadaan senyawa isoflavon daidzein, dimungkinkan karena pada biji mentah tidak terjadi proses
glisitein, genistein dan faktor-2 dalam sampel tempe fermentasi sehingga faktor-2 belum terbentuk. Menurut
kedelai hitam, koro hitam dan koro kratok pada berbagai Barz dan Papendorf (1991) faktor-2 dapat terbentuk selama
waktu fermentasi. Seperti metode kromatografi yang lain, proses fermentasii dengan Rhizopus oligosporus terjadi
analisis HPLC dilakukan dengan membandingkan waktu biokonversi lebih lanjut dari daidzein dan glisitein menjadi
retensi dari senyawa isoflavon standar dengan waktu faktor-2. Biosintesa faktor-2 juga dapat terjadi melalui
retensi dari masing-masing sampel. Adanya puncak-puncak demetilasi glisitein oleh bakteri Brevibakterium epidermis
yang memiliki waktu retensi relatif sama dengan senyawa dan Micrococcus luteus, dan melalui reaksi hidroksilasi
isoflavon daidzein, glisitein, genistein dan faktor-2 standar daidzein oleh bakteri microbacterium arbosresccens (Barz
menunjukkan bahwa dalam sampel tersebut terdapat et al. 1993), dan berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan pula
kandungan isoflavon daidzein, glisitein, genistein dan bahwa:
faktor-2. Penentuan waktu retensi senyawa daidzein,
B io fa r ma s i
Vol. 12, No. 2, pp. 62-72 ISSN: 1693-2242
Agustus 2014 DOI: 10.13057/biofar/f120203
Tabel 1. Hasil pengamatan biji kedelai hitam, koro hitam dan koro kratok serta produk tempenya
Kedelai hitam Koro hitam Koro kratok
Perlakuan
Foto Warna Aroma Foto Warna Aroma Foto Warna Aroma
Putih agak
Khas Khas
Fermentasi kuning dan Putih agak Khas tempe Putih agak
tempe tempe
hari ke-1 ada warna hitam kedelai hitam
kedelai kedelai
hitam
Khas Khas
Fermentasi Putih kuning Khas tempe
tempe Putih Putih tempe
hari ke-2 kehitaman kedelai
kedelai kedelai
Khas Khas
Fermentasi Khas tempe
Putih tempe Putih Putih tempe
hari ke-3 kedelai
kedelai kedelai
cepat dan peka serta hanya memerlukan sedikit sampel. dibandingkan kedelai kuning, koro hitam dan koro kratok,
Metode aktivitas antiradikal bebas DPPH merupakan hal ini disebabkan kemungkinan karena reaksi enzimatis
metode terpilih untuk menapis aktivitas antioksidan bahan yang mengubah senyawa isoflavon glukosida menjadi
alam (Amrun et al. 2007). Senyawa antioksidan akan isoflavon aglukan terjadi secara optimum pada lama
bereaksi dengan radikal DPPH melalui mekanisme donasi fermentasi hari ke-3 tersebut. Seperti telah diketahui,
atom hidrogen dan menyebabkan terjadinya peluruhan senyawa aglukan isoflavon memiliki aktivitas fisiologis
warna DPPH dari ungu ke kuning. yang lebih tinggi dibanding isoflavon glukosida.
Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan melakukan 3 Lama waktu fermentasi berpengaruh terhadap aktivitas
kali pengulangan, kemudian dari 3 kali pengulangan antioksidan senyawa isoflavon. Hal ini dapat dilihat dari
tersebut diambil rata-rata aktivitas antioksidan sampel. hasil uji aktivitas antioksidan yang dilakukan. Terjadi
Hasil uji aktivitas antioksidan dapat dilihat dalam kenaikan aktivitas antioksidan seiring bertambahnya waktu
Lampiran, dan dari hasil pengukuran rata-rata diperoleh fermentasi, hingga mencapai maksimum pada hari ketiga.
data yang disajikan dalam Tabel 4. Hasil uji aktivitas antioksidan optimum pada tempe
Dari Tabel 4 dapat dijelaskan, bahwa: Dari 3 kali kedelai hitam, koro hitam dan koro kratok berdasarkan
pengulangan, hasil uji aktivitas antioksidan diperoleh rata- lama waktu fermentasi dapat dianalisis dengan statistik
rata aktivitas antioksidan sampel tempe kedelai hitam, program SPSS version 15, untuk mencari perbedaan yang
tempe koro hitam, tempe koro kratok dan tempe kedelai nyata dari pengaruh lama waktu fermentasi terhadap
kuning hasil fermentasi 0, 1, 2, 3, 4 hari. aktivitas antioksidan yang dapat dilihat pada lampiran.
Pada kedelai hitam, dari 3 kali pengulangan diperoleh Tabel 4 menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan
hasil fermentasi hari ke-0, 1, 2, 3, 4 berturut-turut adalah kedelai kuning, kedelai hitam, koro hitam dan koro kratok
48,10%; 68,29%; 77,33%; 82,49%; 74,81% yang berarti dipengaruhi lama waktu fermentasi. Berdasarkan
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan yang optimum perbedaan antar perlakuan, biji mentah koro kratok
terjadi pada fermentasi hari ke-3 setelah mengalami menunjukkan aktivitas antioksidan yang tertinggi diantara
penurunan pada fermentasi hari ke-4. biji kedelai kuning mentah, biji kedelai hitam mentah dan
Pada koro hitam, dari 3 kali pengulangan diperoleh biji koro hitam mentah. Pada hasil fermentasi hari ke-0 dan
hasil fermentasi hari ke-0, 1, 2,3, 4 berturut-turut adalah hasil fermentasi hari ke-2 aktivitas antioksidan kedelai
81,44%; 69,30%; 67,19%; 77,90%; 69,34% yang berarti kuning tidak menunjukkan beda nyata dibanding hasil
juga menunjukkan aktivitas antioksidan yang optimum fermentasi hari ke-1, 3 dan ke-4. Untuk koro hitam hasil
terjadi pada fermentasi hari ke-3 yang kemudian fermentasi hari ke-1 dan fermentasi hari ke-4 aktivitas
mengalami penurunan juga pada fermentasi hari ke-4 antioksidannya tidak menunjukkan beda nyata bila
Pada koro kratok, dari 3 kali pengulangan diperoleh dibandingkan dengan hasil fermentasi biji mentah,
hasil fermentasi hari ke-0, 1, 2, 3, 4 berturut-turut adalah fermentasi hari ke-0, 2, dan ke-3. Untuk kedelai hitam dan
62,04%; 56,25%; 56,44%; 65,12%; 59,09% yang berarti koro kratok pada biji mentah hingga fermentasi hari ke-4
juga menunjukkan aktivitas antioksidan yang optimum memiliki aktivitas antioksidan yang menunjukkan
terjadi padafermentasi pada hari ke-3 dan mengalami perbedaan secara signifikan.
penurunan pada fermentasi pada hari ke-4. Berdasarkan perbedaan antar perlakuan, fermentasi hari
Dari Tabel 4 diketahui bahwa aktivitas antioksidan biji ke-3 merupakan fermentasi yang optimum untuk
mentah pada koro kratok lebih tinggi dibanding kedelai menghasilkan aktivitas antioksidan tertinggi diantara
kuning yaitu 76,49%; sedangkan aktivitas antioksidan fermentasi hari ke-0, 1, 2, 4. Pada fermentasi hari ke-3
kedelai hitam lebih rendah dibanding kedelai kuning yaitu tersebut tempe kedelai hitam memiliki aktivitas antioksidan
30,0%, hal ini kemungkinan disebabkan terhidrolisisnya yang tertinggi diikuti tempe kedelai kuning, tempe koro
senyawa isoflavon glukosida menjadi isoflavon bebas yang hitam dan tempe koro kratok, tetapi hasil aktivitas
disebut aglukon oleh enzym a-glukosidase yang terdapat antioksidan antara tempe kedelai hitam dan tempe kedelai
pada jenis legume yang dihasilkan oleh mikroorganisme kuning menunjukkan beda nyata. Berdasarkan Tabel 4,
selama fermentasi. Dari Tabel 4 juga menunjukkan bahwa juga dapat diketahui bahwa pada fermentasi hari ke-0
rata-rata tempe hasil fermentasi 3 hari memiliki aktivitas kedelai kuning, kedelai hitam, koro hitam dan koro kratok
antioksidan yang tertinggi, yaitu 81,43% pada tempe aktivitas antioksidannya mengalami kenaikkan dibanding
kedelai kuning, 82,49% pada tempe kedelai hitam, 77,90% pada saat belum difermentasikan (mentah) kemudian
pada tempe koro hitam dan 65,12% pada tempe koro kratok menurun pada fermentasi hari ke-1 sampai fermentasi hari
kemudian menurun pada fermentasi hari ke-4, hal ini dapat ke-2, setelah itu mengalami kenaikkan pada fermentasi hari
disebabkan karena adanya hidrolisis pada saat fermentasi ke-3, kemudian menurun lagi pada fermentasi hari ke-4,
atau kemungkinan disebabkan oleh reaksi lebih lanjut kecuali pada kedelai hitam hasil uji aktivitas
senyawa isoflavon menjadi senyawa lain yang aktivitasnya antioksidannya pada biji mentah sampai fermentasi hari ke-
belum diketahui dan perlu dikaji lebih mendalam. 3 terus mengalami kenaikan kemudian menurun pada
Dari Tabel 4 dapat juga diuraikan bahwa tingkat fermentasi hari ke-4 yang dimungkinkan sudah mulai
aktivitas antioksidan rata-rata kedelai hitam mentah terjadi pembusukkan yang ditandai dengan munculnya
menunjukkan hasil yang paling rendah dibandingkan warna hitam misellium pada bagian tepi dan aroma busuk
dengan kedelai kuning, koro kratok dan koro hitam mentah, yang menyengat.
tetapi pada hasil fermentasi hari ke-3 kedelai hitam Hubungan antara aktivitas antioksidan yang tinggi pada
mempunyai tingkat aktivitas antioksidan yang paling tinggi beberapa jenis legume diatas tidak dipengaruhi oleh kadar
70 B io fa r ma s i 12 (2): 62-72, Agustus 2014
kandungan senyawa isoflavon yang optimum. Pada kedelai bukan dalam golongan flavonoid yang terdapat dalam
hitam, koro hitam, koro kratok serta kedelai kuning sebagai ekstrak etanol yang memiliki aktivitas seperti antioksidan
kontrol memiliki rata-rata aktivitas antioksidan yang tinggi atau dapat juga disebabkan adanya senyawa yang bukan
pada fermentasi hari ke-3 tetapi kandungan isoflavon isoflavon tetapi memiliki kemampuan seperti antioksidan
optimumnya tidak terjadi pada fermentasi hari ke-3. Pada atau kemungkinan karena faktor lain yaitu terjadi pada saat
kedelai hitam dan kedelai kuning kadar kandungan berlangsungnya proses fermentasi dimana enzym a-
isoflavon optimum terjadi pada fermentasi hari ke-2, pada glukosidase cepat memecah glukosida menjadi aglukon
koro hitam kadar kandungan isoflavon optimum terjadi sehingga juga dapat menambah jumlah senyawa isoflavon.
pada fermentasi hari ke-1, dan pada koro kratok kadar Sebaliknya, ada beberapa jenis kandungan isoflavon yang
kandungan isoflavon optimum terjadi pada fermentasi hari tinggi tetapi memiliki aktivitas antioksidan yang rendah,
ke-3. Ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan yang hal ini dapat dimungkinkan pada waktu proses ekstraksi,
tinggi tidak selalu mempunyai kandungan isoflavon yang pengemasan hasil ekstraksi dan penyimpanan hasil
optimum pula, hal ini kemungkinan dapat disebabkan ekstraksi sudah teroksidasi atau bereaksi dengan senyawa
adanya senyawa-senyawa lain misalnya fenolik lain yang lain yang bersifat radikal bebas.
A B
C D
Gambar 1. Kandungan isoflavon. A. Tempe kedelai hitam, B. Tempe kedelai kuning, C. Tempe koro hitam, D. Tempe koro kratok
Tabel 4. Aktivitas antioksidan aneka legume dan produk tempenya dengan variasi lama waktu fermentasi
Tabel 5. Perbandingan aktivitas antioksidan tempe beberapa Hasil uji aktivitas antioksidan dengan pembanding
legume dan sumber lainnya (%) antioksidan alami dan antioksidan sintetik
Aktivitas antioksidan tempe kedelai hitam, tempe koro
Sampel Aktivitas antioksidan (%) hitam, dan tempe koro kratok dapat kita uji dan
a-karoten 43,2533a dibandingkan dengan aktivitas antioksidan lain yang sudah
Tempe koro kratok (3hari) 65,1200b ada yaitu α-tokoferol, β-karoten dan vitamin C sebagai
Vitamin C 75,6200c antioksidan alami maupun BHT yang merupakan
a-tokoferol 76,4100d antioksidan sintetis, yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tempe koro hitam (3 hari) 77,9033e
BHT 81,1567f
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa aktivitas
Tempe kedelai kuning (3 hari) 81,4300f antioksidan tempe beberapa legume dan sumber lainnya
Tempe kedelai hitam (3hari) 82,4867g menunjukkan tempe kedelai hitam 3 hari memiliki aktivitas
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada blok yang antioksidan tertinggi (82,49%) dan menunjukkan beda
sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji Duncan 5% nyata dibanding tempe koro hitam (77,90%), tempe koro
(berlaku pada kolom yang sama) kratok (65,12%) dan tempe kedelai kuning (81,43%)
sebagai kontrol serta antioksidan sumber lainnya.
72 B io fa r ma s i 12 (2): 62-72, Agustus 2014
Dan dari Tabel 5 juga dapat diketahui bahwa antara total 0,0699 g. Tempe koro kratok dengan lam fermentai 3
tempe kedelai kuning dengan BHT (81,16%) sebagai hari mengandung faktor-2 (0,0036 g), genistein (1,7252 g)
antioksidan sintetis menunjukkan beda tidak nyata, dengan dengan isoflavon total 1,7288 g. Lama fermentasi optimum
aktivitas antioksidannya cenderung sedikit lebih rendah menghasilkan senyawa antioksidan tinggi adalah
dibanding tempe kedelai hitam. Pada tempe koro hitam fermentasi 3 hari, untuk kedelai hitam, koro hitam dan koro
memiliki aktivitas antioksidan yang sedikit lebih tinggi dan kratok masing- masing adalah 82,49%; 77,90%; 65,12%.
menunjukkan beda nyata dengan a-tokoferol (76,41%) dan Bahwa kedelai hitam, koro hitam dan koro kratok serta
vitamin C (75,62%) sebagai antioksidan alami, sedangkan produk tempenya berpotensi ddalam upaya pemanfaatn
tempe koro kratok (65,12%) memiliki aktivitas antioksidan sebagai antioksidan alami khususnya isoflavon bila
yang sedikit lebih tinggi dan menunjukkan beda nyata dibandingkan dengan ekstrak etanol dari kedelai kuning
dengan b-karoten (43,25%) sebagai antioksidan sintetis. dan produk tempenya serta beberapa antioksidan alami (α-
Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa aktivitas tokoferol, β-karoten, dan asam askorbat) maupun
antioksidan beberapa senyawa dari yang terendah ke yang antoksidan sintetik (BHT).
tertinggi berturut-turut adalah b- caroten, tempe koro
kratok (3hari), Vitamin C, a-tokoferol, tempe koro hitam (3
hari), BHT, Tempe Kedelai kuning (3 hari), dan tempe DAFTAR PUSTAKA
kedelai hitam (3 hari). Dari hasil perbandingan aktivitas
antioksidan tersebut dapat juga disimpulkan bahwa kedelai Amrun HM, Umiyah, Umayah EU. 2007. Uji aktivitas antioksidan ekstrak
hitam dengan fermentasi 3 hari didapatkan hasil aktivitas air dan ekstrak metanol beberapa varian buah kenitu (Chrysopylum
antioksidan yang optimum yang dapat digunakan sebagai cainito L.) dari daerah Jember. Berkala Penelitian Hayati 13: 45-50.
Ariani SRD, Hastuti W. 2009, Analisis Isoflavon dan Uji Aktivitas
sumber isoflavon yang berkhasiat antioksidan. Antioksidan Pada Tempe Kedelai (Glycine max L. Merril) dengan
Dari perbandingan 4 jenis legume diatas dapat Variasi Lama Waktu Fermentasi Dan Metode Ekstraksi, Prosiding
disimpulkan bahwa Tempe kedelai hitam memiliki Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia dengan Tema:
aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan Teknologi Informasi dalam Mendukung Perkembangan Riset dan
Pembelajaran Kimia, Surakarta 18 Maret 2009.
aktivitas senyawa antioksidan tempe kedelai kuning Ariani SRD. 2001, Identifikasi Senyawa Faktor-2 (Suatu Senyawa
sebagai kontrolnya. Aktivitas antioksidan tempe kedelai Isoflavon) dari Tempe Selama Proses Fermentasi Hari ke-0,1,2,3,4,
hitam lebih baik bila dibandingkan BHT yang merupakan dan 5, Paedagogia, Jilid 4 No.1, 2001.
antioksidan sintetis. Sedangkan tempe koro hitam memiliki Barz W, Heskamp K, Rehms H, Steinkamp R. 1993. Recent aspect of
protein, phytate and isoflavone metabolism by microorganisms
aktivitas antioksidan yang sedikit lebih tinggi dibandingkan isolated from tempe-fermentation. Tempo Workshop, Jakarta, 15
dengan a-tokoferol, dan vitamin C, meskipun dibandingkan February 1993.
dengan tempe kedelai kuning hasil uji aktivitas antioksidan Barz W, Papendorf GB. 1991. Metabolism of isoflavones and formation
koro hitam cenderung tidak terpaut jauh. of factor-2 by tempeh producing microorganism Tempeh Workshop,
Cologne. 20 May 1991.
Menurut Suryo dan Tohari (1995), penggunaan zat Gyorgy P, Murata K, Ikehata H. 1964. Antiokxidants isolated from
antioksidan sintetik tertentu misalnya BHT dapat fermented soybeans tempeh. Nature 203: 872-875.
menimbulkan akibat buruk terhadap kesehatan konsumen Handajani S, Atmaka W. 1993. Analisis Sifat Fisis Khemis Beberapa Biji
seperti gangguan fungsi hati, paru, mukosa usus dan Kacang-Kacangan, Kekerasan, Kualitas Tanak, Protein, dan
Mineralnya. Lembaga Penelitian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
keracunan. Dan dari hasil tersebut diatas, maka tempe Handajani S, Rachmawati D, Pramita DS. 2008. Studi Pendahuluan
kedelai hitam hasil fermentasi hari ke-3 potensial untuk Karakteristik Kimia (HCN, Antioksidan, dan Asam Fitat) Beberapa
dimanfaatkan sebagai antioksidan alami pengganti BHT Jenis Koro Lokal dengan Berbagai Perlakuan Pendahuluan.
(sebagai antioksidan sintetik) yang dapat digunakan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Jakarta. Agustus 2008.
Horwitz W. 1980. Official methods of analysis of the association of
sebagai sumber isoflavon yang berkhasiat antioksidan, official analytical chemists. 13th ed. AOAC, Gaithersburg, USA.
sehingga dapat memberikan manfaat yang baik bagi Kochar SP, Rossell B. 1990. Detection estimation and evaluation of
kesehatan tubuh apabila dikonsumsi, dan mengkonsumsi antioxidants in food system. In: Hudson BJF (ed.). Food
tempe yang paling baik bagi kesehatan adalah tempe hasil Antioxidants. Elsevier, London.
Kudou S, Fleury Y, Welti D, Magnolato D, Uchida T, Kitamura K, Okubo
fermentasi hari ke-3 karena memiliki aktivitas antioksidan K. 1991. Malowd isoflavone glycoside in soybean seeds (Glycine max
yang optimum dan disarankan mengkonsumsi tempe koro Merr). Agric Biol Chem 55: 2227-2233.
dengan fermentasi lebih dari 2 hari dengan cara dipanaskan Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoida. Penerj.:
terlebih dahulu untuk menghindari keracunan tempe. Padmawinata K. ITB, Bandung
Mazur WM, Duke JA, Wähälä K, Rasku S, Adlercreutz H. 1998.
Isoflavonoids and lignans in legumes: nutritional and health aspects in
humans. J Nutr Biochem 9 (4): 193-200.
KESIMPULAN Pawiroharsono S. 1995. Metabolisma Isoflavon dan Faktor-ll Pada Proses
Pembuatan Tempe. Prosiding Simposium Nasional Pengembangan
Tempe Dalam Industri Pangan Modem, April 1995. UGM.
Jenis-jenis senyawa isoflavon berkhasiat antioksidan Yogyakarta.
selama fermentasi optimum adalah: Tempe kedelai hitam Pawiroharsono S. 2001. Prospek dan Manfaat Isoflavon untuk Kesehatan.
dengan lama fermentasi 2 hari mengandung faktor-2 Direktorat. Teknologi Bioindustri. Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi, Serpong.
(0,0161 g), daidzein (1,2947g), glisitein (0,9670 g), Pradana S. 2008. Prospek dan Manfaat Isoflavon sebagai Fitoestrogen
genistein (2,3424 g) dengan isoflavon total 4,6202 g. Bagi Kesehatan. Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Tempe koro hitam dengan lama fermentai 1 hari Suryo I, Tohari I. 1995. Aktivitas Antioksidan Buah jambu Mete dan
mengandung faktor-2 (0,0149 g), daidzein (0,0401 g), Penerapannya pada Abon. Biosains 1 (7): 50-61.
Yen GC, Chen HY. 1995. Antioxidant activity of various tea extracts in
glisitein (0,1145 g), genistein (0,4404 g) dengan isoflavon relation to their antimutagenicity. J Agric Food Chem 43: 27-32.